Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 11 Jurnal + Analisis
Kelompok 11 Jurnal + Analisis
1093
Abstract
The objective in this study is to examine empirically changes in the level of conservatism of
corporate accounting information in Indonesia as a result of the use of Financial Accounting
Standards (IFRS) adopted by IFRS (International Financial Reporting Standards). Conservatism
was measured using the Market-to-Book bias component model (Beaver and Ryan, 2000). This
study uses the Financial Statement data from 178 companies, 2007 to 2016, listed on the
Indonesia Stock Exchange. Using multiple regression models that place accounting conservatism
as a dependent variable while IFRS adoption, managerial ownership, institutional ownership,
and public ownership as independent variables, this study proves that IFRS adoption does not
affect the level of conservatism of accounting information. The size of the firm (size) and the
composition of debt (leverage) is a control variable that participates in controlling the model of
this study.
adopsi standar internasional mungkin atas perubahan laporan keuangan yang disusun
menyebabkan konsekuensi ekonomi secara tidak berdasarkan IFRS. Tujuan International
langsung seperti likuiditas pasar menjadi lebih Accounting Standards Board (IASB) adalah
tinggi atau biaya modal menjadi lebih rendah, untuk mengembangkan, dalam kepentingan
namun satu-satunya dampak langsung adopsi umum, satu standar berkualitas tinggi, standar
IAS adalah perubahan laporan keuangan. akuntansi global yang dapat dimengerti dan
Penelitiannya menunjukkan bahwa total aset dan dapat dilaksanakan yang berkualitas tinggi,
nilai buku ekuitas, serta variabilitas nilai buku transparan, dan informasi yang dapat
dan laba bersih, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dalam laporan keuangan dan
dibawah IAS daripada ketika menggunakan pelaporan keuangan lainnya untuk membantu
standar lokal German Accounting Rules (HGB). pelaku pasar modal dunia dan pengguna
Di dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa pembuat keputusan ekonomi lain.
nilai buku (laba bersih) memainkan peran Dickhaut et. al. (2010) dan Littleton
penilaian yang lebih besar (lebih rendah) di (1994), menyatakan bahwa prinsip
bawah IAS daripada HGB. Penyesuaian IAS konservatisme telah ada sejak abad XV,
terhadap nilai buku umumnya bernilai relevan, mendukung risalah Pacioli tentang pembukuan
sedangkan penyesuaian terhadap pendapatan akuntansi. Sterling (1967) menganggap
umumnya bernilai tidak relevan. Hal ini konservatisme akuntansi sebagai prinsip tertua
memberikan wawasan baru tentang perbedaan yang telah mempengaruhi praktik akuntansi.
antara akuntansi yang berorientasi pada Konservatisme selalu diakui sebagai salah satu
pemangku kepentingan (stakeholder) dan prinsip terpenting dalam akuntansi.
akuntansi yang berorientasi pada pemegang Konservatisme membatasi penilaian yang lebih
saham (shareholders). Implikasi penerapan tingi (overstatement) terhadap aset dan
laporan keuangan menggunakan IAS yang pendapatan bersih. Telah ada konsensus umum
berorientasi pada pemangku kepentingan antara regulator akuntansi dan pembuat laporan
merupakan sebuah isu yang sangat penting bagi akuntansi bahwa konservatisme adalah
negara-negara di Eropa. karakteristik informasi akuntansi yang menarik
Mengingat bahwa standar akuntansi dan sangat relevan bagi banyak pengambil
secara langsung mempengaruhi kualitas keputusan. Kualitas informasi akuntansi yang
pelaporan (Soderstrom and Sun, 2007), menjadi lebih tinggi akan disertai dengan konservatisme
kebutuhan mendesak untuk memahami dampak
yang lebih tinggi dan makin berkurangnya Namun, seperti telah dijelaskan di atas,
informasi asimetri (Watts, 2003). bentuk 'kehati-hatian' yang dimaksudkan oleh
Sampai saat ini, kerangka konseptual IASB untuk mengeliminasi pelaporan keuangan
IASB dan FASB memiliki tempat untuk dari konservatisme tidak kondisional, bukan
konservatisme atau 'kehati-hatian’ (prudence), konservatisme kondisional (IASB, 2010).
dimensi keandalan yang merupakan salah satu Berdasarkan perspektif konseptual, kerangka
dari empat prinsip karakteristik kualitatif dari konseptual IASB dan IFRS mempromosikan
laporan keuangan (Andre et. al, 2013). Yang konservatisme kondisional dengan membatasi
mengejutkan banyak pihak, perpaduan baru konservatisme tidak kondisional. Namun,
antara kerangka konseptual IASB dan FASB sebenarnya tingkat konservatisme kondisional
yang diadopsi pada bulan September 2010, dan tidak kondisional pelaporan keuangan
sudah diajukan sejak awal tahun 2000-an, (Bab tergantung dari penerapan prinsip tersebut.
1 Tujuan Pelaporan Keuangan dan Bab 2 Basu (1997) berpendapat, diperlukan
Karakteristik kualitatif) tidak memasukan verifikasi untuk memperhitungkan akun
konservatisme atau 'kehati-hatian' sebagai keuntungan dan kerugian. Akuntan
sesuatu yang disyaratkan sebagai kualitas membutuhkan tingkat verifikasi yang lebih
pelaporan keuangan (IASB, 2010). IASB tinggi untuk mengenali kabar baik dibandingkan
menganggap 'faithful representation' sebagai dengan kabar buruk. Basu (1997), konservatisme
sebuah karakteristik kualitatif fundamental dari mendukung dan melindungi kepentingan
informasi keuangan yang menyiratkan fokus pemegang saham karena mereka memerlukan
pada kelengkapan (completeness), netralitas informasi yang tepat waktu, terutama bila
(neutrality), dan kebebasan dari kesalahan menyangkut berita buruk, untuk membuat
(feedrom of error). Contoh 'netralitas' dibawah keputusan (Lara dan Mora, 2004).
IFRS termasuk penggunaan nilai wajar, Konservatisme adalah penilaian yang rendah
penurunan nilai (impairment) bukan amortisasi terhadap pendapatan dan aset, yang bertujuan
termasuk kemungkinan untuk membalikkan untuk melindungi kreditur (Nobes dan Parker,
penurunan sebelumnya dan peraturan yang lebih 2008). Konservatisme akuntansi memainkan
ketat mengenai bagaimana dan kapan harus peran yang efektif dalam realisasi kesepakatan
mengakui provisi.1 antara perusahaan dengan berbagai pihak.
Adopsi IFRS, dalam beberapa dekade
1
IAS 37 dikatakan oleh banyak pihak untuk untuk
terakhir, oleh sejumlah besar negara telah
membatasi 'cadangan atau persediaan' yang cukup lazim di
Benua Eropa (Walton, 2011).
membawa isu konservatisme akuntansi menjadi tujuan penilaian terhadap pengenalan IFRS
pusat perhatian bagi profesional dan akademisi (Barth et al., 2008; Daske et al., 2008), namun
dalam bidang akuntansi (Zeghal, 2016). belum menggambarkan bagaimana kualitas
Konservatisme dipandang sebagai kemampuan pelaporan keuangan yang disajikan, sehingga
diferensial laba akuntansi untuk merefleksikan diperlukan penelitian lanjutan.
rugi ekonomi dibanding laba ekonomi (Zeghal et Penelitian ini bertujuan untuk menutup
al., 2012). Penelitian Masca dan Neag (2014) celah penelitian tersebut dengan melakukan
menunjukkan dampak adopsi IFRS yang diukur penelitian di negara berkembang, yaitu
dengan konservatisme akuntansi dan tingkat Indonesia tentang dampak adopsi IFRS
konservatisme negara-negara yang standar (International Financial Reporting Standards)
lokalnya mengadopsi IFRS menurun, tetapi terhadap konservatisme informasi akuntansi
perusahaan-perusahaan besar justru sekarang pada perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu,
menghendaki konservatisme. penelitian ini bertujuan untuk menjawab
Indonesia, sebagai satu negara pertanyaan berikut:
berkembang tidak ketinggalan dalam RQ1. Apakah terjadi perubahan tingkat
mengadopsi IFRS. Adopsi SAK ke IFRS konservatisme informasi akuntansi pada
semakin menggema ketika IAI mencanangkan perusahaan di Indonesia yang menyajikan
adopsi SAK ke IFRS secara bertahap mulai 1 laporan keuangan dengan menggunakan
Januari 2012. Program adopsi yang dimulai standar akuntansi hasil adopsi dari IFRS?
secara bertahap dengan penerapan PSAK, ISAK,
Berdasarkan bukti empiris, penelitian ini
dan PPSAK sudah dimulai sejak tahun 2008
membuktikan apakah terjadi perubahan tingkat
(DSAK, 2015). Adopsi IFRS ini merupakan
konservatisme informasi akuntansi pada
salah satu butir kesepakatan pemerintah
perusahaan yang menyajikan laporan keuangan
Indonesia sebagai anggota forum G-20. Seperti
dengan menggunakan standar akuntansi adopsi
yang terjadi di negara-negara lain, masih
IFRS. Berdasarkan asumsi bahwa terjadi
terdapat perdebatan konseptual dan penelitian
penurunan tingkat konservatisme bagi negara-
penting apakah penerapan IFRS di Indonesia
negara yang standar lokalnya mengadopsi IFRS
dapat meningkatkan kualitas pelaporan
(Masca dan Neag, 2014), namun perusahaan-
keuangan. Selain itu penelitian terkait dengan
perusahaan besar justru sekarang menghendaki
dampak adopsi IFRS selama ini berfokus pada
konservatisme. Peneliti memprediksi bahwa
perubahan informasi komponen laba untuk
tingkat konservatisme akuntansi perusahaan-
perusahaan besar di Indonesia sejalan dengan dilanjutkan dengan metode penelitian, diskusi
adopsi IFRS ke dalam Standar Akuntansi hasil analisis dan pembahasan, dan diakhiri
Keuangan (SAK). Kontribusi penelitian ini dengan kesimpulan hasil penelitian.
adalah memberikan tambahan bukti empiris
terhadap literatur bagi akademisi maupun
regulator dalam mengevaluasi dampak serta
Kajian Literatur Dan Pengembangan
konsekuensi adopsi IFRS terhadap standar Hipotesis
akuntansi yang mereka susun atau kembangkan. Rerangka Teoritis
Tujuan penelitian ini adalah untuk International Financial Reporting Standards
menutup beberapa keterbatasan penelitian (IFRS) dan Informasi Akuntansi
sebelumnya, yaitu rentang waktu penelitian, International Financial Reporting
pengukuran konservatisme akuntansi dan sampel Standards (IFRS) merupakan standar akuntansi
dipertimbangkan, untuk mendapatkan hasil yang internasional yang disusun oleh International
lebih komprehensif dan lebih meyakinkan Accounting Standards Board (IASB), yang pada
konservatisme akuntansi. Beberapa hal penting Accounting Standards Committee (IASC). IASC
yang membedakan penelitian ini dari penelitian dibentuk di London, Inggris pada tanggal 29
periode waktu yang lebih panjang terutama standar akuntansi global terus bergulir sejak
setelah adopsi IFRS yang memungkinkan terbentuknya IASC, yang merupakan cikal-bakal
analisis yang lebih baik dari konsekuensi dewan penyusun IFRS, dalam 10 th World
penggunaan standar akuntansi. Kedua, penelitian Congress of Accountants di Sydney Australia
sebelumnya yang membandingkan konteks yang tahun 1972. Organisasi ini dibentuk dengan
berbeda tidak membedakan efek dari adopsi tujuan untuk mengembangkan standar akuntansi
IFRS dari pengaruh lingkungan institusional internasional dan mempromosikan penerapan
yaitu struktur kepemilikan, sebagai faktor yang atas standar tersebut.
ikut menentukan konservatisme. Menurut Zeghal dan Mhedhbi (2006),
Sistematika penulisan penelitian ini menyatakan bahwa adopsi standar akuntansi
diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan internasional selalu menjadi subjek kontroversi
motivasi dilakukannya penelitian ini, pemaparan dalam literatur akuntansi oleh negara-negara
kajian literatur dan pengembangan hipotesis, yang berbeda. Terdapat 2 aliran pemikiran yang
berbeda mengenai hal tersebut. Pendapat pengendalian yang efisien atau tata kelola
pertama mendukung penerapan standar (Chen et. al., 2010). Argumen ini didukung oleh
internasional, karena adopsi IFRS cenderung Van Tendeloo dan Vanstraelen (2005), yang
meningkatkan kualitas laporan keuangan. IFRS dalam penelitian terhadap adopsi sukarela IFRS
mengurangi praktik manajemen oportunistik oleh negara-negara di Jerman, memperoleh bukti
oleh manager, manajemen laba, peluang yang dampak positif adopsi standar internasional pada
lebih besar untuk pengakuan kerugian dan level manajemen laba dan arus kas operasi yang
relevansi nilai pendapatan bersih yang lebih lebih rendah, meskipun dampaknya berkurang
besar (Barth et al., 2008). Penelitian Daske, ketika perusahaan diaudit oleh salah satu the Big
Leuz, dan Verdi (2008) tentang dampak 4/5 auditors. Adopsi IFRS mungkin tidak
ekonomi implementasi IFRS di 26 negara menghasilkan manfaat yang diperlukan namun
mampu meningkatkan likuiditas pasar, hanya menyajikan perubahan akuntansi dengan
mengurangi biaya modal (cost of capital), dan tanpa memiliki manfaat ekonomi (Mazars, 2006)
meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut bahkan justru menurunkan kualitas informasi
didukung dengan studi yang dilakukan oleh akuntansi (Janjean dan Stolowy, 2008).
Barth, et. al. (2008) yang menyimpulkan bahwa Sejalan dengan adopsi IFRS, entitas harus
perusahaan-perusahaan yang mengadopsi mengikuti Conceptual Framework for Financial
standar akuntansi internasional, kualitas Reporting 2010 yang sudah disetujui oleh IASB
informasi akuntansinya meningkat dibanding (IFRS Framework), sebagai dasar teoritis dari
periode sebelum adopsi. semua standar akuntansi. Berdasarkan rerangka
Pendapat kedua menyatakan bahwa konseptual IFRS sebagai dasar utama untuk
standar berkualitas tinggi tidak selalu mendefinisikan kualitas akuntansi sebagai
menghasilkan informasi akuntansi berkualitas berikut:
tinggi. Penelitian Ball et. al. (2003) The qualitative characteristics of useful
menunjukkan bahwa IFRS tidak diperlukan financial reporting identify the types of
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas information are likely to be most useful to
tinggi. Kualitas pelaporan ditentukan oleh users in making decisions about the
faktor-faktor politik dan ekonomi serta reporting entity on the basis of information
lingkungan institusional, bukan hanya oleh in its financial report. The qualitative
aturan tersebut saja, contohnya, beberapa negara characteristics apply equally to financial
telah memperkenalkan contoh mekanisme information in general purpose financial
Apapun pengertian kehati-hatian, satu merupakan reaksi terhadap suatu berita buruk,
konsekuensi umum dan paling terlihat dari contohnnya adalah metode penyusutan yang
akuntansi konservatif adalah penilaian yang diakselerasi seperti saldo menurun berganda,
lebih rendah terhadap aset bersih perusahaan tidak mengakui aset tidak berwujud,
(Watts, 2003; Givoly, 2007). Literatur akademik membiayakan pengeluaran untuk riset dan
mengklasifikasikan konservatisme menjadi dua, pengembangan. Beberapa, ukuran yang sering
yaitu konservatisme yang kondisional digunakan dalam literatur untuk mengukur
(conditional conservatism) dan konservatisme konservatisme yang tidak kondisonal, seperti
yang tidak kondisional (unconditional akrual yang terus-menerus negatif (Givoly et. al,
conservatism). 2000; Ahmed et. al., 2002), atau lebih umum
Konservatisme yang kondisional adalah penyajian lebih untuk rasio market-to-book
menurunkan nilai aset dilakukan sebagai reaksi (Beaver and Ryan, 2000).
terhadap berita buruk. Konservatisme ini Relevansi dan keandalan informasi adalah
mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi kunci dalam proses pengambilan keputusan bagi
terhadap pengakuan keuntungan dibandingkan investor. Namun demikian, prinsip kehati-hatian
pengakuan kerugian: kerugian diakui sesegera tidak sepenting negara-negara yang beroperasi di
mungkin, sedangkan keuntungan dapat diakui bawah model estimasi akuntansi kontinental.
sebagai pendapatan jika sudah pasti. Kondisi ini Meskipun International Accounting Standards
dipenuhi jika pendapatan tersebut disertai Board (IASB) mendukung penggunaan kehati-
dengan arus kas masuk, atau dijamin oleh hatian dalam kasus ketidakpastian, menegaskan
kontrak (misal, penjualan yang dikirim dengan bahwa itu bukan karakteristik kualitatif yang
faktur). Konservatisme ini juga disebut diperlukan. Namun, konservatisme selalu
konservatisme "news dependent”, hal ini memainkan peran utama dalam praktik
menyebabkan pengakuan buku akrual dapat akuntansi. Memang, fakta bahwa konservatisme
dibalik untuk mengantisipasi kerugian transaksi sering diakui sebagai prinsip dasar untuk praktik
masa depan yang dilakukan oleh perusahaan. akuntansi telah mempengaruhi teori akuntansi
Contoh, pencatatan persediaan menggunakan (Basu1997).
nilai realisasi bersih neto dan impairment aset Watts (2003) menganggap praktik
tetap. akuntansi konservatif sebagai mekanisme yang
Sedangkan konservatisme yang tidak efektif untuk menyiapkan informasi keuangan.
kondisional, penurunan nilai aset bukan Konservatisme akuntansi mengarah ke informasi
negara code law (La Porta et. al., 1998). Negara- mudah bagi perusahaan domestik dan luar negeri
negara dalam kluster ini mempunyai fungsi atau profesi akuntan.
perbankan yang lebih dominan daripada pasar Indonesia sebagai anggota IFAC
modal dalam memenuhi kebutuhan pendanaan (International Federation of Accountant), yang
perusahaan, sehingga kebutuhan pengungkapan tergabung sejak tahun 1987, memiliki
publik (public disclosure) menjadi kurang keterkaitan yang cukup erat dengan insiatif
penting di negara-negara code law dibanding implementasi IFRS dan dibandingkan dengan
negara-negara common law. Negara-negara negara-negara di ASEAN dapat dikatakan
dalam kluster code law pada umumnya bahwa Indonesia memiliki keterkaitan yang
mempunyai tingkat perlindungan investor yang lebih kuat dalam implementasi IFRS. Hal ini
lemah dan sistem hukum yang kurang berjalan juga seiring dengan keterlibatan Indonesia dalam
baik. Sistem hukum dan politik dapat G20 (Group of 20 Leaders). Masukan dan
mempengaruhi kualitas laba secara tidak rekomendasi G20 menjadi acuan bagi IASB
langsung melalui struktur kepemilikan. La Porta dalam menyusun aktivitas-aktivitasnya. Salah
et al. (1998) menemukan bahwa negara-negara satu rekomendasi G20 adalah menegaskan
dengan perlindungan investor yang lebih kuat perlunya IASB dan FASB menggandakan usaha-
memiliki konsentrasi kepemilikan yang lebih usaha dalam rangka konvergensi standar
rendah. Lemahnya perlindungan investor akuntansi keuangan, dan meminta kedua dewan
menyebabkan kepemilikan yang terkonsentrasi. untuk dapat menyelesaikan proyek
Hal ini sesuai dengan temuan Siregar dan Utama pengembangan konvergensi tersebut pada bulan
(2008) yang menunjukkan besarnya persentase Juni 2011.
kepemilikan pemegang saham mayoritas. Berdasarkan pemaparan di atas, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
Pengembangan Hipotesis
adalah:
Nobes (2010) dalam bukunya menyatakan
H: Konservatisme informasi akuntansi
bahwa, Standar Akuntansi Internasional
perusahaan meningkat setelah laporan
mempunyai peran penting pada negara
keuangan disajikan menggunakan
berkembang. Adopsi IFRS merupakan jalan
standar akuntansi hasil adopsi IFRS.
termurah untuk negara-negara ini daripada
menyiapkan standar sendiri. Adopsi IFRS juga
memberikan manfaat yang lebih besar dan lebih Metode Penelitian
Penentuan Sampel dan Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah konservatisme adalah Laporan keuangan yang
laporan keuangan perusahaan yang go public di bersumber dari Indonesian Capital Market
Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel Directory (ICMD), Database BEI, dan Website
dilakukan dengan menggunakan metode perusahaan.
purposive sampling, yaitu metode pemilihan
sampel berdasarkan kriteria yang telah Definisi dan Pengukuran Variabel
ditentukan. Adapun kriteria tersebut adalah Variabel Dependen
sebagai berikut: 1) Perusahaan terdaftar di Bursa Variabel dependen pada penelitian ini
Efek Indonesia; 2) Perusahaan tersebut adalah kualitas pelaporan keuangan (financial
mempublikasikan data laporan keuangan yang reporting quality) yang diproksikan dengan
telah diaudit mulai tahun 2007 sampai dengan konservatisme akuntansi. Konservatisme oleh
tahun 2016; dan 3) Laporan keuangan IASB diartikan sebagai tingkat kehati-hatian
perusahaan pada periode yang diteliti harus dalam penilaian yang diperlukan untuk membuat
memiliki informasi yang dibutuhkan sebagai perkiraan yang diperlukan dalam kondisi
proksi variabel dalam penelitian. ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan
Penelitian ini menguji kualitas tidak terlalu besar dan kewajiban atau beban
pelaporan keuangan periode 2007-2016, karena tidak terlalu rendah (IASB, 1989, paragraph 37).
mulai tahun 2012 terjadi perubahan yang sangat Beaver dan Ryan (2000) mengembangkan
signifikan terhadap Standar Akuntansi perbaikan dalam penggunaan Market-to-Book
Keuangan (SAK) di Indonesia yaitu adopsi IFRS (MTB) sebagai ukuran konservatisme, yang
ke dalam SAK. Adopsi penuh IFRS di Indonesia telah cukup banyak diterapkan dalam literatur.
dilakukan pada tahun 2012. Oleh karena itu, Perbaikan ini menguraikan rasio MTB menjadi
periode setelah adopsi dipilih tahun 2012 sampai dua komponen, komponen bias dan komponen
dengan 2016. Untuk memperoleh observasi lag. Beaver dan Ryan (2000) berpendapat bahwa
waktu yang seimbang, maka periode sebelum komponen bias MTB ditafsirkan sebagai ukuran
adopsi dipilih tahun 2007 sampai 2011. konservatisme akuntansi. Untuk mengurai MTB,
Sehingga, penelitian ini menggunakan sampel Beaver dan Ryan (2000) me-regresikan MTB
sebanyak 1.780 dari 178 perusahaan yang pada serangkaian lag pengembalian saham
terdaftar di BEI pada tahun 2006-2016 atau sebelumnya, yang mengarah pada 6 tahun lag
sebanyak 12.460 observasi. Sumber data utama tahun sebelumnya, seperti berikut dampak
yang digunakan untuk menganalisis regresi data panel:
komponen rasio MTB. Berdasarkan Beaver dan memenuhi kebutuhan informasi bagi investor.
Pasar modal memiliki peran utama dalam
Ryan (2000), komponen bias MTB, i adalah
pendanaan perusahaan sehingga pengungkapan
pengukuran yang lebih akurat dari tingkat
kepada publik merupakan prasyarat wajib bagi
konservatisme perusahaan daripada MTB baku.
pelaporan keuangan. Dalam negara-negara code
Variabel Independen law pada umumnya mempunyai model sistem
Adopsi IFRS keuangan yang lebih berorientasi pada
Variabel independen pada penelitian ini pemangku kepentingan. Standar akuntansi
adalah adopsi IFRS. Variabel adopsi IFRS disusun oleh lembaga regulasi yang
dalam penelitian ini diukur dengan dikendalikan oleh negara melalui perundang-
menggunakan variabel dummy, dimana angka 1 undangan yang detil untuk mencapai
Tabel 4.1 menggambarkan statistik pelanggaran yang cukup berarti pada normalitas,
deskriptif pada periode sebelum dan setelah autokorelasi, multikolinieritas, dan
adopsi IFRS. Berdasarkan tabel tersebut heteroskedastisitas.
menunjukkan bahwa semua variabel yang Korelasi Bivariat
digunakan dalam model penelitian memiliki Menurut Gujarati (2003), model asumsi
rentang variasi yang masuk akal. Tabel 4.1 klasik regresi linear mengharuskan tidak ada
melaporkan mean sebelum (sesudah) adopsi hubungan linear sempurna antar variabel
untuk variabel dependen CONS untuk periode independen. Adanya multikolinieritas yang kuat
2007 sampai dengan 2016 adalah sebesar 0,0067 mengakibatkan ketidaktepatan estimasi. Model
(0,0290), sedangkan variabel independen MO, regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
IO, PO masing-masing memiliki kisaran mean korelasi diantara variabel independen. Uji
sebesar 0,0291 (0,0360); 0,6253 (0,6392); dan Pearson dan Spearman diantara variabel dihitung
0,2646 (0,2753). Mean untuk kedua variabel dan disajikan pada Tabel 4.2. Pengujian
kontrol Size dan Lev adalah 6,0532 (6,4663) terhadap matriks korelasi untuk variabel-
dan 0,5734 (0,5518). variabel independen menunjukkan tidak ada
Sebelum dilakukan pengolahan data, masalah multikolinearitas, tidak ada koefisien
peneliti melakukan pemeriksaan awal terhadap korelasi di atas 0,9.
data untuk mengidentifikasi ada tidaknya outlier.
Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi klasik.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada
Uji multikolinieritas juga dilakukan VIF > 10, maka terjadi gangguan
dengan melihat nilai tolerance dan variance multikolinieritas pada penelitian tersebut
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,10 (Ghozali, 2011). Hasil uji multikolinieritas untuk
dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak model pengukuran konservatisme menunjukkan
terdapat multikolinearitas pada penelitian nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance
tersebut. Sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan berada di atas 0,1 (Tabel 4.3).
Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terdapat IFRS mampu mempengaruhi tingkat
masalah multikolinieritas dalam penelitian ini. konservatisme informasi akuntansi. Pada
penelitian ini penulis menggunakan variabel
Analisis Regresi
dummy untuk membedakan sebelum dan setelah
Pengujian hipotesis pada penelitian ini
adopsi IFRS yaitu 1 untuk periode 2012-2016
untuk menguji secara empiris bahwa adopsi
dan 0 untuk periode 2007-2011.
Tabel 4.4 menyajikan hasil regresi OLS umum, koefisien determinasi untuk data silang
(Ordinary Least Square) yang digunakan untuk (crossection) relatif rendah karena adanya
menguji hubungan antara konservatisme variasi yang besar antara masing-masing
akuntansi terhadap penggunaan standar pengamatan. Koefisien determinasi (R²)
akuntansi hasil adopsi IFRS, kepemilikan hanyalah salah satu dan bukan satu-satunya
manajerial, kepemilikan institusional, dan kriteria memilih model yang baik, karena
kepemilikan publik sebagai variabel independen, walaupun regresi linear menghasilkan koefisien
yang dikontrol dengan ukuran perusahaan (size) determinasi yang tinggi namun tidak lolos uji
dan komposisi utang (leverage). Tabel tersebut asumsi klasik maka model tersebut bukanlah
menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R²) model penaksir yang baik dan seharusnya tidak
sebesar 5,8%, yang menjelaskan hubungan dipilih menjadi model empirik (Insukindro,
antara variabel dependen dan independen dalam 1998).
model pengujian sebesar nilai tersebut. Secara
terdukung oleh data observasi. Hasil penelitian Untuk variabel kontrol yang digunakan
ini justru konsisten dan mengkonfirmasi dalam model penelitian (CONSi,t*Size dan
penelitian dilakukan oleh (2012) bahwa CONSi,t*Lev), hasil regresi menunjukkan
konservatisme menurun setelah adopsi IFRS. koefisien positif dan signifikan pada level 1%.
Penurunan tingkat konservatisme setelah adopsi Hal ini menunjukkan semakin besar ukuran
IFRS lebih penting bagi negara-negara dengan perusahaan dan rasio utang perusahaan, semakin
standar lokal yang secara signifikan berbeda dari mendorong peningkatan tingkat konservatisme
Standar Internasional. Zeghal et., al. (2016) akuntansi.
menyatakan telah terjadi penurunan tingkat Berdasarkan hasil analisis regresi dengan
konservatisme pada periode setelah adopsi menggunakan model penelitian, peneliti
IFRS. Pengakuan berita buruk daripada berita berpendapat bahwa konservatisme atau 'kehati-
baik menurun ketika laporan keuangan disusun hatian’ (prudence), yang diyakini sebagai salah
berdasarkan IFRS. Seperti halnya dengan satu prinsip tertua dan merupakan dimensi
penelitian Paananen dan Lin (2009), yang keandalan karakteristik kualitatif laporan
membuktikan bahwa pengenalan berita buruk keuangan, yang mempengaruhi praktik
berkurang setelah adopsi IFRS. Terjadi akuntansi seharusnya mampu meningkatkan
peningkatan akrual diskresioner dalam setelah konservatisme informasi akuntansi. Oleh karena
adopsi IFRS, yang berarti penurunan tingkat itu, penelitian ini menghipotesiskan
konservatisme. konservatisme akuntansi akan meningkat setelah
Variabel lain yang menjadi pusat laporan akuntansi disusun dengan menggunakan
pembahasan adalah struktur kepemilikan yang standar hasil adopsi IFRS. Namun setelah
diwakili oleh kepemilikan manajerial, berlakunya kerangka konseptual IASB dan
kepemilikan institusional, dan kepemilikan FASB yang diadopsi pada bulan September
publik. Koefisien interaksi CONSi,t*MO, 2010, justru konservatisme atau 'kehati-hatian'
CONSi,t*IO, dan CONSi,t*PO bernilai positif tidak dimasukkan sebagai kualitas pelaporan
dan siginifikan masing-masing pada level 10%, keuangan (IASB, 2010). IASB menganggap
1%, dan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa 'faithful representation' sebagai sebuah
kepemilikan manajerial, institusional, dan karakteristik kualitatif fundamental dari
kepemilikan publik mampu mendorong informasi keuangan yang memfokuskan pada
peningkatan konservatisme informasi akuntansi. kelengkapan (completeness), netralitas
(neutrality), dan kebebasan dari kesalahan mungkin akan berbeda hasilnya apabila
(feedrom of error). menggunakan data seluruh industri. Penelitian
selanjutnya menggunakan data seluruh industri
Kesimpulan agar hasil penelitian menjadi lebih komprehensif
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan dapat digeneralisir. Ketiga, penelitian ini
bukti mengenai dampak penggunaan Standar tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang
Akuntansi Keuangan (SAK) hasil adopsi IFRS dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi,
(International Financial Reporting Standards) terutama faktor institusional, kepastian hukum,
terhadap perubahan tingkat konservatisme perlindungan terhadap investor, dan faktor-
informasi akuntansi perusahaan di Indonesia. faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adopsi ekonomi Indonesia.
IFRS tidak meningkatkan tingkat konservatisme
Daftar Pustaka
akuntansi, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini tidak terdukung. Ahmed, A., Billings, B., B., Morton, R., and
Stanford-Harris, M. (2002). The role of
Penelitian ini memiliki beberapa
accounting conservatism in mitigating
keterbatasan, sehingga membuka peluang bagi bondholder conflict over dividend policy and
in reducing debt costs. The Accounting
penelitian di masa mendatang. Pertama, rentang
Review, 77 (4), 867-890.
waktu penelitian lima tahun sebelum adopsi dan
Ahmed, A. S., Neel, M., and Wang, D. (2013).
lima tahun setelah adopsi. Periode lima tahun
Does mandatory adoptionof IFRS improve
merupakan periode yang terlalu singkat. accounting quality? Preliminary evidence.
Contemporary Accounting Research, 30(4),
Penelitian dilakukan ketika perusahaan masih
1344-1372.
menerapkan IFRS secara bertahap, artinya
Andre, P., Filip, A., and Paugam, L. (2013).
belum semua standar akuntansi IFRS diadopsi
Impact of mandatory IFRS adoption on
dan perusahaan juga sedang dalam transisi conditional conservatism in Europe. Working
Paper, ESSEC Business School.
penggunaan standar akuntansi baru, sehingga
kemungkinan pengaruhnya terhadap Ball, R., S., Kothari, and A. Robin (2000). The
effect of international institutional factors of
konservatisme belum bisa secara akurat
properties accounting earnings. Journal of
diinvestigasi. Penelitian lanjutan bisa dilakukan Accounting and Economics, 29, 1-51.
dengan mempertimbangkan periode waktu yang
Ball, R., A. Robin and J.S. Wu. (2003).
lebih panjang. Kedua, Penelitian ini hanya Incentives versus standards: Properties of
accounting income in four east asian
menggunakan sampel perusahaan manufaktur,
Ball, R., and Shivakumar, L. (2005). Earning Cheng agnes, C. and Liu, C. (2007). The effect
quality in UK privat firms: comparative loss of accounting conservatism on value
recognition timeliness. Journal of accounting relevance of earnings from the perspective of
and economics, 39 (1), 83-128. investment in long-term operating assets.
Working Paper, University of Houston.
Ball, R., and Shivakumar, L. (2006). The role of
accruals in asymmetrically timely gain and Choi, T. H., and Pae, J. (2011). Business Ethics
loss recognition. Journal of Accounting and Financial Reporting Quality: Evidence
Research 44 (2), 207-242. from Korea. Journal of Business Ethics 103
(3). 403-427.
Barth, M. E., W. R. Landsman, and M. H. Lang.
(2008). International accounting standards Daske, H., Hail, L., Leuz, C., and Verdi, R.
and accounting quality. Journal of (2008). Mandatory IFRS reporting around the
Accounting Research, 46(3), 467-498. world: Early evidence on the economic
Basu,S., (1997). The conservatism principle and consequences. Journal of Accounting
the asymetric timeliness of earnings. Journal Research, 46, 1085-1142.
of Accounting and Economics 24, 3-37.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2015).
Beaver, W. H. and S, G, Ryan. (2000). Biases Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
and lags in book value and their effects on Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
the ability of the Book-to-Market ratio to
predict book return on equity. Journal of Dickhaut, J., S. Basu, K. McCabe, and G.
Accounting Research, 38 (1), 127-148. Waymire. (2000). Neuroaccounting:
Consilience between the biologically evolved
Budiono, G. S. (2005). Kualitas Laba: Studi brain and culturally evolved accounting
pengaruh mekanisme corporate governance principles. Accounting Horizons, 24, 221-
dan dampak manajemen laba dengan 225.
menggunakan analisis jalur. Makalah
Simposium Nasional Akuntansi VII, Solo. Francis, J., Laford, R., Olsson, P., and Schipper,
K. (2004). Cost of equity and earnings
Burgstahler, D., and Dichev, I. (1997). Earning attributes. The Accounting Review, 79 (4),
management to avoid earnings decreases and 967-1010.
losses. Journal of Accounting and
Economics, 24, 99-126. Grambovas, C., Giner B., and Christododoulou,
D. (2006). Earning conservatism: panel data
Byungcherl, C. (2012). Analyst forecast, evidence from the European Union and the
accounting conservatism on the related United States. Abacus, 42(3-4), 354-378.
valuation implications. Accounting and
Finance, 52, 311-341. Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Chen, H., Tang, Q., Jiang, Y., and Lin, Z. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
(2010). The role of international financial
reporting standards in accounting quality.
Journal of International Financial
Givoly, D., Hayn, C., and Natarajan, A. (2007). Karampinis, N., Hevas, D. (2011). Mandating
Measuring reporting conservatism. The IFRS in an unfavorable environment: The
Accounting Review 82 (1): 65-106. Greek experience. The International Journal
of Accounting, 46, 304-332.
Givoly, D. and Hayn, C. (2000). The changing
time-series properties of earnings, cash Khan, M. and R. Watts. (2009) Estimation and
flows, and accruals: Has financial reporting emperical properties of firm-year measure of
become more conservative? Journal of accounting conservatism. Journal of
Accounting and Economics, 29 (3). Accounting and Economics, 48, 132-150.
Gracia Lara, J., Gracia, O.,B., and and Penalva, Kothari, S., and Wasley, C. (1989). Measuring
F. (2009). Accounting conservatism and securities price perfomance in size-clustered
corporate governance. Review of Accounting samples. The Accounting Review, 64, 228-
Studies, 14(1), 161-201. 249.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Krismiaji, A., Y., Aryani., and Suhardjanto,
Econometrics, fouth edition. Mc Graw Hill Djoko. (2013). Pengaruh adopsi International
Inc. Singapore. Financial Reporting Standard terhadap
kualitas informasi akuntansi. Jurnal
Hung, M., and Subramanyam, K. R., (2007). Akuntansi dan Manajemen (JAM), 24 (2), 63-
Financial statement effects of adopting 71.
international accounting standards: the case
of Germany. Review of Accounting Studies Lang, M., Raedy, J., and Yetman, M. (2003).
12, 623-657. How representative are firms that are cross-
IASB. (2010). The Conceptual Framework of listed in the United States? An analysis of
Financial Reporting. London: IFRS accounting quality. J. Accounting Res, 41(2),
Foundation. 363-386.
Insukindro. (1998). Sindrum R² dalam analisis Lara, J. and Mora, A. (2004). Balance sheet
linear runtut waktu. Jurnal Ekonomi dan versus earning conservatism in Europe.
Bisnis, 13 (4). European Accounting Review, 13 (2), 261-
292.
Jeanjean, T., and Stolowy, H. (2008). Do
accounting standards matter? An explanatory La Porta, R., Lopez-de-Silaes, F., Shleifer, A.
analysis of earnings management before and and Vishny, R. (1998). Law and finance.
after IFRS adoption. Journal of Accounting Journal of Political Economy, 106(6), 1113-
and Public Policy, Vol. 27, 480-494. 1155.
Jonas, G. J. and Blanchet, J. (2000). Assesing Littleton, A. C. (1994). A genealogy for “cost
quality of financial reporting. Accounting market”. The Accounting Review, 16, 161-
Horizons, 14(3): 353-363. 167.
Lu, X. (2012). Information asymmtry and Platikanova, P., and Perramon, J.. (2012).
accounting conservatism under IFRS Economic consequences of the first-time
adoption. Working Paper, Faculty of IFRS introduction in Europe. Revista
Business, Brock University. Espanola de Financiacion Y Contabilidad,
XLI (156), 497-519.
Martinez-Ferrero, J. (2014). Consequences of
financial reporting quality on corporate PWC. (2010).
perfomance. Evidence at the international https://pwcinform.pwc.com/inform2/show?ac
level, Estudios de Economica 41 (1), 49-88. tion=informContent&
id=0846040811224011 (accessed March,
Masca, E., and Neag, R.. (2014). Accounting 2017).
conservatism in Europe: a literature review,
Proceeding of the 2nd International Scientific Ratna., P., A. (2015). Kualitas informasi laba
Conference IFRS: Global rule & local use, perusahaan manufaktur di Indonesia periode
Anglo-American University, Prague, Czech 2010-2013. Accounting and Business
Republic, 113-127. Information System Journal (ABIS), 14, 1-18.
Mazars. (2006). IFRS 2005 European Survey. 1- Soderstrom, N., and Sun, K. (2007). IFRS
52. adoption and accounting quality: A review.
http://www.mazars.com/pdf/Enquete_IFRS_ European Accounting Review, 16, 675-702.
2005_U.K.pdf. (accessed February , 2017)
Sterling, R. (1967). Conservatism: The
Nobes, C. W., and Kvaal, E. (2010). fundamental principle of valuation in
International differences in IFRS policy traditional accounting. Abacus, 3(2), 109-
choice. Accounting and Business Research, 132.
Forthcoming 2010.
Van Tendeloo, B., and Vanstraelen, A. (2005).
Paananen, M., and Lin, H. (2009). The Earning management under German GAAP
development of accounting quality of IAS versus IFRS. European Accounting Review,
and IFRS over time: the case of Germany. 14(1), 155-180.
Journal of International Accounting Watts, R (2003). Conservatism in accounting
Research, 8(1), 31-55. part I: Explanation and implications.
Accounting Horizons, 17(3), 207-221.
Pascan, I., D. (2015). Measuring the effect of
IFRS adoption on accounting quality: a Watts, R., L. and Zimmerman. (1986). Torwards
review. Procedia Economics and Finance, 32, a positive theory of the determination of
580-587. accounting standars. The Accounting Review,
3, 112 – 134.
Penman, H. and Zhang, X. (2002). Accounting
conservatism, the quality of earning, and Zeghal, D., and Mhedhbi, K. (2006). An analysis
stock returns. The Accounting Review, 77(2), of the factors affecting the adoption of
237-264. international accounting standards by
Kelompok 11 :
Judul Jurnal
Sumber : http://dx.doi.org/10.25181/esai.v12i2.1093
Analisis:
1. Kekurangan
1.1. konservatisme menimbulkan masalah tentang kualitas informasi dan laba akuntansi.
Praktik konservatif menciptakan "cadangan tersembunyi", karena memperkirakan
aset dengan nilai yang rendah dan liabilitas dengan nilai yang tinggi.
1.2. Konservatisme dapat menyebabkan kurangnya komparabilitas, karena kurangnya
standar untuk pelaksanaannya, sehingga menyebabkan informasi keuangan menjadi
tidak relevan
2. Kelebihan
2.1. Praktik akuntansi konservatif sebagai mekanisme yang efektif untuk menyiapkan
informasi keuangan.
2.2. Konservatisme akuntansi mengarah ke informasi keuangan yang dapat diandalkan
karena memerlukan tingkat kontrol yang lebih tinggi sehingga risiko kesalahan
minimal
3. Dampak
3.1. Menurut Hung dan Subramanyan (2007), menguji dampak adopsi IAS penting, karena
adopsi standar internasional mungkin menyebabkan konsekuensi ekonomi secara
tidak langsung seperti likuiditas pasar menjadi lebih tinggi atau biaya modal menjadi
lebih rendah, namun satu-satunya dampak langsung adopsi IAS adalah perubahan
laporan keuangan.
3.2. Mengingat bahwa standar akuntansi secara langsung mempengaruhi kualitas
pelaporan (Soderstrom and Sun, 2007), menjadi kebutuhan mendesak untuk
memahami dampak atas perubahan laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS.
Tujuan International Accounting Standards Board (IASB) adalah untuk
mengembangkan, dalam kepentingan umum, satu standar berkualitas tinggi, standar
akuntansi global yang dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan yang berkualitas
tinggi, transparan, dan informasi yang dapat dibandingkan dalam laporan keuangan
dan pelaporan keuangan lainnya untuk membantu pelaku pasar modal dunia dan
pengguna pembuat keputusan ekonomi lain.
3.3. Sterling (1967) menganggap konservatisme akuntansi sebagai prinsip tertua yang
telah mempengaruhi praktik akuntansi. Konservatisme selalu diakui sebagai salah satu
prinsip terpenting dalam akuntansi. Konservatisme membatasi penilaian yang lebih
tingi (overstatement) terhadap aset dan -pendapatan bersih.
4. Sikap yang Harus Diambil
4.1. Pengguna dapat mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan antara dua fenomena
ekonomi
4.2. Akuntan membutuhkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengenali kabar
baik dibandingkan dengan kabar buruk.
4.3. Akuntan harus mmemiliki peran yang efektif dalam realisasi kesepakatan antara
perusahaan dengan berbagai pihak.