You are on page 1of 4

ADU NASIB TIKUS DAN CICAK

(Karya : Uning Hafifah)

Pada suatu hari, terdapat dua hewan yang saling berjuang untuk

bertahan hidup yaitu tikus dan cicak. Mereka sama-sama tinggal diatas plafon

atap rumah yang setiap hari selalu bertemu dan saling membantu. Selama

tinggal bersama, mereka selalu rukun dan damai bahkan sehari-harinya

mereka bertahan hidup dengan makanan yang berbeda sesuai dengan

karakternya. Dimana cicak menangkap nyamuk dengan lidahnya untuk

dijadikan santapan sehari-hari. Sedangkan tikus selalu menemukan bahan

makanan untuk disantapnya yang didapatkan dari dapur seperti beras ataupun

padi.

Hingga suatu hari, pemilik rumah itu pergi dan pindah rumah ke tempat

yang jauh dari rumah sebelumnya itu. Lalu pemilik rumah mengosongkan seisi

rumahnya termasuk bahan makanan yang ada di rumah itu. Seketika semua

makanan habis dan tikus kelaparan karena tidak menemukan bahan makanan

untuk disantapnya. Tikus pun berkeliaran dan berusaha menemukan bahan

makanan untuk disantapnya hari itu, namun tetap saja tidak sedikitpun ia

menemukan bahan makanan.

Berbeda dengan cicak, ia masih merasa aman karena nyamuk masih

sangat banyak bahkan lebih banyak karena rumah itu kosong dan nyamuk

semakin menjadikan rumah kosong itu sebagai tempatnya hidup. Dengan

begitu, cicakpun tidak khawatir akan kekurangan bahan makanan untuk

disantapnya sehari-hari karena nyamuk akan semakin banyak jika rumah itu

kosong. Cicak justru sangat merasa bahagia dan bergembira karena hal itu.
Sementara itu, tikus masih muram dan kembali ke atap rumah dengan

wajah yang sedih. Dalam kesedihannya, justru ia menemukan kegembiraan

pada cicak lalu dengan tidak berpikir panjang si tikus bertanya pada cicak.

“Ada apa cicak? Mengapa wajahmu sangat terlihat bahagia? Bukankah

seharusnya kamu merasa sedih karena pemilik rumah ini pergi mengosongkan

rumah yang kita tinggali?” Ucap si tikus kepada cicak. “sedih? Mengapa harus

sedih? Justru aku sangat bahagia jika rumah ini kosong. Karena dengan begitu

nyamuk-nyamuk di rumah ini akan semakin banyak dan aku tidak akan merasa

kekurangan dalam mencari bahan santapanku sehari-hari”. Jawab si cicak

kepada tikus.

Tikuspun kecewa atas ucapan cicak itu dan berkata “Lalu bagaimana

dengan nasibku? Rumah ini kosong, dan isinya pun kosong. Tidak ada satu butir

pun bahan makanan di rumah ini. Bagaimana nasibku sehari-hari? Bagaimana

caranya aku makan untuk bertahan hidup?”. Dengan lantang pun si cicak

menjawab “Mengapa kau tidak makan nyamuk saja? Sama denganku dan aku

rela berbagi bahan santapanku padamu. Jangan terlalu sedih tikus, kita ini

sudah hidup berdampingan sejak lama. Aku akan selalu membantumu. Percaya

denganku, jangan khawatir”. Tikus diam sejenak, lalu berkata “kau

menyuruhku untuk memakan nyamuk? Itu tidak akan cukup. Aku ini lebih besar

darimu dan aku tidak akan merasa kenyang bahkan aku bisa kelaparan setiap

hari dan aku bisa mati”.

Mendengar ucapan tikus, cicakpun terdiam. Cicak merasa bahwa nasib

tikus sangat memprihatinkan, sangat berbanding terbalik dengan nasibnya.

Dan cicakpun merasa bersalah karena sudah merasa bahagia disaat

sahabatnya merasa kebingungan. Lalu cicak berkata “Lalu kau mau apa? Mau
bagaimana? Aku bersedia membantumu mencari bahan makanan untukmu

setiap hari”. Mendengar ucapan cicak, tikuspun berpikir dan menjawab “Aku

tidak tahu, aku pun bingung dengan nasibku sekarang. Di rumah ini hanya ada

aku, kau, dan nyamuk. Sedangkan aku tidak akan bisa bertahan hidup jika

hanya memakan nyamuk saja”. Lalu cicak menjawab “Apa maksudmu? Kau ingin

memakanku? Memakan semua keluargaku? Kau ingin menjadikan aku dan

semua saudaraku di rumah ini sebagai bahan santapanmu?”. Tikus dengan sigap

menjawab “Aku tidak akan memakanmu, tapi mungkin saudaramu”. Mendengar

ucapan tikus, cicakpun kecewa dengan sikap sahabatnya lalu berkata “Aku

sangat kecewa denganmu tikus. Kau rela memakan semua keluargaku? Kau tega

melakukannya padaku? Jika keluargaku kau jadikan santapanmu, maka

bagaimana nasibku? Aku tidak rela hal itu terjadi”. Tikus menjawab “Kau tidak

akan sendiri, ada aku yang menemanimu. Aku tidak akan memakanmu”. Lalu

cicak menjawab dengan cepat “Lalu, jika suatu hari semua keluargaku kau

habisi dan kau merasa lapar, apa yang akan kau lakukan selain memakanku?

Suatu hari kau pasti akan tega menghabisi aku. Aku yakin itu, kau memang

jahat tikus”. Tikuspun tidak bisa menjawab apa-apa, tikus hanya diam dan

memikirkan ucapan cicak.

Dengan rasa kecewa, cicakpun pergi meninggalkan tikus dan

menghampiri seluruh keluarganya. Cicak menyampaikan percakapannya dengan

tikus di depan seluruh keluarganya dan cicak mengajak keluarganya untuk

pindah dari rumah itu meninggalkan si tikus. Keluarganya pun setuju dan

merasa kecewa pada tikus yang selama ini sudah dianggap kerabat dekat

mereka. Hingga akhirnya cicak dan keluarganya pergi meninggalkan rumah

kosong dan tikus itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan tikus. Dan
tikuspun sadar setelah semalaman ia tidak melihat satupun cicak dirumah itu,

bahkan tikus merasa sangat kelaparan hingga akhirnya ia mati dan menjadi

santapan bagi nyamuk-nyamuk dirumah kosong itu.

Pesan moral yang dapat kita pelajari dari cerita dongeng di atas adalah ketika

kita hidup berdampingan dalam satu atap dengan orang lain ataupun keluarga

kita sendiri, maka berhati-hatilah dalam berbicara dan bertindak. Dan juga

jangan sampai kita tega menghabisi keluarga kita sendiri demi kesenangan diri

sendiri, hal ini sangat tidak baik justru akan membuat kita ditinggalkan oleh

keluarga kita. Dan jangan menganggap sepele hal sekecil apapun, karena kita

tidak ada yang tahu bagaimana nasib kita kedepannya. Hargailah hal-hal

sederhana di dalam hidup kita, maka kita akan hidup damai dan bahagia.

~TAMAT~

You might also like