You are on page 1of 9

TOLAK UKUR KEBERHASILAN DAKWAH DAN CARA MENGUKUR

KEBERHASILAN DAKWAH

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Metodologi Dakwah
Dosen Pengampu : Usfiyatul Marfu’ah M.S.I

Disusun Oleh :
Jauharotul (1801026010)
Zahrotul Munawaroh (1801026025)
Ida Rahmiati (1801026033)
Shobri Fadlullah (1801026035)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
BAB 1

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dakwah adalah sarana untuk menyebarkan kebaikan, ilmu, manfaat. Apa saja
yang kita lakuakn akan lebih baik jika menjadi manfaat bagi diri sendiri dan orang
lain. Dakwah juga kerap kali diartikan sebagai sarana menyebarkan Islam. Baik
tentang tauhid, iman, islam, dan juga ihsannya. Namun, belum tentu dakwah yang
dilakukan tersampaikan dengan baik kepada mad’u. Dakwah ada berbagai macam dan
aspek. Mad’u juga ada berbagai macam jenis. Lalu, bagaimanakah tolak ukur dan cara
mengetahui apakah dakwah yang disampaikan telah berhasil? Dalam makalah ini,
pemakalah akan berusaha menemukan pemecahan masalahnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja bentuk metode dalam berdakwah?
2. Bagaimanakah tolak ukur keberhasilan dakwah berdasarkan aspek afektif, kognitif,
dan psikomotorik?
3. Bagaiamana cara mengukr keberhasilan dakwah?
BAB 2

I. PEMBAHASAN
1. Metode Dakwah dan Bentuk-Bentuknya
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u (komunikan) untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang. Hal ini mengandung arti bahwa pendekatan dakwah arus
bertumpu pada suatu pandangan yang menempatkan penghargaan yang tinggi
kepada manusia.1
Dakwah adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran
atau dalam istilah lain adalah ‘amar ma’ruf nahi munkar, namun mengajak kepada
kebaikan dan mencegah pada kemungkaran tentu saja tidak hanya denga
ajakan/ucapan, juga dengan media lain seperti dalam media cetak serta elektronik.
Da’i (komunikator) pada dewasa ini tidak hanya tentang seseorang kyai, ulama,
ataupun mubaligh, namun media dakwah seperti sosial media juga sangat berperan
dalam penyebaran dakwah. Terutama anak muda yang cukup jarang mengikuti
kajian di masjid atau majlis ilmu. Anak muda sekarang ini akan lebih mudah
meneima dakwah dalam sarana media sosial.
Bentuk-bentuk metode dakwah bila dikutip dari surah an-Nahl ayat 125 yang
artinya : “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik, dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang mengetahui siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah byang
mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk”, ada tiga metode dakwah
yang meliputi tiga cakupan, yaitu :
a. Al-Hikmah
Hikmah dalam dakwah berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan
dalam melaksanakan tugas dakwah. Menurut Ahmad bin Munir al-Muqri’
al-Fayumi, hikmah berarti dapat mencegah dari perbuatan zina. 2 Orang
yang mempunyai hikmah berarti dapat mengendalikan diri dan dapat
mencegah dari perbuatan yang kurang benilai manfaat. Orang yang
berdakwah dengan cara hikmah, mereka dapat memberikan contoh
dakwah secara langsung kepada masyarakat dan mampu menjelaskan

1
Munir, Metode dakwah (Jakarta, Kharisma putra Utama), 2003, hal
2
Munir, Metode dakwah (Jakarta, Kharisma putra Utama), 2003, hal
doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan
bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat secara komunikatif.
b. Mau’idzatil Hasanah
Mau’idzatil Hasanah mempunai artian kata-kata yang masuk ke dalam
qalbu denga enuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh
kelembutan;tidak membongkar atau mem-beberkan kesalahan orang lain
sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkali dapat meluluhkan
hati yang keras dan menjinakkan qalbu yang liar, ia lebih mudah
melahirkannkebaikan daripada ancaman dan larangan.3
c. Mujadalah
Mujadalah dapat diartikan sebagai tukar pendapat yang dilakukan oleh dua
pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan
agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memerikan
argumentasi dan bukti yang kuat.anatara satu sama lain saling
menghormati pendapat, mengakui kebenaran pihak lain dan ikhlas
menerima hukuman kebenaran tersebut.4

2. Tolak Ukur Keberhasilan Dakwah (Afektif, Kognitif, Psikomotorik)


Dakwah dikatan berhasil jika dai mampu memberikan efek atau pengaruh pada
mad’u. Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan dakawah. Dengan
bahasa lain efek merupakan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan,
sikap dan tindakan seseorang sebagai penerimaan pesan. Menurut kadarnya, efek
komunikasi terdiri dari tiga jenis : efek kognitif, efek afektif, dan efek psikomotorik.
Pesan dakwah yang menimbulkan efek kognitif pada komunikan telah berhasil
membuat komunikan mengerti, sehingga menjadi suatu informasi atau pengetahuan
baginya. Apabila pesan tadi, selain membuat komunikan mnegerti tetapi juga
tersentuh lubuk hatinya, sehingga menimbulkan perasaan tertentu, misal iba, takut,
khawatir, sedih, bahagia, dan sebaginya maka efek itu adalah efek afektif atau efek
yang lebih tinggi kadarnya dari efek kognitif.
Yang lebih tinggi dari jenis efek tersebut adalah efek psikomotrik karena pesan
komunikasi tadi tidak hanya membuat komunikan mnegerti disertai perasaan tertentu,

3
Munir, Metode dakwah (Jakarta, Kharisma putra Utama), 2003, hal
4
Munir, Metode dakwah (Jakarta, Kharisma putra Utama), 2003, hal
juga membuat dia melakukan perbuatan dan tindakan. Sebuah pesan yang meyentuh
dan mampu merangsang individu untuk menolak atau menerima, pada umumnya
melalui proses mengerti (kognitif), proses menyetujui (objektif), dan proses
pembuatan (psikomotorik).
Efek kognitif berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kerampilan,
kepercayaan, atau informasi, juga efek yang sangat menentukan dalam erubahan
aspek selanjutnya. Ali Aziz dalam buku Ilmu Dakwah menerangkan bahwa efek
terjadi setelah menerima pesan dakwah, mad’u akan menyerap pesan tersebut melalui
proses berfikir, dan efek kognitif tersebut bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa
yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad’u tentang isi pesan yang
dipahami.
Dalam teori komunikasi efek kognitif dapat dirumuskan menjadi
 Menciptakan atau menghilangkan ambiguitas
 Pembentukan sikap
 Agenda setting
 Perluasan sistem/keyakinan masyarakat
 Penegasan/penjelasan ilai-nilai
Efek afektif timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi,
atau dibenci khalayak, yang meliputi segala apa yang berkaitan dengan emosi, sikap,
serta nilai. Terkait dengan dakwah, Ali Aziz menjelaskan bahwa efek afektif
merupakan pengaru dakwah berupa sikap komunikan setelah menerima pesan. Pada
aspekmini, mad’u dengan pemikiran dan pengertiannya terhadap pesan dakwah yang
telah diterimanya akan membuat keputusan, apakah menerimak atau menolak pesan
dalam dakwah.
Dalam teori komunikasi, efek ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
 Dapat menciptakan kekuatan atau kecemasan
 Meningkatkan atau menurunkan dukungan moral
Efek behavioral, merujuk pada perilaku nyata yang dapat fiamati, yang
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku. Dalm dakwah, efek
behavioral berkenaan dengan poal tingkah laku mad’u dalam merealisasikan pesan
dakwah yang telah diterima dalam kehidupannya. Efek behavioral muncul setelah
efek kognitif dan afektif 5. Efek behavioral adalah puncak mad’u menerima pesan

5
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, 2013, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya) hal 117-119
dakwah. Jika mad’u sudah berubah setelah menerima pesan dakwah, maka dakwah
dapat dikatakan berhasil.
Sebagai suatu usaha, aktivitas dakwah harus bisa diukur keberhasilannya. Dari
sudut pandang psikologi dakwah, ada lima ciri dakwah yang efektif
a. Jika dakwah dapat memberikan pengetian kepada masyarakat (mad’u)
tentang apa yang di dakwahkan6. Dalam konteks ini, masyarakat berada
dalam aspek efek kognitif. Masyarakat paham dengan apa yang
disampaikan oleh da’i
b. Jika masyarakat (mad’u) merasa terhibur oleh dakwah yang diterima 7.
Masyarakat, terutama di Indonesia, pasti akan lebih mudah mendapat
pesan dakwah jika merasa terhibur dan pasti akan lebih terbuka dalam
menerima pesan daripada dalam keaadan tertekan. Da’i mampu membuat
mad’u terhibur dan menerima pesan dakwah adalah da’i yang baik.
c. Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara da’i dan
masyarakatnya8. Dakwah sebaiknya tidak berhenti setelah da’i
menelesaikan suatu ceramah, namun juga ada hubungan yang gbaik dalam
masyarakat. Sebaiknya, dalam satu lingkup daerah mempunyai satu
ulama/da’i sebagai rujukan dakwah, tidak hanya mengandalkan da’i atau
ulama yang melakukan tabligh secara singkat, dalam kata lain satu waku
saja, namun memang ada seseorang yang dapat dipegang sebagai rujukan
dakwah.
d. Jika dakwah dapat merubah sikap masyarakat (mad’u)9. Dalam hal ini,
maayarakat sudah mencapai tahap afektif dan menuju efek
behavioral/psikomotorik. Masyarakat bisa saja menerima atau menolak
pesan dakwah.
e. Jika dakwah berhasil memancing respons masyarakat erupa tindkan.
Dakwah adalah mengajak kepada kebaikan, dan apabila mad’u sudah
mengarah kepada kebaikan atau berubah sesuai dengan pesan dakwah yang
tersampaikan, maka dakwah dapat dikatakan berhasil. Contohnya adalah
ketika dalam suatu masyarakat tertentu serentak jarang melakukan sholat
padahal sudah ada mushola yang memadai, lalu ada da’i yang berdakwah
6
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikolog Dakwah, 2009, (Jakarta, Prenada Media) hal xv
7
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikolog Dakwah, 2009, (Jakarta, Prenada Media) hal xv
8
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikolog Dakwah, 2009, (Jakarta, Prenada Media) hal xv
9
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikolog Dakwah, 2009, (Jakarta, Prenada Media) hal xv
disana selama beberapa waktu. Da’i tersebut berdakwah tidak hanya
dengan ajakan, namun juga perbuatan yang ternyata mengetuk hati
masyarakat, dan akhirnya masyarakat aktif dalam sholat.
BAB 3

I. KESIMPULAN

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Haris,Syamsudin.,Desentralisasi & Otonomi Daerah,Jakarta:LIPI Press,2015.

Prof. Dr. Ayumardi Azra, MA

Demokrasi, Hak Asasi Manusia, & Masyarakat Madan,Jakarta:ICCE UIN


Syarif Hidayatullah,2003

https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah

https://id.wikipedia.org/wiki/Desentralisasi

Yuwono,Teguh,Demokrasi,Hak Asasi Manusia,Masyarakat Madani,Jakarta:ICCE UIN


Syarif Hidayatullah

You might also like