You are on page 1of 54
WALI KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALI KOTA BATAM NOMOR 243 TAHUN 2022 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG WILAYAH PERENCANAAN SUNGAI BEDUK KOTA BATAM TAHUN 2022-2042 Menimbang : Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BATAM, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2021-2041, perlu menetapkan Peraturan Wali Kota tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Wilayah Perencanaan Sungai Beduk Kota Batam Tahun 2022-2042; 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, Dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); 4. Undang-Undang. . . -2- Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan _ Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6760); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); 10. Undang-Undang. . . 10. 11. 12. 13, 14, -3- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Nomor 1 tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573); Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 56, Tambahan Lenbaran Negara Republik Indonesia Nomor 6658); 15. Peraturan . 15. 16. 17. 18, 19, 20. 21 -4- Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4757) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6384); Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042); Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160); Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594); Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 260 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806); Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633); Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6641); 22. Peraturan ... 22 23. 24, 25 26. 27. 28. 29. 30. -5- Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6653); Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin den/atau Hak Atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6655); Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, Karimun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 127); Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 267); Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 113); Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Riau Dan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 72); Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 329); Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 1 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 43); Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2021 tentang Rencana Tata Ruang Kota Batam Tahun 2021-2041 (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2021 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 119); MEMUTUSKAN .. . -6- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG WILAYAH PERENCANAAN SUNGAI BEDUK KOTA BATAM TAHUN 2022-2042. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Wali Kota ini yang dimaksud dengan: Daerah adalah Kota Batam. Wali Kota adalah Wali Kota Batam. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batam. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Kota Batam. see eee ome 6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 7. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. 8. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 9. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang 10. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 11. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 12, Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 13. Peraturan ... 13. 14, 15. 16. 17. 18. 19, 20. aie 22. -7- Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat RTRW kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional, RTRW Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi kota. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunanya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja di tanam. Struktur Ruang adalah susunan _pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan. Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Zona Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 23. Wilayah 23. 24. 25 26. 27 28. 29 30. -8- Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat WP adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan. Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat SWP adalah bagian dari WP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri atas beberapa blok Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL adalah merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman kecamatan, dan kelurahan. blok IX adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memi pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana_ dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Peraturan Zonasi yang selanjutnya disingkat PZ adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk. setiap blok /zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana detail tata ruang. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka _persentase perbandingan antara Iuas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas _lahan/tanah perpetakan. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di Iuar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas _tanah perpetakan. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat_ KLB adalah angka__persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan. 31. Garis . -9- 31.Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line). 32, Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi. 33. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penyelenggaran penataan ruang. 34. Peran Masyarakat adalah partisipasi__aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang, 35, Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat pusat dan daerah yang bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang. 36, Badan Air yang selanjutnya disingkat BA adalah air permukaan bumi yang berupa sungai, danau, embung, waduk, dan sebagainya. 37. Hutan Lindung yang selanjutnya disingkat HL adalah hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah 38. Zona Badan Jalan adalah bagian jalan yang berada di antara kisi-kisi jalan dan merupakan lajur utama yang meliputi jalur lalu lintas dan bahu jalan. 39. Subzona Campuran Intensitas Tinggi adalah peruntukan ruang yang terdiri atas campuran hunian dan non hunian dengan _intensitas pemanfaatan ruang/kepadatan zona terbangun sedang. Apabila tidak ada keterbatasan daya dukung lingkungan dan ketentuan nilai sosial budaya setempat maka KDB kawasan campuran intensitas menengah maksimum 70% dan ketinggian bangunan 3 sampai 5 lantai 40. Subzona . 40. 41. 42. 43 44. 45. 46. 47. -10- Subzona Hutan Lindung adalah hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125 (seratus dua puluh lima) di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman buru. Subzona Taman Wisata Alam adalah daerah pelestarian alam yang dimanfaatkan terutama untuk kepentingan pariwisata alam dan rekreasi. Subzona Jalur Hijau adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang pengawasan jalan (RUWASJA), Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Subzona Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) adalah peruntukan| ruang yang memiliki fasilitas/unit yang dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia dan atau biologi tertentu sehingga menghasilkan air minum yang memenuhi baku mutu yang berlaku Zona Kawasan Peruntukan Industri yang selanjutnya disingkat KPI adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Zona Pariwisata adalah peruntukan ruang yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya Subzona Pemakaman adalah penyediaan ruang terbuka hijau yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah, selain itu juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Zona Pembangkitan Tenaga Listrik adalah peruntukan ruang yang mendukung kegiatan memproduksi tenaga listrik. 48. Subzona . 48. 49. 50. 51 52. 53. 54. 56. -l- Subzona Perdagangan dan Jasa Skala Kota adalah peruntukan ruang _—difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan kota, Subzona Perdagangan dan Jasa Skala SWP adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan SWP. Subzona Perdagangan dan Jasa Skala WP adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan WP. Zona Perkantoran adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk —pengembangan _kegiatan pelayanan pemerintahan © dan __ tempat. bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial pendukungnya. Zona Pertahanan dan Keamanan adaQlah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti instalasi pertahanan dan keamanan, termasuk tempat latihan, kodam, korem, koramil, dan sebagainya. Subzona Perumahan Kepadatan Sangat Tinggi adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Subzona Perumahan Kepadatan Tinggi adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Subzona Perumahan Kepadatan Sedang adalah peruntukan ruang yang difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. Subzona SPU Skala Kecamatan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani penduduk skala kecamatan. 87. Sub 37. 58. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. ote Subzona SPU Skala Kelurahan adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani penduduk skala kelurahan. Subzona SPU Skala Kota adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani penduduk skala kota. Subzona SPU Skala RW adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk melayani penduduk skala RW. Zona Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Subzona Taman Kecamatan adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk ‘satu kecamatan. Subzona Taman Kelurahan adalah taman yang ditujukan untuk melayani_ penduduk ‘satu kelurahan. Subzona Taman RW adalah taman yang ditujukan untuk melayani penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Jalan Arteri Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan Lingkungan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan. Jalan Lokal Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. 68. Jalan . 68. 69. 70. 7. 72. 73. 74. 76. -13- Jalan Tol adelah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Jalur Evakuasi Bencana adalah Jalur yang menghubungkan hunian dengan TES dan jalur yang menghubungkan TES dengan TEA. Jalur Kereta Rel Listrik adalah Jalur yang digunakan Kereta api dengan penggerak sendiri yang menggunakan listrik sebagai tenaga utamanya dan digunakan untuk mengangkut penumpang. Jalur Sepeda adalah bagian jalur yang memanjang, dengan atau tanpa marka jalan, yang memiliki lebar cukup untuk dilewati satu sepeda, selain sepeda motor. Jaringan Drainase Primer adalah jaringan untuk menampung dan mengalirkan air lebih dari saluran drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air penerima. Jaringan Drainase Sekunder adalah Jaringan untuk menampung air dari saluran drainase tersier dan membuang air tersebut ke jaringan drainase primer. Jaringan Pejalan Kaki adalah ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukkan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas pergantian moda. .Jaringan Serat Optik adalah ~—_jaringan telekomunikasi utama yang berbasis serat optik, menghubungkan antaribu kota provinsi dan/atau antarjaringan lainnya yang menghubungkan kota/kabupaten sehingga’ terbentuk konfigurasi ring, termasuk pipa/kabel bawah _laut telekomunikasi. Sentral Telepon Otomat (STO) Tempat atau instalasi bangunan. Jaringan Transmisi Air Baku adalah pipa yang berfungsi sebagai pengambilan atau penyedia air baku, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum 77. Jaringan .. . we 78 79 80. 81 82 83. 84 85. 86. 87 88. -14- Jaringan Transmisi Air Minum adalah pipa yang digunakan untuk pengambilan air minum, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum Jaringan yang Menyalurkan Gas Bumi dari Fasilitas, Produksi-Kilang Pengolahan adalah jaringan yang menyalurkan seluruh kebutuhan gas bumi di permukaan tanah atau di bawah permukaan tanah dari fasilitas produksi-pengolahan, _termasuk jaringan pipa/kabel bawah laut. Saluran Udara Tegangan Menengah —_ yang selanjutnya disingkat SUTM adalah Saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat _ telanjang (penghantar) di udara bertegangan di bawah 35 kV sesuai standar di bidang ketenagalistrikan. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal 35 kV sampai dengan 230 kV. Bak Penampungan Air Hujan adalah sarana untuk menampung air hujan sebagai air baku. Bangunan Pergambil Air Baku adalah bangunan yang berfungsi sebagai pengambilan dan atau penyedia air baku. Gardu Induk adalah gardu yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi menjadi tegangan menengah. Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan bermotor umum untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Instalasi Produksi adalah tempat pengolahan air sungai menjadi air yang dapat dikonsumsi. Pusat Lingkungan Kecamatan adalah __pusat Pelayanan ekonomi, industri, dan/atau administrasi pada lingkungan permukiman kecamatan. Pusat Lingkungan Kelurahan adalah _pusat Pelayanan ekonomi, industri, dan/atau administrasi pada lingkungan permukiman kelurahan/desa. Stasiun Penumpang Sedang adalah Tempat perhentian kereta api untuk keperluan naik turun penumpang kelas ~—besar_~—_berdasarkan pengklasifikasian stasiun kereta api dengan jumlah penumpang antara 10.000 - 50.000 orang per hari. 89. Sub. -15- 89, Sub Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan yang sclanjutnya disingkat SPPK adalah pusat pelayanan ekonomi, industri, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. 90. Sub-sistem Pengolahan Setempat adalah sarana untuk mengumpulkan dan mengolah air limbah domestik di lokasi sumber. 91. Tempat Evakuasi Akhir adalah tempat berkumpul akhir bagi pengungsi yang dapat berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam geologi yang juga berfungsi sebagai pos informasi bencana 92. Tempat Evakuasi Sementara adalah tempat berkumpul sementara bagi pengungsi yang dapat berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam geologi yang juga berfungsi sebagai pos informasi bencana. 93, Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 94, Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle yang selanjutnya disingkat TPS3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. 95. Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang selanjutnya disingkat KKKPR adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR BAB II RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Ruang Lingkup Peraturan Wali Kota Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Wali kota ini, meliputi: tujuan penataan WP; gs P rencana Struktur Ruang; rencana Pola Ruang; a ketentuan pemanfaatan ruang; e. PZ; dan kelembagaan. Bagian Kedua . -16- Bagian Kedua Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan Sungai Beduk Pasal 3 (1) Ruang lingkup WP Sungai Beduk yang selanjutnya disebut WP IX seluas 10.176,08 (sepuluh ribu seratus tujuh puluh enam koma nol delapan) hektar, termasuk ruang udara di atasnya dan ruang di dalam bumi. (2) Batas-batas WP IX sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Batam Kota; b. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulang dan Kecamatan Galang; c. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Nongsa; dan d. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sagulung. (3) WP IX sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. SWP A, terdiri atas Kelurahan Mangsang dan Kelurahan Duriangkang dengan luas wilayah 2,000, 16 (dua ribu koma satu enam) hektar; b. SWP B, terdiri atas Kelurahan Muka Kuning dengan luas wilayah 5.640,59 (lima ribu enam ratus empat puluh satu koma lima sembilan) hektar; dan c. SWP C, terdiri atas Kelurahan Tanjung Piayu dengan luas wilayah 2.535,33 (dua ribu lima ratus tiga puluh lima koma tiga tiga) hektar. (4) Ruang lingkup WP IX sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dirinci sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. (5) Ruang lingkup WP IX digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala_—_1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.2, yang merupakan agian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. BAB III. . ge BAB IIL TUJUAN PENATAAN WILAYAH PERENCANAAN Pasal 4 Tujuan penataan WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, sebagai pusat ekosistem tata air untuk mendukung keseimbangan perkembangan kawasan perkotaan, industri, dan pariwisata. BAB IV RENCANA STRUKTUR RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 5 (1) Rencana Struktur Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi: a. rencana pengembangan pusat pelayanan; rencana jaringan transportasi; rencana jaringan energi; rencana jaringan telekomunikasi; rencana jaringan air minum; rencana jaringan drainase; Bre aos rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3); h. rencana jaringan persampahan; dan i. rencana jaringan prasarana lainnya. (2) Rencana Struktur Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il.l, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Kedua Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan Pasal 6 (1) Rencana pengembangan— pusat__pelayanan. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. SPPK; dan b. PL. (2) SPPK (2) (3) (4) (1) (2) (3) ese SPPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di SWP B blok 4 berfungsi sebagai pusat pelayanan industri, _pariwisata, _olahraga, permukiman, serta perdagangan dan jasa. PL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. PL kecamatan, terdapat di SWP A blok IX.A.9 b. PL kelurahan, terdapat di: 1, SWP A blok IX.A.2; dan 2. SWP C blok IX.C.4, dan blok IX.C.6. Rencana pengembangan -—pusat __pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.2, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Ketiga Rencana Jaringan Transportasi Pasal 7 Rencana jaringan _transportasi _—_ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. Jalan Arteri Primer; Jalan Kolektor Sekunder; Jalan Lokal Sekunder; Jalan Lingkungan Sekunder; aog e. Jalan Tol; f. jaringan jalur kereta api perkotaan; g. Halte; dan h. stasiun kereta api. Jalan Arteri Primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa ruas Sp. Kabil - Muka Kuning (JL. A. Yani) melalui SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7 Jalan Kolektor Sekunder, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b melalui: a. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok [X.A.6, blok IX.A.9, blok IX.A.10; b. SWPB blok IX.B.5, blok IX.B.6; dan c. SWP. . (4) (5) (6) (7) (8) (9) -19- c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.6, blok IX.C.11, blok IX.C.12, blok IX.C.13. Jalan Lokal Sekunder, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c melalui: a. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok [X.A.6, blok IX.A.9; b. SWPB blok IX.B.1; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2. Jalan Lingkungan Sekunder, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d melalui: a. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.8, blok IX.A.9, blok IX.A.11; b, SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.5, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.11, blok IX.C.12, blok IX.C.13. Jalan tol, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf ¢, berupa ruas jalan Pelabuhan Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim dan ruas Sp Kabil- Kawasan Industri Muka Kuning-Pulau Galang Baru yang melalui SWP B blok IX.B.1, blok 1X.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6 Jaringan jalur kereta api perkotaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berupa jalur kereta rel listrik yang melalui SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7 Halte sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdapat di: a. SWPA blok IX.A.9; b. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.5; dan c. SWP C blok IX.C.3, blok IX.C.6. Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h berupa stasiun penumpang sedang terdapat di SWP B blok IX.B.6 (10) Rencana. . . (10) Q) (2) (3) (4) (5) (6) 208 Rencana jaringan transportasi_ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.3, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Keempat Rencana Jaringan Energi Pasal 8 Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, meliputi: a. jaringan yang Menyalurkan Minyak dan Gas Bumi dari Fasilitas Produksi-Kilang Pengolahan; b. SUTT; c. SUT! a. gardu listrik. ; dan Jaringan yang Menyalurkan Minyak dan Gas Bumi dari Fasilitas Produksi-Kilang —_Pengolahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di SWP B blok IX.B.5 SUTT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di a. SWP A blok IX.A.1, blok IX.A.2, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.7, blok IX.A.8, blok IX.A.9 b. SWP B blok IX.B.3, blok IX.B.4, blok IX.B.5; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.3, blok IX.C.4. SUTM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5 Gardu listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa gardu induk terdapat di a. SWP A blok IX.A.2; b. SWP B blok IX.B.5. Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.4, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini, Bagian . -21- Bagian Kelima Rencana Jaringan Telekomunikasi Pasal 9 (1) Rencana Jaringan Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d berupa jaringan tetap. (2) Jaringan tetap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa jaringan serat optic terdapat di SWP B blok IX.B.4, blok IX.B.S, blok IX.B.6, blok IX.B.7 (3) Rencana jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam’ Lampiran l.5, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Keenam Rencana Jaringan Air Minum Pasal 10 (1) Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf, terdiri atas a. unit air baku; b. unit produksi; dan c. Bak Penampungan Air Hujan. (2) Unit air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa, terdiri atas: a, bangunan pengambil air baku, yang terdapat di 1. SWPB blok IX.B.2; 2. SWPC blok IX.C.3, blok IX.C.4. b. jaringan transmisi air baku, yang melalui: 1. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2 2. SWPC blok IX.C.2, blok IX.C. (3) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: blok IX.C.4. a. instalasi produksi terdapat d: 1. SWPB blok IX.B.1; dan 2. SWP C blok IX.C.3, blok IX.C.4. b. jaringan. . . (4) () (4) -22- b. jaringan transmisi air minum, yang melalui: 1. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.6, blok IX.A.9, blok IX.A.10 2. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7 3. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.6 Bak Penampungan Air Hujan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdapat di: a. SWP A blok IX.A.10; dan b. SWP B blok IX.B.6. Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.6, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Ketujuh Rencana Jaringan Drainase Pasal 11 Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf f, meliputi: a. jaringan drainase primer; dan b. jaringan drainase sekunder. Jaringan drainase primer, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, melalui: a, SWP A blok IX.A.9; b. SWP B blok IX.B.5; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.5. Jaringan drainase _sekunder, _ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, melalui: a. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.6, blok [X.A.9; dan b. SWP B blok IX.B.5. Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.7, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini Bagian. . - 23 - Bagian Kedelapan Rencana Pengelolaan Air Limbah dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) qQ) (2) (3) () (2) (3) Pasal 12 Rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, berupa domestik pengelolaan air limbah domestik setempat. Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat, sebagaimana cimaksud pada ayat (1), berupa sub- sistem pengolahan setempat yang terdapat di SWP C blok IX.C.11. Rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.8, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini, Bagian Kesembilan Rencana Jaringan Persampahan Pasal 13 Rencana jaringan persampahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf h,terdiri atas: a. TPS3R; dan b. TPS. ‘TPS3R sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufa terdapat di SWP A blok IX.A.9 TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di: a. SWP A blok IX.A.2, blok, blok IX.A.3, blok IX.A.6, blok IX.A.10; b. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.5, blok IX.B.6; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.6, blok IX.C.13. Rencana jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5,000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.9, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian... -24- Bagian Kesepuluh Rencana Jaringan Prasarana Lainnya @ (2) (3) (4) (5) Pasal 14 Rencana jaringan prasarana lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat huruf i, terdiri atas: a. jalur evakuasi bencana; b. tempat evakuasi; c. jalur sepeda; dan d. jaringan pejalan kaki Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, melalui: a. SWP A blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.6, blok IX.A.9, blok IX.A.10, blok IX.A.11; b. SWP B blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7; dan c. SWP C blok IX.C.3, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.8, blok IX.C.9, blok IX.C. 10, blok IX.C.11 ‘Tempat evakuesi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. tempat evakuasi sementara, berupa sarana prasarana umum, perkantoran, perdagangan jasa, dan ruang terbuka terdapat di: 1. SWP A blok IX.A.6; dan 2. SWP B blok IX.B.6 b. tempat evakuasi akhir, terdapat di SWP B blok 4. Jalur sepeda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf.c, melalui a. SWP A blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.6, blok IX.A.9, blok IX.A.10, blok IX.A.11; b. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.8, blok IX.C.9, blok IX.C. 10, blok IX.C.11. Jaringan pejalan kaki, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, melalui SWP B blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7. (6) Rencana (6) Q) (2) -25- Rencana jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.10, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. BAB V RENCANA POLA RUANG Bagian Kesatu Umum Pasal 15 Rencana pola ruang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, meliputi: a. zona lindung; dan b. zona budidaya. Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian skafa 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Ill yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Kedua Zona Lindung Pasal 16 Rencana zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a, terdiri atas: a) a. BA; b. HL; c. RTH; dan d. konservasi (KS); Paragraf 1 Zona Badan Air Pasal 17 Zona BA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf a, dengan luas seluas 2.554,86 (dua ribu lima ratus lima puluh empat koma delapan enam) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 52,85 (lima puluh dua koma delapan lima) hektar terdapat di blok IX.A.1, blok IX.A.8, dan blok IX.A.11; b. SWP . (2) (3) (1) - 26 - b. SWP B seluas 1.931,42 (seribu sembilan ratus tiga puluh satu koma empat dua) hektar terdapat di blok IX.B.2, dan blok IX.B.5; dan c. SWP C seluas 570,58 (lima ratus tujuh puluh koma lima delapan) hektar terdapat di blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.5, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.9, blok IX.C.10, blok IX.C.11 dan blok IX.C.13. Di dalam Zona BA yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kelautan masih ditetapkan sebagai perairan, meliputi: a. BA / jalur hijau seluas 1,27 (satu koma dua tujuh) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.4, blok IX.C.6; b. BA / kawasan peruntukan industri seluas 1,49 (satu koma empat sembilan) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.9; c. BA / pariwisata seluas 4,16 (empat koma satu enam) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.9, blok IX.C.11 dan bok C.13; dan d. BA /perumahan kepadatan tinggi -seluas 7,77 (tujuh koma tujuh tujuh) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.9 dan blok IX.C.13. Perubahan peruntukan dan fungsi _ perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Paragraf 2 Zona Hutan Lindung Pasal 18 Zona HL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b, dengan luas 4.711,80 (empat ribu tujuh ratus sebelas koma delapan) hektar, terdapat di: a. SWPA seluas 1.342,73 (seribu tiga ratus empat puluh dua koma tujuh tiga) hektar yang terdapat di blok IX.A.1, blok IX.A.8, blok IX.A.10, dan blok IX.A.11; b. SWP B seluas 2.459,15 (dua ribu empat ratus lima puluh sembilan koma satu lima) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7; dan c. SWP . (2) -27- c. SWP C seluas 909,92 (sembilan ratus sembilan koma sembilan dua) hektar terdapat di blok IX.C.2, blok IX.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.5, blok IX.C.6, blok IX.C.9, blok IX.C.10, blok IX.C.12. Di dalam Zona HL yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di _bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan, meliputi: a. HL/BA seluas 280,11 (dua ratus delapan puluh koma satu satu) hektar terdapat di: 1. SWPA seluas 251,31 (dua ratus lima puluh satu koma tiga satu) hektar terdapat di blok IX.A.1, blok IX.A.8, dan blok IX.A.11; dan 2. SWP B seluas 28,80 (dua puluh delapan koma delapan) hektar terdapat di blok IX.B.7. b. HL /badan jalan seluas 16,27 (enam belas koma dua tujuh) hektar terdapat di: 1, SWPA seluas 0,23 (nol koma dua tiga) hektar terdapat di blok IX.A.8, blok IX.A.11; 2. SWP B seluas 8,25 (delapan koma dua lima) hektar terdapat di blok 1X.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7; dan 3. SWP C seluas 7,78 (tujuh koma tujuh delapan) hektar terdapat di blok IX.C.3, blok IX.C.5, blok IX.C.10, blok IX.C.12. c. HL/jalur hijau seluas 0,33 (nol koma tiga tiga) hektar terdapat di SWP A blok IX.A.11. d. HL /kawasan peruntukan industri seluas 5,38 (ima koma tiga delapan) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.9. e. HL /pariwisata seluas 0,14 (nol koma satu empat) hektar terdapat di SWP C blok IX.C.12. f, HL /perdagangan dan jasa skala WP seluas 51,80 (lima satu koma delapan) hektar terdapat di SWP B blok IX.B.5. g. HL /perumahan kepadatan sangat tinggi seluas 0,001 (nol koma nol nol satu) hektar terdapat di SWP B blok IX.B.1 h. HL... (3) (1) (2) - 28 - h. HL /perumahan kepadatan tinggi seluas 8,70 (delapan koma tujuh) hektar terdapat di: 1. SWP A seluas 8,19 (delapan koma satu sembilan) hektar terdapat di blok IX.A.1, blok IX.A.8, blok IX.A.10, dan blok IX.A.11; dan 2. SWP C seluas 0,51 (nol koma lima satu) hektar terdapat di blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.5. i, HL /perurahan kepadatan sedang seluas 4,21 (empat koma dua satu) hektar terdapat di SWP B blok IX.B.5. j. HL /taman kecamatan seluas 2,09 (dua koma nol sembilan) hektar terdapat di SWP B blok IX.B.5. k. HL /pembangkit tenaga listrik seluas 1,71 (satu koma tujuh satu) hektar terdapat di SWP B blok BS. Penggunaan/pemanfaatan/perubahan_ peruntukan fungsi kawasen hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 3 Zona Ruang Terbuka Hijau Pasal 19 Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf c, dengan luas 56,28 (lima enam koma dua delapan) hektar,terdiri atas: a. sub-zona taman kecamatan (RTH-3); b. sub-zona taman kelurahan (RTH-4); cc. sub-zona taman RW (RTH-5); d. sub-zona pemakaman (RTH-7); dan fe. sub-zona jalur hijau (RTH-8) Sub-zona taman kecamatan (RTH-3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dengan luas 0,62 (nol koma enam dua) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 0,02 (nol koma nol dua) hektar terdapat di blok IX.A.9 b. SWP C seluas 0,61 (nol koma enam satu) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.6 (3) Sub-zona. (4) (5) (6) (7) - 29 - Sub-zona taman kelurahan (RTH-4) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan luas 7,69 (tujuh koma enam sembilan) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 0,32 (nol koma tiga dua) hektar terdapat di blok IX.A.2, blok, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6; b. SWPB seluas 0,42 (nol koma empat dua) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.4; c. SWP C seluas 6,95 (enam koma sembilan lima) hektar terdapat di blok IX.C.1, dan blok IX.C.11. Sub-zona taman RW (RTH-5) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dengan luas 0,16 (nol koma satu enam) hektar, yang terdapat di SWP A blok IX.A.3 Sub-zona pemakaman (RTH-7) _ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dengan Iuas 2,62 (dua koma enam dua) hektar, terdapat di SWP C blok IX.C.2; Sub-zona jalur hijau (RTH-8) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, dengan luas 45,20 (empat puluh lima koma dua) hektar terdapat di a, SWPA seluas 3,65 (tiga koma enam lima) hektar yang terdapat di blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IXAL11; b. SWPB seluas 4,35 (empat koma tiga lima) hektar yang terdapat di blok IX.B.5, blok IX.B.7; dan SWP C seluas 37,19 (tiga puluh tujuh koma satu sembilan) hektar yang terdapat di blok IX.C.3, blok IX.C.S, blok IX.C.6, blok IX.C.9. Untuk pemenuhan RTH Publik pada setiap penerima alokasi lahan zona _ perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran dan industri wajib menyediakan RTH publik paling sedikit 12% dari luas lahannya. Paragraf 4 Zona Konservasi Pasal 20 Zona konservasi (KS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d, berupa taman wisata alam (TWA) dengan Iuas 418,71 (empat ratus delapan belas koma tujuh satu) hektar, terdapat di SWP B blok IX.B.3. Bagian . . E30 Bagian Ketiga Zona Budi daya Pasal 21 Zona budi daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. b. yR mp ao zona badan jalan (BJ); zona pembangkitan tenaga listrik (PTL); zona kawasan peruntukan industri (KPI); zona pariwisata (W); zona perumahan (R); zona sarana pelayanan umum (SPU); zona campuran (C); zona perdagangan dan jasa (K); zona perkantoran (KT); zona peruntukan lainnya (PL); dan k. zona pertahanan dan keamanan (HK). Paragraf 1 Zona Badan Jalan Pasal 22 Zona BJ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hurufa, dengan luas 273,72 (dua ratus tujuh puluh tiga koma tujuh dua) hektar, meliputi: a SWP A seluas 62,45 (enam puluh koma empat lima) hektar terdapat di blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.7, blok IX.A.9, blok IX.A.10, blok IX.A-11; SWP B seluas 132,88 (seratus tiga puluh dua koma delapan delapan) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.2, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6, blok IX.B.7; dan SWP C seluas 78,39 (tujuh puluh delapan koma tiga sembilan) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok 1X.C.3, blok IX.C.4, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.11, blok IX.C.13. Paragraf Sale Paragraf 2 Zona Pembangkitan Tenaga Listrik Pasal 23 Zona PTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, dengan luas 16,54 (enam belas koma lima empat) hektar, meliputi: a. SWP A seluas 2,44 (dua koma empat empat) hektar terdapat di blok IX.A.2; dan b. SWP C seluas 14,11 (empat belas koma satu satu) hektar terdapat di blok IX.C.4. Paragraf 3 Zona Kawasan Peruntukan Industri Pasal 24 Zona KPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c, seluas 576,52 (lima ratus tujuh puluh enam koma lima dua) hektar, meliputi: a, SWP A seluas 12,17 (dua belas koma satu tujuh) hektar terdapat di blok IX.A.1, blok IX.A.2; b. SWPB seluas 490,90 (empat ratus sembilan puluh koma sembilan) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.6; dan c. SWPC seluas 73,44 (tujuh puluh tiga koma empat empat) hektar terdapat di blok IX.C.9. Paragraf 4 Zona Pariwisata Pasal 25 Zona W sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d, seluas 124,31 (seratus dua puluh empat koma tiga satu) hektar terdapat SWP C blok IX.C.9, blok IX.C.11, blok IX.C.13. Parapraf 5 Zona Perumahan Pasal 26 (1) Zona R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf e, seluas 1.177,97 (seribu seratus tujuh puluh tujuh koma sembilan tujuh) hektar terdiri atas: a. sub-zona.. . -32- a. sub-zona perumahan kepadatan sangat tinggi (R- ys b. sub-zona perumahan kepadatan tinggi (R-2); dan c. sub-zona perumahan kepadatan sedang (R-3) (2) Subzona perumahan kepadatan sangat tinggi (R-1) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, seluas 48,48 (empat puluh delapan koma empat delapan) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 19,70 (sembilan belas koma tujuh) hektar terdapat di blok IX.A.6; b.SWP B seluas 27,96 (dua puluh tujuh koma sembilan enam) hektar terdapat di blok IX.B.1, dan blok IX.B.6; dan c. SWP C seluas 0,82 (nol koma delapan dua) hektar terdapat di blok IX.C.1 (3) Subzona perumahan kepadatan tinggi (R-2) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, seluas 1.051,51 (seribu lima puluh satu koma lima satu) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 436,83 (empat ratus tiga puluh enam koma delapan tiga) hektar terdapat di blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.7, blok IX.A.9, blok IX.A.10, blok IX.A.11; b. SWP B seluas 7,57 (tujuh koma lima tujuh) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.6; dan c. SWP C seluas 607,11 (enam ratus tujuh koma satu satu) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.8, blok IX.C.9, blok IX.C.11, blok IX.C.13. (4) Subzona Perumahan Kepadatan sedang (R-3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, seluas 77,99 (tujuh puluh tujuh koma sembilan sembilan) hektar, terdapat di SWP B blok IX.B.4. Paragraf 6 Zona Sarana Pelayanan Umum Pascl 27 (1) Zona SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf f, dengan luas 87,21 (delapan puluh tujuh koma dua satu) hektar,terdiri atas: a, sub-zona SPU skala kota (SPU-1); b. sub-zona SPU skala kecamatan (SPU-2); ¢. sub-zona .. . -33- ¢. sub-zona SPU skala kelurahan (SPU-3); dan d. sub zona SPU skala RW (SPU-4). (2) Subzona Sarana Pelayanan Umum skala kota (SPU-1) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, seluas 51,25 (lima puluh satu koma dua lima) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 6,72 (enam koma tujuh dua) hektar terdapat di blok IX.A.2, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.11 b. SWP B seluas 31,28 (tiga puluh satu koma dua delapan) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.4, blok IX.B.6; dan c. SWP C seluas 13,26 (tiga belas koma dua enam) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.11 (3) Subzona Sarana Pelayanan Umum skala Kecamatan (SPU-2) sebagairmana dimaksud pada ayat 1 huruf b, seluas 23,70 (dua puluh tiga koma tujuh) hektar, terdapat di: a. SWPA seluas 17,54 (tujuh belas koma lima empat) hektar terdapat di blok IX.A.3, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.9 b. SWPC seluas 6,16 (enam koma satu enam) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.6 (4) Subzona Sarana Pelayanan Umum skala kelurahan (SPU-3) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, seluas 12,04 (dua belas koma nol empat) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 6,09 (enam koma nol sembilan) hektar terdapat di blok IX.A.10, blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6 b. SWP B seluas 0,45 (nol koma empat lima) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.6; c. SWP C seluas 5,51 (lima koma lima satu) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.6, blok IX.C.13 (5) Subzona Sarana Pelayanan Umum skala RW (SPU-4) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d, seluas 0,22 (nol koma empat dua) hektar, terdapat di SWP B blok IX.B.1. Zona... Eade Paragraf 7 Zona Campuran Pasal 28 Zona C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf g, berupa sub zona campuran intensitas tinggi (C-2) dengan luas 5,78 (lima komma tujuh delapan) hektar terdapat di SWP A blok IX.A. Paragraf 8 Zona Perdagangan dan Jasa Pasal 29 (1) Zona K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf hh, dengan luas 84,21 (delapan puluh empat koma dua satu) hektar, terdiri atas: a. sub-zona perdagangan dan jasa skala kota (K-1); b. sub-zona perdagangan dan jasa skala WP (K-2); dan c. sub-zona perdagangan dan jasa skala SWP (K-3). (2) Subzona Perdagangan dan Jasa skala kota (K-1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas 8,35 (delapan koma tiga lima) terdapat di SWP B blok IX.B.6 (3) Subzona Perdagangan dan Jasa skala WP (K-2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas 54,62 (lima puluh empat koma enam dua) hektar terdapat di: a. SWPA seluas 13,84 (tiga belas koma delapan empat) terdapat di blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.9 b.SWP B seluas 35,06 (tiga puluh lima koma nol enam) hektar terdapat di blok IX.B.1, blok IX.B.5; dan c. SWP C seluas 5,71 (lima koma tujuh satu) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.’ (4) Subzona Perdagangan dan Jasa skala SWP (K-3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas 21,23 (dua puluh satu koma dua tiga) hektar terdapat di: a. SWP A seluas 10,33 (sepuluh koma tiga tiga) hektar terdapat di blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5; b. SWP B seluas 8,18 (delapan koma satu delapan) hektar terdapat di blok IX.B.6, c. SWP C seluas 2,73 (dua koma tujuh tiga) hektar terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.4, blok IX.C.6 Paragraf 9 . -35- Paragraf 9 Zona Perkantoran Pasal 30 Zona KT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf i, seluas 1,46 (satu koma empat enam) hektar, terdapat di: a. SWP A seluas 0,55 (nol koma lima lima) hektar terdapat di blok IX.A.10, blok IX.A.4; b. SWP B seluas 0,38 (nol koma tiga delapan) hektar terdapat di blok IX.B.1; dan c. SWPC seluas 0,53 (nol koma lima tiga) terdapat di blok IX.C.1, blok IX.C.2 Paragraf 10 Zona Peruntukan Lainnya Pasal 31 Zona pertahanan dan keamanan (HK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf k, seluas 78,37 (tujuh puluh delapan koma tiga tujuh) hektar terdapat di: a. SWPA scluas 5,99 (lima koma sembilan sembilan) hektar terdapat di blok IX.A.11; dan b. SWP C seluas 72,38 (tujuh puluh dua koma tiga delapan) hektar terdapat di blok IX.C.2, blok IX.C.6, blok IX.C. BAB VI KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG, Pasal 33 Ketentuan pemanfaatan ruang RDTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, terdiri atas: a. konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang; dan b. program prioritas pemanfaatan ruang. Pasal 34 (1) Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a diberikan berdasarkan kesesuaian rencana lokasi kegiatan. (2) Konfirmasi .. . - 36 - (2) Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha dilaksanakan melalui Online Single Submission (OSS) dengan tahapan: a. pendaftaran; b. penilaian dokumen usulan kegiatan Pemanfaatan Ruang terhadap RDTR; dan c. penerbitan .Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang. (3) Program prioritas pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf b terdiri atas: a. program pemanfaatan ruang prioritas b. lokasi; c. sumber pendanaan; d. instansi pelaksana; dan e. waktu dan tahapan pelaksanaan. (4) Program pemaniaatan ruang prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi: a, perwujudan rencana struktur ruang; dan b. perwujudan rencana pola ruang. (5) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, meliputi lokasi yang terdapat pada lingkup WP IX. (6) Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c meliputi usulan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota, Swasta, Masyarakat, dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang- undangan. (7) Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi pelaksana program utama oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota serta Badan Pengusahaan Batam, Swasta, dan/atau Masyarakat. (8) Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf e berura usulan program yang direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahun, terdiri dari 4 (empat) tahapan meliputi: a. tahap pertama, yaitu tahun 2022 sampai dengan Tahun 2026, diprioritaskan pada perencanaan dan pembangunan infrastruktur _perkotaan prioritas serta monitoring/pemeliharaan, evaluasi perencanaan dan pemanfaatan ruang; b. tahap -37- b, tahap kedua, yaitu tahun 2027 sampai dengan Tahun 2031 diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur perkotaan, monitoring/pemeliharaan, peningkatan kualitas, evaluasi perencanaan dan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; c. tahap ketiga, yaitu tahun 2032 sampai dengan Tahun 2036, diprioritaskan pada monitoring/pemeliharaan, evaluasi perencanaan dan pemanfaatan ruang, _pengendalian pemanfaatan ruang, dan —_pemantapan infrastruktur perkotaan; dan d. tahap keempat, yaitu tahun 2037 sampai dengan Tahun 2042, diprioritaskan pada monitoring/pemeliharaan, pengendalian pemanfaatan ruang dan —_pemantapan infrastruktur perkotaan. (9) Ketentuan pemanfaatan ruang — sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. BAB VII PERATURAN ZONASI Bagian Kesatu Umum Pasal 35 (1) PZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e terdiri atas: a. aturan dasar (materi wajib); dan b. materi pilihan. (2) Aturan dasar (materi wajib) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan; b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang; c. ketentuan tata bangunan; ketentuan prasarana dan sarana minimal; . ketentuan khusus; dan f. ketentuan pelaksanaan. (3) Materi pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa teknik pengaturan zonasi Bagian - 38 - Bagian Kedua Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan a) Pasal 36 Ketentuan kegiatan dan _penggunaan _lahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. b. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang diizinkan (1); ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas (T), yang terdiri atas: 1, Pembatasan luas maksimum _ kegiatan berdasarkan subzona dan/atau persil dengan kode T.1; 2. Pembatasan jumlah pemanfaatan kegiatan berdasarkan subzona dan/atau persil dengan kode T.2; dan 3. Pembatasan waktu operasional _kegiatan dengan kode T.3. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu (B), yang terdiri atas: 1. Persyaratan dokumen Persetujuan Lingkungan: Dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak — Lingkungan), atau Dokumen UKL dan UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya = Pemantauan Lingkungan) atau Surat __Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dan/atau Dokumer: Persetujuan Bidang Perhubungan : ANDALALIN (Analisis Dampak Lalu Lintas) dengan kode B1; 2. Persyaratan Pengenaan disinsentif (Development Impact Fee dan/atau penyediaan Prasarana Sarana dan Utilitas sesuai dengan kebutuhan lokasijdengan kode B.2; 3. Persyaratan persetujuan warga sekitar yang terdampak dengan kode B.3; dan 4. Persyaratan pemanfaatan kegiatan dalam kawasan hutan wajib memperoleh izin yang diatur dalam peraturan perundang-undangan bidang kehutanan dengan kode B.4. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diizinkan (X) (2) Ketentuan . (2) aes Ketentuan kegiatan dan penggunaan_—lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan pada: a. b. c. sR me 3 zona BA; zona HL; zona RTH, meliputi 1. subzona taman kecamatan (RTH-3); subzona taman kelurahan (RTH-4); subzona taman RW (RTH-5); dan subzona pemakaman (RTH-7) Subzona jalur hijau (RTH-8) zona konservasi (KS), berupa subzona taman wisata alam (TWA); apes zona BU; zona PTL; zona KPI; zona W; zona R, meliputi: 1. subzona perumahan kepadatan sangat tinggi (Rl); 2. subzona perumahan kepadatan tinggi (R-2); dan 3. subzona perumahan kepadatan sedang (R-3) zona sarana pelayanan umum (SPU), meliputi: 1. subzona SPU skala kota (SPU-1); 2. subzona SPU skala kecamatan (SPU-2); dan 3. subzona SPU skala kelurahan (SPU-3); 4. subzona SPU skala RW (SPU-4). zona C, berupa subzona campuran intensitas tinggi (C-1); zona K, meliputi: 1. subzona perdagangan dan jasa skala kota (K-1); 2. subzona perdagangan dan jasa skala WP (K-2); dan 3. subzona perdagangan dan jasa skala SWP (K- 3) zona KT; zona PL, berupa subzona instalasi pengolahan air minum (PL-3); dan ©. zona... -40- ©. zona pertahanan dan keamanan (HK). (3) Ketentuan pembatasan kegiatan Pemanfaatan Ruang bagi kegiatan budidaya lainnya selain kegiatan utama dalam Sub-Zona maksimal 30% (tiga puluh perseratus). (4) Ketentuan kegiatan | dan penggunaan _lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Matriks ITBX, sebagai limana tercantum pada Lampiran V.1.a dan Lampiran V.1.b yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Ketiga Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang Pasal 37 (1) Ketentuan _intensitas pemanfaatan _ruang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf », terdiri atas: a. KDB maksimal; b. KLB maksimal; c. KDH minimal, d. koefisien tapak basement (KTB) maksimal; dan fe. luas kavling minimal. (2) ketentuan —_intensitas pemanfaatan _ruang, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterapkan pada: a. zona BA; b. zona HL; c. zona RTH, meliputi: 1. subzona taman kecamatan (RTH-3); 2. subzona taman kelurahan (RTH-4); 3. subzona taman RW (RTH-5); dan 4. subzona pemakaman (RTH-7) 5. Subzona jalur hijau (RTH-8) d. zona konservasi (KS), berupa subzona taman wisata alam (TWA); zona BJ; zona PTL; zona KPI; FR oe zona W; zona R, meliputi: 1. subzona .. . (3) qa -41- 1. subzona perumahan kepadatan sangat tinggi (Rl); 2. subzona perumahan kepadatan tinggi (R-2); dan 3. subzona perumahan kepadatan sedang (R-3). j. zona sarana pelayanan umum (SPU), meliputi: 1. subzona SPU skala kota (SPU-1); 2. subzona SPU skala kecamatan (SPU-2); dan 3. subzona SPU skala kelurahan (SPU-3); 4. Subzona SPU skala RW (SPU-4). k. zona C, berupa subzona campuran intensitas tinggi (C-1); 1. zona perdagangan dan jasa (K), meliputi: 1. subzona perdagangan dan jasa skala kota (K- 1s 2. subzona perdagangan dan jasa skala WP (K-2); dan 3. subzona perdagangan dan jasa skala SWP (K- 3) m. zona KT; n, zona PL, berpa subzona instalasi pengolahan air minum (PL-3); dan 0. zona HK. Ketentuan _intensitas © pemanfaatan —_ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci sebagaimana tercantum pada Lampiran V.2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian Keempat Ketentuan Tata Bangunan Pasal 38 Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf c, meliputi: a. ketinggian bangunan (TB); b. garis sempadan bangunan (GSB); c. jarak bebas samping (JBS); d. jarak bebas belakang (JBB); dan e. tampilan bangunan. (2) Ketentuan age (2) Ketentuan tata bangunan, sebagaimana dimaksud (3) pada ayat (1), d'terapkan pada: a. zona BA; b. zona HL; c. zona RTH, meliputi: 1.subzona taman kecamatan (RTH-3); 2.subzona taman kelurahan (RTH-4); 3.subzona taman RW (RTH-5); dan 4.subzona pemakaman (RTH-7). 5.Subzona jelur hijau (RTH-8) d. zona konservasi (KS), berupa subzona taman wisata alam (TWA); zona BJ; zona PTL; zona KPI; zona W; rRmo zona R, meliputi: 1.subzona perumahan kepadatan sangat tinggi (R-1); 2. subzona perumahan kepadatan tinggi (R-2); dan 3. subzona perumahan kepadatan sedang (R-3). j. zona SPU, meliputi: 1.subzona SPU skala kota (SPU-1); 2. subzona SPU skala kecamatan (SPU-2); dan 3. subzona SPU skala kelurahan (SPU-3); 4. subzona SPU skala RW (SPU-4). k. zona C, be.upa subzona campuran intensitas tinggi (C-1); 1. zona K, meliputi: 1. subzona perdagangan dan jasa skala kota (K-1); 2. subzona perdagangan dan jasa skala WP (K-2); dan 3. subzona perdagangan dan jasa skala SWP (K-3) m. zona KT; n. zona PL, berupa subzona instalasi pengolahan air minum (PL-3); dan 0. zona HK. Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.3 Ketentuan tata bangunan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Bagian . -43- Bagian kelima Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal Pasal 39 (1) Ketentuan prasarana dan sarana_— minimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf d, meliputi: a, &. —-es poe jalur pejalan kaki; jalur sepeda; RTH; ruang terbuka non hijau; fasilitas sosial; utilitas perkotaan; dan prasarana lingkungan. (2) jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi: a, b. jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk ditentukan dengan lebar antara 1,5-5 meter; jalur pejalan kaki dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas penyeberangan, fasilitas untuk lanjut usia, fasilitas untuk anak-anak, fasilitas untuk penyandang disabilitas dan jalur hijau; dan jalur pejalan kaki berpemandangan indah di lokasi-lokasi yang memiliki pemandangan terbaik kota, dilengkapi dengan pelataran pandang, fasilitas penunjang dan perabot lansekap, yang penempatannya tidak mengganggu pemandangan ke arah keunikan bentang alam, (3) jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: (4) a b. jalur sepeda ditentukan dengan lebar antara 1,5 - 5 meter; dan jalur sepeda berpemandangan indah di lokasi- lokasi yang memiliki pemandangan terbaik kota, dilengkapi dengan pelataran pandang, fasilitas penunjang dan perabot lansekap, yang penempatannya tidak mengganggu pemandangan ke arah keunikan bentang alam. RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi: a. zona RTH pekarangan untuk seluruh kawasan terbangun paling rendah 10% dari luas persil dengan penambahan pot-pot tanaman, tanaman pada bangunan dan yang sejenis; b. zona . (6) -44- b. zona RTH pekarangan untuk kawasan yang terdapat pada kemiringan lebih dari 25%, menggunakan tanaman yang —memiliki kemampuan menahan longsor; c. zona RTH Taman dan rimba kota disediakan secara berhirarki untuk taman_ lingkungan, taman kota, rimba kota dan sabuk hijau sesuai standar; d. zona RTH fungsi tertentu berupa sempadan pantai, sempadan sungai, _perlindungan waduk/bendungan, perlindungan mata air dan pemakaman sesuai standar; dan e. Zona RTH publik untuk semua kawasan terbangun wajib dipenuhi paling rendah 10% (sepuluh persen). Ruang terbuka non hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi: a. lapangan olahraga yang diperkeras, antara lain berupa lapangan basket, lapangan voli, lapangan tenis yang dikembangkan sesuai__standar pelayanan umum; b. lapangan parkir umum antara lain berupa lapangan parkir di zona pariwisata, perkantoran, lapangan olahraga, perdagangan dan jasa yang dikembangkan secara menyatu dengan RTH; c. tempat bermain dan rekreasi antara lain berupa taman, lapangan olahraga, rekreasi buatan dikembangkan secara menyatu dengan RTH; d. ruang terbuka non hijau koridor antara lain berupa jalan dan trotoar dikembangkan sesuai jaringan pergerakan; dan €. ruang terbuka non hijau pembatas antara lain berupa jalan setapak bendungan, jalan inspeksi sepanjang jaringan irigasi dikembangkan sesuai dengan kebutuhan jaringan Ketentuan fasilitas sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi: a. penyediaan lahan untuk fasilitas sosial pada zona perumahan minimal 6% yang dapat dibangun sarana perumahan (bukan lahan sisa) dari luas lahan terbangun dan wajib diserahkan kepada Pemerintah Daerah; dan b. ketentuan pelaksanaan mengenai mekanisme penentuan dan Penyerahan lahan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial diatur dengan Peraturan Wali Kota. (7) Utilitas (7) (8) -45- Utilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, meliputi: a. hidran halaman paling rendah memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3.5 bar dan mampu mengalirkan air paling rendah selama 30 menit; b. hidran umum harus mempunyai jarak paling tinggi 3 meter dari garis tepi jalan; c. drainase lirgkungan tepi jalan dibuat terdapat dibawah trotoar secara tertutup dengan perkerasan permanen; d. penyediaan utilitas perkotaan dapat dibuat sebagai satu sistem terpadu bawah tanah; dan e. pada setiap pembangunan baru yang berlokasi di lereng lebih dari 25% harus mendapatkan izin yang menyertakan perencanaan pembuatan sistem drainase yang menjamin aliran air hujan tidak merusak kondisi lingkungan akibat pembangunan dan tidak memberi dampak erosi, banjir dan longsor. Prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, meliputi: a. memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter; b. tempat sampah volume 50 liter sudah dibedakan jenis sampahnya (organik dan non organik) serta diangkut menggunakan mobil pick up berkapasitas paling rendah 3 meter kubik dengan metode ang':ut tidak tetap; c. tersedia prasarana pembuangan limbah domestik sebelum dialirkan ke bangunan pengolahan air limbah (sistem off site); dan d. pada setiap bangunan rumah baru harus memiliki bak septik yang terdapat di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah, sedangkan apartemen, permukiman kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan membuat bak septik individual diperkenankan menggunakan bak septik komunal. e. Penyediaan lot parkir, bongkar muat barang dan sarana penunjang lainnya pada bangunan privat dan bangunan umum. (9) Ketentuan. . - 46 - (9) Ketentuan prasarana dan sarana__ minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.4.a Ketentuan prasarana dan sarana paling rendah yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. (10) Penyediaan lot parkir, bongkar muat barang dan sarana penunjang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf e dirinci sebagaimana tercantum pada Lampiran V.4.b yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan Wali Kota ini. Bagian Keenam Ketentuan Khusus Pasal 40 (1) ketentuan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf e, terdiri atas: a. kawasan leselamatan operasi_penerbangan (KKOP); b. tempat evakuasi bencana; dan c. kawasan sempadan. (2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diuraikan dan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.5, Lampiran V.5.a, Lampiran V.5.b, dan Lampiran V.5.c yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. Paragraf 1 Ketentuan Khusus Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Pasal 41 (1) Kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf a, meliputi: a. kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas; b. kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; c. kawasan dibawah Permukaan horizontal dalam; d. kawasan dibawah permukaan kerucut; dan e. kawasan permukaan horizontal luar. (2) Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdapat di: a. SWP... ae a. SWPA Dlok IX.A.1, blok IX.A.11, blok IX.A.2, blok IX.A.3, blok IX.A.4, blok IX.A.5, blok IX.A.6, blok IX.A.7, blok IX.A.9; b. SWPB blok IX.B.6; dan c. SWPC blok IX.C.1, blok IX.C.3. (3) Kawasan kemungkinan bahaya _kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di SWP B blok 5 (4) Kawasan dibawah Permukaan horizontal dalam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdapat di SWP B blok 5 (5) Kawasan dibawah permukaan kerucut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdapat di SWP B blok 5 (6) Kawasan permukaan horizontal luar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdapat di a. SWP A blok IX.A.9, blok IX.A.10, blok IX.A.11; b. SWP B blok IX.B.1, blok IX.B.4, blok IX.B.5, blok IX.B.6; dan c. SWP C blok IX.C.1, blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.5, blok IX.C.6, blok IX.C.7, blok IX.C.8, blok IX.C.9, blok IX.C.11, blok IX.C.13. Paragraf 2 Tempat Evakuasi Bencana Pasal 42 Tempat evakuasi bencana, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf b, terdapat di: a. tempat evakuasi sementara, terdapat di: 1. SWP A blok 6; dan 2. SWP B blok 6. b. tempat evakuasi akhir, terdapat di SWP B blok 4. Paragraf 3 Kawasan Sempadan Pasal 43 (1) Kawasan sempadan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) huruf c, berupa sempadan pantai terdapat di SWP C blok IX.C.11, blok IX.C.13, blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.9. (2) Apabila . . (2) a (2) (3) (4) 5) (6) - 48 - Apabila terjadi perubahan garis pantai akibat pelaksanaan kegiatan reklamasi, maka lokasi ketentuan khusus kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan disesuaikan dengan ketentuan lebar sempadan pantai paling rendah 100 (seratus) meter dari titik pasang tertingg' ke arah garis pantai terbaru. Bagian Ketujuh Ketentuan Pelaksanaan Pasal 44 Ketentuan Pelaksanaan, sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (2) huruf f, berupa ketentuan pelaksanaan insentif dan disinsentif Ketentuan pelaksanaan insentif dan disinsentif sebagaimana cimaksud dalam Pasal 44 huruf a memuat perangkat untuk: a. meningkatkan upaya Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam rangka mewujudkan Tata Ruang sesuai dengan RDTR; b. memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan Ruang agar sejalan dengan RDTR; dan c. meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam rangka Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RDTR. Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan apabila Pemanfaatan Ruang sesuai dengan RDTR sehingga perlu didorong namun_ tetap dikendalikan pengembangannya. Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau memberikan batasan terhadap kegiatan Pemanfaatan Ruang yang sejalan dengan RDTR dalam hal berpotensi melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak yang telah ada terlebih dahulu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Insentif dan disinsentif dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah dan kepada masyarakat. (7) Insentif . . (7) (8) (9) (10) -49- Insentif kepada Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk: a. pemberian kompensasi; b. pemberian penyediaan prasarana dan sarana; dan c. publikasi atau promosi daerah; dan/atau d. penghargaan. Insentif kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk: a. penyediaan prasarana dan sarana; b. penghargaan; dan/atau c. publikasi atau promosi. Disinsentif kepada Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk: a. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana; b. pengenaan kompensasi; dan/atau Disinsentif kepada masyarakat — sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk: a. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan; atau b, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana. (11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian Q) insentif dan disinsentif diatur dengan Peraturan Wali Kota Bagian Kedelapan Teknik Pengaturan Zonasi Pasal 45 Teknik pengaturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3), melalui bonus zoning dengan memperbolehken zona perdagangan jasa, zona perkantoran, dan zona perumahan — untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan _ruang melebihi aturan dasar dengan memberikan kompensasi berupa: a. penyediaan RTH; b. penyediaan infrastruktur; c. penyediaan . (2) (3) Q) (2) (3) (4) 6) -50- ¢. penyediaan fasilitas umum dan sosial; dan d. penyediaan sarana dan prasarana umum. Bonus zoning sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan kode R-2.b terdapat di SWP C blok IX.C.2, blok IX.C.4, blok IX.C.9, blok IX.C. 11, blok IX.C.13 Teknik pengaturan zonasi (TPZ) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. BAB VIII KELEMBAGAAN Pasal 46 Kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f memuat pengaturan kelembagaan dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang secara partisipatif, Wali Kota dapat membentuk Forum Penataan Ruang Kota. Koordinasi dilakukan oleh Wali Kota dan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang secara partisipatif dapat dibantu oleh Forum Penataan Ruang. Pelaksanaan Forum Penataan Ruang di daerah dilakukan dalam hal Wali Kota membutuhkan pertimbangan terkait pelaksanaan penataan ruang di Wilayah Perencanaan Sungai Beduk. Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Wali Kota. Pembentukan, susunan keanggotaan, tugas, fungsi, dan tata kerja Forum Penataan Ruang ditetapkan dengan Keputusan Wali Kota. BAB IX QQ) (2) (3) (4) (5) (6) -51- BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 47 Jangka waktu RDTR Wilayah Perencanaan Sungai Beduk adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis, peninjauan kembali RDTR Wilayah Perencanaan Sungai Beduk dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan. Perubahan lingkungan strategis_ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa: a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan; b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan Undang-undang; c. perubahan batas daerah yang ditetapkan dengan Undang-undang; atau d.perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis. Perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d yang berimplikasi pada peninjauan kembali Peraturan Wali Kota Batam tentang RDTR Wilayah Perencanaan Sungai Beduk dapat direkomendasikan oleh Forum Penataan Ruang. Rekomendasi forum penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diterbitkan berdasarkan kriteria: a.penetapan kebijakan nasional yang _bersifat strategis dalam peraturan perundang-undangan; b.rencana pembangunan dan pengembangan obyek vital nasional, dan/atau c.lokasinya berbatasan dengan kabupaten/kota di sekitarnya. Peraturan Wali Kota tentang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan Sungai Beduk dilengkapi dengan Buku Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini. BABX. -52- BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 48 Dengan berlakunya Peraturan Wali Kota ini, maka : 1 izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Wali Kota ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya; izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan Wali Kota ini berlaku ketentuan: a. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin pemanfaatan ruang atau KKPR disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Wali Kota ini; b. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan —_penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-undangan; dan c. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunennya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Wali Kota ini, izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin pemanfaatan ruang atau KKPR dapat diberikan penggantian yang layak. Pemanfaatan ruang di Daerah yang disclenggarakan tanpa izin pemanfaatan ruang atau KKKPR dan bertentangan dengan ketentuan Peraturan Wali Kota ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Wali Kota ini; dan Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Wali Kota ini, agar dipercepat untuk mendapatkan KKKPR. 5. Pada. -53- 5. Pada zona lindung dan zona Budi daya yang berdasarkan ketentuan peraturan _ perundang- undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan sebagai kawasan hutan maka pengaturannya dengan ketentuan tidak —diperbolehkan —_adanya pengembangan dan/atau pembangunan baru, hingga perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan; 6. Dalam garis pantai rencana zona lindung dan zona Budidaya yang —_berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kelautan masih ditetapkan sebagai badan air, dalam pemanfaatannya wajib memperoleh Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) dan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKRL) dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 7. Pemanfaatan ruang pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berpedoman pada ketentuan _peraturan perundang-undangan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 49 Peraturan Wali Kota ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar... ~£4- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Batam. Ditetapkan di Batam pada tanggal 28 DEStmBek 2022 WALI KOTA BATAM | MUHAMMAD RUDI Diundangkan di Batam pada tanggal 28 peyewser 2002 SEKRETARIS DAERAH KOTA BATAM ERITA DAERAH KOTA BATAM TAHUN 2022 NOMOR 111?

You might also like