Professional Documents
Culture Documents
e-mail: *arfin.sudirman@unpad.ac.id
Abstract
Terrorism remains as an urgent and important matter to be discussed. It has been realized that
a comprehensive strategy is needed to deal with what happened to the terrorist after they’re caught,
since there’s a high possibility of radicalism and recruitment of new member might happen inside the
prisons. Moreover, along with the increasing concern of foreign terrorist fighters and human rights
issues, using merely hard approaches in dealing with terrorism is no longer sufficient, hence, Indonesia
proposed a soft approach using deradicalization program. This research attempts to elaborate the
details of Indonesia’s diplomacy as UNSC non-permanent member in 2019-2020 in promoting and
encouraging the development of a comprehensive strategy to tackle the problems of terrorism more
efficiently and effectively. Descriptive analysis with a qualitative approach was used to arrange this
research, with supporting information that was gathered through interviews, official documents and
repots, also other literature study. The result shows how Indonesia is using this chance to enhance its
role in decision-making process on international forum and increasing its influence as a middle power
country in the international community.
Abstrak
Terorisme masih menjadi satu isu yang mendesak dan penting untuk didiskusikan. Dewasa ini,
muncul kesadaran bahwa strategi yang komprehensif dibutuhkan untuk menindaklanjuti para teroris
yang telah tertangkap, karena ada kemungkinan radikalisme dan perekrutan anggota dapat terjadi di
dalam lapas. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran atas para pejuang teroris asing dan
kepedulian atas isu hak asasi manusia, dunia internasional juga menyadari bahwa sebatas pendekatan
keras saja tidak lagi memadai dalam menanggulangi terorisme. Oleh karena itu, Indonesia mengajukan
strategi yang mencakup pendekatan lunak yang salah satunya menggunakan program deradikalisasi.
Penelitian ini berupaya untuk menguraikan detail diplomasi Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK
PBB tahun 2019-2020 dalam mendorong pengembangan dan penyusunan strategi komprehensif untuk
menghadapi terorisme secara lebih efisien dan efektif. Penyusunan penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berbagai informasi pendukung dikumpulkan melalui
wawancara, dokumen dan laporan resmi, dan studi pustaka lainnya. Hasil penelitian menunjukkan
bagaimana Indonesia memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan perannya dalam proses
pengambilan keputusan di forum internasional dan meningkatkan pengaruhnya sebagai negara middle
power dalam komunitas internasional.
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
145
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
146
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
147
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
dengan negara mitra dalam menanggulangi sendiri (Berridge, 2010: 27). Jika tahap pra
terorisme (Kemlu, 2020). negosiasi berhasil, yang perlu dilakukan
Maka berdasarkan latar belakang selanjutnya adalah menentukan
tersebut, peneliti pun berkeinginan untuk kesepakatan atas prinsip-prinsip dasar dari
menilik dan mengadakan penelitian dengan penyelesaian isu dalam tahap formula.
rumusan masalah sebagai berikut: Karakteristik utama dari formula yang baik
“Bagaimana diplomasi Indonesia dalam adalah kesederhanaan, komprehensif,
mempromosikan program deradikalisasi keseimbangan, dan fleksibilitas yang dapat
yang menggunakan pendekatan humanis menjamin solusi atas seluruh permasalahan
sebagai salah satu upaya dalam utama antara pihak yang terlibat.
memerangi terorisme?” Selanjutnya jika formula akhirnya disetujui
oleh pihak-pihak yang terlibat, tahap akhir
2. Kajian Pustaka dan Kerangka adalah mencapai kesepakatan pada details
Pemikiran yang dibutuhkan.
Bagian terakhir merupakan bagian
Diplomasi pada dasarnya yang lumayan sulit, sebab terlalu kompleks
merupakan sebuah kegiatan politik, juga (Berridge, 2010: 44). Hal ini dikarenakan
unsur utama dari kekuatan. Dilakukannya tahapan ini memberikan kesempatan
diplomasi bertujuan untuk memungkinkan kepada salah satu atau kedua pihak yang
sebuah negara mengamankan tujuan terlibat untuk membuat balance of
kebijakan luar negeri mereka tanpa advantage dalam formula yang telah
menggunakan kekerasan, propaganda, atau disepakati sesuai dengan keinginan mereka
hukum. Oleh karena itu, diplomasi (Zartman and Berman, 1982: chaps 4-6).
merupakan sebuah wadah komunikasi antar Karena sejatinya, diplomasi adalah perihal
pemerintah yang dirancang untuk persuasi dan bukan paksaan; perihal
mempromosikan kebijakan luar negeri mencari benang mereka, membentuk
yang baik melalui perjanjian formal. perjanjian, dan mencapai keseimbangan
Kegiatan-kegiatan seperti mengumpulkan keuntungan dan manfaat bagi tiap-tiap
informasi. Aktivitas terpenting dalam pihak yang terlibat.
melakukan diplomasi adalah negosiasi. Organisasi internasional,
Negosiasi pun, bersama dengan fungsi khususnya organisasi antar pemerintah
diplomasi lainnya, dapat dilakukan melalui internasional (IGO) telah menjadi wadah
berbagai cara dan melalui berbagai wadah utama untuk melakukan diplomasi dan
(Berridge, 2010: 1-3). pengambilan keputusan. Mereka kini
Di dalam politik internasional, adalah bagian penting dari pemerintahan
negosiasi terdiri atas diskusi antara para global yang menyediakan pengaturan dan
perwakilan negara yang ditunjuk secara kegiatan penyelesaian masalah yang
resmi untuk mencapai kesepakatan yang kooperatif untuk mengatasi berbagai
telah diberi pemerintahnya. Zartman dan permasalahan internasional. Mereka juga
Berman membagi negosiasi dalam tiga merupakan aktor independen yang terlibat
tahapan: pra negosiasi, formula, dan detail dalam kegiatan diplomatik untuk
(Zartman and Berman, 1982: ch.3). Pra- menggembleng perhatian internasional,
negosiasi dilakukan untuk menentukan melaksanakan mandat, dan untuk bekerja
bahwa perundingan yang substantif secara langsung dengan pemerintah,
memang diperlukan, kemudian lembaga swadaya masyarakat dan
menyepakati agenda dan prosedur yang
diperlukan untuk melakukan negosiasi itu
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
148
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
organisasi internasional lainnya (Karns and agendanya mencakup isu-isu tata kelola
Mingst, 2013: 143). yang paling luas, oleh karena itu, PBB kini
Ukuran keanggotaan IGO berkisar menjadi wadah utama untuk melakukan
dari tiga anggota sampai dengan seratus diplomasi multilateral. Banyak teknik
sembilan puluh tiga plus pengamat. pengambilan keputusan yang digunakan
Sebagian besar tidak bersifat global dalam dalam organisasi antarpemerintah
keadaan, atau lebih berfokus pada meminjam dasar dari parlemen nasional,
kepentingan bersama yang memotivasi biasa disebut sebagai diplomasi parlemen,
negara untuk saling bekerjasama. Agenda dimana pemungutan suara dilakukan, dan
yang berkembang dari masalah keputusan seringkali diambil menggunakan
internasional dimulai dari perubahan iklim sistem satu negara/satu suara atau dengan
sampai tentang terorisme. Dengan mengumpulkan dua pertiga suara dari
demikian, kini diplomasi internasional mereka yang hadir dan memilih dalam isu
lebih banyak terjadi di dan melalui IGO. penting di Majelis Umum PBB. Untuk
IGO melayani berbagai fungsi, mulai dari cabang khusus PBB, yakni Dewan
mengumpulkan dan menganalisis Keamanan menggambarkan bentuk lain
informasi dan memantau tren, memberikan dari pemungutan suara mayoritas yang
layanan dan bantuan, hingga menyediakan memenuhi syarat dengan lima anggota
forum untuk pengambilan keputusan antara tetap yang masing-masing memiliki hak
pemerintah, dan mengadili sengketa (Karns veto harus setuju atau setidaknya tidak
and Mingst, 2013: 144). keberatan dengan keputusan yang diambil
Diplomasi multilateral memiliki (Karns and Mingst, 2013: 144-145).
beberapa fungsi. Yang utama adalah Diplomasi merupakan alat paling
diplomasi multilateral berperan sebagai ampuh, yang dimiliki setiap negara yang
“Parliament of Man’, sebagai salah satu berdaulat, dalam pertempuran melawan
cara untuk mengetahui apa pendapat isu-isu yang tidak termasuk dalam isu
masyarakat dunia melalui representasi tiap- keamanan tradisional, seperti hak asasi
tiap negara dalam forum-forum universal. manusia, migrasi illegal, perlindungan
Selanjutnya, diplomasi multilateral juga lingkungan, kejahatan terstruktur, dan tentu
berfungsi untuk menetapkan tujuan saja terorisme. Sebagai masalah global,
aspirasional untuk kemanusiaan. Lalu, terorisme telah melahirkan ancaman
yang ketiga adalah fungsi sebagai pembuat terhadap seluruh negara melalui operasi
norma, seperti adopsi Hak-Hak Asasi yang dilakukan oleh kelompok atau
Manusia Universal oleh Majelis Umum organisasi teroris.
PBB pada tahun 1948. Selain itu, diplomasi
multilateral juga berarti negosiasi 3. Metode Penelitian
perjanjian internasional, seperti perihal
Non-proliferasi Nuklir (NPT) dan Hukum Penelitian ini menggunakan analisis
Laut dunia yang melahirkan seperangkat deskriptif dengan metode kualitatif dalam
aturan mengenai penggunaan laut dunia mendeskripsikan upaya-upaya diplomasi
yang menutupi tujuh puluh persen yang dilakukan Indonesia dalam DK PBB
permukaan bumi (Mahbubani, 2013: 250). dan didukung oleh data-data yang diperoleh
Saat ini, Perserikatan Bangsa- dari wawancara dengan beberapa pihak
Bangsa (PBB) adalah satu-satunya IGO terkait, dokumen dan laporan resmi
dengan ruang lingkup global dan lembaga terkait, serta studi literatur pada
keanggotaan yang hampir universal yang jurnal ilmiah mengenai diplomasi.
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
149
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
150
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
Terlebih dengan adanya isu foreign Selain itu, Indonesia telah mengadakan
terrorist fighter atau FTF yang muncul dan sejumlah lokakarya regional dan konferensi
marak diperbincangkan saat ini. FTF internasional yang dihadiri oleh banyak
merupakan salah satu penghubung utama negara untuk bertukar informasi dan
masyarakat Indonesia dengan ISIS dan praktik-praktik yang baik, serta peluang
kelompok-kelompok terorisme lainnya. untuk memperkuat kerja sama internasional
Wilayah Asia Tenggara, termasuk dalam menangani isu ini (Kemenlu, 2019).
Indonesia, menjadi sasaran protek Dan demi mendorong kerja sama
kekhalifahan setelah Irak dan Suriah jatuh internasional dan pengembangan kapasitas,
ke tangan sekutu, WNI yang sebelumnya Indonesia akan terus mengedepankan
bergabung dengan kelompok-kelompok penyebaran toleransi dan pemahaman
teroris di sana pun kemudian mengajukan Islam sebagai rahmatan lil alamin,
permohonan untuk kembali ke tanah air pengembangan ketahanan masyarakat dan
(Setkab, 2020). Tentu hal ini banyak penguatan kohesi sosial, pengembangan
menuai pro dan kontra, sebab kembalinya kapasitas bagi aparat di lapas dan pusat
mereka membawa kekhawatiran terhadapa rehabilitasi dan peningkatan koordinasi
ideologi radikal yang mungkin saja dapat antar pemerintah pusat/daerah, menjamin
mereka sebarkan di tanah air. keselamatan WNI di luar negeri agar tidak
Dalam menghadapi isu FTF ini, menjadi korban aksi kekerasan ekstremis
pemerintah Indonesia sebelumnya telah kanan yang dimotivasi oleh intoleransi
menjadi co-sponsor dari Resolusi DK PBB beragama dan rasisme, menjamin agar
Nomor 2178 Tahun 2014 yang ruang siber tidak disalahgunakan oleh
mengharuskan negara-negara untuk teroris melalui penyebaran narasi toleransi,
menghentikan, mengadili, merehabilitasi, edukasi dan lain-lain.
dan mengintegrasikan kembali para FTF Pengembangan kebijakan, legislasi,
dan mengakui pentingnya menangani dan program atau kegiatan di bidang
faktor-faktor mendasar, mencakup penanggulangan terorisme terus diperkuat
pencegahan penyebaran radikalisme untuk dengan melibatkan seluruh komponen
meminimalisir kesempatan untuk masyarakat. Penguatan pada aspek hukum
melakukan perekrutan anggota baru teroris, dibuktikan dengan disahkannya Undang-
menghambat perjalanan para calon Undang No. 5 Tahun 2018 tentang
potensial FTF, menghentikan aliran Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
dukungan finansial terhadap FTF, Pidana Terorisme dan Undang-Undang No.
menekankan toleransi politik dan agama, 9 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
pengembangan ekonomi dan kohesi sosial Pemberantasan Tindak Pidanan Pendanaan
yang inklusif, mengakhiri dan Terorisme serta pembentukan sejumlah
menyelesaikan konflik bersenjata, serta satgas penanggulangan terorisme. Berbagai
memfasilitasi reintegrasi dan rehabilitasi program dan kegiatan yang ditujukan untuk
(S/RES/2178). menecagh dan memerangi terorisme juga
Dalam memerangi terorisme, dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun
Indonesia akan terus mengedepankan lembaga non-pemerintah.
strategi komprehensif yang Salah satu cara yang telah dilakukan
mengombinasikan hard approach melalui oleh Indonesia dalam mencegah dan
upaya penegakan hukum dan soft approach memerangi terorisme di bawah naungan
melalui upaya pencegahan, deradikalisasi, PBB adalah dengan mengimplementasikan
kontra-radikalisasi, dan interfaith dialogue. empat pilar dari United Nations Global
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
151
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
152
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
pelatihan, seperti kewirausahaan dan masa yang akan datang, seperti Pertemuan
manajemen kehidupan yang dilaksanakan Pakar Regional yang diselenggarakan pada
dengan tujuan untuk menggali potensi para bulan Februari 2020 yang membahas
napiter sehingga mereka dapat berinteraksi mengenai strategi komprehensif yang
dengan normal kembali di tengah ditujukan untuk penuntutan, rehabilitasi,
masyarakat usai menyelesaikan hukuman hingga reintegrasi bagi orang-orang yang
mereka. Penekanan juga diberikan pada diduga memiliki sangkut-paut dengan
pentingnya hubungan yang sehat dan teroris atau kelompok teroris. Acara ini
positif antara petugas, pamong, dan napiter mengundang sekitar 60 ahli yang datang
selama proses rehabilitasi dan reintegrasi. dari kelima Negara Anggota PBB di Asia
(PTRI New York, 2019). Tenggara. Pertemuan ini diharapkan dapat
Dengan ini Indonesia menggunakan membantu Komite Kontraterorisme PBB
fungsi diplomasi sebagai Parliament of dan berbagai badan lainnya yang berada di
Man yaitu dengan merepresentasikan isu bawah naungan PBB untuk mengumpulkan
yang dianggap mendesak dan perlu informasi terkait praktik yang ada serta
dibahas. Dengan dukungan negara lainnya standar yang relevan guna membantu
isu ini dapat diangkat untuk mengetahui Negara Anggota dalam mengembangkan
bagaimana tanggapan atau pendapat dan mengimplementasikan strategi PRR
masyarakat dunia melalui para perwakilan yang komprehensif dan memang dirancang
negara yang hadir pada forum. Serta secara khusus. Dengan itu, Indonesia
menetapkan tujuan aspirasional kembali menegaskan perannya dalam
kemanusian menyangkut para FTF dan upaya penanggulangan terorisme, baik di
keamanan serta kedamaian masyarakat tingkat kawasan maupun internasional
dunia atas isu terorisme. (Kemenlu, 2020).
Indonesia sendiri sebenarnya sudah Selain itu, atas konsep whole of
memiliki dasar hukum yang cukup government yang melibatkan organisasi
mumpuni dalam menghadapi isu masyarakat dan serangkaian lembaga
penanggulangan terorisme, khusunya pemerintahan dalam proses pencegahan
mengenai rehabilitasi, deradikalisasi, dan dan penanggulangan terorisme dan
reintegrasi, yang dimuat dalam UU No. 5 radikalisme dan konsep whole of society
Tahun 2018 Pasal 43D. Pada pasal tersebut yang diterapkan Indonesia dengan
telag didefinisikan apa aitu deradikalisasi, melibatkan penyintas dan organisasi
siapa saja yang dapat menjalani program masyarakat madani dalam upaya
tersebut, bagaimana program tersebut penanggulangan terorisme melalui
dilaksanakan, serta tahapan-tahapannya. menerapkan program deradikalisasi menuai
BNPT bekerjasama dengan berbagai pihak, apresiasi dari delegasi-delegasi PBB
seperti Kepolisian, Lembaga kepada Indonesia pada Joint High Level-
Pemasyarakatan, Kementerian Agama, Visit (JLHV) yang diselenggarakan pada
Organisasi Masyarakat dan lain sebagainya 27-28 Februari 2020 di Jakarta (Kemlu,
saling bahu-membahu dalam melaksanakan 2020).
program deradikalisasi, rehabilitasi, dan Dengan mempromosikan program
reintegrasi tersebut (Golose, 2009:170). deradikalisasi yang menjunjung tinggi hak-
Ada beberapa momentum yang dapat hak asasi manusia seperti yang dimiliki
digunakan sebagai ajang untuk mencari oleh Indonesia, Dengan begitu juga dapat
dukungan adopsi dan menyusun kerangka dibuktikan upaya Indonesia dalam
kerja sama implementasi deradikalisasi di menegakkan HAM selama masa
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
153
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
154
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
155
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
berkembang dan semakin mengancam baik reformasi dalam Dewan Keamanan PBB
di dalam negeri maupun di luar negeri, pada agar menjadi lebih inklusif lagi, terutama
tingkat regional maupun internasional. dalam aspek working method. Sebab
Evolusi ancaman menuntut adanya Indonesia sebelumnya telah memiliki
pendekatan yang komprehensif, pencapaian yang patut dibanggakan dengan
kolaboratif, dan inklusif antar negara dan keberadaan Wisnumurti Guidelines yang
aktor non-negara untuk menanggulanginya. dijadikan sebagai panduan proses
Kesempatan ini juga memungkinkan pemilihan Sekjen PBB sejak tahun 1996
Indonesia untuk berbagi dan menerapkan (Kemenlu, 2020). Prioritas diplomasi
perspektifnya dalam pengambilan Indonesia selama menjabat sebagai anggota
keputusan sebagaimana yang telah tidak tetap DK PBB didasarkan atas
diamanatkan dalam Dasasila Bandung dan kepentingan nasional dan kawasan berbasis
polugri bebas aktif. di dalam upaya pada kerjasama multilateral. Hal ini tentu
penanggulangan terorisme dalam tahap tidaklah mudah karena dinamika politik
internasional (Kemenlu, 2019). Paling internasional, pun di dalam DK PBB itu
utama, kepentingan nasional Indonesia sendiri yang dapat terus berubah-ubah
yaitu menjalankan mandate dari UUD 1945 sehingga menjadi tantangan sendiri. Maka
untuk melindungi segenap tumpah darah dari itu, Indonesia harus lebih aktif lagi
dan berpartisipasi dalam melaksanakan dalam menggunakan pengaruh dan
ketertiban dunia. modalitasnya.
Strategi pendekatan lunak dalam
menghadapi terorisme ala Indonesia ini
telah disampaikan pada publik
internasional dalam berbagai macam 5. Kesimpulan dan Rekomendasi
pertemuan dan acara, seperti di PBB, Uni
Eropa, ASEAN, juga di forum-forum 5.1 Kesimpulan
internasional lainnya. Keberhasilan ini
mungkin merupakan salah satu alasan yang Ancaman terorisme terasa semakin
menyebabkan Indonesia dapat nyata dari hari ke hari, berbagai aksi yang
memenangkan kursi di keanggotaan Dewan menelan banyak korban terus terjadi.
Hak Asasi Manusia PBB periode 2020- Hancurnya satu kelompok terorisme tidak
2022 (Damarjati, 2019). Masuknya menjamin bahwa ancaman terorisme akan
Indonesia dapat menggunakan dan berkurang, sebab dewasa ini anggota
memanfaatkan keanggotaannya untuk kelompok terorisme telah tersebar di mana-
mewujudkan beberapa target pemerintah mana. Untuk itu, program deradikalisasi
yang belum tercapai, salah satunya untuk yang berfokus untuk menghapuskan
menyusun strategi komprehensif untuk pandangan radikal yang dimiliki seorang
menghadapi isu terorisme agar dapat individu dicanangkan untuk menghadapi
diatasi. Indonesia yang kini memiliki nilai dan menanggulangi persebaran radikalisme
tawar lebih dari sebelumnya di mata dunia dan terorisme, terutama mengenai
dengan status keanggotaannya dapat persebarannya di dalam lembaga
mengangkat agenda ini dan meloloskannya pemasyarakatan.
menjadi sebuah resolusi. Sesuai amanat UUD 1945 untuk
Selain itu, terpilihnya Indonesia kali mendukung tercapainya ketertiban dan
ini juga diharapkan dapat memperbesar perdamaian dunia, Indonesia sebagai salah
peluang untuk mendorong adanya satu negara yang telah memiliki dan
menjalankan program deradikalisasinya
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
156
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
157
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
158
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps
159
Global Political Studies Journal
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober 2021
P-ISSN 2301-749X E-ISSN 2686-2905
DOI 10.34010/gpsjournal.v5i2
https://ojs.unikom.ac.id/index.php/gps