You are on page 1of 8

ASTRONOMI DALAM AL-QUR`AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Islam dan Sains

Dosen Pengampu : Surahman, M.E

Disusun Oleh :

1. Afif Abdillah 221410001


2. Muhammad Hussein A. 221410002
3. Abu Qosim 221410014
4. Muhamad Rifqy A. 221410026
5. Muhamad Rif`at K. 221410031
6. Asep Wahyudin 221410033

JURUSAN EKONOMI SYARIAH KELAS [A]

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN

2022
SUSUNAN JOB DESK ANGGOTA

Directed By :

1. Kameramen : Muhammad Hussein.


2. Editor : Muhamad Rif`at K.
3. Script Writer : Afif Abdillah
4. Narasumber : Abu Qosim
5. Presenter 1 : Asep Wahyudin
6. Presenter 2 : Muhamad Rifqy A

Tema : Astronomi sebagai penentu kalender Hijriyah dan kalender Masehi


PEMBAHASAN

A. Pengertian Astronomi

Astronomi adalah ilmu yang mempelajari tentang benda – benda langit.


Astronomi juga disebut sebagai ilmu bintang atau ilmu falak, yaitu ilmu alam
yang mempelajari benda langit dan fenomena alam yang terjadi diluar Bumi,
termasuk fenomena di atmosfer atas Bumi yang berasal dari luar angkasa seperti
meteor dan aurora.

Allah S.W.T berfirman dalam Q.S Yasin Ayat 38 [36]

ۗ ِ ‫الش ْم ُس جَت ْ ِر ْي ِل ُم ْس َت َق ّ ٍر لَّهَا ۗ ٰذكِل َ تَ ْق ِد ْي ُر الْ َع ِز ْي ِز الْ َع ِلمْي‬


َّ ‫َو‬
Artinya : “Suatu tanda juga atas kekuasaan Allah bagi mereka adalah matahari
yang berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang
Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.”

Menurut Tafsir Al – Mukhtasar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan


Syaikh Dr Shalih bin Abdullah bin Humaid ( Imam Masjidil Haram ).

Bukti keesaan Allah adalah matahari yang beredar dalam orbit yang Allah
ketahui kadarnya, tanpa bisa dilampauinya. Penentuan itu adalah penentuan Allah
yang Maha Perkasa yang tidak dikalahkan oleh siapa pun, Maha mengetahui yang
tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya terkait urusan-urusan makhluk-Nya.

B. Pandangan Astronomi dalam Barat dan Arab

Astronomi ('ilm al-falak) sendiri mengacu pada tradisi keilmuan astronomi di


Peradaban Islam melalui kontak (adaptasi, transformasi, aplikasi). astronomi pra-
Islam, khususnya Yunani, India, dan Persia. Sedangkan astronomi Islam (dalam
Bahasa Inggris: Astronomi Islam) adalah istilah modern yang berkembang di
Barat adalah padanan atau istilah lain dalam bahasa Arab astronomi. Mirip dengan
Astronomi, astronomi Islam juga mengacu pada tradisi astronomi dikembangkan
dalam peradaban Islam. Oleh karena itu, dalam penerapannya, istilah “astronomi
Islam” (atau astronomi Islam) mensyaratkan penggunaan kata "Islam" saat
disebutkan yang signifikan dan mengacu pada khazanah astronomi yang
berkembang dalam peradaban Islam dengan semua fitur dan pola yang berbeda
dari astronomi pra-Islam. untuk mengatakan “Islam” sendiri dimaknai sebagai
agama dan peradaban sekaligus. Kecuali ilmu falak, istilah populer lainnya dalam
peradaban Islam yang mengacu pada astronomi Islam atau Astronomi adalah ilmu
hai'ah di mana istilah ini muncul secara eksklusif dalam peradaban Islam tanpa
pengaruh pra-Islam.

C. Keunikan Astronomi dalam Al – Qur`an

Keunikan astronomi Alquran tersedia untuk orang-orang alasan yang Allah


berikan untuk mengingat fakta-fakta yang disajikan dalam Al-Qur'an, yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan, setelah pemeriksaan yang
cermat, menemukan makna dalam pengakuan bahwa Allah adalah Pencipta. Yang
paling cerdas. Selain itu, Al-Quran juga menjelaskan fenomena alam semesta
ditemukan hanya di abad ini, ini menunjukkan supremasi Alquran sebagai wahyu
Tuhan yang tidak dikendalikan oleh waktu. (B.Kasamo, 2022)

Alam semesta, dalam sudut pandang tauhid dan konsepsi Islam adalah
merupakan ciptaan Allah SWT., dan diurus pula oleh kehendak dan perintah-Nya.
Jika Allah sekejap saja tidak memberikan perhatian, maka seluruh alam semesta
akan binasa seketika. Alam semesta ini tidak diciptakan dengan sia-sia atau bukan
untuk senda gurau. Sistem yang ada pada alam semseta adalah sistem yang paling
baik dan paling sempurna.

Sistem ini memanifestasikan keadilan dan kebenaran, dan didasarkan pada


serangkaian sebab dan akibat. Di mana setiap akibat merupakan konsekuensi
logis dari sebab, dan setiap sebab melahirkan akibat yang khusus. Takdir Allah
mewujudkan sesuatu melalui sebab khususnya saja, dan serangkaian sebablah
yang merupakan takdir Allah untuk sesuatu.1 Hubungan antara tanda tanda
kebenaran didalam Al-Quran dan alam raya dipadukan melalui mukjizat Al-
Quran yang lebih dahulu daripada temuan ilmiah dengan mukjizat alam raya
yang menggambarkan kekuasaan Tuhan.2 Seiring perkembangan zaman, ada
yang makin menghilang dari kehidupan manusia, terutama masyarakat kota, yaitu
keindahan langit. Gemerlap lampu mengalahkan kerlip bintang, gedung-gedung
tinggi menghalangi indahnya matahari terbit dan terbenam. Padahal pemandangan
itu penuh makna. Allah mengingatkan dalam Q.S Ali Imron : 190 – 191

ۙ ِ ‫الس ٰم ٰو ِت َوااْل َ ْر ِض َوا ْخ ِتاَل ِف ال َّ ْي ِل َوالهَّن َ ِار اَل ٰيٰ ٍت اِّل ُوىِل ااْل َلْ َب‬
‫اب‬ َّ ‫ِا َّن يِف ْ َخلْ ِق‬
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam
dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.

‫الس; ; ٰم ٰو ِت‬ ِ ‫اذَّل ِ ْي َن ي َ ; ْ;ذ ُك ُر ْو َن اهّٰلل َ ِق َيا ًم;;ا َّوقُ ُع ; ْ;ودًا َّوعَىٰل ُجنُ ; ْ;وهِب ِ ْم َوي َ َت َفكَّ ُر ْو َن يِف ْ خ‬
َّ ‫َلْق‬
‫َوااْل َ ْر ِۚض َربَّنَا َما َخلَ ْق َت ٰه; َذا اَب ِطاًل ۚ ُس ْب ٰحنَ َك فَ ِقنَ;;ا‬
‫عَ َذ َاب النَّ ِار‬
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-
sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.

Menurut riwayat, setelah ayat ini turun Rasulullah menangis, bilal yang
menemuinya saat subuh bertanya, mengapa ? menurut Rasulullah ayat-ayat yang
turun malam itu amat berat maknanya. Kehidupan masa kini yang serba cepat
terkadang melalaikan. Jika setiap hari hanya kemacetan dan kesibukan yang
mewarnai suasana hati, mungkin dzikir terlupakan. Atau hanya sebatas formalitas
setelah shalat, sehingga kita hanya mengejar jumlah bacaan, kadang dengan
ucapan yang kurang sempurna.

Padahal seharusnya zikir berlaku sepanjang kehidupan. Sebelum tidur malam


atau menjelang subuh cobalah menikmati langit malam. Matikan lampu luar,
pandangi langit malam, jika berada di lokasi dengan polusi cahaya rendah, kita
bisa melihat sungai perak galaksi bimasakti dengan ratusan miliar bintang yang
membujur di langit. Di tengah kekuasaan langit, bumi kita hanyalah planet mungil
di keluarga matahari. Matahari sendiri hanyalah sebuah bintang kecil di galaksi
bimasakti. Masih banyak bintang raksasa yang berdiameter ratusan kali diameter
matahari. Galaksi dihuni miliaran bintang, gas dan debu bahan pembentuk bintang
- bintang baru, yang berjumlah tak terhingga di alam semesta ini.

Setelah merenungi langit, sadarlah kita akan perbandingan diri kita sebagai
manusia dengan alam semesta ? dari segi substansi materinya pun jasad manusia
tak ada bedanya dengan debu-debu antar bintang, sama-sama terbentuk di inti
bintang. Semakin dalam bertafakkur, seharusnya semakin sadar akan kelemahan
dan kecilnya manusia, namun terkadang nafsu menghanyutkan pada
ketakabburan, merasa diri besar. Padahal hanya Dia Yang Maha Besar. (Kadir,
2019)
DAFTAR PUSTAKA

B.Kasamo, N. A. (2022). Tafsir Tarbawi Pendidikan. OSF Preprints, 1–12.

Kadir, A. (2019). Al Qur’an dan Astronomi. Alasma: Jurnal Mediia Informasi


Dan Komunikasi Ilmiah, 1(2), 195–208.

You might also like