You are on page 1of 56
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN AGAMA NOMOR 41 TAHUN 2023 TENTANG PANDUAN PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA. BERBASIS KOMUNITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN AGAMA, Menimbang Mengingat bahwa untuk = memenuhi kebutuhan _ pengembangan Kompetensi sumber daya manusia Kementerian Agama yang melaksanakan tugas terkait Implementasi Kurikulum Merdeka, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan tentang Panduan Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas; 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 430); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6477); 4, Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2023 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 21); 5. Peraturan Menteri Agama Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pelatihan Sumber Daya Manusia Pada Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 711); 6. Peraturan Menteri Agama Nomor 72 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 955); Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA 7. Keputusan Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 Tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Madrasah; 8. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indoensia Tahun 2018 Nomor 1127). MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN KEPALA — BADAN—~PENELITIAN. — DAN PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN AGAMA TENTANG PANDUAN PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA _ BERBASIS. KOMUNITAS. Menetapkan panduan pelatihan implementasi kurikulum merdeka berbasis komunitas adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Panduan scbagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi acuan dalam —_penyelenggaraan _pelatihan implementasi kurikulum merdeka berbasis komunitas bagi unit pelatihan pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dan pihak terkait lainnya. Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta ggal 13 Maret 2023 PANDUAN PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BERBASIS KOMUNITAS BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA RI 2023 KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Alhamdulillah, Panduan Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas (IKM BK) ini telah selesai disusun dan siap dijadikan guide line dalam pelaksanaan pelatihan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama atas arahan, bimbingan, dan dukungannya. Ucapan terima kasih patut kami sampaikan juga kepada semua pihak yang terlibat berkontribusi dalam penyusunan Panduan ini, Besar harapan kami, semua pihak yang terlibat dalam Pelatihan IKM BK baik internal Badan Litbang dan Diklat maupun eksternal dapat memedomani secara utuh dan konsisten. Kesuksesan Pelatihan IKM BK ditentukan oleh pengelola, penyelenggara, pengajar, peserta, dan mitra pelatihan. Karena itu, beranjak dari Panduan ini, kami mengajak semua pihak bersinergi dan berkolaborasi untuk = menyukseskan _pelatihan. — Kesuksesan penyelenggaraan Pelatihan IKM BK menjadi starting point kesuksesan pelaksanaan implementasi kurikulum. Semoga upaya kita bersama berjalan dengan baik dan Kurikulum Merdeka dapat terimplementasi dengan sukses. Kesuksesan IKM adalah kesuksesan madrasah, dan kesuksesan madrasah adalah kesuksesan Kementerian Agama. Jakarta, Maret 2023 Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikah dan Keagamaan —. t astuki | SAMBUTAN Alhamdulillah wa al-syukru lillah, puji syukur ke hadirat Allah swt, Tuhan yang maha kuasa. Atas karunia-Nya, Panduan Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas (IKM BK) telah hadir di tengah-tengah kita. Kami memahami bahwa kehadiran Panduan Pelatihan IKM BK ini sangat dinantikan. Semua Balai/Loka Diklat Keagamaan saat ini telah siap melaksanakan Pelatihan IKM BK. Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan juga telah melaksanakan Training of Trainers IKM dalam rangka menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kompeten menjadi trainers pelatihan. Dengan kesiapan ini, dan Panduan pelaksanaan juga telah tersedia, Pusdiklat Teknis serta Balai/Loka Diklat Keagamaan tinggal melaju kencang melaksanakan Pelatihan IKM BK yang sedang ditunggu-tunggu oleh madrasah. Kami berpesan, perubahan kurikulum jangan dimaknai sebatas perubahan prosedur dan dokumen pembelajaran. Perubahan kurikulum bersifat mendasar berkaitan dengan filosofi dan paradigma pendidikan. Kurikulum Merdeka ditujukan untuk ~mengubah paradigma dari pembelajaran yang seakan-akan berada di ruang hampa menjadi pembelajaran yang korelatif dengan kehidupan nyata; yaitu sebuah pembelajaran yang meningkatkan literasi, numerasi, sains, dan etika yang mampu menjawab kebutuhan dan tantangan hidup. Dalam konteks inilah Pelatihan IKM BK menjadi penting agar Kepala Madrasah, Guru, Pengawas, dan pihak lain yang terkait mampu mengejawantahkan Kurikulum Merdeka dengan tepat, tidak terjadi kesalahan konsep dan juga praktiknya. Kami berharap Pusdiklat Teknis dan Balai/Loka Diklat Keagamaan dapat menyelenggarakan Pelatihan IKM BK secara bermutu sehingga alumni pelatihan siap mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan masing-masing. Jakarta, 13 Maret 2023 Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenferian Agama, ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. SAMBUTAN .. DAFTAR ISI.. SURAT KEPUTUSAN .. LAMPIRAN .....0.440 BABI PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang.... B, Nama Pelatihan C. Tujuan ....... D. Kompetensi B. F . Output . . Outcome .... Se G. Sasaran Pengguna Panduan. BABII KURIKULUM DAN SILABUS. A. Struktur Kurikulum B. Silabus Silabus..... BAB III TAHAPAN, MODA, STRATEGI, DAN PRODUK PELATIHAN, A, Tahapan Pelatihan... B, Moda Pelatihan... C. Strategi Pelatihan . D. Produk Pelatihan ..... BAB IV MADRASAH SASARAN, MATA PELAJARAN IKM, PESERTA, DAN PARA PIHAK .. A, Madrasah Sasaran ... B. Mata Pelajaran IKM BK . C. Peserta Pelatihan D. Peran Para Pihak... BABV KETENAGAAN A. Pengelola B. Penyelenggara . ©. Pengajar...... BAB VI PENYELENGGARAAN... A. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan B. Pendekatan dan Metode Pelatihan .. C. Pembiayaan... D. Evaluasi Pembelajaran E. Kelulusan dan Sertifikasi BAB VII SARANA, PRASARANA, ALAT, DAN . 42 44 .44 iii MEDIA PEMBELAJARAN.. A. Sarana... B. Prasarana C, Alat dan Media .... BAB VIII PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM, SERTA PELAPORAN . A. Pemantauan dan Evaluasi Program .. b. Pelaporan. BABIX PENUTUP.. LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMENTERIAN AGAMA, NOMOR 41 TAHUN 2023 TENTANG PANDUAN PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BERBASIS KOMUNITAS BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Agama RI telah menetapkan —kebijakan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) secara_ bertahap sebagaimana diatur dalam Keputuasn Menteri Agama Nomor 347 Tahun 2022 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka pada Madrasah. Penyederhanaan dan penyempurnaan kurikulum menjadi keharusan sebagai respons atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persaingan global. Beberapa hasil riset_menunjukkan telah terjadi learning loss dan learning gap dalam proses belajar mengajar. Pandemi Covid-19 menuntut semua pihak beradaptasi, tak terkecuali di dunia pendidikan, Banyak ketidaksiapan ketika cara dan media atau alat belajar harus beradaptasi dengan kondisi objektif sebagai tuntutan tak terhindarkan. Adaptasi pembelajaran yang mengandalkan teknologi serta kemandirian dan kebebasan peserta didik dalam memilih cara belajar dan minat yang digeluti menjadi keniscayaan. Untuk itulah Pemerintah mengambil kebijakan yang mendasar terkait perubahan kurikulum dengan harapan terjadi akselerasi pencapaian hasil belajar yang secara genuine mampu mengubah peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak baik menjadi baik. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kemudian meluncurkan Kurikulum Merdeka. Konsep dari kurikulum merdeka antara lain adanya _penyederhanaan kurikulum, memberi ruang kreasi dan fleksibilitas satuan pendidikan dalam pengelolaan pembelajaran. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, diperlukan support system baik pada aspek kebijakan, regulasi, maupun ekosistem yang mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Tahun 2022, Direktorat KSKK Madrasah telah menerbitkan Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka beserta__perangkatnya, selanjutnya melakukan sosialisasi untuk memudahkan madrasah dan pihak terkait lainnya dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Pada tahun yang sama, Direktorat KSSK telah menetapkan 2.471 madrasah di Indonesia yang ditunjuk sebagai pelaksana IKM. Sejalan dengan itu, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan (Pusdiklat Teknis) menangkap adanya kebutuhan penyelenggaraan pelatihan IKM. Pusdiklat Teknis sesuai dengan tugas dan fungsinya mengambil peran dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap melaksanakan IKM. Peran ini diwujudkan dalam bentuk penyediaan program pelatihan, instrumen pelatihan, trainer atau pelatih sert fasilitator. Pusdiklat ‘Teknis hingga saat ini telah melaksanakan TOT Kurikulum Merdeka tahun 2022 yang diikuti 90 Widyaiswara terpilih. Selain itu, Pusdiklat Teknis juga telah melaksanakan pelatihan mandiri online berbasis aplikasi Pintar dengan pola Massive Open Online Course (Mooc). Untuk mendukung penyiapan SDM secara_berkelanjutan, Pusdiklat Tcknis dan Balai/Loka Diklat Keagamaan akan mengadakan Pelatihan IKM secara reguler. Pelatinan IKM ini dilaksanakan dengan pola yang khas (lex specialis) berbeda dari pola pelatihan lainnya. Kekhasan pelatihan IKM ada pada polanya yang menggunakan sistem blanded online-offline dengan alur On The Job Training I (OJT I), In Service Training (IST), dan On The Job Training I (OST 11). Pada pola OJT Il, peserta pelatihan wajib melaksanakan praktik IKM secara langsung di satuan pendidikannya dengan mekanisme yang dinamakan “praktik IKM berbasis komunitas dengan pendampingan”. Discbut berbasis komunitas karena peserta pelatihan ini terdiri dari unsur para pihak terkait yang mendukung IKM, yaitu Kepala Madrasah, guru, pengawas, dosen, dan pihak Kementerian Agama Kabupaten/Kota terkait. Disebut dengan pendampingan karena pelatihan ini tidak berhenti pada ruang pelatihan pada saat tatap muka di IST, tetapi berlanjut hingga praktik IKM secara konkret di satuan pendidikan dengan didampingi widyaiswara, tenaga ahli, atau konsultan. Melalui pelatihan dengan strategi demikian, madrasah diharapkan mampu menerapkan IKM secara efektif dan menjadi role model praktik baik penerapan IKM bagi madrasah bahkan sekolah lainnya. Untuk itulah, kami memandang perlu menyusun Panduan Pelatihan IKM Berbasis Komunitas (IKM BK) yang menjadi aturan main (role play) bagi seluruh pihak yang terkait baik untuk unit pelatihan maupun unit lain yang terlibat dalam pelatihan di Kementerian Agama. Panduan ini berisi struktur kurikulum, silabus, dan tata cara penyelenggaran mulai dari persiapan, pelaksanaan, penilaian, penerbitan sertifikat/Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP), monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. . Nama Pelatihan Pelatihan yang diatur dalam Panduan ini bernama Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka Berbasis Komunitas, yang disingkat Pelatihan IKM BK. . Tujuan Tujuan Pelatihan IKM BK adalah tersedianya tim kerja yang terlatih dan kompeten dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Kompetensi D. Kompetensi yang dicapai dalam Pelatihan IKM BK adalah mampu mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara tepat di madrasah berbasis komunitas. Kompetensi ini dijabarkan dalam indikator yang terdiri atas: 1. Mengimplementasikan perubahan —_paradigma _pendidkan madrasah 2. Mengimplementasikan Pembelajaran _Berdiferensiasi._ dan Asesmen 3. Mengimplementasikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil ‘Alamin (PS PPRA) 4. Mengimplementasikan Penyusunan Kurikulum Operasional Madrasah (KOM) 5. Menyusun rencana tindak lanjut IKM 6. Mengorganisasikan pelaksanaan IKM di satuan pendidikan . Output 1.Tersedianya SDM yang siap menerapkan IKM di satuan pendidikan, 2. Terbentuknya komunitas sebagai team work pelaksana IKM. 3.Tersusunnya rencana tindak lanjut team work dalam mengimplementasikan KM . Outcome 1. Tersedianya sejumlah madrasah yang siap mencrapkan IKM. 2. Terwujudnya model pelatihan IKM di wilayah kerja BDK 3. Terbentuknya ekosistem yang mendukung pengembangan IKM pada satuan pendidikan Sasaran Pengguna Panduan Panduan ini digunakan oleh Pusdiklat/Balai/Loka Diklat Keagamaan dan pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan Pelatihan IKM BK. Pihak lain yang terkait adalah: 1. Madrasah sasaran; 2, Direktorat KSKK Madrasah; 3. Direktorat GTK Madrasah; 4. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi; 5. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota; dan 6. Perguruan Tinggi (PT) berstatus Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). BAB II KURIKULUM DAN SILABUS A. Struktur Kurikulum No MATA PELATIHAN JAM I | ON THE JOB TRAINING I (ONLINE - MANDIRI) 36 A | Kelompok Dasar 1 | Moderasi Beragama dan Pembangunan Nasional 2 9 | Kebijakan dan Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka di Madrasah B | Kelompok Inti 28 1 | Perubahan Paradigma Pendidkan Madrasah 4 Pembelajaran Berdiferensiasi dan Asesmen pada ? | Kurikeulum Merdeka . 3 | Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil] 8 Pelajar Rahmatan Lil ‘Alamin (PS PPRA) q_ | Penyasunan Kurikulum Oper ional Madrasah 8 (KOM) © | Kelompok Penunjang Kemitraan dan Sumber-sumber Belajar 4 I | IN SERVICE TRAINING (OFFLINE - KLASIKAL) 64 A | Kelompok Dasar a isi Desain Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka - Berbasis Komunitas B | Kelompok Inti 58 1 | Teori Perubahan (Theory of Change) 4 2 | Implementasi Perubahan Paradigma Pendidikan : Madrasah 3 | Pendalaman Materi: i a. Diskusi dan Praktik Pembelajaran Berdiferensiasi dan Asesmen (18 JP) 27 b. Diskusi dan Praktik Penyusunan Desain P5 PPRA (5 JP) ] ©. Diskusi dan Praktik Penyusunan KOM (4 JP) 4 | Benchmarking Praktik Baik Implementasi Kurikulum | 6 Merdeka | 3 | Pengembangan Kapasitas Team Work dan Pemodelan | 9 Rencana IKM 6 | Rencana Tindak Lanjut |_6 © | Kelompok Penunjang 3 1 | Overview 1 2. | Pre and post test (online) 1 3 | Evaluasi Program (online) I ON THE JOB TRAINING II (PRAKTIK IKM I | BERBASIS KOMUNITAS DENGAN PENDAMPINGAN| 116 SELAMA 6 BULAN/25 MINGGU) | Pratik IKM Mandiri Berbasis Tim Kerja (2 JP per]. Minggu) Pendampingan IKM (2 JP per Minggu) a) Bimbingan Penyusunan Laporan Akhir 8 Presentasi Hasil IKM 8 JUMLAH TOTAL JP 216 [sepa] senemaaar — TaysePIBA -¢ | BPW EMILY 1p BOP amy, ueyefigey -q | exeproy ummyLny isvjuowiajduit umn ueSuequieiueg — | eyoproyy umNLNY ueBuvoueied Worens sequawejduyy yrmapexy uwBuvoueiog uesepuey uep uvseliqay orng yeysen | uesepue} uvysepotuopy “e nueqeuoyl| z | _uep ueyeliqoy | -z Terpoutery wuTUTeINg Se1pout : “snmy jpreung) dosuoy uexsvjaluow “p visouopyy | suey ueyoruoWoy euresei2q, Ip eusuosaL, euEselog Isezopour uepef | ueduems3ueuad isesopopy dasuoy, -p eyed ueysvpoluay “9 redurey wBung -¢ vureSe10q eudy ueLajuawey Jeuoyseu | (eure3y isesopour uepef wag “9 Is8ury wep ueunguequied uenowowsy) — | eueay ueroiuouey, sey uvysejatuoyy “¢ wrejep euresy euresy isBung wep sen “¢ peuosea | uepoyuouoy uesod Teuoisen ueLoyuoLieyy Teuorseu weunsuequiod ep wureses9q weunsuequieg puresexo¢] ueunSuequiod eysure10y isezopow weret uep euresviog, Isvs0poyy “ev aesvp vysuvioy “e ueysyjofuow “e vjod rureyeuroyy |Z isex0poy | “T y | swseq yoduojoy| Vv IsNaaaaTa MOwOd RIALVIN NVHILV1ad VV NVHILVTad i ae ans /MOWOd RIALVW sone IsNaraawox | 2° VIVA en (fa1GNVWW - GNYINO) I ONINIVAL SOF FHL NO seyTUNUIOY S[seqiog YesempEyY IP eAoPIOW UMINALMY ueyseywours|dunsuew : ISNILdNOX SVLINQWOH SISVENAa VHACUAW WATAMRAN ISVLNAWATAWI NVHILV Tad § vINVN SNGETIS SNqETIS “A [esrsowou va | ueyeqnied yey > | ~—~*~*~*C«UeS BPE qoI0 yeseapeur uexrprpued MIO IATOUONL uexpprpuad ueSuequiaxjsed yesespen Pao TMT uesuequioyiod -q sisyeueBuay “q uexrppuag ueserpen, BUF JOTOOPS “4 ersouopuy ‘issuopuy eulsipered uexrprpued “yesey preuouy 1p ueyprpuad —_| 1p ueyprpuod nyafgo ueyeqruag vuisipereg ‘uondnuseq “e ynyjelgo isipuoy “ve | Istpuoy sistreueBuay “ev yeay tureyeuroy | > ueyeqnieg | “Tr 8¢| Bul xodmojey | “a qeseipepy 1p WMI wenpued “Pp qery eseueg wep Ivd uerelejoqutod ueredeg Buequar 7Z0T unyel, T1Ze “ON stpuag uafiq yg “0 qesexpeyy 1p BNI, uesespey 1P uN wyapaop uMNALINY, iseuawisidua qeswpen Ip sejuourajduat ueutopag — | eyopsoyy uN] Boyens ueysepatuoy °9 Buequar 2702 isequouoidurt yesespey 1p unUe], Lb “ON woyeng “0 | wxyoproW uMmALMY puresy Leroy esespew IP rexuowrajdurt uesnindsy -q | exeprow umn ueypliqox yesespeyw 1p geseupeny IsNaaadaa 4OWOd RIGLVIN NVHILVIad VV NVHILVIga Hey Usoa ans/HOMOd ELV. Nolen IsNazaawou | 7° ViVIN ON (RtGNVW - SNYINO) I DNINIVUL 40f THL NO 6 seqe ueyeqniog anjy weunsnitiag (6 Tad) werelepaquiog BHOPIOW Buoque (aq) wesefefaquiog uenfny, wesnumod umnyumy epeg zeoz/W/z9z ueniny, yrunjor Ueysepofuay (Z| — IseisuoIapiog “ON HaIsTe uesnumseg HAL (Z (a9) wesefefaquieg uexefejaquied pnqpypuayy (ao) werefejequieg uerede ueeueouaeg uesmmnday, uvrede sisteuy (r | ststeue ueysejafuowy (1 Toreyetow “q yeseipew =| Byaprayy uNHUN'Y, Byapiayy UML IP eyapIo, epeg werefefaquiog eped werelefaquiog umn, ueg(ojeSueg | weejojoduag uesepuey Isequowojduy uesepue7 (e ueysepafuow ( uewopad uerelepaquiog uvrefepquieg disutig eyaplo ‘eyepIOW Buequsy 7Z0e disuug-disung (z | -disug ueysepafuey (z) umpouny eped umjnyny eped unyeLzpe on =| «= tueg ewiSIpereg nueg ewSipereg uexefefaquieg uouisasy uep euresy Hayuey, uezefejaquieg uezefejaquieg dasuoy Iseisuasaytpiog uesmindey yosona (T | yosopy wexseraliroy (1 rureyemoy “e| g uerefeaquied | °z 1 ita | peqe uerefejaquiod ueyningey uep sdnusip 1% eyo Ip uesefejaquiad peqe werefejoquiod vjod uexosoB10d ‘ueymngoy ueyremsuay “p uep isdrusip yesvapeur “yeserpeNy WHI | e290 Ip werelefequieg “Pp uexrprpuad uexefefaquiag yesespew ewStpered ‘uenpueg uexiprpuod ueyeqnied 61oz uy? eursipered yere ueysepaluay “0 ISNadadaa MOwOd ALVIN NVHILW1ad VIVIN NVHILW1ad (eaten aNs/MOW0d RIALVA So ISNELadWOuw oP VIVAL a (IIGNVWN - ENYINO) I DNINIVAL ff HL NO o1 s0uON Tueg euisipereg wejep wouIsasy— avusa eredey | uerefefaquiog urepep yosonry weysepouay (z uesnandoy uoursosy Yosony (Z| BfaPIOW UMMM exPPIOW sey ueyeqnied =| BxSpPIO|W uMMSLNY eped uousosy =| ummyuny eped Suequa ped uouisasy uep uezefejaquieg uerefejaquiod zcot/4M/H/ee0 uep uezelefaquied ueexzajey | -uautsasy desuoy JOWION ueqexzaey (1 ueysejatuay (T jureyeurayy “P avysa eredey wereleaquing | uesmyndey, “p Jsersuazoyiq qery uexefepquieg sisequog ddu/rely eseyed wep Ivd IseIsuazayiC, Tnpowy weunsnAued uesefepequiag sisequog dda/sely ueysepafueym (¢ uerede Tpow weunsniuieg (¢ ddd /rely Buea 7707 dau /rely Tnpoy usuodu0y unyeL T1Ze ON Inpoyy wauoduoy (p ueysepotuan (b puag valid dau/rely | dau /zefy TNpoW uesninday yemg -9 | [pow ueunsnAuag ueunsnduag urepep uesefepequieg weep euay (¢) euairy ueyserafuey (¢ uexefeaquiag ueyynuisg daa/tely ada /rely pow IseIsuazyIC] exsuer urepep Inpow weunsnduag ueunsnduag disuud siseqieg, | umn disuud-disurig (¢) -disurig ueyseptuow (¢| dau/sely Inpow uederouog day /sely ddai/zety Inpow ueunsnéuad ueuropog Inpow dasuoy (t| dosuoy ueysejafuay | queyeursyy “2 | Bueiuey, (av) %Z0Z/W/9S ‘ON uesefejoquieg ueninL yarsuipngs1puay Ly) uesefejoquiag anjy weunsnduad uesnindoy uenfny, ueysejafuow (e IsNawawaa HOMOd TAALVW NVHILVTad VIVA NVHILVTdd AoW rend ans /MOWOd RIGLV BerenoNy IsNaiaawou | 2° VLVN oS Cresta TMC HOG TCO BETA cram: CouiCt: RCo d Va WHI uenpueg VIW wep “S.LIN ‘IN ‘VAL uaulsesy wep uexefejoquiog uenpueg BxOpIOW, umpoMy eped yeSusuayy wexrprpuad Suefuap uep “eseq uexIpipued Buefuap “mig esq yeuy ueyIpIpudg eped uerefejaquiad ueredeg Sueiu9} Z0z/aH/800 uouisasy disuug-disuug (¢ neg ewipereq uerefejaquiod wauIsesy [SPH uedeyey UeysepTUoW (Zc ueypposusg uedeyey, (c smeqreny neqeny, ep jneyueny, uexefejoquiog uep jneinueny, vereoes werelejaqured uowsesy eres uerefe|aquieg uaursasy qseH werodejog uoulsosy UseH weyelosuag uep ueyejosueg TSeH weYyefoSuag (1 ueysepafuay (1 Tureypurayy (aly) Uerelejequied } (aust) werefeaqurod uenfny ueredeoro193 ening weredeoso}03 s0ye¥IpU] :va eped sorexpuy | (aL iy) uerefejequteg rv eped “(qL59) ueniny weredeorajey | uvsefepaquiag eloyTy weunsnduag uenny ueredeoia1ay ueysejaluay (Z uezeleaquiag BHONTY ueunsnsuad (¢ uesefejaquiag uausasy | uesefejaquiag uauisasy uaumunsuy uoursasy sua, (I] PIAL weysPpaluay (T fureyeutsyy “2 BISPION umynyny eped JReuing wep yneuLioy uoursosy ueysEpafuoy (> Jeumg wep Bx OpOW UNNAUNY JMeULIOY uoUIsesy (~| — eped uvsefejaquieg wySpIOW UMN, uaursasy disung eped werelefaquieg -disuug ueysejaluay (e IsNawaarst /wavisod uVLava OMOd RIGLVN aNS/HOMOd iaLVA MOLVHIGNI NVHILV Tad VV ISNaLadWwow NVHILW1Gd VIVA Leste pD MeectNeg I \Co) BRO) N CAME: Covunct: Rano) on 1 Crest CeiNa A aeec Hg TCO B ESTO A rR: COUCH: RI Cod Sosoud wped siseqioq uerefejaquiod uowIsosy (b qpseapeut ip ueynyesdrp | sosord wped siseqiaq uesefejoquiod uerefejoquiod Teme vouisosy [g | uoutsase ueyUIUIW (p qeseupeu | uexefejaquiad jeme | | wp ueyynyesdip | uowsose ueynmouoy (e Sued isersuoxop0q ISISUOZOFIPIOG uesefejquiod snyeid (¢ | werefeoquiod reru yeserpew ip | disurd 3unpuesuour | ueyiseruouo|dusnp ‘Sues weselojoquiod uepns | ynyesd ueqnuuew (| — werefefequied | Suef werefejoquied uesefefaquied req TsexyMUOp! | seq simpqera (1 | aqnsyesd ueynuiouy (1 ueseiinued “3 Seppy uexreuoy | nsens} uaysejaluoy (¢ sepay ‘uesefejoquiog uexreuoy nsensy (¢ uouisasy [ISPH uexelejaquiog uesodejag ymuog | uousosy | -ynquog uexsepoluoy (p pseq wesodeqod wosefopoquiod smauog-ymauog (| [seH werodejod yadsy uerelejoquied sjodsy uvysvpaluan (¢ sey wesodeyog uotusasy wedsy-yedsy (¢| ser weyeoBued IsNawaway MOMOd TWALVA NVHILVTad VIVA NVHILV1Tad vaene ans/HOMOd ALVIN ON IsNaiaawou | 7° Viv oN 1 €l weUERUIG vyduvy urepep emnaEny uedvroueg weutoped Suejuay @t0%/W/9S ON ISR pnqpEpusW uesmmndoy, seye ueypqnuad Buequay @z0z/W/Z97. ON ISP pnqprpuay yesespewW, 1} BEPIOW umn sequowajduyy weuropag Buejuay 7207 UNYBL LbE “ON uesminday * — aesmessyepg Baeng (c Vadd uep gq ueeuessefog naFeA ISeHOTY uesunamysued (1 Boyeng weyseplion (% Wadd tep Sd ueeuesye[ad MOTEL Iseyory uesuNyYsUOg ueysejafuay (1 Valdd wep Gd weeuesye|g uresoq] yureyeuoy “0 sefepad Word yafoug Pury, (g urunly, PT uppounoy srele|2<4 Tord s0yex:pUT uep TEIN ans TEEN (@ vyiseoued sefefed [ord uowiorg qng wep uowarg ‘isuauig (T Wadd uep Cq JeEyUeW (p Wadd Uep Gd disurg-disuug (¢ ununyy, BT uDyounpog seleped todd (% Wadd wep Cd eped uray, ueysEfaluayy (¢ umunyy, PT unpounypy selelag Todd 1OyesTPUT uep TeEN ang enn ueyseratuon (2 ‘erisvoueg selefed Word woUrTE ang wep wowrorg qsuoung ueysyjatuay (1 Valdd Uep Sd reEUEN URASEIAUaW (p Valdd Uep cq disurig -disuig ueysejatuay (¢ uur, BT uppourpy refe|ad Tord weysvpafuoyy uunly, BT uoounyoy relepod Tyotd TeHN wep vpseourg relepag Tyorg vary ep vourarg qesezpew 1p relepog Tyorg weyensueg (waldd Sd) uruny, RT uppounoy sefelad [youd wep vpisvoueg refefag Tyoig ueyensusq Dec tCeh ap eemc Oat) ES) WUiNiN ce AME: oy uct AA Cod euresy toque vrseoueg vpseoued selejod yoforg dosuoy uesnindey -e sefeed org (| Word weysejaluay (T tureqeuayy “e| 8 weford | “e yeseipeur rr | Pee Al eped ueyeuesxenp IsNaaaaga tae Bi a Rae eAge MOwOd PiaLVN NVHLLW ad ViVIN NVHILW1ad ev eeos aNs/MOWOd RIGLVA oa ISNG.LadWOx as VIVAL Ce v1 UnqeL Zbe “ON euredy Hoyo TeuoIsedO umn, EMO, ueunsnduag eansnateg dasuoy peuoiseredo umnMy uesmmndoy ‘ev | weunsnsuog disuug (| disung uexsepafuoy (1 qureyeuow “e| g ueunsniueg |“ exHOPION | ummyymy eped vriseoueg relelag [org usweys qng uep ‘usual ‘guoung Sue @07/AH/600 refelod JOWON Tyo1g soforg uousosy dvs epeday, uesueoueied uesranday, uvysepluow (p unuely, zelejed [old yoforg sean LT uorounpy, yeloag uoMIsosy anyy ueduvoueiog zefejag [org wep ueSuvoueied (p uvysepatuay ( vyiseoueg selejed yplorg seanyy yakorg yrdoy, TWorg weyen3uag anyy ueSuesueieg (¢| uep ea uemuauag yalorg yekoag y3doy, wep ueysyjaluoy (¢ ueBuequisdueq uray uenauoued (Z 319804 yjafoid [poy uenpued + aso uenfiy, uenguioueg ueBuvoueiog (Woy) yesexpeyy uenfny wenjusuag (1 ueysvpofuow (T rueyeUoyy, “P Teuoiseodo qeseipeyy amy yeserpey Ip Wedd =| Vdd wep Sa SAN ueSuvquiosueq | uvp cq ueBuwouRiog anqy ueysepaluow (¢ uenpueg SBHANYY IMIW (e Vvaldd uesefeaquiog Valdd Wp Sa uep cq uveursyejed IsNaaadaa MOWOd ALVIN NVHILV1dd VLVW NVHILV1dd fyayyene anS/HOWOd GL BOL NL IsNaaawou | 7° Vivi ON (faIGNVW - ENVINO) I DNINIVAL 4Of THL NO weredeS Sueju9} 7707 unyel T1Ze "ON ‘stpueg ualnqg qaduy resEqas yesezpeyy ues wepay/ANSHOVTEIEY, sisreuy ia wesnUMdg maT] TeBeqas yesezpey Ue sewppay /ynsuopperey, sisteuy apyidiog uesnynday yemg * apjidieg sosoig (¢| sasorg uexsejaluayy (¢ uerefejaquiog wyeq uejndumBueg ‘eyeq wemndumsuag | ueyynutog yryay (¢| yNDPL UEYsEpluay (Z yesespe eyues urepep yesespeN, ypserpen, ueseyy} omynoymyy syaquoy wep syoquoy wep sefepg — | oy /snstuopyerey uedesousg =| refejog weSunySur] ueSunySury sistfeuy sisyTeuy ueulopad sistreuy disutig (t| distuug ueyseyaluayw (1 Toreyeurow! “q | Buea, Wow uesexpey | @07/W/9S yeuorseiodQ, ON AIS (wow) yesezpew anyroyY | | pnqyrpusyy Teuorseradg | rsaoy wep uenefuruog | uesninday umNLNy sasoig uysepafuoy (p seye ueyeqniog 1aoy uep (Woy) yeserpew | Buejual, uenefutuag sasoig (p Teuorsesodg, 7E0C/W/Z9T “ON (wow) YeseszpeNy uaNyNyALMNY yaisupnqsrpusy | Teuorsesado, ueunsnitiog uesnjndoy -q | mn, sosorg ueysepafusy (¢ yeseapeyy ueunsniuag sasoig (¢ (wos) ueserpe Ip eyap1oW (Woy) Yeseupew TeuoiseiodQ amnroHMyy Teuorseiadg | umyrozmy uauoduoy isejuoua[duyy ummsuny, ueysejafuey (z| (OX) YesexpeW. uewropad uauodwoy (z, (wow) qeserpey Teuorsezado, Buequay 70S (wow) desexpe~ TeuoisetedQ, umpnyuny (Woy) yesexpey IsNaaauaa MONOd WWALVW NVHILVTad VIVA NVHILVTad ‘avusod 8NS/HOWOd RIALVW ONL isNaiaawou | 2° Vivi of (fa1GQNVW - GNVINO) I ONINIVAL fOr AHL NO 1 oO WESeIpEN, Gd) FOHHMIO ERRATA Ip WMI Uenpueg “0 oNUMyUL Np ueysyjafuow (g BOPIOW, uexelefoquieg uerefepaquiod | ums, ummaEMy mang (€ uvisestuezrosueg eped ypSuauayy uerefejaquiag ueyningey, ueyipipuag uelsestueBi08uag ueysejaluayy (Z | Suefuor ueyningey sisyeuy (Z uerelejaquiog uep ‘reseq uezefejaquieg ue[sestues.103u9q uerefejaquiog uempipucd ueisesttreS103t9g 1suo31p) wep uersesntresr10300g Suefuep | susp wep yespreH (t| sesEreH weysefafuow (1 TareyeuoN ‘uid vis yeuy qeseipew wenn, — | qesexpeyy weniny wep uexIpIpuog eped uep ‘ISI ‘ISIA “sq ‘Ist, Wesnumued uerefefoquiog uesnumuod Barens (g| Bareng ueysejaluow (e ueredeg Suequa} sempeN wenn, | yesezpeyy uenfhy, wep %Z0t/AM/ 800 uep “IST “ISIA ‘ISH “ISIA Uesnumsod JOWON uvsnumuag disutig (¢ | f uyeseapen, avusa ereday, ypserpey yesespe uenfng, wep “ISIN uesnandoyy uenfhy uep | uenfiny, wep asi ‘ ‘tq uesnumud sey uegeqnied sun ‘Ista ETEH (1 | IPH UeysEpefusW (T qureyemoy Bueu9} qesespeyy ues WeseIpeyy Ue @00/aM/H/ee0 eyxoy /AASHOpyeIEy, seyyoy /YNsuopperey sOWION, sisieuy Bareng (p sisyeuy | avusa vedey, (qesespeu Boreng ueysepeluay (p uvsranday °p | 1p wad weeperaqoy, (qesespeur qery Iseqynuepr | Ip Wad weeperoqey eseyeg uep [Vd ynseuzra}) iseyynuapr uezefepaquiag ISI ISIA UesnUTag ynseuis9}) Ist ISNaaadaa MoOwOd AALVW NVHILV Tad VIVI NVHILVTad ayee anS/HO¥Od RALV BOLvaa isnazaawou | 2° VV oN Desh Beak t NC) BETA CoA TE: Colac tA OMe | ut Leet aR I tg AVCo BESTA came: ColuncL Rano) wnjARMy eped wETuESeOd (C uERSEPTUOW (c episeoued relejag (wow) YeserpeyW, (Woy) Yesezpeyy (Wow) Tesespew, TWorg wou] Teuorseiodo, Teuorsezadg, Teuorsezado, qng wep ‘uowreg umymy umynyLny tsenpeag ummymy suaug 8ue}u senqeag disurg disung weysepatrayy (1 JsenpenaBuoyy %z0z/uA/600 {seisuolayIpIog: [SeISUDIOHpIOg: HEE { JOUION, uerefejaquiag uesefepaquiag dvusa ereday, ueeurouaieg ueeuouateg uesnynday Boreng (¢| Boyeng uvysepefueyy (¢ uunly, dlv dlv~ dl BT unrounyoy. ~ J, weunsndueg ueunsnduag sppdieg aelejag [yorg uep aryidiog sosoig (z| sasorg ueysepfuay (Z pyseoueg selefog uerefejoquied uexefefaquiod uerefefaquieg [org uerenBuag ueeuZouarag ueeuesuaieg dny8urq ueeueouarag | yalorg deur] Sueny (1| Sueny ueyseyeluay (1 raeyeuoy “|| ueBuequieBuag = Texuurey uenpueg “y Bued wep OIG VIN uep ‘qneroqe[oy /1se139)U] ‘SLIN ‘IN ‘Va Sqpeuray ‘uerefejeg upuisasy wep (esuurey e1eIN) uerefejaquiag uesefeaquiog Suek uep org ‘ ueyeyopuog uenpueg ‘8 | jaeroqeyoy /isesdoqUy uvysepaluay (b (Wow) yeserpeW ‘Sqpeuay, ‘werefelag JoPNSLUMDPENSHT Teuorsesado, wey) werefejaquieg wep “(valdd umnyuny, ueyeyopued (p $4) z9INALMOy, | ueuequiesuag MELMEENSAT ‘coNMyENy] uenpued J uep “(valdd uexefejaquiog Isnawaaoret MOwOd HALV NVHILV1ad VLVI NVHLLW1ad [yavasha ans/MO¥Od PAaLVIN wee Isnazaawox | 4° Vivi On. 81 oHyeiey /UeUIeSe OY Hohjerey /Ueurese1ay siseqiog siseqiog (OY) YeserpeW (Wow) YeserpeN Teuotsezadg, Teuorsesodg, ummnny, umnEEMy weumsjoq woumyod ueunsnéueg | ueunsnAuag yexsue -yexsuey yeysuey-yeysuey (¢ ueysejaluow (¢ (NOM) YesespeN (Wow) YesespeW jeuorseradg qeuorsesadg qesezpeyy wesey | ummymy mM sey /NsuAPerey uoumyoq — | uoumyog exnewersig siseqiog ByNeUISIS [Z ueysejafuem (Z| (WOM) YeseIpeIN (NOM) YeserpeW, (WOy) YeserpeN yeuorses0dQ, Teuorsezado, Teuorserado ume, amnny, nN uaurajoq ueumsoq uowmnsyoq usucduroy ueunsnsued uouodwioy (T ueysepaluan (1 siseuesuaw i (WOs) WeserpeN (Wow) yesexpem | yeuotseiadQ Teuoiseiadg | uy: winnyny isenjeag — | senqeag ueeuEsry | ueeURsye]od Woyeng ueysefatuay (¢ waens (¢} (Wow) FeserpeW (Woy) YesespeW yeuoiseiedQ, va NM] uenpueg * yeuorseradQ, umnyquny, yap — | UMIALMY senjeaq | Isenqeag ueeuesyEjod Isnaaauaa MOWOd ALVIN NVHILV1ad VV NVHILV1ad Jeavusnd aNS/HOMOd TIGLVW Ooo aaE IsNquaawou | o VLV on Ebest Cota aimee tate) Baie: RCo uch: A noes ol = EiecaCelapeegc ita Co) Bao) tien ceed: oyumct: Cm Co) 3a) supn@yipuewey, WHI weeuesyejod exjopsour Suefunuow emmy WO weeuwssyejod Sued sefeqoq isequowojdut, Suefenuout aoquins-sequins Boreng -q Sues zefejoq Iseyynuapisueyy “q| exjopsour soqums-sequing “q) — eyeprow umm zefejoq manny MMM uvewesyejed urepep sequins-zequins selepoa isequawraydunt ueeuesypjad wepep sows ueenswey uep ueeniwey aequms-sequing uenpueg ‘v | sins ueeniwuey “e seyyQuepiuay “e| rureyeuoy | p | wep meenmnay | ae guefunuog 2 yoduojoy | 2 aaa TRSETEy ATAAS ummyimy mynns — | eped weepoqied rep ekuumyoqas ped ueepoquod gesepuow disurzd ummm yep resepuour -disuud ueynurouey (¢ | ueBuap eyepious disund-disug (c exuumyoqas | ams eAuumyeqas umnyEny teduep mynns ummm uesuep pyopsou eM ubepoqied exapiow UMTrALN anpyngys ueepaqued seyyN US| anpynys ueepadied (1 uvynuruay (1 meseSnued “y (Wow) qeseIpeW Teuoisesodo, ummyumy weumnjoq, yoruog ueysereluan (b uesexpeny NSH yesespey ns IsNawaaaa wood RIELVI NVHILV1ad VIVIN NVHILVTaa Navieos anS/MOWOd RIGLVW 3 IsNaiaawou | 7 VV ox oz ‘mppmuny hur “2 qesexpen WHI uereferaqurag Teper wad unsAKTO weyeqnisd sosoad urepep yeserpeut (YvOS) symnsar ‘suonesndse uenpueg “p ‘sanrumzoddo 610g unyer ‘sepBuans | ogi sowou yy “9 | ueyeqnied iseyynuspIsuay “o doIo ‘wri uepel vied “Pp WI wrepep esvspur | ‘quouoog aos siseuy ° ueyeqniog U0], vped vyopsour puoys, ‘oungney ueyeqnieg —_ | isueaojox wep SuBrzejaq umn yj Jo Jooyog a oo, IsteAdTOI eye] uLysepaluaW “q spjuswie}dut (obuvy “mesey preuoty up Suexpjoq ree] -q | yodwojey exweurq =| weep ueyeqniog fo fuooy,) ‘uondrusig “e | yodworey exureuig *e uysemusuey “e| _oog, rureqeuroy| | weqeqnseg uo3,| “T TINT fi : * as wWOaWOTEH snqEns snqeps wep uep umyuny nay nang “| snAs ueysepsfuayy wa Ma WIT weyejed WOH WeyRered epout ‘pour wep “ejod svyunwioy, seyunwoy | | upp ‘ejod ‘uedeypy, ‘q| ‘uedeye; ueysvjatuay -q| sisequog eyopuoW siseqiog ueyneped ueynejed umn exOpIO urvpep redeorp weep jedeorp jsequowayduyy umaymy, wawat| Buk ysuarodwoy | Sues isuayaduioy uep ueyneied seusuia]duy ueynejg uenpueg uepuenihy e| —ueniny ueyseeluey “ev | uresoq nmeyeuow | ¢ | ueqnejed uresog © | zeseq qodurojey | “Vv IsNawaaat wowod RIGLVN NVHILVIad VIVW. NVHILVTad ae ans /HOWOd RIALVWL outer IsNaiaawox | 2° VV ON eVect ee REC OIG CRO E ag Raccey tc CBirE 1m Iz ez0z/W/9S T | “ON 3938RI phqprpusnt | yaa} | uesninday qyBu ayy yw Bunya seye ueyeqruag dasuoy tseyuourajdurr sues ueyise~numduoyy “Pp | 20% /W/Z92 uerefejoquiod “ON 3ST 1209] Y6u 9y3 uvjeyopuad pnqyIpusyw qo Buryove; dasuoy “p ueyeqnied uesmindoy “y uerefefequied sisqeuesuay °o yesespeyy uerexyapuad yeserpeut Ip expN ueyeqrued *9 Ip wexrprpuad umn, yesespew 1p ywerupn isuauip jseyrowajdury uexrprpuad twextpin uep yn ueysepoluayy “q uewopag IsuouNp UEP YY °q Tip ‘srynu unzedpizer ‘youpedis “qepeyefnun ‘yeqy Bureq9} ZZOZ unYeL, LE ON “Tp ‘srynu umespyzey ‘youpea euresly Hau, “qepeyefnur ‘qery yeqqeqeu ‘Suekes yesespey, qesezpey uesnyndsy 3 | yeqqeyeu ‘Buexes Yrsey ‘Uese[yL94 ueyiprpuog uexprpuag yedinep YIsey ‘uesETysOy :yeseipeur eusIpereg eUsIpereg ye wih0d jnuqy ryeserpeur ‘ueyrprpuad ueyeqnieg Uey ueyeqnieg ‘po.ow inpoz ‘3 uesiprpued yma -e | ynuisesreuruisuey -e | ysequeweiduntuoy) 9 | isemeuojdumy| °c wezeyy, qeseipeut eped “ly weuy ueyeqn.ied (dow poo) Sp ISNGNGaaS lc anaes | NVHILVIad VIVIN NVHILVIaa (vavvene ans /HOWOd ALVIN Pend IsNaraawou | 2° VV ON Dee tl Be Rac IiBE ECE Ig amc htc tee | w srefejoq uesunySut uep “npod ‘sasord youuoo eped yedepiay Sued uerefepquiod IseisuasojIp Cee Lee mECiIBe CORA ce RMctey nt ccCHtE “u9}U0¥ IseIsUETORTP Iseyyuopsuany (¢ | uvBuep uezefejequred daa /rele | seranye sere, (¢ Tnpour usuodurox, Iseisuas9fIp10q daa /zefe iseqynuepisuey (Z dau /sely Ipour uauodwioy (Z aly Impoyy wep aly dL weBuequissuad ALY dL Youucs dL weBuequisduag (1 IseyyTUSp Busy (] SISIeueSuayy “q (ar +) WOM eee eee TsestrpIeq | ueunsndueg uerefejequiad Ned Isvisuerayip9q ueeurouased uep Isnysiq - uerefejaqued | unsnduay (p uep ueeueouaieg (p| 4IpIp eutosad rsuaiod Mars) vada >IpIp Biased suayod ‘ueBurequioiuad Cd Uresoq ueSuequissued iBeq Isvisuaroyps0q ueunsniueg eq IseisuorIp10q uesefejaquiod aed uerefejaquied =| yeeyweur ueysepaluay (¢ wep Isnysiq - revyuewy (¢ Isvisuazayp ‘ar 81) isersuasayip ow uezefeequiad usuisasy wep uou uezefeaquiod ep Iseisuazasips9q exaps9N Iseisuasatpsog uep Isersuas9jIpi0q uezefepoquiod uNNyLMY epeg uesefefaquiog uerefejaquied ueyepoquion (z| Iseisuarrpog *NeId ueepoqied (z Isvisuaz9FIp.10q uerefeaquied up Isnysi - IsvrsuazopIpioq uerefepaquiad snsvy LOEW, uezefejaquiad dasuoy (| desuoy ueynurouayy siseueduay “e| 2Z weurepepuog | “e pes HOwOd RIEL Sone NVHILVIdd VIVW | 4,| NVHILvIad | oy weuiva ans /HOMOd RIGLVN ISNALad WOH VIVN Bia ureyep [ee uduIsose sey qeyuey (¢ yeme veuisase [ISey ueyreseproq HIPIP wouIsose WeEpaqied TT BeMMOpBUW IT] sisTeueRUEA I] Teme uouisose [eae woulsose sey ueysesepsoq Tsey uexzesepz0q Iseisuas9Ip10q IseIsuazasIp10q uerefefquiod uresoq (¢ uerefejoquied Iseisuozayipiaq uresop ueynquouayy (¢ uerefejaquied Teave UoUIsase fisey Sueouerom | yeejueu ueynuUaW (Z Teme uowsese IPIP eyosod yRSHOTPEIEy Tsey yoruos | epesed ynsuoyyerey (1 ueye}oUIAW (T sislTeuesusy ‘3 TEISUOIDIIpIOG wevsered uvsefejaquied niaoy (¢| psey naar (z | Isersuasaytps0q Isvisuazaytps0q, Iseisuazayip1aq uexefefequiod uerefejaquiad uerefejaquiad Isemung (1 ueyeSeroduiay (1 | uexIsemunduayy “p uerefeoquiod “uerelefoquiad JseIsuasayIp Jseisuasayip sisequoq stsequeq dau /rele daa /zefe jnpour Ipour weunsnduag (¢ yoquoo unsnduay (¢ Pme, rea uerefeaquiog uouisese unsniuoy (Z| uouisase unsntuaw (Zz, iseIsuas9y1q (an) (aLxp1) uesrefejoquieg siseqiog | uerefejaquiog ueniny, ueniny, weredeormoy | dau /sely mpow ueredvorqoy eHONy (t| Burry unsnduaw (1 unsnéuay 0 = _ ‘dda /refe pou | MOWOd GLVW NVHILVIad VLVW NVHILVTad ANS /MOWOd RIGLVI Se isNaiaawou | o° VV ou Lei ee RECO ECE ag nmr ntccBits rd wauIsasy eresos uerelefaquiag [IseH weyelosuag uoulsosy ues (Z pseH ueyerosueg (z gneyqueny jnenueny press uerefejaquieg uerefepoquiog wereoas uerefejoquiog uouisosy uouisasy [ISH uousasy psey weyepoBueg ueye[osuag psey ueyeloBueg (1 warp (| wexpnsperduyy -y Teae uoursose UENO (b sIpIp eyosed yeu yeme uouisese ynyeIg (p| ueumnsut unsnduew (¢ | ‘SIpIP ejzosod IPIP yeu ueumasul (g] — wyzsod sefejoq vheB YIpIp viosod sefefaq | uoumysur unsnuayy (Z vdéeS usumsUT (Z >IpIp yeme uoursase 3IpIp ey1osod yeme eyesed [eme uedeisoy uoumysut uedersoy usumysuy (t| uownysut unsnsuow (I Bueoueiy “3 jneums uep jneurioy ususese [sey weyresep10q Jneums uerefejaquied ‘uep sryeursoy uatisase ueyrequad 1suaazoyut [Sey URYTeSep1aq ueyuaquioW! (c | uerefefaquied Jneums joeuns ueyreqiod (2 yrreums wep seuoy wep jreursoy uouIsose weepoquod snsey uep Jneurioy uowisase [ISey, ISNTaaoa /wavisod aviava MOWOd ALVIN gos /HOHOd GLY AOLVHIGNI NVHILVIdd VLVIN NVHILV1dd ISNGLad Won VIVIN (IvHISVTH - ANITAIO) ONINIVEL FOIANS NI ON Bia st ‘yaford Bud} Uep “NyeM IseyoT!. “Wadd rertu ‘cq tsueup ueymueuew yun Wadd Uep Gd uresap | Wadd Sd uresap Valdd uep cq uresaq| — snsey iseyynuopiuay | — sispeuesuoy “f uerefefoquied ueeueouared yngun eave uouisase Tsey Isepuowoyar unsnduay ( | qesezpeur waysisoya Sumas urepep uerefejaquied | sejoy ueyfeuay nsi-nsr ueeurouaied Isemuns ueyNyEPOW (Z smngun eae wausase (ip ‘reunt ‘opoyoyz0d wsepuamoyay (¢| “S[fprp wiresed-nans Seay} -en} Buei0 isnysip ueypeusy nsins} (Z| ‘elo fun “esrey uereleaquiog — | e798) 3MUOq TeBeqi0q uvsvlejoquieg wowsosy wrerep uerefejequiod uowsosy sey uexodvpog uowisase [sey sey wexodey ymqueg-ymuag ({] __ werodey unsnuoyy (1 unsndua +t 7 een vreoes uvzelejaquiog ISNaaadgaa MOwWOd TAALVA NVHILVTad VIVA NVHILVTdd RENEE! ans /HO0d aLvW OE Isnataawou | 1 ViVIN oO aVvLava Ve Eb REC VECO Camco Em 9 | wouodHy Cp Woy usuMx0p WO} Uournyop weep Vadd Sd ewsesy urpep uezefejquiod | yesespew ening wep yesespeyt uesestuesi03uag ‘ign ‘sia uauodur0y uese yy uouodwoy (¢ vped uaiuoy | oy /ynsuoiyerey, | wos uoumsyop urepep Iseyynuopueyy (z siseqiog, yesexpew ueninn wep WOM vounyop | (Wow) Yesespey ‘Ssnu ‘Istq uauodwoy, (z wrerep yesespeur Teuoiseiodg, WoO Uoum0p 3ASHOETEy umayuyy urerep yesespeur usuoduoy, uoumyoq, Snsuapperey eped uoju0y, ueunsnéuod uouodwoy (1 wseyynuopBuy (1 | _ sistpeuesuoyy “ws Wadd Cd Ueusasy [ISeH uesodey weunsnéued vada Valdd cd uouisosy uespnspaduryy (Z gq wowsesy TSeH weiodey (¢| —- Valdd Sd Wousesy sey ueiodey TSeH UeyejoBuog wep weyyoBuag Leip i ee Rac (Ge OE e Race nticceg [sey weyeloSued (T mepmpduoy (1 | uepmaerduay 1 Wadd ca Ipow unsnsuay (¢ Valdd Sd MPOW (E| — Valdd Sd SeHAnaY Wadd Inyy unsnduspy (z uep ca semansyy my (z V¥aldd Uep Sa Valdd Wep Sa ueeussPIed MEA vadd ueouesypped mea | Isexory ueduMYBueg | cq olorg POW, iseyoly uesuMAYBUeg (L ueypinsqesdwo (1 Sueowesow MOwOd RIALVA NVHILVTdad VIVA NVHILVTad ans /HoWod RIALVN apa Isaraawou | 2° VIVIN oN n Tome wouIsase sexynueplsuoy (¢| seisuasapmpioq | _ployes /qesezpeur uezefejaquiod {p exfoprout yopio uejoyjag/uesexpeyy isexgnuopiBuw (z un TAyLN umpyEmy | Ip exepsoW we uesefejoquied isvjuowijdun isvquowielduay suu ueeuvouoied req snsjead weg aNseId sree Meg Iseqynueprsuow (T sisyeuvsuey | 9 | buryeounjouag| (WO) Teserpen Teuorseiodo, uN wouNyxoq (Wow) yesezpey ByNeUosig (Z (Woy) yesexpeyy uesexpeyy [eu Teuorseedo, umyyLiny, woumnsoq uoums{oq] amy, uauodwoy weunsnsuog ueunsndtiag | uoumsyoq uauodwioy, (1 uesppesdwoy | uespmprerduoy “u WOH woumxZop wrerep uerefejoquiod uveuvouesed uauodwox, vped uaiu0y iseqgnuopisuoy (b WOX voumyop weep uezefejaquiod WOM weunszop ueisesrueSi08ti0g wrepep uerelejoquied wouodwoy ueeurouaied eped uo}u0y IsNauaua MOWOd GLYN NVHILVIdd VIVIN NVHILViIaa peetea ans /HOvod RaLVN BOLEGaL IsNaiaawou | 4° VIVN ON Aviva tee Ec OIe CECE cRmcrotcoe WMI wesBosd wueouaL isequasalg “9 WI oUTOUL, “q Wx uresdoid eueousy “e Wor wrexsord wuwouol uoumnsjop ueyisequosoiduray “9 WHI auyeum yenquiayy “q ueseses yesespeur Ip WMI Wesso1d ueeuzouaiiod uoumyop yenquisyy “e yesespeur 1p WML euvouos uoumyop unsnauey, jnfuey 9 | xepury eueouay ons weejopBued “p WMI uresSoid uejapourag “9 qeyin sreyrd wred sung wep wesag “q WK, seSny weresp wep efioy uy ping “e ONISH WEE|O[DTUT sisfeuesuay -p WMI UresBord uejapoured unsnduayy “9 WHI weTEp seutd ered tsBuny wep used ueyejousy “q un w108Bue (uonduosap gof) se8ny were uep jnyaje efioy um anys unsnkusy “ve seyUnWOY syseqzoq IWMI urexBord uejapoutod uep viroy wp seysedey, sisreueSuoy) WI wresord uejopourag wep elroy umn seysedey 6 | weduequrosueg Valdd-Gd ueeuressejad Iseyynuopisuoyy (| uesefejaquied jneums JHeuLO} ususase IsexyHUapisusy (>| uerefejoquiad ISNGaaaTa /wavisod aVvVLivd OWOd RIALVN ans /HOHOd aaLvW MOLVHIGNI NVHILVTad VLVW ISNELGdWOx NVHILVIdd a ViVN (IVMISVTH - ANIT4IO) ONINIVAL SOIAWAS NI ON n Wu Ueeuesyepg “q 0.4709 Wl UeeUESsHTEW -q ‘eyeur epad BUBOuaT uvSuep renses WHI | df 2) choy wry sIsequog HIpuE py Ayn uoumnsuy -e| wounnsurunsniuoy “e| — uespinyesdurayy | os wormed | IsNawaray MOWOd PAALVN NVHILV1ad VV NVHILVIaa a a aNS/HOHOd ALVA BououaNt Isnasaanox | 1 VLVW oN (CEST eT grts IS NVONIdWVCGNdd NVONAC SVLINQWOM SISVaNas WHI MILHVad) Il ONINIVAL fOr AHL NO aviLiva oot] = ar reioy “we iso1d (puajuo) ureTOLI uresBorg jsenpeact uoum.nsur l senjead | “¢ é : Ws0y sod 7501 sod wep euyuoy | | 380} 380d wep aig | _uep aid eos quavefuay | aud qeos qemetuoy | 1 | ase, qs0d pure arg |-z | TEUALIOY sisequog Wa eeUnepE uenpueg + eyrosod uesnmyey ueeuresoy uep uereyrued wep ueyIprpusg sosoid ueysepafuayy “0 sTuyo] eSeuoy, ueynejed uesnnpy eyrosad eyruad “O uegifemay wep ueynefeg B1S80q 3ey uexyngosuoy -q pere38uapokuog ueqifemoy wep xeH “q ueypejod quien ueyneped quia uewopog e| ueynepg qos wey | wie) uexNGeKuaW “e ery rureyeurey | eayaseag | +1 7 Suvfunueg |. = yoduropoy | 2 ISNaaadaa MOHOd AALVA NVHILVTad VIVA NVHILVTad (anise ans /HOWOd RIGLVN JO IsNaigawou | 2° VV on (1VHISVTH - ANITAdO) ONINIVAL FOIANAS NI pe werodey df TVLOL HVTWAr | WHI WHI Wal ase wesodey | WHI ape uesodey 1seuasaig | uey[seuasaidway | usyiseuosaiduioy | g | pseH iseiuesaig| > | har ape terodey 1 ueysEpluOW “q argsy uerode] WIE arysre WII anpre ueunsnuod WI ape wesodey uezode unsnAuoy “e| wesodey unsnduow| g uesuiquig | ¢ wesuidumpued ‘uesujdurepued leat 7 qsey qnfuepepun psey infueprepun wexPUPSHL|OW “q ueyeURsHEIaN “G fansgead Gqnsqexd psey ueBuequioysed sey ueBuequioyiod ueBurdurepued (na3uiy erode ueiode] seq aod af 2) WHI ueypedurecuay “e ueyredurescow -e | anftreprepurwoy| og | uedurdurepuod | _z efiey wn siseqieq ueynquenp urpueur exeoas ttpueur Breas Buk wesefejod (nB8uryy tod ISNaUaAT 3WOWOd ALVW NVHILVIad VLVW NVHILVIaa (REINS aNS/MOWOd RIGLVW sougnen! Isnalaawox | 1° VV on SETI arta PN ere eI CU CC BNC A A ONO OD ESR EC CESIMUBINDAL CRIES INU LOM CO CEL) BAB III ‘TAHAPAN, MODA, STRATEGI, DAN PRODUK PELATIHAN A, Tahapan Pelatihan Pelatihan IKM BK dilaksanakan melalui 9 (sembilan) tahapan, yaitu: 1. Penentuan Jumlah dan Sebaran Madrasah Jumlah dan sebaran madrasah ditentukan oleh pengelola pelatihan sesuai dengan rencana program dan anggaran. Sebaran madrasah memperhatikan proporsionalitas tingkat satuan (RA, MI, MTs, dan MA), keterwakilan daerah, pemerataan antar daerah, proporsionalitas negeri dan swasta, serta tingkat kebutuhan dan kemendesakan. 2. Koordinasi dengan Satua Kerja Terkait Pengelola pealtihan berkoordinasi dengan Direktorat KSKK Madrasah/Direktorat_ GTK Madrasah/Kanwil/Kankemenag/PT LPTK berkaitan dengan nominasi madrasah yang akan diikutsertakan dalam pelatihan IKM BK. 3. Penetapan Madrasah Sasaran Kantor Wilayah Kementerian Agama atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menetapkan madrasah sasaran yang menjadi lokus IKM BK. Penetapan Madrasah sasaran disampaikan melalui surat resmi. 4. Penugasan Peserta Kantor Wilayah Kementerian Agama atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menugaskan peserta pelatihan dari unsur Kepala Madrasah, Guru, dan Pengawas Madarasah, sedangkan. PT LPTK menugaskan dosen. 5. Registrasi MOOC & Simdiklat Peserta yang telah mendapatkan penugasan melakukan registrasi mandiri pada aplikasi Pintar dan Simdiklat. Dalam hal, peserta tidak dapat melakukan registrasi mandiri, pegawai yang bertugas sebagai Person In Charge Simdiklat pada Kantor Wilayah 31 Kementerian Agama atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan registrasi untuk peserta dari wilayahnya. . Tahap OST I (MOOC) Setelah registrasi, peserta mengikuti proses pembelajaran pada tahap OJT I secara masif (MOOC) melalui aplikasi Pintar sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sesi ini berisi pengetahuan umum tentang kebijakan dan konsep IKM. Semua calon peserta wajib mengikuti dan lulus dalam tahap OJT I. Pada tahap ini, setiap tim utusan satuan pendidikan mengikuti pembelajaran secara berkelompok dan melaksanakan tugas terbatas yang diberikan. Tugas ini dimaksudkan untuk memberikan bekal awal kepada anggota tim kerja dan pendamping IKM yang akan dibawa sebagai bukti tindak lanjut dan bahan kegiatan pelatihan pada tahap selanjutnya (In service Training). . Tahap IST (Offline) Setelah mengikuti dan lulus dalam OJT I, selanjutnya peserta mengikuti pembelajaran tahap IST yang dilaksanakan secara tatap muka, Pembelajaran pada tahapan ini menekankan praktek dan simulasi secara langsung terkait materi Kurikulum Merdeka. Narasumber yang dihadirkan adalah alumni TOT IKM dan/atau ahli/praktisi yang memiliki pengalaman praktis terkait IKM. Fokus praktek dan simulasi mencakup materi inti yang akan dilaksanakan selama periode pendampingan dengan hasil yang dapat diukur. Narasumber materi benchmarking berasal dari satuan pendidikan yang memiliki contoh praktek baik IKM yang dapat dihadirkan secara langsung atau melalui aplikasi online. Produk IST adalah Rencana Tindak Lanjut pelaksanaan IKM sesuai dengan instrumen yang disediakan. Tahap OUT Il (Pendampingan) Setelah mengikuti IST, peserta kembali ke tempat tugas masing-masing untuk melaksanakan tahapan OJT Il dengan membawa rencana program IKM. Pada tahapan ini, peserta 32 mengimplementasikan IKM sesuai dengan desain yang telah disusun oleh tim kerja. Masing-masing peserta melaksanakan tugas sesuai dengan job description yang telah dirancang pada saat IST. Peserta wajib menerapkan scluruh aspck yang telah diajarkan pada saat IST sesuai dengan instrumen yang tersedia Selama kegiatan ini, pendamping melakukan bimbingan, reviu, dan refleksi untuk mendiskusikan perkembangan, isu, dan solusi selama masa pendampingan. Proses pelaksanaan pendampingan mengacu pada ketentuan sebagai berikut: a. Pendampingan merupakan bagian tidak terpisahkan dari tahapan pelatihan IKM BK; b. Pelaksanaan pendampingan disiapkan, dikoordinasikan, dan dikendalikan oleh penyelenggara pelatihan, yaitu BDK/LDK c. Biaya pendampingan berasal dari madrasah sasaran, penyelenggara pelatihan, atau sumber lain yang sah sesuai peraturan, Biaya yang timbul akibat —_pelaksanaan pendampingan oleh widyaiswara dibebankan pada unit kerja asal widyaiswara yang bertugas; d. Pendamping terdiri atas: widyaiswara, pengawas alumni Training of Facilitators, atau tenaga ahli atau konsultan yang mendapat penugasan dari pimpinan penyelenggara pelatihan IKM BK; e. Pelaksanaan pendampingan diutamakan dilakukan secara tatap muka langsung (offline). Dalam hal tatap muka tidak dapat dilaksanakan, dapat dilakukan secara dalam jaringan (online); f. Pendampingan dilaksanakan paling kurang 1 kali setiap 2 (dua) minggu; g. Masa pelaksanaan OJT adalah selama 6 bulan (25 minggu); Presentasi Hasil OJT Il (daring/Iuring) Laporan hasil OJT II wajib dipresentasikan oleh tim kerja di hadapan evaluator. Evaluator memberikan penilaian proses dan 33 hasil praktik IKM. Presentasi dapat dilaksanakan secara daring atau luring. Secara ringkas, tahapan kegiatan tergambar pada tabel berikut ini. Koordinasi dengan i ema | Kanwil/Kakankemenag |mamp| Penetapan Madrasah /PT LPTK Sasaran ¥ Registrasi MOOC & Penugasan Peserta Simdiklat Pelatihan Penentuan Jumlah dan Sebaran Madrasah Tahap OJT I (MOOC) Tahap OJT II (Pendampingan) Presentasi Hasil OT II Tahap IST (luring) (daring/luring) B. Moda Pelatihan Pelatihan ini menggunakan moda dalam _jaringan (daring/online), Ivar jaringan (luring/offline), dan campuran (blanded). 1. Moda pelatihan berbasis daring digunakan untuk sesi OJT 1 dengan memanfaatkan sistem MOOC (Massive Online Open Courses) pada akun Pintar yang dikembangkan Pusdiklat Teknis. Materi disajikan dalam bentuk video, PPT, bentuk lainnya dan disertai dengan soal yang harus dijawab. Moda ini bersifat satu arah (asynchronous). Seluruh peserta wajib mengikuti sesuai prosedur yang tercantum dalam akun Pintar. 2. Moda Pelatihan berbasis luring digunakan untuk sesi IST secara tatap muka, Peserta hadir secara langsung di tempat pelatihan; 3. Moda campuran digunakan pada sesi OJT II dalam bentuk pendampingan sccara luring dan/atau secara daring, Dalam hal dilakasanakan secara daring, penyelenggara menycdiakan sarana atau aplikasi pertermuan online secara langsung (synchronous). 34 C, Strategi Pelatihan Pelatihan IKM BK ini menggunakan tiga strategi yang saling terkait, yaitu berbasis komunitas, pendampingan, dan kemitraan. 1. Berbasis komunitas, yaitu strategi pelatihan dengan melibatkan semua komponen yang mendukung IKM di madrasah. Komunitas yang terlibat dalam pelatihan dapat meliputi kepala madrasah, guru, pengawas, widyaiswara, Kepala Seksi Pendidikan Madrasah/Pendidikan Islam, Dosen PT LPTK, komite/yayasan, serta organisasi penyelenggara pendidikan. Pelibatan komunitas dapat disertakan dalam seluruh tahapan pelatihan, dapat pula disertakan hanya pada sebagian tahapan pelatihan, terutama tahapan OJT II. 2. Berbasis Pendampingan, yaitu strategi pelatihan dengan melaksanakan praktik IKM terbimbing di satuan pendidikan setelah pescrta mengikuti pelatihan tatap muka. Praktik IKM dilaksanakan oleh tim kerja dengan dibimbing olch tenaga pendamping yang telah disiapkan. Pelaksanaan pendampingan berlangsung selama 6 bulan atau 25 minggu. Tenaga pendamping dapat berasal dari BDK/LDK, Kankemenag Kab/kota, atau unit lain yang ditugaskan; 3. Berbasis kemitraan, yaitu strategi pelatihan dengan melibatkan pihak lain di luar madrasah. Dalam rangka memperluas dukungan dalam pelaksanaan IKM, madrasah dan komunitas yang terlibat dalam kegiatan ini bertugas membangun sinergi dan kolaborasi secara luas ke berbagai pihak. Pihak yang dimaksud dapat mencakup kemitraan dengan PT LPTK, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga profesi, pemerintah daerah, dan pihak terkait lainnya. D. Produk Pelatihan Pelatihan IKM BK pada setiap tahapan menghasilkan produk yang terdiri atas: 1. Produk OJT I a. Daftar anggota komunitas IKM di madrasah 35 b. Ge a. Resume Perbedaan Pembelajaran Berdiferensiasi dan nondiferensiasi Resume Perbedaan Penilaian pada Kurikulum Merdeka dan Kurikulum sebelumnya Resume perbedaan struktur kurikulum merdeka dengan kurikulum sebelumnya 2. Produk IST a. as ao e. if, Struktur dan pembagian tugas tim kerja serta relasi kemitraan dalam IKM Modul Ajar/RPP Modul Projek P5 PPRA Instrumen asesmen Dokumen KOM Dokumen program IKM 3. Produk OJT II a. b. c Instrumen quality control Laporan perkembangan bulanan Laporan Akhir IKM 36 BAB IV MADRASAH SASARAN, MATA PELAJARAN IKM, PESERTA, DAN PERAN PARA PIHAK A. Madrasah Sasaran Pelatihan IKM BK diikuti oleh peserta perwakilan dari satuan pendidikan madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah sasaran. Penunjukan madrasah sasaran mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1. Persyaratan. Madrasah sasaran IKM memiliki 2 syarat, yaitu: a. Syarat Umum: 1) Diprioritaskan bagi madrasah (negeri atau swasta) yang telah mendapatkan SK sebagai pelaksana IKM yang diterbitkan oleh Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, dan/atau 2) Madrasah (negeri atau swasta) yang belum mendapatkan SK tetapi memiliki potensi untuk menjadi rujukan IKM. b. Syarat khusus: 1) Memiliki kultur dan komitmen untuk perubahan; 2) Memiliki sumber daya pendukung untuk IKM yaitu guru kelas atau guru tetap mata pelajaran sasaran percontohan IKM, kepala madrasah yang tetap, dan akses internet yang stabil; 3) Memiliki komitmen untuk mendiseminasi praktik baik IKM; 4) Direkomendasikan oleh Kementerian Agama Kabupaten/ Kota. 2. Penetapan Sasaran a. Balai/Loka Diklat Keagamaan meminta Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota untuk menentukan madrasah sasaran Pelatihan IKM BK yang memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah alokasi yang tersedia; b.Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota _menugaskan madrasah sasaran untuk mengikuti Pelatihan IKM BK dengan tembusan ke Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. 37 c. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menetapkan tim kerja IKM BK pada madrasah sasaran. B. Mata Pelajaran IKM BK Pealatihan IKM BK menyasar mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan. Mata pelajaran lain di luar sasaran pelatihan dapat disertakan dalam IKM dengan mengadaptasi mata pelajaran yang menjadi sasaran pelatihan. Mata pelajaran yang menjadi sasaran Pelatihan IKM BK pada tahun pertama adalah: 1. Jenjang MI: Bahasa Indonesia dan Matematika 2, Jenjang MTs: Rumpun Sains dan Rumpun PAI 3. Jenjang MA: Rumpun Sains dan Rumpun PAI. 4. Khusus untuk jenjang RA tidak ada mata pelajaran, Sasaran diarahkan pada pembelajaran tematik. Pada tahun berikutnya, mata pelajaran sasaran dalam pelatihan IKM BK dapat menjangkau mata pelajaran lainnya. ©. Peserta Pelatihan Peserta pelatihan adalah anggota tim kerja yang terdiri atas unsur internal madrasah dan eksternal madrasah. Unsur Internal madrasah terdiri atas: kepala madrasah dan guru. Unsur eksternal madrasah terdiri atas: pengawas, dosen PT LPTK setempat, dan Kepala Scksi/Ketua Tim/Pejabat Fungsional/Staf Senior yang menangani pendidikan madrasah pada Kantor = Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Pemilihan peserta sesuai dengan persyaratan sebagai berikut: 1, Syarat Umum a.Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; b. Membawa Surat Tugas dari: 1) Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan/atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi untuk Kepala Madrasah, Guru, Pengawas, dan Kepala Seksi/Ketua Tim/Pejabat Fungsional/Staf Senior; 2) Pimpinan PT LPTK untuk dosen. c. Menyerahkan pas photo 4 x 6 berlatar belakang warna merah dalam bentuk file; d. Melakukan registrasi secara online. 2. Syarat Khusus a. Kepala Madrasah 1) Berstatus sebagai Kepala Madrasah yang dibuktikan dengan Surat Keputusan Kanwil Kementerian Agama Provinsi bagi Madrasah Negeri; 2) Berstatus sebagai Kepala Madrasah yang dibuktikan dengan Surat Keputusan Yayasan Penyelenggara Pendidikan bagi Madrasah Swasta; 3) Berkomitmen ambil bagian dalam tim kerja IKM secara aktif b. Guru 1) Berstatus sebagai guru kelas dan/atau guru mata pelajaran pada RA/MI, atau sebagai guru mata pelajaran pada MTs/MA dibuktikan dengan Surat Keputusan Kepala RA/Madrasah; 2) Berkomitmen ambil bagian dalam tim kerja IKM secara aktif c. Pengawas 1) Pengawas yang bertugas sebagai pembina langsung pada madrasah sasaran; 2) Berkomitmen ambil bagian dalam tim kerja IKM secara aktif d. Dosen 1) Dosen pada PT LPTK setempat yang sudah dikoordinasikan oleh Kantor Kemenag Kab/Kota. 2) Berkomitmen ambil bagian dalam tim kerja IKM secara aktif 3) Membawa Surat Tugas dari pimpinan perguruan tinggi. ec. Kepala Seksi/Ketua Tim/Pejabat Fungsional/Staf Senior Kantor 1) Menangani pendidikan madrasah pada Kementerian Agama Kabupaten/Kota 2) Berkomitmen ambil bagian dalam tim kerja IKM secara aktif 3. Komposisi Peserta Peserta Pelatihan IKM BK merupakan perwakilan dari madrasah sasaran yang terdiri atas: 39 Kepala Madrasah berjumlah 1 orang Guru berjumlah 2 orang Pengawas berjumlah 1 orang ao oe Dosen berjumlah 1 orang 2 Kepala Seksi/Ketua Tim/Pejabat Fungsional/Staf Senior Kantor berjumlah 1 orang. Pemanggilan dan Penerimaan Peserta Pemanggilan dan penerimaan peserta dilakukan dengan menempuh mekanisme berikut: a.Balai Diklat Keagamaan menyampaikan Surat Pemanggilan Peserta kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan/atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, serta pimpinan PT LPTK paling lambat 10 hari sebelum pelaksanaan pelatihan tahap OJT I; b. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan/atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi serta pimpinan PT LPTK menetapkan dan menugaskan calon peserta sesuai penjatahan dan alokasi yang ditetapkan BDK/LDK paling lambat tiga hari sebelum pelaksanaan pelatihan; c.Calon peserta melakukan registrasi pada aplikasi Pintar https://pintar.kemenag.go.id; d.Admin Simdiklat_ pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, atau PT LPTK melakukan registrasi pada aplikasi Simdiklat; e. Panitia menyeleksi persyaratan, data, dan kesesuaiannya dengan alokasi/penjatahan; f. Panitia memberikan informasi pelaksanaan kegiatan baik secara daring maupun secara luring. g. Untuk kegiatan pelatihan secara luring, panitia menerima, menempatkan, dan memberi tanda pengenal peserta yang sesuai dengan persyaratan, data, dan alokasi/penjatahan; dan h.Panitia memulangkan peserta yang tidak sesuai dengan persyaratan, data, dan alokasi/penjatahan. 40 D. Peran Para Pihak 1. Pusdiklat Teknis bertugas: menyiapkan instrumen_ pelatihan, mengkoordinasikan Pelatihan IKM berbasis komunitas secara nasional, menyiapkan pelatih dan fasilitator melalui TOT dan TOF, menyelenggarakan pelatihan tahap OJT I melalui akun Pintar, serta melakukan monitoring dan evaluasi; Madrasah Sasaran: mempraktikkan IKM Berbasis Komunitas, memfasilitasi kelancaran kegiatan IKM, menerima dan menindaklanjuti hasil pendampingan, menyusun laporan hasil IKM BK, mempresentasikan hasil IKM BK, serta menjalin kemitraan dengan pihak terkait. Direktorat KSKK Madrasah bertugas: menyiapkan kebijakan dan bahan yang terkait IKM, memfasilitasi daya dukung, membantu keberlanjutan praktik IKM, serta melakukan monitoring dan evaluasi. Direktorat GTK Madrasah bertugas: memfasilitasi ketersediaan pengawas pendamping yang kompeten sesuai dengan persyaratan dan kriteria yang ditetapkan, membantu keberlanjutan praktik IKM, serta melakukan monitoring dan evaluasi BDK/LDK bertugas: menyelenggarakan Pelatihan IKM BK, mengkoordinasikan kegiatan sesuai wilayah kerjanya, menyiapkan tim pendamping/fasilitator, serta melakukan monitoring dan evaluasi; Kanwil Kemenag Provinsi: mendukung pelaksanaan IKM BK melalui penetapan kebijakan di wilayah kerjanya serta memfasilitasi sinergi dan kemitraan IKM; Kantor Kemenag Kabupaten/kota bertugas: menetapkan Madrasah Sasaran, menugaskan peserta pelatihan, menugaskan pengawas pendamping alumni TOF, berpartisipasi dalam pelatihan dan pendampingan IKM (Kasi Penma/Pendis), dan mendiseminasikan praktik baik pelaksanaan IKM ke madrasah lainnya; PT LPTK bertugas: menugaskan dosen pendamping IKM dan memfasilitasi penguatan kemitraan serta daya dukung untuk diseminasi praktik baik; 41 BABV KETENAGAAN A. Pengelola Pengelola Pelatihan IKM BK adalah pejabat struktural pada level 1 dan Level Il pada Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan dan/atau Balai/Loka Diklat Keagamaan. B. Penyelenggara Penyelenggara Pelatihan IKM BK adalah tim panitia yang dibentuk oleh Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan/Balai Diklat Keagamaan. Tim Panitia sekurang-kurangngya terdiri atas penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan anggota. Jumlah tim panitia disesuaikan dengan peraturan, C. Pengajar Tenaga pengajar Pelatihan IKM BK terdiri atas widyaiswara, tenaga ahli, dan/atau narasumber dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pengajar mata pelatihan inti dan penunjang adalah widyaiswara yang telah mengikuti dan lulus dalam Training of Trainers (TOT) Implementasi Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Teknis atau lembaga lainnya yang berkompeten. Pengajar mata pelatihan inti selain widyaiswara dapat berupa tenaga abli dan/atau narasumber yang memiliki tugas khusus sebagai pengembang Kurikulum Merdeka di Kementerian Agama atau Kementerian/Lembaga lain yang relevan. Alokasi mata pelatihan yang diampu pengajar selain widyaiswara maksimal 2 (dua) mata pelatihan. Khusus mata pelatihan overview disampaikan oleh pengelola atau penyelenggara yang kompeten. 2. Pengajar mata pelatihan dasar adalah pejabat struktural/fungsional yang kompeten dan ditugaskan oleh Kepala Satuan Kerja penyelenggara pelatihan; 3. Pengajar Pelatihan IKM BK mengutamakan widyaiswara dari internal Satuan Kerja, Dalam hal pengajar dari internal Satuan Kerja tidak tersedia atau kurang, dapat memanfaatkan pengajar dari 42 Pusdiklat/Balai/Loka Diklat Keagamaan atau unit lain yang relevan dengan mengacu ke poin 1 dan 2. 43 BAB VI PENYELENGGARAAN A. Waktu dan Tempat Penyelenggaraan 1, Tahap OJT 1 dengan pola MOOC pada aplikasi Pintar dilaksanakan secara serentak dan diikuti olch seluruh peserta Pelatihan IKM BK, 2. Tahap IST dilaksanakan sesuai dengan jadwal pada masing-masing BDK/LDK. 3. Tahap OJT Il dilaksanakan setelah pelaksanaan IST dengan jadwal diatur oleh BDK/LDK. Tahap OJT II diselesaikan dalam tahun anggaran berjalan. 4. Pelaksanaan OJT I dan OJT II bertempat di tempat tugas masing- masing, sedangkan pelaksanaan IST bertempat di Kampus BDK/LDK atau di tempat lain yang ditentukan. B, Pendekatan dan Metode Pelatihan Pembelajaran dalam Pelatihan IKM BK ini menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogi). Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta dan mata pelaihan. Pengajar dapat menggunakan metode secara variatif sebagai berikut: 1, Eksplorasi Pengalaman Peserta; Ceramah; Tanya Jawab; Latihan/Penugasan; Diskusi/Dialog; Bermain Peran; Studi Kasus; Demonstrasi; PRN AAA YN Simulasi; 10. Project Based Learning; 11. Self Learning; 12. Mentoring 13. Studi Kepustakaan. 44 C. Pembiayaan Pembiayaan Pelatihan IKM BK ini dibebankan pada DIPA Badan Litbang dan Diklat atau Balai/Loka Diklat Keagamaan. Jumlah dan komponen biaya disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan anggaran. Madrasah sasaran, Direktorat GTK, Dircktorat KSKK, Kanwil Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, serta unit/satuan kerja dan lembaga lain dapat membiayai keseluruhan atau sebagian anggaran pelatihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Komponen biaya_pelatihan dapat meliputi: ATK; Perlengkapan Peserta; Pengadaan bahan/perlengkapan praktik; Konsumsi; Dokumentasi; Kesehatan /obat-obatan; Uang saku peserta; Transportasi; PHrAAnRHOD Ee Akomodasi (bila di luar kampus pelatihan) 10. Honor pengajar; 11, Kuota Internet; 12, Penyusunan dan Penggandaan Laporan. D. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran terdiri atas evaluasi terhadap pengajar, evaluasi terhadap penyelenggara, evaluasi terhadap peserta, dan evaluasi terhadap madrasah. Ketentuan evaluasi mengacu pada hal-hal sebagai berikut: 1, Evaluasi pengajar dan penyelenggara dilakukan oleh _peserta sedangkan evaluasi peserta dilakukan oleh pengajar dan tim panitia, 2. Evaluasi madrasah dilakukan oleh tim penilai yang ditugaskan oleh pimpinan BDK/LDK. Komponen evaluasi madrasah meliputi efektivitas tim kerja, kemitraan, kesesuaian IKM dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL), perubahan pembelajaran di kelas, kelengkapan laporan, dan kemampuan presentasi. 45 3. Instrumen evaluasi disediakan oleh Pusdiklat Teknis dan disampaikan oleh tim panitia. Instrumen evaluasi dibuat dan dikerjakan secara online. E, Kelulusan dan Sertifikasi Peserta pelatihan dan madrasah sasaran dinyatakan lulus dan berhak mendapat Surat Tanda Tamat Pelatihan (STTP)/sertifikat/piagam apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1 Kelulusan dan sertifikat peserta Peserta dinyatakan ulus dan berhak mendapat sertifikat/STTP dengan ketentuan: a. Mengikuti seluruh tahapan pelatihan pada OJT I dan IST; b. Dalam hal peserta sakit atau alasan lain seizin panitia, ketidakhadiran maksimal 10% dari total sesi/JP. c. Memperoleh nilai akumulasi minimal 76 dengan rasio: 1) Nilai Ujian MOOC —: 20% 2) Nilai Ujian IST 50% 3) Nilai sikap 30% d. Sertifikat peserta diterbitkan setelah selesai mengikuti IST. Kelulusan dan piagam madrasah sasaran Madrasah dinyatakan lulus dan berhak mendapat piagam dengan ketentuan: a. Melaksanakan IKM selama 6 bulan (25 Minggu) dengan tuntas diikuti oleh seluruh tim kerja; b. Memperoleh nilai akumulasi minimal 76 dengan rasio: 1) Efektivitas tim kerja: 10% 2) Kemitraan: 10% 3) Kesesuaian IKM dengan RTL: 10% 4) Perubahan pembelajaran: 50% 5) Kelengkapan laporan: 10% 6) Kemampuan presentasi: 10% c. Piagam madrasah sasaran diterbitkan setelah selesai mengikuti our. 46 BAB VII SARANA, PRASARANA, ALAT, DAN MEDIA PEMBELAJARAN Sarana, prasarana, alat, dan media pembelajaran disediakan oleh pengelola. Ketentuan sarana, prasarana, alat, dan media berlaku pada Pelatihan IKM BK yang diselenggarakan di dalam kampus dan luar kampus. Sarana, prasarana, alat, dan media dirinci sebagai berikut: A. Sarana 1, Jaringan internet; 2. Ruang belajar 3. Ruang maken 4. Ruang ibadah 5. Ruang istirahat 6. Ruang sekretariat 7. Aula B. Prasarana 1. Ruang parkir 2. Ruang olah raga 3. Halaman upacara 4. Instalasi listrike 5. Instalasi air ©. Alat dan Media 1. Papan tulis; 2. Kertas plano; 3. Spidol; Gunting; Cutter; 4. 5. 6. Isolasi; 7. LCD; 8. Sound system; 9. Kertas HPS 10. Laptop/komputer; 11. Printer 47 BAB VIII PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM DAN SERTA PELAPORAN A. Pemantauan dan Evaluasi Program 1. Pemantauan dan evaluasi dilakukan dalam rangka menghimpun data dan informasi tentang proses dan hasil Pelatihan IKM BK yang dijadikan sebagai bahan pengambilan kebijakan; 2. Pusdiklat Teknis, Direktorat GTK Madrasah, Direktroat KSKK Madrasah, Balai/Loka Diklat Keagamaan, Kanwil Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, dan PT LPTK dapat melakukan pemantauan dan evaluasi Pelatihan IKM BK pada setiap tahapan baik OJT I, IST, maupun OJT Il. 3. Pemantauan dan evaluasi menggunakan instrumen yang disediakan Pusdiklat Teknis dengan mengacu pada sistem penjaminan mutu pelatihan; 4. Biaya pelaksanaan monitoring dan evaluasi dibebankan pada anggaran Satuan Kerja pengirim petugas monitoring dan evaluasi B. Pelaporan 1. Pelaporan _kegiatan disusun _oleh_~—penyelenggara_— dan dipertanggungjawabkan kepada pimpinan unit kerja pengelola pelatihan; 2. Pelaporan disusun dan disampaikan paling lambat 7 hari kalender setelah selesai kegiatan; 3. Teknis penyusunan dan penyampaian laporan mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelatihan. 48 BAB Ix PENUTUP - Panduan Pelatihan IKM BK meliputi kurikulum, silabus, dan aturan penyelenggaraan. Panduan ini mengikat unit penyelenggara peatihan pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dan unit lain yang terlibat dalam pelatihan ini, . Dokumen atau aturan yang tidak tercantum dalam aturan ini, dapat merujuk aturan lain yang relevan atau dapat disusun tersendiri di luar aturan ini, namun tidak bertolak belakang dengan Panduan ini. Dokumen dan aturan dimaksud disusun oleh Pusdiklat Teknis. Dalam hal terdapat kekeliruan substansi atau tata cara penulisan dalam Panduan ini, akan diperbaiki seperlunya; - Panduan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. LA BADAN PENELITIAN DAN MBANGAN, DAN PENDIDIKAN TIHAN, 49

You might also like