Professional Documents
Culture Documents
Untitled
Untitled
Julaiddin
Fakultas Hukum Universitas Ekasakti
e-mail: julaiddinmr@gmail.com
ABSTRAK
Dalam undang-undang tersebut telah dibahas tentang penyidikan UU No. 8 tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai dasar dari proses pijakan di tingkat penyidikan. Untuk itu,
proses yang benar-benar nyata diperlukan untuk menemukan kesalahan yang mungkin tidak
menyebabkan ketidakpercayaan yang disebabkan oleh proses. Dengan demikian proses hukum
dapat ditingkatkan ke penyelidikan untuk menentukan yang utama dan dapat ditemukan oleh pelaku
sesungguhnya
ABSTRACT
In the law has been discussed about the investigation of Law No. 8 of 1981 on the Criminal
Procedure Code (KUHAP) as the basis of the footing process at the level of investigation. For that,
a truly real process is needed to find errors that may not cause the mistrust caused by the process.
Thus the legal process can be upgraded to an investigation to determine the primary and can be
found by the real culprit.
Dalam ilmu hukum pidana ada ilmu pernah melakukan akan adanya perbuatan
yang mepelajari tentang pidana dan yang di tuduhkannya, akan tetapi Jaksa
pemidanaan, karena dalam hukum pidana di Penuntut Umum juga tetap menerima hasil
kesalahan yang di perbuat baik itu di sengaja dalam proses persidangan terungkap bahwa
atau tidak sengaja, akan tetapi semuanya itu yang di jadikan tersangka tidak sama sekali
materil maupun kebenaran formilnya. telah di tentukan dalam Pasal 362 KUHP.
perbuatan yang dapat dibuktikan adanya sudah ada merupakan kewajiban bagi seluruh
menunjukan adanya barang bukti, sedangkan tersebut berlaku secara filosofis. Hukum
proses untuk mencari kebenaran formilnya dikatakan fisiologis apabila peraturan hukum
adalah adanya proses penyidikan umtuk tersebut sesuai dengan cita-cita hukum
mencari kepastian hukum yangsesungguhnya (rechts idee) sebagai nilai positif yang
menghadirkan saksi-saksi serta alat bukti positif yang tertinggi adalah masyarakat yang
lainnya sehingga tidak menjadikan orang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
yang di duga tesebut menjadi korban akan UUD 1945. Kemudian dikaitkan dengan
adanya salah tangkap. Akan tetapi bila tidak peraturan perundang-undangan yang berlaku
terbukti secara melawan hukum maka yang di Indonesia belum satu peraturan pun yang
Dari beberapa kasus yang di proses perlindungan yang ada hanya besifat abstrak.
secara melawan hukum di tingkat penyidikan Hal yang seperti itu penegakkannya
mencuri sedangkan orang yang dituduh atau dirugikan, belum ada aturan hukum yang
sesungguhnya adalah tentang Pada hal ini hukum itu sifatnya konkrit,
perselingkuhan, namun dalam proses hukum bukan abstrak, yang abstrak itu adalah orang
yang menegakkannya.
B. Pembahasan hukum tertentu untuk menjamin dan
1. Penegakan Hukum memastikan bahwa suatu aturan hukum
Penegakan hukum adalah suatu usaha berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam
untuk menanggulangi kejahatan secara memastikan tegaknya hukum itu, apabila
rasional, memenuhi rasa keadilan dan diperlukan, aparatur penegak hukum itu
berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi diperkenankan untuk menggunakan daya
kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai paksa. Pengertian penegakan hukum itu
reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu
kejahatan, berupa sarana pidana maupun non dari segi hukumnya. Dalam hal ini,
hukum pidana, yang dapat diintegrasikan pengertiannya juga mencakup makna yang
satu dengan yang lainnya. Apabila sarana luas dan sempit. (Purnadi Purbacaraka,
pidana dipanggil untuk menanggulangi 1997:34)
kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik Dalam arti luas, penegakan hukum itu
hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang
untuk mencapai hasil perundang-undangan terkandung di dalamnya bunyi aturan formal
pidana yang sesuai dengan keadaan dan maupun nilai-nilai keadilan yang hidup
situasi pada suatu waktu dan untuk masa- dalam masyarakat. Tetapi, dalam arti sempit,
masa yang akan datang. (Barda Nawawi penegakan hukum itu hanya menyangkut
Arief, 2002:109) Ditinjau dari sudut penegakan peraturan yang formal dan tertulis
subjeknya, penegakan hukum itu dapat saja. (Dellyana, Shant, 1988:34) Karena itu,
dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat penerjemahan perkataan „law enforcement’
pula diartikan sebagai upaya penegakan ke dalam bahasa Indonesia dalam
hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas menggunakan perkataan „penegakan hukum‟
atau sempit. Dalam arti luas, proses dalam arti luas dan dapat pula digunakan
penegakan hukum itu melibatkan semua istilah „penegakan peraturan‟ dalam arti
subjek hukum dalam setiap hubungan sempit. Pembedaan antara formalitas aturan
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan hukum yang tertulis dengan cakupan nilai
normatif atau melakukan sesuatu atau tidak keadilan yang dikandungnya ini bahkan juga
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri timbul dalam bahasa Inggeris sendiri dengan
pada norma aturan hukum yang berlaku, dikembangkannya istilah „the rule of law’
berarti dia menjalankan atau menegakkan versus ‘the rule of just law’ atau dalam
aturan hukum. istilah ‘the rule of law and not of man’
Dalam arti sempit, dari segi versus istilah „the rule by law’ yang berarti
subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya „the rule of man by law’.
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
Dalam istilah „the rule of law’
terkandung makna pemerintahan oleh subjeknya maupun objeknya atau kita batasi
hukum, tetapi bukan dalam artinya yang hanya membahas hal-hal tertentu saja,
keadilan yang terkandung di dalamnya. subjektifnya saja. Jurnal ini memang sengaja
(Tamanahan, Brian Z, 2004:92) Karena itu, dibuat untuk memberikan gambaran saja
digunakan istilah ‘the rule of just law‟. mengenai keseluruhan aspek yang terkait
Dalam istilah ‘the rule of law and not of dengan tema penegakan hukum itu.
dimensi penegakan hukum itu, baik dari segi Sedangkan menurut Sudarsono, pada
prinsipnya Hukum Pidana adalah yang
mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran Yang membedakan hukum pidana
terhadap kepentingan umum dan perbuatan dengan hukum yang lainnya adalah bentuk
tersebut diancam dengan pidana yang sanksinya, bentuk sanksi ini bersifat
merupakan suatu penderitaan. (Sudarsono, hukuman yang memiliki macam-macam
1994:102) bentuk hukuman, seperti perampasan harta
Dengan demikian hukum pidana akibat denda, dirampas kemerdekaanya
bukanlah mengadakan norma hukum sendiri, karena dipidana kurungan atau penjara,
melainkan sudah terletak pada norma lain bahkan adapula dirampas nyawanya jika
dan sanksi pidana. Diadakan untuk diputuskan atau dijatuhi pidana mati.
menguatkan ditaatinya norma-norma lain Ketentuan hukum positif (KUHP) di
tersebut, misalnya norma agama dan Indonesia saat ini, tidak tercantum suatu
kesusilaan. ketentuan yang menjelaskan mengenai
Di dalam pembagian hukum definisi dari tindak pidana (starfbaarfeit).
konvensional, hukum pidana termasuk Pembentuk undang-undang kita telah
bidang hukum publik. Artinya, hukum menggunakan perkataan “strafbaarfeit”
pidana mengatur hubungan antara warga untuk menyebutkan apa yang kita kenal
dengan negara dan menitikberatkan kepada sebagai “Tindak Pidana” di dalam KUHP
kepentingan umum atau kepentingan publik. tanpa memberikan sesuatu penjelasan
Secara histori hubungan hukum yang pada mengenai apa yang sebenarnya dimaksud
awalnya adalah hubungan pribadi atau dengan perkataan “Strafbaar feit” tersebut.
hubungan private, tetapi dalam perjalanan Perkataan “feit” itu sendiri di dalam bahasa
waktu terdapat hal-hal yang diambil alih Belanda berarti “sebagian dari suatu
kelompok atau suku dan akhirnya setelah kenyataan” sedangkan “Strafbaar feit” dapat
berdirinya negara diambil alih oleh negara diterjemahkan sebagai “sebagian dari suatu
dan dijadikan kepentingan umum. kenyataan yang dapat di hukum”. (Pipin
Hukum pidana merupakan hukum Syarifin, 2000:46) Sehingga dengan
yang memiliki sifat khusus, yaitu dalam hal demikian dapat diketahui bahwa yang dapat
sanksinya. Setiap kita berhadapan dengan dihukum itu sebenarnya adalah manusia
hukum, pikiran kita menuju kearah sesuatu sebagai pribadi dan bukan kenyataan,
yang mengikat perilaku seseorang di dalam ataupun tindakan.
masyarakat. Di dalamnya terdapat ketentuan Hukum pidana yang berlaku di
tentang apa yang harus dilakukan dan apa Indonesia sekarang ini ialah hukum pidana
yang tidak boleh dilakukan atau sering kita yang telah dikodifikasi, yaitu sebagian
sebut sebagai norma, serta akibatnya atau terbesar dan aturan-aturanya telah disusun
sering disebut sanksi. dalam suatu kitab undang-undang yang
dinamakan sebagai Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, menurut suatu sistem yang dengan ancaman pidana atas
pelanggaranya.
tertentu. Di dalam KUHP itu sendiri tidak 2) Bagian subjektif merupakan kesalahan
terdapat ketentuan atau satu pasal pun yang yang menunjuk kepada pelaku untuk
dipertanggungjawabkan menurut
merumuskan mengenai pengertian tindak hukum. Hukum pidana formal yang
pidana, sehingga tidak ada batasan yang pasti mengatur cara bagaimana hukum
pidana materiil ditegakkan.
mengenai makna dan pengertian istilah
tindak pidana yang sebenar-benarnya. Oleh c. D. Hazewinkel-Suringa, dalam bukunya
membagi hukum pidana dalam arti
karena itu, timbul berbagai pendapat dari objektif (ius poenale), yang meliputi:
beberapa ahli hukum, dimana mereka 1) Perintah dan larangan yang
pelanggarannya diancam dengan sanksi
mencoba untuk menafsirkan sendiri apa itu pidana oleh badan yang berhak.
sebenarnya yang dimaksud dengan perkataan 2) Ketentuan-ketentuan yang mengatur
upaya yang dapat digunakan apabila
tindak pidana. Norma itu dilanggar, yang dinamakan
Secara tegas penulis menjelaskan Hukum Penitensier.
3) Subjektif (ius puniendi), yaitu hak
bahwa untuk menemukan dan memahami negara menurut hukum untuk menuntut
tentang pengertian serta makna dari pelanggaran delik dan untuk
menjatuhkan serta melaksanakan
perkataan tindak pidana, maka diteliti pidana.
berdasarkan doktrin-doktrin atau pendapat
d. Vos, meyatakan bahwa hukum pidana
para ahli mengenai makna dan pengertian diberikan dalam arti bekerjanya sebagai:
tindak pidana. Beberapa pendapat pakar 1) Peraturan hukum objektif (ius poenale)
yang dibagi menjadi:
hukum dari barat (Eropa) mengenai Hukum a) Hukum pidana materiil yaitu
Pidana, antara lain sebagai berikut: (Teguh peraturan tentang syarat-syarat
bilamana, siapa dan bagaimana
Prasetyo, 2010:4-9) sesuatu dapat dipidana.
a. Pompe, menyatakan bahwa Hukum b) Hukum pidana formal yaitu hukum
Pidana adalah keseluruhan aturan acara pidana.
ketentuan hukum mengenai perbuatan- 2) Hukum subjektif (ius punaenandi),
perbuatan yang dapat dihukum dan aturan yaitu meliputi hukum yang
pidananya. memberikan kekuasaan untuk
menetapkan ancaman pidana,
b. Apeldoorn, menyatakan bahwa Hukum menetapkan putusan dan melaksanakan
Pidana dibedakan dan diberikan arti: pidana yang hanya dibebankan kepada
Hukum Pidana Materiil yang menunjuk negara atau pejabat yang ditunjuk
pada perbuatan pidana dan yang oleh untuk itu.
sebab perbuatan itu dapat dipidana, 3) Hukum pidana umum (algemene
dimana perbuatan pidana itu mempunyai strafrecht), yaitu dalam bentuknya
dua bagian, yaitu: sebagai ius special seperti hukum
1) Bagian objektif merupakan suatu pidana militer, dan sebagai ius
perbuatan atau sikap yang bertentangan singulare seperti hukum pidana fiskal.
dengan hukum pidana positif, sehingga
bersifat melawan hukum yang e. Algra Jansen, mengatakan bahwa hukum
menyebabkan tuntutan hukuman pidana adalah alat yang dipergunakan oleh
seorang penguasa (hakim) untuk
memperingati mereka yang telah
dicita-citakan masyarakat. Sehingga isi pokok dari
melakukan suatu perbuatan yang tidak definisi hukum pidana itu dapat
dibenarkan, reaksi dari penguasa tersebut disimpulkan sebagai berikut:
mencabut kembali sebagian dari 1) Hukum pidana sebagai hukum positif
perlindungan yang seharusnya dinikmati 2) Substansi hukum pidana adalah hukum
oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan yang menentukan tentang perbuatan
harta kekayaan, yaitu seandainya ia telah pidana dan menentukan tentang
tidak melakukan suatu tindak pidana. kesalahan bagi pelakunya.
terperangkap dalam suatu hubungan atau dipahami sebagai obyek dari suatu kejahatan
situasi yang asimetris. Asimetris disini yaitu tetapi juga harus dipahami sebagai subyek
segala sesuatu yang tidak imbang, bersifat yang perlu mendapat perlindungan secara
untuk pihak tertentu), merusak, membuat Istilah korban pada saat itu merujuk
orang menjadi terasing, dan menimbulkan pada pengertian “setiap orang, kelompok,
kata victima (bahasa latin) yang berarti yang bertentangan dengan hukum.
korban dan logos yang berarti ilmu Penderitaan tersebut bisa berbentuk fisik,
pengetahuan. Oleh sebab itu viktimologi psikologi maupun ekonomi. Di dalam Kamus
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari Umum Bahasa Indonesia menyebutkan kata
Pada dasarnya korban adalah orang, berikut : ” korban adalah orang yang
yang telah menderita kerugian yang secara (hawa nafsu dan sebagainya) sendiri atau
subyek lain. Bila hendak membicarakan Maka dari itu Penulis mengutip
mengenai korban, maka seyogyanya dilihat Definisi Korban menurut Para Ahli dan
kembali pada budaya dan peradaban Ibrani Undang-undang yang berlaku di Indonesia
Dalam peradaban tersebut, asal mula yang membahas mengenai korban kejahatan
Selain pengelompokan diatas, masih Mohammad Ekaputra dan Abul Khair. Sistem
Pidana di dalam KUHP dan
ada pengelompokan korban menurut Sellin Pengaturannya Menurut Konsep
KUHP Baru. USU Press, Medan. 2010.
Pipin Syarifin, Hukum Pidana di Indonesia,
Pustaka Setia, Bandung, 2000.