Professional Documents
Culture Documents
Analisis Pengetahuan, Sikap, Dan Terpaan Informasi Tentang Perilaku Kebersihan DN Sanitasi Penjual Sayur
Analisis Pengetahuan, Sikap, Dan Terpaan Informasi Tentang Perilaku Kebersihan DN Sanitasi Penjual Sayur
Laily Khairiyati 1*, Edyson 2, Lenie Marlinae 1, Nida Ulfah 1, Dian Rosadi 1
1 Public Health Program Study Faculty of Medicine Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru,
South Kalimantan, Indonesia
2 Medical Education Program Study Faculty of Medicine, University of Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km. 36
Abstract
The problem of lacking protein energy (PEM) as one of the main nutritional problems that occur in children. In it there is
one aspect of hygiene and food sanitation. The implications of long-term malnutrition in children will experience growth
barriers and increased disease in children. The fulfillment of nutrients is still very low compared to other provinces, which
is 11.7% of this is because access to reach the village corners to meet the nutritional needs of children is still dependent
on the mobile market that does not guarantee the quality of sanitation. The purpose of this study is to determine the
relationship of knowledge, attitude and exposure of information with hygiene and sanitation behavior on the mobile
vegetable traders. This research use cross sectional design with 30 samples of vegetable sellers in Banjar Regency
taken by purposive sampling. The instrument used is a questionnaire. Data analysis using chi square test with 95%
confidence level. The result showed that there was a significant correlation between knowledge and behavior (p value =
0.044, OR = 8.33), there was correlation between attitude and behavior (p value = 0.017; OR = 0.647), and no
relationship between exposure of information with behavior (p value = 0.073). Recommendations that can be given is
the need for frequency and duration of continuous information delivery about hygiene and food sanitation to vegetable
traders related to the fulfillment of nutrients and the quality of sanitation of the food it sells.
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan berdampak pada kesulitan dalam memenuhi nilai
benda lain yang dapat mengganggu dan akademis (Atmarita 2010). Akibat kurang gizi, proses
membahayakan kesehatan manusia (BPOM, 2004). tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Penyakit bawaan makanan (food borne disease) Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang gangguan pada pertumbuhan, produksi tenaga,
terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen. Data pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak dan
penyakit akibat makanan menunjukan 80% kasus perilaku yang tidak tenang yang dialami anak-anak
yang ada disebabkan oleh higiene pengolahan maupun orang dewasa (Almatsier 2002).
makanan yang buruk. Sepanjang tahun 2004, di Faktor yang menyebabkan gizi kurang menurut
Indonesia, terjadi 152 kali kejadian luar biasa (KLB) UNICEF(1998), pertumbuhan dipengaruhi oleh
keracunan makanan dengan jumlah penderita sebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
mencapai 7.295 orang dan yang meninggal langsung diantaranya adalah asupan makanan dan
sebanyak 45 orang. Selanjutnya, dari hasil keadaan kesehatan, sedangkan penyebab tidak
monitoring kejadian luar biasa (KLB) keracunan langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi
makanan tahun 2005, dilaporkan terjadi 184 KLB rumah tangga, pola pengasuhan anak, sanitasi
keracunan makanan dengan jumlah korban sakit lingkungan sanitasi makanan dan pemanfaatan
8.949 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 49 pelayanan kesehatan. Masalah kekurangan zat gizi
orang (BPOM 2007). ada 4 yang dianggap sangat penting yaitu: kurang
Permasalahan yang sering timbul di energi-protein, kurang Vitamin A, kurang yodium
masyarakat adalah kualitas dan kuantitas dari (gondok endemik) dan kurang zat besi (anemia gizi
produksi makanan, termasuk pemilihan dan besi) (Kartika 2011).
pengemasan makanan. Oleh karena itu, makanan Ketika masih anak-anak pola dietnya buruk,
sebagai faktor yang sangat penting bagi kehidupan dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell 2012) dan
manusia selain harus memenuhi dari segi gizi dan akan mempengaruhi kesehatannya (Jones et al.
penampilan yang menarik, makanan juga harus 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan
aman untuk dikonsumsi yaitu terbebas dari segala buah dan makanan bergizi yang dibiasakan sejak
bentuk kontaminan yang dapat merugikan dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga
konsumen. Potensi makanan untuk terkontaminasi dewasa. Masyarakat di Kalimantan Selatan
zat berbahaya dan menjadi sumber penularan khususnya di daerah pedesaan Kabupaten Banjar
penyakit meningkat jika proses penanganan hingga mempunyai kondisi perekonomian yang lemah dan
dikonsumsi masyarakat tidak memperhatikan akses yang sulit untuk menjangkau pola makanan
higiene dan sanitasi. Kasus keracunan tersebut bisa yang sehat dan beragam, sehingga pedagang sayur
diakibatkan oleh faktor kebersihan dari makanan dan keliling menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk
food handler juga kurang diperhatikan (Nugroho & memenuhi kebutuhan makanannya. Oleh karena itu,
Yudhastuti 2014). perilaku pemenuhan menu jualan yang bergizi pada
Hasil PSG tahun 2016 Provinsi Kalimantan pedagang sayur sebenarnya mempunyai peranan
Selatan status gizi balita di Kabupaten Banjar adalah yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat di
47% gizi kurang. Data tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut.
masalah gizi termasuk dalam masalah kesehatan Faktor penyebab perilaku berdasarkan teori
masyarakat dengan kategori sangat kurang karena didalam buku Notoatmodjo (2010), dijelaskan oleh
prevalensi gizi kurang sebesar ≥40%. permasalahan Lawrence Green yang dirintis sejak tahun 1980
kurang gizi akan berakibat kurang energi-protein, menyebutkan terdapat tiga faktor perilaku (behavior
kurang vitamin a, kurang yodium (gondok endemik) causes) yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin
dan kurang zat besi (anemia gizi besi) (Badan dan faktor penguat (Notoadmodjo 2010) Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI 2013). tersebut diantaranya adalah pengetahuan dan
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak terpaan informasi mengenai menu sehat dan
meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan seimbang. Nurmayunita (2014) menyebutkan bahwa
hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku
keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan seseorang. Hariyanto (2010) juga menyebutkan
badan. Anak dengan kondisi gizi kurang akan bahwa terdapat hubungan terpaan informasi dengan
menjadi manusia dewasa dengan kualitas rendah perilaku. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
karena anak tidak dapat mencapai tinggi badan mengetahui hubungan pengetahuan dan terpaan
potensial yang diharapkan yang berimbas pada informasi mengenai menu sehat dan seimbang
perkembangan otak yang tidak sempurna dengan perilaku sanitasi makanan dalam
pemenuhan menu jualan yang bergizi pada Sekolah Dasar (Tabel 1). Tingkat pendidikan
pedagang sayur keliling, karena pedagang sayur berkaitan dengan pengetahuan pedagangsayur
mempunyai kemampuan untuk memberikan tentang higiene dan sanitasi. Seseorang yang
informasi,akses menuju jalan sempit dan pelosok berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
desa,dapat menjual makanan dalam jumlah sesuai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
ekonomi keluarga,dan harganya relatif murah dan tingkat pendidikan yang lebih rendah.Tingkat
terjangkau. Rerata pedagang sayur dalam satu blok pendidikan pedagang sayur mempengaruhi
rumah atau desa 6-10 pedagang sayur perhari yang praktik-praktik kebersihan diri dan kualitas barang
dapat menjajakan sayur,ikan dan buah beraneka dagangan yang berkaitan dengan pemenuhan zat
ragam dan harga yang terjangkau dan jika dilakukan gizi bagi tumbuh kembang bayi dan balita. Faktor
koordinasi maka akan menjadi mitra dalam tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
pemenuhan menu sehat dan meningkatkan perilaku menyerap dan memahami pengetahuan kesehatan
sanitasi makanan yang sehat dalam kemasan jualan yang diperoleh (Hartini 2014).
dan ragam jualan.
Penelitian ini bertujuan secara umum untuk Tabel 1. Distribusi frekuensi pendidikan responden
menganalisis tingkat pengetahuan, sikap dan
terpaan informasi mengenai sanitasi makanan Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase (%)
dengan perilaku sanitasi penjual sayur keliling (Studi SD 13 43,3
Intervensi dengan metode IKS HSM di Kabupaten SMP 8 26,7
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan). SMA 9 30
Jumlah 30 100
2. METODE
3.1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Penelitian ini bersifat analitik, dengan pendekatan Respoden
cross sectional. Tujuannya untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap dan terpaan informasi Sebagian besar pengetahuan pedagang sayur
mengenai sanitasi makanan dengan perilaku dengan kategori baik yaitu sebanyak 16 orang atau
sanitasi penjual sayur keliling. Cross sectional 53,3% (Tabel 2). Semakin tinggi tingkat pendidikan
digunakan untuk mempelajari dinamika kolerasi seseorang, semakin baik peluang perilakunya.
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan respoden
sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Riyanto 2011). Subjek penelitian adalah semua Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
pedagang sayur keliling yang ada di Kabupaten Kurang 14 46,7
Banjar dengan sampel minimal 30 orang. Teknik Baik 16 53,3
pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen Jumlah 30 100
penelitian adalah kuesioner untuk mengidentifikasi
variabel pengetahuan, sikap, terpaan informasi, dan 3.1.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden
perilaku higiene dan sanitasi. Analisis bivariat
digunakan untuk menjelaskan hubungan dua Sebagian besar responden juga memiliki sikap
variabel yaitu variabel dependen (pengetahuan, dengan kategori kurang yaitu sebnayk 17 orang atau
sikap, terpaan informasi) dengan variabel 56,7% (Tabel 3). Menurut Wawan & Dewi (2010),
independen (perilaku higiene sanitasi pedagang sikap merupakan suatu bentuk kepercayaan,
sayur keliling). Uji chi-square menggunakan derajat keyakinan, perasaan, dan kecenderungan bertindak
kepercayaan 95%. yang ditunjukan pada objek tertentu yang sedang
dihadapi. Selanjutnya sikap juga bergantung dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN penilaian, yaitu diterima atau ditolaknya objek
3.1 Analisis Univariat tertentu. Jika ia menilai baik terhadap suatu objek, ia
bersikap menyetujuinya terhadap objek tersebut,
3.1.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan
sedangkan bila suatu objek itu dinilai jelek menurut
Responden dirinya, maka ia bersikap tidak menyetujuinya. Jika
individu menerima suatu objek yang positif berarti ia
Berdasarkan tabel 1 diatas, sebagian besar
memiliki suatu sikap yang positif dan jika individu
responden penelitian (43,3%) atau sebanyak 13
tidak menerima suatu hal yang negatif berarti ia
orang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu
bersikap positif (Wawan & Dewi 2010).
keterbatasan fasilitas yang membuat responden higiene sanitasi saat berjualan seperti tidak setuju
tidak dapat menerapkan higiene sanitasi yang baik, jika tidak bekerja walaupun dalam keadaan sakit
seperti tidak tersedianya tempat sampah, tidak (batuk, flu, dan diare), alasan responden karena bila
tersedianya tempat cuci tangan, tidak tersedianya sakitnya masih ringan maka masih dapat bekerja
sumber air bersih, serta sarana jualan yang sulit dan melakukan aktifitas, tidak setuju jika pada saat
untuk dibersihkan. luka/bisul, luka tersebut ditutupi, alasannya karena
Penelitian ini sejalan dengan Nasikhin luka jika ditutupi akan sulit sembuh, tidak setuju jika
Usman, dkk (2013) menyatakan bahwa ada tidak harus menggaruk anggota badan pada saat
hubungan antara pengetahuan penjamah makanan bekerja, alasan responden karena gatal bersifat
dengan higiene sanitasi makanan yang mana alamiah dan tidak bisa ditahan-tahan, tidak setuju
terdapat hubungan positif yang nyata antara tingkat jika penyimpanan bahan makanan antara sayur dan
pengetahuan dengan higiene sanitasi makanan ikan disimpan terpisah, alasan responden karena
(p<0,05) dengan nilai r sebesar 0,873 sedangkan keterbatasan wadah sehingga digabungkan saja,
nilai p sebesar 0,000. Berartisemakin tinggi tingkat sebab hal tersebut tidak membahayakan.
pengetahuan maka akanberpengaruh terhadap Responden yang sikap dengan kategori baik
hygiene sanitasi makanan (Usman 2010). Sesuai dengan perilaku higiene sanitasi yang baik sebanyak
dengan penelitian Budiyono (2008) yang 100%, hal tersebut dapat terjadi jika seseorang yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara memiliki sikap yang baik terhadap sesuatu hal, ia
pengetahuan penjamah makanan dengan higiene akan memiliki perilaku atau tindakan yang baik pula,
dan sanitasi makanan. Hal ini diperkuat pernyataan kemampuan dalam menerima, merespon,
perilaku atau praktik, jika didasari oleh pengetahuan, menghargai dan mampu mempertanggungjawabkan
kesadaran, dan sikapyangpositif, makaperilaku sikap yang dipilih akan menentukan sikap.
tersebutakan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila Seseorang yang memiliki sikap baik terhadap
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan higiene sanitasi makanan mempunyai
kesadaran, maka tidak akan berlangsung (Budiyono kecenderungan untuk memiliki personal higiene atau
2008). Sedangkan penelitian Agoestin et al. (2013) higiene sanitasi makanan yang baik pula.
menyatakan bahwa ada hubungan antara Hasil penelitian Augustin (2015) menunjukkan
pengetahuan dengan praktik sanitasi pedagang bahwa secara umum gambaran sikap responden
makanan dengan nilai p=0,001 (<0,05) (Agoestin terhadap seluruh aspek yaitu kebersihan diri,
2013). peralatan, penyajian dan sarana dalam kategori baik.
3.2.2 Hubungan antara Sikap dengan 3.2.3 Hubungan antara Terpaan Informasi
Perilaku Higiene dan Sanitasi dengan Perilaku Higiene dan Sanitasi
Ada hubungan antara sikap dengan perilaku Tidak ada hubungan antara terpaan informasi
higiene dan sanitasi pedagang sayur keliling di dengan perilaku higiene dan sanitasi pedagang
kabupaten Banjar (Tabel 7). Dari 30 responden, ada sayur keliling di kabupaten Banjar (Tabel 8). Masih
yang memiliki sikap dalam kategori kurang akan
ada responden (71,4%) yang terpaan informasinya
tetapi perilakunya baik yang persentasenya lebih
besar (64,7%) daripada responden yang sikapnya dalam kategori kurang, walaupun perilakunya baik,
kurang dengan perilaku higiene sanitasinya juga sedangkan responden lainnya (28,6%) terpaan
tergolong kurang (35,3%). informasi kurang serta perilaku higiene dan sanitasi
juga kurang.
Tabel 7. Tabulasi silang sikap dengan perilaku higiene
dan sanitasi Tabel 8. Tabulasi silang antara terpaan informasi
Perilaku
dengan perilaku higiene dan sanitasi
OR
Sikap Kurang Baik P-Value
(95% Cl)
n % n % Perilaku
Terpaan OR
Kurang 6 35,3 11 64,7 0,017 0,647 Kurang Baik P-Value
Informasi (95% Cl)
Baik 0 0 13 100 (0,455-0,919) n % n %
Kurang 6 28,6 15 71,4 0,073 0,714
Berdasarkan pengamatan lapangan, hal Baik 0 0 9 100 (0,545-0,936)
tersebut dapat terjadi karena responden tidak
menerapkan sikap yang baik terhadap syarat-syarat Hal demikian dapat tejadi ketika tanpa terpaan
informasi dari TV, radio, atau media sosial di internet,
para pedagang dapat berperilaku baik oleh karena Jajanan di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara
pengalaman berjualan selama bertahun-tahun Kotamadya Jakarta Timur. Skripsi (Tidak
dimana konsumen/ pembeli menginginkan Dipublikasikan). Universitas Islam Negeri
menginformasikan kepada pedagang sayur Hidayatullah, Jakarta.
Atmarita. (2010) Masalah generasi penerus bangsa saat
hendaknya bahan makanan yang dijual dalam
ini di Indonesia: Kurang gizi, kurang sehat, kurang
kondisi yang baik, tidak busuk dan berperilaku yang cerdas. Disampaikan pada Seminar Nasional
bersih. “Optimilisasi Potensi Anak Stunted” di Indonesia
Terpaan informasi yang baik juga Universitas Gajah Mada, 2 Oktober 2010:
menghasilkan perilaku yang baik pada pedagang Yogyakarta
sayur keliling. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN).
dimana persentasinya sudah mencapai 100%. Hal 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
ini sesuai teori dimana terpaan informasi dengan 2006-2010. BPPN, Jakarta.
durasi dan frekuensi yang baik dan mengandung Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
suatu informasi dan pengetahuan yang apabila 2007. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
diterapkan dapat merubah perilaku ke arah yang
2010. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.
lebih baik. Hasil penelitian Citra (2010) menunjukkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
hasil bahwa terpaan informasi berhubungan perilaku 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
mengenai pemilihan kuliner yang baik dan sehat di Brug J et al. 2008. Taste preferences, liking and other
Surakarta (Citra 2010). factors related to fruit and vegetable intakes among
schoolchildren: Result from observational studies.
4. SIMPULAN British Journal of Fruit (2008), 99, Suppl. 1 S7-S14.
Budiyono, Junaedi H, Isnawati. 2009. Tingkat
Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pengetahuan dan praktik penjamah makanan
tentang higiene dan sanitasi makanan pada
dengan perilaku higiene dan sanitasi pada pedagang
Warung Makan di Tembalang Kota Semarang.
sayur keliling di Kabupaten Banjar. Sedangkan Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 4(1).
variabel terpaan informasi tidak menunjukkan Citra DNA. 2010. Terpaan Acara dan Tingkat
hubungan yang signifikan dengan perilaku Pengetahuan (Studi Korelasi antara Terpaan
pedagang. Tayangan Wisata Kuliner Di Trans TV dengan
Saran yang dapat diberikan yaitu Tingkat Pengetahuan Umum Mengenai Ragam
diperlukannya frekuensi dan durasi pemberian dan Tempat Kuliner di Kalangan Siswa-Siswi SMK
informasi secara kontinyu mengenai higiene dan Sahid Surakarta Jurusan Usaha Perjalanan Wisata
sanitasi makanan kepada para pedagang sayur Angkatan 2007-2009. Skripsi (Tidak
keliling terkait pemenuhan zat gizi dan kualitas Dipublikasikan). Fakultas Hukum dan Ilmu Politik.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
sanitasi makanan yang dijualnya.
Hariyanto. 2010. Pengaruh Pesan Bahaya Merokok pada
Bungkus Rokok terhadap Perilaku Merokok di
5. UCAPAN TERIMA KASIH Kalangan Pelajar SMP Muhammadiyah 06 Dau
Malang. Aritkel Ilmiah Ilmu Komunikasi. Universitas
Terima kasih disampaikan kepada para pedagang Muhammadiyah Malang, Malang.
sayur keliling di Pasar Subuh Simpang Empang Hartini S. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Sekumpul, Martapura yang telah ikut berpartisipasi Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 6-12
dalam kegiatan penelitian ini. Bulan di Puskesmas Kasihan II Yogyakarta. Skripsi
(Tidak Dipublikasikan). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA Husaini et al. 2003. KMS Perkembangan Anak: Teknologi
Sederhana yang relevan dengan program
Adam YMN. 2011. Pengetahuan dan Perilaku Higiene Peningkatan Kualitas SDM. Litbang [serial online]
Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses: 07
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kanujoso Januari 2015.
Djatiwibowo Balikpapan. Artikel Penelitian (Tidak Iqbal MW. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan
Dipublikasikan). Aplikasi dalam Kebidanan. Salemba Medika,
Agoestin C, Wati I. 2013. Faktor yang berhubungan Jakarta.
dengan praktik sanitasi pada pedagang makanan Kumboyono S, Winastio E. 2013. Hubungan Pola Auh
di sekitar wisata pantai Logending Kecamatan Orangtua dengan Konsumsi Sayuran pada Anak
Ayah Kabupaten Kebumen. Unnes Journal Of Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu Malang.
Public Health, 2 (4). Skripsi (Tidak Dipublikasikan), Universitas
Augustin E. 2015. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Brawijaya, Malang.
Tindakan Higiene Sanitasi Pedagang Makanan
Mitchell GL et al. 2012. Parental influences on children’s Perilaku Merokok Siswa SMK Kasatrian Solo
eating behaviour and characteristics of successful Kartasura Sukoharjo. Skripsi (Tidak
parent-focussed interventions. Appetite 60, 85-94. Dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Surakarta, Surakarta.
Dasar. Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Nasikhin U, Wariyah C, Dewi C. 2013. Hubungan tingkat Kesehatan Cetakan Kedua. Nuha Medika,
pendidikan pedagang dengan higiene sanitasi Bandung.
makanan jajan anak sekolah dasar di Kabupaten Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran
Kulon Progo-DIY. Jurnal Agrisains Yogyakarta, 4 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
(7). NuhaMedika, Yogyakarta.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Wibawa A. 2008. Faktor penentu kontaminasi
Seni. Rineka Cipta, Jakarta. bakteriologik pada makanan jajanan di Sekolah
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Rineka Cipta, Jakarta. 3(1).
Nurmayunita D. 2014. Hubungan antara Pengetahuan,
Paparan Media Iklan dan Persepsi Dengan Tingkat
-----