You are on page 1of 11

Jurnal Natural, April 2021. Vol 17.

No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 26

IDENTIFIKASI KAWASAN NILAI KONSERVASI TINGGI 4 (NKT 4) DI DAERAH


ALIRAN SUNGAI WAFOR, KABUPATEN SUPIORI, PROVINSI PAPUA

Khristian Enggar Pamuji


Prodi Fisika Jurusan Fisika FMIPA UNIPA
Jl. Gunung salju Amban, Manokwari – Kode Pos: 98314
e-mail : k_enggar_p@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu atribut dalan NKT adalah Kawasan yang memberikan jasa ekosistem dasar pada
situasi yang kritis atau sangat penting. Suatu wilayah dapat dipertimbangkan sebagai NKT 4 jika
berperan dalam melindungi atau menyediakan jasa ekosistem mendasar dalam situasi penting,
termasuk perlindungan daerah tangkapan air dan kontrol erosi pada tanah rentan dan lereng. Saat ini
telah dilakukan penilaian keberadaan NKT 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) Wafor yang berada di
Distrik Supiori Timur, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. Sungai-sungai di DAS Wafor dimanfaatkan
oleh masyarakat lokal sebagai sumber air bersih. Sungai Wafor memiliki rasio relief rata-rata antara
0.04, namum dibeberapa tempat terutama bagian hulu, kemiringan lereng mencapai 30%-40%. Faktor
bentuk (Form factor/ Rf) DAS Wafor memiliki nilai 0.62 atau bentuk DAS relatif membulat dan rasio
elongasi sebesar 0.71. Daerah aliran sungai yang membulat, debit puncak datangnya lama, begitu juga
penurunannya, sehingga dapat efektif dalam mengendalikan banjir.DAS Wafor memiliki kerapatan
drainase (Dd) 1,03 km/km2, artinya setiap 1 km2 area DAS terpadat panjang total sungai 1,03 km.
Kerapatan drainase ini termasuk kategori sedang. Hal ini tentunya akan sangat membantu dalam
menghalangi penyebaran titik-titik api jika terjadi kebakaran hutan. Sedimentasi di Sungai Wafor
termasuk kategori rendah atau < 50 mg/L. Dengan alur sungai rata-rata tidak lebih dari 20 km, maka
dapat disimpulkan bahwa DAS tersebut bekerja efektif dalam mengendalikan erosi.,

Kata Kunci : Nilai Konsevasi Tinggi, NKT 4, Jasa Ekosistem, DAS Supiori, Morfometri Sungai,

I. PENDAHULUAN jasa pendukung lainnya seperti


NKT adalah nilai yang pembentukan tanah dan daur nutrien23.
terkandung di dalam kawasan baik itu Suatu wilayah dapat
lingkungan atau sosial yang penting dipertimbangkan sebagai NKT 4 jika
secara lokal maupun global (HCV berperan dalam melindungi atau
ToolkitIndonesia, 2008). Salah satu atribut menyediakan salah satu dari jasa-jasa
dalan NKT adalah Kawasan yang tersebut dalam situasi yang kritis.
memberikan jasa ekosistem dasar pada Contohnya sebuah hutan dapat
situasi yang kritis atau sangat penting. Jasa menyediakan fungsi sebagai pengatur
ekosistem merupakan keuntungan yang aliran air dalam sebuah daerah tangkapan
diperoleh manusia melalui ekosistem, air. Jasa ini dapat dianggap penting jika
termasuk jasa penyediaan seperti makanan masyarakat bergantung pada air untuk
dan air; jasa pengaturan seperti pengaturan minum atau irigasi, atau jika pengaturan
terhadap banjir, kekeringan, degradasi aliran air menjamin keberadaan
tanah, dan penyakit; jasa kultural seperti perkembangbiakan ikan atau lahan
keuntungan rekreasional, spiritual, religi perkebunan yang dijadikan ketergantungan
dan keuntungan non-materiil lainnya; serta hidup masyarakat setempat.
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 27

Sistem air tawar akan Tujuan penelitian ini adalah untuk


bersinggungan dengan semua sistem mengidentifikasi kawasan atau Ekosistem
produksi berbasis daratan. Beberapa yang Penting Sebagai Penyedia Air dan
pengembangan pertanian dan perkebunan Pengendalian Banjir bagi Masyarakat Hilir
bergantung pada sistem pengairan yang NKT, mengidentifikasi kawasan yang
bersumber dari permukaan maupun bawah Penting Bagi Pengendalian Erosi dan
tanah, namun bahkan dalam situasi tanpa Sedimentasi, dan mengidentifikasi kawasan
sistem pengairan sekalipun terdapat yang Berfungsi Sebagai Sekat Alam untuk
kemungkinan munculnya dampak terhadap Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan
sistem air tawar melalui perubahan atau Lahan.
terhadap kualitas dan jumlah air, serta
atribut habitat lainnya. II. METODE PENELITIAN
Kabupaten Supiori merupakan salah 2.1. Lokasi Penelitian
satu kabupaten pemekaran di Papua. Penelitian ini dilakukan selama 4
Kabupaten tersebut, secara resmi terbentuk bulan, dimulai dari bulan Agustus 2018
berdasarkan UU.No. 35 Tahun 2003, dan sampai dengan Desember 2018. Daerah
merupakan hasil pemekaran dari kabupaten penelitian berada di Daerah Aliran Sungai
Biak. Seiring dengan laju pertumbuhan Wafor, yang sebagian besar berada di
penduduk Kabupaten Supiori yang Distrik Supiori Timur, Kabupaten Supiori
mencapai 4,78 persen pada tahun 2018, (Gambar 1). Penelitian ini dimulai dengan
pertumbuhan sentra-sentra ekonomi, serta pengumpulan data serta analisis data
peningkatan aktivitas pembangunan, primer dan data sekunder. Data primer
kebutuhan terhadap informasi jasa didapat dengan cara melakukan
ekosistem semakin juga meningkat. pengukuran dimensi sungai Wafor secara
Informasi jasa ekosistem digunakan langsung. Beberapa data skunder juga
sebagai bahan pertimbangan dalam dikumpulkan diantaranya adalah data curah
berbagai kebijakan dan perencanaan hujan yang dikeluarkan BMKG stasiun
pembangunan berkelanjutan. Untuk itu meteorologi Frans Kaisepo Biak, serta data
diperlukan identifikasi, pengelolaan dan DEM dan RBI yang digunakan untuk
pemantauan keberadaan NKT 4 di analisis spasial.
Kabupaten Supiori, Provinsi Papua.
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 28

Gambar 1. Peta Kabupaten Supiori

2.2. Pengolahan Data morfometrik DAS yang penting untuk


Perhitungan karakteristik morfologi diteliti dapat dilihat pada Tabel 1.
atau morfometrik DAS merupakan Data primer yang diperoleh dari
prasyarat untuk analisis hidrologi yang hasil pengukuran dimensi dan kecepatan
lebih rinci terhadap DAS. Data DEM dan arus sungai menggunakan alat current
SRTM yang digunakan digunkan dalam meter, digunakan untuk menentukan debit
perhitungan karakteritik sungai sungai sesaat. Data curah hujan, dan data-
menggunakan data spasial. Karakteristik data spasial juga digunakan untuk
menentukan ketersediaan air sungai.

Tabel 1. Perhitungan Karakteristik Morfologi DAS


No Parameter Persamaan
1 Luas (Ha)
2 Keliling
3 Faktor bentuk (Form factor/ Rf)
4 Rasio elongasi (Elongation ratio/Re) √
5 Rasio relief (Relief ratio/ Rh)
6 Kerapatan drainage (Drainage density/ Dd)
7 Frekuensi sungai (Stream frequency/ Fs)
8 Tekstur drainage (Drainage texture/ Rt)
9 Faktor bentuk (Form factor/ Rf)
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 29

mm per Tahun dengan rerata hari hujan 22


III. HASIL DAN PEMBAHASAN hari. Data tersebut jika diperhitungkan
dengan kriteria tipe hujan menurut Mohr,
3.1. Keadaan Umum Daerah
maka semua bulan kategorinya dimasukkan
Penelitian dalam bulan basah, dimana bulan basah
Kabupaten Supiori adalah salah dengan curah hujan > 100 mm.
satu kabupaten yang berada pada wilayah Berdasarkan klasifikasi Schmidth –
Provinsi Papua dimana secara geografis Ferguson maka akan didapat rata-rata
terletak antara 134o 67’ - 136o 48’ Bujur bulan basah 229.82 mm, rata-rata bulan
Timur dan 0o 55’ - 1º31’ Lintang Selatan. kering 39.2 mm dan nilai Q= 17, sehingga
Dengan luas mencapai hingga 634,24 km2 kriteria iklim termasuk kriteria Basah.
atau 0,2 persen dari keseluruhan wilayah
Provinsi Papua menjadikan Kabupaten b) Periode Curah Hujan
Supiori sebagai kabupaten terkecil di Jika melihat data runtun waktu
Provinsi Papua. Secara administratif, curah hujan sepanjang tahun 1960 – 2015,
Kabupaten Supiori memiliki 5 distrik, rata-rata curah hujan bulanan adalah
dimana Distrik Supiori Timur merupakan 287,5 mm, di mana curah hujan tertinggi
distrik yang terluas yaitu mencapai 196,26 terjadi pada bulan Agustus yaitu rata-rata
km2 atau 30.9% dari total luas Kabupaten 456,1 mm, sedangkan curah hujan terendah
Supiori, sedangkan Distrik Supiori Selatan terjadi pada bulan November yaitu rata-rata
adalah distrik yang terkecil dengan luas 123,1 mm. Sementara itu, banyaknya hari
hanya mencapai 87,60 km2 atau hanya hujan rata‐ rata dalam satu bulan di
13,81 persen dari total luas wilayah Kabupaten Supiori adalah 22 hari. Grafik
Kabupaten Supiori. curah hujan kabupaten Supiori dari tahun
Tahun 2018 jumlah penduduk 1960 – 2015 dapat dilihat pada gambar 2,
Kabupaten Supiori sebanyak 20.018 orang sedangkan periode curah hujan kabupaten
dengan luas yang mencapai hingga 634.24 Supiori adalah 6 bulanan seperti pada
km2, sehingga kepadatan penduduk di gambar 3. Meskipun Supiori memiliki
Kabupaten Supiori sebesar 32 orang/km2. periode curah hujan 6 bulanan, tetapi curah
Pada tahun 2018 ini laju pertumbuhan hujan di Kabupaten Supiori hampir merata
penduduk di Kabupaten Supiori mencapai sepanjang tahun.
hingga 4,78 persen pertahun. Sebagian BMKG juga mencatat bahwa rata-
besar penduduk Supiori (30.85%), tinggal rata penyinaran matahari setiap bulan
di Distrik Supiori Timur (BPS, 2019). adalah 140,8 jam, di mana penyinaran
terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu
3.2. Keadaan Iklim 203,1 jam dan paling kecil pada bulan Juni
a) Curah Hujan hanya 69,1 jam. Sementara pantauan rata-
Berdasarkan hasil pencatatan untuk rata kecepatan angin setiap bulan masih
tahun 2010-2015 dari Stasiun Meteorologi tergolong normal yaitu 3,7 knots dan
Frans Kaisepo, Biak, diketahui bahwa tekanan udara sebesar 1.007,1 mba.
curah hujan di wilayah studi tergolong
curah hujan tinggi yakni rata-rata 2764.4
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 30

Gambar 2. Curah hujan kabupaten biak

Gambar 3. Periode curah hujan Kabupaten biak

c) Suhu Dan Kelembaban sampai muara, dengan dibatasi kanan dan


Berdasarkan hasil pencatatan kiri oleh garis sempadan. Sedangkan yang
Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo dimaksud dengan Daerah Aliran Sungai
Biak pada tahun dilaporkan bahwa suhu (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang
udara rata‐ rata di wilayah Kabupaten Biak merupakan satu kesatuan dengan sungai
Numfor adalah 27,1 C dengan kelembaban dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
udara rata‐ rata 86,3%, sehingga dapat menampung, menyimpan, dan mengalirkan
disimpulkan bahwa daerah Kabupaten Biak air yang berasal dari curah hujan ke laut
Numfor termasuk kategori panas. Hal ini secara alami, yang batas di darat
juga dapat dilihat dari suhu udara minimum merupakan pemisah topografis dan batas di
sekitar 24,5oC sementara suhu maksimum laut sampai dengan daerah perairan yang
mencapai 30 C. masih terpengaruh aktivitas daratan.
Kabupaten Supiori memiliki
3.3. Daerah Aliran Sungai beberapa aliran Sungai, antara lain sungai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Wafor, Sungai Yawerna, Sungai Puweri,
No 38 Tahun 2011 yang dimaksud dengan Sungai Kobari Jaya, Sungai Wabudori,
sungai adalah alur atau wadah air alami Sungai Koiryakam, Sungai Wayori dan
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran beberapa sungai kecil yang lain. Sungai-
air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sungai yang berada dibagian utara Pulau
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 31

Supiori bermuara di Samudera Pasifik, Distrik Supiori timur memiliki


sedangkan sungai yang berada dibagian beberapa Aliran Sungai diantaranya adalah
selatan bermuara di Teluk Korido. Sungai Sungai Wafor, Sungai Wakre, Sungai
Wafor dan Yawerna merupakan sungai Yawerma, Sungai Marsram dan beberapa
yang mengalir di di Distrik Supiori Timur sungai kecil lainnya. Sungai-sungai di
bermuara di Samudra Pasifik dan Selat bagian utara bermuara di Samudera Pasifik,
Sorendiweri. Sungai Puweri dan Sungai dan sungai-sungai di bagian timur
Koberi Jaya mengalir di Distrik Supiori bermuara di selat Sorendiweri. Sungai
Utara dan bermuara di Samudera Pasifik. terbesar di Supiori Timur adalah Sungai
Adapun sungai yang mengalir di Distrik Wafor. Daerah Aliran Sungai Wafor
Supiori Barat adalah Sungai Wabudori, memiliki luas ± 5.709 Ha (Gambar 5),
Sungai Koiryakam dan Sungai Wayori berada di Sungai Wafor memiliki anak-
ketiga sungai ini juga bermuara di anak sungai yang secara geografis terletak
Samudera Pasifik. Untuk Distrik Supiori antara 135°36'06"E sampai dengan
selatan terdapat Sungai Biniki, Sungai 135°42'41"E Bujur Timur dan 0°42'23"S
Maryaidori, Sungai dori dan sungai-sungai sampai dengan 0°46'55"S Lintang Selatan.
kecil lainnya yang bermuara di Teluk Sungai Wafor dengan beberapa anak
Korido (Gambar 4). sungainya, memiliki pola aliran dendritik
dan memiliki panjang ±12 km berhulu di
a) Daearah Aliran Sungai Di Distrik Pegunungan Supiori dan bermuara di
Supiori Timur Samudera Pasifik.

Gambar 4. Sungai-Sungai di Kabupaten Supiori.


Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 32

Gambar 5. Kontur DAS Wafor

b) Morfometri Sungai Berdasarkan analisis spasial, Sungai


Bentuk DAS mempunyai pengaruh Wafor yang memiliki luas 57.1 km2 dan
pada pola aliran sungai dan ketajaman keliling 32.7 km, sehingga DAS tersebut
puncak discharge banjir. Bentuk DAS masuk dalam kategori DAS kecil (BPDAS,
mempengaruhi waktu konsentrasi air hujan 2013). Dilihat dari nilai faktor bentuk
yang mengalir menuju outlet. Semakin (Form factor/ Rf), yaitu rasio luas DAS
bulat bentuk DAS berarti semakin singkat dengan kuadrat panjang cekungan, DAS
waktu konsentrasi yang diperlukan, Wafor memiliki nilai 0.62 atau bentuk
sehingga semakin tinggi fluktuasi banjir DAS relatif membulat. Selain dari
yang terjadi. Sebaliknya semakin lonjong parameter form factor, bentuk DAS juga
bentuk DAS, waktu konsentrasi yang dapat dilihat dari rasio rasio elongasi
diperlukan semakin lama sehingga (Elongation ratio/Re), dimana DAS Wafor
fluktuasi banjir semakin rendah. Hasil memiliki rasio elongasi sebesar 0.71.
pengukuran beberapa parameter Menurut Soewarno (1991), bentuk daerah
morfometri dapata dilihat pada Tabel 2. aliran sungai yang membulat, debit puncak
datangnya lama, begitu juga penurunannya.

Tabel 2. Hasil pengukuran morfometri


No Parameter
2
1 Luas (km ) 57,1
2 Keliling (km) 32,7
3 Faktor bentuk (Form factor/ Rf) 0.62
4 Rasio elongasi (Elongation ratio/Re) 0,71
5 Rasio relief (Relief ratio/ Rh) 0,04
6 Kerapatan drainage (Drainage density/ Dd) 1,03
7 Frekuensi sungai (Stream frequency/ Fs) 2,01
8 Tekstur drainage (Drainage texture/ Rt) 3,52
9 Faktor bentuk (Form factor/ Rf) 1,70
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 33

DAS Wafor memiliki kerapatan Bagian dari bentuk luar sungai


drainase (Dd) 1,03 Km/Km2, artinya setiap secara rinci dapat dipelajari melalui bagian-
1 km2 area DAS terpadat panjang total bagian dari sungai, yang sering disebut
sungai 1,03 Km. Kerapatan drainase ini dengan istilah struktur sungai. Struktur
termasuk kategori sedang, dimana alur sungai dapat dilihat dari tepian aliran
sungai melewati batuan dengan resistensi sungai (alur sungai), bantaran sungai,
yang lebih lunak, sehingga angkutan tebing sungai dan dasar sungai. Aliran
sedimen yang terangkut aliran akan lebih Sungai (Alur sungai) adalah bagian dari
besar. Frekuensi sungai (Stream frequency/ muka bumi yang selalu berisi air yang
Fs) dan Tekstur drainage (Drainage mengalir yang bersumber dari aliran
texture/ Rt) DAS Wafor masing-masing limpasan, aliran sub surface run-off, mata
2.01 dan 3.52. air dan air bawah tanah (base flow). Sungai
Parameter kerapatan drainase (Dd), Wafor memiliki alur sungai yang semakin
Frekuensi Sungai (Fs) dan Tekstur lebar ke arah hilir. Di daerah hilir alur
Drainase (Dt) terutama dipengaruhi oleh Sungai Wafor memiliki lebar antara 30-40
faktor alami seperti iklim, curah hujan, m dengan kedalaman 1.5 – 2 m (Gambar
tutupan vegetasi, jenis batuan, infiltrasi 6).
kapasitas tanah, relief dan tahap evolusi Bantaran Sungai merupakan bagian
bentuk lahan. Distribusi spasial dan dari struktur sungai yang sangat rawan,
intensitas faktor-faktor ini secara bersama- terletak antara badan sungai dengan
sama atau secara independen tanggul sungai, mulai dari tebing sungai
mempengaruhi kepadatan drainase suatu hingga bagian yang datar (Forman dan
DAS, baik dengan meningkatkan kapasitas Gordon, 1983). Pemisah antara Badan
infiltrasi tanah maupun meningkatkan Sungai dan bagian yang datar atau bagian
limpasan permukaan. Jika suatu area DAS yang tidak tergenangi air di Sungai Wafor
dapat menginfiltrasi air hujan dalam jumlah terlihat jelas, hanya saja menuju ke bagian
yang signifikan, maka frekuensi aliran dan hilir batas tersebut menjadi samar akibat
tekstur drainase akan berkurang (Strahler, adanya dataran banjir di bagian hilir. Pada
A.N, 1964). saat air surut akan terlihat badan sungai,
c) Struktur Sungai tetapi ketika air laut pasang dan di daerah
hulu terjadi hujan lebat

Gambar 6. Bagian hilir Sungai Wafor


Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 34

maka daerah datar yang awalnya kering lain oleh lereng dan ketinggian, perbedaan
akan tergenangi oleh air sungai, sehingga erosi, struktur jenis batuan, patahan dan
terlihat seperti rawa. Pada saat air pasang lipatan, merupakan faktor-faktor yang
air laut akan mempengaruhi kada garam menyebabkan perbedaan bentuk genetik
atau salinitas air sungai. Daerah sungai dan pola sungai. Pola sungai adalah
yang di pengaruhi aktivitas pasang surut kumpulan dari sungai yang mempunyai
dapat mencapai ± 1 km ada muara. bentuk yang sama, yang dapat
Bantaran Sungai Wafor masih ditutup menggambarkan keadaan profil dan
vegetasi yang cukup rapat. genetik sungainya (Sandy, 1985). Sungai
Dasar Sungai Wafor sangat Wafor memiliki pola aliran sungai
bervariasi, ada bagian yang relative rata denditrik, dimana bentuknya menyerupai
(dekat muara), dan ada yang curam (daerah garis-garis pada penampang daun, dan
hulu), dengan kemiringan (Slope) sungai induk memperoleh aliran dari anak
maksimum mencapai lebih dari 30 %. Hal sungainya.
ini dapat dilihat dari kontur DAS Wafor e) Lingkungan Fisik Sungai
dan penampang 3 Dimensi DAS Wafor Kedalaman sungai sangat
pada gambar 7. Bentang alam yang tergantung dari jumlah air yang tertampung
menghubungkan antara dasar sungai pada alur sungai yang diukur dari
dengan tanggul sungai disebut dengan penampang dasar sungai sampai ke
tebing sungai. Tebing sungai umumnya permukaan air. Level rataan dasar sungai
membentuk lereng atau sudut lereng, yang pengukurannya dirata-ratakan minimal dari
sangat tergantung dari bentuk medannya. tiga titik yang berbeda yaitu di bagian
Semakin terjal akan semakin besar sudut tengah dan kanan kirinya. Kedalaman
lereng yang terbentuk. sungai Wafor antara 1.5 – 2 m (sangat
d) Karakteristik sungai tergantung kondisi pasang surut dan suplai
Karakteristik sungai memberikan air dari daerah tangkapan hujan). Sungai
gambaran atas pola aliran sungai, profil Wafor meliliki luas penampang basah
sungai dan genetis sungai. Letak, bentuk ±38.5 m2 (saat pengukuran pada posisi 000
dan arah aliran sungai, dipengaruhi antara 44’ 22.01” S dan 1350 44’ 49.29” E) dan

Gambar 7. Profil 3D DAS Wafor


Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 35

memiliki kecepatan rata-rata 0.1 km/jam, tinggi dan mengalirkan air saat curah hujan
sehingga debit air sesaat diperkirakan berkurang.
mencapai 4 m3/s. Berdasarkan hasil analisis b) Kawasan yang penting untuk kendali
lab, nilai TSS di Sungai Wafor kurang dari erosi (NKT 4.2)
5 mg/L. Dengan debit sebesar 4 m3/s, Sedimentasi yaitu proses
diperkirakan sedimen total yang terbawa pengendapan dari suatu material yang
aliran Sungai Wafor tidak lebih dari 0.02 berasal dari angin, erosi air, gelombang
Kg/dtk atau 631 Ton/Tahun. laut serta gletser. Material yang dihasilkan
dari erosi yang dibawa oleh aliran air dapat
3.4. Identifikasi Kawasan Bernilai diendapkan di tempat yang ketinggiannya
Konservasi Tinggi lebih rendah. Berdasarkan hasil analisis
a) Kawasan yang penting untuk lab, nilai TSS di Sungai termasuk kategori
tangkapan air (NKT 4.1) rendah atau < 50 mg/L. Total sedimen yang
Salah satu faktor penting yang terbawa oleh aliran Sungai Wafor
harus diwujudkan dalam setiap sistem mencapai 0.002 Kg/s atau 631 Ton/Tahun.
pengelolaan DAS adalah menjaga fungsi Dilihat dari kemiringan lereng pada
DAS sebagai pengatur tata air yang baik. bagian hulu yang mencapai < 30% dan alur
Oleh sebab itu fungsi hidrologis DAS harus sungai yang rata-rata tidak lebih dari 20
dapat terjaga secara lestari yang dicirikan Km, maka dapat disimpulkan bahwa
oleh ketersediaan sumberdaya air yang Daerah Aliran Sungai bekerja efektif dalam
meliputi kuantitas dan distribusi yang baik mengendalikan erosi.
sepanjang tahun di seluruh DAS. c) Kawasan yang memberikan
Curah hujan di Daerah Aliran penghalang penting bagi kebakaran
Sungai di lokasi kajian dalam 5 tahun yang bersifat merusak (NKT 4.3)
tarakhir tergolong tinggi rata-rata mencapai Jaringan sungai dan penggunaan
rata-rata 2764.4 mm per tahun dengan lahan merupakan salah faktor-faktor yang
rerata hari hujan 22 hari. Berdasarkan menentukan resiko kebakaran hutan dan
analisis hidrometeorologis 22.6% curah lahan selain faktor aktivitas manusia.
hujan yang jatuh di Kabupaten Supiori Sebagaian besar daerah aliran sungai di
berada pada daerah aliran Sungai Wafor, Kabupaten Supiori memiliki kerapatan
Sungai Puweri, Sungai Wabudori, Sungai sedang, hal ini tentunya akan sangat
Wayori dan Sungai Biniki. Sebagian besar membantu dalam menghalangi penyebaran
tangkapan air DAS tersebut berada di titik-titik api jika terjadi kebakaran hutan.
kawasan hutan dan cagar alam. DAS Wafor
merupakan DAS terbesar diantara kelima IV. KESIMPULAN
DAS tersebut. Jumlah ketersediaan air Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
yang mantap DAS Wafor diperkirakan penelitian ini antara lain :
mencapai 15.59 Juta m3/Tahun. 1. Sungai Wafor memiliki rasio relief
Dengan kemiringan yang mencapai rata-rata antara 0.04, namum
30-40% dibagian hulu sungai Wafor, maka dibeberapa tempat terutama bagian
daerah ini perlu dijaga dengan baik. hulu, kemiringan lereng mencapai
Keseimbangan antara curah hujan, 30%-40%. Faktor bentuk (Form
evapotranspirasi dan aliran permukaan factor/ Rf) DAS Wafor memiliki nilai
perlu terjaga sehingga daerah aliran sungai 0.62 atau bentuk DAS relatif
dapat menyimpan air pada saat curah hujan membulat dan rasio
Jurnal Natural, April 2021. Vol 17. No 1 e-ISSN: 2746-427X , p-ISSN:1412 – 1328 36

elongasi sebesar 0.71. Daerah aliran Bayong Tjasyono H. K., 2004.


sungai yang membulat, debit Klimatologi, Penerbit ITB,
puncak datangnya lama, begitu juga Bandung.
penurunannya, sehingga dapat Soewarno, 1991. Hidrologi Pengukuran
efektif dalam mengendalikan banjir. dan Pengolahan Data Aliran
2. DAS Wafor memiliki kerapatan Sungai (Hidrometri), Nova,
drainase (Dd) 1,03 Km/Km2, Bandung.
artinya setiap 1 km2 area DAS HCV Toolkit Indonesia Konsorsium Revisi
terpadat panjang total sungai 1,03 HCV Toolkit Indonesia. 2008.
Km. Kerapatan drainase ini Panduan Kawasan Bernilai
termasuk kategori sedang. Hal ini Konservasi Tinggi.
tentunya akan sangat membantu Forman, Richard and Michel Gordon.
dalam menghalangi penyebaran 1983. Lansdcape Ecology. John
titik-titik api jika terjadi kebakaran Wiley & Son; New York.
hutan. Sedimentasi di Sungai Wafor Sandy, IM, 1985. DAS-Ekosistem
termasuk kategori rendah atau < 50 Penggunaan Tanah. Publikasi
mg/L. Dengan alur sungai rata-rata Direktorat Taguna Tanah
tidak lebih dari 20 Km, maka dapat Departemen Dalam Negeri
disimpulkan bahwa DAS tersebut (Publikasi 437).
bekerja efektif dalam Badan Pusat Statistik (BPS). 2019.
mengendalikan erosi. Kabupaten Supiori Dalam Angka
3. Jumlah ketersediaan air yang 2019.
mantap DAS Wafor diperkirakan Peraturan Direktur Jenderal Bina
mencapai 15.59 Juta m3/Tahun Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Dan Perhutanan Sosial
Nomor : P. 3/V-SET/2013
DAFTAR PUSTAKA Tentang Pedoman Identifikasi
Arsyad, S, 2010. Konservasi Tanah dan Karakteristik Daerah Aliran
Air, Institut Pertanian Bogor, Sungai
Bogor. Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran
Asdak, C, 2010. Hidrologi dan Pengelolaan dan Pengolahan Data Aliran
Daerah Aliran Sungai. Gadjah Sungai (Hidrometri), Nova,
Mada University Press, Bandung.
Yogyakarta. Strahler, A. 1964. Quantitative
Georg Petersen. 2005. Hydrological Geomorphology of Drainage
Impacts Assessment Study. Basins and Channel Networks. In:
United States Agency for Chow, V., Ed., Handbook of
International Development. Applied Hydrology, McGraw
Hill, New York.

You might also like