BULETIN RISET EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS)
Aplikasi Lindung Nilai
(Hedging) Syariah
di Indonesia
Rifki Ismal, Asisten Sekretaris
Jenderal Islamic Financial Services
Board (IFSB) Malaysia, sekaligus
‘Wakil Ketua Bidang Perdagangan,
Investasi, dan Fiskal DPP IAEI,
mengkaji dan membandingkan
mekanisme currency-hedging
Syariah dan konvensional dan
penerapannya di Indonesia
Artikel ini dipublikasikan dalam International Journal of
Islamic and Middle Eastern Finance and Management
pada tahun 2022.
BREAKS edisi kali ini mengelaborasikan cuplikan diskusi
pada artikel tersebut.
Lindung Nilai Syariah (Islamic Hedging)
anajemen risiko adalah aspek yang
sangat penting dalam dunia usaha
Ekonomi Islam sangat mendukung
praktik manajemen risiko yang baik
karena dapat menurunkan fragilitas sistem ekonomi
dankeuangan
Bagi pengusaha, fluktuasi nilai tukar adalah salah
satu risiko yang harus dimitigasi. Di antara cara mitigasi
risiko nilai tukar adalah dengan lindung nilai atau
currency-hedging menggunakan instrumen derivatif.
Salah satu instrumen derivatif tersebut adalah kontrak
forward yang melibatkan pihak-pihak untuk
mempertukarkan suatu aset dengan imbalan uang
‘tunai atau asetlain dimasa depan.
Lindung nilai dengan instrumen derivatif valas
sangat bermanfaat bagi perusahaan yang bertransaksi
dengan menggunakan mata uang asing. Adanya
hedging dapat mengurangi volatilitas investasi asing
dan mempengaruhi pengembalian investasi
Selain mekanisme currency-hedging yang secara
umum dikenal, terdapat pula produk lindung nilai
Syariah (Islamic hedging). Keberadaannya yang
harmonis dalam satu sistem keuangan Indonesia
menimbulkan pertanyaan. Bagaimana/slamic currency-
hedging berbeda dengan versi mainstream? Produk
hedging mana yang lebih disukai olen para pelaku
bisnis?
Dalam artikel berjudul “Assessing the Application of
Islamic and Conventional Hedgings in Indonesia”, Isrmal
mencoba menjawab pertanyaan tersebut baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, Metode kualitatif
digunakan untuk memetakan perbedaan Islamic
hedging dengan metode lindung nilai konvensional.
Sedangkan metode kuantitatif dijalankan
menggunakan simulasi statis atas perhitungan kontrak
forward kedua jenis lindung nilaitersebut.
CLL
EDIsI VIll/JUN! 2022
ia1| BREAKS
omen RIBRI
a
Perbedaan Hedging Syariah dan Konvensional
Secara kualitatif, Ismal memaparkan beberapa
perbedaan antara hedging konvensional dan Syariah
Pada dasamya transaksi mata uang adalah sesuatu
yang diperbolehkan oleh Syariat. Dewan Syariah
Nasional (DSN) Indonesia telah mengeluarkan dua
putusan terkait dengan pembahasan ini. Pertama,
putusan nomor 28/DSN-MUI/III/2002 tentang
perdagangan valuta asing (al-Sharf). Kedua, putusan
nomor 96/DSN-MUI/III/2015 tentang lindung nilai
Syariah (Tahawwuth al-Islam)
Putusan-putusan tersebut mengatur bahwa
perdagangan mata uang yang bertujuan untuk
mengelola risiko nilai tukar berdasarkan atas
permintaan riil dan tidak spekulatif hukumnya
diperbolehkan
Lebih lanjut, perbedaan antara hedging Syariah dan
konvensionalteriihat pada tabel berikut:
Perbedaan Hedging Syariah & Konvensional
Perbedaan Syariah Konvensional
Jeniskontrak | Saling berjanji Kontrak
(muwa’adah)
Pasar sekunder Tidak Ya
Basis Aktivitas | Aktivitas sektor
kontrak sektor rill | riil dan finansial
Keputusan | Berdasarkan | Berdasarkan
Exercise janji kontrak
Transaksi Spot yang Spot yang
ditunda dikontrakkanBULETIN RISET EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH (BREAKS)
Menilai Penerapan Dua Mekanisme Hedging
Lalu bagaimana perbandingan kinerja islamic
hedging dan conventional hedging di indonesia? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan
simulasi dengan membandingkan kedua hedging
‘tersebut melalui simulasistatis transaksiforward.
Simulasi statis yang dilakukan menerapkan
beberapa asumsi sebagai berikut. Pertama, transaksi
yang dimaksud menggunakan dolar AS (USD) terhadap
rupiah Indonesia (IDR). Kedua, periode yang diteliti
adalah Desember 2003 hingga Februari 2019.
Ketiga, forward premium yang digunakan adalah
kurs Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk hedging
konvensional dan kurs Pasar Uang Antar Bank Syariah
atau PUAS (dalam IDR dan USD) untuk hedging Syariah,
Keempat, tenor yang digunakan dalam simulasi adalah
3,6,9,dan 12 bulan, serta beberapa asumsilainnya.
Hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa tidak
ada mekanisme lindung nilai yang superior disetiap
periode (tahun) analisa. Namun terlihat bahwa lindung
nilai Syariah lebih banyak mengungguli lindung nilai
konvensional di seluruh tenor sebagaimana terlihat
ditabel bawahiini
Kinerja Hedging Syariah dan Konvensional
Tenor syariah konvensional
3 bulan 10 tahun 6 tahun
6 bulan 11 tahun S tahun
9 bulan 10 tahun 6 tahun
12 bulan 9 tahun 7 tahun
Pada tenor 12 bulan misalnya, lindung nilai Syariah
lebih memberikan manfaat di 9 tahun periode
penelitian sedangkan mekanisme konvensional
memberikan manfaat di 7 tahun lainnya. Gambar di
bawah menujukkan bahwa profit tertinggi yang
didapatkan oleh pengusaha dengan menggunakan
lindung nilai konvensional adalah sebesar 27,5 triliun
rupiah pada 2014. Sedangkan lindung nilai Syariah
memberikan profit hampir 1.000 triliun pada satu
‘tahun setelahnya.
EDIsI VIll/JUN! 2022
an
10) Tastee way]
Simulasi Hedging Periode 12 Bulan
00
so
es
= ll. IM
til 1
"4 ty
g
Rekomendasi Kebijakaan
Pasar keuangan di Indonesia telah menawarkan
mekanisme lindung nilai baik secara konvensional
maupun Syariah, Pelaku usaha yang memiliki potensi
‘tekanan nilaitukar dan ingin melakukan hedging memiliki
dua pilihan tersebut.
Secara prinsip, pebisnis dengan preferensi pada
instrumen keuangan Islam tentu akan lebih cenderung
untuk memilih mekanisme hedging Syariah. Namun
secara performa, kedua mekanisme hedging tersebut
saling melengkapi. Di satu periode lindung nilai Syariah
lebih baik, di periode lain indung nilai konvensional lebih
unggul.
‘Simulasi periode 2004-2019 menunjukkan performa
yang baik dari hedging Syariah, Namun demikian kedua
‘mekanisme hedging tidakada yang dapat menghilangkan
risiko nilai tukarsecara penuh
Saat ini penerapan Islamic hedging di Indonesia masih
terbatas. Namun, seiring tingkat literasi dan kebutuhan
yang meningkat, dapat diprediksi bahwa penggunaan
Islamic hedging pun akan lebih masit. Bukan hanya bagi
pebisnis Syariah namun juga bagi kalangan umurn yang
mencaripotensidifersivikasi dari keduanya
Referensi
Ismal, R. (2022). Assessing the Application of Islamic and
Conventional Hedgings in Indonesia. international Journal of
Islamicand Midale Eastern Finance and Management, 15(1), 32-47,
Call for BREAKS Contributions
Kirimkan vers! POPULAR da publikas|imiah anda di jurnal-jurnal bereputas|internasional untuk dimuat dalam
EREAKS edisi berikutnya, Tulisan maksimal 1000 kata dalam bahasa Indonesia,
Kirimkan melalui email: redaksi.breaks@iaei-pusat.org / redaksi.iaei@gmail.com |nformasi: 0851 6324 0059 (Whatsapp)
\L. —Ikatan Ali Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) adalah organisasi para akademisi dan praktisi untuk melakukan
TAEI
dalam bentuk tulisan popular.
eee Cd
pengkajian, pengembangan, pendidikan dan sosialisaasi Ekonomi Islam. BREAKS (Buletin Riset Ekonomi dan
Keuangan Syariah) merupakan salah satu program literasi JAE| yang mengemas hasil publikaslilmiah pengurus ke
Redaksi BREAKS. Gedung Dhanapala Lt. 2 Kementerian Keuangan Rl, J. Dr. Wahilin No. 1, Senen Raya, Jakarta Pusat 10710
Phone:+6221 384 0059/0851 63240039 - Emallredaks'iaei@gmailcom-Website-wwiwiael-pusatorg