Professional Documents
Culture Documents
Karakteristik Tepung Beras Hasil Perlakuan Kombinasi Gelombang Mikro, Ultrasonikasi Dan Pemanasan Lembab
Karakteristik Tepung Beras Hasil Perlakuan Kombinasi Gelombang Mikro, Ultrasonikasi Dan Pemanasan Lembab
net/publication/316313299
CITATIONS READS
0 2,628
4 authors, including:
Bram Kusbiantoro
Indonesian Agency for Agricultural Research and Development
27 PUBLICATIONS 79 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Use of Ultrasonic & Microwave assisted process to enhance resistant starch of cereals View project
All content following this page was uploaded by Didah Nur Faridah on 03 July 2017.
Shinta Dewi Ardhiyanti1,3), Adil Basuki Ahza2)*, Didah Nur Faridah2), dan Bram Kusbiantoro3)
1)
Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
3)
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Subang
ABSTRACT
Broken and brewer rice as by product of rice milling can be developed into a functional product with
higher economic value, i.e. higher resistant starch (RS) rice flour. This research was aimed to study the
modification of broken and brewer rice flour by the combination of microwave and ultrasonication with heat
moisture treatment (HMT) to enhance RS contents and its associated microstructural and pasting
characteristics changes. The results showed that five modified rice flours that had the highest RS contents
were ultrasonicated with 20% of moisture content-HMT 10 and 12 hours rice flours, microwaved with 20%
of moisture content-HMT 10 hours rice flour, microwaved with 50% of moisture content-HMT 8 and 10
hours rice flours. Their RS content ranged from 6.50–9.25% which were higher than the RS content of
native rice flour (1.89%). Those five modified flours showed noticeable structural changes from the
disappearance of non starch particulates, becoming more porous and larger size matrices. The pasting
temperature of those modified flour increased (0.11–9.16% from native flour’s pasting temperature) and
their peak viscosity decreased (47.15–71.15% from native flour’s peak viscosity). The modified flour had
improved heat stability with the decrease in breakdown (88.07–100.00% from native flour’s breakdown
value) and less retrogradation tendency during cooling (44.38–66.62% from native flour’s setback value).
The combined treatment caused reduction of crystalinity ratio from 0.94 (native) to 0.91-0.86 (modified
flour).
ABSTRAK 1
Beras patah dan menir sebagai produk samping penggilingan padi dapat dikembangkan menjadi
produk fungsional dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti tepung beras tinggi pati resisten (RS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari peningkatan kadar RS dan karakteristik tepung beras
patah dan menir yang dimodifikasi dengan kombinasi gelombang mikro-heat moisture treatment (HMT)
dan ultrasonikasi-HMT. Lima tepung termodifikasi, yakni tepung beras dengan perlakuan ultrasonikasi
kadar air 20%-HMT 10 dan 12 jam, gelombang mikro kadar air 20%-HMT 10 jam, serta gelombang mikro
kadar air 50%-HMT 8 dan 10 jam memiliki kadar RS berkisar antara 6,50–9,25% yang lebih tinggi dari
kadar RS tepung beras asli (1,89%). Kelima tepung beras termodifikasi tersebut menunjukkan perubahan
struktur mikro dengan hilang/berkurangnya partikulat non pati, permukaan yang lebih berpori serta ukuran
agregat yang lebih besar. Suhu awal terbentuknya pasta dari kelima tepung termodifikasi tersebut
meningkat (0,11–9,16% dari tepung beras asli), namun viskositas puncaknya menurun (47,15–71,15%
dari tepung beras asli). Tepung termodifikasi memiliki kestabilan yang lebih baik selama pemanasan (nilai
breakdown 88,07–100,00% lebih rendah dari tepung beras asli) serta kecenderungan teretrogradasi yang
lebih rendah (nilai setback 44,38–66,62% lebih rendah dari tepung beras asli). Perlakuan kombinasi
menyebabkan penurunan rasio kristalinitas dari 0,94 (tepung beras asli) menjadi 0,91-0,86 (tepung beras
termodifikasi).
*Penulis Korespondensi:
Email: adil@ipb.ac.id
175
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
176
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
Jerman) bersuhu 90°C selama 6, 8,10 dan 12 jam. dan disentrifuse dengan kecepatan dan durasi yang
Setelah HMT selesai, tepung dikeringkan pada suhu sama. Tahap ini dilakukan sebanyak 2 kali.
oven 40°C, 6 jam (Binder, Jerman). Selanjutnya endapan yang tersisa dilarutkan
dengan penambahan 2 mL KOH 2 M (Merck, USA)
Tabel 1. Pengkodean tepung berdasarkan perlakuan dan diaduk pada ice waterbath menggunakan
Kode Perlakuan Kode Perlakuan magnetic stirrer selama 20 menit untuk melarutkan
U20H6 Ultrasonikasi M20H6 Gelombang bagian pati resisten. Setelahnya sampel diangkat
kadar air 20% mikro kadar air dari ice waterbath dan ditambahkan bufer sodium
HMT 6 jam 20% HMT 6 jam asetat 1,2 M (pH 3,8) sebanyak 8 mL serta 0,1 mL
U20H8 Ultrasonikasi M20H8 Gelombang AMG. Larutan diinkubasi pada suhu 50°C selama 30
kadar air 20% mikro kadar air menit dengan pengadukan berselang. Setelah
HMT 8 jam 20% HMT 8 jam
diinkubasi selama 30 menit, tabung berisi sampel
U20H10 Ultrasonikasi M20H10 Gelombang
kadar air 20% mikro kadar air disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 10
HMT 10 jam 20% HMT 10 jam menit. Sebanyak 0,1 mL supernatant dipindahkan ke
U20H12 Ultrasonikasi M20H12 Gelombang dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 3 mL
kadar air 20% mikro kadar air larutan GOPOD dan diinkubasi pada suhu 50°C
HMT 12 jam 20% HMT 12 jam selama 20 menit. Absorbansi larutan diukur ber-
U50H6 Ultrasonikasi M50H6 Gelombang sama blanko menggunakan spektrofotometer UV-
kadar air 50% mikro kadar air Vis pada panjang gelombang 510 nm (Shimadzu
HMT 6 jam 50% HMT 6 jam 1800, Jepang). Blanko dipersiapkan dengan men-
U50H8 Ultrasonikasi M50H8 Gelombang
campur 0,1 mL buffer sodium asetat 100 mM (pH
kadar air 50% mikro kadar air
HMT 8 jam 50% HMT 8 jam 4,5) dan 3 mL larutan GOPOD. Standar disiap-kan
U50H10 Ultrasonikasi M50H10 Gelombang menggunakan 0,1 mL glukosa standar dengan
kadar air 50% mikro kadar air konsentrasi 1 mg/mL (Megazyme) ditambah 3 mL
HMT 10 jam 50% HMT 10 jam larutan GOPOD. Selanjutnya standar diinkubasi
U50H12 Ultrasonikasi M50H12 Gelombang pada suhu 50°C selama 20 menit. Standar diukur
kadar air 50% mikro kadar air sebanyak 4 ulangan.
HMT 12 jam 50% HMT 12 jam
Pengamatan mikro struktur tepung
Kombinasi gelombang mikro-HMT Pengamatan struktur granula pati dilakukan
Tepung yang telah disesuaikan kadar airnya dengan SEM JSM-6510A/JSM-6510LA (JEOL,
sesuai metode pada perlakuan ultrasonikasi HMT Jepang). Pengamatan dilakukan dengan perbesaran
diproses dalam gelombang mikro selama 1 menit 1000 kali dan 6000 kali. Butiran dilapisi dengan
(kadar air ±20% bk) dan 2 menit (kadar air ±50% lapisan tipis emas menggunakan auto fine coater
bk). Setelah pemanasan gelombang mikro, sampel (10 mA, 80 detik). Pemindaian struktur mikro tepung
disimpan pada pendingin (4°C, 16 jam). Setelah dilakukan dengan menggunakan SEM pada
disimpan, tepung disesuaikan kadar airnya (±30% tegangan 15 kV.
bk), kemudian disimpan pada pendingin (4°C, 6
jam). Tepung diberi perlakuan HMT dalam oven Analisis sifat pasta
(Memmert, Jerman) bersuhu 90°C selama 6, 8, 10 Analisis karakter pasta tepung beras dilakukan
dan 12 jam. Setelah HMT selesai, tepung dikering- menggunakan Rapid Visco Analyser (RVA, Perten
kan pada suhu oven 40°C, 6 jam (Binder, Jerman). Tecmaster, Swedia). Ditimbang sebanyak ±2,5 g
tepung (bk) dalam wadah contoh RVA, kemudian
Analisis kadar pati resisten (AOAC, 2005) ditambahkan ±25 g aquades sehingga mencapai
Sebanyak 100±5 mg sampel ditimbang di konsentrasi tepung 10%. Setelah dihomogenisasi
dalam tabung sentrifuse 50 mL. Kemudian ditambah dengan pengadukan manual, sampel dipanaskan
4 mL larutan pancreatic α-amylase (Megazyme, hingga 50°C dalam waktu 1 menit, kemudian di-
Irlandia) dan amiloglukosidase (AMG, Megazyme). panaskan hingga 95°C selama 4 menit, suhu dijaga
Larutan berisi sampel dan enzim diinkubasi selama tetap pada 95°C selama 1,5 menit. Pasta di-
16 jam pada suhu 37°C di dalam waterbath ber- dinginkan hingga 50°C dalam waktu 4 menit, dan
goyang. Setelah 16 jam tabung dikeluarkan dari terakhir didiamkan pada suhu 50°C selama 2 menit.
waterbath, segera ditambahkan 4 mL ethanol dan Selama proses pemanasan kecepatan pengadukan
divortek. Tabung disentrifuse (Hettich, Jerman) pada diatur pada 160 rpm. Parameter perubahan sifat
kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Supernatan pasta yang dianalisis antara lain: suhu terbentuknya
yang diperoleh dipisahkan dari endapan. Ethanol pasta, viskositas puncak, breakdown, viskositas
50% sebanyak 2 mL ditambahkan ke dalam tabung akhir dan setback (Klein et al., 2013).
sentrifuse berisi endapan. Kemudian tabung divortex
177
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
178
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
179
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
0,4
Absorbance Units
0,3
0,2
0,1
0,0
Gambar 2. Spektra FTIR tepung beras asli dan termodifikasi. Tepung beras asli (biru); tepung dengan
perlakuan gelombang mikro kadar air 20%-HMT 10 jam (hijau tua); tepung dengan perlakuan
gelombang mikro kadar air 50%-HMT 8 jam (ungu) 10 jam (merah); tepung dengan perlakuan
ultrasonikasi kadar air 20%-HMT 10 jam (hijau muda) 12 jam (hitam)
-1
Meskipun memiliki pola yang sama, seluruh Penurunan rasio absorbansi 1047/1022 cm
-1
tepung dengan perlakuan kombinasi memiliki inten- dan peningkatan rasio absorbansi 1022/995 cm
sitas absorbansi yang lebih rendah dibandingkan menunjukkan bahwa terjadi perubahan konformasi
tepung beras asli. Penurunan intensitas tersebut pati yakni menurunnya daerah kristalin pada tepung
menunjukkan adanya perubahan konformasi ter- beras termodifikasi (Zeng F et al., 2015, Chung et
tentu pada tepung beras termodifikasi (Zeng S et al., al., 2009). Berkurangnya daerah kristalin pada
2015). Absorbansi FTIR pada panjang gelombang tepung dengan perlakuan ultrasonikasi-HMT dapat
-1
1047 cm meningkat dengan adanya peningkatan disebabkan oleh adanya air yang berdifusi ke dalam
area kristalin, absorbansi pada panjang gelombang granula pati dan mengganggu konformasi pati
-1
1022 cm meningkat dengan adanya pertambahan (Jambrak et al., 2010) pada saat proses ultra-
area amorf pati (Chung et al., 2009; Zeng F et al., sonikasi. Pada tepung beras dengan perlakuan
2015). Seperti halnya absorbansi pada panjang gelombang mikro-HMT berkurangnya daerah
-1
gelombang 1047 cm , absorbansi pada panjang kristalin dapat disebabkan oleh pemanasan pada
-1
gelombang 995 cm juga meningkat dengan adanya saat perlakuan gelombang mikro, yang difasilitasi air
peningkatan area kristalin (Ambigaipalan et al., pada perlakuan dengan kadar air tinggi, sehingga
2014). Oleh karena itu rasio antara absorbansi pada memungkinkan terjadinya pengembangan granula
-1 -1
panjang gelombang 1047 cm dan 1022 cm dan terganggunya konformasi kristalin tepung.
digunakan untuk menunjukkan jumlah relatif area Selain itu perlakuan HMT tunggal juga berpengaruh
kristalin terhadap area amorf (Zeng F et al., 2015; pada penurunan jumlah area kristalin pati beras
Warren et al., 2016), sedangkan rasio antara absor- (Zhou et al., 2014).
-1
bansi pada panjang gelombang 1022 cm dan 995
-1
cm digunakan untuk menunjukkan jumlah relatif Tabel 3. Hasil analisis FTIR tepung native dan
area amorf terhadap area kristalin. Jumlah relatif tepung termodifikasi
area kristalin terhadap area amorf tepung beras asli Rasio absorbansi Rasio absorbansi
dan tepung beras termodifikasi adalah 0,86–0,94 Sampel pada 1047 dan pada 1022 dan 995
-1 -1
(Tabel 3). Seluruh tepung dengan perlakuan 1022 cm cm
a c
kombinasi memiliki jumlah relatif area kristalin ter- Asli 0,94±0,00 1,05±0,00
c d
hadap area amorf yang lebih rendah dibandingkan M20H10 0,89±0,01 0,99±0,01
c b
tepung asli (P<0,05). Jumlah relatif area amorf M50H8 0,88±0,00 1,10±0,00
d a
terhadap area kristalin tepung beras asli dan tepung M50H10 0,86±0,01 1,16±0,02
c c
beras termodifikasi adalah 0,98–1,16 (Tabel 3). U20H10 0,88±0,00 1,06±0,00
b d
Berkebalikan dengan jumlah relatif area kristalin U20H12 0,91±0,00 0,98±0,00
terhadap area amorf, hampir seluruh tepung ter- Keterangan: *data dalam satu kolom dengan superscript
modifikasi memiliki jumlah relatif area amorf ter- berlainan maka berbeda secara signifikan (P<0,05)
hadap area kristalin lebih tinggi dibandingkan tepung
asli (P<0,05).
180
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
Sifat pasta tepung beras asli dan termodifikasi struktur pati pada tepung beras sehingga pe-
Gambar 3 menunjukkan profil pasta tepung ter- nyerapan air oleh granula pati menjadi terbatas.
modifikasi yang lebih rendah dibandingkan tepung Rendahnya penyerapan air membatasi pembengka-
beras. Kombinasi ultrasonik-HMT maupun gelom- kan granula. Granula pati dengan pembengkakan
bang mikro-HMT meningkatkan suhu awal gelati- granula yang terbatas, viskositas serta tingkat di-
nisasi (P<0,05) (Tabel 4). sintegrasi strukturnya lebih tidak terpengaruh oleh
Temuan ini sesuai dengan hasil proses HMT pengadukan dan pemanasan, sehingga nilai break-
yang dilaporkan oleh Zavareze et al. (2010). Pening- downnya kecil (Adebowale et al., 2005). Nilai
katan suhu awal terbentuknya pasta dan pening- setback menggambarkan kecenderungan pati untuk
katan suhu gelatinisasi kemungkinan besar disebab- mengalami retrogradasi yakni proses reasosiasi
kan oleh proses retrogradasi dan pembentukan molekul pati membentuk struktur kristalin selama di-
kristal baru yang memiliki stabilitas termal yang lebih dinginkan pada suhu 50°C (BeMiller, 2007). Nilai
tinggi (Klein et al., 2013). Kombinasi gelombang setback merupakan selisih antara nilai viskositas
mikro-HMT dengan kadar air 50%, selama 8 dan 10 pada suhu 50°C dengan holding viscosity (Tabel 4).
jam, menurunkan kekentalan pasta puncak hingga Seluruh tepung termodifikasi memiliki nilai setback
1209,50 dan 1094,00 cP (P<0,05). Penurunan ter- lebih kecil dibandingkan tepung asli (P<0,05).
sebut lebih drastis dibandingkan dengan kombinasi Nilai setback pati beras dengan perlakuan
HMT pada kadar air 20%, baik dengan ultrasonikasi HMT, lebih rendah dibandingkan pati asli, dengan
(1914,00 dan 2003,50 cP) maupun gelombang persentase penurunan berkisar antara 12–52%
mikro (1977,00 cP) (Tabel 4). Penurunan nilai (Zavareze et al., 2010). Persentase tersebut lebih
puncak viskositas diduga akibat tingginya kerusakan kecil dibandingkan persentase penurunan nilai
dan retrogradasi pati sesuai temuan (BeMiller, 2007; setback pada penelitian ini yakni 44–67%. Semakin
Belitz et al., 2009). Hal tersebut didukung oleh hasil besarnya persentase penurunan setback pada pe-
pengamatan citra SEM yang menunjukkan mikro- nelitian ini dapat disebabkan oleh kombinasi dengan
struktur sampel termodif-kasi terlihat lebih porous perlakuan ultrasonikasi dan pemanasan gelombang
(Gambar 1). Tanpa kombinasi proses ultrasonikasi mikro. Baik tepung dengan perlakuan gelombang
dan gelombang mikro, perlakuan PPL yang diberi- mikro-HMT dan ultrasonikasi-HMT menunjukkan
kan oleh Zavareze et al. (2010) tidak memberikan penurunan nilai setback. Penurunan nilai setback
pengaruh yang signifikan terhadap puncak ke- tersebut karena molekul pati telah membentuk kon-
kentalan pati beras. formasi yang lebih kompak. Hal tersebut sesuai
Perbedaan antara nilai viskositas puncak dan dengan data kadar RS yang lebih tinggi. Struktur
holding viscosity (viskositas setelah suhu dijaga yang lebih kompak membuat kecenderungan
konstan pada 95°C) disebut nilai breakdown retrogradasi menurun, karena berkurangnya jumlah
(Mitchell, 2009). Semakin kecil nilai breakdown amilosa terlarut yang diperlukan dalam proses
maka viskositas pasta semakin stabil selama retrogradasi.
pemanasan. Tepung termodifikasi memiliki nilai Beberapa produk pangan memerlukan jenis
breakdown lebih kecil dibandingkan tepung asli tepung/pati yang memiliki puncak viskositas, nilai
(P<0,05). Bahkan tepung dengan perlakuan breakdown dan nilai setback yang lebih rendah. Sup
gelombang mikro kadar air 50%-HMT 8 dan 10 jam instan berbentuk bubuk yang harus direhidrasi
tidak mengalami penurunan viskositas saat dipanas- sebelum dikonsumsi, memerlukan karakteristik pati
kan pada suhu konstan 95°C, sehingga nilai break- yang memiliki nilai breakdown rendah namun visko-
downnya tidak dapat ditentukan (Tabel 4). Menurut sitasnya cukup tinggi sebagai pengisi seperti tepung
Zavareze et al. (2010) nilai breakdown pati beras beras dengan perlakuan ultrasonikasi-HMT dan
dengan perlakuan HMT lebih rendah dibandingkan gelombang mikro kadar air 20%-HMT 10 jam. Se-
pati asli, dengan persentase penurunan berkisar hingga saat dikonsumsi hangat sup tidak kehilangan
antara 28–75%. Persentase tersebut lebih kecil kekentalannya. Namun karena puncak viskositas
dibandingkan persentase penurunan nilai break- tepung tersebut tidak cukup tinggi, maka diperlukan
down pada penelitian ini yakni tidak terdeteksi tambahan pati lain yang mempunyai viskositas yang
–92%. Semakin besarnya persentase penurunan tinggi sehingga dalam penggunaannya tidak ber-
breakdown pada penelitian ini dapat disebabkan lebihan. Tepung/pati yang memiliki nilai setback
oleh kombinasi dengan perlakuan ultrasonikasi dan rendah sesuai untuk produk yang disimpan dingin
pemanasan gelombang mikro serta perbedaan para- seperti makanan beku. Jenis tepung yang sesuai
meter proses HMT yang digunakan. Kombinasi pada penelitian ini adalah tepung dengan perlakuan
perlakuan menyebabkan peningkatan kekompakan gelombang mikro kadar air 50%-HMT.
181
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
5000 100
4500 90
4000 80
3500 70
Viskositas (cP)
Suhu (°C)
3000 60
2500 50
2000 40
1500 30
1000 20
500 10
0 0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Waktu (Detik)
a b c d e f g
Gambar 3. Profil sifat pasta tepung beras asli (a) tepung dengan perlakuan kombinasi gelombang mikro-
HMT pada kadar air 50% HMT 8 jam (b) 10 jam (f), kadar air 20% HMT 10 jam (c) serta
ultrasonikasi pada kadar air 20% HMT 10 (d) 12 jam (e); suhu proses RVA (g)
Tepung/pati seperti tepung beras dengan ultrasonikasi dan gelombang mikro dengan HMT
perlakuan ultrasonikasi-HMT dan gelombang mikro menyebabkan pembesaran agregat granula, mem-
kadar air 20%-HMT 10 jam yang memiliki puncak buat permukaan agregat lebih porous serta menu-
viskositas rendah serta nilai setback yang cukup runkan rasio kristalinitas.
tinggi sesuai untuk produk breakfast cereal yang
menghendaki kerenyahan dan tidak menghendaki
penyerapan air berlebih saat dikonsumsi. Oleh UCAPAN TERIMA KASIH
karena itu pengembangan tepung beras patah dan
menir termodifikasi dapat memberikan alternatif Penulis mengucapkan terima kasih kepada
bahan baku fungsional yang sesuai bagi produk South East Asian Regional Center for Graduate
pangan tertentu. Study and Research in Agriculture (SEARCA) yang
telah mendanai penelitian ini, serta kepada Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Besar Penelitian
KESIMPULAN Tanaman Padi (BB Padi) atas segala dukungan
yang diberikan selama berlangsungnya penelitian.
Kombinasi perlakuan ultrasonikasi dan gelom-
bang mikro dengan HMT efektif menghasilkan
tepung beras dengan kadar RS lebih tinggi. Namun DAFTAR PUSTAKA
peningkatan pada kombinasi perlakuan ultra-
sonikasi-HMT dan gelombang mikro-HMT masih [AOAC] Association of Official Analytical Chemistry.
lebih rendah dibandingkan peningkatan kadar RS 2005. Official method of analysis. 18th Edition.
pada perlakuan HMT selama 12 jam. Perlakuan Chapter 32, 46-70. Cereal Foods. Association
kombinasi yang diberikan meningkatkan suhu awal of Official Analytical Chemistry International,
gelatinisasi, menurunkan kekentalan pasta, nilai Washington D.C.
breakdown dan nilai setback. Perlakuan kombinasi
182
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
Adebowale KO, Afolabi TA, Olu-Owolabi BI. 2005. lentil starches. Carbohyd Polym 75: 436–447.
Hydrothermal treatments of finger millet DOI: 10.1016/j.carbpol.2008.08.006.
(Eleusine coracana) starch. Food Hydrocolloid de Souza D, Sbardelotto AF, Ziegler DR, Marczak
19: 974–983. DOI: 10.1016/j.foodhyd.2004.12. LDF, Tessaro IC. 2016. Characterization of rice
007. starch and protein obtained by a fast alkaline
Ahza AB, Faridah DN, Kusbiantoro B, Ardhiyanti SD. extraction method. Food Chem 191: 36–44.
2016. Physical Process Performance and Met- DOI: 10.1016/j.foodchem.2015.03.032.
hods To Enhance Resistant Starch of Broken Hoover R. 2010. The impact of heat-moisture
Rice Flour. Presented at International Con- treatment on molecular structures and pro-
ference Food Innovations: ASEAN Economic perties of starches isolated from different
Community (AEC) Challenges 2016. Jakarta botanical sources. Crit Rev Food Sci 50: 835–
International Expo, September 21st-23rd 2016. 847. DOI: 10.1080/10408390903001735.
Ambigaipalan P, Hoover R, Donner E, Liu Q. 2014. Htoon A, Shrestha AK, Flanagan BM, Lopez-Rubio
Starch chain interactions within the amorphous A, Bird AR, Gilbert EP, Gidley MJ. 2009. Effects
and crystalline domains of pulse starches of processing high amylose maize starches
during heat-moisture treatment at different tem- under controlled conditions on structural organi-
peratures and their impact on physicochemical sation and amylase digestibility. Carbohyd
properties. Food Chem 143: 175–184. DOI: 10. Polym 75: 236–245. DOI: 10.1016/j.carbpol.
1016/j.foodchem. 2013.07.112. 2008.06.016.
Anderson AK, Guraya HS. 2006. Effects of Hung PV, Chau HT, Phi NTL. 2016. In vitro
gelombang mikro heat-moisture treatment on digestibility and in vivo glucose response of
properties of waxy and non-waxy rice starches. native and physically modified rice starches
Food Chem 97: 318–323. DOI: 10.1016/j.food varying amylose contents. Food Chem 191: 74–
chem.2005.04.025. 80. DOI: 10.1016/J.FOODCHEM.2015.02.118.
Belitz HD, Grosch W, Schieberle P. 2009. Food Jambrak A, Herceg Z, Šubaric´ D, Babic´ J, Brncˇic´
Chemistry 4th Revised and Extended Edition. M, Brncˇic´ SR, Bosiljkov T, Cˇ vek D, Tripalo B,
315-327. Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg. Gelo J. 2010. Ultrasound effect on physical pro-
BeMiller JN. 2007. Carbohydrate Chemistry for Food perties of corn starch. Carbohyd Polym 79: 91–
Scientists Second Edition. Minnesota (USA): 100. DOI: 10.1016/j.carbpol.2009.07.051.
AACC International Press. Jiang Q, Xu X, Jin Z, Tian Y, Hu X, Bai Y. 2011.
Birt DF, Boylston T, Hendrich S, Jane JL, Hollis J, Li Physicochemical properties of rice starch gels:
L, McClelland J, Moore S, Phillips GJ, Rowling Effect of different heat treatments. J Food Eng
M, Schalinske K, Scott MP, Whitley EM. 2015. 107: 353–357. DOI: 10.1016/j.jfoodeng.2011.
Resistant starch: promise for improving human 07.006.
health. Adv Nutr 4: 587–601. DOI: 10.3945/an.1 Jiranuntakul W, Puttanlek C, Rungsardthong V,
13.004325. Punchaarnon S, Uttapap D. 2011. Micro-
Bizkup RC, Rokita B, Lotfy S, Ulanski P, Rosiak JM. structural and physicochemical properties of
2005. Degradation of chitosan and starch by heat-moisture treated waxy and normal
360-kHz ultrasound. Carbohyd Polym 60: 175– starches. J Food Eng 104: 246–258. DOI:
184. DOI: 10.1016/j.carbpol.2004.12.001. 10.1016/j.jfoodeng.2010.12.016.
Brouns F, Kettlitz B, Arrigoni E. 2002. Resistant Kaur B, Ariffin F, Bhat R, Karim AA. 2012. Progress
starch and the butyrate revolution. Trends Food in starch modification in the last decade. Food
Sci Technol 13: 251-261. DOI: 10.1016/S0924- Hydrocolloid 26: 398-404. DOI: 10.1016/j.food
2244(02)00131-0. hyd.2011.02.016.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2015. SNI Kiatponglarpa W, Tongtaa S, Rolland-Sabatéb A,
Beras (SNI 6128:2015). Jakarta. Buléonba A. 2015. Crystallization and chain
Cham S, Suwannaporn P. 2010. Effect of hydro- reorganization of debranched rice starches in
thermal treatment of rice flour on various rice relation to resistant starch formation. Carbohyd
noodles quality. J Cereal Sci 51: 284–291. DOI: Polym 122: 108–114. DOI: 10.1016/j.carbpol.
10.1016/j.jcs.2010.01.002. 2014.12.070.
Chung HJ, Liu Q, Hoover R. 2009. Impact of annea- Klein B, Pinto VZ, Vanier NL, Zavareze ER, Colussi
ling and heat-moisture treatment on rapidly R, Evangelho JA, Gutkoski LC, Dias ARG.
digestible, slowly digestible and resistant starch 2013. Effect of single and dual heat–moisture
levels in native and gelatinized corn, pea and treatments on properties of rice, cassava, and
183
DOI: 10.6066/jtip.2016.27.2.175 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 27(2): 175-184 Th. 2016
pinhao starches. Carbohyd Polym 98: 1578– Sujka M, Jamroz J. 2013. Ultrasound-treated starch:
1584. DOI: 10.1016/j.carbpol.2013.07.036. SEM and TEM imaging, and functional
Leewatchararongjaroen J, Anuntagool J. 2016. behaviour. Food Hydrocolloid 31: 413-419. DOI:
Effects of dry-milling and wet-milling on 10.1016/j.foodhyd.2012.11.027.
chemical, physical and gelatinization properties Warren FJ, Gidley MJ, Flanagan BM. 2016. Infrared
of rice flour. Rice Sci 23: 274−281. DOI: spectroscopy as a tool to characterise starch
10.1016/j.rsci.2016.08.005. orderedstructure—a joint FTIR–ATR, NMR,
Pinto VZ, Vanier NL, Deon VG, Moomand K, El XRD and DSC study. Carbohyd Polym 139: 35–
Halal SLM, Zavareze ER, Lim LT, Dias ARG. 42. DOI: 0.1016/j.carbpol.2015.11.066.
2015. Effects of single and dual physical Zavareze ER, Storck CR, Castro LAS, Schirmer MA,
modifications on pinhao starch. Food Chem Dias ARG. 2010. Effect of heat-moisture
187: 98–105. DOI: 10.1016/J.FOODCHEM.20 treatment on rice starch of varying amylose
15.04.037. content. Food Chem 121: 358–365. DOI:
Pratiwi M. 2016. Structural Changes of Arrowroot 10.1016/j.foodchem.2009.12.036.
Starch (Marantha arundinacea L.) as the Impact Zeng F, Ma F, Kong F, Gao Q, Yu S. 2015a.
of Multiple Treatments by Acid Hydrolysis, Physicochemical properties and digestibility of
Debranching, Autoclaving-cooling Cycles, and hydrothermally treated waxy rice starch. Food
Heat Moisture Treatment (HMT). [Thesis]. Chem 172: 92–98. DOI: 0.1016/j.foodchem.20
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 14.09.020.
Pukkahuta C, Shobsngob S, Varavinit S. 2007. Zeng S, Wua X, Lin S, Zeng H, Lua X, Zhang Y,
Effect of osmotic pressure onstarch: new Zheng B. 2015b. Structural characteristics and
method of physical modification of starch. physicochemical properties of lotus seed
Starch/Stärke 58:78-90. DOI: 10.1002/star.200 resistant starch prepared by different methods.
600509. Food Chem 186: 213–222. DOI: 10.1016/j.food
Schmiedl D, Bauerlein M, Bengs H, Jacobasch G. chem.2015.03.143.
2000. Production of heatstable, butyrogenic Zhou Y, Meng S, Chen D, Zhu X, Yuan H. 2014.
resistant starch. Carbohyd Polym 43: 183-193. Structure characterization and hypoglycemic
DOI: 10.1016/S0144-8617(00)00147-8. effects of dual modified resistant starch from
indica rice starch. Carbohyd Polym 103: 81–86.
DOI: 10.1016/j.carbpol.2013.12.020.
184