You are on page 1of 93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional pendidikan, pada Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik.”

Tujuan Pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu / berprestasi, cakap, mandiri, dan

kreatif, serta menjadi manusia yang bertanggungjawab.

Kurikulum yang telah diperbaharui dengan kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan untuk tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan standar

kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan

1
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan.

Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan inti, yang berarti

keberhasilan tujuan pendidikan bergantung pada kegiatan belajar yang dilakukan

oleh para siswa atau peserta didik tersebut

Supaya tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai, dan supaya

memudahkan kegiatan belajar siswa, maka diperlukan kegiatan mengajar yang

aktif dan efektif, kreatif dan inovatif serta menyenangkan peserta didik. proses

Mengajar merupakan upaya menyediakan kondisi seoptimal mungkin bagi

terjadinya proses belajar. Sesungguhnya, guru dalam melakukan kegiatan

mengajar di sekolah tugasnya bukan hanya sebagai guru, atau yang hanya selalu

memerintah, dan bukan hanya sebagai pemberi berita, tetapi juga harus bisa

bertindak sebagai fasilitator dan motivator kepada peserta didik yang memberikan

petunjuk, bantuan, dorongan, dan kemudahan.

Sebaliknya dalam kegiatan belajar, peserta didik merupakan subyek

pokok, karena mereka yang membutuhkan, mereka yang tahu akan

kompetensinya, dan mereka pula yang menentukan hasil / prestasi yang akan

diperolehnya.Maka dalam kegiatan belajar, siswa tersebut tidak bisa meminta

orang lain untuk mengerjakan tugas-tugasnya sebagai peserta didik agar tujuannya

tercapai.

Mata pelajaran kimia pada konsep Unsur dan Senyawa identik dengan

eksperimen sebab sebuah teori memerlukan pembuktian empiris. Sebuah data

empiris dapat diakui validitas dan keterpercayaannya melalui serangkaian

2
eksperimen atau percobaan. Dalam kaitan ini Wismono (2004) mengungkapkan

bahwa penyajian bahan ajar untuk ilmu kimia sebaiknya dititikberatkan pada

pendekatan konsep dengan penekanan eksperimen untuk membuktikan kebenaran

empiris sebuah konsep.

Dibidang sains dan Teknologi termasuk di dalamnya ilmu kimia, kegiatan

eksperimen identik dengan istilah praktikum. Meskipun keduanya memiliki

perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak bersifat esensil. Praktikum berorientasi pada

upaya atau kegiatan pembuktian kebenaran sebuah konsep teori yang telah

dilakukan oleh orang lain di masa lalu dan kebenarannya sudah merupakan

kebenaran ilmiah. Artinya, konsep teoretis itu sudah dibuktikan secara berulang-

ulang melalui kajian empiris. Kegiatan praktikum dilakukan oleh siswa SMA

sebagai media pembelajaran. Para siswa tidak diarahkan untuk mengetes

kebenaran sebuah konsep tetapi melakukan praktik untuk meyakinkan mereka

bahwa konsep yang telah dikemukakan oleh pakar terdahulu memang benar.

Sebaliknya, kegiatan eksperimen bukan merupakan ajang untuk membuktikan

kebenaran sebuah konsep, tetapi mencoba sebuah konsep melalui langka-langkah

ilmiah untuk membuktikan apakah konsep itu terbukti atau tidak. Sebuah

eksperimen masih merupakan proses menuju tercapainya suatu kebenaran ilmiah.

Eksperimen harus dilakukan berulang-ulang untuk menentukan formulasi yang

paling tepat dalam mewujudkan kebenaran sebuah konsep teoritis.

Sebagai bagian dari ilmu eksakta, ilmu kimia mensyaratkan kegiatan

eksperimen dan atau praktikum menggunakan waktu yang lebih banyak dari

kegiatan teori. Seperti diketahui, bidang eksakta merupakan kajian yang menuntut

3
keterlibatan guru atau fasilitator yang dominan. Siswa tidak cukup hanya

diarahkan untuk memahami sebuah konsep melalui buku-buku teks. Buku teks

meskipun dapat memberikan informasi dalam jumlah besar, tetapi tidak bisa

dijadikan wadah untuk berkonsultasi sama seperti yang diemban dan diperankan

oleh guru.

Hal yang merupakan fenomena umum terjadi dibanyak sekolah, Juga

terjadi di SMK Negeri 1 Bandar Lampung. Beberapa hal yang lazim terjadi

pada pembelajaran kimia di SMK Negeri 1 Bandar Lampung adalah (1)

Teknik mengajar masih relatif monoton. Metode guru dalam menyampaikan

materi masih terbatas dengan metode ceramah, hanya mendikte atau

menuliskan catatan atau tugas siswa, demikian halnya pada saat pembahasan

soal-soal latihan. (2) Interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa yang

ada di SMK Negeri 1 Bandar Lampung termasuk lemah.. Hal yang

menyebabkan kegiatan kosultatif antara guru dan siswa untuk menyelesaikan

soal-soal yang berkategori sulit jarang terjadi. (3) Kimia masih dianggap

sebagai pelajaran yang menakutkan atau bahkan membosankan. Siswa-siswa

SMK Negeri 1 Bandar Lampung seringkali masih merasa kesulitan, ragu-ragu,

agak takut, dan kuatir salah jika menjawab pertanyaan dari guru, dan terlebih

lagi siswa malu untuk bertanya. Hal ini salah satu hal yang menyebabkan

disetiap jam pelajaran kimia siswa cenderung merasa enggan dan malas.

Situasi dan Keadaan sweperti ini jika dibiarkan akan menyebabkan

nilai mata pelajaran kimia akan semakin menurun dan gagal dalam

memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi

4
masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap

siswa melalui pengelolaan kelas yang menarik dan melibatkan siswa dalam

menemukan konsep.

Pengalaman peneliti sebagai guru kimia di SMK Negeri 1 Kebun Tebu

sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha semaksimal mungkin, mulai

dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan

metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata

membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Disetiap

kegiatan pembelajaran guru masih minim menggunakan alat bantu pembelajaran.

Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep-

konsep dasar kimia, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah

Pada kegiatan pra-siklus yang dilakukan dengan teman sejawat didapatkan

hasil sebagai berikut;

Tabel 1.1. Hasil belajar Pra-siklus di kelas X TKR A SMK Negeri 1

Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.

Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)


< 70 Tidak Tuntas 20 80%
≥ 70 Tuntas 5 20%
JUMLAH 25 100 %

Berdasarkan data pra-siklu pada tabel di atas, ternyta hasil belajar siswa hanya

20% siswa yang telah memiliki ketuntasan belajar, dan sisanya 80% belun

mencapai ketuntasan belajar sesuai yang telah ditetapkan yaitu memperoleh nilai

≥ 70. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga bisa mencapai ketuntasan

5
minimal 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70 digunkan model pembelajaran yang

aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, yaitu model pembelajaran jigsaw.

Dalam pengajaran ilmu-ilmu eksakta, kegiatan tatap muka antara siswa

dengan guru mencapai 75% sampai 85% dari seluruh alokasi waktu yang

disyaratkan. Siswa hanya diberi kesempatan untuk belajar mandiri,

mengidentifikasi dan menganalisis sendiri masalah-masalah yang berhubungan

dengan kajian eksakta dan sains selama rentang waktu antara 15 sampai dengan

25 menit. Hal itu ditempuh sebab kajian ilmu-ilmu eksakta bukan suatu yang

dapat direka-reka.

Pada situasi kondisi tertentu, beberapa guru bidang sains dan atau ilmu

eksakta bahkan tidak memberikan pengetahuan teoretik secara khusus.

Pengetahuan teori hanya diberikan sebagai pembuka kegiatan praktikum. Hal ini

dimaksudkan untuk menghemat waktu serta menekan biaya yang mungkin

diperlukan selama berlangsungnya proses belajar mengajar (PBM). Pengetahuan

teori yang diiringi pengalaman praktik secara simultan dapat menjadikan konsep

dan wawasan siswa terpatri secara apik dan mendalam. Pelaksanaan praktik

identik dengan pelibatan siswa dalam pembelajaran. Seiring dengan argumen ini,

Wardhaugh (1989:157) mengemukakan bahwa pelibatan siswa secara aktif dalam

PBM merupakan suatu yang sangat tepat. Ungkapannya yang terkenal adalah

“Tell me and I forget, teach me and I remember, and involve me and I learn”.

Kegiatan melibatkan siswa dalam PBM dapat diwujudkan melalui

berbagai teknik pembelajaran, tergantung pada karakteristik mata pelajaran itu

sendiri. Pada mata pelajaran kimia, metode pembelajaran bermain peran, diskusi

6
kelompok, kerja kelompok merupakan beberapa contoh kegiatan pembelajaran

yang sangat jigsaw.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan langkah-langkah yang

dapat dilaksanakan baik oleh siswa maupun guru. Bentuk dari tindakan guru

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa ini diwujudkan dengan memilih

Model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan Hasil Belajar

Siswa Dalam Proses Pembelajaran.

Penjelasan dan uraian diatas, telah memotivasi penulis untuk melakukan

penelitian tindakan keals tentang penerapan model pembelajaran jigsaw pada

konsep Unsur dan Senyawa di kelas X TKR A SMK Negeri 1 Kebun Tebu

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2019/2020. Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis mengambil judul

“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA

SISWA KELAS X TKR A SMK NEGERI 1 KEBUN TEBU SEMESTER

GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2020.

B. Identifikasi Masalah

Dalam proses penelitian tindakan kelas ini, didapat beberapa masalah yang

saling berkaitan satu sama lain, maka untuk memperjelas permasalahan, penulis

mengidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran Standar Kompetensi Memahami

Unsur dan senyawa,

7
2. Rendahnya motivasi belajar siswa, menyebabkan proses pembelajaran tidak

kondusif,

3. Hasil belajar siswa atau Prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi

Memahami unsur dan senyawa siswa masih rendah/tidak tuntas.

4. Adanya kecenderungan pada proses pembelajaran berlangsung hanya satu arah

saja, yaitu terpusat pada guru.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dalam Penelitian tindakan kelas ini, perlu dibatasi

ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, supaya pembahasannya tidak

terlalu luas dan melebar. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh

Winarno Surakhmad (1990:13) seperti berikut ini :

”Pembatasan masalah diperlukan untuk memudahkan atau menyederhanakan


masalah untuk menetapkan lebih dahulu sesuatu yang perlu dipecahkan
dengan dibatasi oleh keadaan, waktu, tenaga, kecakapan. Selain itu juga untuk
menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas”

Dalam hal ini, penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

1. Penelitian Tindakan kelas dilakukan pada siswa kelas X TKR A SMK

Negeri 1 Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020

2. Penelitian Tindakan kelas dibatasi pada penerapan model pembelajaran

jigsaw pada aspek kognitif Standar Kompetensi Memahami Unsur dan senyawa.

8
D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian Tindakan kelas ini dirumuskan sebagai

berikut :

“Apakah model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

Unsur dan Senyawa Kimia siswa kelas X TKR A SMK Negeri 1 Kebun Tebu

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran jigsaw pada konsep Unsur dan Senyawa.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model

pembelajaran jigsaw pada konsep Unsur dan Senyawa.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penilitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat meningkatkan wawasan pengetahuan penulis mengenai model

pembelajaran jigsaw, sehingga dapat lebih mengembangkan kompetensi/

kemampuan dan kreativitas penulis dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru

lain mengenai model pembelajaran jigsaw, sehingga dapat digunakan dalam

kegiatan mengajar alternatif dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar

siswa

9
3. Dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi SMA Negeri 1 Jabung agar

secara umum sekolah mampu meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.

4. Siswa dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar kimia.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Jigsaw

Dewasa ini banyak berkembang model-model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam peroses pembelajaran di kelas. Salah satunya adaalah model

pembelajaran Jigsaw. Model Pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran

kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini

didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada  model

pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student centered)  sangan dibutuhkan,

dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang

yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Pada Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa

kelompok belajar yang heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan

menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli.

Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota

kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar

belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar

terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok

ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok

11
asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik

yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang

ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain

untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi

dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi

yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian

kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa

yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok

ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn

diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap

anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap

siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya

para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan

saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah

yang biberikan.

Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur

seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model

pembelajaran Jigsaw, yaitu:

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

12
 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing

dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok

ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan

banyaknya kelompok.

13
o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan

topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua

topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Jigsaw (Model Team Ahli)

Kelebihan

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran

Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok

ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.

14
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

berbicara dan berpendapat.

Kelemahan

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol

jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar

memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota

kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian

baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai

tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli

secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,

agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini

guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa

yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Faktor Keberhasilan Model Pembelajaran Jigsaw

Faktor-faktor kunci keberhasilan yang harus diperhatikan dalam penerapan model

pembelajaran jigsaw adalah:

15
1. Positive interdependence. Setiap anggota kelompok harus memiliki

ketergantungan satu sama lain yang dapat menguntungkan dan merugikan

anggota kelompok lainnya.

2. Individual accountability. Setiap anggota kelompok harus memiliki rasa

tanggung jawab atas kemajuan proses belajar seluruh anggota termasuk

dirinya sendiri.

3. Face-to-face promotive interaction. Anggota kelompok melakukan interaksi

tatap muka yang mencakup diskusi dan elaborasi dari materi pembahasan.

4. Social skills. Setiap anggota kelompok harus memiliki kemampuan

bersosialisasi dengan anggota lainnya sehingga pemahaman materi dapat

diperoleh secara kolektif.

5. Groups processing and Reflection. Kelompok harus melakukan evaluasi

terhadap proses belajar untuk meningkatkan kinerja kelompok

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar pada dasamya merupakan proses interaksi individu dengan

lingkungannya. Hal ini dapat kita lihat secara formal bahwa siswa belajar di

sekolah, siswa akan berinteraksi dengan guru, dengan teman – temannya, dengan

buku – buku perpustakaan dan peralatan di dalam laboratorium, di rumah ia

berinteraksi dengan catatan – catatan kuliah, melaksanakan tugas yang diberikan

guru, dan dengan alam lingkungannya.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang

disengaja dan disadari oleh individu agar tercapai perubahan tingkah laku.

16
Perubahan tingkah laku tersebut berdasarkan Taxonomi Bloom (Nana Sudjana,

2002: 22) sebagai berikut :

1. Ranah kognitif, yang berkenaan dengan intelektual,

2. Ranah Afektif, yang berkenaan dengan sikap

3. Ranah Psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan.

Perubahan tingkah laku yang diharapkan para siswa kelas X TKR A SMK

Negeri 1 Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat secara

kompeten Memahami materi Unsur dan senyawa, baik aspek kognitif, afektif

maupun aspek psikomotoriknya.

2. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (1999:57)

mengemukakan bahwa: “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur – unsur manusiawi, Standar Kompetensial, fasilitas, perlengkapan,

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.

Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruangan saja. Sistem pembelajaran

dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah,

17
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang

saling berkaitan, untuk membelajarkan siswa.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, Oemar

Hamalik (1999:65) mengemukakan :

1) Rencana, ialah penataan keterangan, Standar Kompetensial, dan prosedur, yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.

2) Kesalingan tergantungan (interdependence), antara unsur – unsur sistem

pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial,

dan masing – masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia, seperti:

sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki

tujuan. Sistem alami (natural) seperti : sistem ekologi, sistem kehidupan hewan,

memiliki unsur – unsur yang memiliki ketergantungan satu sama lain, disusun

sesuai dengan rencana tertentu tetapi tidak mempunyai tujuan tertentu.

C. Keaktifan Belajar

Pengertian keaktifan yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2001:94)

adalah: “Suatu tindakan atau perbuatan dalam suatu kegiatan untuk mencapai

tujuan tertentu. Keaktifan juga merupakan proses berfikir dan berbuat dalam suatu

kegiatan untuk mengubah tingkah laku, sehingga diperoleh pengalaman belajar”.

Secara alami siswa mempunyai suatu kekuatan untuk memotivasi dirinya dalam

upaya melakukan kegiatan, karena anak merupakan suatu organisme yang mampu

18
berkembang dari dalam. Siswa harus dikondisikan untuk melakukan suatu

aktifitas berlajar, dalam kegiatan belajar mengajar, kegiatan berfikir dan berbuat

merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

1. Prinsip – Prinsip Keaktifan

Untuk melakukan suatu kegiatan, siswa akan mempertimbangkan berbagai

kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Setiap siswa mempunyai

keinginan untuk melakukan kegiatan yang akan menunjang proses belajarnya.

Keaktifan siswa dapat dipandang dari segi kejiwaan, karena dari segi pandang

kejiwaan akan diketahui prinsip keaktifan seorang subyek belajar, bila dipandang

dari ilmu jiwa, maka yang akan menjadi perhatian adalah komponen manusia

yang akan melakukan aktivitas dalam kegiatan belajar, dalam hal mi siswa dan

guru.

Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Sardiman A.M (2001:96) bahwa :

“Dengan melihat unsur kejiwaan seorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah

diketahui sebagaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu”.

2. Jenis-Jenis Keaktifan

Sekolah adalah suatu pusat kegiatan belajar, yang didalamnya terjadi

proses dan berbagai jenis kegiatan belajar. Banyak jenis keaktifan yang dapat

dilakukan siswa sebagai proses belajar.

Jenis – jenis keaktifan belajar tersebut menurut Paul D. Dierich (Oemar

Hamalik, 1999: 90) dapat digolongkan menjadi :

19
1) Kegiatan – kegiatan visual, misalnya : membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi, dan percobaan.

2) Kegiatan – kegiatan lisan, seperti : mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara,

diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan – kegiatan mendengarkan : mendengarkan penyajian, percakapan,

diskusi, musik, dan pidato.

4) Kegiatan – kegiatan menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, laporan, angket, membuat sketsa.

D. Hasil Belajar

Sebelum pada pengertian prestasi belajar itu sendiri, sebaiknya ditinjau

terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan hasil belajar. Pengertian hasil belajar

sebenarnya sangat luas karena tercakup di dalamnya perubahan dalam dalam segi

kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Nana Sudjana (2002: 22) “Hasil belajar

adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya”. Batasan tersebut cukup luas meliputi semua akibat dari

proses belajar yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah, belajar yang

bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor, yang disengaja maupun yang tidak

disengaja. Selain itu, hasil belajar dapat dilihat dari proses pengajaran.

Pengertian prestasi belajar tidak terlepas dari pengertian hasil belajar

mengajar, karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku akibat interaksi dengan lingkungan. Pencerminan perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari proses belajar mengajar disebut prestasi belajar. Sebagaimana

20
dikemukakan oleh M. Surya (1995: 174) bahwa seluruh kecakapan hasil capai

(achievement) yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan

dengan nilai – nilai prestasi belajar berdasarkan tes prestasi belajar.

Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar

yang dicapai. Di samping faktor kemampuan, juga ada faktor lain seperti motivasi

belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi , faktor fisik dan psikis. Prestasi belajar pada Standar Kompetensi fungsi

Integral merupakan seluruh kecakapan yang dicapi melalui proses belajar pada

tingkat aspek kognitif, psikomotorik dan afektif, yang dinyatakan dalam nilai –

nilai prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar.

E. Unsur, Senyawa dan Campuran

Penggolongan materi secara kimia itu lebih menekankan pada komposisi dan

struktur materi, seperti zat tunggal dan campuran. 

Berdasarkan sifat kimia, materi digolongkan menurut komposisi dan sifat materi.

1. Unsur

Unsur adalah zat murni yang tidak dapat diuraikan menajdi zat-zat lain yang

lebih sederhana dengan reaksi kimia sederhan dengan reaksi kimia biasa

(bukan reaksi nuklir). Unsur merupakan bahan dasar penyusun materi. Sampai

saat ini dikenal 112 macam unsur alam dan unsur buatan, baik berupa unsur

logam, maupun unsur nonlogam.

21
Unsur logam seperti besi, misalnya. Tersusun atas atom-atom besi. Sementara

unsur nonlogam seperti belerang, tersusun atas atom-atom belerang.

Unsur buatan semisal Eistenium merupakan unsur yang tidak stabil atau bersifat

radioaktif. Unsur-unsur yang terdapat di alam ditemukan dalam keadaan bebas

atau dalam keadaan bersenyawa dengan unsur lain membentuk suatu materi yang

sifatnya berbeda.

Unsur-unsur yang ditemukan dalam keadaan bebas di alam misalnya intan,

belerang, emas, dan gas helium.

 2. Senyawa

Berbeda dengan unsur, senyawa adalah zat murni yang dapat terurai dengan

reaksi kimia biasa membentuk zat-zat lain yang lebih sederhana. Senyawa

merupakan gabungan dua unsur atau lebih yang terdapat dalam suatu materi,

yang dihasilkan melalu reaksi kimia. Adapun contoh dari senyawa: minyak

bumi, karbohidrat, lemak, protein, kapur, dan banyak lagi yang lainnya.

Air tergolong senyawa, sebab dengan cara elektrolisis air dapat terurai menjadi

gas hidrogen dan gas oksigen, komposisi keduanya lebih sederhana daripada air.

Antara air, hidrogen dan oksigen, masing-masing memiliki sifat fisika dan sifat

kimia yang berbeda.

22
3. Campuran

Suatu materi yang tersusun atas dua atau lebih zat dengan komposisi tidak

tetap dan masih memiliki sifat-sifat zat asalnya dinamakan

campuran. Dengan kata lain, suatu jenis materi dikatakan campuran apabila

materi tersebut memiliki keragaman dalam komposisi dan sifat-sifat zat asalnya

masih tampak. Campuran dapat dikenal secara langsung disebabkan keragaman

komponen penyusunnya. Walaupun demikian, kadang-kadang komponen

penyusun campuran demikian halus, sehingga bila diamati tanpa bantuan alat

mikroskop sukar dibedakan komponen-komponen penyusunnya.

Campuran dapat digolongkan ke dalam campuran serbaneka (heterogen) dan

campuran serbasama (homogen).

23
Suatu campuan dikatakan homogen apabila keseluruhan materi penyusun

campuran itu tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, tetapi sifat

masing-masing komponen penyusunnya masih tampak.

Misalnya air teh manis yang merupakan campuran dari air, teh dan gula. Dari

sudut pandang manapun kita amati, air teh manis itu tampak homogen. Baik

warna, rasa, maupun kekentalannya, sehingga, dari dalam satu gelas tersebut, kta

tidak dapat membedakan mana bagian yang merupakan teh, air, atau gula. Tetapi

sifat dari masing-masing komponennya masih ada, seperti rasa manis dari gula

warna merah dari teh, atau wujud cair yang berasal dari sifat fisika air.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kebun Tebu pada siswa kelas X

TKR A SMK Negeri 1 Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2019/2020, yang beralamat di Jalan P. Morotai No. 33 Tlpn (0721) 252910

Fax (0721) 268503 Jagabaya III Kec. Way Halim Bandar Lampung, dengan

jumlah siswa sebanayak 25 siswa.

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Tanggal 1 Agustus

sampai 31 Oktober 2019, dan dengan pembagian waktu dari siklus I sampai siklus

III dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

25
Tabel 3.1. Jadwal PTK pada Tahun Ajaran 2019/2020

Bulan/Tahun 2020
No Unsur Kegiatan Agustus September Oktober
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Identifikasi masalah √
2 Mengajukan ijin kepala sekolah √
3 Pembuatan RPP √ √
4 Alat/ instrument penelitian √
5 Pengadaan media pembelajaran √ √
6 Pertemuan teman sejawat √

7 Pelaksanaan siklus I √ √
8 Pelaksanaan siklus II √ √
9 Pelaksanaan siklus III √ √
10 Penulisan laporan PTK √
11 Revisi laporan PTK √
12 Seminar PTK √
12 Laporan PTK √

Tabel 3.2. Rancangan kegiatan masing-masing siklus

Alokasi
No Tanngal Siklus Pert Materi
Waktu

1. 27 Agustus I 1 Nama Unsur dan 3 JP


2019 Lambang Unsur (3 x 45
menit)
2 Unsur di alam 3 JP
3 September (3 x 45
2019 menit)

26
2. 10 September II 1 Atom dan Ion 3 JP
2019 (3 x 45
menit)
2 Senyawa 3 JP
17 September (3 x 45
2019 menit)

3. 24 September III 1 Rumus Kimia 3 JP


2019 (3 x 45
menit)
1 Oktober 2 Persamaan Reaksi 3 JP
2019 (3 x 45
menit)

C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem

yang berkesinambungan karena proses kegiatan pembelajaran awal akan

berpengaruh pada proses pembelajaran berikutnya dan kegiatan ini berlangsung

terus menerus sampai kegiatan tersebut selesai.

Adapun tahapan penelitian secara lebih rinci pelaksanaan PTK dapat

dilihat pada bagan 3.1 berikut:

27
Adapun rencana tindakan dalam PTK ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap perencanaan meliputi :

a) Menetapkan jumlah siklus, yaitu 3 siklus penelitian.

b) Menetapkan sumber data penelitian adalah seluruh siswa pada kelas yang akan

digunakan sebagai kelas penelitian, yaitu kelas X TKR A SMK Negeri 1

Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.

c) Menetapkan model pembelajaran, yaitu model pembelajaran jigsaw.

d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), meliputi kriteria unjuk

kerja, skenario pembelajaran, produk pembelajaran, persiapan tes yaitu bentuk

pilihan ganda.

28
e) Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang

telah disiapkan sebelunmya dimana observasi dilakukan oleh dua orang

observer dan dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

f) Menetapkan jenis data dan pengumpulan data, yang diperoleh dari hasil

observasi, wawancara dan catatan lapangan.

Tahap perencanaan ini berlaku pada tahap perencanaan pembelajaran pada

siklus I, II dan siklus ke III.

2. Tahapan Pelaksaan dan observasi

Pada tahap ini disajikan tindakan untuk tiga siklus, secara rinci dijelaskan

sebagai berikut :

Siklus Pertama

a) Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi :

1) Melakukan tahap pembinaan keakraban antar siswa dan guru dengan

siswa. Membagi siswa kedalam kelompok belajar dimana masing –

masing beranggotakan 4 dan 5 orang siswa untuk setiap kelompok.

2) Tahap identifikasi kebutuhan, sumber dan kemungkinan hambatan.

Tahapan ini siswa di dorong untuk menyatakan kebutuhan belajar yang

mereka rasakan penting berupa pengetahuan, keterampilan. Pengetahuan

dan keterampilan tersebut disini adalah kompetensi Memahami unsur dan

senyawa yang terdapat dalam kurikulum 2013. Sumber pembelajaran

antara lain : Buku Kimia untuk Kelas X SMK.

29
3) Tahap Perumusan tujuan belajar. Tahapan ini, siswa diikut sertakan dalam

merumuskan tujuan belajar. Tujuan belajar disini adalah tujuan dari

Standar Kompetensi Memahami Unsur dan senyawa.

4) Tahap penyusunan program kegiatan belajar. Tahapan ini merupakan

penyusunan komponen program mencakup antara lain bahan / Standar

Kompetensi yang terdapat dalam RPP, yaitu Standar Kompetensi

pembelajaran, metode pembelajaran (Model Pembelajaran jigsaw,

ceramah, diskusi dan tanya jawab), fasilitas dan sarana relajar.

5) Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan metode ceramah,

tanya jawab dan diskusi, dengan Standar Kompetensi pengertian

Memahami Unsur dan senyawa.

6) Diakhir pembelajaran siswa diberikan soal tes.

b) Pelaksanaan observasi, tahapan ini termasuk pada tahap penilaian proses,

hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan pada

saat pembelajaran berlangsung. Peneliti melakukan pengamatan dengan

dibantu oleh seorang observer yang telah memperoleh pedoman lembar

observasi. Observer mengamati 2 kelompok. Guru mata pelajaran mengamati

proses terjadinya kegiatan pembelajaran.

Tahapan – tahapan diatas mencakup untuk pembelajaran pada siklus kedua

dan siklus ke tiga, namun perbedaan yang terjadi di setiap siklus adalah

Kompetensi Dasar yang disampaikan, tetapi tetap dalam ruang lingkup

Memahami Unsur dan Senyawa

30
Siklus Kedua

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini merupakan

tindakan lanjutan yang telah di susun pada tahap I berdasarkan hasil refleksi

tindakan pembelajaran pada siklus pertama. Hasil dari refleksi tersebut merupakan

saran atau kritik perbaikan baik mengenai media, metode pembelajaran, untuk

menyusun rencana pembelajaran pada tindakan kedua untuk siklus kedua. Adapun

pelaksanaan proses pembelajaran siklus ke II meliputi :

1) Membagi siswa kedalam kelompok – kelompok yang telah ditentukan pada

pembelajaran siklus pertama

2) Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan Standar Kompetensi

Memahami Unsur dan Senyawa. Metode yang terapkan adalah metode diskusi

dan tanyajawab.

3) Diakhir pembelajaran siswa diberikan soal.

4) Pelaksanaan observasi, akan dilakukan oleh dua orang pengamat dan

dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan guna

mengumpulkan data.

Siklus Ketiga

Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga akan dilaksanakan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua, sampai permasalahan terselesaikan

sesuai waktu yang telah dialokasikan. Adapun pelaksanaan proses pembelajaran

siklus ke III meliputi :

31
1) Membagi siswa kedalam kelompok – kelompok yang telah ditentukan pada

pembelajaran siklus kedua

2) Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran mengenai Memahami Unsur

dan senyawa.

3) Diakhir pembelajaran, siswa diberikan soal post test

4) Pelaksanaan observasi, akan dilakukan oleh dua orang pengamat dan

dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan guna

mengumpulkan data.

3. Pelaksanaan refleksi

Pelaksaanaan reflkeksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan

observasi pada tiap siklus. Tujuannya adalah mengkaji / menganalisis data yang

diperoleh dari proses tindakan dan observasi, yang akan dijadikan sebagai bahan

perbaikan perencanaan pembelajaran untuk tindakan pada siklus berikutnya.

Pelaksanaannya didilakukan oleh peneliti bersama dengan observer dan guru mata

pelajaran Kimia.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sangat

tergantung pada jenis data yang diinginkan oleh peneliti. Hal ini berhubungan

dengan cara yang lazim dikembangkan para peneliti untuk mengumpulkan data.

Perlunya penulis menggunakan instrumen atau alat yang dapat digunakan

sebagai pengumpul data dalam penelitian dimaksudkan agar data yang diperoleh

lebih akurat. Pengumpulan data atau informasi merupakan prosedur penelitian dan

32
merupakan prasyarat bagi pelaksanaan pemecahan masalah penelitian.

Pengumpulan data ini diperlukan cara – cara dan teknik tertentu sehingga data

dapat terkumpul dengan baik. Penulis menggunakan alat pengumpul data sebagai

berikut :

a. Observasi , yakni pengamatan pada tingkah laku pada suatu situasi tertentu

b. Wawancara, ialah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan

yang diwawancarai.

c. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan penelaahan

dokumen – dokumen tentang segala aktivitas atau kegiatan.

d. Tes tertulis, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan soal kepada

siswa di setiap siklusnya untuk mengetahui prestasi belajar.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat Pengumpulan data atau instrumen penelitian yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Soal Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk objektif. Bentuk ini

diambil karena bahan Standar Kompetensi fungsi Integral memerlukan soal yang

dapat mewakili isi dan luas bahan Standar Kompetensi sebagaimana Suharsimi

Arikunto (1993: 164) mengatakan bahwa test objektif lebih representatif mewakili

isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur – unsur

subjetif baik segi siswa maupun segi guru yang memeriksa. Tes ini dilaksanakan

setiap akhir pembelajaran pada siklus I, II dan siklus III.

33
b. Lembar Observasi.

Observasi dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran langsung

mengenai aktivitas siswa dan suasana pembelajaran selama berlangsungnya

proses pembelajaran pada Standar Kompetensi Memahami Unsur dan senyawa

dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw.

c. Pedoman wawancara dengan dengan guru

Wawancara (interview), adalah suatu cara pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbemya. Wawancara ini

digunakan unuk mengetahui hal – hal dan responden secara lebih mendalam.

Wawancara dilakukan terhadap guru baik sebelum tindakan maupun setelah

tindakan pembelajaran.

d. Dokumentasi

Studi dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dan tempat

penelitian, meliputi buku – buku yang relevan, peraturan – peraturan, laporan

kegiatan, foto – foto, film dokumentasi, data yang relevan penelitian.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kebun Tebu

1. Letak Sekolah

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kebun Tebu yang

beralamat di Jln.. A. Bandaniji Suja'i Tribudisyukur No.Tlpn 07243202567 Kotak

Pos 07243202567 Kec. Kebun Tebu Lampung Barat selama lebih kurang tiga

bulan yaitu dari Tanggal 1 Agustus sampai dengan 1 Oktober 2019.

Berdasarkan kesepakatan antara peneliti (kepala Sekolaah) dan Guru.

Jadwal rencana tindakan dilaksanakan pada Hari Sabtu. Dalam pelaksanaan

tindakan sebagai peneliti ditemani teman sejawat yaitu zguu kimia lain dari

SMK Negeri 1 Kebun tebu

a. Profil Penulis

a. Nama : MULKIYAN, S.Pd

b. N I P : 19690420 199512 1 003

c. Tempat/Tgl Lahir : Kebun Tebu, 20 April 1969

d. Pangkat Golongan : Pembina Tingkat I, IVb

e. Jabatan : Guru Madya

f. Unit Kerja : SMKNegeri 1 Kebun Tebu

35
b. Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMK N 1 Kebun Tebu
2 NIS/NPSN : 321120405003 / 10803529
3 Jenjang Pendidikan : SMK
4 Status Sekolah : Negeri
Jln. A. Bandaniji Suja'i Tribudisyukur No.Tlpn
07243202567 Kotak Pos 07243202567 Kec.
5 Alamat Sekolah : Kebun Tebu Lampung Barat
RT / RW : 02 / 13
Kode Pos : 34871
Kelurahan : Tribudisyukur
Kecamatan : Kebun Tebu
Kabupaten/Kota : Kab. Lampung Barat
Provinsi : Prov. Lampung
Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : -4,9358715 Lintang Lintang -5
105,5369182 Bujur Bujur 105
3. Data Pelengkap              
7 SK Pendirian Sekolah : 13a/O/1998
8 Tanggal SK Pendirian : 29 Januari 1998
9 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
10 SK Izin Operasional :  B/410/KTPS/II.01/2011
11 Tgl SK Izin Operasional : 2011-07-11
12 Kebutuhan Khusus Dilayani :  
13 Nomor Rekening :  0603-01-002730-50-0
14 Nama Bank : BRI
15 Cabang KCP/Unit : Liwa
16 Rekening Atas Nama : SMKN 1 Kebun Tebu
17 MBS : Ya
18 Luas Tanah Milik (m2) : 10.000
19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0
20 Nama Wajib Pajak : SMK N 1 Kebun Tebu
21 NPWP : 00.531.385.3.326.000
3. Kontak Sekolah
20 Nomor Telepon : 07243202567
21 Nomor Fax :  
22 Email : smkn1kebuntebu@gmail.com
23 Website :  
4. Data Periodik
24 Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari

36
25 Bersedia Menerima Bos? : Ya
26 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
27 Sumber Listrik : PLN
28 Daya Listrik (watt) : 45 000
29 Akses Internet : Lainnya (Serat Optik)
30 Akses Internet Alternatif : Telkomsel Flash
5. Sanitasi
31 Kecukupan Air : Cukup
32 Sekolah Memproses Air : Tidak
Sendiri
33 Air Minum Untuk Siswa : Tidak Disediakan
34 Mayoritas Siswa Membawa : Ya
Air Minum
35 Jumlah Toilet Berkebutuhan : 1
Khusus
36 Sumber Air Sanitasi : Sumur terlindungi
37 Ketersediaan Air di : Ada Sumber Air
Lingkungan Sekolah
38 Tipe Jamban : Leher angsa (toilet duduk/jongkok)
39 Jumlah Tempat Cuci : 1
Tangan
40 Apakah Sabun dan Air : Ya
Mengalir pada Tempat Cuci
Tangan
41 Jumlah Jamban Dapat : Laki-laki Perempuan Bersama
Digunakan 1 1 1
42 Jumlah Jamban Tidak Dapat : Laki-laki Perempuan Bersama
Digunakan 0 0 0

2. Visi Misi SMK Negeri 1 Kebun Tebu

Untuk mewujudkan harapan, SMK Negeri 1 Kebun Tebu menetapkan


Visi sekolah “Menjadi sekolah yang memiliki keunggulan sehingga
dipercaya oleh masyarakat dan menjadi sekolah yang favorit”. Visi
tersebut merupakan tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek. Visi tersebut menjiwai warga SMK Negeri 1 Kebun Tebu untuk
selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai
tujuan sekolah. Selain itu visi tersebut juga mencerminkan profil dan
cita-cita sekolah.

37
Untuk mencapai visi tersebut, perlu dirumuskan suatu misi berupa
kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan
misi yang dirumuskan berdasarkan visi tersebut.

a. Menegakkan disiplin sekolah

b. Meningkatkan proses belajar mengajar untuk mencapai prestasi

akademis maupun non-akademis yang tingi

c. Secara bertahap menyukupi sarana dan prasana pendidikan

d. Secara bertahap meningkatkan kesejahteraan guru dan

karyawan.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting dalam


pendidikan agar dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. SMK Negeri 1 Kebun Tebu. Sarana dan prasarana yang
dimiliki adalah sebagai berikut:

Tabel 1 . Sarana dan Prasarana SMK Negeri Bandar Lampug Tahun


pelajaran 2021/2022
No Jenis Ruangan Jumlah Luas (m²) Keterangan
1 Ruang Kelas 27 8x8 Baik
2 Ruang Lab Komputer 1 8x8 Baik
3 Ruang Lab IPA 2 8x8 Baik
4 Ruang Lab Bahasa 1 8x8 Baik
5 Ruang UKS I 4x4 Baik
6 Ruang BP/BK 1 4x4 Baik
7 Ruang Kepala Sekolah 1 6x6 Baik
8 Ruang Guru 1 10x10 Baik
9 Ruang Perpustakaan 1 11x11 Baik
10 Kamar Mandi Siswa 9 2x2 Baik
11 Kamar Mandi Guru 4 2x2 Baik
12 Ruang TU 1 7x7 Baik
13 Ruang OSIS 1 5x5 Baik
14 Koperasi 1 7x7 Baik
15 Kantin 9 7x7 Baik
16 Musolla 1 8x8 Baik

38
17 Lapangan Basket 1 28x15 Baik
18 Lapangan Sepak Bola 2 120x90 Baik
19 Tempat Parkir 1 11x11 Kurang Baik
Sumber: Sarana dan Prasarana SMK Negeri 1 Kebun Tebu Tahun
2021

Sarana dan prasarana yang dijabarkan di atas, sebagian besar sudah


memenuhi kualitas yang baik sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di
SMK Negeri 1 Kebun Tebu. Diantara sarana dan prasarana diatas, yang kurang
baik yaitu tempat parkir, karena sebagian besar siswa SMK Negeri 1 Kebun
Tebu. membawa kendaraan bermotor sedangkan tempat parkir yang sediakan
belum mampu menapung semua kendaraan

siswa. Karena belum mampu menampung semua kendaraan, seringkali


kendaraan sampai parkir di lapangan basket, sehingga sering mengganggu proses
kegiatan belajar mengajar mata pelajaran olahraga.

Peran dan fungsi komite sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di


kedua SMK Negeri 1 Kebun Tebu, usaha yang ditempuh dengan pemanfaatan
lingkungan fisik dan sosial, meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran serta peningkatan kualitas guru.
Bentuk kerjasama komite sekolah dengan warga sekolah yang dilakukan yaitu :
mengadakan diskusi tentang pengelolaan dana sekolah, insentif guru dan tenaga
tidak tetap atau honorer, memberikan arahan kepada siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung, memberikan semangat kepada guru untuk berkompetisi,
optimalisasi peran dan fungsi komite sekolah diupayakan secara sungguh-
sungguh SMK Negeri 1 Kebun Tebu.

4. Guru SMK Negeri 1 Kebun Tebu

39
Para guru di SMK Negeri Bandar Lampug mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda. Tetapi di SMK Negeri 1 Kebun Tebu setiap guru
mempunyai tugas yang sama yaitu mendidik anak agar menjadi manusia yang
berkarakter yaitu manusia yang bermoral dan mampu menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab, serta dapat melestarikan alam dan lingkunga sekitarnya.
Guru di SMK Negeri 1 Kebun Tebu diharapkan dapat membangun jiwa keingin
tahuan anak

melalui mata pelajaran yang mereka berikan. Sesuai dengan pendekatan


konstruktivisme dalam Rifa’i (2009:228) bahwa pendidik harus menyesuaikan diri
dengan peran sebagai fasilitator yang bertugas membantu peserta didik
memperoleh pemahaman tentang isi pelajaran dengan menampilkan berbagai
keterampilan, mengajukan pertanyaan, mendukung belajar dari belakang,
berdialog dengan peserta didik, serta memberikan pedoman dan menciptakan
lingkungan yang mendorong peserta didik membuat kesimpulan sendiri.

5. Siswa SMK Negeri 1 Kebun Tebu


Siswa SMK Negeri 1 Kebun Tebu kebanyakan berasal dari kec. Kebun
Tebu dan sekitarnya (sesuai Zonasi). Di SMK Negeri 1 Kebun Tebu selain
memperhatikan hasil belajar siswa mempunyai tujuan kepada siswanya yaitu;
disiplin sekolah ditegakkan dan ditingkatkan untuk berpegang pada pedoman yang
sudah baku dan ditangani secara khusus oleh penegak disiplin, peningkatan
prestasi akademik yang dilakukan terus menerus dengan cara menetapkan target
daya serap minimal yang harus dicapai dari semester ke semester dan dari tahun
ke tahun, peningkatan prestasi non akademik yang ditingkatkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler, peningkatan sarana dan prasarana secara bertahap dan terus
menerus.

Dengan tujuan SMK Negeri 1 Kebun Tebu tersebut selain siswa belajar untuk

memperoleh ilmu pada proses belajar mengajar yaitu untuk menegakkan

kedisiplinan pribadi yang ditetapkan sesuai dengan tujuan SMK Negeri 1 Kebun

Tebu dan memperoleh pengetahuan selain akademik dan non akademik .

40
B. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

bertujuan untuk perbaikan pembelajaran Memahami Unsur dan senyawa dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw di kelas X TKR A SMK Negeri 1

Kebun Tebu Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 melalui 3 siklus.

1. Siklus I

Pertemuan Pertama: Nama unsur dan lambang unsur

Dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2019

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

41
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

42
 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus 1, aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa pada

pertemuan pertama siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 10 siswa

dari 25 siswa yang hadir atau 40 % sedangkan 60% tidak aktif.

Kekurangaktifan beberapa orang siswa tersebut dikarenakan mereka

cenderung diam pada saat pembelajaran. Selain itu terdapat beberapa

orang siswa yang melakukan kegiatan mengganggu temannya.

Tabel 4.1. Lembar Penilaan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I Pertemuan
Pertama
Aktivitas Siswa
Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

N. Rata 2
bertanya

No Nama Siswa
Inisiatif

1 Ana Devia 3 3 3 3 3

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3

4 Devi Afritasari 3 3 3 3 3

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 2

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

8 Dwi Putri Cahyaningsih 3 4 2 2 2,75

43
9 Enti Eristina 3 3 4 4 3,5

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 2,75

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,25

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 2

14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 2 3

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

19 Melvin Destiana 3 4 3 2 3

20 Novi Dwi Setyaningrum 2 3 4 2 2,75

21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,25

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 4 4 3,5

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3

Jumlah siswa aktif 10 orang (40%)


Jumlah siswa tidak aktif 15 orang (60%)

Kriteria :

1 = tidak baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik
4 = baik
Kriteria keaktifan, jika rata-rata :

1 > x < 2,5 = kurang aktif


2,5 > x < 3,25 = cukup aktif
3,25 > x < 4,5 = aktif

44
b. Hasil Kerja Kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus 1 pertemuan pertama

diperoleh hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 8%, sedang

60% dan kurang aktif sebesar 32%. Siswa yang bertanggung jawab dalam

diskusi katagori baik 16% sedang 52% dan kurang 32%. Siswa yang senang

berkompetisi katagori baik sebesar 8%, sedang 48% dan kurang sebesar 36%.

Sedangkan siswa yang disiplin katagori baik sebesar 20%, sedang 52% dan

kurang sebesar 28%.

Tabel 4.2.Lembar Penilaian Hasil Kerja Kelompok Siswa pada Siklus I


Pertemuan Pertama

Pertemuan 1
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
a b c a b c
1 Inbteraksi antara siswa 2 15 8 8% 60% 32%

2 Tanggung jawab 4 13 8 16% 52% 32%

3 Senang kompetisi 2 14 9 8% 48% 36%

4 Disiplin 5 13 7 20% 52% 28%

2) Refleksi

Pada akhir siklus I pertemuan pertama diperoleh bahwa aktifitas dan hasil

belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

Hal ini disebabkan karena guru sudah berusaha namun belum optimal

dalam pengolahan pembelajaran, oleh karena itu kelemahan di pertemuan

pertama perlu diperbaiki pada pertemuan kedua

45
Pertemuan Kedua

Dilaksanakan pada tanggal 3 September 2019 dengan materi Unsur-unsur di

alam

1) Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Menyiapkan media pembelajaran.

c. Membimbing siswa dalam KBM.

d. Mengadakan evaluasi

2) Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

46
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

47
 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

3). Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus 1, aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa pada pertemuan kedua siswa yang

melakukan aktivitas sebanyak 16 siswa dari 25 siswa yang hadir atau 64%

sedangkan 36% tidak aktif. Kekurangaktifan beberapa orang siswa tersebut

dikarenakan mereka cenderung diam pada saat pembelajaran. Selain itu terdapat

beberapa orang siswa yang melakukan kegiatan mengganggu temannya.

Tabel 4.3. Lembar PenilaIan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I Pertemuan
Kedua

Aktivitas Siswa
Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

N. Rata 2

No Nama Siswa
bertanya
Inisiatif

1 Ana Devia 3 3 4 3 3,75

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3,75

4 Devi Afritasari 3 3 4 3 3,5

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 3,75

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

48
8 Dwi Putri Cahyaningsih 3 4 2 2 3,75

9 Enti Eristina 3 3 3 3 3

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 2,75

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,5

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 2,0

14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 2 3

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

19 Melvin Destiana 3 4 3 2 3

20 Novi Dwi Setyaningrum 2 3 4 2 2,75

21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,5

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 4 4 3,5

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3,5

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3,5

Jumlah siswa aktif 16 siswa (64%)


Jumlah siswa tidak aktif 9 siswa (36%)
Kriteria :

1 = tidak baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik
4 = baik
Kriteria keaktifan, jika rata-rata :

1 > x < 2,5 = kurang aktif

2,5 > x < 3,25 = cukup aktif

3,25 > x < 4,5 = aktif

49
b. Hasil Kerja Kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus 1 pertemuan 2 diperoleh

hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 16%, sedang 64% dan kurang

aktif sebesar 20%. Siswa yang bertanggung jawab dalam diskusi katagori baik

32% sedang 44% dan kurang 24%. Siswa yang senang berkompetisi katagori

baik sebesar 16%, sedang 60% dan kurang sebesar 24%. Sedangkan siswa yang

disiplin katagori baik sebesar 20%, sedang 64% dan kurang sebesar 16%. Selama

proses pembelajaran berlangsung menunjukkan adanya peningkatan keaktifaan

siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi dari pertemuan 1 ke pertemuan 2..

Tabel 4.4. Lembar Penilaan Hasil kerja kelompok Siswa pada Siklus I
Pertemuan Kedua

Pertemuan 2
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
a B C a b c
1 Inbteraksi antara siswa 4 16 5 16% 64% 20%

2 Tanggung jawab 8 11 6 32% 44% 24%


3 Senang kompetisi 4 15 6 16% 60% 24%
4 Disiplin 5 16 4 20% 64% 16%

c. Hasil Belajar Siswa

Dari data hasil belajar siswa pada siklus I pada konsep Nama Unsur, Lambang

Unsur dan Unsur di alam yang diperoleh dari tes siklus I. menunjukkan siswa

yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 15 orang dari 25 orang atau 60%. Hal ini

berarti masih 10 orang atau 40% siswa yang hasil belajarnya kurang dari 70.

50
Pada umumnya siswa yang memperoleh nilai rendah adalah siswa yang

aktifitasnya rendah. Hasil siklus I belum memenuhi indicator keberhasilan yang

diharapkan yaitu 80% siswa yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan 70.

Tabel 4.5. Hasil Tes dengan model Pembelajaran Jigsaw pada Siklus 1

Siklus 1
No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1 Ana Devia 70 70 Tuntas
2 Andi Andrianto 70 60 Tidak tuntas
3 Aprina Widiani 70 75 Tuntas
4 Devi Afritasari 70 75 Tuntas
5 Dimas Krisnada 70 78 Tuntas
6 Dimas Wicaksono 70 55 Tidak tuntas
7 Dinar Setawan Yogie 70 60 Tidak Tuntas
8 Dwi Putri Cahyaningsih 70 75 Tuntas
9 Enti Eristina 70 75 Tuntas
10 Erni Wahyuningsih 70 78 Tuntas
11 Febri Bagas Putra 70 55 Tidak tuntas
12 Galang sakapristiwa 70 70 Tuntas
13 Gufron Irfangi 70 55 Tidak tuntas
14 Ida Nurhayani 70 50 Tidak tuntas
15 Iin Winda Rosinta 70 55 Tidak tuntas
16 Lulu Ul Mukaromah 70 78 Tuntas
17 M.Anwar Nawawi 70 60 Tidak tuntas
18 Melin Anisa 70 75 Tuntas
19 Melvin Destiana 70 55 Tidak tuntas
20 Novi Dwi Setyaningrum 70 70 Tuntas
21 Nur Syaiful Hudin 70 78 Tuntas
22 Nur Takiman 70 80 Tuntas
23 Nurhalim Sidiq 70 78 Tuntas
24 Rika Andriyani 70 65 Tidak Tuntas
25 Rina Gustia 70 70 Tuntas

Siswa yang tuntas = 15 x 100 % = 60 %


25
Siswa yang tidak tuntas = 10 x 100 % = 40 %
25

51
3). Refleksi

Pada akhir siklus I diperoleh bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa belum

memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan

karena guru sudah berusaha namun belum optimal dalam pengolahan

pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan observer terdapat beberapa

hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang diamati yaitu :

a. Guru belum maksimal dalam mengkondisikan kelas

b. Guru kurang memberikan waktu kepada siswa untuk

memperhatikan Standar Kompetensi pelajaran.

Kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran juga terjadi pada siswa, seperti:

a. Dalam kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang ribut dan

tidakmemperhatikan penjelasan guru.

b. Sebagian besar siswa belum memahami Standar Kompetensi yang

disampaikan guru.

c. Siswa kurang aktif bertanya kepada guru.

Oleh karena itu dari hal-hal yang kurang baik diatas, perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pengerjaan Memahami unsur-unsur di alam, perbaikan yang harus

dilakukan siklus II adalah sebagai berikut :

a. Guru dapat mengkondisikan kelas

b. Guru memberikan motivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam

pengerjaan Memahami unsur dan senyawa.

52
c. Guru membimbing siswa dalam pengerjaan Memahami unsur dan

senyawa

Kegiatan pada siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gb.4.1. Guru Peneliti ditemani teman sejawat dalam kegiatan


pendahuluan (Guru memberi pertanyaan apersepsi, motivasi dan
pengkondisian kelas).

Gb.4.2. Guru memberi bimbingan pada salah satu kelompok yang


mengalami kesulitan.

53
Gb.4.3. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

Gb.4.4. Peneliti mengakhiri pelajaran dengan memberikan post tes.

Siklus II

Pertemuan Pertama: Atom dan Ion

Dilaksanakan pada tanggal 10 September 2019

3) Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Menyiapkan media pembelajaran.

c. Membimbing siswa dalam KBM.

d. Mengadakan evaluasi

4) Tindakan

54
Langkah-langkah pembelajaran

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

55
o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

5) Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

56
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus II, aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa pada

pertemuan ketiga siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 17 siswa

dari 25 siswa yang hadir atau 68% sedangkan 32% tidak aktif.

Kekurangaktifan beberapa orang siswa tersebut dikarenakan mereka

cenderung diam pada saat pembelajaran..

Tabel 4.6. Lembar Penilaan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Pertemuan
Pertama
Aktivitas Siswa

Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

No Nama Siswa

bertanya
Inisiatif

. Rata 2
1 Ana Devia 3 3 4 3 3,75

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3,75

4 Devi Afritasari 3 3 4 3 3,5

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 3,75

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

8 Dwi Putri Cahyaningsih 3 4 2 2 3,75

9 Enti Eristina 3 3 4 4 3,5

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 3,5

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,5

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 2,0

14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 2 3

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

57
19 Melvin Destiana 3 4 3 2 3

20 Novi Dwi Setyaningrum 2 3 4 2 2,75

21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,5

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 3 3 3

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3,5

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3,5

Jumlah siswa aktif 17 siswa (68%)


Jumlah siswa tidak aktif 8 siswa (32%)

Kriteria :

1 = tidak baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik
4 = baik
Kriteria keaktifan, jika rata-rata :

1 > x < 2,5 = kurang aktif

2,5 > x < 3,25 = cukup aktif

3,25 > x < 4,5 = aktif

b. Hasil kerja kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus II pertemuan 1 diperoleh

hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 44%, sedang 60% dan kurang

aktif sebesar 12%. Siswa yang bertanggung jawab dalam diskusi katagori baik

48% sedang 52% dan kurang 16%. Siswa yang senang berkompetisi katagori

baik sebesar 48%, sedang 52% dan kurang sebesar 20%. Sedangkan siswa yang

disiplin katagori baik sebesar 32%, sedang 56% dan kurang sebesar 12%. Selama

58
proses pembelajaran berlangsung menunjukkan adanya peningkatan keaktifaan

siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi dari siklus 1 pertemuan 1 dan 2

Tabel 4.7. Lembar Penilaan Hasil kerja kelompok Siswa pada Siklus II
Pertemuan Pertama

Pertemuan 1
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
a b c a b c
1 Inbteraksi antara siswa 8 15 2 32% 60% 8%

2 Tanggung jawab 10 12 3 40% 48% 12%


3 Senang kompetisi 9 11 5 36% 44% 20%
4 Disiplin 8 14 3 32% 56% 12%

Pertemuan Kedua

Dilaksanakan pada tanggal 17 September 2019 :

Materi Senyawa

1) Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tahap perencanaan dimulai dengan membuat rencana pembelajaran

(RP) dengan Standar Kompetensi Memahami hukum-hukum dasar

kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (Stoikiometri).

a. Menyiapkan media pembelajaran .

b. Membimbing siswa dalam KBM.

c. Mengadakan evaluasi.

2) Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran

59
Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

60
o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

3) Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus II pertemuan 2,

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan

bahwa pada pertemuan pertama siswa yang melakukan aktivitas sebanyak

18 siswa dari 25 siswa yang hadir atau 72 %. Ini berarti bahwa siswa yang

61
kurang aktif adalah 28%. Kekurangaktifan mereka masih banyak

disebabkan oleh masalah sebelumnya. Pada siklus II pertemuan 2 ini

terjadi peningkatan dari siklus II Pertemuan 1 Berdasarkan data hasil

observasi yang sudah didapat, terlihat aktivitas siswa meningkat dari siklus

II pertemuan 1 ke siklus II pertemuan 2, peningkatan tersebut terjadi

karena guru dapat memotivasi siswa bisa aktif dan berkreatiftas dalam

pembelajaran.

Tabel 4.8.Lembar Penilaan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Pertemuan


kedua
Aktivitas Siswa

Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

N. Rata 2
No Nama Siswa

bertanya
Inisiatif

1 Ana Devia 3 3 4 3 3,25

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3,25

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3

4 Devi Afritasari 3 3 4 3 3,25

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 3,25

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

8 Dwi Putri 3 4 2 2 2,75

Cahyaningsih
9 Enti Eristina 3 3 4 4 3,5

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 3,25

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,25

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 2

14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3,25

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3,25

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

62
17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 2 3,25

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

19 Melvin Destiana 3 4 3 2 3

20 Novi Dwi 2 3 4 2 2,75

Setyaningrum
21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,25

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 3 3 3

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3,25

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3

Jumlah siswa aktif 18 siswa(72%)


Jumlah siswa tidak aktif 7 siswa(28%)
Kriteria :

1 = tidak baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik

4 = baik

Kriteria keaktifan, jika rata-rata :

1 > x < 2,5 = kurang aktif

2,5 > x < 3,25 = cukup aktif

3,25 > x < 4,5 = aktif

b. Hasil kerja kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus II pertemuan 2 diperoleh

hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 36%, sedang 48% dan kurang

aktif sebesar 16%. Siswa yang bertanggung jawab dalam diskusi katagori baik

32% sedang 52% dan kurang 16%. Siswa yang senang berkompetisi katagori

baik sebesar 28%, sedang 52% dan kurang sebesar 20%. Sedangkan siswa yang

63
disiplin katagori baik sebesar 20%, sedang 68% dan kurang sebesar 12%. Selama

proses pembelajaran berlangsung menunjukkan adanya peningkatan keaktifaan

siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi.

Tabel 4.9.Lembar Penilaan Hasil kerja kelompok Siswa pada Siklus II


pertemuan 2

Pertemuan 2
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
A B C A B C
1 Inbteraksi antara siswa 9 12 4 36% 48% 16%

2 Tanggung jawab 8 13 4 32% 52% 16%


3 Senang kompetisi 7 13 5 28% 52% 20%

4 Disiplin 5 17 3 20% 68% 12%

c. Hasil Belajar Siswa

Dari data hasil belajar siswa pada siklus II pada konsep Aton, Ion dan senyawa

yang diperoleh dari tes siklus II. menunjukkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70

sebanyak 18 orang dari 25 orang atau 72%. Hal ini berarti masih 7 orang atau

28% siswa yang hasil belajarnya kurang dari 70.

Tabel 4.10. Hasil Tes dengan model Pembelajaran Jigsaw pada Siklus II

Siklus II
No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1 Ana Devia 70 70 Tuntas
2 Andi Andrianto 70 60 Tidak tuntas
3 Aprina Widiani 70 75 Tuntas
4 Devi Afritasari 70 75 Tuntas
5 Dimas Krisnada 70 80 Tuntas
6 Dimas Wicaksono 70 60 Tidak tuntas
7 Dinar Setawan Yogie 70 70 Tuntas

64
8 Dwi Putri Cahyaningsih 70 80 Tuntas
9 Enti Eristina 70 75 Tuntas
10 Erni Wahyuningsih 70 80 Tuntas
11 Febri Bagas Putra 70 65 Tidak tuntas
12 Galang sakapristiwa 70 70 Tuntas
13 Gufron Irfangi 70 65 Tidak tuntas
14 Ida Nurhayani 70 55 Tidak tuntas
15 Iin Winda Rosinta 70 60 Tidak tuntas
16 Lulu Ul Mukaromah 70 80 Tuntas
17 M.Anwar Nawawi 70 60 Tidak tuntas
18 Melin Anisa 70 75 Tuntas
19 Melvin Destiana 70 70 Tuntas
20 Novi Dwi Setyaningrum 70 70 Tuntas
21 Nur Syaiful Hudin 70 80 Tuntas
22 Nur Takiman 70 90 Tuntas
23 Nurhalim Sidiq 70 80 Tuntas
24 Rika Andriyani 70 70 Tuntas
25 Rina Gustia 63 70 Tuntas

Siswa yang tuntas = 18 x 100 % = 72%


25
Siswa yang tidak tuntas = 7 x 100 % = 28%
25
3). Refleksi

Pada akhir siklus II diperoleh bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa

belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Hal ini

disebabkan karena guru sudah berusaha namun belum optimal dalam

pengolahan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan observer

terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang

diamati yaitu :

c. Guru belum maksimal dalam mengkondisikan kelas

d. Guru kurang memberikan waktu kepada siswa untuk

memperhatikan Standar Kompetensi pelajaran.

65
Kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran juga terjadi pada siswa,

seperti:

a. Dalam kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang ribut dan

tidakmemperhatikan penjelasan guru.

b. Sebagian besar siswa belum memahami Standar Kompetensi yang

disampaikan guru.

c. Siswa kurang aktif bertanya kepada guru.

Oleh karena itu dari hal-hal yang kurang baik diatas, perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pengerjaan Memahami unsur dan senyawa, perbaikan yang harus

dilakukan siklus III adalah sebagai berikut :

a. Guru dapat mengkondisikan kelas

b. Guru memberikan motivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam

pengerjaan Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya

dalam perhitungan kimia (Stoikiometri).

c. Guru membimbing siswa dalam pengerjaan Memahami hukum-hukum

dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (Stoikiometri).

66
Kegiatan pada siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gb.4.6. Guru Peneliti ditemani teman sejawat dalam kegiatan


pendahuluan (Guru memberi pertanyaan apersepsi, motivasi dan
pengkondisian kelas).

Gb.4.7. Guru memberi bimbingan pada salah satu kelompok yang


mengalami kesulitan.

67
Gb.4.8. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Gb.4.9. Peneliti mengakhiri pelajaran

SIKLUS III

Pertemuan Pertama : Rumus kimia

Dilaksanakan pada tanggal 24 September 2019

1) Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Tahap perencanaan dimulai dengan membuat rencana pembelajaran

(RP) dengan materi rumus kimis.

68
b. Menyiapkan media pembelajaran .

c. Membimbing siswa dalam KBM.

d. Mengadakan evaluasi.

2) Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

69
o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

3) Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

70
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus III, aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa pada

pertemuan kedua siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 23 siswa

dari 25 siswa yang hadir atau 88 %. Ini berarti bahwa siswa yang

kurang aktif adalah 12%. Kekurangaktifan mereka disebabkan oleh

pemahaman anak yang rendah. Pada siklus II pertemuan kedua ini

terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut terjadi

karena guru dapat memotivasi siswa bisa aktif dan berkreatiftas dalam

pembelajaran.

Tabel 4.11.Lembar Penilaan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III Pertemuan 1

Aktivitas Siswa

Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

N. Rata 2
No Nama Siswa

bertanya
Inisiatif

1 Ana Devia 3 3 4 3 3,75

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3,25

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3,75

4 Devi Afritasari 3 3 4 3 3,5

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 3,75

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

8 Dwi Putri Cahyaningsih 3 4 2 2 3,75

9 Enti Eristina 3 3 4 4 3,5

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 3,25

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,5

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 3,25

71
14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3,25

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 3 3,25

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

19 Melvin Destiana 3 4 3 2 3

20 Novi Dwi Setyaningrum 2 3 4 2 2,75

21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,5

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 4 4 3,5

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3,5

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3,5

Jumlah siswa aktif 22 siswa (88%)


Jumlah siswa tidak aktif 3 siswa(12%)
Kriteria :

1 = tidak baik
2 = kurang baik
3 = cukup baik
4 = baik
Kriteria keaktifan, jika rata-rata :
1 > x < 2,5 = kurang aktif
2,5 > x < 3,25 = cukup aktif
3,25 > x < 4,5 = aktif

b. Hasil kerja kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus III pertemuan 1 diperoleh

hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 36%, sedang 52% dan

kurang aktif sebesar 12%. Siswa yang bertanggung jawab dalam diskusi

katagori baik 40% sedang 48% dan kurang 12%. Siswa yang senang

berkompetisi katagori baik sebesar 32%, sedang 56% dan kurang sebesar 12%.

72
Sedangkan siswa yang disiplin katagori baik sebesar 28%, sedang 60% dan

kurang sebesar 12%. Selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan

adanya peningkatan keaktifaan siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi dari

pertemuan 1 ke pertemuan 2.

Tabel 4.12.Lembar Penilaan Hasil kerja kelompok Siswa pada Siklus III
Pertemuan 1

Pertemuan 2
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
A B C A B C
1 Inbteraksi antara siswa 9 13 3 36% 52% 12%

2 Tanggung jawab 10 12 3 40% 48% 12%


3 Senang kompetisi 8 14 3 32% 56% 12%

4 Disiplin 7 15 3 28% 60% 12%

4) Refleksi

Pada akhir siklus III pertemuan 1 diperoleh bahwa aktifitas dan hasil kerja

kelompok siswa meningkat cukup signifikan . Hal ini disebabkan karena

guru sudah berusaha optimal dalam pengolahan pembelajaran, oleh

karena itu perlu ditingkatkan lagi pada pertemuan kedua.

Pertemuan Kedua

Dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2019 : Persamaan reaksi

1) Perencanaan

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

73
Tahap perencanaan dimulai dengan membuat rencana pembelajaran

(RP) dengan Standar Kompetensi Memahami hukum-hukum dasar

kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (Stoikiometri).

b. Menyiapkan media pembelajaran .

c. Membimbing siswa dalam KBM.

d. Mengadakan evaluasi.

2) Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran

langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

Awal Kegiatan Pembelajaran

 Persiapan Pembelajaran

 Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan

menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

 Materi

Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian

pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta

banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan

dipelajari oleh siswa.

 Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli

Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang

yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar

belakang sosialnya

74
 Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya

atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 Rencana Kegiatan Pembelajaran

o Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-

masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam

kelompok ahli.

o Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan

mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai

dengan banyaknya kelompok.

o Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk

menjelaskan topik yang didiskusikannya.

o Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup

semua topik.

o Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor

kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 Sistem Evaluasi Pembelajaran

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

 Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

 Membuat laporan mandiri atau kelompok.

 Presentasi

Materi Evaluasi

 Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.

75
 Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

3) Observasi

a. Aktivitas Belajar Siswa

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus III, aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa pada

pertemuan ketiga siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 23 siswa

dari 25 siswa yang hadir atau 92 %. Ini berarti bahwa siswa yang

kurang aktif adalah 8%. Kekurangaktifan mereka disebabkan

pemahaman anak yang rendah.

Tabel 4.13.Lembar Penilaan Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus III Pertemuan 2

Aktivitas Siswa

Keberanian
Kerjasama
Keaktifan

N. Rata 2
No Nama Siswa

bertanya
Inisiatif

1 Ana Devia 3 3 4 3 3,75

2 Andi Andrianto 4 3 3 2 3,25

3 Aprina Widiani 3 4 3 2 3,75

4 Devi Afritasari 3 3 4 3 3,5

5 Dimas Krisnada 3 3 4 4 3,5

6 Dimas Wicaksono 2 2 3 1 3,75

7 Dinar Setawan Yogie 3 3 4 4 3,5

8 Dwi Putri Cahyaningsih 3 4 2 2 3,75

9 Enti Eristina 3 3 4 4 3,5

10 Erni Wahyuningsih 3 3 4 4 3,5

11 Febri Bagas Putra 2 2 3 4 3,5

12 Galang sakapristiwa 3 3 4 3 3,5

13 Gufron Irfangi 3 1 2 2 3,25

76
14 Ida Nurhayani 4 3 3 2 3

15 Iin Winda Rosinta 3 3 3 3 3,25

16 Lulu Ul Mukaromah 3 3 4 4 3,5

17 M.Anwar Nawawi 4 3 3 2 3,25

18 Melin Anisa 3 3 4 4 3,5

19 Melvin Destiana 3 3 3 3 3

20 Novi Dwi Setyaningrum 2 3 4 4 3,5

21 Nur Syaiful Hudin 3 3 4 3 3,5

22 Nur Takiman 3 3 4 4 3,5

23 Nurhalim Sidiq 3 3 4 4 3,5

24 Rika Andriyani 3 4 3 2 3,5

25 Rina Gustia 3 4 3 2 3,5

Jumlah siswa aktif 23 siswa (92%


Jumlah siswa tidak aktif 2 siswa(8%)
Kriteria :

1 = tidak baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik

4 = baik

Kriteria keaktifan, jika rata-rata :

1 > x < 2,5 = kurang aktif

2,5 > x < 3,25 = cukup aktif

3,25 > x < 4,5 = aktif

b. Hasil kerja kelompok

Dari data hasil belajar kelompok/diskusi pada siklus III pertemuan 2 diperoleh

hasil siswa yang berinteraksi katagori baik sebesar 48%, sedang 48% dan kurang

aktif sebesar 4%. Siswa yang bertanggung jawab dalam diskusi katagori baik

77
44% sedang 48% dan kurang 8%. Siswa yang senang berkompetisi katagori baik

sebesar 36%, sedang 56% dan kurang sebesar 8%. Sedangkan siswa yang disiplin

katagori baik sebesar 36%, sedang 58% dan kurang sebesar 8%. Selama proses

pembelajaran berlangsung menunjukkan adanya peningkatan keaktifaan siswa

dalam mengikuti kegiatan diskusi dari pertemuan 1, 2 dan 3.

Tabel 4.14. Lembar Penilaan Hasil kerja kelompok Siswa pada Siklus 3

Pertemuan 2
No Aspek yang dinilai Jumlah Siswa Prosentase
A B C A B C
1 Inbteraksi antara siswa 12 12 1 48% 48% 4%

2 Tanggung jawab 11 12 2 44% 48% 8%


3 Senang kompetisi 9 14 2 36% 56% 8%

4 Disiplin 9 14 2 36% 58% 8%

c. Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa pada siklus 3 pokok bahasan Standar Kompetensi “

Rumus Kimia dan Persamaan Reaksi yang diperoleh dari nilai tes siklus III

yang sebanyak 23 dari 25 orang memperoleh nilai ≥ 70 atau 92 %. Hal ini

berarti masih 2 orang atau 8% yang hasil belajarnya kurang dari 70.

rendahnya nilai mereka karena kemampuan meraka kurang, oleh karena itu

perlu bimbingan dan perhatian, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

indicator hasil belajar 85% siswa yang memperoleh nilai 70 juga sudah

tercapai.

Tabel 4.15. Hasil Tes dengan model Pembelajaran Jigsaw pada Siklus III

78
Siklus 3
No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan
1 Ana Devia 70 80 Tuntas
2 Andi Andrianto 70 70 Tuntas
3 Aprina Widiani 70 70 Tuntas
4 Devi Afritasari 70 70 Tuntas
5 Dimas Krisnada 70 75 Tuntas
6 Dimas Wicaksono 70 75 Tuntas
7 Dinar Setawan Yogie 70 75 Tuntas
8 Dwi Putri Cahyaningsih 70 70 Tuntas
9 Enti Eristina 70 75 Tuntas
10 Erni Wahyuningsih 70 70 Tuntas
11 Febri Bagas Putra 70 70 Tuntas
12 Galang sakapristiwa 70 70 Tuntas
13 Gufron Irfangi 70 75 Tuntas
14
Ida Nurhayani 70 60 Tidak tuntas
15 Iin Winda Rosinta 70 70 tuntas
16 Lulu Ul Mukaromah 70 80 Tuntas
17 M.Anwar Nawawi 70 75 Tuntas
18 Melin Anisa 70 85 Tuntas
19 Melvin Destiana 70 65 Tidak tuntas
20 Novi Dwi Setyaningrum 70 75 Tuntas
21 Nur Syaiful Hudin 70 70 Tuntas
22 Nur Takiman 70 95 Tuntas
23 Nurhalim Sidiq 70 90 Tuntas
24 Rika Andriyani 70 75 Tuntas
25 Rina Gustia 70 70 Tuntas

Siswa yang tuntas = 23 x 100 % = 92 %


25
Siswa yang tidak tuntas = 2 x 100 % = 8%
25

4) Refleksi

Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dalam pengerjaan Memahami

Unsur dan senyawa pada siklus III lebih baik dan terjadi peningkatan

ketuntasan belajar, serta hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

79
Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan

belajar. Pada akhir siklus III ini dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa

meningkat dengan diiringi peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

Pada siklus III yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran yaitu dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw, serta mengajarkan siswa

dengan metode diskusi tanya jawab.

Dengan demikian hasil yang penulis peroleh sebagai berikut :

a. Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat

b. Siswa terlihat ada kerja sama dan rasa tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas dengan car berdiskusi

c. Pemahaman siswa terhadap Standar Kompetensi lebih jelas, terlihat

dari tes tertulis.

Hasil belajar yang diperoleh pada siklus III telah melapui indikator

keberhasilan yang diharapkan yaitu tuntas 92 %. Sedangkan indikator yang

diharapkan 85% dari jumlah siswa.

Dari kegiatan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut :

1) Dengan model pembelajaran Jigsaw, pemahaman siswa terhadap

Standar Kompetensi meningkat

2) Siswa lebih aktif dan senang dalam proses pembelajaran

3) Kerjasama, tanggung jawab dan keberanian siswa meningkat melalui

tugas yang diberikan oleh guru

4) Hasil belajar siswa meningkat

80
Kegiatan pada siklus III dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gb.4.11. Guru Peneliti ditemani teman sejawat dalam kegiatan


pendahuluan (Guru memberi pertanyaan apersepsi, motivasi dan
pengkondisian kelas).

Gb.4.12. Guru memberi bimbingan pada salah satu kelompok yang


mengalami kesulitan.

Gb.4.13. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

81
Gb.4.14. Peneliti mengakhiri pelajaran dengan memberikan post
tes.

C. Pembahasan

Dengan melihat data di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dan

hasil belajar siswa meningkat. Melalui model pembelajaran Jigsaw, serta

pemahaman materi lebih cepat dikuasai. Di samping itu kerjasama, saling

menghargai pendapat teman dan keberanian siswa meningkat.

Siklus I

Tabel 4.16. Hasil belajar siklus I

Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)


< 70 Tidak Tuntas 10 40%
≥ 70 Tuntas 15 60%
JUMLAH 25 100 %

Dari data hasil belajar siswa siklus I pada Standar Kompetensi Memahami

Unsur dan senyawa. yang diperoleh dari tes ini menunjukkan siswa yang

memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 15 orang dari 25 orang yang mengikuti

82
ulangan harian atau 60%. Hal ini berarti masih 10 orang atau 40% siswa yang

hasil belajarnya kurang dari 70

Pada umumnya siswa yang memperoleh nilai rendah adalah siswa yang

aktifitasnya rendah. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I ini belum

memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% siswa yang

memperoleh nilai lebih atau sama dengan 70.

1. Refleksi

Pada akhir siklus I diperoleh bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa belum

memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

1) Hal ini disebabkan karena guru belum optimal dalam pengelolaan

pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap beberapa hal

yang perlu diperhatikan :

a. Guru belum maksimal dalam mengkondisikan

kelas.

b. Guru belum maksimal dalam menggunakan

media/model pembelajaran.

c. Guru kurang memotivasi siswa dalam proses

pembelajaran.

2) Kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran juga terjadi pada siswa:

a. Dalam kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang ribut dan

tidak memperhatikan penjelasan guru.

83
b. Sebagian besar siswa belum memahami Standar Kompetensi yang

disampaikan guru sehingga sebagian siswa dalam keadaan

kebingungan.

c. Siswa kurang aktif bertanya kepada guru.

Oleh karena itu dari hal-hal yang kurang baik di atas, perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Perbaikan yang harus

dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Guru dapat mengkondisikan kelas

b. Guru memaksimalkan media/model pembelajaran.

c. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih aktif da

kreatif.

d. Siswa dibimbing guru dalam Memahami Nama unsur dan

lambang unsur, agar siswa percaya diri.

2. Temuan Siklus I

a. Pada proses pembelajaran siswa cenderung diam dan sebagian lagi

siswa melakukan kegiatan yang tidak relevan, seperti ribut dan

mengganggu temannya.

b. Guru kurang membimbing dalam proses pembelajaran.

c. Pada siklus I belum terjadi proses belajar yang baik dalam diri siswa

sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai dan peningkatan proses

belajar belum mencapai indikator yang diharapkan.

Siklus II

84
Tabel 4.17. Hasil belajar siklus II

Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)


< 70 Tidak Tuntas 7 28%
≥ 70 Tuntas 18 72%
JUMLAH 25 100 %

Dari data hasil belajar siswa siklus I pada konsep tentang unsur. yang

diperoleh dari tes ini menunjukkan siswa yang memperoleh nilai ≥ 70

sebanyak 18 orang dari 25 orang yang mengikuti ulangan harian atau 72%.

Hal ini berarti masih 7 orang atau 28% siswa yang hasil belajarnya kurang dari

70.

Pada umumnya siswa yang memperoleh nilai rendah adalah siswa yang

aktifitasnya rendah. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I ini belum

memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% siswa yang

memperoleh nilai lebih atau sama dengan 70

3. Refleksi

Pada akhir siklus I diperoleh bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa belum

memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan.

2) Hal ini disebabkan karena guru belum optimal dalam pengelolaan

pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap beberapa hal

yang perlu diperhatikan :

a. Guru belum maksimal dalam mengkondisikan

kelas.

85
b. Guru belum maksimal dalam menggunakan

media/model pembelajaran.

c. Guru kurang memotivasi siswa dalam proses

pembelajaran.

2) Kekurangan dalam pengelolaan pembelajaran juga terjadi pada siswa,

seperti :

a. Dalam kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang ribut dan

tidak memperhatikan penjelasan guru.

b. Sebagian besar siswa belum memahami Standar Kompetensi yang

disampaikan guru sehingga sebagian siswa dalam keadaan

kebingungan.

c. Siswa kurang aktif bertanya kepada guru.

Oleh karena itu dari hal-hal yang kurang baik di atas, perlu dilakukan

perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Perbaikan yang harus

dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut :

e. Guru dapat mengkondisikan kelas

f. Guru memaksimalkan media/model pembelajaran.

g. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk lebih aktif da

kreatif.

h. Siswa dibimbing guru dalam konsep unsur dan senyawa, agar

siswa percaya diri.

4. Temuan Siklus II

86
d. Pada proses pembelajaran siswa cenderung diam dan sebagian lagi

siswa melakukan kegiatan yang tidak relevan, seperti ribut dan

mengganggu temannya.

e. Guru kurang membimbing dalam proses pembelajaran.

f. Pada siklus II belum terjadi proses belajar yang baik dalam diri siswa

sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai dan peningkatan proses

belajar belum mencapai indikator yang diharapkan.

Siklus III

Tabel 4.18. Hasil belajar siklus III

Nilai Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%)


< 70 Tidak Tuntas 2 8%
≥ 70 Tuntas 23 92 %
JUMLAH 25 100 %

Dari hasil belajar pada siklus III pada Standar Kompetensi Memahami

hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia

(Stoikiometri). yang diperoleh dari tes uji siklus yang dilaksanakan sebanyak

23 dari 25 orang memperoleh nilai ≥ 70 atau 92 %. Hal ini berarti masih 2

orang atau 8 % yang hasil belajarnya kurang dari 70.

Rendahnya nilai mereka karena kemampuan kongkrit mereka yang kurang,

oleh karena itu perlu bimbingan dan perhatian, dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa indikator hasil belajar 92% siswa yang memperoleh nilai

70 juga sudah tercapai.

1. Refleksi

87
Penggunaan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan tuntutan

belajar. Pada akhir siklus III ini dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa

meningkat dengan diiringi peningkatan hasil belajar siswa yang sesuai

dengan Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan sekolah.

2. Temuan Siklus III

a. Anak sudah banyak yang bertanya, siswa terlihat antusias

b. Aktivitas guru meningkat terlihat guru dapat mengkondisikan

kelas, serta memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswanya.

c. Hasil belajar siswa terjadi peningkatan.

Selain aktivitas dan hasil belajar, kinerja guru juga sangat menentukan

keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, diharapkan dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar Kimia. Selain itu dalam proses pembelajaran, guru di tuntut

aktif dan kreatif, hal ini bertujuan agar pembelajaran yang diciptakan

guru memberikan motivasi, dorongan dan semangat pada diri peserta

didik.

88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, hasil perbaikan pembelajaran, analisa dan

pembahasan yang telah dilakukan peneliti dalam upaya meningkatkan aktifitas

dan hasil belajar kimia materi unsur dan senyawa melalui penerapaan model

pembelajaran Jigsaw pada proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan baik

pada siklus I, II dan III, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagaimana

berikut ini:

1. Penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

Kimia siswa kelas X TKR A SMK Negeri 1 Kebun Tebu Semester Ganjil

89
Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil belajar siswa yang mencapai nilai 70

yaitu siklus I = 60% , Siklus II = 72%, dan siklus III = 92%

2. Penerpaan model pembelajaran Jigsaw, dapat meningkatkan aktivitas

belajar, pemahaman dan motivasi belajar siswa serta hasil belajar siswa

secara signifikan. Dan dengan demikian, secara tidak langsung kualitas

dan mutu sekolah dapat meningkat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, hasil perbaikan pembelajaran, analisa dan

pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Disarankan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Jigsaw agar supaya kualitas pembelajaran lebih menarik

siswa, siswa termotivasi untuk belajar dan siswa mudah memahami

Materi pelajaran yang diberikan.

2. Disarankan kepada Guru Kimia dalam proses pembelajaran menggunakan

metode yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan seperti model

pembelajaran Jigsaw, sehingga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa

dan memotivasi belajar siswa..

3. Disrankan kepada guru dalam proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Jigsaw, agar motivasi belajar siswa dan kompetensi siswa

berkembang dan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

90
4. Disarankan guru mengoptimalkan peningkatan kualitas pembelajaran

dengan melakukan pembelajaran yang benar-benara terencana dan matang,

baik dari guru, siswa, sarana maupun dalam pengorganisasian kelas.

91
DAFTAR PUSTAKA

Abas, N. (1994). Aspek – Aspek yang Menunjang Pendidikan. Bandung: PPS UPI
Bandung.
Au, M. (1992). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2003). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Djamarah, D.J. dan Zain A.(2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Hamalik, O. (1999). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta :Bumi Aksara.
Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Depdikbud. 1993. GBBP SD 1994. Jakarta : Depdikbud
Holstein. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung : Remadja Karya.
IG.A.K. Wardani, Kuswaya W, Noehi Nasoetion. 2004. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudiyono, Triyo Supriyatno, Padil. 2000. Strategi Pembelajaran PartisTKRtori di
Perguruan Tinggi. Malang : UIN Malang.
Syaodih, Nana. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.
Sunardi. 2006. Mengakrabkan KIMIA Pada Anak. Yogyakarta : Kedaulatan
rakyat

92
LAMPIRAN - LAMPIRAN

93

You might also like