You are on page 1of 29
BUPATI BUNGO PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI_ BUNGO NOMOR \ TAHUN 2020 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO Menimbang : Mengingat > DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, bahwa dalam rangka meningkatkan disiplin, motivasi dan kinerja yang selaras dengan peningkatan kesejahteraan bagi schuruh Pegawai Aparatur Sipil Negara di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo, perlu landasan hukum, pedoman, kriteria dan indikator penilaian yang terukur dan seragam; . bahwa sesuai ketentuan Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pemberian tambahan penghasilan kepada Pegawai Aparatur Sipil Negara berdasarkan pertimbangan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/atau pertimbangan objektif lainnya ditetapkan dengan peraturan kepala daerah; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf adan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755); 2. Undang-Undang.....2 PF . Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); . Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435); Undang-Undang Nomor 12 ‘Tahun 2011 _ tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398); . Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); .. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Repulik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); . Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5235); 10. Peraturan.. ef 10. ll. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insetif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Repubalik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402); Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041); Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 6178); Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 6322); Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pogawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 6340); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 19. Peraturan.....4 ef 19. 20. 21. 22. 23. 24, 25. 26. 27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah; .Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2012 tentang Analisis Jabatan Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 483); Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 39 Tahun 2013 tentang Penetapan Kelas Jabatan di Lingkungan Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1636); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157}; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 547); Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 41 Tahun 2018 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Instansi Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1273); .Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 061-5449 Tahun 2019 tentang Tata Cara Persetujuan Menteri Dalam Negeri Terhadap Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Daerah; Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pokok- pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2007 Nomor 12), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016 Nomor 16); 28.Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2016 Nomor 5), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo ‘Tahun 2019 Nomor 12); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bungo. 2. Pemerintah Dacrah adalah kepala dacrah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Kepala daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Bupati Bungo. 4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bungo. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bungo yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah, 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bungo. 7. Asisten Sekretaris Daerah adalah Asisten Sekretaris Daerah Kabupaten Bungo. 8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Dacrah Kabupaten Bungo yang dibahas dan disetujui bersama oleh Bupati dan DPRD, dan ditctapkan dengan Peraturan Daerah. 10. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang sclanjutnya disingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. 11. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA- SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran. 12. Kebijakan......6 ot 12. 13. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24, 25. -6- Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Lainnya yang berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang diangkat dalam suatu jabatan dan bekerja secara penuh pada perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Daerah. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai Aparatur Sipil Negara sccara tctap olch Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Calon Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Calon Pegawai ASN adalah Warga Negara Republik Indonesia yang melamar, telah dinyatakan lulus setiap mengikuti tahapan seleksi, diangkat menjadi Calon ASN Pemerintah Kabupaten Bungo sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. Pegawai Lainnya adalah pegawai yang diangkat pada Jabatan yang telah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. Pejabat Penilai adalah atasan langsung Pegawai ASN, atau pejabat yang ditunjuk. Tambahan Penghasilan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang sclanjutnya disingkat TPP ASN adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai ASN berdasarkan penilaian produktivitas kerja dan disiplin kerja. Produktivitas kerja adalah kinerja Pegawai ASN yang didasarkan pada pelaksanaan tugas dan/atau pemeriksaan Pejabat Penilai terhadap hasil pelaksanaan tugas Pegawai yang dipimpinnya. Disiplin Kerja adalah kesanggupan Pegawai ASN dalam menaati kewajiban kerja sesuai ketentuan hari dan jam kerja berdasarkan ketentuan yang berlaku. Menit Kerja Efektif dalam 1 (satu) bulan adalah 6.600 (enam ribu enam ratus) menit. Realisasi Menit Kerja Efektif merupakan waktu penyelesaian pelaksanaan tugas yang telah disetujui Pejabat Penilai. Daftar Hadir Elektronik adalah aplikasi yang digunakan untuk pengisian daftar hadir oleh Pegawai ASN pada saat masuk bekerja dan pulang bekerja. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai ASN pada Pemerintah Kabupaten Bungo. 26. Kelas Jabatan. ef 26. 27. 28. 29. 30. @ (2) Kelas Jabatan adalah klasifikasi jabatan dalam perangkat daerah yang didasarkan pada hasil evaluasi jabatan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pemberian besaran TPP ASN. Pelaksana Tugas yang selanjutnya disingkat Plt. adalah PNS yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas jabatan struktural dikarenakan pejabat struktural yang bersangkutan berhalangan tetap. Apel adalah rangkaian kegiatan untuk mendengar amanat dari pimpinan apel yang bertujuan melatih kedisiplinan, tanggung jawab Pegawai ASN dan menumbuhkan nasionalisme. Upacara adalah rangkaian kegiatan pengibaran dan/atau penurunan bendera kebangsaan Republik Indonesia Sang Merah Putih yang dipimpin oleh inspektur upacara atau pembina upacara yang dilaksanakan pada hari besar dan/atau hari lain yang ditentukan, diselenggarakan secara tertib dan khidmat. Basic TPP adalah nilai dasar setiap kelas jabatan untuk perhitungan TPP ASN sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN TPP ASN Pasal 2 Pemberian TPP ASN dimaksudkan untuk memotivasi peningkatan disiplin dan produktivitas kerja Pegawai ASN dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pemberian TPP ASN bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai ASN. BAB III PRINSIP, ASAS DAN PERSYARATAN PEMBERIAN TPP ASN Bagian Kesatu Prinsip Pemberian TPP ASN Pasal 3 Pemberian TPP berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : a TPP ASN merupakan fungsi dari_keberhasilan _pelaksanaan penyclenggaraan pemerintahan daerah yang bersumber dari cfisicnsi/ optimalisasi pagu anggaran belanja Pemerintah Dacrah dan/atau peningkatan pendapatan daerah; dan TPP ASN diberikan secara bertahap sesuai dengan Kelas Jabatan, Indeks Kapasitas Fiskal Daerah, Indeks Kemahalan Konstruksi, dan kemajuan keberhasilan/capaian Indeks Penyclenggaraan Pemerintah Daerah. Bagian.....8 tf Bagian Kedua Asas Pemberian TPP ASN Pasal 4 Pemberian TPP ASN berdasarkan asas sebagai berikut : a, Kepastian hukum dimaksudkan bahwa pemberian TPP ASN mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan; b. Akuntabel dimaksudkan bahwa TPP ASN dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; ¢. Proporsionalitas dimaksudkan pemberian TPP ASN mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Pegawai ASN; d. Efektif dan efisien dimaksudkan bahwa pemberian TPP ASN sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu berdasarkan dengan perencanaan kinerja yang ditetapkan; ¢. Keadilan dan kesctaraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP ASN harus mencerminkan rasa keadilan dan kesamaan untuk —memperoleh kesempatan akan fungsi dan peran sebagai Pegawai ASN; f, Kesejahteraan dimaksudkan bahwa pemberian TPP ASN diarahkan untuk menjamin kesejahteraan Pegawai ASN; dan g Optimalisasi dimaksudkan bahwa pemberian TPP ASN scbagai _hasil optimalisasi pagu anggaran belanja Daerah. Bagian Ketiga Persyaratan Pemberian TPP ASN Pasal 5 (1) Pemerintah Dacrah dapat memberikan TPP ASN dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersamaan dengan pembahasan KUA. (3) Pemberian TPP ASN harus memenuhi tahapan sebagai berikut : melaksanakan analisa jabatan secara menyeluruh; menetapkan jabatan pelaksana secara menyeluruh; melaksanakan analisa beban kerja secara menyeluruh; menetapkan kelas jabatan secara menyeluruh; dan mengalokasikan anggaran pelaksanaan urusan sesuai kewcnangan menurut peraturan perundang-undangan. saose BAB IV.....9 ef. BABIV PERHITUNGAN BESARAN TPP ASN Bagian Kesatu Umum Pasal 6 (1) Penetapan besaran TPP ASN setiap tahun anggaran dilakukan berdasarkan pada parameter sebagai berikut: a. Kelas Jabatan; b. Indeks Kapasitas Fiskal Daerah (IKFD); c, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK); dan d. Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (IPPD). (2) Besaran TPP ASN yang diberikan menggunakan rumus yakni besaran tunjangan kinerja Badan Pemeriksa Keuangan per kelas jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dikalikan dengan IKFD, IKK dan IPPD. (3) Besaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Basic TPP ASN untuk setiap kelas jabatan. (4) Besaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan dengan mempertimbangkan Indeks Kemampuan Keuangan Daerah (IKKD) yang diperoleh dari pagu anggaran untuk membiayai TPP ASN dibagi dengan perhitungan kebutuhan belanja TPP ASN sesuai kriteria TPP ASN. (5) Pagu anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan anggaran belanja TPP ASN dalam APBD tahun anggaran berkenaan, kecuali ditentukan lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Perhitungan kebutuhan belanja TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan jumlah dari alokasi TPP ASN. (7) Basic TPP ASN untuk setiap kelas jabatan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Kelas Jabatan Pasal 7 (1) Penetapan kelas jabatan adalah suatu proses manajemen sumber daya manusia yang digunakan untuk menilai suatu jabatan secara sistematis dengan menggunakan kriteria-kriteria yang disebut sebagai faktor jabatan. (2) Kelas jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi jabatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (8) Faktor Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Faktor jabatan struktural, terdiri dari: 1, ruang lingkup dan dampak program; 2. pengaturan organisasi; 3. wewenang penyeliaan dan manajerial; 4. . hubungan personal; 5. kesul £: 10 -10- 5. kesulitan pengarahan dalam pekerjaan; dan 6. kondisi lain. b. Faktor jabatan fungsional, terdiri dari: 1. pengetahuan yang dibutuhkan jabatan; pengawasan penyeli: pedoman; kompleksitas; ruang lingkup dan dampak; hubungan personal; tujuan hubungan; persyaratan fisik; dan . lingkungan pekerjaan. (4) Kelas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. P@ErNOVAeN Bagian Ketiga Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Pasal 8 (1) IKFD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b adalah kemampuan keuangan daerah yang dicerminkan melalui pendapatan dacrah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu. (2) Kapasitas fiskal daerah dikelompokkan berdasarkan IKFD yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Peta Kapasitas Fiskal Daerah. (3) Bobot masing-masing kategori kapasitas fiskal dalam penentuan besaran ‘TPP ASN adalah sebagai berikut: a. Kelompok Kapasitas Fiskal Sangat Tinggi Kelompok Kapasitas Fiskal Tinggi Kelompok Kapasitas Fiskal Sedang Kelompok Kapasitas Fiskal Rendah Kelompok Kapasitas Fiskal Sangat Rendah nog 9 Bagian Ketiga Indcks Kemahalan Konstruksi Pasal 9 (1) IKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf ¢ digunakan sebagai proxy untuk mengukur tingkat kesulitan geografis suatu daerah, dalam pengertian semakin sulit letak geografis suatu daerah, semakin tinggi tingkat harga di daerah tersebut. (2) IKK digunakan sebagai faktor koreksi tingkat kemahalan daerah. (3) IKK.....11 FT -11- (3) IKK diperoleh dari perbandingan IKK Daerah dengan IKK lokasi kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pusat yang berada di Jakarta Pusat Provinsi DKI Jakarta, dengan menggunakan rumus: IKK = IKK Daerah IKK DKI Jakarta (Pusat) Bagian Keempat Indeks Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Pasal 10 (1) IPPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf d terdiri atas variabel pengungkit dan variabel hasil terkait —_ penyelenggaraan pemerintahan daerah. (2) Bobot variabel pengungkit dan variable hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing adalah sebesar 90% (sembilan puluh persen) dan 10% (sepuluh persen). (3) Komponen variabel pengungkit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Opini Laporan Keuangan; b. Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Dacrah (LPPD); c. Kematangan Penataan Perangkat Dacrah; d. Indeks Inovasi Daerah; €. Prestasi Kerja Pemerintah Daerah; f, Rasio Belanja Perjalanan Dinas; dan g. Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah. (4) Skor komponen variabel pengungkit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah sebagai berikut: a. Opini Laporan Keuangan {bobot 30%), skor opini laporan keuangan diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: 1. WTP pada tahun terakhir, Nilai 1.000; 2. WDP tahun terakhir Nilai 750; 3. Tidak Wajar tahun terakhir Nilai 500; dan 4, Tidak memberikan Pendapat tahun terakhir Nilai 250. b. Opini sebagaimana dimaksud pada huruf a mengunakan rumus yakni Skor Opini Laporan Keuangan (SOLK) ~ Nilai x bobot. c. LPPD (bobot 25%), skor LPPD diperoleh dari tingkat capaian skor kinerja LPPD daerah dengan rincian sebagai berikut: 1. LPPD Sangat Tinggi, Nilai 1000; 2. LPPD Tinggi, Nilai 750; 3. LPPD Sedang, Nilai 500; dan 4. LPPD Rendah, Nilai 250. 4. LPPD sebagaimana dimaksud pada huruf ¢ mengunakan rumus yakni Skor LPPD (SLPPD) = Nilai x bobot. ¢. Kematangan Penataan Perangkat Daerah (bobot 10%), _skor Penataan Perangkat Daerah _—diperoleh _—dari_—_—perhitungan kematangan penataan perangkat daerah dengan rincian sebagai berikut: 1. Tingkat,.... ef -12- Tingkat Kematangan Sangat Tinggi, nilai 1000; Tingkat Kematangan Tinggi, nilai 800; ‘Tingkat Kematangan Sedang, nilai 600; Tingkat Kematangan Rendah, nilai 400; dan . Tingkat Kematangan Sangat Rendah, nilai 200. Kematangan penataan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf e mengunakan rumus yakni Skor Kematangan Penataan Perangkat Daerah (SKPPD) = Nilai x bobot. Indeks Inovasi Daerah (bobot 3%), skor indeks inovasi daerah dihitung berdasarkan indeks inovasi daerah sebagai berikut: Indeks inovasi daerah di atas 1000, Nilai 1000; Indeks inovasi daerah 501-1000, Nilai 800; Indeks inovasi daerah 301-500, Nilai 600; Indeks inovasi daerah 1-300, Nilai 400; dan 5. Indeks inovasi dacrah di bawah 1, Nilai 200. Indeks Inovasi Daerah scbagaimana dimaksud pada huruf g mengunakan rumus yakni Skor Indeks Inovasi Daerah (SID) = Nilai x bobot. Prestasi Kerja Pemerintah Daerah (bobot 18%), skor Prestasi Kerja Pemerintah Daerah dihitung berdasarkan Peraturan Mentcri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja Di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, sebagai berikut: 1. Rata-rata besaran efektivitas dan efisiensi Unit Kerja di atas 1 dengan prestasi kerja sangat baik (A), Nilai 1000; 2, Rata-rata besaran efektivitas dan efisiensi Unit Kerja 0,9-1,00 dengan prestasi kerja baik (B), Nilai 800; 3. Rata-rata besaran efektivitas dan efisiensi Unit Kerja 0,70-0,89 dengan prestasi kerja cukup (C), Nilai 600; 4. Rata-rata besaran efektivitas dan efisiensi Unit Kerja 0,50-0,69 dengan prestasi kerja Sedang (D), Nilai 400; dan 5. Rata-rata besaran efektivitas dan efisiensi Unit Kerja di bawah 0,5 dengan prestasi kerja Kurang (E), Nilai 200. Prestasi Kerja Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf i mengunakan rumus yakni Skor Prestasi Kerja Pemerintah Daerah (SPKPD) = Nilai x bobot. . Rasio Belanja Perjalanan Dinas (bobot 2%), skor rasio belanja perjalanan dinas dihitung —berdasarkan —_persentase _belanja perjalanan dinas terhadap APBD di luar Belanja Pegawai scbagai berikut: 1, Besaran Belanja di bawah atau sama dengan 2%, Nilai 1000; 2. Besaran Belanja 2,01% ~ 4%, Nilai 800; 3. Besaran Belanja 4,01% ~ 6%, Nilai 600; 4, Besaran Belanja 6,01% ~ 8%, Nilai 400; dan 5. Besaran Belanja di atas 8% Nilai 200. gaene ENE 1. Rasio.....13 t -13- 1. Rasio Belanja Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada huruf k mengunakan rumus yakni Skor Rasio Belanja Perjalanan Dinas (SRBPD) = Nilai x bobot m, Skor Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah (bobot 2%), skor Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah dihitung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, sebagai berikut : 1, Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah di atas 80, Nilai 1000; 2. Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah 71 - 80, Nilai 800; 3. Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah 61 - 70, Nilai 600; 4. Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah 51 - 60, Nilai 400; dan 5. Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah di bawah 51 Nilai 200. n. Skor Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf m menggunakan rumus yakni Skor Indeks Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah (SIRBPD) = Nilai x bobot. (5) Komponen variabel hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terdiri atas: a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM); dan b. Indeks Gini Ratio. (6) Skor masing-masing nilai rincian komponen variabel hasil sebagaimana maksud pada ayat (5) adalah sebagai berikut: a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), (bobot 6%), skor Indeks Pembangunan Manusia didasarkan atas hasil survey Badan Pusat Statistik sebagai berikut: 1. Besaran IPM sama dengan atau diatas 80, Nilai1000; 2. Besaran IPM 70 sd 79, Nilai 750; 3. Besaran IPM 60 sd 69, Nilai 500; dan 4. Besaran IPM dibawah 60, Nilai 250. b. Skor masing-masing nilai_ rincian komponen variabel__hasil sebagaimana dimaksud pada huruf a mengunakan rumus yakni Skor IPM (SIPM) = Nilai x bobot. c. Indeks Gini Ratio (bobot 4%), skor Indeks Gini Ratio Pemerintah Daerah didasarkan atas hasil survey Badan Pusat Statistik sebagai berikut: 1, Indeks Gini Ratio sama dengan atau dibawah 0,35, Nilai 1000; 2. Indeks Gini Ratio 0,36 sd 0,49, Nilai 700; dan 3. Indeks Gini Ratio sama dengan atau di atas 0,5 Nilai 350. d. Skor masing-masing nilai_ rincian komponen variabel__hasil sebagaimana dimaksud pada huruf c mengunakan rumus yakni Skor Indeks GiniRatio (SIGR) = Nilai x bobot. (7) Perhitungan Skor Kategori Indeks Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (SKIPD) adalah sebagai berikut: a. Indeks Penyclenggaraan Pemerintahan Daerah : 1. skor di atas 800: bobot 1; 2. skor 701 sd 800: _bobot 0,90; 3. 4. 5. -14- skor 601 sd 700: bobot 0,80; skor 501 sd600 : bobot 0,70; dan skor di bawah 501 : bobot 0,60. b. Perhitungan Skor Kategori Indeks Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (SKIPD) menggunakan rumus : SKIPD = (variabel pengungkit) + (variabel hasil) ( ((0,3 x SOLK) + (0,25 x SLPPD) + (0,1 x SKPPD) + (0,03 x SID] + (0,18 x SPKPD) + (0,02 x SRBPD}+(0,02 x SIRBPD)) x 1000 + (S) (0,06 x SIPM) + (0,04 x SIGR))) (300 + 250 + 100 + 30 + 180 + + 20 + 20) + (60+40) 1.000 BABV KRITERIA PEMBERIAN TPP ASN Bagian Kesatu Umum Pasal 11 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Pegawai ASN dapat diberikan TPP ASN scsuai pengelompokan kriteria sebagai berikut a. TPP ASN bersifat statis yang berlaku bagi seluruh Pegawai ASN, terdiri dari: 1. TPP ASN berdasarkan beban kerja; dan 2 ‘TPP ASN prestasi kerja. b. TPP ASN bersifat dinamis yang berlaku bagi Pegawai ASN tertentu yang memenuhi persyaratan yang ditentukan terdiri dari: 2. 3. 4. ‘TPP ASN berdasarkan tempat bertugas; . TPP ASN berdasarkan kondisi kerja; TPP ASN berdasarkan kelangkaan profesi; dan/atau ‘TPP ASN berdasarkan pertimbangan objketif lainnya. Bagian Kedua TPP ASN Berdasarkan Beban Kerja Dan Prestasi Kerja Pasal 12 ‘TPP ASN berdasarkan beban kerja dan prestasi kerja diatur sebagai berikut : a. Besaran TPP ASN berdasarkan beban kerja dan prestasi kerja disesuaikan dengan Basic TPP ASN. TPP ASN berdasarkan beban kerja diberikan kepada Pegawai ASN yang melaksanakan tugas melampaui beban kerja normal atau batas waktu normal, minimal 112,5 jam perbulan (seratus dua belas koma lima jam perbulan), yang dinilai sebagai unsur disiplin kerja. b. © TPP... 15 -15- c. TPP ASN berdasarkan prestasi kerja diberikan kepada Pegawai ASN yang memiliki prestasi kerja sesuai produktifitas kerja dan diakui oleh pimpinan di atasnya, yang dinilai sebagai unsur produktifitas kerja. d. TPP ASN berdasarkan beban kerja sebesar 40% (empat puluh persen) dari besaran Basic TPP ASN. ¢. TPP ASN berdasarkan prestasi kerja sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran Basic TPP ASN. f. Besaran alokasi TPP ASN berdasarkan beban kerja dan prestasi kerja dihitung dengan menggunakan rumus: ATPP-BKPK Kabupaten = ((40% x B-TPP Kabupaten)+(60% x B-TPP Kabupaten) Keterangan: A TPP-BKPK Kabupaten = Alokasi TPP berdasarkan Beban Kerja dan Prestasi Kerja Kabupaten B TPP Kabupaten = Basic TPP Kabupaten Bagian Ketiga ‘TPP ASN Berdasarkan Tempat Bertugas Pasal 13 ‘TPP ASN berdasarkan tempat bertugas diatur scbagai berikut : a. TPP ASN berdasarkan tempat bertugas diberikan kepada Pegawai ASN yang dalam melaksanakan tugasnya berada di dacrah yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil. b. tingkat kesulitan tinggi dan daerah terpencil berdasarkan pada Indeks TPP ASN tempat bertugas, yang didapatkan dari perbandingan Indcks Kesulitan Geografis lokasi kerja berkenaan dibagi Indeks Kesulitan Geografis terendah di wilayah Kabupaten Bungo, c. Indeks Kesulitan Kelurahan adalah sama dengan Indeks Kesulitan Geografis Desa atau sebutan lainnya terendah di Kabupaten Bungo. d. Alokasi TPP ASN berdasarkan tempat bertugas adalah 10% (sepuluh persen) dari Basic TPP ASN Kabupaten sepanjang Indeks TPP tempat bertugas di atas 1,50 (satu koma lima puluh). ¢. Besaran alokasi TPP ASN berdasarkan tempat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan menggunakan rumus: ATPP-TB Kabupaten = (10% x B-TPP Kabupaten x I TPP-TB Kabupaten) Keterangan: ATPP-TB Kabupaten = Alokasi TPP berdasarkan Tempat Bertugas Kabupaten BTPP Kabupaten = Basic TPP Kab 1 TPP-TB Kabupaten = Indeks TPP Tempat Bertugas Kabupaten Bagian.....16 tf - 16 - Bagian Keempat ‘TPP ASN Berdasarkan Kondisi Kerja Pasal 14 ‘TPP ASN berdasarkan kondisi kerja diatur sebagai berikut : a. TPP ASN berdasarkan kondisi kerja diberikan kepada Pegawai ASN yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab memiliki resiko tinggi seperti resiko kesehatan, keamanan jiwa, dan lainnya. b. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang memiliki resiko tinggi sebagaimana dimaksud pada pada huruf a meliputi: 1. pekerjaan yang berkaitan langsung dengan penyakit menular; 2. pekerjaan yang berkaitan langsung dengan bahan kimia berbahaya/ radiasi/bahan radioaktif, 3. pekerjaan yang berisiko dengan keselamatan kerja; 4. pekerjaan ini berisiko dengan aparat pemeriksa dan penegak hukum; 5. pekerjaan ini satu tingkat di bawahnya tidak ada pejabatnya; dan/atau 6. pekerjaan ini satu tingkat di bawahnya sudah didukung oleh jabatan fungsional dan tidak ada jabatan struktural di bawahnya. c. Alokasi TPP ASN berdasarkan Kondisi Kerja Kabupaten adalah 10% (scpuluh persen) dari Basic TPP ASN Kabupaten. d. Besaran alokasi TPP ASN berdasarkan kondisi kerja dihitung dengan menggunakan rumus: ATPP-KK Kabupaten = (10% x B TPP Kabupaten) Keterangan: ATPP-KK Kabupaten = Alokasi TPP Berdasarkan Kondisi_ Kerja Kabupaten B TPP Kabupaten = Basic TPP Kabupaten Bagian Kelima ‘TPP ASN Berdasarkan Kelangkaan Profesi Pasal 15 ‘TPP berdasarkan kelangkaan profesi diatur sebagai berikut : a. Kriteria TPP ASN berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada Pegawai ASN yang melaksanakan tugas dengan kriteria sebagai berikut: 1. keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini khusus; dan 2. kualifikasi Pegawai ASN di lingkungan Pemerintah Daerah sangat sedikit/hampir tidak ada yang bisa memenuhi pekerjaan dimaksud. b. Termasuk dalam kategori TPP ASN berdasarkan kelangkaan profesi diberikan kepada Pegawai ASN yang melaksanakan tugas pada jabatan pimpinan tertinggi di pemerintah daerah. c. Pegawai ASN yang dapat diberikan TPP ASN scbagaimana dimaksud pada huruf a sebagai berikut: 1. Sekretaris Daerah diberikan sebesar 65% (enam puluh lima persen) dari Basic TPP ASN; 2. Pejabat.....17 ae -17- 2. Pejabat dan pegawai ASN pada Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi pengawasan diberikan dari Basic TPP ASN: a) sebesar 30% (tiga puluh persen) kepada Inspektur Daerah; b) sebesar 25% (dua puluh lima persen) kepada Sckretaris Inspektorat Daerah; c) sebesar 10% (sepuluh persen) kepada Inspektur Pembantu dan pegawai ASN lainnya; 3. Jabatan Fungsional Tertentu Lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. d. Alokasi TPP berdasarkan kelangkaan profesi adalah minimal 10% (sepuluh persen) dari Basic TPP ASN Kabupaten. e. Besaran alokasi TPP berdasarkan kelangkaan profesi dihitung dengan menggunakan ramus: ATPP-KP Kabupaten = (% A TPPKP x B TPP Kabupaten) Keterangan: %ATPP-KP Kabupaten = Persentase Alokasi TPP —_Berdasarkan Kelangkaan Profesi Kabupaten B TPP Kabupaten = Basic TPP Kabupaten Bagian Keenam ‘TPP ASN Berdasarkan Pertimbangan Objektif Lainnya Pasal 16 TPP ASN berdasarkan pertimbangan objektif lainnya diatur sebagai berikut : a. TPP ASN berdasarkan pertimbangan objektif lainnya diberikan kepada Pegawai ASN dengan ketentuan : 1. sepanjang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan; 2. sepanjang belum diwadahi dalam TPP berdasarkan beban kerja, prestasi kerja, tempat bertugas, kondisi kerja dan kelangkaan profesi; dan/atau 3. sesuai kemampuan keuangan daerah dan karakteristik daerah. b. Pemberian insentif pajak daerah dan retribusi daerah bagi pejabat/ASN yang melaksanakan tugas pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1, diperhitungkan sebagai salah satu unsur perhitungan TPP berdasarkan pertimbangan objektif lainnya, dengan ketentuan alokasi dan besaran TPP dimaksud mengacu pada ketentuan peraturang perundang-undangan berkenaan. c. Pemberian TPP ASN scbagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 berupa uang lauk pauk atau uang makan, kecuali ditentukan lain sesuai peraturan perundang-undangan; d. Pemberian TPP ASN sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 3 diberikan berdasarkan pelaksanaan tugas dan fungsi tertentu yang bersifat strategis dan berdimensi luas berkaitan dengan pengawasan, perumusan dan koordinasi kebijakan Pemerintah Daerah, dan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan dapat diberikan dari Basic TPP ASN meliputi: 1. Sekretaris Daerah sebesar 85% (delapan puluh lima persen). 2. Asisten.....18 af - 18 - Asisten Sckretaris Dacrah scbesar 85% (delapan puluh lima persen) Staf Ahli Bupati sebesar 85% (delapan puluh lima persen). 4. Pegawai ASN pada Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi pengawasan sebesar 65% (enam puluh lima persen). 5. Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebesar 65% (enam puluh lima persen). 6. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo sebesar 65% (enam puluh lima persen); 7. Pegawai ASN pada perangkat daerah yang melaksanakan fungsi pengelolaan keuangan dan barang milik daerah sebesar 55% (lima puluh lima persen); 8. Pejabat administrator yang melaksanakan fungsi pelayanan terhadap pelaksanaan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebesar 55% (lima puluh lima persen); 9. Pejabat administrator pada perangkat daerah yang mclaksanakan fungsi koordinasi sebesar 35% (tiga puluh lima persen); 10. Sekretaris Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama pada Perangkat Daerah sebesar 25% (dua puluh lima persen}; 11. Pejabat pengawas pada perangkat daerah yang melaksanakan fungsi koordinasi sebesar 15% (lima belas persen); 12. Pejabat administrator pada Rumah Sakit Umum Daerah H. Hanafie Muara Bungo sebesar 10% (sepuluh persen); 13.Camat selaku pejabat administrator yang melaksanakan fungsi kewilayahan diberikan berdasarkan zona terdiri dari: a) Zona A sebesar 40% (empat puluh persen); b) Zona B sebesar 25% (dua puluh lima persen); c) Zona C sebesar 15% (lima belas persen); dan 14, Jabatan fungsional guru sebesar 5% (lima persen). e. Zona sebagaimana dimaksud pada huruf d angka 13 ditetapkan dalam Keputusan Bupati yy Bagian Ketujuh Identifikasi dan Klasifikasi Penerima TPP ASN Pasal 17 (1) Dalam rangka pemberian TPP ASN setiap tahun anggaran, dilakukan identifikasi jabatan dan/atau pengklasifikasian unit kerja penerima TPP ASN berdasarkan beban kerja dan prestasi kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan pertimbangan objektif lainnya, dengan berdasarkan pada parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (a). (2) Identifikasi dan pengklasifikasian sebagaimana pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Perangkat Dacrah yang membidangi secara teknis. (3) Hasil identifikasi dan pengklasifikasian sebagaimana dimakeud pada ayat (2) menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan alokasi dan besaran TPP ASN yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VI.....19 -19- BAB VI PEMBERIAN DAN PENGURANGAN TPP ASN BagianKesatu Pemberian TPP ASN Pasal 18 (1) Pegawai ASN diberikan TPP ASN setiap bulan selain penghasilan menurut peraturan perundang-undangan. (2) Pemberian TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinilai berdasarkan produktivitas kerja dan disiplin kerja. (3) Besaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kelas jabatan. (4) Besaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 19 (1) Pegawai ASN yang dapat menerima TPP ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) meliputi: a. Calon Pegawai ASN dengan besaran TPP ASN yaitu 80% (delapan puluh persen) dari kelas jabatan pelaksana di unit kerjanya. b. Pegawai ASN yang melaksanakan Tugas Belajar diberikan TPP ASN dari unsur disiplin kerja sesuai kelas jabatannya, c. Pegawai ASN dari instansi lain yang dipekerjakan/diperbantukan dengan besaran TPP ASN sesuai kelas jabatannya d. Pegawai ASN berstatus titipan dari instansi lain dengan besaran TPP ASN yaitu 80% (delapan puluh persen) sesuai kelas jabatannya. (2) Dalam hal wajib lapor atas Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan/atau Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara yang belum memenuhi pelaporan sampai dengan batas waktu yang ditentukan, maka pembayaran TPP ASN dilakukan penundaan. Pasal 20 ‘TPP ASN tidak diberikan kepada: a, Pegawai ASN yang nyata-nyata tidak mempunyai tugas/jabatan/pekerjaan tertentu pada perangkat daerah. b. Pegawai ASN yang diberhentikan sementara karena ditahan oleh pihak berwajib karena menjadi tersangka tindak pidana sampai putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap/inkracht, atau karena dikenakan sanksi hukuman disiplin kepegawaian tertentu. c. Pegawai ASN yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat, termasuk yang sedang mengajukan banding administratif kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian atau mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara. d. Pegawai ASN yang sedang menjalani putusan hukuman yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. -20- ©. Pegawai ASN yang ditetapkan sebagai Rio/Perangkat Dusun dan menerima penghasilan dari jabatan rangkapnya. f. Pegawai ASN yang diperbantukan/dipekerjakan atau berstatus sebagai pegawai titipan pada instansi lain. g. Pegawai ASN yang diberikan cuti di luar tanggungan negara atau dalam bebas tugas untuk menjalani masa persiapan pensiun. h. Pegawai ASN yang belum menyelesaikan Tuntutan Perbendaharan atau Tuntutan Ganti Rugi yang telah ditetapkan pejabat berwenang. i. Pegawai ASN yang masih menguasai barang milik daerah di luar tugas dan tanggungjawabnya belum mengembalikan barang milik daerah tersebut kepada perangkat daerah yang berwenang. Pasal 21 Pegawai ASN yang menjadi Plt. berdasarkan penetapan dari Pejabat Pembina Kepegawaian, dapat diberikan TPP ASN tambahan dengan ketentuan menjabat dalam jangka waktu paling singkat 1 (satu) bulan kalender. Pasal 22 (1) Penerima TPP ASN wajib masuk dan pulang kerja sesuai ketentuan jam kerja yang ditentukan dengan melakukan rekam sidik jari atau melalui metode lainnya sebanyak 2 (dua) kali, atau lebih dari 2 (kali) sesuai ketentuan yang diatur dengan Keputusan Bupati. (2) Pengukuran tingkat kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan perangkat elektronik yang ditempatkan di masing-masing Perangkat Daerah secara off line. (3) Pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sampai dengan terpasangnya perangkat clektronik pencatat kehadiran di seluruh perangkat dacrah, untuk —selanjutnya —dioperasikan —_secara terintegrasi/online yang terhubung pada perangkat elektronik yang tersedia pada perangkat daerah teknis yang membidangi kepegawaian daerah. (4) Kepala perangkat daerah bertanggungjawab sepenuhnya atas pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang dilakukan pada masing-masing perangkat dacrah. (5) Terhadap Pegawai ASN dengan jabatan tertentu yang melaksanakan tugas pada hari dan jam kerja khusus, pemberian TPP ASN dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (6) Jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yaitu jabatan fungsional guru, jabatan fungsional tenaga keschatan dan jabatan lainnya. (7) Rekam sidik jari sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan pertimbangan tertentu dapat dikecualikan terhadap: a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama; b. Camat; Ajudan dan sopir Bupati, Wakil Bupati dan Sckretaris Dacrah; Ajudan dan sopir Pimpinan DPRD; dan Pegawai ASN lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. eae (8) Ketentuan. if -21- (8) Ketentuan jam kerja dan rekam sidik jari pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan pada saat bulan Suci Ramadhan dan keadaan tertentu lainnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 23 (1) Penerima TPP ASN wajib membuat laporan kerja harian yang memuat pelaksanaan kerja harian yang dihimpun menjadi laporan kerja bulanan paling lambat minggu pertama bulan berikutnya. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) discrahkan kepada Kepala Perangkat Daerah melalui fungsi kepegawaian perangkat daerah berkenaan, setelah ditandatangani oleh masing-masing atasan langsung. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kepala Perangkat Daerah ditandatangani oleh Sekretaris Daerah atau Asisten Sekretaris dacrah yang membidangi urusan kepegawaian. (4) Sekretaris Daerah sebagai Penerima TPP ASN membuat laporan sebagaimana maksud pada ayat (1) secara mandiri (selfasessment). (5) Ketentuan lebih lanjut berkenaan dengan teknis penyusunan laporan kerja harian dan laporan kerja bulanan diterbitkan oleh perangkat daerah yang membidangi kepegawaian daerah. Bagian Kedua Pengurangan TPP ASN Pasal 24 (1) Pengurangan TPP ASN diberlakukan atas disiplin kerja dan produktifitas kerja. (2) Pengurangan TPP ASN atas disiplin kerja meliputi: a. Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa keterangan sah pada bulan berjalan, dikenakan pengurangan dari besaran TPP ASN unsur disiplin kerja yakni: 1. sebesar 3% (tiga persen) untuk tiap 1 (satu) hari tidak masuk kerja; dan 2. paling banyak sebesar 100% (seratus persen) untuk tiap 1 (satu) bulan tidak masuk kerja. b. Pegawai ASN yang tidak mengikuti Apel pada senin pagi dan Upacara dikenakan pengurangan masing-masing sebesar 2% (dua persen) dari besaran TPP ASN unsur disiplin kerja; c. Pengurangan TPP ASN dikenakan terhadap Pegawai ASN dengan kondisi tertentu meliputi: 1. tidak melakukan rekam sidik jari tanpa laporan atau alasan kepada atasan langsung; 2. terlambat masuk kerja pada bulan berjalan; 3. pulang kerja sebelum waktunya pada bulan berjalan; dan 4. kondisi tertentu lainnya. (3) Pengurangan TPP ASN atas disiplin kerja meliputi: a. Pegawai... if ~22- a, Pegawai ASN yang tidak menyampaikan laporan kerja harian sebesar 1% (satu persen) setiap hari kerja dari besaran TPP ASN unsur produltifitas kerja; dan b. Pegawai ASN yang tidak menyampaikan laporan kerja bulanan sebesar 5% (lima persen) untuk setiap bulan kerja dari besaran TPP ASN unsur produktifitas kerja. (4) Pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diberlakukan terhadap Pegawai ASN dengan kondisi sebagai berikut : a. mendapatkan tugas dari pimpinan, baik penugasan dalam negeri maupun luar negeri yang dibuktikan dengan surat penugasan atau dokumen lainnya; . memperoleh cuti tahunan; memperoleh cuti sakit; |. memperoleh cuti alasan penting; memperoleh cuti melahirkan; memperoleh cuti besar; , menjalani cuti bersama; . sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter; tidak rekam sidik jari yang dibuktikan dengan surat pernyataan; atau j. izin yang dibuktikan dengan surat izin atas persetujuan atasan langsung. (5) Ketentuan lebih lanjut berkenaan dengan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dan surat pernyataan dan surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf i dan huruf j ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VIL PENILAIAN TPP ASN Bagian Kesatu Umum Pasal 25 (1) Pembayaran TPP ASN setiap bulan dinilai berdasarkan produktivitas kerja dan disiplin kerja; (2) Pembayaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada a. penilaian produktivitas kerja sebesar 60% (enam puluh persen) dari besaran TPP yang diterima Pegawai ASN; dan b. penilaian disiplin kerja sebesar 40% (empat puluh persen) dari TPP yang diterima ASN. Bagian Kedua Penilaian Produktivitas Kerja Pasal 26 (1) Penilaian produktivitas kerja dilakukan berdasarkan: a. pelaksanaan.....23 tf -23- a. pelaksanaan tugas berdasarkan uraian tugas jabatan; dan/atau b. penilaian dari Pejabat Penilai terhadap hasil pelaksanaan tugas pegawai yang dipimpinnya. (2) Penilaian produktifitas kerja sebagaiaman dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui laporan harian dan laporan bulanan yang disctujui oleh atasan langsung sebagai pejabat penilai. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penilaian produktifitas kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh perangkat daerah teknis yang membidangi kepegawaian daerah. Bagian Kedua Penilaian Disiplin Kerja Pasal 27 (1) Penilaian disiplin kerja dilakukan berdasarkan rekapitulasi kehadiran Pegawai ASN. (2) Kehadiran Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kehadiran pegawai pada saat masuk kerja dan pada saat pulang kerja. (3) Ketentuan lebih lanjut_ mengenai teknis penilaian disiplin kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh perangkat daerah teknis yang membidangi kepegawaian daerah. BAB VIII DASAR PERHITUNGAN PEMBAYARAN TPP ASN Pasal 28 (1) Pembayaran TPP ASN setiap bulan dinilai berdasarkan produktivitas kerja dan disiplin kerja. (2) Pembayaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap pegawai ASN yang memiliki jabatan tertentu dengan hari dan jam kerja khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal setelah ditetapkan keputusan belum adanya penetapan kelas jabatan dan/atau tidak tersedianya kolom jabatan pada peta jabatan, TPP ASN diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari nilai TPP ASN kelas jabatan terendah. (4) Ketentuan mengenai TPP ASN tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, yaitu: a. pejabat atasan langsung atau atasan tidak langsung yang merangkap sebagai Plt. menerima TPP Pegawai ASN tambahan, ditambah 20% (dua puluh persen) dari TPP Pegawai ASN dalam Jabatan sebagai Pit. pada jabatan yang dirangkapnya; b. pejabat setingkat yang merangkap Plt. jabatan lain menerima TPP Pegawai ASN yang lebih tinggi, ditambah 20% (dua puluh persen) dari TPP Pegawai ASN yang lebih rendah pada Jabatan definitif atau Jabatan yang dirangkapnya; ©. pejabat.....24 tf () (2) (3) 4) (1) -24- c. pejabat satu tingkat di bawah pejabat definitif yang berhalangan tetap atau berhalangan sementara yang merangkap sebagai Plt. hanya menerima TPP Pegawai ASN pada Jabatan TPP ASN Pegawai yang tertinggi; dan d. TPP ASN tambahan bagi Pegawai ASN yang merangkap sebagai Plt. dibayarkan terhitung mulai tanggal menjabat sebagai Pit. BAB IX PENGANGGARAN, PENATAUSAHAAN PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN TPP ASN Bagian Kesatu Penganggaran TPP ASN Pasal 29 Kebutuhan anggaran belanja TPP ASN setiap perangkat daerah diajukan dalam RKA-SKPD sesuai kode rekening dan uraian anggaran belanja berkenaan menurut ketentuan penganggaran, untuk selanjutnya ditetapkan dalam DPA-SKPD sesuai mekanisme yang berlaku. Kebutuhan anggaran scbagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan formulasi beberapa komponen meliputi : a. jumlah Pegawai ASN pemangku jabatan berdasarkan masing-masing kelas jabatan; ._ besaran TPP ASN yang ditentukan; c. hasil identifikasi jabatan dan pengklasifikasian unit kerja yang ditentukan; d. perhitungan teknis lainnya dengan memperhatikan pagu anggaran belanja TPP ASN tahun anggaran berkenaan. Dalam hal terdapat perubahan salah satu komponen atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka dapat dilakukan perubahan terhadap DPA-SKPD sesuai mekanisme yang berlaku dengan memperhatikan kebijakan umum anggaran tahun berkenaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penganggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diterbitkan oleh perangkat dacrah teknis yang membidangi keuangan daerah. Pasal 30 Penganggaran terhadap pemberian insentif pajak daerah dan retribusi dacrah bagi Pegawai ASN tertentu yang diamanatkan sesuai peraturan perundang-undangan, dilaksanakan sebagai berikut : a. dianggarkan pada masing-masing perangkat daerah yang melaksanakan tugas pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dengan menggunakan kode rekening dan uraian anggaran belanja TPP ASN Berdasarkan Pertimbangan Objektif Lainnya. (2) (3) (1) (2) (3) (4) a (2) -25- b. dianggarkan pada perangkat daerah berkenaan yang dikategorikan melaksanakan fungsi penunjang terhadap pelaksanaan_tugas pemungutan pajak dacrah dan retribusi daerah dengan menggunakan kode rekening dan uraian anggaran belanja TPP ASN Berdasarkan Pertimbangan Objektif Lainnya. Pengangearan bagi Pejabat/pihak terkait selain Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menurut peraturan perundang-undangan dapat memperoleh insentif pajak daerah, dilaksanakan sesuai pedoman penyusunan anggaran. Alokasi, penetapan besaran dan mckanisme pembayaran TPP ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pemberian insentif pajak daerah dan retribusi daerah. Bagian Kedua Penatausahaan Pembayaran TPP ASN Pasal 31 Pelaksanaan anggaran belanja TPP ASN berdasarkan atas DPA-SKPD atau DPPA-SKPD. Pembayaran TPP ASN dilaksanakan secara non tunai melalui pembayaran langsung (LS) atau penggunaan uang persediaan (UP) sesuai mekanisme yang berlaku, dengan ketentuan : a. berdasarkan perhitungan jumlah bruto TPP ASN, potongan lain-lain, termasuk potongan pajak penghasilan sesuai ketentuan perpajakan yang dihitung setelah jumlah bruto TPP ASN dikurangi potongan- potongan lain-lain; dan b. tidak melebihi pagu anggaran belanja yang tersedia dalam DPA-SKPD atau DPPA-SKPD, dan hanya berlaku untuk tahun anggaran berkenaan. ‘TPP ASN dibayarkan sebulan sekali atau dapat beberapa bulan sekaligus pada bulan berikutnya dengan memperhatikan kondisi keuangan daerah tahun berjalan. Pembayaran TPP ASN schubungan dengan pemberian insentif pajak daerah dan retribusi dacrah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur pemberian insentif pajak daerah dan retribusi daerah. Pasal 32 Pembayaran TPP ASN terhadap Pegawai ASN yang mengalami perubahan status kepegawaian dalam bulan berkenaan berdasarkan dokumen kepegawaian yang sah, dilaksanakan dengan memperhitungkan jumlah hari kerja dan besaran TPP ASN menurut kelas jabatan yang bersangkutan. TPP ASN bulan Desember dapat dibayarkan paling cepat tanggal 21 Desember atau hari kerja berikutnya sebelum tahun anggaran berakhir, dan diperhitungkan penuh sebagai satu bulan. (3) Dalam.....26 th i) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) QQ) - 26 - Dalam hal diketahui terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran TPP ASN, maka dilakukan perhitungan kembali sebagaimana mestinya untuk selanjutnya dikompensasikan pada bulan berikutnya dalam tahun anggaran berkenaan. Apabila kondisi keuangan daerah tahun berjalan hingga berakhirnya tahun anggaran tidak memadai, maka pembayaran TPP ASN dapat dilakukan penundaan sebagian atau seluruhnya atas beban APBD tahun anggaran berikutnya berpedoman pada kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Bupati. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis penatausahaan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan ayat (1) sampai dengan ayat (3), diterbitkan oleh perangkat daerah teknis yang membidangi keuangan daerah, Bagian Ketiga Pertanggungjawaban TPP ASN Pasal 33 Pembayaran TPP ASN harus dilengkapi_ dengan dokumen pertanggungjawaban yang sah dan lengkap sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pembayaran TPP ASN dicatat scbagai realisasi belanja berdasarkan pembayaran bruto dikurangi dengan potongan lain-lain dalam tahun anggaran berkenaan. Dalam hal terjadi pengembalian belanja atas kelebihan pembayaran TPP ASN yang dilakukan pada tahun anggaran yang sama, maka realisasi belanja dicatat setelah dikurangi jumlah pengembalian belanja dimaksud berdasarkan bukti setor ke rekening kas dacrah. Dalam hal terjadi pengembalian belanja atas pembayaran TPP ASN yang dilakukan pada tahun anggaran sebelumnya, maka pengembalian belanja dimaksud tidak mengurangi pencatatan realisasi belanja tahun anggaran berkenaan, melainkan sebagai pendapatan atas pengembalian belanja. Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), diterbitkan oleh perangkat dacrah teknis yang membidangi keuangan dacrah BAB IX MONITORING, EVALUASI DAN PENGAWASAN ATAS PEMBERIAN TPP ASN Pasal 34 Dalam rangka monitoring dan evaluasi terhadap penyusunan dan pelaksanaan pemberian TPP ASN, dibentuk Tim Pelaksanaan TPP ASN yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Sekretaris Daerah sebagai Ketua ditambah Asisten Sekretaris Daerah dan Pejabat/Pegawai ASN pada perangkat daerah/unit kerja pada perangkat daerah sesuai kebutuhan. (3) Pejabat.....27 eh -27- (3) Pejabat/Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit meliputi unsur dan tugas pokok sebagai berikut: a. Perangkat Daerah yang membidangi pengelolaan keuangan daerah bertugas melakukan perhitungan terkait penganggaran TPP ASN Pemerintah Daerah; b. Perangkat daerah yang membidangi kepegawaian daerah bertugas untuk melakukan perhitungan pemangku jabatan berdasarkan masing- masing kelas jabatan; c. Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan daerah bertugas untuk memastikan penganggaran terkait TPP ASN Pemerintah Daerah; d. Perangkat Daerah yang membidangi pengawasan dacrah bertugas untuk melakukan pengawasan pelaksanaan TPP ASN pada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; ¢. unit kerja pada Sckretariat Daerah yang membidangi organisasi bertugas untuk melakukan perhitungan indeks penyclenggaraan pemerintahan daerah serta mengidentifikasi jabatan-jabatan yang masuk dalam kriteria beban kerja, prestasi kerja, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan/atau pertimbangan objektif lainnya; dan/atau f. unit kerja pada Sekretariat Daerah yang membidangi hukum menyusun perkada TPP ASN Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pembentukan produk hukum daerah. (4) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pertimbangan dalam penyusunan, sosialisasi dan penyempurnaan kebijakan pemberian TPP ASN secara berkesinambungan, yang dilaporkan kepada Bupati secara berkala, Pasal 35 (1) Inspektorat Daerah selaku Pengawas Internal Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pelaksanaan pemberian TPP ASN berupa pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditindaklanjuti olch perangkat dacrah berkenaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Hasil pemeriksaan dan realisasi tindaklanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Bupati. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 36 (1) Pemberian TPP ASN terhitung mulai bulan Januari 2020. (2) Pegawai ASN yang telah diberikan TPP ASN tidak diperbolehkan menerima honorarium atau dengan scbutan lainnya, kecuali sebagai berilcut: a. Pegawai ASN yang menjadi narasumber atau pembicara dalam kegiatan seminar, simposium, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan Jabatan......28 et 28 - jabatan, pendidikan dan pelatihan teknis, kursus, sosialisasi atau dengan sebutan lainnya yang diselenggarakan oleh perangkat daerah; b. Pegawai ASN yang ditunjuk sebagai penanggungjawab dan/atau pelaksana kegiatan bersumber dari pendanaan khusus; c. Pegawai ASN yang ditunjuk dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pengelolaan keuangan/barang pada Perangkat Daerah; d. Pegawai ASN yang ditunjuk dengan Keputusan Bupati atau Keputusan Sckretaris Daerah untuk menjalankan tugas tertentu bersifat strategis, baik yang berkaitan/tidak berkaitan langsung dengan tugas dan fungsi yang diembannya; ©. Pegawai ASN yang menjadi anggota Tim TPP ASN Kabupaten; dan f. Pembayaran honorarium atau dengan sebutan lainnya bagi Pegawai ASN scsuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Laporan kerja harian yang telah dibuat oleh penerima TPP ASN sebelum diberlakukan Peraturan Bupati ini tetap berlaku, dan untuk pelaporan selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 23 (4) Penetapan indeks yang digunakan dalam TPP ASN harus berdasarkan sumber informasi yang dikeluarkan oleh instansi atau pejabat yang berwenang. (5) Dalam hal jabatan tertentu yang ditetapkan lebih rendah kelas jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), maka TPP ASN dibayarkan sesuai dengan kelas jabatan satu tingkat di atasnya. Pasal 37 (1) TPP ASN bulan ketiga belas dan keempat belas atau sebutan lainnya dapat diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. (2) Pemberian TPP ASN sebagaimana dimakeud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 38 Penilaian dan pembayaran TPP ASN berdasarkan perhitungan produktivitas kerja dan disiplin kerja dapat dilakukan berdasarkan perhitungan manual dan/atau berbasis elektronik yang terintegrasi. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 39 Pada saat Peraturan Bupati ini berlaku, maka Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pemberian Tambahan Penghasilan PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bungo (Berita Daerah Kabupaten Bungo Tahun 2019 Nomor 10) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 40.....29 -29- Pasal 40 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2020. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bungo. Ditetapkan di Muara Bungo pada tanggal \@ AgeT 2020 Diundangkan di Muara Bungo pada tanggal \G@ YWAPET = 2020. KABUPATEN BUNGO, " BERITA DAERAH KABUPATEN BUNGO TAHUN 2020 NOMOR 1

You might also like