You are on page 1of 7

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

ANALISIS PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TERPAAN INFORMASI TENTANG


PERILAKU KEBERSIHAN DAN SANITASI PADA PARA PENJUAL SAYUR

Analysis of Knowledge, Attitudes, and Exposure on Hygiene and Sanitation


Behavior in Vegetable Sellers

Laily Khairiyati 1*, Edyson 2, Lenie Marlinae 1, Nida Ulfah 1, Dian Rosadi 1
1 Public Health Program Study Faculty of Medicine Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru,
South Kalimantan, Indonesia
2 Medical Education Program Study Faculty of Medicine, University of Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km. 36

Banjarbaru, South Kalimantan, Indonesia


*Surel: Lailykhairiyati@unlam.ac.id

Abstract
The problem of lacking protein energy (PEM) as one of the main nutritional problems that occur in children. In it there is
one aspect of hygiene and food sanitation. The implications of long-term malnutrition in children will experience growth
barriers and increased disease in children. The fulfillment of nutrients is still very low compared to other provinces, which
is 11.7% of this is because access to reach the village corners to meet the nutritional needs of children is still dependent
on the mobile market that does not guarantee the quality of sanitation. The purpose of this study is to determine the
relationship of knowledge, attitude and exposure of information with hygiene and sanitation behavior on the mobile
vegetable traders. This research use cross sectional design with 30 samples of vegetable sellers in Banjar Regency
taken by purposive sampling. The instrument used is a questionnaire. Data analysis using chi square test with 95%
confidence level. The result showed that there was a significant correlation between knowledge and behavior (p value =
0.044, OR = 8.33), there was correlation between attitude and behavior (p value = 0.017; OR = 0.647), and no
relationship between exposure of information with behavior (p value = 0.073). Recommendations that can be given is
the need for frequency and duration of continuous information delivery about hygiene and food sanitation to vegetable
traders related to the fulfillment of nutrients and the quality of sanitation of the food it sells.

Keywords: hygiene and sanitation, knowledge, attitude, information exposure, behavior

1. PENDAHULUAN dihasilkan oleh petani di Kalimantan Selatan cukup


tinggi yaitu sebesar 12.064,13 ton/tahun. Menurut
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk FAO (2010), tahun 2005-2007 konsumsi buahnya
meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. hanya mencapai 173 gram/hari dan konsumsi
Ukuran kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat sayuran 101 gr/hari. Menurut Riskesdas tahun 2010,
dari indeks pembangunan manusia (IPM), pada kelompok usia diatas 10 tahun konsumsi
sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara sayurnya hanya mencapai 63,3% dan buah 62,1%
lain dapat dilihat dari tingkat kemiskinan dan status dari kebutuhannya sehari. Data riskesdas pada
kesehatan masyarakat (BPPN 2007). Masalah tahun 2013 menyatakan bahwa pada kelompok usia
kurang energi protein (KEP) sebagai salah satu yang sama tidak terjadi peningkatan konsumsi sayur
masalah gizi utama yang terjadi pada anak salah dan buah yang signifikan pada tahun ini. Sedangkan
satunya adalah masalah sanitasi makanan. Implikasi konsumsi protein adalah 58,7 gram dari rata-rata
dari kekurangan gizi yang lama pada anakakan nasional 55,5 gram.
mengalami hambatan tumbuh kembang dan Makanan merupakan kebutuhan dasar
terjadinya peningkatan penyakit pada anak. manusia, sehingga memerlukan prasyarat
Pemenuhan sayur-sayuran dan buah-buahan kecukupan gizi yang harus dipenuhi meliputi bergizi,
masih sangat rendah di dibandingkan provinsi lain, terbuat dari bahan yang bermutu dan aman
yaitu sebesar 11,7% hal ini karen akses untuk dikonsumsi. Persyaratan keamanan makanan
mencapai pelosok desa dalam memenuhi kebutuhan merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi
gizi anak masih tergantung pada pasar keliling yang karena mempengaruhi derajat kesehatan
tidak menjamin kualitasi sanitasinya. Padahal masyarakat. Keamanan makanan adalah kondisi
produksi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


476
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan berdampak pada kesulitan dalam memenuhi nilai
benda lain yang dapat mengganggu dan akademis (Atmarita 2010). Akibat kurang gizi, proses
membahayakan kesehatan manusia (BPOM, 2004). tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Penyakit bawaan makanan (food borne disease) Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang
adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
penyakit yang ditimbulkan oleh makanan yang gangguan pada pertumbuhan, produksi tenaga,
terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen. Data pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak dan
penyakit akibat makanan menunjukan 80% kasus perilaku yang tidak tenang yang dialami anak-anak
yang ada disebabkan oleh higiene pengolahan maupun orang dewasa (Almatsier 2002).
makanan yang buruk. Sepanjang tahun 2004, di Faktor yang menyebabkan gizi kurang menurut
Indonesia, terjadi 152 kali kejadian luar biasa (KLB) UNICEF(1998), pertumbuhan dipengaruhi oleh
keracunan makanan dengan jumlah penderita sebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
mencapai 7.295 orang dan yang meninggal langsung diantaranya adalah asupan makanan dan
sebanyak 45 orang. Selanjutnya, dari hasil keadaan kesehatan, sedangkan penyebab tidak
monitoring kejadian luar biasa (KLB) keracunan langsung meliputi ketersediaan dan pola konsumsi
makanan tahun 2005, dilaporkan terjadi 184 KLB rumah tangga, pola pengasuhan anak, sanitasi
keracunan makanan dengan jumlah korban sakit lingkungan sanitasi makanan dan pemanfaatan
8.949 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 49 pelayanan kesehatan. Masalah kekurangan zat gizi
orang (BPOM 2007). ada 4 yang dianggap sangat penting yaitu: kurang
Permasalahan yang sering timbul di energi-protein, kurang Vitamin A, kurang yodium
masyarakat adalah kualitas dan kuantitas dari (gondok endemik) dan kurang zat besi (anemia gizi
produksi makanan, termasuk pemilihan dan besi) (Kartika 2011).
pengemasan makanan. Oleh karena itu, makanan Ketika masih anak-anak pola dietnya buruk,
sebagai faktor yang sangat penting bagi kehidupan dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell 2012) dan
manusia selain harus memenuhi dari segi gizi dan akan mempengaruhi kesehatannya (Jones et al.
penampilan yang menarik, makanan juga harus 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan
aman untuk dikonsumsi yaitu terbebas dari segala buah dan makanan bergizi yang dibiasakan sejak
bentuk kontaminan yang dapat merugikan dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga
konsumen. Potensi makanan untuk terkontaminasi dewasa. Masyarakat di Kalimantan Selatan
zat berbahaya dan menjadi sumber penularan khususnya di daerah pedesaan Kabupaten Banjar
penyakit meningkat jika proses penanganan hingga mempunyai kondisi perekonomian yang lemah dan
dikonsumsi masyarakat tidak memperhatikan akses yang sulit untuk menjangkau pola makanan
higiene dan sanitasi. Kasus keracunan tersebut bisa yang sehat dan beragam, sehingga pedagang sayur
diakibatkan oleh faktor kebersihan dari makanan dan keliling menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk
food handler juga kurang diperhatikan (Nugroho & memenuhi kebutuhan makanannya. Oleh karena itu,
Yudhastuti 2014). perilaku pemenuhan menu jualan yang bergizi pada
Hasil PSG tahun 2016 Provinsi Kalimantan pedagang sayur sebenarnya mempunyai peranan
Selatan status gizi balita di Kabupaten Banjar adalah yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat di
47% gizi kurang. Data tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut.
masalah gizi termasuk dalam masalah kesehatan Faktor penyebab perilaku berdasarkan teori
masyarakat dengan kategori sangat kurang karena didalam buku Notoatmodjo (2010), dijelaskan oleh
prevalensi gizi kurang sebesar ≥40%. permasalahan Lawrence Green yang dirintis sejak tahun 1980
kurang gizi akan berakibat kurang energi-protein, menyebutkan terdapat tiga faktor perilaku (behavior
kurang vitamin a, kurang yodium (gondok endemik) causes) yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin
dan kurang zat besi (anemia gizi besi) (Badan dan faktor penguat (Notoadmodjo 2010) Faktor
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI 2013). tersebut diantaranya adalah pengetahuan dan
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak terpaan informasi mengenai menu sehat dan
meliputi gizi kurang atau yang mencakup susunan seimbang. Nurmayunita (2014) menyebutkan bahwa
hidangan yang tidak seimbang maupun konsumsi terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku
keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan seseorang. Hariyanto (2010) juga menyebutkan
badan. Anak dengan kondisi gizi kurang akan bahwa terdapat hubungan terpaan informasi dengan
menjadi manusia dewasa dengan kualitas rendah perilaku. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk
karena anak tidak dapat mencapai tinggi badan mengetahui hubungan pengetahuan dan terpaan
potensial yang diharapkan yang berimbas pada informasi mengenai menu sehat dan seimbang
perkembangan otak yang tidak sempurna dengan perilaku sanitasi makanan dalam

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


477
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

pemenuhan menu jualan yang bergizi pada Sekolah Dasar (Tabel 1). Tingkat pendidikan
pedagang sayur keliling, karena pedagang sayur berkaitan dengan pengetahuan pedagangsayur
mempunyai kemampuan untuk memberikan tentang higiene dan sanitasi. Seseorang yang
informasi,akses menuju jalan sempit dan pelosok berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
desa,dapat menjual makanan dalam jumlah sesuai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
ekonomi keluarga,dan harganya relatif murah dan tingkat pendidikan yang lebih rendah.Tingkat
terjangkau. Rerata pedagang sayur dalam satu blok pendidikan pedagang sayur mempengaruhi
rumah atau desa 6-10 pedagang sayur perhari yang praktik-praktik kebersihan diri dan kualitas barang
dapat menjajakan sayur,ikan dan buah beraneka dagangan yang berkaitan dengan pemenuhan zat
ragam dan harga yang terjangkau dan jika dilakukan gizi bagi tumbuh kembang bayi dan balita. Faktor
koordinasi maka akan menjadi mitra dalam tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
pemenuhan menu sehat dan meningkatkan perilaku menyerap dan memahami pengetahuan kesehatan
sanitasi makanan yang sehat dalam kemasan jualan yang diperoleh (Hartini 2014).
dan ragam jualan.
Penelitian ini bertujuan secara umum untuk Tabel 1. Distribusi frekuensi pendidikan responden
menganalisis tingkat pengetahuan, sikap dan
terpaan informasi mengenai sanitasi makanan Pendidikan terakhir Frekuensi Persentase (%)
dengan perilaku sanitasi penjual sayur keliling (Studi SD 13 43,3
Intervensi dengan metode IKS HSM di Kabupaten SMP 8 26,7
Banjar Provinsi Kalimantan Selatan). SMA 9 30
Jumlah 30 100
2. METODE
3.1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Penelitian ini bersifat analitik, dengan pendekatan Respoden
cross sectional. Tujuannya untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap dan terpaan informasi Sebagian besar pengetahuan pedagang sayur
mengenai sanitasi makanan dengan perilaku dengan kategori baik yaitu sebanyak 16 orang atau
sanitasi penjual sayur keliling. Cross sectional 53,3% (Tabel 2). Semakin tinggi tingkat pendidikan
digunakan untuk mempelajari dinamika kolerasi seseorang, semakin baik peluang perilakunya.
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan respoden
sekaligus pada suatu saat (point time approach)
(Riyanto 2011). Subjek penelitian adalah semua Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
pedagang sayur keliling yang ada di Kabupaten Kurang 14 46,7
Banjar dengan sampel minimal 30 orang. Teknik Baik 16 53,3
pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen Jumlah 30 100
penelitian adalah kuesioner untuk mengidentifikasi
variabel pengetahuan, sikap, terpaan informasi, dan 3.1.2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden
perilaku higiene dan sanitasi. Analisis bivariat
digunakan untuk menjelaskan hubungan dua Sebagian besar responden juga memiliki sikap
variabel yaitu variabel dependen (pengetahuan, dengan kategori kurang yaitu sebnayk 17 orang atau
sikap, terpaan informasi) dengan variabel 56,7% (Tabel 3). Menurut Wawan & Dewi (2010),
independen (perilaku higiene sanitasi pedagang sikap merupakan suatu bentuk kepercayaan,
sayur keliling). Uji chi-square menggunakan derajat keyakinan, perasaan, dan kecenderungan bertindak
kepercayaan 95%. yang ditunjukan pada objek tertentu yang sedang
dihadapi. Selanjutnya sikap juga bergantung dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN penilaian, yaitu diterima atau ditolaknya objek
3.1 Analisis Univariat tertentu. Jika ia menilai baik terhadap suatu objek, ia
bersikap menyetujuinya terhadap objek tersebut,
3.1.1 Distribusi Frekuensi Pendidikan
sedangkan bila suatu objek itu dinilai jelek menurut
Responden dirinya, maka ia bersikap tidak menyetujuinya. Jika
individu menerima suatu objek yang positif berarti ia
Berdasarkan tabel 1 diatas, sebagian besar
memiliki suatu sikap yang positif dan jika individu
responden penelitian (43,3%) atau sebanyak 13
tidak menerima suatu hal yang negatif berarti ia
orang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu
bersikap positif (Wawan & Dewi 2010).

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


478
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

Tabel 5. Distribusi frekuensi perilaku higiene dan


Tabel 3. Distribusi frekuensi sikap responden sanitasi responden

Sikap Frekuensi Persentase (%) Perilaku Frekuensi Persentase (%)


Kurang 17 56,7 Kurang 6 20
Baik 13 43,3 Baik 24 80
Jumlah 30 100 Jumlah 30 100

3.1.3 Distribusi Frekuensi Terpaan Informasi 3.2 Analisis Bivariat


Higiene Sanitasi pada Responden 3.2.1 Hubungan antara Pengetahuan
Responden dengan Perilaku Higiene
Sebagian besar responden (70%) atau 21 orang dan Sanitasi
memiliki terpaan informasi higiene dan sanitasi yang
masih rendah (Tabel 4). Terpaan informasi terkait Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku
dengan frekuensi dan durasi (waktu) terpaparnya higiene dan sanitasi pedagang sayur keliling di
responden dengan suatu informasi, dalam hal ini kabupaten Banjar (Tabel 6). Dari 30 responden, ada
informasi mengenai higiene dan sanitasi pedangang. yang memiliki pengetahuan kurang akan tetapi
Data tersebut menunjukkan keterpaparan responden perilakunya baik, persentasenya lebih besar (64,3%)
mengenai higiene sanitasi pada saat berjualan daripada responden yang pengetahuannya kurang
dalam kategori rendah dengan alasan tidak terlalu dengan perilaku higiene sanitasinya juga tergolong
banyak menonton TV, mendengarkan radio, kurang (35,7%).
membaca majalah/ surat kabar atau berita online.
Beberapa acara di televisi mengenai higiene dan Tabel 6. Tabulasi silang antara pengetahuan dengan
sanitasi adalah dr. OZ Indonesia di Trans TV, Ayo perilaku higiene dan sanitasi
hidup sehat di TVRI, berita atau liputan khusus di
stasiun televisi lain mengenai kesehatan dan Perilaku
OR
makanan. Pengetahuan Kurang Baik P-Value
(95% Cl)
n % n %
Tabel 4. Distribusi frekuensi terpaan informasi higiene Kurang 5 35,7 9 64,3 0,044 8,33
Baik 1 6,3 15 95,7 (0,835-83,167)
sanitasi pada responden
Meskipun pengetahuan yang diperoleh
Perilaku Frekuensi Persentase (%) pedagang sangat minim, hal ini disebabkan karena
Rendah 21 70 dihubungkan dengan tingkat pendidikan responden
Tinggi 9 30 yang sebagian besar juga hanya pada tingkat
Jumlah 30 100 sekolah dasar. Namun demikian, meskipun memiliki
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah,
3.1.4 Distribusi Frekuensi Perilaku perilaku yang muncul dapat berbeda oleh karena
Responden perilaku merupakan semua kegiatan atau aktivitas
yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat
Perilaku higiene dan sanitasi responden sebagian diamati secara langsung. Contohnya adalah ketika
besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 24 orang pengamatan lapangan semua bahan yang dijual
atau 80% (Tabel 5). Perilaku yang baik yang dalam keadaan baik mutunya, segar dan tidak
pedagang sayur keliling telah diterapkan terutama busuk, bahan makanan yang diangkut dan dijual
pada barang dagangan seperti tidak batuk dan tidak antara ikan dan sayur dimasukkan dalam wadah
bersin dihadapan bahan makanan yang dijual, yang terpisah, bahan makanan yang dijual aman
semua bahan yang dijual dalam keadaan baik bagi kesehatan serta pedagang dapat menjaga
mutunya, segar dan tidak busuk, bahan makanan personal higiene dengan baik.
yang diangkut dan dijual antara ikan dan sayur Dari 30 responden tersebut juga dapat
dimasukkan dalam wadah yang terpisah, bahan diketahui bahwa masih ada responden yang
makanan yang dijual aman bagi kesehatan serta pengatahuannya sudah baik akan tetapi masih
pedagang dapat menjaga personal higiene dengan memiliki perilaku higiene sanitasi yang kurang yaitu
baik. sebesar 6,3%. Hal ini disebabkan oleh karena
responden tidak dapat memanifestasi
pengetahuannya ke dalam perilaku karena adanya

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


479
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

keterbatasan fasilitas yang membuat responden higiene sanitasi saat berjualan seperti tidak setuju
tidak dapat menerapkan higiene sanitasi yang baik, jika tidak bekerja walaupun dalam keadaan sakit
seperti tidak tersedianya tempat sampah, tidak (batuk, flu, dan diare), alasan responden karena bila
tersedianya tempat cuci tangan, tidak tersedianya sakitnya masih ringan maka masih dapat bekerja
sumber air bersih, serta sarana jualan yang sulit dan melakukan aktifitas, tidak setuju jika pada saat
untuk dibersihkan. luka/bisul, luka tersebut ditutupi, alasannya karena
Penelitian ini sejalan dengan Nasikhin luka jika ditutupi akan sulit sembuh, tidak setuju jika
Usman, dkk (2013) menyatakan bahwa ada tidak harus menggaruk anggota badan pada saat
hubungan antara pengetahuan penjamah makanan bekerja, alasan responden karena gatal bersifat
dengan higiene sanitasi makanan yang mana alamiah dan tidak bisa ditahan-tahan, tidak setuju
terdapat hubungan positif yang nyata antara tingkat jika penyimpanan bahan makanan antara sayur dan
pengetahuan dengan higiene sanitasi makanan ikan disimpan terpisah, alasan responden karena
(p<0,05) dengan nilai r sebesar 0,873 sedangkan keterbatasan wadah sehingga digabungkan saja,
nilai p sebesar 0,000. Berartisemakin tinggi tingkat sebab hal tersebut tidak membahayakan.
pengetahuan maka akanberpengaruh terhadap Responden yang sikap dengan kategori baik
hygiene sanitasi makanan (Usman 2010). Sesuai dengan perilaku higiene sanitasi yang baik sebanyak
dengan penelitian Budiyono (2008) yang 100%, hal tersebut dapat terjadi jika seseorang yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara memiliki sikap yang baik terhadap sesuatu hal, ia
pengetahuan penjamah makanan dengan higiene akan memiliki perilaku atau tindakan yang baik pula,
dan sanitasi makanan. Hal ini diperkuat pernyataan kemampuan dalam menerima, merespon,
perilaku atau praktik, jika didasari oleh pengetahuan, menghargai dan mampu mempertanggungjawabkan
kesadaran, dan sikapyangpositif, makaperilaku sikap yang dipilih akan menentukan sikap.
tersebutakan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila Seseorang yang memiliki sikap baik terhadap
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan higiene sanitasi makanan mempunyai
kesadaran, maka tidak akan berlangsung (Budiyono kecenderungan untuk memiliki personal higiene atau
2008). Sedangkan penelitian Agoestin et al. (2013) higiene sanitasi makanan yang baik pula.
menyatakan bahwa ada hubungan antara Hasil penelitian Augustin (2015) menunjukkan
pengetahuan dengan praktik sanitasi pedagang bahwa secara umum gambaran sikap responden
makanan dengan nilai p=0,001 (<0,05) (Agoestin terhadap seluruh aspek yaitu kebersihan diri,
2013). peralatan, penyajian dan sarana dalam kategori baik.

3.2.2 Hubungan antara Sikap dengan 3.2.3 Hubungan antara Terpaan Informasi
Perilaku Higiene dan Sanitasi dengan Perilaku Higiene dan Sanitasi

Ada hubungan antara sikap dengan perilaku Tidak ada hubungan antara terpaan informasi
higiene dan sanitasi pedagang sayur keliling di dengan perilaku higiene dan sanitasi pedagang
kabupaten Banjar (Tabel 7). Dari 30 responden, ada sayur keliling di kabupaten Banjar (Tabel 8). Masih
yang memiliki sikap dalam kategori kurang akan
ada responden (71,4%) yang terpaan informasinya
tetapi perilakunya baik yang persentasenya lebih
besar (64,7%) daripada responden yang sikapnya dalam kategori kurang, walaupun perilakunya baik,
kurang dengan perilaku higiene sanitasinya juga sedangkan responden lainnya (28,6%) terpaan
tergolong kurang (35,3%). informasi kurang serta perilaku higiene dan sanitasi
juga kurang.
Tabel 7. Tabulasi silang sikap dengan perilaku higiene
dan sanitasi Tabel 8. Tabulasi silang antara terpaan informasi
Perilaku
dengan perilaku higiene dan sanitasi
OR
Sikap Kurang Baik P-Value
(95% Cl)
n % n % Perilaku
Terpaan OR
Kurang 6 35,3 11 64,7 0,017 0,647 Kurang Baik P-Value
Informasi (95% Cl)
Baik 0 0 13 100 (0,455-0,919) n % n %
Kurang 6 28,6 15 71,4 0,073 0,714
Berdasarkan pengamatan lapangan, hal Baik 0 0 9 100 (0,545-0,936)
tersebut dapat terjadi karena responden tidak
menerapkan sikap yang baik terhadap syarat-syarat Hal demikian dapat tejadi ketika tanpa terpaan
informasi dari TV, radio, atau media sosial di internet,

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


480
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

para pedagang dapat berperilaku baik oleh karena Jajanan di Sekolah Dasar Cipinang Besar Utara
pengalaman berjualan selama bertahun-tahun Kotamadya Jakarta Timur. Skripsi (Tidak
dimana konsumen/ pembeli menginginkan Dipublikasikan). Universitas Islam Negeri
menginformasikan kepada pedagang sayur Hidayatullah, Jakarta.
Atmarita. (2010) Masalah generasi penerus bangsa saat
hendaknya bahan makanan yang dijual dalam
ini di Indonesia: Kurang gizi, kurang sehat, kurang
kondisi yang baik, tidak busuk dan berperilaku yang cerdas. Disampaikan pada Seminar Nasional
bersih. “Optimilisasi Potensi Anak Stunted” di Indonesia
Terpaan informasi yang baik juga Universitas Gajah Mada, 2 Oktober 2010:
menghasilkan perilaku yang baik pada pedagang Yogyakarta
sayur keliling. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN).
dimana persentasinya sudah mencapai 100%. Hal 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
ini sesuai teori dimana terpaan informasi dengan 2006-2010. BPPN, Jakarta.
durasi dan frekuensi yang baik dan mengandung Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
suatu informasi dan pengetahuan yang apabila 2007. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
diterapkan dapat merubah perilaku ke arah yang
2010. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta.
lebih baik. Hasil penelitian Citra (2010) menunjukkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI,
hasil bahwa terpaan informasi berhubungan perilaku 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta
mengenai pemilihan kuliner yang baik dan sehat di Brug J et al. 2008. Taste preferences, liking and other
Surakarta (Citra 2010). factors related to fruit and vegetable intakes among
schoolchildren: Result from observational studies.
4. SIMPULAN British Journal of Fruit (2008), 99, Suppl. 1 S7-S14.
Budiyono, Junaedi H, Isnawati. 2009. Tingkat
Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap pengetahuan dan praktik penjamah makanan
tentang higiene dan sanitasi makanan pada
dengan perilaku higiene dan sanitasi pada pedagang
Warung Makan di Tembalang Kota Semarang.
sayur keliling di Kabupaten Banjar. Sedangkan Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 4(1).
variabel terpaan informasi tidak menunjukkan Citra DNA. 2010. Terpaan Acara dan Tingkat
hubungan yang signifikan dengan perilaku Pengetahuan (Studi Korelasi antara Terpaan
pedagang. Tayangan Wisata Kuliner Di Trans TV dengan
Saran yang dapat diberikan yaitu Tingkat Pengetahuan Umum Mengenai Ragam
diperlukannya frekuensi dan durasi pemberian dan Tempat Kuliner di Kalangan Siswa-Siswi SMK
informasi secara kontinyu mengenai higiene dan Sahid Surakarta Jurusan Usaha Perjalanan Wisata
sanitasi makanan kepada para pedagang sayur Angkatan 2007-2009. Skripsi (Tidak
keliling terkait pemenuhan zat gizi dan kualitas Dipublikasikan). Fakultas Hukum dan Ilmu Politik.
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
sanitasi makanan yang dijualnya.
Hariyanto. 2010. Pengaruh Pesan Bahaya Merokok pada
Bungkus Rokok terhadap Perilaku Merokok di
5. UCAPAN TERIMA KASIH Kalangan Pelajar SMP Muhammadiyah 06 Dau
Malang. Aritkel Ilmiah Ilmu Komunikasi. Universitas
Terima kasih disampaikan kepada para pedagang Muhammadiyah Malang, Malang.
sayur keliling di Pasar Subuh Simpang Empang Hartini S. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Sekumpul, Martapura yang telah ikut berpartisipasi Keberhasilan ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 6-12
dalam kegiatan penelitian ini. Bulan di Puskesmas Kasihan II Yogyakarta. Skripsi
(Tidak Dipublikasikan). Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA Husaini et al. 2003. KMS Perkembangan Anak: Teknologi
Sederhana yang relevan dengan program
Adam YMN. 2011. Pengetahuan dan Perilaku Higiene Peningkatan Kualitas SDM. Litbang [serial online]
Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi http://digilib.litbang.depkes.go.id. Diakses: 07
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Kanujoso Januari 2015.
Djatiwibowo Balikpapan. Artikel Penelitian (Tidak Iqbal MW. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan
Dipublikasikan). Aplikasi dalam Kebidanan. Salemba Medika,
Agoestin C, Wati I. 2013. Faktor yang berhubungan Jakarta.
dengan praktik sanitasi pada pedagang makanan Kumboyono S, Winastio E. 2013. Hubungan Pola Auh
di sekitar wisata pantai Logending Kecamatan Orangtua dengan Konsumsi Sayuran pada Anak
Ayah Kabupaten Kebumen. Unnes Journal Of Usia Prasekolah di TK Islam Terpadu Malang.
Public Health, 2 (4). Skripsi (Tidak Dipublikasikan), Universitas
Augustin E. 2015. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Brawijaya, Malang.
Tindakan Higiene Sanitasi Pedagang Makanan

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


481
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 476-482 April 2018

Mitchell GL et al. 2012. Parental influences on children’s Perilaku Merokok Siswa SMK Kasatrian Solo
eating behaviour and characteristics of successful Kartasura Sukoharjo. Skripsi (Tidak
parent-focussed interventions. Appetite 60, 85-94. Dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Surakarta, Surakarta.
Dasar. Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Nasikhin U, Wariyah C, Dewi C. 2013. Hubungan tingkat Kesehatan Cetakan Kedua. Nuha Medika,
pendidikan pedagang dengan higiene sanitasi Bandung.
makanan jajan anak sekolah dasar di Kabupaten Wawan A, Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran
Kulon Progo-DIY. Jurnal Agrisains Yogyakarta, 4 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
(7). NuhaMedika, Yogyakarta.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Wibawa A. 2008. Faktor penentu kontaminasi
Seni. Rineka Cipta, Jakarta. bakteriologik pada makanan jajanan di Sekolah
Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,
Rineka Cipta, Jakarta. 3(1).
Nurmayunita D. 2014. Hubungan antara Pengetahuan,
Paparan Media Iklan dan Persepsi Dengan Tingkat

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


482

You might also like