You are on page 1of 15

ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI


(Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Dyah Amalia
155020100111015

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Judul : ANALISIS PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI
(Studi Pada 33 Provinsi di Indonesia Tahun 2008 – 2017)

Dyah Amalia¹
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: dyahamalia290@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan guna menganalisis pengaruh dari pembangunan


infrastruktur sosial dan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yang dilihat melalui data PDRB per kapita dari 33 provinsi selama 10 tahun.
Menurut Todaro dan Smith (2006), pembangunan ekonomi merupakan
serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional demi mencapai
kehidupan yang serba lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
menjadi indokator keberhasilan negara dalam menjalankan pembangunan, yang
nantinya dapat digunakan sepenuhnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hasil studi menyebutkan bahwa salah satu faktor utama yang
menyebabkan percepatan pertumbuhan ekonomi abad ke-20 dibandingkan
beberapa abad sebelumnya adalah pembangunan infrastruktur (World Bank,
1994). Karena itulah, perlu diketahui apakah pembangunan infrastruktur
memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel
dengan metode analisis Fixed Effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel listrik, air bersih, prasarana pendidikan dan kesehatan memiliki efek
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita di Indonesia.
Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Infrastruktur, PDRB per kapita

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator dalam mengukur keberhasilan


suatu perekonomian dan baik buruknya kualitas kebijakan pemerintah serta tinggi
atau rendahnya mutu aparatnya di bidang ekonomi (Widayati, 2010).
Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang
dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat yang ditunjukkan oleh besarnya
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi yang melebihi tingkat pertumbuhan penduduk dapat meningkatan taraf
hidup dan kesejahteraan penduduk.

Setiap tahunnya pertumbuhan ekonomi di Indoneia selalu mengalami


peningkatan, namun untuk laju pertumbuhan ekonominya mengalami
perlambatan. Laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2013 sebesar

1
5,56 persen menjadi 5,07 persen pada tahun 2017 (BPS, 2018). Melambatnya laju
pertumbuhan ekonomi secara umum terjadi karena melemahnya kinerja lapangan
usaha di sektor primer, industri dan jasa. Oleh sebab itu, dibutuhkan stimulus yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga mampu
menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. Saat ini Indonesia termasuk dalam
negara middle income trap, karena pendapatan per kapitanya masih di kisaran
USD 2.786 - 8.625 (World Development Report, 1995), yaitu sebesar USD 3.927
pada 2018 lalu.

Untuk keluar dari middle income, Indonesia perlu untuk tumbuh lebih cepat.
Menurut Sri Mulyani (2018), langkah yang bisa membawa Indonesia keluar dari
middle income adalah fokus kepada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM), mulai dari meningkatkan kualitas pendidikan, keahlian hingga kesehatan
penduduk. Kedua, pembangunan infrastruktur, dengan tujuan untuk bisa
meningkatkan daya saing dan produktivitas. Oleh karena itu, dengan pengaruh
dari tiap-tiap jenis infrastruktur akan diketahui infrastruktur mana yang
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita di Indonesia.

B. LANDASAN TEORI

Penyediaan Infrastruktur
Salah satu faktor modal yang vital yaitu sarana infrastruktur yang memadai.
Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
diperlukan penyediaan infrastruktur yang pada prinsipnya dapat dilakukan dengan
dua pendekatan. Pendekatan pertama yaitu penyediaan berdasarkan kebutuhan
(demand approach), termasuk memelihara prasana infrastruktur yang sudah ada
menjadi suatu kebutuhan. Kedua yaitu penyediaan yang dimaksudkan untuk
mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi (supply approach). Kedua pendekatan
tersebut tergantung pada dana penyediaan. Ketika dana terbatas, maka penyediaan
infrastruktur lebih diprioritaskan pada pendekatan pertama. Sedangkan ketika
keadaan ekonomi sudah membaik, maka penyediaan prasarana infrastruktur
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Simanjuntak, 2015).

Kualifikasi Infrastruktur
World Bank (1994) juga menggolongkan infrastruktur menjadi 3 golongan
yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi, merupakan pembangunan fisik yang menunjang


aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (telekomunikasi, air bersih, sanitasi,
gas), public work (jalan, bendungan, irigasi, drainase) dan sektor transportasi
(jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, lapangan terbang).

2. Infrastruktur sosial, merupakan infrastruktur yang mengarah kepada


pembangunan manusia dan lingkungannya seperti pendidikan, kesehatan,
perumahan, dan rekreasi.

2
3. Infrastruktur administrasi, merupakan infrastruktur dalam bentuk penegakan
hukum, kontrol administrasi dan koordinasi.

Berdasarkan penggolongan infrastruktur menurut World Bank di atas, penelitian


ini mengambil beberapa penyediaan infrastruktur yang mewakili yaitu jalan,
listrik, air bersih, sekolah, dan puskesmas.

Peran dan Fungsi Infrastruktur


Infrastruktur merupakan salah satu bagian dari modal fisik. Apabila suatu
negara mempunyai lebih banyak peralatan dan infrastruktur, maka negara tersebut
mempunyai kemampuan produksi yang lebih besar (Case and Fair, 2007).
Gambar 2.1 Peran Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Membuka akses
Membuka peluang baru
Mengembangkan sumber daya

Pertumbuhan
Pembangunan
ekonomi:
Infrastruktur (Sosial Pertanian
& Ekonomi) Industri

Peningkatan Tuntutan, Harapan,


dan Kebutuhan Infrastruktur Baru

Sumber: Usman, Sunyoto (2010)

Infrastruktur tidak hanya mampu melayani kebutuhan dari aktivitas


ekonomi saja, tetapi juga mampu menstimulasi kegiatan ekonomi baru di suatu
wilayah tertentu. Pembangunan infrastruktur akan berkontribusi terhadap
peningkatan daya saing produk domestik dan penyerapan tenaga kerja. Disisi
pembangunan wilayah, tersedianya infrastruktur akan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, meningkatkan PDRB, dan pertumbuhan wilayah.

Pertumbuhan Ekonomi
Model pertumbuhan ekonomi yang digunakan sebagai acuan pada penelitian
ini adalah exogenous growth model atau Solow growth model. Model Solow
mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi oleh perubahan
faktor produksi modal fisik (tabungan dan investasi) dan tenaga kerja
(pertumbuhan populasi), sementara teknologi yang menggambarkan tingkat
efisiensi merupakan variabel eksogen dan dianggap sebagai residual. Model
Solow merupakan pengembangan dari model pertumbuhan Harrod-Domar dengan
menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi kedalam persamaan pertumbuhan
(Todaro dan Smith, 2006).
Model pertumbuhan Solow memakai fungsi produksi agregat, yaitu:

Y = A Kα L1-α

3
dengan :
Y = Produk Domestik Bruto (PDB)
K = Stok modal fisik dan modal manusia
L = Tenaga kerja
A = Tingkat kemajuan teknologi
α = Elastisitas output terhadap modal
Dengan demikian, model pertumbuhan Solow menekankan pentingnya peranan
investasi dalam proses akumulasi modal fisik (physical capital).

Teori Produksi
Kegiatan produksi barang dan jasa dipengaruhi oleh ketersediaan input atau
faktor produksi yang digunakan serta kemampuan untuk mengubah input tersebut
menjadi output, yang keduanya disederhanakan ke dalam fungsi produksi. Input
(faktor produksi) dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja dan modal. Sedangkan
kemampuan untuk mengubah input tersebut menjadi output barang/jasa adalah
pengetahuan dan teknologi. Fungsi produksi secara umum ditulis dengan:
Y = F (K,L)
Persamaan di atas berarti output (Y) merupakan fungsi dari sejumlah kapital
(K) dan tenaga kerja (L). Secara umum, fungsi produksi bersifat constant return
to scale, yaitu jika terdapat penambahan pada faktor produksi maka akan
menyebabkan penambahan output dengan persentase yang sama. Bertambahnya
output agregat dapat dipahami melalui fungsi produksi. Infrastruktur sebagai
modal fisik, sehingga ketika infrastruktur suatu wilayah memadai, maka akan
berpengaruh terhadap kemampuan dalam memproduksi barang/jasa yang akan
berdampak terhadap PDRB per kapita suatu wilayah.

Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi


Literatur teori pertumbuhan ekonomi baru menjelaskan pentingnya
pengaruh infrastruktur dalam mendorong perekonomian. Teori ini memasukkan
infrastruktur sebagai input dalam mempengaruhi output agregat. Selain itu adanya
kemajuan teknologi sebagai eksternalitas dari pembangunan infrastruktur (Hulten
dan Schwab, 1991).
Penyediaan infrastruktur dapat menciptakan peluang usaha dan
meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan kapasitas produksi,
misalnya ketersediaan dan reliabilitas ketersediaan air oleh jaringan irigasi.
Ketimpangan pendapatan masyarakat di suatu wilayah juga dapat disebabkan oleh
ketersediaan infrastruktur untuk menunjang kegiatan ekonomi dan akses kepada
sumber-sumber produksi. Ketersediaan jaringan jalan akan membuka dan
menumbuhkan kegiatan ekonomi di daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi.

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan analisis
regresi data panel untuk mengetahui pengaruh dari infrastruktur terhadap PDRB
per kapita. Penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh dari infrastruktur listrik,
air bersih, panjang jalan, jumlah sekolah, dan jumlah puskesmas. Selain itu
nantinya akan diketahui variabel mana yang memiliki kontribusi paling besar

4
terhadap variabel dependen berupa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
diwakilkan oleh PDRB per kapita dari 33 provinsi selama 10 tahun.

Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam variabel,
yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita, jalan, air bersih, listrik,
prasaranan pendidikan dan kesehatan. Variabel-variabel tersebut dikelompokkan
menjadi dua, antara lain:

1. Variabel tak bebas (Dependent Variable)

Variabel tak bebas atau terikat (Y) adalah PDRB Perkapita, yaitu variabel yang
besarannya dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang besarannya tidak tergantung pada


variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan antara lain:

a. Listrik (X1)

Jumlah listrik (mw) yang digunakan oleh konsumen pengguna jasa listrik
baik rumah tangga, badan sosial, badan pemerintah, industri dan
sebagainya yang tercatat oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

b. Air (X2)

Jumlah produksi perusahaan air bersih (m3) yang disalurkan oleh


perusahaan air bersih kepada pelanggan disetiap provinsi di Indonesia.

c. Jalan (X3)

Panjang jalan menurut provinsi dan tingkat kewenangan pemerintah (m)


dengan kondisi layak untuk digunakan, karena jalan yang rusak hanya
sedikit atau tidak memiliki nilai ekonomis.

d. Prasarana Pendidikan (X4)

Jumlah lembaga pendidikan yang terdiri dari SMA sederajad (unit) yang
masih aktif dan menjadi kewenangan pemerintah provinsi setempat.

e. Prasarana Kesehatan (X5)

Jumlah layanan kesehatan yang terdiri dari Puskesmas (unit) yang


digunakan oleh masyarakat sebagai pusat layanan kesehatan dan dikelola
oleh pemerintah daerah setempat.

D. HASIL DAN ANALISIS PENGUJIAN

5
Hasil pengujian data panel menggunakan Fixed Effect Model, berupa
pengaruh infrastruktur listrik (X1), panjang jalan (X2), air bersih (X3), jumlah
puskesmas (X4), dan jumlah sekolah (X5) terhadap PDRB per kapita (Y). hasil uji
regresi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Regresi Panel Fixed Effect Model (FEM)
Variabel Dependen: PDRB per kapita
Variabel
Koefisien t-statistik Prob. Keterangan
Independen
C 8.273994 6.266331 0.0000 -
LNLISTRIK 0.118330 3.292982 0.0011* Signifikan
LNJALAN -0.096375 -1.539297 0.1248 Tidak Signifikan
LNAIR 0.045982 1.833098 0.0678** Signifikan
LNPUSKESMAS 0.474538 3.287141 0.0011* Signifikan
LNSEKOLAH 0.189156 2.877296 0.0043* Signifikan
R-square 0.992575 F-statistic 1054.977
Adjusted R-square 0.991634 Prob(F-statistic) 0.000000
*) α = 5%
**) α = 10%
Sumber: Eviews diolah, 2019

A. Hasil Penelitian
Uji Asumsi Klasik
Untuk melihat kebaikan data dan memperoleh persamaan regresi yang valid
untuk melakukan prediksi, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji
autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Breusch-Godfrey
Serial Correlation LM Test.
Tabel 4.5 Hasil Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.253092 Prob. F(2,321) 0.2870


Obs*R-squared 2.548745 Prob. Chi-Square(2) 0.2796
Sumber: Eviews diolah, 2019
Berdasarkan hasil dari Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, diperoleh nilai
probability chi-square yaitu 0.2796 yang berarti > α 0.05 sehingga data yang
digunakan lolos dari masalah autokorelasi atau asumsi autokorelasi telah terpenuhi.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode White
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan metode white

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.330774 Prob. F(5,324) 0.2507


Obs*R-squared 6.640713 Prob. Chi-Square(5) 0.2488
Scaled explained SS 9.899370 Prob. Chi-Square(5) 0.0781

6
Sumber: Eviews diolah, 2019
Berdasarkan hasil Uji White tersebut, diperoleh hasil berupa nilai probabilitas chi-
squares sebesar 0,2488 Nilai probabilitas chi-squares lebih besar dari taraf
signifikansi (0,2903 > 0,05), artinya menerima H 0 atau tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas.

Uji Signifikansi
Berdasarkan hasil regresi data panel, nilai signifikansi adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Determinasi R-square (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Y), sedangkan sisanya dijelaskan
oleh variabel lain diluar model. Berdasarkan hasil regresi sebelumnya yaitu
menggunakan fixed effect model, nilai R-square dalam penelitian ini sebesar
0.992575 atau sebesar 99,2%, yang berarti kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikat yaitu PDRB per kapita sebesar 99,2% sedangkan
sisanya 0,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian
ini.
2. Uji F
Untuk menguji hipotesis pengaruh simultan atau keseluruhan dari variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) digunakan uji F-statistik. Hasil
dalam penelitian ini menunjukkan nilai Prob (F-Statistic) 0.000000 dimana nilai
ini lebih kecil dari α 0.05. Angka tersebut menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu PDRB per kapita 33 provinsi di Indonesia.
3. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial digunakan uji t-statistik. Uji parsial
dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikan atau tidaknya variabel
independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian parsial adalah ketika
nilai probabilitas kurang dari (<) tingkat signifikansi atau alpha (α) 5% atau 0,05
maka variabel berpengaruh signifikan, begitu pula sebaliknya.
a. Nilai t hitung untuk variabel listrik sebesar 3.292982 dengan probabilitas
0.0011 signifikan pada α = 5%. Jadi dapat diketahui bahwa listrik berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB per kapita 33 provinsi di Indonesia.
b. Nilai t hitung variabel air bersih sebesar 1.833098 dengan probabilitas 0.0678
signifikan pada α = 10%. Jadi dapat diketahui bahwa air memiliki hubungan
positif dan berpengaruh signifikan pada α = 10% terhadap PDRB per kapita 33
provinsi di Indonesia.
c. Nilai t hitung variabel jalan sebesar -1.539297 dengan probabilitas 0.1248 tidak
signifikan pada α = 5% dan 10%. Jadi dapat diketahui bahwa jalan tidak
berpengaruh terhadap PDRB per kapita 33 provinsi di Indonesia.
d. Nilai t hitung variabel puskesmas sebesar 3.287141 dengan probabilitas 0.0011
signifikan pada α = 5%. Jadi dapat diketahui bahwa variabel saranan
kesehatan/puskesmas berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB per
kapita 33 provinsi di Indonesia.
e. Nilai t hitung variabel sekolah sebesar 2.877296 dengan probabilitas 0.0043
signifikan pada α = 5%. Jadi dapat diketahui bahwa saranan pendidikan

7
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB perkapita 33 provinsi di
Indonesia.

B. Analisis Pengujian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari infrastruktur listrik, air
bersih, jalan, puskesmas, dan sekolah terhadap PDRB per kapita di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data tersebut kemudian
dianalisis menggunakan regresi data panel dengan menggunakan bantuan aplikasi
Eviews 9. Berikut ini merupakan pembahasan secara rinci dari pengaruh variabel
listrik (X1), panjang jalan (X2), air bersih (X3), jumlah puskesmas (X4), dan jumlah
sekolah (X5) terhadap PDRB per kapita (Y) di indonesia.

1. Pengaruh Kapasitas Listrik Terhadap PDRB per Kapita di Indonesia


Variabel listrik menunjukkan pengaruh signifikan terhadap PDRB per
kapita dengan nilai probabilitas 0.0011 < 0.05, yang artinya peningkatan atau
penurunan infrastruktur listrik berpengaruh untuk pertumbuhan PDRB per
kapita di Indonesia. Pengaruh yang diberikan bernilai positif sebesar 0.118330.
Hasil ini sesuai dengan Solow Growth Model, semakin tinggi investasi fisik
berupa energi listrik maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami kenaikan.
Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tanveer dan Manan
(2016) mengenai Dampak Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Pakistan, dimana variabel total pembangkit listrik berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan PDB di Pakistan bahkan pada tingkat alpha 1%.
Listrik mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi,
karena listrik mempunyai kaitan erat dengan produktivitas tenaga kerja. Listrik
menjadi sumber penerangan dan salah satu sumber utama dalam kegiatan
produksi. Meningkatnya energi listrik dapat meningkatkan pendapatan melalui
produktivitas tenaga kerja, karena hampir seluruh kegiatan produksi saat ini
memerlukan tenaga listrik.
Penelitian olah African Development Bank menyebutkan bahwa biaya
terbesar yang dikeluarkan oleh sebagain besar perusahaan yang ada di Sub-
Sahara Afrika merupakan biaya untuk energi listrik karena infrastruktur listrik
yang tersedia belum cmemenuhi semua kebutuhan listrik, sehingga perusahaan
harus mengeluarkan biaya tambahan yang lebih mahal untuk energi cadangan
(Richard Agenor dan Blanca, 2006). Jadi dapat dikatakan bahwa listrik
memiliki peran penting dalam kegiatan produksi.

2. Pengaruh Panjang Jalan Terhadap PDRB per Kapita di Indonesia


Variabel panjang jalan menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan
terhadap PDRB per kapita dengan nilai probabilitas 0,1248 > 0,05 dan 0,10
yang artinya peningkatan atau pengurangan infrastruktur jalan tidak
berpengaruh terhadap PDRB per kapita. Prasarana jalan sebagai penghubung
antar sentra-sentra produksi dengan derah pemasaran, sehingga berpotensi
dalam rangka meningkatkan perekonomian suatu wilayah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sibarani (2002) menemukan bahwa infrastruktur jalan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. Hal ini

8
dikarenakan peningkatan atau penurunan panjang jalan setiap tahunnya tidak
signifikan atau hanya mengalami sedikit perubahan. Berdasarkan data, selama
kurun waktu 5 tahun yaitu mulai tahun 2013 hingga 2017 peningkatan jumlah
panjang jalan tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 8.449 km atau rata-rata
1.689 km per tahun, sehingga pengaruhnya bagi perekonomian tidak terlalu
signifikan.
Berdasarkan data BPS (2018), kenaikan volume kendaraan di Indonesia
selama 5 tahun tersebut adalah rata-rata sebesar 8% setiap tahunnya.
Sedangkan untuk rata-rata peningkatan infrastruktur jalan dari tahun 2013-
2017 hanya sebesar 4% setiap tahunnya. Peningkatan volume kendaraan yang
dua kali lebih besar dari peningkatan infrastruktur jalan menyebabkan
kemacetan.
Kemacetan merupakan suatu indikasi di mana permintaan mendekati atau
melebihi kapasitas desain infrastruktur transportasi. Ketika jumlah kendaraan
yang melintasi suatu jalan mendekati kapasitas fisik fasilitas jalan yang ada,
kecepatan berlalu lintas akan semakin lambat hingga merayap dan kemampuan
keseluruhan perlintasan di jalan tersebut menjadi turun. Dampaknya adalah
kerugian sosial berupa pemborosan waktu dan biaya operasional tambahan
terutama bahan bakar (Lesmana, 2007).

3. Pengaruh Volume Air Bersih Terhadap PDRB per Kapita di Indonesia


Pengujian signifikansi variabel infrastruktur air yang disalurkan oleh
perusahaan air bersih menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,0678 < 0,10
atau berpengaruh secara signifikan pada α 10% terhadap PDRB per kapita di
Indonesia. Besarnya pengaruh air bersih terhadap PDRB per kapita ditunjukkan
oleh nilai koefisien dari variabel air yaitu 0.045982 yang artinya jika ada
peningkatan jumlah air bersih yang didistribusikan sebesar 1 persen, maka
peluang PDRB per kapita meningkat sebesar 0.045982 persen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tatyana Palei (2014) di
India, ketersedian air bersih dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ketersedian air bersih yang memadai membuat sanitasi menjadi mudah
sehingga berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat terutama pekerja dan
dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Dengan tersedianya air bersih yang
cukup, produktivitas para pekerja akan meningkat, dimana pekerja-pekerja
secara nyata menggunakan air sebagai input dalam proses produksi.
Air yang tidak aman, kebersihan yang tak layak dan kekurangan
kesehatan tidak hanya mempengaruhi kesehatan, keselamatan, dan kualitas
hidup anak-anak. UNICEF memperkirakan bahwa 1.400 anak di bawah lima
tahun meninggal setiap hari karena penyakit diare terkait dengan kurangnya air
bersih dan sanitasi dan kebersihan yang memadai (UNICEF, 2014). Mengingat
begitu pentingnya air bersih bagi kehidupan, maka penyediaan infrastruktur air
bersih kepada masyarakat sangat diperlukan agar tingkat kesehatan tinggi serta
produktivitas tenaga kerja meningkat.

4. Pengaruh Prasarana Puskesmas Terhadap PDRB per Kapita di Indonesia


Variabel infrastruktur kesehatan yang diwakili oleh jumlah puskesmas
menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap PDRB per kapita dengan nilai
probabilitas 0,0011 < 0,05, yang artinya penambahan jumlah infrastruktur

9
kesehatan berpengaruh signifikan terhadap PDRB per kapita. Kesehatan
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia, tanpa kesehatan
masyarakat tidak dapat menghasilkan suatu produktivitas bagi daerahnya.
Kegiatan ekonomi suatu negara akan berjalan jika ada jaminan kesehatan
bagi setiap penduduknya. Terkait dengan teori human capital bahwa modal
manusia berperan penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi.
Dengan terpenuhinya kualitas prasarana kesehatan yang baik dan
memadai, sehingga akan mampu meningkatkan kualitas kesehatan penduduk di
Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang diajukan oleh
Robert Fogel (1990) yang menyatakan bahwa negara-negara dengan
kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, menghadapi
tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan
berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik
keadaan kesehatan dan pendidikannya. Peningkatan kesejahteraan ekonomi
sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting.
Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan
adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah
(Atmawikarta, 2009). Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan
lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang
tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang,
dimana proporsi terbesar dari angkatan kerja masih bekerja secara manual.
Dengan demikian, peningkatan infrastruktur kesehatan akan meningkatkan
kesehatan dan selanjutnya meningkatkan produktivitas pekerja dan pendapatan
per kapita.

5. Pengaruh Prasarana Sekolah Terhadap PDRB per Kapita di Indonesia


Berdasarkan hasil regresi, variabel infrastruktur pendidikan yang diwakili
oleh jumlah SMA/MA menunjukkan pengaruh signifikan terhadap PDRB per
kapita dengan nilai probabilitas 0,0043 < 0,05, yang artinya perubahan jumlah
sekolah berpengaruh terhadap PDRB per kapita. Pengaruh yang diberikan
bersifat positif sebesar 0.189156. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sibarani (2002) yaitu infrastruktur pendidikan
memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendapatan per
kapita 26 provinsi di Indonesia.
Sumber daya manusia yang baik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Sebagai salah satu aspek yang penting dalam proses pengembangan pola pikir
konstruktif dan kreatif sumber daya manusia, maka pendidikan mutlak
dibutuhkan. Pendidikan dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan manusia, baik pendidikan formal maupun informal. Dengan
meningkatnya kualitas sumber daya manusia, maka akan meningkat pula
output perekonomian suatu negara.
Semakin tinggi human capital yang dimiliki seseorang, maka
kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa juga akan meningkat,
sehingga mempengaruhi tingkat pendapatannya. Prasarana pendidikan sangat
penting untuk memberikan efek kekayaan/pendapatan (Palei, 2014). Oleh
karena itu pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan
yang lebih memadai, yaitu berupa pembangunan sekolah dan perbaikan
kurikulumnya.

10
6. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
Menurut Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(kppip.go.id, 2018), penyediaan infrastruktur di Indonesia berjalan lambat
karena adanya kendala di berbagai tahapan proyek, mulai dari penyiapan
sampai implementasi. Guna menanggulangi hambatan-hambatan tersebut, ada
beberapa regulasi atau kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah
diantaranya sebagai berikut.
a. Menyusun infrastruktur prioritas, sesuai dengan infrastruktur mana yang
paling dibutuhkan serta paling berpengaruh terhadap perekonomian
Indonesia.
b. Mempercepat birokrasi perizinan terkait pengadaan lahan dan izin lainnya
untuk proyek infrastruktur, memperkuat kepastian hukum untuk
kepemilikan lahan, serta memperjelas tata cara dan kelengkapan dokumen
yang dibutuhkan dalam prosedur perizinan.
c. Menurunkan harga tarif dasar listrik, air bersih, BBM dan gas bagi industri
dan menyederhanakan izin untuk kepentingan investasi.
d. Mengatasi masalah pendanaan infrastruktur dengan skema Kerja Sama
Pemerintah dan Badan Usaha sehingga diharapkan meningkatkan
kelayakan finansial proyek, termasuk infrastruktur dan mengoptimalkan
alokasi risiko antara Pemerintah dan Swasta dalam penyediaan proyek
infrastruktur mulai dari penyiapan, pra-konstruksi, konstruksi sampai
dengan operasi dan pemeliharaan.
e. Mengatasi permasalahan yang menyebabkan infrastruktur tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat (kemacetan).

E. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis pengujian data statistik dan pembahasan melalui teori
yang ada serta fenomena ekonomi terkait maka dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Variabel infrastruktur listrik berpengaruh positif signifikan terhadap PDRB per
kapita Indonesia. Ketersediaan listrik sangat dibutuhkan dalam kegiatan
produksi. Sehingga ketika listrik memadai maka produktivitas juga akan tinggi,
sehingga pendapatan juga meningkat.
2. Variabel air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB per
kapita Indonesia. Air bersih yang memadai membuat sanitasi menjadi lebih
mudah sehingga kesehatan masyarakat meningkat. Ketika kesehatan
masyarakat baik, maka akan diperoleh produktivitas dan pendapatan yang
tinggi.
3. Variabel infrastruktur jalan tidak berpengaruh terhadap PDRB per kapita. Hal
ini dikarenakan belum signifikannya peningkatan atau penurunan panjang jalan
setiap tahunnya.
4. Variabel infrastruktur pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
PDRB per kapita. Pendidikan sangat penting untuk menunjang kualitas sumber
daya manusia. Masyarakat dengan pendidikan tinggi akan memiliki
kemampuan untuk memproduksi barang/jasa lebih banyak, sehingga
pendapatan dapat meningkat.

11
5. Berdasarkan hasil penelitian, infrastruktur kesehatan memiliki pengaruh
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan infrastruktur
lainnya. Infrastruktur ini juga berpengaruh terhadap kualitas sumber daya
manusia, karena kesehatan merupakan kekuatan tenaga kerja dalam
memproduksi barang/jasa.

F. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan
sebelumnya, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Pembangunan terhadap infrastruktur perlu untuk selalu diperhatikan terutama
infrastruktur yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
seperti pendidikan, kesehatan, listrik, dan air bersih.
2. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap
infrastruktur listrik. Listrik merupakan salah satu sumber energi yang sangat
penting bagi kehidupan, baik untuk kehidupan sehari-hari, sarana pendukung
produksi maupun pendukung pembangunan nasional. Tersedianya listrik yang
banyak akan menjadi stimulus bagi peningkatan pendapatan per kapita.
3. Untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang berdampak terhadap
produktivitas, pemerintah dapat memberlakukan beberapa kebijakan seperti
pembatasan usia kendaraan, pembatasan kepemilikan kendaraan, tarif parkir
progresif, serta memperbanyak dan memperbarui kendaraan umum.
4. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh provinsi
di Indonesia, diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang hal
tersebut. Selain penyediaan infrastruktur, diharapkan pemerintah Indonesia
juga memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengaksesnya.
Misalnya dengan kebijakan penyediaan infrastruktur yang terjangkau.
5. Pada penelitian ini menggunakan dua jenis infrastruktur, yaitu infrastruktur
ekonomi dan infrastruktur sosial. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk
menambahkan infrastruktur lainnya yang dapat mewakili dan melihat dari sisi
kualitas infrastruktur itu sendiri.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus
kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang
memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA
Case, Karl E. dan Ray. C Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi, Edisi Kedelapan
Jilid 1. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Hulten, Charles R. and Robert M. Schwab 1991. Public Capital Formation and
the Growth of Regional Manufacturing Industries. National Tax Journal,
Vol.44 (No.4), 121-134.
Lesmana, Teddy. 2007. Biaya Kemacetan Lalu Lintas. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Indonesian Institute of Sciences.

12
Palei, Tatyana. 2015. Assesing the Impact of Infrastructure on Economic Growth
and Global Competitiveness. Procedia Economics and Finance 23 (2015)
168-175.
Richard, Agenor dan Blanca, Moreno. 2006. Public Infrastructure and Growth:
New Channels and Policy Implications. World Bank Policy Research
Working Paper 4064, November 2006.
Sibarani, M. H. M. 2002. Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana,
Universitas Indonesia, Jakarta.FE UI.
Simanjuntak, E. Baskoro, L.S. Aulia, M. Argiono, I. Wahyuningsih M. 2014.
Pemantauan Pelaksanaan Investasi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum RI.
Tanveer, A. dan Manan, N. 2016. Impact of Infrastructure on Economic Growth of
Pakistan. Pakistan: Departement of Economics, University of Gujrat.
Journal of Economic Research, 2(1).1-12.
Todaro, M. P, dan S. C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Usman, Sunyoto. 2010. Infrastruktur, Transportasi dan Pertahanan Sebagai
Penggerak Utama Perkuatan Ketahanan dan Daya Saing Nasional. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional
World Bank. (1994). World Development Report: Infrastructure For
Development. Oxford University Press, New York.
Widayati, Enik. 2010. Pengaruh Infrastruktur terhadap PRoduktivitas Ekonomi di
Pulau Jawa Periode 2000-2008. Media Ekonomi Vol. 18 No. 1, April 2010.
BPS. Statistik Indonesia 2007 – 2018. Jakarta: Publikasi Badan Pusat Statistika.

13

You might also like