You are on page 1of 376

EXECUTIVE

SUMMARY
MANDALIKA
CONVENTION HALL
Hotel & Resort
Proyek Investasi Pendukung
Kawasan Super Prioritas
Pariwisata Mandalika

INDONESIA INVESTMENT COORDINATING BOARD


Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190
P.O. Box 3186, Indonesia
www.bkpm.go.id

BKPMINDONESIA @bkpm @bkpm_id Invest Indonesia indonesia-investment


PROFIL UMUM
Mandalika Convention Hall Hotel and Resort hadir untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata MICE berskala International yang didesain dengan konsep berkelanjutan
dengan mengedepankan unsur-unsur kebudayaan lokal. Tingginya wisawatan yang
datang ke NTB dan seringnya event berskala Nasional dan International menjadi
peluang yang mendukung pengembangan Convention Hall Hotel & Resort di Kabu-
paten Lombok Tengah. Lokasi pengembangan yang berada di kawasan strategis
antara Kota Mataram, Bandara International Lombok (BIL) dan KEK Mandalika menja-
dikan kawasan ini memiliki nilai ekonomis yang menjanjikan.

Pariwisata MICE yang ada di NTB Masih di dominasi kegiatan meeting dan insentif
yaitu di Narmada Convention Hall, Islamic Center Convention dan Epicentrum Mall
di Kota Mataram, sementara untuk Convention dan Exhibition berlum berkembang.
Sehingga untuk mendukung Lombok sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas
berskala Internasional perlu di dukung dengan pengembangan Convention Hall
yang representatif.

www.bkpm.go.id
TUJUAN

Memberikan gambaran komprehensif dan mendetail (pra studi kelayakan/pra Feasibility Study)
kepada investor dan stakeholder terkait mengenai kelayakan suatu proyek.

Menganalisis kelayakan investasi suatu proyek di sektor pengembangan Destinasi Pariwisata


Prioritas Lombok Mandalika yang akan didorong dan dikembangkan oleh Pemerintah 5 (lima)
tahun ke depan, dengan memperhitungkan keunggulan kompetitif di daerah (provinsi)
pengembangan tersebut.

Merumuskan usulan rekomendasi kebijakan dan insentif khusus kepada Kementerian/Lembaga


terkait bagi pengembangan penanaman modal proyek prioritas strategis sektor
pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Lombok Mandalika.

www.bkpm.go.id
ANALISA PASAR

KUNJUNGAN WISATAWAN KE NTB PERBANDINGAN JUMLAH WISATAWAN DI LOMBOK,


5 TAHUN TERAKHIR LABUAN BAJO, DAN RAJA AMPAT TAHUN 2018
4000000

3500000 Raja Ampat 43,910

3000000

2500000
Labuan Bajo 67,592
2000000

1500000

1000000 Lombok 2,812,379


500000

0 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000


2015 2016 2017 2018 2019

Wisman Wisnus Total


Lombok Labuan Bajo Raja Ampat

PROFIL WISATAWAN MANCANEGARA DI LOMBOK


TAHUN 2019 (Pintu Kedatangan Bandara Internasional Lombok)

Jerman, 8%
Londok (UK), Rata-rata pertumbuhan kunjungan wisman
8%
ke Indonesia dalam lima tahun terakhir
(2014-2018) mencapai 14% per tahun.
Australia, China, 18%
20%
Tahun 2019 dari total Wiswan tersebut yang
berkunjung ke Indonesia 9,6 % berkunjung
ke Lombok.
Korea, 2%
Singapura, Penerbangan langsung dari Perth Australia
6%
ke Lombok membuat lonjakan pariwisata
Malaysia, dari Australia ke Lombok jadi luar biasa.
38%

www.bkpm.go.id
KETERSEDIAAN KAMAR

No Kota/Kab
Lokal Asing D’Max Hotel Grand Royal
1 Mataram 29 853 683 0 & Convention BIL Hotel
2 Lombok Barat 38 2644 2004 6
3 Lombok Utara 9 487 268 0
4 Lombok Tengah 6 329 445 1
5 Lombok Timur 3 34 0 0
6 Sumbawa Barat 1 92 75 0
7 Sumbawa 7 98 231 0 D’Prava
Hotel Aerotel
8 Dompu 0 0 0 0 Mandalika
9 Bima 0 0 0 0
10 Kota Bima 0 0 0 0
HOTEL EKSISTING
Total 93 4537 3706 7 & RESORT
DI MANDALIKA
GRAFIK TPK DAN LOS
Novotel Lombok
Resort & Villas LOMBOK
HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI NTB
TAHUN 2016 - 2019
Hotel berbintang di Kabupaten Lombok
70
Barat tersebar di kawasan pariwisata yang
58.25
60 lebih matang seperti Senggigi, sementara
49.2 50.7
50
42.27
hotel-hotel berbintang di Lombok Utara
40 didominasi di Kawasan Gili Tramena. Kota
Mataram memiliki banyak hotel berbintang
30
dikarenakan fungsinya sebagai ibukota
20
provinsi dengan akses pada institusi-institusi
10
2.18 2.05 2.11 3.25 pemerintah dan kegiatan bisnis lainnya.
0 Sedangkan di kawasan Lombok Tengah
2016 2017 2018 2019 hotel sebagian besar berada di kawasan
TPK LOS KEK Mandalika.

www.bkpm.go.id
DAYA TARIK DESTINASI

Pariwisata Lombok mempunyai ragam daya tarik wisata yang lengkap mulai dari laut dan bawah
laut sampai ke Gunung Rinjani, sebagaimana Gambar di bawah ini. Lombok memiliki kemiripan
karakteristik dengan Langkawi, Phuket, Borocay, dan Gunung Kinabalu. Dengan ragam daya tarik
wisata yang lengkap dalam satu pulau, Pulau Lombok memiliki potensi besar untuk menangkap
seluruh segmen pasar dan dapat menjadi diferensiasi dari destinasi lainnya di Indonesia maupun
di Asia Tenggara. Selain alam, Pulau Lombok juga memiliki beberapa potensi wisata lain seperti
kawasan warisan budaya dan seni lokal, serta kuliner. Potensi-potensi wisata ini dapat dinikmati
oleh wisatawan dengan mengunjungi desa dan pasar tradisional di Pulau Lombok dan mengikuti
beberapa aktivitas dan kegiatan yang ditawarkan penduduk lokal.

Tingginya wisawatan yang datang ke lombok di pengaruh oleh beberapa faktor di antaranya
adalah keragaman destinasi wisata (mulai dari laut hingga pegunungan) dan kekuatan brand-
ing detinasi wisata hallal. Pada tahun 2015 Lombok terpilih sebagai pemenang penghargaan
World Travel Halal Summit di Abu Dhabi Uni Emirat Arab dengan 2 kategori yaitu : World’s Best
Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination.

www.bkpm.go.id
PENENTUAN LOKASI
LOKASI 5

SK Bupati Lombok Tengah


No. 15 Tahun 2019
Tentang Pembentukan Satgas Percepatan
Pengembangan Pembangunan KEK 2 LOKASI
Mandalika Nomor 5 dan 9 yang luasan > 10Ha

9 LOKASI
(5 ada di klaster
Bandara)

Permen Parekraf
No. PM.53/HM.001/MPEK/2013
Tentang Standar Usaha Hotel
1

14 Identifikasi Lokasi Awal


Usulan PemdaNTB, Project
Management Support
Wil. Lombok dan Program
Penataan Ruang Kabupaten
Lombok Tengah

- Berlokasi di tepi By Pass, 3 km dari Bandara


Internasional Lombok
- Berdasarkan RDTR Perkotaan Praya masuk
dalam Pola Ruang Kawasan perdagangan
Jasa dan Perumahan Kepadatan Rendah
- Tata Guna Lahan Berupa Sawah Tadah
Hujan
Kriteria pemilihan lokasi kawasan wisata inti didasar-
kan pada 2 (dua) dokumen yaitu, Market Analysis and
Demand Assessment (MADA) tahun 2017 dan Base-
line Analysis RIPT Lombok tahun 2019. Kawasan Kriteria pemilihan lokasi di Nusa Tenggara Barat
Wisata Inti (KIP) atau Key Kawasan Wisata (KTA) yang mendapatkan 14 titik lokasi rekomendasi awal
sudah teridentifikasi MADA akan dikonfirmasikan Program Management Support yang mendapatkan
kembali dalam analisis RIPT Lombok tahun 2019 yang data tersebut dari Badan Koordinasi Penanaman
meliputi analisis kebijakan dan masukan pemerintah Modal. Program/Project Management Support
daerah, analisis pemetaan kesesuaian daya tarik adalah bisnis kecil dan DBE bersertifikat yang
pariwisata, analisis kesiapan kawasan wisata, dan menyediakan layanan dukungan proyek & kontrak
kepada lembaga pemerintah federal, negara bagian
analisis lingkungan. Hasil analisis menentukan KTA
dan lokal, kontraktor umum dan sub-kontraktor. Kami
Lombok meliputi Gili-Senggigi dan sekitarnya, Pantai
menyediakan berbagai layanan yang diperlukan
Selatan dan sekitarnya, Kota Mataram dan sekitarnya,
untuk merencanakan dan berhasil mengirimkan
serta Rinjani dan sekitarnya. proyek untuk pemilik publik dan swasta.

www.bkpm.go.id
DESAIN KAWASAN

Keterangan:
Information Center Pasar Seni & Souvenir Kampung Nelayan
Utility Area Amusement Park Villa
Resto/Cafe Hotel

Rencana Desain bangunan yang di tawarkan


di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut
bertemakan Mandalika Convention Hotel
dan Resort. Hal ini didasarkan pada
kebutuhan Hotel dan Convention bersakala
International yang akan mendukung
pemerataan pembangunan wilayah dan
distribusi ekonomi di Kabupaten Lombok
Tengah.
Kawasan Pujut sendiri merupakan kawasan
Sub KTA Praya-Mandalika juga di arahkan
pada pengembangan wisata MICE. Selain itu
kawasan ini juga menghadapi beberapa isu
seperti pembangunan yang tidak
berintergrasi, kurangnya keterlibatan
masyarakat, terhambatnya investasi, akses
dan fasilitas. Sehingga dengan kehadiran
Mandalika Convention Hotel dan Resort LOKASI PROYEK
Desa Tanak Awu Kec. Pujut Kabupaten Lombok Tengah
dapat menjawab berbagai isu-isu tersebut.
TOTAL AREA
Dalam siteplan kawasan tersebut berada di 17,7 Ha SHM
lahan selusa 17 Ha. Dimana Building
ESTIMASI INVESTASI
Coverrage hanya 30% dan sisanya untuk Rp. 468.767.876.000
kegiatan Ruang Terbuka Hijau, dengan
NET PRESENT VALUE
ketinggian bangunan 2-3 lantai. Dalam site
Rp. 59.101.303.617
plan di atas ada beberapa bangunan yang di
rencanakan, yaitu; Galeri UMKM, IRR
19,71%
International Convention & Exhibition Hall,
Hotel Bintang 5 dengan 150 kamar, Cottahe PROFITABILITY INDEX
23 Unit, Open Theater, Masjid, Taman, dan 1,13
area parkir. PAYBACK PERIOD
5,85 Tahun

www.bkpm.go.id
KONEKTIVITAS KAWASAN
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019-2023 Pemerintah
Provinsi mempunya visi NTB Gemilang. Hal itu dijabarkan dalam enam misi. Terkait dengan
konektivitas kawasan ada dua visi yang terkait yaitu: Visi Pertama, NTB tangguh dan mantap. Hal
ini akan dilakukan melalui penguatan mitigasi bencana dan pengembangan infrastruktur serta
konektivitas wilayah. Kemudian konektivias wilayah juga di singgung dalam misi keempat dan
kelima, dimana dalam misi ke empat yaitu NTB asri dan lestari. Lokasi Pengembangan Mandalika
Convention Hall Hotel and Resort yang berada di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut memiliki
konetivitas yang bagus dengan berbagai destinasi lain. Selain itu lokasi yang berada di dekat
Bandara dan Komplek Perkantoran sangat mendukung untuk pengembangan wisata MICE di
Lombok Tengah.

Analisa Pemilihan Lokasi Proyek

www.bkpm.go.id
KONEKTIVITAS KAWASAN

Analisa Pemilihan Lokasi Proyek

Pantai Ampenan Islamic Centre NTB


30 menit dlokasi Investasi 50 menit dari lokasi Investasi

Islamic Centre
Mataram

Pantai Loang Baloq Mandalika Carnival


30 menit dari lokasi Investasi Mandalika Carnival, Praya
10 menit dari lokasi Investasi
Lokasi Peluang Investasi
Depan BIL
Jalan ByPass BIL-Mandalika

Desa Sade Fes�val Bau Nyale


Bukit Merese
Pantai Kuta
Pantai Selong Belanak Pantai Tanjung Aan

KEK Mandalika

www.bkpm.go.id
KESIMPULAN
A
Lokasi proyek memiliki posisi strategis bagi pengembangan pembangunan Convention
Hall bertaraf internasional dilengkapi dengan hotel dan resort beserta amenitas lain.
Selain dekat dengan Bandara Internasional Lombok (BIL), juga berada pada By pass yang
menghubungkan Kota Mataram dan KEK Mandalika. Secara spasial lokasi tersebut sesuai
dengan rencana pola ruang yang tertuang dalam RDTR Perkotaan Praya, yaitu sebagai
zona perdagangan jasa dan perumahan kepadatan rendah, diserta zoning regulaton yang
mengizinkan untuk pembangunan hotel dan gedung
pertemuan.

B
Rencana pembangunan Convention Hall bertaraf Internasional di Kabupaten Lombok
Tengah dan di NTB secara umum telah menjadi kebutuhan sebagaimana visi Provinsi NTB
menjadi salah satu desHnasi pariwisata internasional. Secara yuridis dan teknis, rencana
investasi ini juga menunjukkan kelayakannya untuk menjadi program pembangunan yang
memberi manfaat bagi masyarakat dan memenuhi kaidah – kaidah pembangunan
berkelanjutan.

C
Secara ekonomis rencana investasi ini dinilai layak pada IRR yang diperoleh lebih besar
dari suku bunga bank yaitu sebesar 19,7 % dengan payback period dapat dicapai dalam
jangka waktu 5,85 tahun dan profitability index > 1 serta nilai NPV sebesar
Rp 59.101.303.617,-

www.bkpm.go.id
INDONESIA INVESTMENT COORDINATING BOARD
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190
P.O. Box 3186, Indonesia
www.bkpm.go.id

BKPMINDONESIA @bkpm @bkpm_id Invest Indonesia indonesia-investment


LAPORAN AKHIR
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
SEKTOR PARIWISATA
MANDALIKA
SUCOFINDO 2020
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir ini merupakan formulasi akhir pelaksanaan kegiatan Pra Studi
Kelayakan Penyusunan Peta Peluang Investasi Proyek Pariwisata Strategis di Sektor
Pariwisata Mandalika Lombok. Dalam laporan ini disajikan mengenai kronologis dan
tahapan program kerja pelaksanaan kegiatan dari hasil survey dan pengumpulan data,
kompilasi dan analisis data yang kemudian menghasilkan rumusan hasil akhir pelaksanaan
pekerjaan.
Laporan Akhir ini telah disetujui dengan berbagai masukan maupun tambahan
kelengkapan data dari instansional baik Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah melalui asistensi dan presentasi selama
pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
Semoga Laporan Akhir ini dapat menjadi salah satu pertimbangan dasar bagi
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Kabupaten Lombok Tengah dalam
upaya peningkatan dan pengembangan aspek kepariwisataan daerah.

Terima kasih.

Penyusun

I
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.1.1 Pertumbuhan Perekonomian Nasional ............................................................... 1
1.1.2 Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................... 18
1.1.3 Pertumbuhan Perekonomian Kab/Kota Lombok-Mandalika ........................... 54
1.2 Latar Belakang Proyek ............................................................................................ 73
1.3 Tujuan Studi Kelayakan .......................................................................................... 74
1.4 Metode Penyusunan Laporan Studi Kelayakan....................................................... 75
1.4.1 Pengumpulan dan Pengkajian Data .................................................................. 75
1.4.2 Studi Kepustakaan ............................................................................................ 76
1.4.3 Pengamatan Lapangan...................................................................................... 77
BAB 2. ANALISA PASAR .......................................................................................... 78
2.1 Gambaran Umum Perekonomian Nasional dan Daerah (Lokasi Proyek
Pariwisata) ............................................................................................................... 78
2.2 Analisa Pasar ........................................................................................................... 84
2.2.1 Analisa Industri Pariwisata............................................................................... 84
2.2.2 Analisa Pertumbuhan Wisawatan..................................................................... 96
2.2.3 Analisa Ketersediaan Hotel ............................................................................ 100
2.2.4 Proyeksi Pertumbuhan dan Kebutuhan .......................................................... 104
2.2.5 Trend Investasi di Lombok ............................................................................ 107
2.2.6 Analisa Permintaan ........................................................................................ 109
2.2.7 Tinjauan Keunggulan Kompetitif................................................................... 115
BAB 3. ANALISA PENENTUAN LOKASI ............................................................ 121
3.1 Lokasi Berdasarkan KSPN .................................................................................... 121
3.2 Penentuan Lokasi berdasarkan Identifikasi ........................................................... 126

II
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

3.3 Tinjauan yuridis terhadap SK Bupati Lombok Tengah Nomor 156 Tahun 2019
Tentang Pembentukan Satuan tugas Pendukung Percepatan Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kabupaten Lombok Tengah :
9 lokasiTinjauan yuridis terhadap SK Bupati Lombok Tengah 2019 : 9 lokasi ... 130
3.4 Kelayakan penentuan lokasi berdasarkan luasan .................................................. 133
3.5 Reasoning pemilihan lokasi Nomor 5 (Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut) ...... 136
3.6 Konektifitas Kawasan ........................................................................................... 138
3.7 Daya Dukung Lingkungan .................................................................................... 141
3.8 SWOT Analisis Kawasan ...................................................................................... 143
BAB 4. ANALISA ASPEK YURIDIS ...................................................................... 147
4.1 Peraturan Perundang-Undangan ............................................................................ 147
4.1.1 Analisa Peraturan Perundang-Undangan ....................................................... 148
4.1.2 Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan .......................................... 154
4.1.3 Jenis-jenis Perizinan ....................................................................................... 156
4.1.4 Rencana dan Jadwal Pemenuhan Peraturan Perundang-Undangan ............... 160
4.2 Analisa Tata Ruang dan Lahan ............................................................................. 161
4.2.1 Kesesuaian Lokasi Proyek dengan RDTR ..................................................... 161
4.2.2 Status Ketersediaan dan Penggunaan Lahan .................................................. 165
4.3 Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pariwisata ................................................... 167
4.3.1 Stakeholders Maping ...................................................................................... 167
4.3.2 Perangkat Regulasi Kelembagaan .................................................................. 169
4.3.3 Kerangka Acuan Pengambil Keputusan ......................................................... 171
BAB 5. ANALISA ASPEK TEKNIS ........................................................................ 173
5.1 Analisa Pemilihan Lokasi Proyek dengan Infrastruktur Pendukung..................... 173
5.1.1 Kondisi Geografis, Iklim, Cuaca Lokasi ........................................................ 174
5.1.2 Aksesibilitas Transportasi .............................................................................. 174
5.1.3 Batas dan Kondisi Lahan................................................................................ 176
5.1.4 Analisa Infrastruktur Dasar/Fasilitas Pendukung ........................................... 177
5.2 Analisa atas Rencana Induk/Masterplan Kawasan ................................................ 188
5.3 Penyusunan Konsep Pengembangan Kawasan ..................................................... 189
5.4 Rencana Desain dan Pengembangan ..................................................................... 197
5.5 Estimasi Kebutuhan CAPEX dan OPEX .............................................................. 201

III
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 6. ANALISA ASPEK EKONOMI DAN KOMERSIAL ............................... 203


6.1 Struktur Transaksi Proyek ..................................................................................... 203
6.1.1 Struktur Kepemilikan Aset ............................................................................. 203
6.1.2 Struktur Transaksi Pendapatan ....................................................................... 204
6.1.3 Struktur Transaksi Biaya ................................................................................ 205
6.2 Proyeksi Struktur Pendapatan dan Biaya .............................................................. 206
6.2.1 Struktur Pendapatan dan Biaya ...................................................................... 206
6.2.2 Analisa Permintaan Pasar ............................................................................... 206
6.3 Asumsi Makro ekonomi untuk Analisa Kelayakan Keuangan Proyek ................. 207
6.3.1 Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................... 207
6.3.2 Nilai Tukar ..................................................................................................... 213
6.3.3 Inflasi .............................................................................................................. 213
6.3.4 Suku Bunga .................................................................................................... 218
6.3.5 Perpajakan ...................................................................................................... 218
6.4 Model Finansial ..................................................................................................... 222
6.4.1 3-Way Financial Model .................................................................................. 222
6.4.2 Arus Kas Bersih Ke Perusahaan (FCFF) dan Arus Kas Bersih Ke Ekuitas
(FCFE) ....................................................................................................................... 223
6.5 Kelayakan Keuangan Proyek ................................................................................ 224
6.5.1 Review Estimasi CAPEX dan OPEX serta Jadwal Konstruksi ..................... 224
6.5.2 Struktur Pendanaan atau Analisis Debt to Equity Ratio (DER) ..................... 231
6.5.3 Weight Average Cost of Capital (WACC) ..................................................... 233
6.5.4 Net Present Value (NPV) ............................................................................... 234
6.5.5 Internal Rate of Return (IRR) ........................................................................ 235
6.5.6 Equity Internal Rate of Return (EIRR) .......................................................... 236
6.5.7 Debt Service Coverage Ratio (DSCR) ........................................................... 237
6.5.8 Analisa Sensitivitas dan Pengembalian Investasi........................................... 238
6.6 Analisa Manfaat Ekonomi dan Sosial (jika membutuhkan dukungan
Pemerintah) ........................................................................................................... 238
6.7 Analisa Ketenagakerjaan ....................................................................................... 243
BAB 7. ANALISA ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI ......................................... 252
7.1 Sosial Budaya Masyarakat .................................................................................... 252

IV
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

7.2 Analisa Dampak Lingkungan dan Sosial (sesuai dengan The Equator
Principles/Word Bank) .......................................................................................... 254
7.3 Persetujuan Masyarakat Setempat ......................................................................... 256
BAB 8. ANALISA RISIKO ....................................................................................... 259
8.1 Identifikasi Risiko ................................................................................................. 259
8.1.1 Identifikasi Risiko .......................................................................................... 259
8.1.2 Mitigasi Risiko ............................................................................................... 277
8.2 Masalah yang Harus Ditindaklanjuti (Outstanding Issue) .................................... 278
8.2.1 Isu-isu Kritis ................................................................................................... 278
8.2.2 Rencana dan Strategi Penyelesaian Isu-isu .................................................... 279
8.3 Alternatif Pengembangan Model Kesepakatan ..................................................... 281
BAB 9. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................... 291
9.1 Kesimpulan............................................................................................................ 291
9.2 Rekomendasi ......................................................................................................... 292
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 293

V
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Triwulan II-2020 (yoy)


(persen)................................................................................................................ 3
Gambar 2.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (yoy) (persen) ................ 3
Gambar 3.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (q-to-q) (persen) ........................ 4
Gambar 4.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Semester I-2020 (c-to-c)
(persen)................................................................................................................ 5
Gambar 5.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Triwulan II-2020 (yoy)
(persen)................................................................................................................ 6
Gambar 6.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (yoy) (persen) ................ 6
Gambar 7.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (q-to-q) (persen) ........................ 7
Gambar 8.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Semester I-2020 (c-to-c)
(persen)................................................................................................................... 8
Gambar 9.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Triwulan II-2020 (yoy)
(persen)................................................................................................................... 9
Gambar 10.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Komponen Pengeluaran (yoy) (persen) .. 9
Gambar 11.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran (q-to-q) (persen)......... 10
Gambar 12. Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Semester I-2020 (c-to-
c) (persen) ........................................................................................................ 10
Gambar 13. Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan II-2020 ............ 11
Gambar 14.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II 2020 ........................................ 17
Gambar 15.Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional Tahunan .... 19
Gambar 16.Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Provinsi NTB ................................... 19
Gambar 17. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi NTB ....................................... 21
Gambar 18. Kredit Konsumsi di Provinsi NTB .................................................................. 21
Gambar 19. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi di NTB............................................... 22
Gambar 20. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi NTB ................................. 22
Gambar 21. Realisasi Penjualan Semen di Provinsi NTB .................................................. 24
Gambar 22. Impor Barang Modal Provinsi NTB ................................................................ 24
Gambar 23. Pertumbuhan Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor LN Provinsi
NTB ................................................................................................................. 26

VI
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 24. Penyaluran Kredit Bank Umum ke Sektor Pertambangan .............................. 26


Gambar 25. Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB...................................... 27
Gambar 26. Arus Bongkar Muat di Pelabuhan ................................................................... 27
Gambar 27. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi NTB ............................ 28
Gambar 28. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Utama Provinsi NTB ..................................... 29
Gambar 29.PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian............................................................. 30
Gambar 30. Perbandingan Pertumbuhan Luas Lahan Panen dan LU Pertanian ................. 30
Gambar 31. Pertumbuhan Luas Lahan Tanam Pangan Padi, Jagung dan Kedelai di
Provinsi NTB ................................................................................................... 31
Gambar 32. PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 32
Gambar 33. Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB
Pertambangan .................................................................................................. 32
Gambar 34. PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi
Mobil ............................................................................................................... 34
Gambar 35. Kredit Perdagangan Provinsi NTB Triwulan I 2020 ....................................... 35
Gambar 36. Perkembangan Rata-rata Lama menginap dan Tingkat Pengunian Kamar
Hotel di Provinsi NTB ...................................................................................... 35
Gambar 37. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang di Provinsi NTB .................. 36
Gambar 38. Penjualan Semen dan Pertumbuhannya (% yoy) ............................................ 37
Gambar 39. Pertumbuhan Sektor Konstruksi Provinsi NTB .............................................. 38
Gambar 40. Pertumbuhan Penumpang Pesawat udara Provinsi NTB ................................ 39
Gambar 41. Tarif Angkutan Udara Provinsi NTB .............................................................. 40
Gambar 42. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB ........................ 43
Gambar 43. Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi
NTB ................................................................................................................... 43
Gambar 44. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB ........... 43
Gambar 45.Pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi
NTB Triwulan II 2020 ...................................................................................... 46
Gambar 46. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB ........... 47
Gambar 47. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan
II 2020................................................................................................................. 47
Gambar 48. Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020 .......... 48

VII
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 49. Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020 ....... 49
Gambar 50.Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB................... 51
Gambar 51. Realisasi Belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020 .......... 51
Gambar 52. Penyerapan Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II
2020 ............................................................................................................................. 52
Gambar 53. Penyerapan Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II
2020 ............................................................................................................................. 53
Gambar 54.Tabel PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Lombok Tahun 2015-2019..... 61
Gambar 55. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah 2012-2019 .................... 62
Gambar 56. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Menganggur di Kabupaten Lombok
Tengah Tahun 2013-2019 ........................................................................................... 66
Gambar 57. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Laombok Tengah Tahun
2012-2019 (%) ............................................................................................................ 67
Gambar 58.Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Tengah dan Provinsi
Nusa Tenggara Barat ................................................................................................... 72
Gambar 59.Produk Domestik Regional Bruto (lapangan usaha) tahun 2015-2019 ............ 80
Gambar 60. Laju Pertumbuhan Ekonomi NTB tahun 2011-2019 ...................................... 80
Gambar 61. Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2017-2019
(persen)........................................................................................................................ 81
Gambar 62. Grafik Pertumbuhan Wisatwan ke Lombok tahun 2015-2019........................ 97
Gambar 63. Grafik Perbandingan Jumlah Wisatawan ........................................................ 98
Gambar 64. Profil Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Lombok Tahun 2018 dan
2019 ............................................................................................................................. 99
Gambar 65. Award Word’s Best Halal Honeymoon Destination dan Word’s Best Halal
Tourism Destination di di Abu Dhabi Uni Emirat Arab 2016 .................................... 99
Gambar 66. Grafik Kedatangan Wisatwan ke Lombok dalam Kondisi Pandemi Covid-19
Periode Desember 2019 - Oktober 2020 ................................................................... 101
Gambar 66. Hotel Bintang yang sudah beroperasi di Lombok Tengah Tahun 2020 ........ 103
Gambar 67. Grafik TPK dan LOS Wisatawan Mancanegara di Lombok tahun 2018 dan
2019 ........................................................................................................................... 104
Gambar 68. Kontribusi Realisasi Invstasi berdasarkan Kabupaten/Kota di Lombok tahun
2018 ........................................................................................................................... 108

VIII
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 69. Invstasi Asing berdasarkan Asal Negara di Lombok tahun 2018 ................. 108
Gambar 70. Kawasan Inti Pariwisata di Pulau Lombok ................................................... 116
Gambar 71. Ragam Daya Tarik Wisata di Lombok .......................................................... 118
Gambar 72. Ragam daya tarik wisata Pulau Lombok ....................................................... 119
Gambar 73. Pola Transportasi Wisata di Lombok ............................................................ 120
Gambar 74. Gambar Pengembangan Pariwisata Berdasarkan RIPPARNAS ................... 122
Gambar 75. Peta Sebaran Kawasan Strategis Pariwisata Nasional................................... 126
Gambar 76. Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB .......................................................... 127
Gambar 77. Peta Titik Lokasi No. 5 dan No. 9 Potensi Investasi Di Kabupaten Lombok
Tengah ....................................................................................................................... 135
Gambar 78. Peta Titik Lokasi Potensi Investasi di Desa Batujai Kabupaten Lombok
Tengah ....................................................................................................................... 135
Gambar 79. Peta Jarak Titik Lokasi Potensi Investasi Nomor 5 dan Desa Batujai .......... 136
Gambar 80. Peta Titik Lokasi Nomor 5 ............................................................................ 137
Gambar 81. Peta Titik Lokasi Nomor 9 ............................................................................ 138
Gambar 82. Sepuluh Hotel Baru dan Progres Pembangunannya di KEK Mandalika ...... 139
Gambar 83. Konektivitas Kawasan Lombok Tengah dengan Berbagai Destinasi ........... 140
Gambar 84. Kawasan Konservasi di Pulau Lombok ........................................................ 142
Gambar 85. Proyeksi Daya Dukung Wisatawan di Pulau Lombok Hingga Tahun 2045 . 143
Gambar 86. Matrix SWOT................................................................................................ 144
Gambar 87. Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut Tahun 2020 Periode II .......................................................... 155
Gambar 88. Rencana Pola tata ruang Lokasi Peluang Investasi Desa Tanak Awu
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah .............................................. 162
Gambar 89. Peta Estimasi Lokasi Peluang Investasi ........................................................ 166
Gambar 90. Model Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Pariwisata (A. Hidayah etal.,
2017) .............................................................................................................. 168
Gambar 91. Perangkat Regulasi Kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus .................... 170
Gambar 92. The Tripe Helix of University-Industry-Government Relations ................... 172
Gambar 93. Peta Investasi Lokasi Peluang Investasi No. 5 .............................................. 173
Gambar 94. Pola Transportasi Wisata............................................................................... 175
Gambar 95. Peta Aksesibilitas Transportasi ..................................................................... 176

IX
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 96. Kondisi Lokasi Lahan Peluang Investasi No. 5, Desa Tanak Awuk,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah ............................................. 177
Gambar 97. Komponen Sistem Transportasi .................................................................... 178
Gambar 98. Kondisi Jalan Lokasi Lahan Peluang Investasi No. 5, Desa Tanak Awuk,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah ............................................. 179
Gambar 99. Konsep Manajemen Mutu Penyelenggaraan Jalan........................................ 180
Gambar 100. Insenerator Sampah ..................................................................................... 182
Gambar 101. Sistem drainase limbah di dalam bangunan ................................................ 184
Gambar 102. Penggunaan dua sistem saluran drainase .................................................... 185
Gambar 103. Saluran drainase untuk menampung limpasan air hujan ............................. 185
Gambar 104. Contoh disain bangunan pengelolaan limbah IPAL komunal ..................... 186
Gambar 105. Skema sistem jaringan listrik yang digunakan di hotel dan resort .............. 187
Gambar 106. Perekonomian Kabupaten Lombok Tengah 2019 ....................................... 209
Gambar 107. Tren Inflasi di Indonesia Tahun 2015-2019 ................................................ 217
Gambar 108. Lokasi Rencana Pembangunan Hoteldan Resort (Lokasi No. 5) ................ 229
Gambar 109. Dimensi Parkir Kendaraan .......................................................................... 231
Gambar 110. Pasokan Tenaga Kerja Pariwisata berdasarkan Jenis Sekolah Pariwisata .. 247
Gambar 111. Peta Kawasan Warisan Budaya di Pulau Lombok ...................................... 253
Gambar 112. Berita Acara 1.............................................................................................. 256
Gambar 113. Sosialisasi kepada Tokoh Masyarakat dan Penandatanganan BA
Dukungan ..................................................................................................... 257
Gambar 114. Absensi ........................................................................................................ 257
Gambar 115. Skema BOO................................................................................................. 283
Gambar 116. Skema BOOT .............................................................................................. 284
Gambar 117. Skema BOT ................................................................................................. 284
Gambar 118. Skema DB ................................................................................................... 285
Gambar 119. Skema DBFO .............................................................................................. 285
Gambar 120. Skema Kemitraan BOT ............................................................................... 288
Gambar 121. Skema BOT ................................................................................................. 289

X
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

DAFTAR TABEL

Tabel 1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010
(triliun rupiah) ....................................................................................................... 12
Tabel 2. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
(persen)................................................................................................................. 13
Tabel 3. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha (persen) ................................................ 14
Tabel 4. PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010
(triliun rupiah) ...................................................................................................... 15
Tabel 5. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran
(persen)................................................................................................................. 15
Tabel 6. Struktur PDB Menurut Pengeluaran (persen) ....................................................... 16
Tabel 7. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB per Pulau (persen) ............. 16
Tabel 8. PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan ................................................................... 20
Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ......................................... 29
Tabel 10. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran ....................................... 44
Tabel 11. Perubahan Pagu APBD Provinsi NTB Dalam Rangka Penangana Covid-l9 ..... 45
Tabel 12. Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Triwulan II 2020 ................................................................................................. 50
Tabel 13. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah Tahun
2012-2019 ........................................................................................................... 55
Tabel 14. Produk Domestik Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten Lombok Tengah Tahun
2012-2019 ........................................................................................................... 56
Tabel 15. PDRB Kabupaten Lombok Tengah Berdasrkan Distribusi Sektor Tahun 2012-
2019 .................................................................................................................... 57
Tabel 16. Jumlah dan Perubahan Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Tengah Tahun
2012-2019 ........................................................................................................... 70
Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
tahun 2015-2017 ................................................................................................. 82
Tabel 18. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB tahun 2017-2019 ...................... 83
Tabel 19. Jumlah Hotel Bintang-Non Bintang dan Jumlah Kamar di Provinsi NTB Tahun
2019 .................................................................................................................. 102

XI
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 20. Proyeksi Kunjungan Wisatawan ke Lombok Sampai Tahun 2045................... 105
Tabel 21. Proyeksi Total Pendapatan Pariwisata Lombok Sampai Tahun 2045 .............. 106
Tabel 22. Proyeksi kebutuhan akomodasi di Lombok Sampai Tahun 2045 ..................... 106
Tabel 23. Realiasai PMA Berdasarkan sektor pada tahun 2011-2017 (dalam miliar
rupiah) ............................................................................................................. 107
Tabel 24. Realiasai PMND Berdasarkan sektor pada tahun 2011-2017 (dalam miliar rupiah)
................................................................................................................................... 108
Tabel 25. Total Panjang Jalan di Pulau Lombok .............................................................. 120
Tabel 26. 14 Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB ......................................................... 128
Tabel 27. 9 Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB ........................................................... 131
Tabel 28. Tabel Matriks SWOT Pada Titik Lokasi Potensi Investasi Nomor 5 ............... 145
Tabel 29. Ketentuan Umum Rencana Pola Ruang Perkotaan Praya ................................. 163
Tabel 30. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Menurut
Kelompok Umur dan Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2019 ........................................................................................................ 211
Tabel 31. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Menurut
Kelompok Umur dan Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2019 ........................................................................................................ 211
Tabel 32. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Status
Pekerjaan Utama di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2017, 2018, dan 2019212
Tabel 33. NIlai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing Tahun 2015-2019 ................. 213
Tabel 34. Analisis NPV Pengembangan Hotel & Resort di Lokasi Nomor 5 .................. 234
Tabel 35. Analisis IRR Pembangunan Hotel dan Resort di Lokasi Nomor 5 ................... 236
Tabel 36. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di NTB sampai dengan tahuan 2045 ........... 244
Tabel 37. Proyeksi Tenaga Kerja di NTB Terkait Pariwisata Sampai Dengan Tahun
2045 ................................................................................................................. 245
Tabel 38. Pasokan Tenaga Kerja Berdasarkan Level dan Sektor Per Tahap .................... 246
Tabel 39. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja .................................................................... 248
Tabel 40. Identifikasi Risiko yang Merujuk Pada Penelitian Sejenis ............................... 274

XII
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Pertumbuhan Perekonomian Nasional
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II
(Q2) 2020 mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy). Angka ini memburuk
dari Q1 2020 yang mencapai 2,97% dan Q2 2019 yang mencapai 5,05%. Perekonomian
Indonesia Q2 2020 yoy dibandingkan Q2 2019 kontraksi 5,32 %, kontraksi sebesar 5,32%
itu merupakan yang terendah sejak triwulan I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia
mengalami kontraksi sebesar 6,13%.
Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini juga yang terburuk sejak krisis 1998. Waktu itu
pertumbuhan Indonesia minus 16,5% (sepanjang 1998). Sementara itu pada Q2 2008 lalu,
saat krisis finansial global melanda, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4%. Lalu secara
keseluruhan sepanjang tahun pada krisis 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,1%.
Pengumuman BPS ini juga mengonfirmasi kontraksi Q2 2020 lebih dalam dari
prediksi Kemenkeu di kisaran minus 3,8%. Realisasi ini juga lebih buruk dari batas bawah
prediksi Kemenkeu di angka minus 5,1%. Secara quarter to quarter (q-to-q) pertumbuhan
ekonomi Indonesia Q2 2020 terkontraksi atau minus 4,19%. Sementara itu pada Q1 2020
secara q-to-q Indonesia sudah tumbuh minus 2,41%. Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini
disebabkan oleh kontraksi di berbagai komponennya. Dari komponen pengeluaran
misalnya. Konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85% dari PDB tumbuh minus
5,51%. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang
menyumbang 30,61% dari PDB juga minus 8,61%. Ekspor yang memegang porsi 15,69%
PDB tumbuh minus 11,66%. Impor dengan porsi 15,52% tumbuh minus 16,96%. Konsumsi
pemerintah dengan porsi 8,67% dari PDB tumbuh minus 6,9%. Konsumsi Lembaga Non-
Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36% tumbuh minus 7,76%.
Pada Q2 2020, BPS juga mencatat sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif.
Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan,
pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan pengadaan air.
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp 3.687,7 triliun dan atas dasar harga
konstan 2010 mencapai Rp 2.589,6 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap

1
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

triwulan II-2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,32% (yoy). Dari sisi
produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan
tertinggi sebesar 30,84%. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta
impor barang dan jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 11,66%
dan 16,96%. Ekonomi Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan sebelumnya mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 4,19% (q-to-q). Dari sisi produksi, lapangan usaha
transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 29,22%.
Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta impor barang dan
jasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 12,81% dan 14,16%.
Ekonomi Indonesia semester I-2020 terhadap semester I-2019 mengalami kontraksi
sebesar 1,26% (c-to-c). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terbesar terjadi pada
lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 15,07%. Sementara dari sisi
pengeluaran semua komponen terkontraksi, dengan kontraksi tertinggi terjadi pada
Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-
LNPRT) sebesar 6,44%. Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2020
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,55%, dengan kinerja ekonomi
yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,69%. Sementara itu kelompok Pulau
Maluku dan Papua mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36%, walaupun kontribusinya
terkecil (kurang dari tiga persen) dibanding kelompok pulau lainnya.

PDB MENURUT LAPANGAN USAHA


1. Pertumbuhan ekonomi triwulan ii-2020 terhadap triwulan ii-2019 (yoy) ekonomi
indonesia triwulan ii-2020 dibanding triwulan II-2019 (yoy) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 5,32%. Kontraksi pertumbuhan terjadi pada hampir semua
lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan signifikan
adalah transportasi dan pergudangan sebesar 30,84%; dan penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 22,02%. Industri pengolahan yang memiliki peran dominan juga
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,19%. Di sisi lain, beberapa lapangan
usaha masih mengalami pertumbuhan positif, di antaranya informasi dan komunikasi
sebesar 10,88%; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar
4,56%; dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 3,71%. Adapun pertanian,
kehutanan, dan perikanan juga tumbuh sebesar 2,19%. Berdasarkan sumber

2
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 (yoy), sumber pertumbuhan tertinggi


berasal dari lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 0,58%; diikuti pertanian,
kehutanan, dan perikanan sebesar 0,29%; dan real estate sebesar 0,07%. Sementara
pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya terkontraksi sebesar
6,26%.

Gambar 1. Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Triwulan II-2020 (yoy) (persen)

Sumber: BPS 2020

Gambar 2.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (yoy) (persen)

Sumber: BPS 2020

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku
triwulan II-2020 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Indonesia masih

3
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 19,87%; diikuti oleh
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 15,46%; perdagangan besar-eceran;
reparasi mobil-sepeda motor sebesar 12,84%; dan konstruksi sebesar 10,56%. peranan
keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 58,73%.

2. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) ekonomi


Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 4,19%. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan
diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar 29,22%; penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 22,31%; dan jasa lainnya sebesar 15,12%. Di sisi lain, beberapa
lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif, yaitu pertanian, kehutanan dan
perikanan sebesar 16,24%; informasi dan komunikasi sebesar 3,44%; dan pengadaan
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,28%.

Gambar 3. Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (q-to-q) (persen)

Sumber: BPS 2020

3. Pertumbuhan ekonomi semester I-2020 terhadap semester I-2019 (c-to-c) ekonomi


Indonesia semester I-2020 dibanding semester I-2019 (c-to-c) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 1,26%. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan
diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar 15,07%; penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 10,13%; dan jasa perusahaan sebesar 3,48%. Sebaliknya
beberapa lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif, diantaranya informasi

4
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dan komunikasi sebesar 10,35%; jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,01%; dan
jasa keuangan dan asuransi sebesar 5,87%.

Gambar 4.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Semester I-2020 (c-to-c) (persen)

Sumber: BPS 2020

PDB MENURUT PENGELUARAN


1. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 (yoy) ekonomi
Indonesia pada triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 (yoy) tumbuh negatif
(kontraksi) pada semua komponen pengeluaran. Pertumbuhan negatif terutama terjadi
pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 11,66%; diikuti komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,61%; dan Komponen PK-LNPRT
sebesar 7,76%. Sementara komponen impor barang dan jasa (yang merupakan faktor
pengurang dalam PDB menurut pengeluaran) mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 16,96%. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-
2020 (yoy), Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) dan PMTB
menjadi sumber utama terkontraksinya perekonomian Indonesia dengan berkontribusi
negatif sebesar 2,96% dan 2,73%. Sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi dari
komponen lainnya sebesar 0,37%.

5
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 5.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Triwulan II-2020 (yoy)


(persen)

Sumber: BPS 2020

Gambar 6.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (yoy) (persen)

Sumber: BPS 2020

Struktur PDB Indonesia menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku
triwulan II-2020 tidak menunjukkan perubahan berarti. Perekonomian Indonesia masih
didominasi oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 19,87%; diikuti oleh
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 15,46%; perdagangan besar-eceran;
reparasi mobil-sepeda motor sebesar 12,84%; dan konstruksi sebesar 10,56%. peranan
keempat lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Indonesia mencapai 58,73%.

6
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) ekonomi


Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 4,19%. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan
diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar 29,22%; penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 22,31%; dan jasa lainnya sebesar 15,12%. Di sisi lain, beberapa
lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif, yaitu pertanian, kehutanan, dan
perikanan sebesar 16,24%; informasi dan komunikasi sebesar 3,44%; dan pengadaan
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 1,28%.

Gambar 7.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha (q-to-q) (persen)

Sumber: BPS 2020

3. Pertumbuhan ekonomi semester I-2020 terhadap semester I-2019 (c-to-c) ekonomi


Indonesia semester I-2020 dibanding semester I-2019 (c-to-c) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 1,26%. Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan
diantaranya transportasi dan pergudangan sebesar 15,07%; penyediaan akomodasi dan
makan minum sebesar 10,13%; dan jasa perusahaan sebesar 3,48%. Sebaliknya
beberapa lapangan usaha masih mengalami pertumbuhan positif, diantaranya informasi
dan komunikasi sebesar 10,35%; jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 7,01%; dan
jasa keuangan dan asuransi sebesar 5,87%.

7
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 8.Pertumbuhan PDB Beberapa Lapangan Usaha Semester I-2020 (c-to-c) (persen)

Sumber: BPS 2020

PDB MENURUT PENGELUARAN


1. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 (yoy) ekonomi
Indonesia pada triwulan II-2020 terhadap triwulan II-2019 (yoy) tumbuh negatif
(kontraksi) pada semua komponen pengeluaran. Pertumbuhan negatif terutama terjadi
pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 11,66%; diikuti Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,61%; dan komponen PK-LNPRT
sebesar 7,76%. Sementara komponen impor barang dan jasa (yang merupakan faktor
pengurang dalam PDB menurut pengeluaran) mengalami kontraksi pertumbuhan
sebesar 16,96%. Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-
2020 (yoy), Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) dan PMTB
menjadi sumber utama terkontraksinya perekonomian Indonesia dengan berkontribusi
negatif sebesar 2,96% dan 2,73%. Sedangkan sumber pertumbuhan ekonomi dari
komponen lainnya sebesar 0,37%.

8
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 9.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Triwulan II-2020 (yoy)


(persen)

Sumber: BPS 2020

Gambar 10.Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Komponen Pengeluaran (yoy) (persen)

Sumber: BPS 2020

Struktur PDB Indonesia menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku triwulan
II-2020 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Perekonomian Indonesia masih
didominasi oleh Komponen PK-RT yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia
yaitu sebesar 57,85%, diikuti oleh komponen PMTB sebesar 30,61%, Komponen
Ekspor Barang dan Jasa sebesar 15,69%, Komponen PK-P sebesar 8,67%, Komponen
Perubahan Inventori sebesar 3,27% dan Komponen PK-LNPRT sebesar 1,36%.
Sementara Komponen Impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDB
memiliki peran sebesar 15,52%.

9
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) ekonomi


Indonesia triwulan II-2020 terhadap triwulan I-2020 (q-to-q) terkontraksi sebesar
4,19%. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi hampir di seluruh
komponen PDB pengeluaran, kecuali Komponen PK-P yang tumbuh sebesar 22,32%.

Gambar 11.Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran (q-to-q) (persen)

Sumber: BPS 2020

3. Pertumbuhan ekonomi semester I-2020 terhadap semester I-2019 (c-to-c) ekonomi


Indonesia pada semester I-2020 terhadap semester I-2019 tumbuh minus 1,26% (c-to-
c). Pertumbuhan negatif pada semester I-2020 terutama terjadi pada Komponen PK-
LNPRT sebesar 6,44%, diikuti komponen ekspor barang dan jasa sebesar 5,68%, dan
Komponen PMTB sebesar 3,47%. Sementara komponen impor barang dan jasa (yang
merupakan faktor pengurang dalam PDB menurut pengeluaran) mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 9,62%.
Gambar 12. Pertumbuhan PDB Beberapa Komponen Pengeluaran Semester I-2020 (c-to-
c) (persen)

Sumber: BPS 2020

10
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)


Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-2020 masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,55%, kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera
sebesar 21,49%, Pulau Kalimantan 8,04%, dan Pulau Sulawesi 6,55%, serta sisanya 5,37%
disumbangkan pulau-pulau lainnya yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku
dan Papua masing-masing sebesar 3,00% dan 2,37%. Dampak pandemi COVID-19 sangat
berpengaruh pada kinerja ekonomi kelompok provinsi di Pulau Jawa yang mengalami
kontraksi pertumbuhan sebesar 6,69% (yoy), disusul oleh kelompok provinsi di Pulau Bali
dan Nusa Tenggara sebesar 6,29%. Sebaliknya, kelompok provinsi di Pulau Maluku dan
Papua masih menunjukkan kinerja ekonomi yang tumbuh positif sebesar 2,36%.

Gambar 13. Peranan Pulau dalam Pembentukan PDB Nasional Triwulan II-2020

Sumber: BPS 2020

11
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
2010 (triliun rupiah)
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
Lapangan Usaha
Triw I-2020 Triw II-2020 Triw I-2020 Triw II-2020

(1) (2) (3) (4) (5)

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 503,7 570,0 322,6 375,0

B. Pertambangan dan Penggalian 267,4 231,5 200,8 193,3

C. Industri Pengolahan 783,6 732,6 566,7 530,0

D. Pengadaan Listrik dan Gas 45,9 42,0 27,7 25,5

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2,8 2,8 2,3 2,3

F. Konstruksi 419,7 389,5 273,6 253,5

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda


G. 517,9 473,5 356,1 332,2
Motor

H. Transportasi dan Pergudangan 202,9 131,8 112,0 79,3

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 109,8 84,1 82,8 64,3

J. Informasi dan Komunikasi 166,8 171,9 156,0 161,3

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 184,4 163,8 120,7 108,2

L. Real Estat 113,0 112,8 80,8 80,6

M,N. Jasa Perusahaan 78,5 67,6 52,4 45,0

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial


O. 141,7 140,2 90,5 88,1
Wajib

P. Jasa Pendidikan 129,9 130,4 84,0 83,4

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 46,9 45,4 33,9 32,5

R,S,T,U. Jasa Lainnya 80,5 68,7 52,4 44,5

Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Dasar 3.795,4 3.558,6 2.615,3 2.499,0

Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 127,3 129,1 87,7 90,6

Produk Domestik Bruto (PDB) 3.922,7 3.687,7 2.703,0 2.589,6

Sumber: BPS 2020

12
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 2. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
(persen)
Triw I-2020 Triw II-2020 Triw I-2020 Triw II-2020 Semester I-2020 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Lapangan Usaha
Triw IV-2019 Triw I-2020 Triw I-2019 Triw II-2019 Semester I-2019 Triw II-2020
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c) (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9,46 16,24 0,02 2,19 1,18 0,29

B. Pertambangan dan Penggalian -0,73 -3,75 0,45 -2,72 -1,13 -0,20

C. Industri Pengolahan -1,17 -6,49 2,06 -6,19 -2,10 -1,28

D. Pengadaan Listrik dan Gas -5,66 -7,89 3,85 -5,46 -0,83 -0,05

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,


E. -0,89 1,28 4,56 4,56 4,56 0,00
Limbah dan Daur Ulang

F. Konstruksi -6,92 -7,37 2,90 -5,39 -1,26 -0,53

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi


G. -1,38 -6,71 1,60 -7,57 -3,04 -1,00
Mobil dan Sepeda Motor

H. Transportasi dan Pergudangan -6,37 -29,22 1,29 -30,84 -15,07 -1,29

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum -3,54 -22,31 1,95 -22,02 -10,13 -0,66

J. Informasi dan Komunikasi 2,97 3,44 9,80 10,88 10,35 0,58

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 5,34 -10,32 10,62 1,03 5,87 0,04

L. Real Estat 0,49 -0,26 3,79 2,30 3,04 0,07

M,N. Jasa Perusahaan -2,28 -14,11 5,39 -12,09 -3,48 -0,23

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan


O. -8,54 -2,65 3,16 -3,22 -0,09 -0,11
dan Jaminan Sosial Wajib

P. Jasa Pendidikan -10,39 -0,68 5,89 1,21 3,51 0,04

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,09 -4,15 10,39 3,71 7,01 0,04

R,S,T,U. Jasa Lainnya -1,19 -15,12 7,09 -12,60 -2,95 -0,23

Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga -1,01 -4,45 2,96 -4,71 -0,94 -4,52
Dasar
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk -31,46 3,36 3,22 -19,62 -9,80 -0,80

Produk Domestik Bruto (PDB) -2,41 -4,19 2,97 -5,32 -1,26 -5,32

Sumber: BPS 2020

13
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 3. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha (persen)

2019 2020
Lapangan Usaha
Triw I Triw II Triw I Triw II
(1) (2) (3) (4) (5)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,65 13,57 12,84 15,46
B. Pertambangan dan Penggalian 7,77 7,39 6,82 6,28
C. Industri Pengolahan 20,06 19,52 19,98 19,87
D. Pengadaan Listrik dan Gas 1,17 1,13 1,17 1,14
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,07 0,07 0,07 0,08
F. Konstruksi 10,75 10,37 10,70 10,56
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 13,19 12,95 13,20 12,84
H. Transportasi dan Pergudangan 5,53 5,57 5,17 3,57
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2,83 2,74 2,80 2,28
J. Informasi dan Komunikasi 3,95 3,89 4,25 4,66
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,34 4,10 4,70 4,44
L. Real Estat 2,84 2,75 2,88 3,06
M,N. Jasa Perusahaan 1,90 1,89 2,00 1,83
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,56 3,71 3,61 3,80
P. Jasa Pendidikan 3,14 3,22 3,31 3,54
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,10 1,09 1,20 1,23
R,S,T,U. Jasa Lainnya 1,91 1,92 2,05 1,86

Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Dasar 96,76 95,88 96,75 96,50
Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 3,24 4,12 3,25 3,50
Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS 2020

14
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 4. PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2010
(triliun rupiah)
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
Komponen
Triw I-2020 Triw II-2020 Triw I-2020 Triw II-2020
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2.280,0 2.133,5 1.483,3 1.386,7

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 50,2 50,0 32,6 32,3

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 254,9 319,6 159,4 195,0

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.251,7 1.128,8 876,3 791,2

5. Perubahan Inventori 88,3 120,7 50,5 66,0

6. Ekspor Barang dan Jasa 683,2 578,4 546,4 476,4

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 689,1 572,5 473,2 406,2

Diskrepansi Statistik1) 3,5 -70,8 27,7 48,2

Produk Domestik Bruto (PDB) 3.922,7 3.687,7 2.703,0 2.589,6

Sumber: BPS 2020

Tabel 5. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran (persen)
Triw I-2020 Triw II-2020 Triw I-2020 Triw II-2020 Semester I-2020 Sumber
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap Pertumbuhan
Komponen Triw IV-2019 Triw I-2020 Triw I-2019 Triw II-2019 Semester I-2019 Triw II-2020
(q-to-q) (q-to-q) (y-on-y) (y-on-y) (c-to-c) (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -1,99 -6,51 2,83 -5,51 -1,38 -2,96

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT -2,29 -0,78 -5,09 -7,76 -6,44 -0,10

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -44,01 22,32 3,75 -6,90 -2,39 -0,53

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto -7,89 -9,71 1,70 -8,61 -3,47 -2,73

5. Perubahan Inventori – – – – – –

6. Ekspor Barang dan Jasa -6,38 -12,81 0,23 -11,66 -5,68 -2,30

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa -11,89 -14,16 -2,19 -16,96 -9,62 -3,03

Produk Domestik Bruto (PDB) -2,41 -4,19 2,97 -5,32 -1,26 -5,32

Sumber: BPS 2020

15
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 6. Struktur PDB Menurut Pengeluaran (persen)

2019 2020
Komponen
Triw I Triw II Triw I Triw II

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 56,83 55,84 58,12 57,85

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,36 1,34 1,28 1,36

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 6,37 8,74 6,50 8,67

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 32,15 31,10 31,91 30,61

5. Perubahan Inventori 2,89 2,59 2,25 3,27

6. Ekspor Barang dan Jasa 18,56 17,65 17,42 15,69

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 18,79 18,48 17,57 15,52

Diskrepansi Statistik1) 0,63 1,22 0,09 -1,93

Produk Domestik Bruto (PDB) 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS 2020

Tabel 7. Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan PDRB per Pulau (persen)
Laju Pertumbuhan
Sumber
Pulau Triw II-2020 Triw II-2020 Pertumbuhan Distribusi
Terhadap Terhadap Triw II-2020 Triw II-2020
Triw I-2020 Triw II-2019
(y-on-y)
(q-to-q) (y-on-y)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Sumatera -3,70 -3,01 -0,63 21,49

2. Jawa -7,23 -6,69 -3,96 58,55

3. Bali dan Nusa Tenggara -3,21 -6,29 -0,19 3,00

4. Kalimantan -5,81 -4,35 -0,36 8,04

5. Sulawesi -0,73 -2,76 -0,17 6,55

6. Maluku dan Papua 0,64 2,36 0,05 2,37

Sumber: BPS 2020

16
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 14.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II 2020

Sumber: BPS 2020

17
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1.1.2 Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat


Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Kondisi Umum
Kondisi ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan I 2020
tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2020, ekonomi NTB
tumbuh menjadi 3,19% (yoy) dari 5,70% (yoy) pada triwulan IV 2019. Melambatnya
pertumbuhan ekonomi NTB terutama disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi
akibat adanya pandemi COVID-19.
Pada sisi permintaan, menurunnya pertumbuhan ekonomi NTB lebih
dipengaruhi oleh penurunan kinerja PMTB pada triwulan I 2020 sejalan dengan
menurunnya investasi bangunan dan non bangunan. Selain itu, penurunan juga terjadi
pada kinerja ekspor LN sejalan dengan menurunnya penjualan konsentrat tembaga luar
negeri. Perlambatan lebih lanjut tertahan oleh meningkatnya kinerja konsumsi agregat
didukung oleh meningkatnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya realisasi belanja
pemerintah.
Pada sisi penawaran, penurunan ekonomi NTB terutama disebabkan oleh
turunnya kinerja LU Pertanian akibat adanya pergeseran masa tanam. Penurunan lebih
lanjut juga disebabkan oleh LU perdagangan, LU konstruksi dan LU transportasi.
Adanya pembatasan sosial sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur tentang Status
Siaga Darurat Bencana Non Alam Corona Virus Disease (COVID- 19), SK bernomor
360-298 (https://www.getnews.id/2020/03/25/gubernur-ntb-keluarkan-sk-status-siaga-
darurat-covid-19/) hingga pembatasan lalu lintas wisawatan berdampak signifikan
pada penurunan kinerja LU perdagangan dan transportasi. Sementara menurunnya
kinerja LU konstruksi lebih dipengaruhi oleh progres pembangunan Rumah Tahan
Gempa (RTG) yang hampir rampung dan selesainya pembangunan Pelabuhan Gili Mas
di awal tahun 2020.
Di luar sektor tambang, kinerja ekonomi Provinsi NTB mengalami penurunan
lebih lanjut sebesar 0,32% (yoy). Petumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,12% (yoy). Realisasi Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Provinsi NTB dengan perhitungan atas dasar harga konstan
pada triwulan I 2020 mencapai Rp. 32,87 triliun. Dengan pencapaian realisasi tersebut,

18
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Provinsi NTB memiliki pangsa 0,48% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional.

Gambar 15.Pertumbuhan PDRB Tahunan (yoy) Provinsi NTB dan Nasional Tahunan

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 16.Pertumbuhan Komponen Utama PDRB Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, melambatnya laju PMTB dan ekspor LN menjadi faktor
utama penurunan pertumbuhan ekonomi NTB di triwulan I 2020. Penurunan pada
komponen PMTB terutama disebabkan oleh penurunan investasi bangunan maupun
investasi non bangunan. Selain PMTB, melambatnya pertumbuhan ekonomi NTB pada
triwulan I 2020 juga disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor LN, terutama pada

19
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

ekspor konsentrat tembaga. Sementara itu, penurunan lebih lanjut tertahan oleh
peningkatan konsumsi secara agregat sejalan dengan pulihnya ekonomi NTB pasca
gempa.

Tabel 8. PDRB Provinsi NTB Sisi Permintaan


Kontribusi per Pertumbuhan (% yoy)
Komponen (ADHK, Rp Miliar) 2018 2019 Tw I 2020 Tw I 2020 (%) Tw III 2019 Tw IV 2019 Tw I 2020
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 56,523 58,270 14,712 61.43 3.56 2.85 2.91
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,457 1,514 359 1.53 1.21 -5.31 -6.17
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12,176 12,406 2,981 15.33 7.19 -8.41 3.43
PMTB 30,007 32,164 7,647 39.97 10.64 3.35 0.04
Perubahan Inventori 332 294 77 0.58 -3.72 -2.39 4.01
Ekspor Barang dan Jasa 6,519 3,885 870 4.37 -31.14 2.42 -8.29
Impor Barang dan Jasa 3,223 2,594 752 3.20 -32.05 -3.22 2.64
Net Ekspor Antar Daerah (13,401) (11,923) (2,902) -20.01 -4.52 -23.79 -9.69
PDRB 90,391 94,015 22,991 100.00 6.46 5.70 3.19
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Konsumsi
Konsumsi Provinsi NTB secara agregat (konsumsi rumah
tangga+pemerintah+LNPRT) pada triwulan I 2020 tumbuh meningkat. Konsumsi
agregat pada triwulan I 2020 tumbuh positif sebesar 2,80% (yoy), mengalami kenaikan
dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,50% (yoy). Peningkatan tersebut
disumbang oleh komponen konsumsi Rumah Tangga (RT) dan konsumsi pemerintah.
Konsumsi RT pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,91% (yoy) atau meningkat dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,85% (yoy). Sementara konsumsi
pemerintah pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 3,43% (yoy) atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh terkontraksi sebesar 8,41% (yoy).
Kesejahteraan di tingkat pedesaan mengalami kenaikan. Hal tersebut terkonfirmasi dari
membaiknya tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP)
pada triwulan I 2020 sebesar 107,55, meningkat dari triwulan sebelumnya yakni sebesar
106,87. Meningkatnya NTP tersebut didukung oleh inflasi pedesaan cenderung rendah
dan stabil dan peningkatan indeks pendapatan petani sehingga mendukung indeks daya
beli petani tetap terjaga. Peningkatan kinerja konsumsi RT yang lebih tinggi tertahan
oleh perlambatan penyaluran kredit konsumsi RT. Hal tersebut terkonfirmasi dari
indikator penyaluran kredit konsumsi oleh bank umum di Provinsi NTB pada triwulan
I 2020 yang masih tumbuh melambat yakni sebesar 6,12% (yoy), lebih rendah
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,85% (yoy).

20
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 17. Perkembangan Nilai Tukar Petani di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 18. Kredit Konsumsi di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Peningkatan konsumsi pemerintah utamanya didorong oleh peningkatan


realisasi belanja di kabupaten/kota. Pada triwulan I 2020, realisasi belanja daerah
Provinsi NTB (APBN+APBD Provinsi dan kabupaten/kota) tumbuh terkontraksi
sebesar 0,55% (yoy), membaik dibandingkan realisasi belanja pada triwulan
sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam yakni sebesar 24,21% (yoy). Meningkatnya
belanja pemerintah terutama didukung oleh peningkatan realisasi belanja pada
kabupaten/kota dengan pertumbuhan sebesar 16,17% (yoy), meningkat dibandingkan

21
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,70% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi
baik pada belanja pegawai, belanja barang, maupun belanja modal dengan pertumbuhan
masing-masing sebesar 5,19% (yoy), 39,56% dan 54,49% (yoy).

Gambar 19. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi di NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 20. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

22
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

PMTB/Investasi
Komponen PMTB/investasi pada triwulan I 2020 tumbuh melandai. Komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 0,04%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
3,35% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada triwulan I 2020 salah satunya penurunan
aktivitas konstruksi yang disebabkan oleh progress pembangunan Rumah Tahan
Gempa (RTG) yang sudah mendekati tahap penyelesaian. Berdasarkan informasi dari
BNPB pada tanggal 4 Maret 2020, progres pembangunan RTG sudah mencapai 72,25%
dari total rumah rusak mencapai 226.204 unit. Rincian progres RTG di antaranya
163.432 unit yang sudah selesai dibangun, 43.677 unit masih dalam pengerjaan, dan
19.095 unit masih dalam rencana pengerjaan.
(https://regional.kompas.com/read/2020/03/07/08253341/transisi-darurat-tinggal-
sebulan-19000-unitrumah-penyintas-gempa-lombok). Penurunan kinerja investasi
seiring dengan telah selesainya pembangunan Pelabuhan Gili Mas dan pembangunan
infrastruktur penunjang event MotoGP yang masih tahap persiapan. Salah satu
infrastruktur pendukung adalah Pelabuhan Gili Mas yang pembangunan fisiknya sudah
mencapai progres 98%. Di luar pelabuhan, infrastruktur penunjang event MotoGP
lainnya masih dalam tahap persiapan pembangunan dan baru akan proses konstruksi di
triwulan II 2020. Menurunnya investasi bangunan pada triwulan I 2020 tercermin dari
realisasi penjualan semen pada triwulan I 2020 yang tumbuh terkontraksi sebesar
11,74% (yoy), menurun dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 39,81% (yoy).
Selain investasi bangunan, menurunnya investasi juga berasal dari investasi non
bangunan. Hal tersebut terkonfirmasi dari pertumbuhan impor barang modal pada
triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar 20% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 90% (yoy). Komoditas barang modal yang diimpor oleh Provinsi
NTB masih didominasi oleh komoditas mesin-mesin/pesawat mekanik, terutama untuk
kebutuhan industri pertambangan.

23
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 21. Realisasi Penjualan Semen di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 22. Impor Barang Modal Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Ekspor Impor
Pertumbuhan ekspor luar negeri Provinsi NTB pada triwulan I 2020 tumbuh
melambat. Ekspor LN Provinsi NTB pada triwulan I 2020 tumbuh terkontraksi sebesar
8,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
2,42% (yoy). Menurunnya kinerja ekspor luar negeri terutama disebabkan oleh
menurunnya penjualan konsentrat tembaga ke luar negeri. Hal tersebut terkonfirmasi
dari realisasi volume penjualannya yang menurun pada triwulan I 2020 yang tumbuh
terkontraksi sebesar 33,0% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh terkontraksi sebesar 0,77% (yoy). Menurunnya penjualan konsentrat tembaga
tersebut diprakirakan dipengaruhi oleh penurunan aktivitas ekonomi di sejumlah negara

24
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

importir seiring dengan merebaknya virus COVID-19 dan penerapan pembatasan


sosial. Di sisi lain, penjualan konsentrat tembaga lebih diprioritaskan untuk dijual ke
dalam negeri semenjak diterapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
13/PMK.010/2017 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar Dan
Tarif Bea Keluar. Pengenaan bea ekspor tersebut terkait dengan progres pembangunan
fasilitas pemurnian mineral (smelter) di dalam negeri yang masih berada di tahap I.
Pengenaan bea ekspor tersebut telah diberlakukan sejak 1 Maret 2017 hingga 11 Januari
2022 dimana pengenaan bea ekspor akan berkurang secara gradual sesuai dengan
progress pembangunan smelter. Disisi lain, meningkatnya permintaan dari perusahaan
smelter tembaga di Kabupaten Gresik mendorong naiknya pengapalan konsentrat
tembaga ke dalam negeri. Hal tersebut tercermin dari pangsa penjualan konsentrat
tembaga ke dalam negeri yang mencapai 60,66% pada triwulan I 2020.
Adapun di tahun 2020 perusahaan tambang di NTB mendapatkan izin kuota
ekspor sebanyak 373.626 WMT, atau meningkat sebesar 11,16% (yoy) dibandingkan
kuota ekspor tahun lalu. Penjualan konsentrat ke luar negeri masih terkonsentrasi di
benua Asia, diantaranya di Kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Selain berdampak
pada penentuan pengenaan bea cukai, kemajuan fisik pembangunan smelter juga turut
menentukan kuota ekspor yang diberikan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ESDM Nomor 50 tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan
Batubara (Minerba). Adapun capaian progress pembangunan smelter di Provinsi NTB
per Januari 2020 mencapai 22,97% dari target yang ditentukan yakni 24,66%
(https://ekonomi.bisnis.com/read/20200312/44/1212628/amman-mineral-aman-dari-
corona). Kemajuan pembangunan smelter akan menjadi dasar pertimbangan untuk
pemberian kuota ekspor ke depannya. Pemantauan progress pembangunan smelter
dilakukan per 6 (enam) bulan yang dilakukan oleh lembaga survey independen.
Di luar ekspor konsentrat tembaga, pada triwulan I 2020 ekspor luar negeri
tumbuh sebesar 111,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 118,05% (yoy). Komoditas ekspor di Provinsi NTB didominasi oleh
komoditas ikan dan udang, daging dan ikan olahan, serta perhiasan.

25
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 23. Pertumbuhan Penjualan Konsentrat Tembaga dibanding Ekspor LN


Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 24. Penyaluran Kredit Bank Umum ke Sektor Pertambangan

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Di sisi lain, impor luar negeri NTB tumbuh meningkat. Impor luar negeri
Provinsi NTB pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 2,64% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh terkontraksi sebesar -3,22% (yoy).
Meningkatnya impor terutama didorong oleh impor gula mentah (raw sugar) sebagai
bahan baku gula. Hal tersebut dipicu oleh langkanya pasokan gula mentah lokal,
sehingga berdampak pada kenaikan harga gula pasir secara nasional. Langkanya gula
mentah lokal juga terjadi di industri gula di Provinsi NTB sehingga harus
mendatangkan gula mentah dari Thailand. Di luar komoditas gula mentah, komponen

26
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

barang impor masih didominasi untuk kebutuhan di sektor tambang seperti


mesin/pesawat mekanik, bahan peledak dan kelompok komoditas karet.

Gambar 25. Perkembangan Nilai Ekspor Impor di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 26. Arus Bongkar Muat di Pelabuhan

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Untuk kegiatan ekspor impor antar daerah, net ekspor antar daerah triwulan I
2020 tumbuh terkontraksi sebesar -9,69% (yoy), membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar -23,79% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh
menurunnya pengapalan konsentrat tembaga ke smelter di Kabupaten Gresik yang

27
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

tumbuh terkontraksi sebesar 15,33% (yoy). Pada triwulan sebelumnya, pengapalan


konsentrat tembaga dari NTB ke Kabupaten Gresik tumbuh sebesar 279,62% (yoy).

Sisi Lapangan Usaha


Dari sisi Lapangan Usaha (LU), melambatnya pertumbuhan ekonomi pada
triwulan I 2020 disebabkan oleh penurunan kinerja pertanian, perdagangan,
transportasi, dan konstruksi. Menurunnya kinerja ekonomi pada triwulan I 2020
terutama disumbang oleh penurunan pada LU Pertanian sejalan dengan adanya
pergeseran masa tanam. Selain itu, menurunnya kinerja LU perdagangan dan
transportasi di Provinsi NTB tersebut terutama disebabkan oleh adanya pembatasan
sosial sesuai dengan Keputusan Gubernur NTB terkait Status Siaga Darurat Bencana
Non Alam Corona Virus Disease (COVID-19) No.360-268 pada tanggal 23 Maret 2020
(https://www.getnews.id/2020/03/25/gubernur-ntb-keluarkan-sk-status-siaga-darurat-
covid-19/). Sementara itu, penurunan kinerja LU konstruksi I 2020 lebih dipengaruhi
oleh progres pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) yang sudah hampir rampung
dengan progres RTG yang sudah dibangun mencapai 72% pada 4 Maret 2020. Selain
itu, pembangunan proyek infrastruktur seperti Pelabuhan Gili Mas sudah mencapai
98% dan sudah mulai beroperasi sejak November 2019. Turunnya pertumbuhan yang
lebih dalam tertahan oleh kinerja Pertambangan yang tumbuh meningkat yakni sebesar
18,82% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,64% (yoy).
Meningkatnya kinerja tambang didukung oleh peningkatan produksi di triwulan I 2020
sejalan dengan progress penggalian yang telah masuk ke fase 7.

Gambar 27. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

28
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 28. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Utama Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran


Kontribusi per Pertumbuhan (% yoy)
Sektor Tw I
Lapangan Usaha (ADHK, Rp Miliar) 2018 2019 Tw I 2020
Tw III 2019 Tw IV 2019 Tw I 2020
2020 (%)
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 21,248 21,570 4,870 21.38 1.07 2.69 (5.45)
Pertambangan dan Penggalian 13,017 13,121 3,985 16.77 10.09 4.64 18.82
Industri Pengolahan 4,276 4,441 880 3.33 1.68 3.08 1.11
Pengadaan Listrik, Gas 79 88 23 0.09 14.23 18.14 14.08
Pengadaan Air 70 72 19 0.08 5.00 1.13 4.27
Konstruksi 9,277 10,408 2,156 8.89 24.42 12.43 (6.48)
Perdagangan Besar dan Eceran, dan 12,771 13,583 3,273 14.64 8.05 7.65 2.22
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 6,507 6,595 1,606 7.08 1.51 4.65 3.71
Penyediaan Akomodasi dan Mamin 1,582 1,580 383 2.00 19.51 6.90 11.76
Informasi dan Komunikasi 2,275 2,368 609 2.04 3.92 4.76 5.61
Jasa Keuangan 3,273 3,319 893 3.99 (0.25) 15.68 11.72
Real Estate 2,803 2,936 743 3.37 5.16 5.32 4.39
Jasa Perusahaan 166 174 46 0.20 3.71 4.05 5.22
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 4,689 4,859 1,222 6.37 2.80 (0.81) 5.42
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 4,274 4,575 1,171 5.33 8.08 6.17 3.83
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,975 2,096 538 2.13 5.81 5.60 6.87
Jasa lainnya 2,109 2,228 576 2.33 3.71 6.25 4.87
PDRB 90,391 94,015 22,991 100.00 6.46 5.70 3.19
PDRB tanpa Tambang 80,260 84,082 19,714 85.76 6.33 6.12 0.32

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan


Pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh terkontraksi
sebesar 5,45% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kondisi

29
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,69% (yoy) dan lebih rendah
dibandingkan kinerja pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang tumbuh
terkontraksi sebesar 1,17% (yoy). Terkontraksinya kinerja pertanian pada triwulan I
2020 terutama disebabkan oleh pergeseran masa tanam sehingga puncak panen yang
sebelumnya terjadi di Maret-April 2019, bergeser menjadi April-Mei 2020. Hal tersebut
tercermin dari penurunan luas lahan panen untuk komoditas palawija (padi, jagung dan
kedelai) yang tumbuh terkontraksi sebesar 73,15% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,43% (yoy) dan
triwulan I 2019 yang tumbuh terkontraksi sebesar 15,47% (yoy).

Gambar 29.PDRB Provinsi NTB Sektor Pertanian

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 30. Perbandingan Pertumbuhan Luas Lahan Panen dan LU Pertanian

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

30
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Bergesernya masa tanam pada triwulan I 2020 terutama didorong oleh masa
kemarau yang lebih panjang pada tahun 2019, dipengaruhi oleh El Nino kuat. Masa
kemarau yang lebih panjang berdampak pada pergeseran waktu tanam komoditas
palawija dari akhir triwulan III awal triwulan IV menjadi akhir triwulan IV 2019.
Namun demikian, luas lahan tanam untuk komoditas padi, jagung, dan kedelai pada
triwulan I 2020 cenderung meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun
sebelumnya. Luas lahan pada triwulan I 2020 meningkat sebesar 42,22% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh terkontraksi sebesar 100% (yoy)
dan periode triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 7,50% (yoy). Dengan meningkatnya
luas lahan untuk komoditas tersebut diharapkan produksi pertanian di sepanjang tahun
2020 dapat lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Selain didukung oleh
peningkatan luas lahan tanam, kondisi cuaca yang lebih baik di tahun 2020 diharapkan
dapat mendukung peningkatan produktivitas pertanian. Peningkatan produktivitas
pertanian juga didukung oleh pemanfaatan bendungan di Provinsi NTB. Salah satunya
adalah Bendungan Tanju yang sedang dalam proses pengairan. Bendungan Mila sendiri
memiliki kapasitas tampung sebesar 6,73 juta dan dapat mengairi lahan seluas 1.689
Ha di wilayah Kabupaten Dompu, Provinsi NTB. Selain itu, pembangunan Bendungan
Meninting dan Bintang Bano diperkirakan dapat mendukung produktivitas pertanian
lebih lanjut.

Gambar 31. Pertumbuhan Luas Lahan Tanam Pangan Padi, Jagung dan Kedelai di
Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

31
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pertambangan dan Penggalian


Lapangan usaha pertambangan pada triwulan I 2020 tumbuh meningkat. LU
Pertambangan tumbuh sebesar 18,82% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
pertumbuhan sebelumnya yang tumbuh terkontraksi sebesar 4,64% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan pada LU pertambangan tercermin dari pertumbuhan
produksi konsentrat tembaga pada triwulan I 2020 yang tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Peningkatan produksi pada triwulan I 2020
didukung oleh meningkatnya hasil pertambangan pada Blok Batu Hijau yang mulai
memasuki puncak fase 7 yang ditandai dengan peningkatan hasil ore.1
Gambar 32. PDRB Provinsi NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 33. Perbandingan Nilai Produksi Konsentrat Tembaga dibanding PDRB


Pertambangan

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

1
Ore adalah bijih tembaga dengan kualitas mineral yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan limbah

32
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Peningkatan aktivitas pertambangan juga terkonfirmasi dari meningkatnya


pertumbuhan kredit pertambangan pada triwulan I 2020 yang tumbuh sebesar 138,0%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebelumnya yang tumbuh sebesar
4,0% (yoy). Diperkirakan puncak fase 7 terjadi pada tahun akhir 2020 s.d awal tahun
2021. Di sisi lain, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2018
tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), industri tembaga
di Provinsi NTB berencana membangun smelter pengolahan tembaga yang ditargetkan
akan berjalan di akhir tahun 2022. Adapun capaian progres pencapaian pembangunan
smelter di Provinsi NTB per Januari 2020 mencapai 22,97% dari target yang ditentukan
yakni 24,66%. Kemajuan pembangunan smelter akan dipantau oleh lembaga survey
independen per 6 (enam) bulan di mana progres tersebut akan menjadi dasar
pertimbangan untuk pemberian kuota ekspor ke depannya.
Adapun kapasitas pengolahan smelter mencapai 1,3 juta ton/tahun. Untuk
pemenuhan bahan baku smelter, perusahaan tengah menjalankan proses eksplorasi di
tambang galian Batu Hijau yang memasuki fase 7 dan tambang galian baru yakni Blok
Elang untuk peningkatan produksi konsentrat tembaga. Selain pembangunan smelter,
akan dikembangkan pula industri turunannya seperti industri pupuk, industri semen,
dan turunan produk smelter lainnya. Kawasan industri tersebut akan dibangun pada
areal lahan seluas 1.200 Ha yang mencakup 100 Ha untuk industri smelter (sudah
dilakukan pembebasan lahan) dan 1.100 Ha untuk kawasan industri turunan. Dengan
demikian, diharapkan NTB akan memiliki kawasan industri di Pulau Sumbawa.

Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Motor


Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil (PBER) tumbuh
melambat di triwulan I 2020. Sektor PBER tumbuh sebesar 2,22% (yoy) pada triwulan
I 2020, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
7,65% (yoy). Melambatnya perdagangan di Provinsi NTB disebabkan oleh pembatasan
sosial akibat COVID-19. Sesuai himbauan Pemerintah Provinsi, tempat hiburan
dihimbau untuk melakukan penutupan selama penetapan pandemi COVID-19 sejak 23
Maret 2020. Hal tersebut ditujukan terutama pada tempat hiburan yang menimbulkan
kerumunan masa seperti bioskop dan tempat karaoke. Di sisi lain, salah satu pusat
perbelanjaan terbesar di NTB memberlakukan pengurangan jam operasional sejak

33
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

ditetapkannya pandemi COVID-19. Selain itu, itu, pusat perbelanjaan tersebut


melakukan penutupan selama 2 minggu sejak 27 Maret sampai dengan 7 April 2020.
Selain ditutupnya sejumlah pusat perbelanjaan, penurunan kinerja perdagangan
juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada triwulan I 2020
yang menurun selama masa pandemi. Hal tersebut dipengaruhi oleh tutupnya
penerbangan dari dan ke Tiongkok pada awal Februari 2020 dan pembatasan lalu lintas
orang asing keluar masuk Indonesia yang diberlakukan per 20 Maret 2020
(https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-sejak-hari-ini-pembatasan-lalu-lintas-
orang-keluar-masukindonesia). Selain itu, penurunan jumlah wisatawan juga
dipengaruhi oleh penutupan kawasan 3 Gili yang efektif diberlakukan 17 Maret 2020
(https://travel.kompas.com/read/2020/03/16/201233327/cegah-virus-corona-ntb-
tutup-sementarapelayaran-ke-3-gili?page=all). Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi paparan COVID-19 dari Provinsi Bali, mengingat jumlah wisawatan 3 Gili
mayoritas datang dari Padang Bay, Bali. Menurunnya jumlah wisatawan tercermin dari
menurunnya tingkat Rata Lama Menginap (RLM) hotel non bintang pada triwulan I
2020 yakni 1,35 hari, dari sebelumnya 1,60 pada triwulan IV 2019. Menurunnya
kunjungan wisatawan juga tercermin dari penurunan Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
pada triwulan I 2020 (hotel bintang: 31,57%; hotel non bintang: 16,17%), lebih rendah
dibandingkan periode sebelumnya (hotel bintang: 47,88%; hotel non bintang: 29,84%).
Selain itu jumlah tamu hotel pada triwulan I 2020 menurun dari sebelumnya tumbuh
sebesar 51,43% (yoy) menjadi 21,71% (yoy).

Gambar 34. PDRB Provinsi NTB Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

34
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 35. Kredit Perdagangan Provinsi NTB Triwulan I 2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 36. Perkembangan Rata-rata Lama menginap dan Tingkat Pengunian Kamar
Hotel di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

35
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 37. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Menurunnya kinerja sektor PBER juga terkonfirmasi dari menurunnya


pertumbuhan kredit perbankan di sektor perdagangan. Penyaluran kredit terhadap
perdagangan di triwulan I 2020 tumbuh sebesar 10,20% (yoy), atau tumbuh melambat
dari periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,77% (yoy).

Konstruksi
Pada triwulan I 2020, sektor konstruksi tumbuh terkontraksi yakni sebesar
6,48% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 12,42% (yoy). Menurunnya laju pertumbuhan LU konstruksi terutama
disebabkan oleh progres pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) pasca gempa dan
pembangunan sejumlah infrastruktur lainnya. Berdasarkan informasi dari BNPB pada
tanggal 4 Maret 2020, progres pembangunan RTG sudah mencapai 72,25% dari total
rumah rusak mencapai 226.204 unit. Rincian progres RTG di antaranya 163.432 unit
yang sudah selesai dibangun, 43.677 unit masih dalam pengerjaan, dan 19.095 unit
masih dalam rencana pengerjaan
(https://regional.kompas.com/read/2020/03/07/08253341/transisi-darurat-tinggal-
sebulan-19000-unitrumah-penyintas-gempa-lombok). Adapun jumlah rumah warga
yang tercatat sebagai rumah rusak dalam SK Gubernur mencapai 222.564 unit hunian
tetap. Jumlah tersebut mencakup rumah rusak ringan, rusak sedang, maupun rusak
berat.

36
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Selain pembangunan RTG, menurunnya pertumbuhan pada sektor konstruksi


disebabkan oleh selesainya pembangunan sejumlah infrastruktur diantaranya
Pelabuhan Gili Mas. Adapun perkembangan pembangunan dermaga di Gili Mas per
Desember 2019 sudah mencapai 98%. Pembangunan fisik dermaga dan terminal
penumpang sudah selesai 100%, hanya menunggu izin operasional dari kementerian
terkait. Ditargetkan terminal pelabuhan Gili Mas dapat beroperasi penuh pada April
2020. Sementara itu sejumlah rencana pembangunan infastruktur pendukung MotoGP
lainnya seperti perluasan Bandara Internasional Lombok (BIL) dan pembangunan
sirkuit MotoGP baru memasuki tahap pengadaan di triwulan I 2020.
Perlambatan kinerja LU konstruksi pada triwulan I 2020 tercermin dari realisasi
penjualan semen pada triwulan I 2020 yang tumbuh terkontraksi sebesar 11,74% (yoy),
lebih rendah dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
39,81% (yoy) seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 38. Penjualan Semen dan Pertumbuhannya (% yoy)

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

37
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 39. Pertumbuhan Sektor Konstruksi Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Transportasi dan Pergudangan


Pada triwulan I 2020, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh melambat.
LU Transportasi tumbuh sebesar 3,71% (yoy) pada triwulan I 2020, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,65% (yoy). Melambatnya
kinerja pada sektor transportasi dan pergudangan merupakan dampak dari pembatasan
lalu lintas traveler selama masa pandemi (https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-
sejak-hari-ini-pembatasan-lalu-lintas-orang-keluar-masukindonesia) serta adanya
pembatasan sejumlah moda transportasi.
Salah satu moda transportasi yang dilakukan penghentian sementara di
antaranya bersandarnya kapal pesiar di Pelabuhan Gili Mas. Berdasarkan pernyataan
dari Kepala Dinas Kominfotik Provinsi NTB, akses sandar kapal pesiar seluruhnya
ditutup per 16 Maret 2020 (https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-sejak-hari-ini-
pembatasan-lalu-lintas-orang-keluar-masukindonesia). Sebagai dampaknya, jumlah
pembatalan kapal pesiar yang akan bersandar di Pronvisi NTB hingga akhir tahun 2020
sejumlah 28 kapal. Kebijakan tersebut masih akan ditinjau lebih lanjut dengan
mempertimbangkan perkembangan COVID-19 lebih lanjut. Sebelumnya, Pelabuhan
Gili Mas sudah dibuka sejak 9 November 2019 dan terdapat 15 kapal pesiar yang sudah
bersandar dengan total penumpang sebanyak 15.014 penumpang. Selain itu, penurunan
jumlah wisatawan juga dipengaruhi oleh penutupan kawasan 3 Gili yang efektif
diberlakukan 17 Maret 2020

38
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

(https://travel.kompas.com/read/2020/03/16/201233327/cegah-virus-corona-ntb-
tutup-sementarapelayaran-ke-3-gili?page=all). Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi paparan COVID-19 dari Provinsi Bali, mengingat jumlah wisawatan 3 Gili
mayoritas datang dari Padang Bay, Bali.
Sementara itu untuk akses transportasi melalui angkutan udara tidak dilakukan
diberlakukan penutupan pada triwulan I 2020. Pertumbuhan penumpang angkutan
udara pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 9,27% (yoy), meningkat dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,70% (yoy). Meningkatnya jumlah
penumpang pada triwulan I 2020 dipengaruhi oleh dibukanya penerbangan
internasional Lombok Perth pada Juni 2019 sehingga berpengaruh pada penambahan
jumlah penumpang pada triwulan I 2020. Selain itu juga penambahan rute penerbangan
domestik dari maskapai penerbangan Air Asia pada triwulan III 2019 juga turut
menambah jumlah penumpang pada triwulan I 2020. Dengan demikian, pertumbuhan
penumpang pesawat udara pada triwulan I 2020 meningkat, meskipun telah terjadi
pembatasan sosial akibat masa pandemi, untuk laju pertumbuhan penumpang pesawat
dapat disimak pada gambar berikut:

Gambar 40. Pertumbuhan Penumpang Pesawat udara Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

39
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 41. Tarif Angkutan Udara Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Tracking, Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2020


Pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB secara umum
diperkirakan tumbuh melandai. Pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi NTB
diperkirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2020 yakni pada
kisaran -7,7% s.d -7,2% (yoy). Pada sisi permintaan, menurunnya pertumbuhan pada
triwulan II 2020 diprakirakan dipengaruhi oleh menurunnya konsumsi agregat sebagai
dampak dari penurunan aktivitas ekonomi pada masa pandemi COVID-19. Selain itu,
adanya penundaan sejumlah investasi akibat COVID-19 turut menyumbang penurunan
pertumbuhan triwulan 2020. Sementara di sisi penawaran, melandainya pertumbuhan
pada triwulan II 2020 diprakirakan sebagai dampak dari penyebaran COVID-19.
Penyebaran COVID-19 diprakirakan bedampak pada penurunan kinerja sejumlah
lapangan usaha, terutama pada sektor konstruksi, perdagangan dan sektor transportasi.
Sementara itu, pertumbuhan pada triwulan II 2020 diperkirakan masih akan ditopang
oleh kinerja LU pertanian sejalan dengan puncak masa panen padi yang diprakirakan
terjadi di bulan April Mei 2020. LU informasi dan telekomunikasi diprakirakan juga
tumbuh terakselerasi sejalan dengan meningkatnya penggunaan internet akibat
penerapan Work From Home (WFH) di sejumlah instansi selama masa pandemi
COVID-19.

40
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Keuangan Pemerintah
1. Perkembangan Keuangan Pemerintah
Realisasi pendapatan Provinsi NTB Triwulan I 2020 melambat menjadi 8,20%
(yoy). Realisasi pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan realisasi
pendapatan pada Triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 5,54% (yoy). Secara nominal,
realisasi pendapatan Triwulan I 2020 adalah sebesar Rp. 4,7 Triliun, lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi pendapatan Triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 5,1
Triliun. Perlambatan terutama didorong oleh penurunan pendapatan dari Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Dana Penyesuaian. Realisasi
pendapatan pemerintah daerah (provinsi dan kota/kabupaten) Provinsi NTB
dibandingkan dengan anggaran pendapatan Triwulan I 2020 mencapai 21.64%.
Persentase tersebut lebih rendah dibanding dengan persentase realisasi Triwulan I 2019
sebelumnya yang sebesar 24,11% dari anggaran pendapatan. Realisasi pendapatan
pemerintah Provinsi NTB sebesar Rp. 965 miliar atau 17,03% dari anggaran
pendapatan 2020, sedangkan realisasi pendapatan pemerintah kota/kabupaten sebesar
Rp. 3 Triliun atau 18,85% dari anggaran pendapatan 2020.
Selain realisasi pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten, juga
terdapat realisasi pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB yang berupa
pendapatan pajak dan non pajak. Sebagian besar realisasi pendapatan pemerintah pusat
di Provinsi NTB didominasi oleh pendapatan pajak. Pada triwulan I 2020, pendapatan
pemerintah pusat mencapai Rp. 711 Miliar, lebih rendah dibandingkan dengan capaian
triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 719 Miliar. Penurunan pendapatan tersebut terkait
penurunan realisasi pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Penyerapan belanja Provinsi NTB Triwulan I 2020 menurun dibandingkan
Triwulan I 2019. Penyerapan belanja Triwulan I 2020 Provinsi NTB mencapai Rp. 7,3
Triliun, menurun dibandingkan Triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 7,4 Triliun.
Menurunnya pertumbuhan belanja tersebut terjadi pada penyerapan belanja bantuan
sosial sehingga mempengaruhi realisasi total belanja pemerintah daerah secara
keseluruhan. Penurunan belanja sosial pada Triwulan I 2020 merupakan normalisasi
jumlah bantuan sosial dibandingkan dengan Triwulan I 2019 yang masih dalam tahap
pemulihan setelah gempa bumi. Di sisi lain, belanja pegawai, belanja modal dan belanja
barang menunjukkan peningkatan. Meningkatnya belanja modal, barang dan pegawai

41
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pada Triwulan I 2020 sejalan dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi pemerintah


pada PDRB Triwulan I 2020. Adapun penyerapan belanja pemerintah daerah (provinsi
dan kota/kabupaten) di Provinsi NTB masing-masing sebesar Rp. 433 Miliar dan Rp.
1,7 Triliun.
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi pada Triwulan I 2020 lebih rendah
dibandingkan realisasi Triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 665 Miliar. Hal ini disebabkan
oleh penurunan Belanja Bantuan Sosial. Sedangkan realisasi belanja Pemerintah
Kabupaten dan Kota pada Triwulan I 2020 lebih tinggi dibandingkan realisasi Triwulan
I 2019 yang sebesar Rp. 1,4 Triliun. Peningkatan terjadi di semua sektor belanja
pemerintah yaitu belanja pegawai, barang, modal dan bantuan sosial. Secara persentase,
penyerapan belanja pemerintah daerah terhadap anggaran belanja Triwulan I 2020
sebesar 33,06%. Persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penyerapan
belanja Triwulan I 2019 yang sebesar 23,79% dari anggaran belanja. Realisasi belanja
pemerintah Provinsi NTB mencapai 7,59% dari anggaran belanja tahun 2020,
sedangkan pemerintah kota/kabupaten di Provinsi NTB merealisasikan belanja daerah
sebesar 10,35% dari anggaran belanja tahun 2020.
Selain penyerapan belanja pemerintah daerah, di Provinsi NTB juga terdapat
penyerapan belanja pemerintah pusat di Provinsi NTB yaitu Belanja Operasi dan
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. Belanja Operasi pada triwulan I 2020 sebesar Rp.
1,7 Triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 1,1 Triliun.
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa pada triwulan I 2020 sebesar Rp. 3,4 Triliun, lebih
rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar Rp. 4,2 Triliun. Untuk realisasi
pendapatan dan belanja pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dilihat
detailnya pada gambar berikut:

42
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 42. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 43. Realisasi Pendapatan dan Belanja Seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi


NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 44. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

43
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Penyerapan belanja Pemerintah Pusat di Provinsi NTB terkontraksi. Selain


penyerapan belanja pemerintah daerah, terdapat juga penyerapan belanja pemerintah
pusat di Provinsi NTB yaitu belanja operasi dan transfer ke daerah dan dana desa.
Penyerapan belanja tersebut pada triwulan II 2020 terkontraksi 53,51% (yoy), lebih
dalam dibandingkan triwulan II 2019 yang tumbuh sebesar 6,19% (yoy). APBD dan
APBN pada triwulan II 2020 mengalami perubahan pagu dalam rangka realokasi dan
refocusing anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19. Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2020 mengatur tentang perubahan postur APBN 2020 sebagai
dampak COVID-19, salah satunya adalah menurunkan transfer ke daerah dan dana desa
(TKDD), yang diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
35/PMK.07/2020. Karena itu pagu APBN mengalami penurunan 16,1% dibandingkan
pagu awal. Sedangkan pagu APBD mengalami penurunan 7,9% dibandingkan dengan
pagu awal. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 10. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTB Sisi Penawaran

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

44
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 11. Perubahan Pagu APBD Provinsi NTB Dalam Rangka Penangana Covid-l9
Pagu
No. Kabupaten Selisih
Semula (Rp.) Menjadi (Rp.)

1 Bima 1.890.805.429.232 1.729.505.573.984 (161.299.855.247)


2 Kota Bima 819.535.221.832 701.591.710.730 (117.943.511.101)
3 Dompu 1.155.619.831.911 998.054.431.586 (157.565.400.325)
4 Sumbawa 1.791.416.515.671 1.516.161.656.259 (275.254.859.412)
Sumbawa
5 1.051.926.526.257 915.959.343.314 (135.967.182.943)
Barat
Lombok
6 2.296.599.627.613 2.036.005.317.291 (260.594.310.321)
Tengah
Lombok
7 1.041.620.541.171 818.616.201.641 (260.594.310.321)
Utara
Kota
8 1.504.215.687.660 1.259.339.988.760 (244.875.698.900)
Mataram
Lombok
9 1.840.976.559.288 1.575.784.338.036 (265.192.221.251)
Barat
Lombok
10 2.730.449.039.909 2.512.913.001.909 (217.536.038.000)
Timur
Jumlah 16.123.164.980.544 14.026.341.592.723 (2.096.823.387.821)
Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

45
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB

Gambar 45.Pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi


NTB Triwulan II 2020
Rp Juta

APBD REALISASI APBD


No Uraian % Realisasi
%Realisasi Total APBD
APBD % Realisasi Prov dan
Kota/Kab APBD Prov Kota/Kab
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

I. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,818,314 1,844,847 3,663,160 272,400 371,741 644,141 14.98 20.15 17.58
1.1.1 Pajak Daerah 602,816 1,494,660 2,097,476 125,250 285,229 410,479 20.78 19.08 19.57
1.1.2 Retribusi Daerah 201,112 19,639 220,751 29,796 7,631 37,427 14.82 38.85 16.95

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 93,054 54,380 147,433 51 - 51 0.05 0.03


Daerah yang dipisahkan
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli 921,332 276,168 1,197,500 117,303 78,881 196,184 12.73 28.56 16.38
Daerah
1.2 PENDAPATAN TRANSFER 11,891,425 3,806,257 15,697,682 2,747,393 593,866 3,341,259 23.10 15.60 21.29
Transfer Pemerintah Pusat
1.2.1 10,297,222 3,769,547 14,066,769 2,657,595 593,866 3,251,461 25.81 15.75 23.11
Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 360,060 164,094 524,154 67,832 34,959 102,791 18.84 21.30 19.61
1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak 243,169 107,040 350,210 50,717 14,206 64,923 20.86 13.27 18.54
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 7,100,681 1,599,584 8,700,265 2,308,448 541,308 2,849,756 32.51 33.84 32.75
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 2,593,312 1,898,829 4,492,141 230,598 3,394 233,992 8.89 0.18 5.21

Transfer Pemerintah
1.2.2 Pusat Lainnya 1,029,403 36,710 1,066,113 45,633 - 45,633 4.43 4.28

LAIN-LAIN PENDAPATAN
1,100,065 20,440 1,120,505 9,546 - 9,546 0.87 0.85
1.3 YANG SAH

JUMLAH PENDAPATAN 14,809,804 5,671,543 20,481,347 3,029,339 965,607 3,994,946 20.45 17.03 19.51

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kota/Kabupaten)


Provinsi NTB triwulan II 2020 mencapai Rp. 8,85 Triliun, yang terdiri atas Rp. 2,01
Triliun realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTB dan Rp. 6,84 Triliun realisasi
pendapatan pemerintah kota/kabupaten Provinsi NTB. Sebagian besar realisasi
pendapatan daerah tersebut merupakan Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
dengan pangsa 71,3%, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 16,7% dan
Lain-Lain Pendapatan yang Sah sebesar 3,6%. Sementara itu, realisasi pendapatan
pemerintah pusat di Provinsi NTB menunjukkan sedikit peningkatan pada triwulan II
2020. Pada triwulan II 2020 pendapatan pemerintah pusat di Provinsi NTB tumbuh
sebesar 4,19% (yoy). Realisasi ini lebih tinggi ketimbang triwulan II 2019 yang
terkontraksi sebesar 7% (yoy).

46
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 46. Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 47. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB


Triwulan II 2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Secara spasial, kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah


terbesar pada triwulan II 2020 adalah Kabupaten Lombok Timur. Sementara,
kota/kabupaten yang memiliki realisasi pendapatan daerah yang terkecil adalah
Kabupaten Lombok Utara. Jika ditinjau berdasarkan persentase realisasi pendapatan
terhadap anggaran pendapatan, Kabupaten Lombok Timur adalah kota/kabupaten yang

47
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

memiliki persentase terbesar yaitu 55,94% dan Kabupaten Lombok Utara adalah
kota/kabupaten yang memiliki persentase terkecil sebesar 14,06%.

Risiko Fiskal Dari Pendapatan Pemerintah Daerah


Sebagian besar pendapatan daerah Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi
NTB merupakan Pendapatan Transfer. Pendapatan daerah di Provinsi NTB dan
Kota/Kabupaten Provinsi NTB terdiri dari PAD, Pendapatan Transferp dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah. Berdasarkan sudut pandang risiko, APBD yang baik adalah
APBD yang mempunyai ketahanan fiskal yang baik. Hal ini tercipta jika pendapatan
daerah tersebut tidak terlalu bergantung pada transfer dari pemerintah pusat. Daerah
yang pendapatannya sebagian besar berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
rasio efektivitas minimal 100% dan rasio kemandirian yang besar (>50%) akan
memiliki ketahanan fiskal yang lebih baik.
Kemampuan pemerintah daerah dalam menghasilkan pendapatan yang
bersumber dari daerahnya sendiri terutama dari pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil
pengelolaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah dapat dilihat
dari rasio kemandirian. Rasio kemandirian dapat memperhitungkan Dana Bagi Hasil
(DBH) yang merupakan salah satu pendapatan daerah yang bersumber dari daerah
sendiri. Kota/Kabupaten yang memiliki realisasi PAD terbesar secara nominal pada
triwulan II 2020 adalah Kota Mataram. Sedangkan kota/kabupaten yang memiliki PAD
terkecil secara nominal adalah Kota Bima. Potensi daerah dan skala ekonomi suatu
wilayah diperkirakan mempengaruhi kota/kabupaten dalam memperoleh PAD sehingga
terdapat disparitas PAD antar kota/kabupaten di Provinsi NTB.

Gambar 48. Rasio Efektivitas Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

48
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 49. Rasio Kemandirian Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Rasio Efektivitas
Pada triwulan II 2020, rasio efektivitas2 Provinsi NTB dan kota/kabupaten di
Provinsi NTB secara gabungan mencapai 31,62%. Rasio efektivitas ini lebih rendah
ketimbang capaian triwulan II 2019 yaitu 41,76%. Kota/kabupaten di Provinsi NTB
secara keseluruhan memiliki rasio efektivitas yang lebih rendah yaitu 23,05%
dibanding dengan Provinsi NTB yang sebesar 44,81%. Rasio efektivitas Provinsi NTB
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota/kabupaten di Provinsi NTB secara
keseluruhan tersebut menandakan bahwa kinerja Provinsi NTB dalam realisasi PAD
lebih baik dibandingkan dengan kabupaten dan kota di Provinsi NTB. Secara spasial,
kota/kabupaten yang memiliki rasio efektivitas tertinggi adalah Kota Mataram sebesar
67,42%, sementara yang terendah adalah Kota Bima sebesar 6,50%.

Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian3 Provinsi NTB dan kota/kabupaten di Provinsi NTB triwulan
II 2020 secara keseluruhan sebesar 16,73%. Rasio ini lebih tinggi dari capaian triwulan
II 2019 yang sebesar 14,66%. Provinsi NTB memiliki rasio kemandirian sebesar

2
Rasio efektivitas merupakan perbandingan antara Realisasi PAD dan Target PAD.
3
Rasio Kemandirian adalah perbandingan antara Realisasi PAD dan Realisasi Total Pendapatan. Rasio
kemandirian yang semakin tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut semakin mandiri dan tidak bergantung
kepada bantuan

49
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

41,01%, lebih tinggi dibandingkan dengan rasio kota/kabupaten di Provinsi NTB yang
hanya sebesar 9,57%. Secara spasial rasio kemandirian kota/kabupaten di Provinsi NTB
yang tertinggi adalah Kota Mataram, yaitu sebesar 23,53%. Hal ini menandakan Kota
Mataram memiliki kemampuan yang lebih kuat dalam menghasilkan pendapatan yang
bersumber dari daerahnya sendiri dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya. Jika
rasio kemandirian memperhitungkan Dana Bagi Hasil (DBH), Kota Mataram juga
menjadi yang tertinggi di antara kota/kabupaten lain di Provinsi NTB dengan rasio
sebesar 67,42%.

3. Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di Provinsi NTB

Tabel 12. Belanja Daerah Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTB
Triwulan II 2020
Rp Juta
APBD REALISASI ANGGARAN % Realisasi
% Realisasi % Realisasi
APBD
APBD Prov Total APBD
No Uraian Kota/Kab
Kota/Kab Prov Total Kota/Kab Prov Total

II. BELANJA
2.1 BELANJA OPERASI 19,487,774 4,110,723 23,598,497 4,524,456 1,021,094 5,545,550 23.22 24.84 23.50
2.1.1 Belanja Pegawai 9,562,771 1,462,884 11,025,656 2,664,917 632,419 3,297,336 27.87 43.23 29.91
2.1.2 Belanja Barang 5,815,749 1,247,457 7,063,206 1,052,278 356,438 1,408,716 18.09 28.57 19.94
2.1.3 Belanja Bunga 4,767 - 4,767 2,414 - 2,414 50.65 50.65
2.1.4 Belanja Subsidi 35,000 1,438 36,438 53,031 200.97 53,232 151.52 13.98 146.09
2.1.5 Belanja Hibah 700,832 1,368,832 2,069,663 163,567 31,080 194,647 23.34 2.27 9.40
2.1.6 Belanja Bantuan Sosial 48,437 18,112 66,548 23,806 955 24,761 49.15 5.27 37.21
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 3,320,219 12,000 3,332,219 564,443 - 564,443 17.00 16.94

2.2 BELANJA MODAL 2,806,610 900,026 3,706,637 427,697 693,602 1,121,299 15.24 77.06 30.25
2.3 BELANJA TAK TERDUGA 483,200 7,500 490,700 88,560 1,818 90,378 18.33 24.24 18.42
2.3.1 Belanja Tidak Terduga 483,200 7,500 490,700 88,560 1,818 90,378 18.33 24.24 18.42

2.4 TRANSFER 417,808 698,494 1,124,930 206,607 246,374 452,981 49.45 35.27
2.4.1 Transfer Bagi Hasil ke 417,808 698,494 1,124,930 206,607 246,374 452,981 49.45 35.27 40.27
Kab/Kota/Desa
2.4.1.1 Bagi Hasil Pajak 55,418 698,494 753,912 22,695 246,374 269,069 40.95 35.27 35.69
2.4.1.2 Bagi Hasil Retribusi 36,988 - 36,988 - - -
2.4.1.3 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 334,030 - 334,030 183,912 - 183,912 55.06 55.06

JUMLAH BELANJA 23,195,393 5,716,743 28,912,136 5,247,320 1,962,888 7,210,207 22.62 34.34 24.94
SURPLUS/DEFISIT (702,853) (45,200) (748,053) 1,591,539 52,867 1,644,406

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Penyerapan belanja pemerintah (Provinsi dan Kota/Kabupaten) Provinsi NTB


pada triwulan II 2020 sebesar Rp. 7,21 Triliun, yang terdiri dari Rp. 1,9 Triliun yang
merupakan realisasi belanja Provinsi NTB dan Rp. 5,2 Triliun yang merupakan realisasi

50
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

belanja kota/kabupaten di Provinsi NTB. Sebagian besar penyerapan belanja tersebut


merupakan Belanja Operasi, yaitu sebesar 91,7% dan selebihnya sebesar adalah Belanja
Modal (4,6%) dan adalah Belanja Transfer Bagi Hasil ke Desa (3,5%). Sedangkan
penyerapan belanja pemerintah pusat di Provinsi NTB (termasuk transfer ke daerah dan
dana desa) pada triwulan II 2020 melambat 53,5% (yoy).

Gambar 50.Realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah di Provinsi NTB

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Gambar 51. Realisasi Belanja Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II 2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

Persentase penyerapan belanja pemerintah (Provinsi dan Kota/Kabupaten)


Provinsi NTB terhadap anggaran belanja pada triwulan II 2020 mencapai 30,05%.
Persentase penyerapan belanja terhadap anggaran tahun 2020 tertinggi adalah

51
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kabupaten Lombok Timur yang tercatat sebesar 47,27%, sementara yang terendah
adalah Kabupaten Lombok Utara sebesar 9,28%.

Risiko Fiskal Dari Belanjan Pemerintah Daerah


Total penyerapan belanja modal Pemerintah Daerah Provinsi NTB pada
triwulan II 2020 merupakan 15,5% dari total belanja pemerintah. Penyerapan belanja
modal pemerintah kabupaten/kota meliputi 38,1% dari belanja modal total pemerintah
daerah sedangkan 61,9% sisanya adalah belanja modal pemerintah provinsi. Sama
seperti halnya pendapatan, belanja juga merupakan sumber risiko fiskal. Pertumbuhan
belanja yang semakin tinggi tanpa adanya dukungan pendapatan akan menjadi sumber
risiko bagi daerah. Pemerintah daerah akan memperoleh manfaat yang berkelanjutan
apabila belanja diarahkan pada jenis belanja modal. Dengan naiknya belanja modal
maka multiplier effects yang tercipta akan lebih panjang dan berdampak pada sektor-
sektor yang lebih luas. Penyerapan belanja pegawai Pemerintah Daerah Provinsi NTB
pada triwulan II 2020 merupakan 45,7% dari total belanja pemerintah, yang pangsanya
terdiri dari 80,8% penyerapan belanja modal pemerintah kabupaten/kota dan 19,2%
belanja modal pemerintah provinsi. Berbeda dari belanja modal yang digunakan untuk
kepentingan publik, pemerintah daerah menggunakan belanja pegawai untuk
membiayai operasional pemerintahan.

Gambar 52. Penyerapan Belanja Modal Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II


2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

52
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 53. Penyerapan Belanja Pegawai Kota/Kabupaten di Provinsi NTB Triwulan II


2020

Sumber: Laporan Perekonomian Provinsi NTB

a. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja


Rasio belanja modal terhadap total belanja pemerintah daerah Provinsi NTB
pada triwulan II 2020 masih relatif rendah yaitu sebesar 15,5%, namun angka ini
meningkat ketimbang triwulan II 2019 yang sebesar 6,90%. Rasio penyerapan
belanja modal terhadap total belanja Pemerintah Provinsi NTB adalah 35,3% dan
rasio penyerapan belanja modal terhadap total belanja pemerintah kota/kabupaten
adalah 8,15%. penyerapan belanja modal Provinsi NTB dan kota/kabupaten di
Provinsi NTB yang paling tinggi pada triwulan II 2020 adalah belanja tanah lalu
diikuti belanja peralatan dan mesin. Kota Mataram mempunyai rasio realisasi
belanja modal terhadap total belanja tertinggi di antara kota/kabupaten lain di
Provinsi NTB dengan rasio sebesar 11,83% dan Kabupaten Lombok Tengah dengan
rasio terendah sebesar 4,91%.
b. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja
Pada triwulan II 2020, rasio penyerapan belanja pegawai terhadap
penyerapan total belanja pemerintah daerah NTB sebesar 45,73%, lebih rendah
ketimbang rasio triwulan II 2019 yang sebesar 48,97%. Sementara, secara spesifik
rasio penyerapan belanja pegawai terhadap penyerapan total belanja pemerintah
Pemerintah Provinsi NTB sebesar 32,21% dan rasio penyerapan belanja pegawai
terhadap penyerapan total belanja pemerintah Pemerintah Kabupaten/Kota NTB

53
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

sebesar 32,2%. Dari sisi rasio penyerapan belanja pegawai terhadap realisasi total
belanja masing-masing kabupaten/kota, Kota Bima merupakan yang tertinggi
dengan angka rasio sebesar 65,43%, sedangkan Kabupaten Lombok Timur
merupakan kota/kabupaten yang terendah dengan rasio sebesar 39,01%.
c. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kemampuan PAD Provinsi NTB untuk membiayai belanja pegawainya
dengan PAD sedikit meningkat walaupun belum bisa mencukupi. Rasio penyerapan
belanja pegawai terhadap PAD4 Provinsi NTB dan Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
triwulan II 2020 mencapai 222,6%, yang berarti belanja pegawainya lebih besar
ketimbang PAD. Walaupun begitu, angka tersebut lebih rendah ketimbang rasio
triwulan II 2019 yaitu 240,44%. Pemerintah Kota/Kabupaten di Provinsi NTB
belum mampu mencukupi belanja pegawai dengan PAD, telihat dari rasio
penyerapan belanja pegawai terhadap PAD sebesar 407,2%. Di sisi lain, PAD
Pemerintah Provinsi NTB telah mampu mencukupi belanja pegawainya yang
ditandai dengan rasio penyerapan belanja pegawai terhadap PAD sebesar 76,5%.
Adapun, rasio penyerapan belanja pegawai terhadap PAD masing-masing
kota/kabupaten semua berada di atas 100%, hal ini menandakan bahwa seluruh
kota/kabupaten di Provinsi NTB masih belum sepenuhnya mampu membiayai
belanja pegawai hanya dari PAD. Karena itu, pemerintah kota/kabupaten di Provinsi
NTB menggunakan dana transfer sebagai tambahan untuk membiayai belanja
pegawai.

1.1.3 Pertumbuhan Perekonomian Kab/Kota Lombok-Mandalika


Kinerja pembangunan daerah dikatakan dapat berjalan dengan baik bila pemerintah
daerah mampu meningkatkan perekonomian yang dilihat dari beberapa indikator
pembangunan ekonomi. Kinerja perekonomian Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat
dari beberapa indikator seperti pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan kemiskinan.
Sebelum menganalisis pertumbuhan ekonomi, dilakukan analisis Perkembangan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah sebagai dasar untuk menganalisis

4
Rasio realisasi belanja pegawai terhadap realisasi PAD menggambarkan berapa banyak PAD yang digunakan
oleh pemerintah daerah untuk membiayai pegawainya. Jika lebih dari 100% berarti pemerintah daerah
mengambil sebagian dana transfer dari pusat atau provinsi untuk belanja pegawai.

54
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pertumbuhan Ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan


Ekonomi.

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besarnya nilai tambah yang
diperoleh pemerintah daerah dari aktivitas beberapa sektor ekonomi, yang mencerminkan
kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan produk‐produk yang berasal dari
dalam daerah dari berbagai sektor ekonomi selama satu tahun tertentu. Besar kecilnya nilai
PDRB yang diperoleh Kabupaten Lombok Tengah, merupakan salah satu indikator makro
untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonominya, sekaligus sebagai bahan untuk
melakukan evaluasi terhadap proses pembangunan yang telah berjalan dan sebagai dasar
untuk melakukan perencanaan dan kebijakan pembangunan selanjutnya agar tujuan
pembangunan dapat terwujud.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah selama tahun
2012‐2019 baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan selalu berfluktuasi.
Menyimak dari data yang tersedia, selama kurun waktu analisis, niai PDRB Kabupaten
Lombok Tengah mengalami pergerakan yang cukup bervariatif sekaligus meskipun
perkembangan dan pertumbuhannya tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.
Besarnya nilai PDRB Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2012-2019
Total NIlai PDRB (Rp juta)
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
2012 9.154.772,60 8.616.438,70

2013 10.243.517,10 9.153.911,30

2014 11.665.561,80 9.728.881,10

2015 13.125.820,00 10.271.861,90

2016 14.423.750,00 10.853.939,10

2017 15.789.210,00 11.551.690,00

2018 16.750.500,00 11.918.410,00

2019 17.881.010,00 12.403.660,00


Sumber: BPS, NTB dan BPS Lombok Tengah 2013-2020

55
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Selama kurun waktu 2012‐2019, perkembangan nilai PDRB Kabupaten Lombok


Tengah secara perlahan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Rata‐rata
peningkatan PDRB berdasarkan harga berlalu sebesar Rp 1.246.605,34,‐ peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp 1.460.258,30,‐ dan terendah terjadi pada
tahun 2018 sebesar Rp 961.290,00,‐. Sedangkan rata‐rata peningkatan PDRB berdasarkan
harga konstan sebesar Rp 541.031,61,‐ dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun
2017 sebesar Rp 697.750,90,‐ dan peningkatan yang terendah terjadi pada tahun 2019
sebesar Rp 366.720,00,‐.
Peningkatan ini memberikan indikasi bahwa sektor‐sektor perekonomian yang
berada di Kabupaten Lombok Tengah telah menghasilkan produk‐produk yang mampu
memberikan nilai tambah bagi penerimaan domestik pemerintah Kabupaten Lombok
Tengah. Peningkatan produk‐produk yang dihasilkan oleh setiap sektor ekonomi juga telah
berkontribusi dalam memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat terhadap produk‐produk
yang dihasilkan tersebut.
Adanya nilai PDRB yang terus meningkat dari tahun ke tahun juga menunjukkan
adanya peningkatan nilai PRDB yang diperoleh setiap penduduk Kabupaten Lombok
Tengah yang dicerminkan dari besarnya PDRB per kapita seperti terlihat dalam tabel
berikut:
Tabel 14. Produk Domestik Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2012-2019
Total NIlai PDRB (Rp)
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

2012 10.536.109,20 9.916.547,68


2013 11.618.101,12 10.382.280,43
2014 12.912.209,84 10.768.564,46
2015 14.378.488,28 11.252.161,46
2016 15.642.487,48 11.771.044,74
2017 16.963.107,96 12.410.536,35
2018 17.830.891,55 12.687.136,27
2019 18.715.672,86 12.982.647,11
Sumber: Kabupaten Lombok Tengah Dalam Angka 2013-2020

56
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Berdasarkan tabel di atas pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Lombok


Tengah baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan cenderung mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan pendapatan perkapita akan menyebabkan
terjadinya peningkatan daya beli terhadap berbagai arang maupun jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Adanya daya beli yang meningkat akan merangsang produsen untuk
memproduksi barang dan jasa, diimbangi dengan kondisi harga (inflasi) yang terkendali,
menyebabkan meningkatnya keuntungan yang diperoleh produsen. Siklus ini akan terus
berlangsung yang pada akhirnya terjadi peningkatan nilai tambah yang tercermin dari
nilai PDRB.
Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Lombok Tengah secara rata‐rata
meningkat sebesar Rp 1.168.509,10,‐ berdasarkan harga berlaku, dengan peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar Rp. 1.320.620,48,‐. Sedangkan rata‐rata
peningkatan pendapatan perkapita berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 428.644,20,‐
dengan pendapatan tertinggi juga terjadi pada tahun 2017 sebesar Rp. 639.491,60,‐.
Terjadinya peningkatan pendapatan perkapitan ini menyebabkan masyarakat akan
melakukan konsumsi terhadap berbagai jenis barang maupun jasa yang menjadi
kebutuhannya. Meskipun rata‐rata peningkatan PDRB per kapita masih lebih kecil dari
rata‐rata peningkatan PDRB, namun penduduk Kabupaten Lombok Tengah telah mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.
Perkembangan nilai PRDB maupun PDRB per kapita di Kabupaten Lombok Tengah
selama tahun 2012–2019 juga dapat dilihat dari peran sektor‐sektor yang memberikan
kontribusi terhadap pembentukan total nilai PDRB pada tahun tersebut. Sektor pembentuk
PDRB yang memberikan kontribusi cukup besar terjadi pada beberapa sektor seperti
terlihat berikut:

Tabel 15. PDRB Kabupaten Lombok Tengah Berdasrkan Distribusi Sektor Tahun 2012-
2019
Distribusi PDRB
Kategori Uraian
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan dan
A 26,51 24,98 24,55 24,89 24,75 24,95 25,36 24,8
Perikanan
Pertambangan dan
B 3,78 3,73 3,70 3,70 3,79 3,91 4,04 4,48
Penggalian
C Industri Pengolahan 5,99 5,57 5,33 4,93 4,85 4,79 4,67 4,63
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,05 0,04 0,05 0,05 0,06 0,07 0,07 0,07

57
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Distribusi PDRB
Kategori Uraian
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 0,13 0,13 0,13 0,12 0,12 0,12 0,11 0,11
Ulang
F Konstruksi 11,36 10,84 10,86 11,13 11,35 11,47 11,99 13,62
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil dan 10,58 10,38 10,52 10,48 10,83 11,09 11,48 11,84
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 18,10 21,43 22,04 21,91 21,46 20,87 19,14 17,33
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I 1,03 1,09 1,18 1,19 1,24 1,26 1,24 1,22
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 1,50 1,46 1,45 1,39 1,39 1,43 1,43 1,42
K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,83 1,86 1,85 1,84 1,93 2,03 2,11 2,04
L Real Estate 3,50 3,54 3,66 3,64 3,67 3,66 3,77 3,76
M,N Jasa Perubahan 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 6,26 5,94 6,06 6,07 5,84 5,62 5,57 5,43
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 4,80 4,56 4,29 4,33 4,42 4,41 4,51 4,63
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 2,33 2,26 2,22 2,21 2,19 2,17 2,30 2,36
Sosial
R,S,T, U Jasa Lainnya 2,11 2,04 1,96 1,98 1,97 2,02 2,07 2,12
Produk Domestik Regional Bruto
100 100 100 100 100 100 100 100
(PDRB)
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah 2020

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 17 sektor‐sektor pembentuk PDRB di


Kabupaten Lombok Tengah terdapat sembilan sektor yang memiliki kontribusi lebih tinggi
dibandingkan dengan sektor‐sektor lainnya. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
masih memberikan kontribusi terbesar terhadap distribusi PDRB, meski terus mengalami
penurunan. Hal ini sejalan dengan kondisi yang terjadi secara nasional, bahwa peranan
sektor pertanian cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun terhadap
pembentukan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) maupun PDRB. Hal ini mengindikasikan
bahwa telah terjadi transformasi ekonomi, dimana sektor‐sektor non pertanian mengalami
peranan yang meningkat dibanding sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang
cenderung mengalami penurunan. Artinya, sektor pertanian secara perlahan peranannya
akan semakin berkurang dan akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur
perekononian dari sektor pertanian berubah menjadi sektor non pertanian. Secara rata‐
rata kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2012‐2019 sebesar 25,10%.

58
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Sektor non pertanian yang memberikan kontribusi yang paling tinggi terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Tengah adalah sektor transportasi dan
pergudangan rata‐rata mencapai sebesar 20,40%. Kontribusi sektor ini meskipun beberapa
tahun terakhir mengalami penurunan, namun masih menempati urutan kedua setelah
sektor pertanian dalam arti luas. Hal ini memberikan makna bahwa seiring semakin
membaiknya infrasruktur akan semakin mendorong terjadinya peningkatan sarana
transportasi lainnya, sehingga memberikan dampak terhadap meningkatnya PDRB
Kabupaten Lombok Tengah. Besarnya penerimaan PDRB sektor ini juga ditopang oleh
semakin berkembangnya aktivitas masyarakat di sektor pariwisata yang juga
memanfaatkan moda transportasi yang berdampak pada meningkatnya permintaan
terhadap sarana‐sarana transportasi khususnya kendaraan roda empat baik yang berukuran
besar maupun ukuran sedang.
Aktivitas pembangunan fisik yang terus dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah
menyebabkan permintaan terhadap barang dan jasa yang berkenaan dengan pembangunan
tersebut semakin meningkat pula. Hal ini ditunjukkan oleh semakin besarnya kontribusi
yang diberikan oleh sektor kontruksi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Lombok
Tengah. Secara rata‐rata kontribusi sektor kontruksi terhadap total PDRB Kabupaten
Lombok Tengah sebesar 11,58%. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar
13,62% terjadi lompatan yang cukup besar dibanding tahun‐tahun sebelumnya. Hal ini
sejalan dengan semakin maraknya proses pembangunan fisik yang tengah berlangsung
di Kabupaten Lombok Tengah hingga saat sekarang. Besarnya kontribusi sektor
transportasi, pergudangan dan sektor kontruksi berdampak pada meningkatnya kontribusi
sektor perdagangan besar, reparasi mobil dan sepeda motor yang secara rata‐rata mencapai
sebesar 10,90%.
Sektor industri pengolahan yang diharapkan akan mampu menggantikan peran
sektor pertanian dengan hadirnya usaha‐usaha formal maupun informal di daerah pedesaan
belum mampu memberikan kontribusi yang tinggi. Secara rata‐rata kontribusi sektor
industri pengolahan baru mencapai 5,10% masih lebih kecil dari kontribusi sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang secara rata‐rata
berkontribusi sebesar 5,92%.
Hal ini mengindikasikan bahwa potensi industri pengolahan (formal dan non
formal) masih belum dikelola secara maksimal sehingga belum mampu memberikan hasil

59
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

yang lebih banyak, bahkan sejak tahun 2013‐2019 kontribusinya terhadap total
pembentukan PDRB Kabupaten Lombok Tengah terus mengalami penurunan.
Kinerja sektor‐sektor ekonomi pembentuk PDRB Kabupaten Lombok Tengah
telah menunjukkan terjadinya pergeseran peran dari sektor pertanian menuju sektor non
pertanian. Menghadapi kondisi yang demikian, bagi pemerintah daerah Kabupaten
Lombok Tengah harus mempersiapkan pembangunan infrastruktur yang berkenaan
dengan pengembangan sektor jasa, baik dalam perdagangan maupun transportasi.
Ditetapkannya Kabupaten Lombok Tengah sebagai salah satu Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Mandalika, serta semakin banyaknya potensi‐potensi wisata yang baru
dibuka, maka akan diikuti oleh perkembangan sektor‐sektor ekonomi, perdagangan,
serta sektor‐sektor jasa lainnya. Keterkaitan pembangunan antar sektor akan menjadi hal
yang pasti terjadi, sehingga diperlukan adanya interaksi dan jaringan kerja yang baik antara
pelaku pada masing‐masing sektor ekonomi.
Meskipun sektor pertanian peranannya semakin mengalami penurunan, namun
sektor lainnya tidak akan berkembang tanpa adanya sektor pertanian. Aktivitas sebagian
besar penduduk Kabupaten Lombok Tengah hingga saat ini masih terkosentrasi pada
sektor pertanian, sehingga pengembangan sektor ini merupakan suatu keniscayaan.
Adanya sinergisitas dan jaringan kerja yang baik akan menyebabkan aliran barang dan jasa
berjalan dengan baik, sehingga setiap pelaku ekonomi benar‐benar akan mendapatakan
manfaat dari aktivitas usaha yang dilakukannya. Hal ini akan berdampak pada besar
kecilnya nilai PDRB yang diperoleh sekaligus mencerminkan terjadinya pertumbuhan
ekonomi kabupaten Lombok Tengah.

2. PDRB Per Kapita


Salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah/wilayah dapat
dilihat dari nilai PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, besar
kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita, sedangkan besar
kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor-faktor
produksi yang terdapat di daerah tersebut. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku
menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

60
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Nilai PDRB per kapita Kabupaten Lombok Tengah atas dasar harga berlaku sejak
tahun 2015-2019 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 PDRB per kapita
tercatat sebesar 14,38 juta rupiah. Secara nominal terus mengalami kenaikan hingga tahun
2019 mencapai 18,87 juta rupiah (tabel 17). Kenaikan angka PDRB per kapita ini
disebabkan masih dipengaruhi oleh faktor inflasi.

Gambar 54.Tabel PDRB dan PDRB Perkapita Kabupaten Lombok Tahun 2015-2019
Nilai PDRB/GRDP (Miliar Rupiah/Billion Rupiahs)
2015 2016 2017 2018* 2019**
-ADHB/ at current price 13.126 14.424 15.779 16.714 17.881
-ADHK/ at 2010 Constant Price 10.274 10.885 11.553 11.919 12.404
-Pertumbuhan PDRB per Kapita ADHK 2010/
Growth of Per Capita GRDP at 2010 Constant 4,51 4,60 5,44 2,22 3,18
Price
PDRB per Kapita/Per Capita GRDP (Ribu Rupiah/Thousand Rupiahs
Jumlah Penduduk (ribu orang)/
912,88 922,09 930,80 939,41 947,49
Population (Thousand People)
Pertumbuhan Jumlah Penduduk
1,05 1,01 0,94 0,93 0,86
(Persen)/Population Growth (Percent)
* Angka Sementara/Preliminary Figures
** Angka Sangat Sementara/Very Preliminary Figures
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah 2020

3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, merupakan salah
satu variabel ekonomi makro yang dijadikan indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan suatu negara maupun daerah. Hakikat pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi adalah suatu proses yang ditunjukkan dengan kebijakan pemerintah dan swasta
dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah dan swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi (Badruddin, 2012). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau merupakan suatu keharusan bagi
keberlangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah selama tahun 2012‐2019 baik
berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan, sangat bergantung dari
besarnya fluktuasi dari nilai PDRB yang terjadi setiap tahun. Berfluktuasinya nilai
PDRB akan mencerminkan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi yang
menggambarkan kemampuan kinerja perekonomian Kabupaten Lombok Tengah selama
periode analisis. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan harga

61
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

berlaku bergerak menaik pada tahun 2013 kemudian secara perlahan mengalami
pergerakan yang menurun hingga tahun 2018. Meskipun pada tahun 2019 mengalami
peningkatan tetapi masih lebih rendah dari tahun 2012‐2017. Secara rata‐rata
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan harga berlaku sebesar
11,00%. Bentuk kurva dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah dapat
dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 55. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah 2012-2019

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan harga konstan


tahun 2010 justru tidak mengalami fluktuasi yang tajam bahkan cenderung berada dalam
keadaan datar terkecuali pada tahun 2019 yang mengalami peningkatan setelah terjadi
penurunan pada tahun 2018. Berdasarkan gambar tersebut, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Lombok Tengah berada dalam keadaan yang relatif sama, artinya tidak terjadi
perubahan pertumbuhan yang signifikan. Secara rata‐rata pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan harga konstan adalah sebesar 6,39%. Rata‐rata
pertumbuhan ekonomi tersebut telah mampu memberikan dorongan terhadap peningkatan
aktivitas variabel‐variabel ekonomi lainnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak banyak mengalami perubahan atau pergerakannya
sangat lambat merupakan cerminan dari kemampuan pemerintah Kabupaten Lombok

62
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tengah mengelola perekonomian daerahnya. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada


tahun 2018 dan 2019 lebih rendah dari tahun‐tahun sebelumnya merupakan dampak yang
ditimbulkan oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal. Peristiwa gempa bumi
yang melanda provinsi Nusa Tenggara Barat terutama di Pulau Lombok pada pertengahan
tahun 2018 setidaknya telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja
perekonomian Kabupaten Lombok Tengah. Kondisi inilah yang menyebabkan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Lombok Tengah berdasarkan harga konstan mengalami penurunan
yang sangat signifikan pula.
Recovery pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah pasca gempa bumi telah mampu dilakukan dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 meskipun besarnya belum mampu menyamai
capaian seperti yang terjadi pada tahun 2016 dan sebelumnya. Namun secara perlahan,
ikhtiar meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti tahun‐tahun sebelumnya terus
dilakukan.
Berbagai kebijakan baik yang bersifat lokal maupun melanjutkan kebijakan‐
kebijakan yang bersifat nasional merupakan hal yang dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Lombok Tengah. Pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah terus berupaya
memaksimalkan potensi‐potensi yang terdapat di daerahnya untuk menghasilkan nilai
tambah terutama pada sektor‐sektor ekonomi yang memiliki keunggulan dan keuntungan
bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah. Sektor pariwisata dan sektor
industri mikro, kecil dan menengah baik formal maupun non formal yang berbasis pertanian
merupakan potensi yang sangat berpeluang untuk dikembangkan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi harus melihat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang diungkapkan oleh
Arsyad (2010) di atas adalah akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang
berwujud tanah lahan, peralatan fisik (mesin‐mesin) dan sumber daya manusia.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah telah dan akan berusaha secara
maksimal untuk melakukan kegiatan investasi baik bersumber dari dana pemerintah
maupun swasta. Pemerintah telah dan tengah berupaya untuk mengajak pihak‐pihak
swasta untuk melakukan investasi di Kabupaten Lombok Tengah pada masa kini guna
memperoleh hasil pada masa mendatang.

63
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pemerintah juga secara maksimal membangun fasillitas‐fasilitas yang dapat


menunjang aktivitas ekonomi masyarakat sehingga dapat memberikan nilai tambah
pendapatan bagi pemerintah daerah. Pemerintah juga tetap memperhatikan pembangunan
sarana fisik di bidang pertanian seperti irigasi yang diharapkan akan meningkatkan
produktivitas sektor pertanian guna menghasilkan output yang tinggi. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia juga menjadi pusat perhatian pemerintah daerah. Pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat di bidang pendidikan baik di sektor formal maupun non‐
formal terus dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar sumber daya manusia memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang semuanya bermuara pada peningkatan
nilai tambah sektor‐sektor ekonomi yang bermuara pada peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah yang mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun merupakan salah satu harapan dari proses pembangunan yang dilalukan
oleh pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi
ini diharapkan akan diikuti oleh terjadinya perubahan pada variabel ekonomi lainnya
seperti terbukanya kesempatan kerja baru yang secara otomatis akan diikuti oleh
berubahnya angka pengangguran dan juga berdampak pada berubahnya penduduk yang
masih tergolong miskin.

4. Tingkat Pengangguran
Ketenagakerjaan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan penduduk, karena
tenaga kerja bersumber dari penduduk. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk ini berkaitan dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force), secara tradisional dianggap sebagai faktor
yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti (1) semakin banyak
jumlah angkatan kerja berarti semakin banyak pasokan tenaga kerja, dan (2) semakin
banyak jumlah penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik (Arsyad, 2010). Oleh
karenanya, variabel ketenagakerjaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pertumbuhan ekonomi.
Kondisi ketenagakerjaan yang dianalisis bekaitan dengan pertumbuhan ekonomi
adalah banyaknya jumlah penduduk yang masih tergolong sebagai pengangguran. Jumlah
atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan income per kapita

64
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemampuan ekonomi negara tersebut
(Mulyadi, 2012). Sebagai amanah dari sasaran fundamental pembangunan daerah, masalah
pengangguran juga menjadi salah satu masalah prioritas yang harus ditangani oleh
pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Hal ini dimaksudkan agar dapat dicapai tujuan
untuk mewujudkan terciptanya penduduk yang berkualitas sebagai salah satu modal
dasar pembangunan daerah Kabupaten Lombok Tengah. Terciptanya penduduk yang
berkualitas akan menjadi salah satu indikator bahwa proses pembangunan di Kabupaten
Lombok Tengah telah berjalan dengan baik dan mengalami kemajuan dari keadaan
sebelumnya.
Perkembangan ketenagakerjaan di Kabupaten Lombok Tengah selama tahun 2012‐
2019 terjadi fluktuasi seiring dengan semakin bertambahnya penduduk yang masuk ke
dalam usia kerja (tenaga kerja). Jumlah penduduk yang masih tergolong menganggur di
Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2012 sebesar 26.011 orang mengalami penurunan
menjadi sebanyak 11.802 orang pada tahun 2019. Dengan demikian dalam kurun waktu 8
tahun terjadi penurunan jumlah penduduk yang menganggur sebanyak 14.209 orang
atau rata‐rata sabanyak 1.776 orang setiap tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
selama kurun waktu tersebut pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah telah mampu
memberikan kesempatan kerja pada penduduknya sehingga penduduk yang tergolong
menganggur telah memiliki kesempatan kerja yang secara otomatis diikuti pula dengan
terciptanya pendapatan bagi penduduk tersebut. Pertumbuhan penduduk yang menganggur
setiap tahun mengindikasikan terjadinya proses perubahan jumlah penduduk setiap tahun
baik mengalami peningkatan maupun penurunan. Dilihat dari pertumbuhan jumlah
penduduk yang menganggur, selama periode analisis secara rata‐rata pertumbuhan
pengangguran di Kabupaten Lombok Tengah mencapai ‐8,25%, artinya terjadi penurunan
jumlah penganggur sebanyak 8,25% sebagaimana terlihat dalam gambar berikut:

65
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 56. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Menganggur di


Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2013-2019

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah 2020

Jumlah pengangguran di Kabupaten Lombok Tengah sejak tahun 2015‐2017


menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan. Namun dengan terjadinya musibah
gempa bumi yang melanda Pulau Lombok khususnya pada tahun 2018 berdampak pada
peningkatan jumlah pengangguran. Atas ikhtiar yang maksimal jumlah penduduk yang
menganggur kembali menurun pada tahun 2019. Penurunan jumlah penduduk yang
menganggur di Kabupaten Lombok Tengah sejalan dengan semakin berkembangnya
aktivitas yang terjadi pada beberapa sektor terutama sektor pariwisata yang tengah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dibukanya daerah‐daerah tujuan
wisata baru, dtunjang dengan pembangunan fasilitas‐fasilitas merupakan kesempatan
kerja baru yang disediakan untuk penduduk guna melakukan aktivitas usahanya.
Jumlah penduduk yang menganggur dapat diketahui lebih lanjut dengan melihat
tingkat pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka diukur sebagai persentase
jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja (Kuncoro, 2013). Tinggi rendahnya
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sangat bergantung pada ketersediaan tenaga kerja
dalam menampung jumlah angkatan kerja baru yang memasuki pasar kerja. Diketahuinya
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) setiap tahun, menunjukkan tingkat keberhasilan
dari program ketenagakerjaan dari tahun yang satu dengan tahun yang lainnya sekaligus

66
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

sebagai bahan evaluasi pembangunan perekonomian Kabupaten Lombok Tengah bila


masih ditemukan jumlah penduduk yang tergolong sebagai penganggur.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Lombok Tengah cenderung
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahunnya. Terjadinya penambahan jumlah angkatan
kerja yang memasuki pasar kerja, diimbangi pula dengan tersedianya kesempatan kerja
pada masing‐masing sektor ekonomi baik yang bersifat formal maupun non formal,
mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk yang tergolong menganggur. TPT yang
tinggi mencerminkan angkatan kerja yang bertambah belum mampu diimbangi dengan
tersedianya kesempatan kerja, demikian sebaliknya.Pola pergerakan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Lombok Tengah dapat dilihat dalam
gambar berikut:

Gambar 57. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di


Kabupaten Laombok Tengah Tahun 2012-2019 (%)

Peningkatan jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja membawa dampak


semakin meningkatnya penduduk yang memasuki dan mencari lapangan kerja. Banyak
sedikitnya angkatan kerja yang memperoleh kesempatan kerja sangat tergantung pada
permintaan maupun penawaran tenaga kerja di pasar kerja, juga ketersediaan angkatan
kerja untuk menciptakan lapangan kerja secara mandri agar terhindar dari julukan sebagai
penganggur. Berdasarkan pada gambar di atas, terlihat bahwa pola pergerakan Tingkat
Penganggutan Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan secara berkelanjutan dari tahun
2015‐2019 terkecuali pada tahun 2018 yang mengalami peningkatan. Secara rata‐rata TPT
di Kabupaten Lombok Tengah sejak tahun 2012 – 2019 adalah sebesar 4,83%. Artinya

67
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

secara rata‐rata masih terdapat penduduk yang tergolong menganggur yang masih
membutuhkan penanganan dan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.
Pola pergerakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang berfluktuatif,
menjadi perhatian pemerintah untuk dilakukan kajian yang mendalam mengenai berbagai
faktor penyebab keberhasilan dan penghambat menurunnya jumlah penangguran.
Kajian mengenai pengangguran harus dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif
baik yang bersifat internal kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun
yang bersifat eksternal seperti kondisi lingkungan, stabilitas perekonomian maupun
kebijakan pemerintah. Diketahuinya berbagai faktor yang berkenaan dengan
pengangguran akan memudahkan pemerintah melakukan indentifikasi terhadap skala
prioritas yang ingin dilakukan berkenaan dengan kebijakan di bidang ketenagakerjaan
baik bersifat khusus maupun umum.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah masih dihadapkan dengan permasalahan penduduk yang masih
mengganggur yang belum dan sedang mencari lapangan pekerjaan. Hadirnya aktivitas
pembangunan secara fisik maupun semakin bergairahnya aktivitas ekonomi terutama
pada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) belum mampu memberikan
kesempatan kerja bagi penduduk yang masih menganggur. Satu sisi pemerintah berupaya
untuk menciptakan lapangan kerja baru terutama sektor‐sektor formal, namun tidak dapat
dimanfaatkan oleh penduduk yang tergolong menganggur. Keterbatasan dan rendahnya
kualitas yang dimiliki oleh penduduk yang mengganggur merupakan salah satu faktor
penyebabnya. Rendahnya kualitas tersebut menyebabkan mereka tidak mampu bersaing
dengan tenaga kerja luar yang datang bekerja di Kabupaten Lombok Tengah.
Meskipun secara perlahan pengangguran terus mengalami penurunan dari tahun ke
tahun, namun masih pemerintah Kabupaten Lombok Tengah terus berupaya untuk
memberikan peluang dan kesempatan kerja bagi penduduk yang menganggur. Disadari
bahwa banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengangguran salah satunya terjadi
ketidakstabilan kondisi sosial ekonomi bahkan politik di daerah tersebut. Menurut
Arsyad (2010) besarnya potensi permasalahan sosial dan ekonomi yang dapat terjadi
mengikuti rendahnya daya serap tenaga kerja di antarnya adalah rendahnya kemampuan
daya beli (purchasing power) masyarakat. Rendahnya daya beli disebabkan penduduk

68
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

yang menganggur tidak memiliki pendapatan untuk melakukan konsumsi guna


memenuhi kebutuhan minimalnya.
Pengangguran membawa dampak terhadap stabilitas ekonomi dan sosial. Secara
ekonomi pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan
kesejahteraannya yang mungkin dicapainya. Pengangguran akan berdampak langsung
terhadap tinggi rendahnya pendapatan nasional maupun pendapatan regional daerah.
Pengangguran dapat menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan pendapatan terutama
pada negara‐negara yang sedang berkembang. Penduduk yang tidak memiliki mata
pencaharian, pendapatan dan keterampilan akan semakin menambah deretan dan jumlah
penduduk yang tergolong miskin.
Pengangguran dan Kemiskinan merupakan variabel ekonomi yang membawa
dampak ketidakstabillan ekonomi baik secara mikro maupun makro. Oleh karena itu,
pembahasan pengangguran akan lebih lengkap bila dilanjutkan dengan membahas
kemiskinan. Mengetahui kondisi pengangguran dan kemiskinan akan menjadi
pertimbangan utama bagi pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dalam menata dan
merencanakan proses pembangunan ekonomi yang memihak pada masyarakat yang
masih mengganggur dan tergolong miskin.

5. Kemiskinan
Kemiskinan bukanlah fenomena yang baru dalam kehidupan sosial. Ia merupakan
fenomena sosial yang selalu menjadi atribut negara‐negara dunia ketiga. Fenomena ini juga
merupakan kebalikan dari kondisi yang dialami oleh negara‐negara maju yang memiliki
atribut sebagai negara modern (Setiadi dan Usman Kolip, 2011). Bagi Bangsa Indonesia,
kemiskinan merupakan permasalahan yang masih dihadapi hingga saat ini, dan mendapat
perhatian yang utama dalam proses pembangunan sosial dan ekonomi karena hal tersebut
merupakan amanah dari UUD 1945. Berkenaan dengan hal tersebut banyak program dan
kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang digelontorkan berkenaan dengan
kemiskinan ini.
Kemiskinan yang terdapat pada suatu negara maupun daerah‐daerah dalam
wilayah negara tersebut selain melaksanakan kebijakan yang terpusat, juga
dilaksanakan secara otonomi oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karenanya, kebijakan
penanganan kemiskinan dilakukan secara bersamaan antara kebijakan pemerintah pusat

69
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dengan kebijakan pemerintah daerah. Banyak sekali paket‐paket kebijakan penanganan


kemiskinan yang telah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dan secara perlahan
telah mampu menurunkan penduduk miskin meskipun belum sampai menuntaskan secara
total permasalahan kemiskinan.
Kinerja pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dilihat dari pertumbuhan ekonomi
telah memberikan hasil yang cukup signifikan meskipun belum mencapai harapan yang
dituju. Demikian halnya yang berkenaan dengan permasalahan pengangguran telah
mengalami penurunan dengan terciptanya lapangan kerja baru, yang berkenaan dengan
kemiskinanpun oleh pemrintah Kabupaten Lombok Tengah telah dilakukan berbagai
kebijakan yang mengarah pada peningkatan kualitas hidup penduduk atau sumber daya
manusia dengan menurunkan jumlah penduduk yang masih tergolong miskin. Karena
disadari kemiskinan akan membawa dampak yang sangat signifikan terhadap proses
pembangunan yang tengah dan akan dilaksanakan.
Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Lombok Tengah baik secara
mutlak maupun persentase mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun tertentu
jumlah penduduk miskin mampu diturunkan dalam jumlah yang relatif banyak namun
pada tahun lainnya mengalami penurunan yang relatif sedikit. Hal tersebut disebabkan
oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun ekternal. Kondisi jumlah
pendudduk miskin tersebut berikut:

Tabel 16. Jumlah dan Perubahan Penduduk Miskin di


Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012-2019
Jumlah (Orang)
No. Tahun
Penduduk Miskin Perubahan
1 2012 148.200 -
2 2013 145.200 (3.000)
3 2014 145.180 (20)
4 2015 147.940 2.760
5 2016 145.370 (2.570)
6 2017 142.142 (3.228)
7 2018 130.000 (12.142)

70
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Jumlah (Orang)
No. Tahun
Penduduk Miskin Perubahan
8 2019 128.820 (1.180)
Sumber: Kabupaten Lombok Tengah Dalam Angka, 2013-2020

Terlihat fluktuasi jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lombok Tengah cenderung


mengalami penurunan kecuali tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun‐tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah penduduk miskin ini tidak
hanya terjadi di Kabupaten Lombok Tengah, namun seluruh wilayah kabupaten/kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat juga mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin.
Hal ini dapat dimaknai, meskipun terdapat permasalahan yang bersifat lokal di
Kabupaten Lombok Tengah, peningkatan jumlah penduduk miskin pada tahun tersebut
disebabkan juga oleh faktor‐faktor eksternal yang terjadi secara merata di seluruh wilayah
Nusa Tenggara Barat maupun secara nasional.
Penurunan penduduk miskin yang paling banyak terjadi pada tahun 2019 mencapai
1.180 orang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai 12.142 orang.
Hal ini disebabkan karena pada pertengahan tahun 2018 terjadi peristiwa gempa bumi
yang melanda Pulau Lombok yang tentunya berimbas pada terjadinya fluktuasi jumlah
penduduk miskin disamping faktor‐faktor lainnya.
Persentase penduduk miskin di Kabupaten Lombok Tengah juga mengalami
perubahan seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk setiap tahun.
Meskipun jumlah penduduk terus mengalami peningkatan namun tidak diiimbangi
dengan peningkatan persentase penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di
Kabupaten Lombok Tengah secara perlahan mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Persentase penduduk miskin pada tahun 2012 mencapai 16,72% mengalami penurunan
menjadi 13, 63% pada tahun 2019 dengan penurunan rata‐rata sebesar 15,48% per tahun.
Meskipun secara persentase tergolong dalam jumlah relatif besar, pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah dengan ikhtiar dan upaya yang maksimal telah mampu menurunkan
penduduk dari jeratan kemiskinan baik secara jumlah maupun persentase. Lebih jelasnya
terlihat dalam gambar berikut:

71
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 58.Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Tengah dan


Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pergerakan persentase penduduk miskin meskipun mengalami penurunan tetapi


relatif datar artinya perubahan persentase kemiskinan secara rata‐rata baru mencapai ‐0,44%
setiap tahunnya. Namun demikian, persentase kemiskinan di Kabupaten Lombok Tengah
dibanding dengan persentase kemiskinan di Nusa Tenggara Barat masih lebih rendah. Hal
ini bermakna bahwa perubahan penduduk miskin secara persentase di Kabupaten
Lombok Tengah relatif lebih tinggi dibanding dengan kabupaten/kota lainnya yang berada
di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kabupaten
Lombok Tengah termasuk salah satu kabupaten yang memiliki percepatan dalam
penurunan penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama dengan beberapa
kabupaten/kota yang lainnya.
Menurunnya jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun mengindikasikan
terjadinya peningkatan kualitas penduduk Kabupaten Lombok Tengah. Semakin
bertambahnya penduduk yang tidak tergolong miskin menyebabkan terjadinya peningkatan
daya beli terhadap berbagai kebutuhan dasarnya. Penduduk Kabupaten Lombok Tengah
yang tidak tergolong miskin telah mampu memenuhi kebutuhan hidup minimalnya, baik
yang berhubungan kebutuhan ekonomi maupun sosialnya. Secara perlahan proses
pembangunan yang tengah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah akan
mampu membawa masyarakatnya mencapai kesejahteraan sebagaimana yang menjadi
tujuan pembangunan pemerintah Kabupaten Lombok Tengah.
Keberhasilan menurunkan persentase penduduk miskin merupakan suatu prestasi
yang harus diberikan apresiasi meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Terjadinya

72
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

penurunan penduduk miskin tidak terlepas dari kebijakan‐kebijakan strategis pemerintah


daerah Kabupaten Lombok Tengah seperti peningkatan dan perbaikan infrastruktur yang
mempermudah akses penduduk untuk melakukan aktivitas ekonomi. Semakin
berkembangnya aktivitas pembangunan baik fisik maupun non fisik pada seluruh sektor
perekonomian merupakan salah satu faktor pendorong menurunnya jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Lombok Tengah. Terciptanya kesempatan kerja bagi penduduk
merupakan sumber pendapatan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan baik yang bersifat primer, sekunder maupun tersier.

1.2 Latar Belakang Proyek


Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur keberhasilan suatu Negara dalam
menjalankan pemerintahan. Indonesia sebagai Negara kepulauan dan memiliki
keberagaman baik dari masyarakat dan kulturnya juga dituntut memajukan perekonomian
Negara. Perkembangan zaman juga menjadi salah satu faktor utama Indonesia untuk dapat
bersaing dengan Negara lain. Salah satu sektor yang mampu membantu Negara dalam
memajukan perekonomian adalah sektor pariwisata.
Dalam upaya pengembangan sektor pariwisata di Indonesia, pemerintah
membutuhkan faktor-faktor lain yang terkait dengan pengembangan pariwisata. Investor
adalah salah satu aktor penting dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan sektor
pariwisata. Kegiatan investasi bermanfaat baik untuk pemerintah, masyarakat, dan investor
atau pihak swasta.
Pariwisata adalah salah satu sektor yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang
memegang andil dalam perekonomian negara. Survey dari United Nation World Trade
Organization (UNWTO) menyatakan wisatawan internasional akan mencapai 1,8 miliar
pada tahun 2030. Pertumbuhan kunjungan wisatawan dunia mencapai 3,3% per tahun. Hal
ini memacu para aktor terkait memperhatikan sektor pariwisata, dan semakin menarik untuk
dijadikan tumpuan ekonomi. Pariwisata juga mampu menciptakan banyak lapangan
pekerjaan, sekaligus mendorong pemerintah untuk memperkuat infrastruktur.
Salah satu kawasan yang berpotensi memajukan sektor pariwisata berada di provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang
terletak di Kabupaten Lombok Tengah. NTB termasuk pulau kecil yang memiliki banyak
objek wisata lain yang potensial selain di Kawasan Mandalika. Dampak dari kemajuan

73
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pariwisata adalah mampu menggerakkan sektor lain seperti akomodasi, transportasi,


kuliner, industri kerajinan dan sektor lainnya. Upaya pengembangan pariwisata harus diikuti
dengan pelestarian lingkungan dan warisan budaya. Selain itu setiap kemajuan harus
merencanakan pembangunan yang berkelanjutan.
Keberlanjutan menjadi aspek penting, agar produk utama pariwisata akan semakin
terbaharui dan ramah kepada penikmatnya lagi. Selain itu, sektor pariwisata juga diharap
mampu melestarikan kekayaan budaya yang dapat dinikmati. Setiap aspek dari pariwisata
merupakan aspek dari tujuan pembangunan berkelanjutan. Maka dari itu, kegiatan investasi
adalah salah satu cara guna mewujudkan perkembangan pariwisata di NTB khususnya
Mandalika. Penanaman modal dibutuhkan untuk melengkapi alat pembangunan,
pemenuhan infrastruktur dan melancarkan kegiatan pembangunan. Berkaitan dengan hal
tersebut, PT. Sucofindo bekerjasama dengan Badan Kerjasama dan Penanaman Modal
(BKPM) menyusun studi kelayakan (FS) untuk Pengembangan Pariwisata di Mandalika.

1.3 Tujuan Studi Kelayakan


Maksud kegiatan ini yaitu mendorong realisasi pengembangan Destinasi Pariwisata
Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat, dengan tujuan antara lain:
1. Memberikan gambaran komprehensif dan mendetail (pra studi kelayakan/pra feasibility
study) kepada investor dan stakeholder terkait mengenai kelayakan suatu proyek;
2. Menganalisis kelayakan investasi suatu proyek di sektor pengembangan Destinasi
Pariwisata Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat yang akan didorong dan
dikembangkan oleh Pemerintah 5 (lima) tahun ke depan, dengan memperhitungkan
keunggulan kompetitif di daerah (provinsi) pengembangan tersebut.

Merumuskan usulan rekomendasi kebijakan dan insentif khusus kepada


Kementerian/Lembaga terkait bagi pengembangan penanaman modal proyek prioritas
strategis sektor pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa
Tenggara Barat.

74
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1.4 Metode Penyusunan Laporan Studi Kelayakan


1.4.1 Pengumpulan dan Pengkajian Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau
keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen
populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002:83). Dalam upaya
mengumpulkan data yang relevan dengan obyek studi, maka teknik yang digunakan adalah:
a) Wawancara
Dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Moloeng, 2007: 186). Sedangkan menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 83)
adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana
dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi dan
keterangan. Wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan
subjek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Wawancara dalam
penelitian ini adalah wawancara berstruktur yang merupakan teknik wawancara
dimana pewawancara menggunakan (mempersiapkan) daftar pertanyaan, atau daftar
isian sebagai pedoman saat melakukan wawancara.
b) Focus Group Discustion (FGD)
FGD dilakukan dengan stakeholders di lokasi pekerjaan yang dalam hal ini
di Wilayah Provinsi NTB yang melibatkan OPD dari Pemerintah Provinsi (Bappeda,
DPMPTSP, Dinas Pariwisata, Dinas PU dan Penataan Ruang, Kanwil ATR BPN
NTB) Kabupaten Lombok Tengah (Bappeda, DPMPTSP, Dinas Pariwisata &
Kebudayaan, Dinas PU dan Penataan Ruang, DLH, Dishub, Kanwil ATR BPN),
Serta Pihak lain seperti PT Pelindi Indonesia, ITDC, Koordinator PMS Lombok
Tengah.
c) Diskusi dan Konsultasi
Selain itu juga dilakukan Diskusi dan Konsultasi dengan OPD di Kabupaten
Lombok Tengah untuk memperdalam kebutuhan dan serta masukan-masukan.
Kegiatan ini dilakukan bersama Bappeda Kabupaten Lombok Tengah, Dinas PU dan
Penataan Ruang. Untuk memperdalam dan mengali masukan serta
mengkonforirmasi hasil dan menambah informasi lain yang masih dibutuhkan juga
dilakukan pertemuan pertemuan kecil bersama tokoh masyarakat di lokasi program.

75
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

d) Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko
dan Achmadi, 2002:70). Suatu teknik pengumpulan data dimana penulis secara
langsung terjun ke lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung obyek yang
hendak diteliti. Metode observasi digunakan untuk mengidentifikasi berbagai
fenomena karakteristik objek penelitian guna memperdalam fakta yang mungkin
belum terdata.
e) Dokumentasi
Suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengutip kembali data-data
yang diperlukan. Studi dokumentasi manurut Hasan (2002:86) adalah teknik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subyek penelitian, namun
melalui dokumen. Dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data-data deskriptif objek penelitian. Untuk mendapatkan data
sekunder digunakan teknik dokumentasi, yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data
dengan cara mengumpulkan buku harian, surat kabar, laporan, mencatat dokumen-
dokumen yang ada mengenai perencanaan, peraturan dan lain sebagainya berkaitan
dengan masalah yang diteliti sebagai bahan analisa. Untuk data sekunder yang telah
terkumpul kemudian dikategorisasikan dan disajikan dalam bentuk deskriptif, tabel,
grafik atau gambar agar mudah diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.
Sedangkan data empirik hasil survey lapangan akan ditabulasikan dan kemudian
disajikan dalam bentuk tabel kontingensi (Sudjana,1996: 20) dimana pada baris
disajikan jenis pengelolaan yang diharapkan dan pada kolom adalah jumlah
responden yang memilih.

1.4.2 Studi Kepustakaan


Studi kepustakaan merupakan studi yang dilakukan terhadap data yang telah ada.
Melalui studi kepustakaan ini akan digali teori-teori yang telah berkembang yang berkaitan
dengan pekerjaan. hasil studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan wilayah
perencanaan dan materi pekerjaan, serta metode-metode dan teknik penelitian yang pernah
digunakan. Data serta informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan
laporan studi, makalah, jurnal dan buletin.

76
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1.4.3 Pengamatan Lapangan


Pengamatan lapangan adalah aktivitas mengkaji atau menyelidiki terhadap suatu
proses pada wilayah tertentu untuk mendapatkan berbagai informasi akurat yang dibutuhkan
dengan tujuan melanjutkan suatu penelitian. Tujuan paling utama dalam pengamatan
lapangan adalah mengamati secara langsung di lokasi untuk mencari suatu kebenaran
tentang objek yang akan dikaitkan dengan konsep penelitian sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kegiatan pengamatan ini dilakukan untuk mengawasi dan
mengumpulkan kajian yang diperlukan baik digunakan untuk mengembangkan wawasan
maupun interpretasi bagi para peserta agar memahami informasi yang lebih akurat dengan
melihat kondisi yang sesungguhnya.
Menurut Parsudi Suparlan dari Universitas Indonesia bahwa di dalam penelitian,
metode pengamatan lapangan dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain:
a. Metode Pengamatan Biasa
Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang mengharuskan peneliti tidak boleh
terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitian;
b. Metode Pengamatan Terkendali
Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode pengamatan biasa, namun para pelaku
atau objek yang akan diamati diseleksi oleh kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau
tempat wilayah kegiatan objek itu diamati dikendalikan oleh peneliti;
c. Metode Pengamatan Terlibat
Metode ini sering digunakan dalam penelitian etnografi, karena merupakan metode
utama yang digunakan untuk pengumpulan bahan-bahan keterangan kebudayaan yang
melibatkan hubungan- hubungan emosional dan perasaan.
Observasi lapangan, terdiri dari survey penggunaan lahan, pemetaan potensi,
transportasi, infrastruktur, dan utilitas. Observasi lapangan dilakukan sebagai langkah
pengenalan dan pengamatan kondisi lapangan, baik aspek guna lahan, transportasi,
infrastruktur, dan utilitas. Di samping pengamatan kondisi eksisting melalui observasi ini
diharapkan pula dapat diperoleh informasi perkembangan dan kecenderungan arah
perkembangan pembangunan/ kegiatan.

77
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 2. ANALISA PASAR

2.1 Gambaran Umum Perekonomian Nasional dan Daerah (Lokasi Proyek


Pariwisata)
Perekonomian di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Negara Indonesia sendiri sebagai suatu negara yang sedang berkembang dalam
melaksanakan pembangunan secara bertahap untuk menstabilkan dalam pembangunan
perekonomian yang lebih baik. Adanya kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadi titik
keberhasilan dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Negara dapat dikatakan memiliki
pertumbuhan ekonomi yang baik jika terjadi realisasi pertumbuhan ekonomi yang
meningkat dengan pembangunan disegala bidang. Hal tersebut tidak terlepas dari aktivitas-
aktivitas perekonomian dalam setiap bentuk aktivitas kehidupan yang ada di masyarakat,
baik masyarakat menengah kebawah maupun pada masyarakat kalangan atas.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam
melakukan pengembangan pembangunan ekonomi yang ada pada suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan serta peningkatan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa oleh masyarakat. Menurut salah satu
pakar ekonomi Sadono Sukimo (1985:13) mendefinisikan bahwa pembangunan ekonomi
sebagai salah satu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi menurut Sadono
Sukimo (1985) adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun ke
tahun. Sedangkan menurut Budiono (1994) pertumbuhan ekonomi adalah sebuah proses
pertumbuhan output perkapita jangka panjang yang terjadi apabila ada peningkatan output
yang bersumber dari proses intern perekonomian itu sendiri dan sifatnya sementara.
Definisi tersebut memiliki arti bahwa perkembangan ekonomi merupakan suatu
perubahan yang terjadi secara terus menerus. Semakin cepat pertumbuban ekonomi semakin
cepat proses pertambahan wilayah dan perkembangan wilayah semakin meningkat. Selain
itu, pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan aktivitas perekonomian yang dapat
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi memberikan
gambaran dan informasi sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan
pendapatan bagi masyarakat pada suatu periode tertentu. Ada empat faktor yang

78
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

mempengaruhi suatu negara diantaranya: (1) Jumlah penduduk; (2) Jumlah stok barang
modal; (3) Luas tanah dan kekayaan alamnya; (4) Kemajuan teknologi.
Berdasarkan penjelasan pertumbuhan ekonomi yang berlaku di beberapa negara
dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu
negara (Ahmad Sholeh, 2014) adalah kekayaan sumber alam dan tanahnya, jumlah dan mutu
tenaga kerja, barang-barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan serta
sikap masyarakat. Pembangunan nasional dalam jangka waktu yang panjang telah
menghasilkan berbagai kemajuan yang cukup segnifikan. Permasalahaan pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prof. Simon Kuznets (1954) berpendapat bahwa
terdapat 6 karakteristik dalam pertumbuhan ekonomi modern, yang muncul dalam analisis
yang berdasarkan pada produk nasional dan komponennya, tenaga kerja, penduduk dan
faktor lainnya. Berikut ini 6 ciri-ciri pertumbuhan ekonomi adalah (1) Terjadi laju
pertumbuhan penduduk dan produk per kapita yang cepat; (2) Adanya peningkatan
produktivitas masyarakat; (3) Terjadi perubahan struktural yang tinggi; (4) Adanya
urbanisasi dalam suatu negara; (5) Melakukan ekspansi ke negara maju; (6) Terjadinya arus
barang, modal, dan manusia antara bangsa-bangsa di dunia.
Kebijakan otonomi daerah merupakan sarana untuk menciptakan pembangunan
yang lebih baik dikarenakan kebijakan ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi serta meratanya distribusi pendapatan. Pemerintah daerah akan lebih
efisien dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada pada
masing-masing daerah dalam memperlancar kegiatan perekonomian. Otonomi daerah
sebagai upaya dalam mengatasi ketimpangan yang ada di beberapa daerah. Kondisi tersebut
juga terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang kinerja pembangunan ekonomi serta
pertumbuhan ekonomi menunjukan angka yang baik serta mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Pertumbuhan perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Barat selama tahun 2015-
2019 menunjukan kinerja positif, hal tersebut ditunjang dengan adanya lapangan usaha yang
mendukung peningkatan sektor jasa. Perbandingan Produk Domestik Regional Bruto
(lapangan usaha) tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

79
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 59.Produk Domestik Regional Bruto (lapangan usaha) tahun 2015-2019

Sumber: BPS Provinsi NTB 2020

Berdasarkan tabel PDRB Provinsi NTB tahun 2015-2019 mengalami peningkatan


setiap tahunnya yang cukup baik. Perekonomian Provinsi NTB yang diukur dari PDRB
selama tahun 2019 mencapai Rp. 132.674.150,90 atas dasar harga berlaku. Adapun pada
tahun 2018 PDRB atas dasar harga berlaku dan konstan masing-masing Rp. 123.965.938,60.
PDRB atas dasar harga konstan 2010, perekonomian Provinsi NTB tahun 2019 mengalami
pertumbuhan sebesar Rp. 8.708.212,3.

Gambar 60. Laju Pertumbuhan Ekonomi NTB tahun 2011-2019

Sumber: BPS Provinsi NTB 2020

80
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB tanpa Subkategori Pertambangan Bijih Logam


tumbuh sebesar 4,76% pada tahun 2019. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan tahun 2018 yang hanya tumbuh 3,21 persen. Hal ini menunjukkan pemulihan
ekonomi NTB pada kegiatan ekonomi di luar pertambangan bijih logam menunjukkan
adanya peningkatan kinerja.

Gambar 61. Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2017-2019
(persen)

Sumber: BPS Provinsi NTB 2020

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang
mempengaruhi keberhasilan pembangunan suatu daerah. Peningkatan atau penurunan
PDRB menunjukkan bahwa suatu daerah mengalami peningkatan atau penurunan pada
sektor pembangunan dan kegiatan ekonomi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan
pertumbuhan yang terbagi dalam beberapa sektor ekonomi,dan merupakan sumber
penciptaan lapangan kerja. Tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi tercermin dari nilai
PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi meningkat maka akan
meningkatkan kontribusinya terhadap besarnya PDRB wilayah tersebut, namun
peningkatan PDRB setiap tahunnya tidak sepenuhmya membuat pertumbuhan ekonomi ikut
meningkat setiap tahunnya hal ini dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan pertumbuhan

81
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

ekonomi antar Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2017 sebagai
berikut:
Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi antar Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2017
No. KABUPATEN / KOTA 2017 2016 2015
1 Kabupaten Lombok Barat 6,58 5,73 6,39
2 Kabupaten Lombok Tengah 6,42 5,67 5,58
3 Kabupaten Lombok Timur 6,25 5,18 5,94
4 Kabupaten Sumbawa 6,79 5,26 6,43
5 Kabupaten Dompu 6,82 5,40 6,16
6 Kabupaten Bima 6,02 4,69 6,27
7 Kabupaten Sumbawa Barat -18,97 7,14 107,07
8 Kabupaten Lombok Utara 6,08 4,99 4,73
9 Kota Mataram 8,07 8,06 7,99
10 Kota Bima 6,76 5,78 5,76
Provinsi Nusa Tenggara Barat 0,12 5,82 21,77
Sumber: BPS Provinsi NTB 2020

Berdasarkan hasil data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi antar
Kabupaten/Kota mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu di kota
Mataram yang menjadi pusat ibu kota daerah NTB dan menjadi pusat baik itu bidang sosial
maupun ekonomi. Persentase rata-rata pertumbuhan ekonomi dari keseluruhan
Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2015-2017 yaitu sebesar 6,0% yang
dimana masih dalam pertumbuhan ekonomi sedang.
Permasalahan NTB saat ini adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami
penurunan dan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional serta tingkat kemiskinan
masih cukup tinggi. Meskipun pertumbuhan ekonomi terus meningkatan akan tetapi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di NTB masih cukup rendah di bawah nasional yang dapat
dilihat tabel dibawah ini:

82
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 18. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di NTB tahun 2017-2019

Sumber: BPS Provinsi NTB 2020

Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan keharusan untuk


meningkatkan pembangunan daerah, tidak lebih di daerah Nusa Tenggara Barat. Mandalika
berada di Kabupaten Lombok Tengah NTB menjadi salah satu penggerak utama
perekonomian daerah. KEK Mandalika melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun
2014 untuk menjadi KEK Pariwisata. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah umum untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian. Setiap KEK disediakan lokasi untuk Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) dan koperasi baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai pendukung kegiatan
perusahaan yang beradi di dalam KEK (Ikhsan Gunawan dan Hamdi Sari Maryoni, 2017).
Jika dilihat dari lokasinya, Mandalika terletak di bagian selatan Pulau Lombok, menghadap
Samudera Hindia yang terbentang mulai dari Pantai Kuta, Pantai Seger, hingga Pantai
Tanjung Aan. Selain itu, terdapat Pantai Kuta yang terkenal dengan pasir putih dan air laut
yang jernih, lengkap dengan latar belakang pemandangan bukit yang menjadi pintu masuk
KEK Mandalika.
Potensi wisata sosial yang ada di Mandalika menyajikan masyarakat Desa Adat Sade
dan Desa Adat Ende khas masyarakat Sasak, penghuni asli Pulau Lombok yang berada tidak
jauh dari KEK Mandalika. Program KEK sendiri merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi Negara serta didalamnya berupa pemberdayaan
UMKM dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melihat banyaknya potensi yang ada di
Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi NTB. Dengan
adanya KEK Mandalika dapat meningkatkan ekonomi daerah, meningkatkan penghasilan
UMKM yang ada di Desa Kuta, dan seluruh masyarakat NTB secara umum. Lapangan

83
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pekerjaan yang semakin banyak, memiliki harapan besar untuk memfasilitasi masyarakat
sehingga dapat mensejahterakan masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya masyarakat
Mandalika.

2.2 Analisa Pasar


2.2.1 Analisa Industri Pariwisata
Indonesia negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah terdiri dari
lautan, pantai maupun daratan. Pembangunan negara merupakan hal yang sangat penting
bagi negara berkembang. Pemerintah daerah menciptakan daerah tersebut menjadi tempat
sarana destinasi wisata untuk dikunjungi. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk
meningkatkan pembangunan dalam berbagai sektor dalam mencapai pembangunan nasional
yang optimal. Daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam yang eksotis diharapkan
dapat memberikan kontribusi besar dalam memberikan sumber pendapatan. Suatu
kabupaten/kota dengan otonomi daerah harus terus mengembangkan potensi Sumber daya
alam untuk meningkatkan perekonomian daerah. Menurut Halim (2001)
(https://media.neliti.com/media/publications/173034-ID-potensi-destinasi-wisata-di-
indonesia-me.pdf) ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi adalah ditinjau
dari kemampuan keuangan daerah, artinya daerah harus memiliki kewenangan dan
kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan
keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahannya.
Pembangunan-pembangunan nasional yang dilaksanakan sebaik mungkin agar suatu
bangsa dapat mewujudkan menjadi Negara yang maju dan sejahtera, salah satu sektor
pembangunan terbesar nasional yaitu sektor pariwisata. Prospek pendapatan dari sektor
pariwisata yang tercermin dari jumlah kunjungan pariwisata meningkat dari tahun ke tahun.
Industri Pariwisata merupakan kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata. Kawasan Strategis Pariwisata merupakan kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan
hidup, serta pertahanan dan keamanan. Salah satu fasilitas terpenting yang harus disediakan

84
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

untuk mendukung sektor pariwisata adalah kebutuhan akan informasi terhadap tujuan
wisata dan fasilitas pendukung seperti bank, supermarket, ATM dan lain sebagainya.
Menurut Spillane (1987) (Fauzia Afriyani, 2015), peranan pariwisata dalam
pembangunan negara pada garis besarnya memiliki tiga segi, yaitu segi ekonomi (sumber
devisa, pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan
(memperkenalkan kebudayan negara kepada wisatawan-wisatawan asing). Para pakar
ekonomi memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang
penting pada abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara
berencana dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi
dan gas alam) serta industri lainnya. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang
mendapat prioritas utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat
meningkatkan kemandirian daerah dan daya saing.
Pengertian pariwisata secara entimologi kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta
yaitu kata “pari” yang berarti banyak; berkali-kali; berputar-putar, kata “wisata” yang berarti
perjalanan; bepergian. Menurut Spillane (Fauzia Afriyani, 2015), pariwisata dalam bahasa
inggris adalah ”Tour” yang diartikan dalam kamus sebagai Perjalanan atau bepergian
untuk kesenangan mengunjungi berbagai tempat yang menarik, atau kunjungan singkat atau
kunjungan lewat suatu tempat. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut
(https://adoc.pub/bab-ii-landasan-teori-secara-umum-masyarakat-melihat-bahwa-i.html) :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

85
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
9. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka
menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata.
10. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan.
11. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk mengembangkan
profesionalitas kerja.
12. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha dan pekerja pariwisata
untuk mendukung peningkatan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan
kepariwisataan.
13. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
14. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang kepariwisataan.

86
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Rencana


Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 pada pasal 2 ayat 5 dalam
mewujudkan visi pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) ditempuh melalui 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional meliputi
pengembangan: (a) Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,
berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat; (b)
Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; (c) Industri Pariwisata yang berdaya
saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan alam dan sosial budaya; dan (d) Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah,
swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang
efektif dan efisien dalam rangka mendorong terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan
yang berkelanjutan. Selain itu pada pasal 2 ayat 6 menjelaskan tujuan pembangunan
kepariwisataan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c adalah: (a)
meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata; (b) mengkomunikasikan
Destinasi Pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,
efisien dan bertanggung jawab; (c) mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu
menggerakkan perekonomian nasional; (d) mengembangkan Kelembagaaan
Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan
Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional,
efektif dan efisien.
Menurut Spillane (Fauzia Afriyani, 2015), peranan pariwisata dalam pembangunan
negara pada garis besarnya memiliki tiga segi, yaitu segi ekonomi (sumber devisa, pajak-
pajak), segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan
kebudayan negara kepada wisatawan-wisatawan asing). Para pakar ekonomi
memperkirakan sektor pariwisata akan menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting
pada abad ke-21. Dalam perekonomian suatu negara, bila dikembangkan secara berencana
dan terpadu, peran sektor pariwisata akan melebihi sektor migas (minyak bumi dan gas
alam) serta industri lainnya. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat
prioritas utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat
meningkatkan kemandirian daerah dan daya saing. Upaya yang dapat dilaksanakan untuk
menumbuh kembangkan industri pariwisata diantaranya pengadaan sarana akomodasi yang

87
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

memadai, promosi baik disisi pemerintah maupun swasta, kemudahan perjalanan,


penambahan dan pengembangan kawasan pariwisata, mengupayakan produk-produk baru
di obyek wisata, penyiapan jaringan pemasaran internasional dan penyiapan sumber daya
manusia yang berkualitas. Pada peringkat global, industri pariwisata kini merupakan
industri penting sebagai penyumbang terbesar dalam perdagangan internasional selain
ekspor barang dan jasa. Bagi daerah industri ini merupakan penyokong dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Berkembangnya sektor ini akan membawa dampak yang cukup besar pada
industri-industri yang terkait seperti hotel, rumah makan, biro travel dan UKM di daerah-
daerah kunjungan wisata. Saat ini sektor pariwisata juga menjadi perhatian pemerintah
untuk dikembangkan karena sekarang ini sektor pariwisata sebagai tulang punggung
perekonomian negara karena sektor pariwisata dapat meningkatkan pertumbuhan,
meningkatkan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan melestarikan lingkungan.
Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu
industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang
berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi
juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, bentuk organisasi yang
mengelola dan metode atau cara pemasarannya (Muhammad Tahwin, 2003). Menurut
Spillane (1987) Badrudin (2001), ada lima unsur industri pariwisata yang sangat penting
(https://adoc.pub/bab-ii-landasan-teori-secara-umum-masyarakat-melihat-bahwa-i.html),
yaitu:
a. Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attraction. Site
attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap yaitu
tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun binatang,
keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung
sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-
festival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.
b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan).
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus
terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata wisatawan
memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas

88
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan Support Industries yaitu toko souvenir,
toko cuci pakaian, pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).
c. Infrastructure (infrastruktur).
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya
dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada
keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan
infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi
perkembangan pariwisata.
d. Transportations (transportasi).
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan
karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata.
Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur
utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala pariwisata.
e. Hospitality (keramahtamahan).
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan
kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan
gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka kebutuhan
dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan
merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.
Pariwisata dapat digambarkan sebagai produk bersaing daerah dengan tujuan wisata
menarik, kompetitif dari segi kualitas, dibandingkan dengan produk dan jasa dari daerah
tujuan wisata lain. Daya saing sektor pariwisata merupakan kapasitas usaha pariwisata untuk
menarik pengunjung asing maupun domestik yang berkunjung pada suatu tujuan wisata
tertentu. Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada,
meningkatkan kapabilitas pengelolaan sehingga mempunyai daya saing dengan daerah lain.
Hal tersebut dapat menjadikan daerah tersebut menarik para masayrakat lainnya untuk
berkunjung kedaerah tersebut. Menurut Baharudin (2011)
(https://www.hestanto.web.id/pendapatan-pariwisata/) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor pariwisata:
a. Jumlah obyek wisata

89
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Indonesia sebagai negara yang memiliki keindahan alam serta keanekaragaman


budaya yang mempunyai kesempatan untuk menjual keindahan alam dan atraksi
budayanya kepada wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun nusantara yang
akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut. Kedatangan wisatawan
tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang dikunjunginya. Bagi
wisatawan mancanegara yang datang dari luar negeri, kedatangan mereka akan
mendatangkan devisa bagi negara.
b. Jumlah Wisatawan
Secara teoritis semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka
semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut,
paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di
daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya
akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan
wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara
maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu
daerah.
c. Tingkat Hunian Hotel
Menurut Dinas Pariwisata hotel merupakan suatu usaha yang menggunakan
bangunan atau sebagian dari padanya yang khusus disediakan, setiap orang dapat
menginap dan makan serta memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan
pembayaran. Pembangunan hotel-hotel berkembang dengan pesat, apakah itu
pendirian hotel-hotel baru atau pengadaan kamar-kamar pada hotel-hotel yang ada.
Fungsi hotel bukan sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun untuk
tujuan lain seperti urusan kegiatan bisnis, mengadakan seminar atau sekedar untuk
mendapatkan ketenangan. Perhotelan memiliki peran sebagai penggerak
pembangunan daerah, perlu dikembangkan secara baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, PAD, penyerapan tenaga kerja serta
perluasan usaha. Hotel merupakan salah satu jenis usaha yang menyiapkan
pelayanan jasa bagi masyarakat dan wisatawan (Fauzia Afriyani, 2015).
d. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang

90
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

ditunjukkan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pendapatan perkapita yang tinggi
cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya
menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi (pada saat pendapatan
meningkat, permintaan akan barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih
cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian) (Todaro,2000).

Pengembangan pariwisata saat ini semakin berkembang dan bervariasi dari waktu
ke waktu. Pemerintah mengeluarkan kebijakan pengembangan ekonomi yang berkaitan
dengan pengembangan pariwisata yaitu Kawasan Ekonomi Khusus. Salah satu Ekonomi
Khusus yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata adalah Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika. Kawasan tersebut berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara
Barat yang memiliki luas wilayah kurang lebih 1.250 ha. Kawasan ini berjarak 16 Km dari
Bandara Internasional Lombok, 55 km dari pelabuhan Lembar, dan 45 km dari Kota
Mataram yang merupakan ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat. Konsep bisnis yang
dikembangkan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dibagi menjadi dua, yakini public
realm merupakan konsep bisnis yang menunjang keberlangsungan kawasan tersebut seperti
infrastruktur transportasi, jaringan utilitas yang mencakup listrik, air dan gas, jaringan
komunikasi, taman, sarana olahraga dan hiburan, pelayanaan publik seperti perdagangan,
kesehatan dan keamanan serta argo-turism dan Sarana perdebatan. Sedangkan private realm
merupakan konsep bisnis yang mengembangkan Independent Development Packages
seperti hotel, spa, tempat konferensi dan museum serta tempat kerajinan.
Pemerintah kabupaten memiliki peran untuk ikut mengembangkan Kawasan
Ekonomi Khusus Mandalika melalui institutional setting. Pemerintah kabupaten dalam hal
ini Lombok Tengah dirasa mempunyai kuasa untuk ikut menguatkan dan mempromosikan
atraksiatraksi pariwisata yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Dalam
institutional setting, pemerintah memiliki peran untuk menguatkan dan mempromosikan
pelayanan tertentu kepada masyarakat. Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika sendiri
merupakan pariwisata yang berkaitan langsung dengan masyarakat melalui multiplier effect
yang dimiliki pariwisata itu sendiri. Namun institutional setting tersebut harus menjangkau
semua multiplier effect dari pariwisata yang ada sehingga akan mampu mencakup dan
mengoptimalkan potensi-potensi yang ada di kawasan tersebut. Oleh sebab itu perlu dikaji

91
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

mengenai institutional setting pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika untuk


melihat cakupannya dan dampaknya untuk kawasan tersebut. Pengelompokan content
analysis berdasarkan peraturan yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Institutional setting dalam konteks spasial di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dibagi
menjadi 3 yakni Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Lombok Tengah, dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten
Lombok Tengah. Kewenangan yang dibahas dalam pengembangan pariwisata Kawasan
Ekonomi Khusus Mandalika adalah kewenangan yang dimilki oleh masing-masing skala
instansi. Skala instansi yang dibahas adalah skala nasional dan skala daerah. Kewenangan
perlu dibahas untuk melihat cakupan wewenang yang dimiliki oleh masing-masing skala
pemerintah.
Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki peran dalam aspek spasial
melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal yang terkait dengan rencana pengembangan Provinsi
Nusa Tenggara Barat dalam pengembangan Kawasan Sekitar KEK Mandalika, diantaranya:
(1) Penetapan sistem perkotaan, yaitu PKW Praya dan PKL Sengkol; (2) Pengembangan
pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di Teluk Awang; (3) Pengembangan bandar
udara pusat pengumpul skala sekunder berada di Selaparang/Praya; (4) Pengembangan
terminal penumpang Kelas B di Praya; (5) Pengembangan Wilayah Sungai (WS) strategis
nasional adalah WS Pulau Lombok yang meliputi Daerah Aliran sungai (DAS) Dodokan,
DAS Menanga, DAS Putih dan DAS Jelateng; (6) Pengembangan Cekungan Air Tanah
(CAT) MataramSelong seluas sekitar 2.366 km2; (7) Pengembangan kawasan peruntukan
perkebunan di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBun) Pujut; (8)
Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata di Dusun Sade dan sekitarnya, Selong
Belanak dan sekitarnya, serta Kuta dan sekitarnya; (9) Pengembangan kawasan peruntukan
perikanan di Kuta, Awang dan sekitarnya; (10) Penetapan kawasan strategis provinsi dari
kepentingan pertumbuhan ekonomi, yaitu Kute dan sekitarnya di Kabupaten Lombok
Tengah, sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat dan sebagian wilayah Kabupaten
Lombok Timur dengan sektor unggulan pariwisata, industri dan perikanan.
Potensi pengembangan KEK Mandalika sebagai kawasan ekonomi khusus berbasis
pariwisata, dalam perkembangannya telah ditetapkannya kawasan Mandalika sebagai salah

92
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

satu dari sepuluh destinasi pariwisata prioritas di tingkat nasional. KEK Mandalika
dibangun di area seluas 1.035,67 Ha, terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Penetapan Mandalika sebagai destinasi wisata prioritas bukan tanpa alasan.
Menurut data Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Mandalika menempati posisi kedua
setelah Borobudur sebagai destinasi wisata dengan performansi terbaik dari total 10
destinasi prioritas nasional. Hal tersebut sesuai dengan visi Pariwisata di NTB sebagai
destinasi wisata halal terbaik di dunia. Sebagaimana yang dikemukakan Duffy (2002) bahwa
seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan lokal dan mancanegara, kekhawatiran akan
dampak kerusakan ekosistem lingkungan yang disebabkan meningkatnya fenomena mass
tourism yang menyasar, membuat para pengembang industri pariwisata mulai mencari
konsep pariwisata yang bersifat berkelanjutan atau sustainable. Dalam hal ini, konsep
ecotourism menjadi alternatif dalam menciptakan destinasi wisata dalam lingkup Kawasan
Ekonomi Khusus namun tetap memperhatikan aspek ekologis yang ada di zona wisata
tersebut.
Dalam hal KEK Mandalika, pembangunan KEK tersebut didasarkan atas konsep
ecotourism. Pembangunan KEK Mandalika yang mengunggulkan aspek keindahan alam,
direncanakan tetap menjaga 51% area sebagai kawasan hijau. Terdapat empat peluang dan
keuntungan, yang didapat KEK Mandalika dalam mengimplementasikan wisata berbasis
ecotourism dijelaskan sebagai berikut:
1. Investor asing akan tertarik dengan konsep green economy yang ditawarkan. Menteri
Perekonomian Darmin Nasution misalnya, dalam kunjungannya ke KEK Mandalika
mengungkapkan bahwa keunggulan yang dimiliki KEK Mandalika merupakan konsep
green infrastructure yang ditawarkan. Menurutnya dengan menerapkan konsep green
economy atau ekonomi hijau akan semakin menarik perhatian para investor asing untuk
berinvestasi dalam pembangunan KEK (Nursyamsyi, 2017). Konsep keberlanjutan atau
sustainable dibenarkan oleh Darmin yang menjelaskan konsep pembanguan
berkelanjutan di KEK Mandalika dapat dijadikan percontohan bagi pembangunan di
wilayah lain.
2. Sebagai upaya menerapkan konsep sustainability dan green economy. Proyek
pembangunan dalam KEK Mandalika seperti resort, hotel dan bangunan lainnya,
didukung oleh fasilitas infrastruktur yang ramah lingkungan seperti solar power plants,
penyulingan air laut menajadi air bersih, serta penyediaan kawasan hijau. Green

93
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

economy sendiri secara spesifik tertuang dalam United Nations Environmental


Program (UNEP) yang mendefinisikan green economy sebagai suatu sistem ekonomi
yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, dan keadilan sosial, disamping dapat
menurunkan risiko kerusakan lingkungan dan kelangkaan ekologis (Hidayat, 2011).
Dalam hal ini, green economy mendukung adanya investasi publik dan swasta,
khususnya untuk mendorong pendapatan daerah dan menciptakan lapangan kerja baru.
Disamping turut memperhatikan agar bagaimana kegiatan tersebut, dapat mengurangi
emisi karbon dan polusi, menjaga kelestarian ekosistem yang ada, serta dapat
memanfaatkan energi dan sumber daya alternatif (Hidayat, 2011). Secara garis besar,
konsep green economy sangat sesuai dengan konsep yang ditawarkan KEK Mandalika
yang mengusung konsep ekonomi hijau. Terkait kawasan hijau dan infrastruktur ramah
lingkungan di KEK Mandalika, para investor yang ingin berinvestasi di KEK
Mandalika sendiri mendapatan penawaran investasi khusus investasi berbasis
ecotourism seperti mangrove tour, natural flora, eco trail, eco lodge dan eco hotel dan
resort (BKPM, n.d.). Dalam pengolahan sumber air bersih misalnya, pengolahan untuk
air bersih dan air minum di KEK Mandalika berasal dari instalasi pengolahaan air laut
yang disebut dengan Sea Water Resource Osmosi (SWRO) yang dikelola bersama EBD
Baeur sebagai perusahaan multinasional yang berpengalaman dalam pengolahan air
laut menjadi air bersih. Hasil pengolahan air tersebut disebut dengan Mandalika Eco
Water dan digunakan untuk mensuplai berbagai kebutuhan air bersih di KEK
Mandalika (Ruslan, 2016).
3. Dalam rangka memenuhi elektrifitas di area beroperasinya KEK, Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) akan menjadi sumber energi listrik untuk kawasan sekitar 1.200
hektare tersebut. pembangunan PLTS dilakukan secara bertahap bekerja sama dengan
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Ruslan, 2016). Selanjutnya pemanfaatan lahan
di bawah panel surya sebagai greenhouse atau rumah kaca akan digunakan untuk
menumbuhkan tanaman secara organik. Pengembangan pembangkit tenaga surya
sendiri akan dilakukan secara bertahap dan ditargetan selesai di tahun 2019.
4. Untuk menunjang sarana transportasi yang ramah lingkungan, penyediaan jaringan
kereta listrik akan disediakan, begitupula dengan cable car yang akan disediakan untuk
menunjang transportasi wisata. Pembangunan transportasi berbasis ramah lingkungan
ini juga tidak lepas dari imbauan presiden yang menginginkan agar KEK Mandalika

94
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

terbebas dari polusi tansportasi konvensional (Deisser, 2017). Penerapan wisata


berbasis konservasi di KEK Mandalika tidak lepas dari peran pemerintah daerah yang
mulai memfokuskan kebijakan terkait eco-green atau pariwisata berbasis ramah
lingkungan. Upaya pemda NTB dalam merealisasikan konsep pariwisata berbasis
konservasi dilakukan dengan menjalin kerjasama bilatelar dengan Korea Selatan
sebagai negara yang mengaplikasikan konsep pariwisata berbasis eco-green. Hal
tersebut dilakukan sebagai refleksi bagi NTB dalam pembangunan dan pengembangan
pariwisata berbasis ecotourism. Penerapan infrastruktur berbasis ramah lingkungan
yang dijelaskan diatas, menjadi bukti keseriusan pemerintah beserta pengembang KEK
Mandalika dalam mengembangkan destinasi pariwisata yang berkelanjutan.
Pengembangan destinasi pariwisata berbasis alam tersebut diikuti dengan
pembangunan infrastruktur modern didalamnya akan tetapi infrastruktur tersebut
diupayakan berbasis ramah lingkungan. Sehingga pembentukan destinasi wisata
tersebut tidak hanya berlaku dalam waktu jangka pendek, namun mampu diterapkan
dalam jangka panjang tanpa harus merusak ekosistem yang ada dalam wilayah tersebut.
Dalam kasus KEK mandalika, pengembangan destinasi Mandalika sebagai
destinasi wisata kelas dunia tentu membawa keuntungan yang signifikan besar baik
kepada daerah maupun pemerintah pusat. Melihat hal tersebut ada 14 titik potensi yang
ada di Mandalika sebagai peluang investor dalam pengembangan pariwisata. Para
peneliti mengambil 1 titik dari 14 titik tersebut yaitu berada di titik depan bill yang
beralamatkan di Jalan Raya By Pass bunderan pintu masuk ke BIL. Alasan lokasi
tersebut dikarenakan luas lahan yang mencapai 17 ha sehingga dalam perkembangan
industri pariwisata tidak lain merupakan upaya dalam memperluas pembangunan pada
area yang terproteksi. Luas lahan tersebut dapat dibangun resort mewah, perhotelan,
pusat perbelanjaan yang dapat dikolaborasikan dengan wisata yang disajikan. Selain
itu, lokasi tersebut mudah di akses dengan transportasi yang akses jalannya dekat
dengan bandara. Konsep dari transportasi akan mengangkat konsep berbasis
lingkungan yang ditawarkan yangdapat dinikmati oleh sebagian pihak yang memiliki
modal. Diharapkan kawasan alam yang seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh orang,
melihat kondisi sekarang hanya segelintir orang yang dapat menikmatinya.
Terkait KEK Mandalika, perlu adanya penekanan bahwa ditengah
pembangunan resort mewah, hotel dan berbagai sarana yang ditawarkan, kawasan

95
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pantai harus bisa dinikmati oleh semua pihak. Hal ini melihat fakta bahwa, kawasan
pantai umumnya di priviatisasi oleh pihak yang mengembangkan resort dan perhotelan
di area tersebut. Sehingga, kawasan pantai di area tersebut tidak terbuka bagi publik
dan hanya bisa dinikmati oleh sebagian pihak, yakni mereka yang memilki modal.
Selain memperhatikan aspek lingkungan, perhatian terhadap unsur budaya daerah
setempat juga perlu ditekankan. Suguhan atraksi-atraksi daerah dan pengenalan
terhadap adat istiadat masyarakat setempat perlu mendapatkan penekanan. KEK
Mandalika harus bisa menjadi ajang untuk mempromosikan kearifan budaya lokal
dengan turut menjaga keberlangsungan lingkungan hidup di sekitarnya. Hanya dengan
itu, konsep ecotourism dapat menjadi alternatif bagi industri pariwisata modern untuk
menjadi pariwisata yang bersifat sustainable, menghilangkan persepsi bahwa industri
pariwisata lazimnya dikaitkan dengan isu ketimpangan, kerusakan lingkungan dan
kemiskinan. Analisis potensi pengembangan obyek wisata perlu dikaji untuk
mengetahui potensi dan kelemahan pada obyek dan daya tarik wisata yang ada di
Kabupaten Lombok Tengah, selain itu dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
pemerintah daerah setempat untuk menyusun rencana dan program yang sesuai untuk
pengembangan pariwisata di Kabupaten Lombok Tengah. Perkembangan dan
pembangunan pariwisata di Kabupaten Lombok Tengah mengalami peningkatan yang
cukup baik.

2.2.2 Analisa Pertumbuhan Wisawatan


Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki banyak objek wisata yang potensial. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan,
baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara yang datang berkunjung.
Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (BPS NTB)
diketahui bahwa selama kurun waktu 5 tahun terkahir ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan meskipun pada tahun 2018 sempat ada penurunan akibat gempa lombok
tetapi kondisi tersebut cepat pulih kembali dan pada tahun 2019 peningkatnya sangat
signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Secara berturut-turut jumlah
kunjungan wisatwan ke NTB dari tahun 2015-2019 di tampilkan pada gambar di bawah ini:

96
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 62. Grafik Pertumbuhan Wisatwan ke Lombok tahun 2015-2019

Dari gambar ditas terlihat bahwa pertumbuhan wisatawan di Lombok sangat positif
dan cenderung naik. Berdasarkan data BPS Pada tahun 2018 pertumbuhan wisatawan di
Lombok sebesar 15,81 % dan pada tahun 2019 sebesar 16,11 % sehingga ada kenaikan
sebesar 1,88%. Untuk wisawatan mancanegara yang datang ke Lombok juga sangat tinggi
bahkan prosentasenya hampir 10 prosen dari total wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia yaitu pada tahun 2019 yaitu 2,15 juta atau 9,6 % dari 16,11 juta wisatan yang
masuk ke Indonesia. Angka yang sangat fantastis untuk sebuah pertumbuhan wisatawan.
Selain itu jika dibandingkan dengan beberapa destinasi lain di kawasan timur
Indonesia, misalnya dengan Raja Ampat dan Labuan Bajo, Lombok memiliki jumlah
wisatawan yang jauh lebih banyak. Pada gambar 60 di bawah ini menjukkan bahwa dalam
2 tahun berturut-turut Lombok dapat mendatangkan wisatwan yang jauh lebih banyak.

97
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 63. Grafik Perbandingan Jumlah Wisatawan


di Lombok, Labuan Bajo, dan Raja Ampat Tahun 2018-2019

Sumber : BPS 2020

Berdasarkan data tahun 2017, sekitar 47 persen dari 1,4 juta wisman berasal dari
Eropa, dan diikuti oleh wisman asal Asia-Pasifik (26 persen), Amerika (14 persen), dan
ASEAN (13 persen). Temuan ini sejalan dengan Laporan MADA yang menemukan bahwa
pengunjung Eropa menyumbang sekitar 50 persen dari semua kedatangan internasional ke
NTB pada tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa wisatan dari
Australia mengalami kenaikan sebesar 425% yaitu dari 2.633 orang pada tahun 2018
menjadi 13.814 pada tahun 2019. Kenaikan ini salah satunya di dorong oleh adanya
penerbangan langsung internasional dari Perth Australia ke Lombok NTB. Data tersebut
menunjukkan struktur originasi wisman yang tidak berubah secara signifikan dalam dua
tahun terakhir. Lombok tetap menarik untuk hampir semua pasar sumber internasional, baik
untuk pasar resor pantai skala besar dan pasar snorkeling, menyelam, hiking dan
berselancar.

98
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 64. Profil Wisatawan Mancanegara Berkunjung ke Lombok Tahun 2018 dan 2019

Sumber : BPS 2020

Tingginya wisawatan yang datang ke lombok di pengaruh oleh beberapa faktor di


antaranya adalah kekuatan branding detinasi wisata hallal. Seperti yang kita ketahuai bahwa
Pada tahun 2015, Lombok terpilih sebagai pemenang penghargaan World Travel Halal
Summit di Abu Dhabi Uni Emirat Arab (https://ntb.disbudpar.go.id, 2016). Bahkan Lombok
memperoleh dua kategori yaitu sebagai Word’s Best Halal Honeymoon Destination dan
Word’s Best Halal Tourism Destination. Kemenangan inilah yang secara tidak langsung
membuat terjadinya lonjakan kunjungan wisatawan ke NTB pada umumnya dan Pulau
Lombok pada khususnya.

Gambar 65. Award Word’s Best Halal Honeymoon Destination dan Word’s Best Halal
Tourism Destination di di Abu Dhabi Uni Emirat Arab 2016

99
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Selain itu, saat ini semakin banyak kawasan atau objek wisata yang memiliki
kemudahan untuk diakses baik dari segi informasi, transportasi dan akomadasi. Hal ini jelas
menjadi pertimbangan tersendiri bagi wissatawan yang ingin bekunjung ke Lombok.
Profil wisatawan dapat dilihat dari sisi usia, dimana kelompok berusia di bawah 15
tahun menempati persentase tertinggi 28 persen. Temuan ini sangat menarik, khususnya
melihat bahwa motivasi wisnus adalah untuk mengunjungi saudara/teman (43 persen) dan
rekreasi (46 persen). Hal ini mengindikasikan terdapat proporsi besar wisata keluarga
dengan anak-anak ke NTB. Kelompok umur lain di rentang usia 15-54 tahun memiliki
kontribusi sekitar 14-18 persen. Adapun proporsi wisnus usia 55 tahun ke atas hanya 7
persen yang menunjukkan NTB masih kurang populer sebagai destinasi untuk kelompok
pensiunan dan lanjut usia.
Wisman rata-rata menghabiskan sekitar Rp1.850.000, atau sekitar 16 persen lebih
tinggi dari wisnus. Pengeluaran yang tidak berbeda jauh antara wisman dan wisnus ini
disebabkan karena peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran harian wisnus menjadi
sekitar Rp1.550.000 - 1.600.000. Data pengeluaran harian wisman pada tahun 2013-2018
menunjukkan peningkatan 1,15 persen per tahun yaitu dari USD 130 pada tahun 2013
menjadi USD 137 pada tahun 2018. Wisman asal negara-negara Asia-Pasifik memiliki
pengeluaran harian tertinggi yaitu sekitar USD 157 per hari pada tahun 2016, diikuti oleh
wisman asal ASEAN. Di sisi lain, pasar Eropa - yang saat ini paling menarik bagi pariwisata
NTB berdasarkan angka kunjungan mereka. Namun pengeluaran rata-rata wisman asal
Eropa tergolong paling rendah yaitu sekitar USD 86 per hari pada tahun 2016.
Potret terkini terkait minat berwisata ke NTB dapat dilihat dari survei online tentang
Lombok tahun 2019. Hasil survey yang melibatkan 3.852 responden menunjukkan dominasi
kegiatan yang akan dilakukan di Lombok secara berturut-turut yaitu kegiatan alam,
petualangan, dan kebudayaan

2.2.3 Analisa Wisatawan dalam Kondisi Pandemi


Covid-19 adalah wabah global yang berdampak buruk pada dimensi manusia dan
sosial. Setelah menyebar dari Cina, pandemi meluas dengan cepat ke 210 negara termasuk
Indonesia. Pandemi Covid-19 adalah kejutan besar bagi ekonomi global termasuk
Indonesia. Ekonomi mengalami penurunan setidaknya untuk paruh pertama tahun ini dan
mungkin lebih lama jika tindakan penahanan wabah Covid-19 tidak efektif. Pandemi

100
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Covid19 menyebabkan gangguan pada rantai pasok global, dalam negeri, volatilitas pasar
keuangan, guncangan permintaan konsumen dan dampak negatif di sektor sektor utama
seperti perjalanan dan pariwisata.
Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang
datang ke Tanah Air pada awal tahun 2020 mengalami penurunan. Selama Januari 2020,
kunjungan wisman mencapai sebanyak 1,27 juta kunjungan. Angka ini merosot 7,62 persen
bila dibandingkan jumlah kunjungan turis asing pada Desember 2019 sebanyak 1,37 juta
kunjungan. Penurunan jumlah kunjungan turis asing ini utamanya disebabkan oleh
mewabahnya Covid-19 yang terjadi pada pekan terakhir Januari 2020. Merosotnya
kunjungan turis asing ke Indonesia itu terlihat juga dari data wisman yang datang melalui
pintu masuk udara (bandara). Jika dibandingkan dengan kunjungan pada Desember 2019,
jumlah kunjungan wisman ke Indonesia melalui pintu masuk udara pada Januari 2020
mengalami penurunan sebesar 5,01 persen.
Pariwisata di NTB juga mengalami dampak yang sangat besar. Hal ini dapat lihat
dari penurunan jumlah pengunjung yang datang ke Lombok melalui Bandar Undara seperti
yang tersaji pada tabel gambar di bawah ini

Gambar 66. Grafik Kedatangan Wisatwan ke Lombok dalam Kondisi Pandemi


Covid-19 Periode Desember 2019 - Oktober 2020

Sumber : Berita Resmi Statistik Provinsi NTB Desember 2019-Oktober 2020 (Data Terolah

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa jumlah pengunjuang ke Lombok


mengalamai penurunan yang luar biasa, terutama sejak Maret setelah pemerintah

101
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

mengumumkan indonesia dalam kondisi Pandemi. Kemudian pengujung mulai ada


peningkatan lagi sejak pemerintah memberlakukan Era New Normal pada awal Juni 2020.

2.2.4 Analisa Ketersediaan Hotel


Dalam upaya memberikan kebutuhan pelayanan kepada wisatawan, keberadaan
fasilitas-fasilitas pendukung seperti hotel dan restoran di suatu kawasan detinasi pariwisata
sangat diperlukan. Karena keberadaan fasilitas tersebut untuk mendukung jalanya aktivitas
kepariwisataan di suatu destinasi pariwisata. Keberadaan akomodasi hotel maupun fasilitas
lainnya seperti restoran, dan rumah makan di kota mataram telah tersedia, keberadaan
fasilitas-fasilitas tersebut tentu bertujuan untuk memberikan layanan kepada wisatawan
selama berkunjung di kota mataram. Jumlah fasilitas akomodasi hotel yang terdapat di kota
mataram dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 19. Jumlah Hotel Bintang-Non Bintang dan Jumlah Kamar di Provinsi NTB Tahun
2019
Jumlah
Jumlah Hotel Jumlah Jumlah
No Kabupaten / Kota Hotel Non
Bintang Kamar Kamar
Bintang
(1) (2) (3) (4) (3) (4)
1 Mataram 29 853 124 544
2 Lombok Barat 38 2644 163 1065
3 Lombok Utara 9 487 583 4537
4 Lombok Tengah 6 329 107 829
5 Lombok Timur 3 34 144 368
6 Sumbawa Barat 1 92 35 266
7 Sumbawa 7 98 53 583
8 Dompu 0 0 36 298
9 Bima 0 0 15 91
10 Kota Bima 0 0 18 403
Jumlah 93 4537 1278 8984

Dari data diatas dapat dilihat bahwa pasokan hotel berbintang terbanyak terdapat di
Kabupaten Lombok Barat (38 hotel), diikuti Kota Mataram (29 hotel), Lombok Utara (9
hotel), dan Lombok Tengah (6 hotel) lombok timur (3 hotel).

102
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 67. Hotel Bintang yang sudah beroperasi di Lombok Tengah Tahun 2020

D’ Max Hotel &


Convention

D Praya Hotel

Grand Royal BIL Hotel

Novotel Lombok
Aerotel Mandalika Resort & Villas

Hotel berbintang di Kabupaten Lombok Barat tersebar di kawasan pariwisata yang


lebih matang seperti Senggigi, sementara hotel-hotel berbintang di Lombok Utara
didominasi di Kawasan Gili Tramena. Kota Mataram memiliki banyak hotel berbintang
dikarenakan fungsinya sebagai ibukota provinsi dengan akses pada institusiinstitusi
pemerintah dan kegiatan bisnis lainnya. Sedangkan di kawasan Lombok Tengah hotel
sebagian besar berada di kawasan KEK Mandalika.
Sementara itu untuk angka Tingkat Hunian Kamar (TPK) dan lama tinggal
wisatawan terlihat fluktuatif. Namun demikian rata-rata perbandingan dalam empat tahun
terakhir Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel di lombok cenderung naik.

103
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 68. Grafik TPK dan LOS Wisatawan Mancanegara di Lombok tahun 2018 dan
2019

Sumber : https://data.ntbprov.go.id (data terolah 2020)

Pada Gambar diatas terlihat bahwa angka TPK hotel Bintang Tahun 2016 sebesar
42,27 % naik menjadi 58,25% pada tahun 2019 dan TPK Hotel Non Bintang tahun 2016
sebesar 28,92% naik menjadi 57,8% pada tahun 2019. Begitu juga untuk lengt of stay (LOS)
atau lama tinggal wisatawan juga cenderung naik dari tahun 2016 LOS untuk hotel bintang
sebesar 2,18 hari menjadi 3,25 hari pada tahun 2019 dan LOS untuk hotel non bintang tahun
2016 sebesar 2,07 hari naik menjadi 3,15 hari pada tahun 2019. Data-data ini
mengindikasikan bahwa wisatwan di Lombok cenderung naik baik dari sisi jumlah
wisawatawanya, tingkat hunian kamarnya maupun lama tinggalnya.

2.2.5 Proyeksi Pertumbuhan dan Kebutuhan


Menurut Rencana Induk Destinasi Pariwisata Prioritas (RIDPP) Lombok bahwa
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pulau Lombok pada tahun 2045 diperkirakan
mencapai 12 juta orang yang terdiri dari sekitar 6,5 juta wisnus (46 persen) dan 5,5 juta
wisman (54 persen). Jumlah kunjungan wisnus diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan
wisman karena permintaan pasar wisnus yang besar dan rencana pembangunan fasilitas
untuk kegiatan MICE dan bisnis. Pertumbuhan pariwisata tetap diseimbangkan dengan daya
dukung Pulau Lombok (termasuk KTA spesifik) dan mempertimbangkan berbagai faktor
pembatas yang ada (lingkungan, sosial, budaya, bencana alam, dan lain-lain). Pertumbuhan
kunjungan wisnus selama 25 tahun adalah sekitar 6,1 persen. Pertumbuhan tertinggi untuk
kunjungan wisnus diproyeksikan terjadi di periode ke-2 (2025-2029) dengan asumsi
pertumbuhan sebesar 10,9 persen. Sementara itu pertumbuhan kunjungan wisman selama

104
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

25 tahun diperkirakan sekitar 6,0 persen. Proyeksi pertumbuhan kunjungan wisman


tertinggi terdapat di periode ke-2 (2025-2029) dengan asumsi pertumbuhan sebesar 10,6
persen. Total kunjungan wisatawan ke Pulau Lombok dari 2020-2045 diperkirakan sebesar
6,1 persen.

Tabel 20. Proyeksi Kunjungan Wisatawan ke Lombok Sampai Tahun 2045


Kunjungan 2018 2019 2025 2030 2035 2040 2045
Wisatawan
Wistawan 1.311,7 1.387,3 2.134,4 3.357,5 4.588,3 5.631,6 6.505,4
Nusantara
(Ribu kunjungan)
Wisatawan 1.148,3 1.212,9 1.848,9 2.880,1 3.909,3 4.776,5 5.500,0
Mancanegara (Ribu
kunjungan)
Total wisatawan 2.490,5 2.600,2 3.983,2 6.237,6 8.497,6 10.408,1 12.005,4
Proyeksi RIDPP
(Ribu kunjungan)
Total Kunjungan 2.975,2 3.295,5 3.644,4 4.030,8 4.457,7
Pertumbuhan
Natural (Ribu
kunjungan)

Sumber : Dokumen RIDPP Lombok Agustus 2020

Wisman yang berkunjung ke Pulau Lombok diproyeksikan tetap didominasi oleh


wisman asal Eropa. Hal ini sejalan dengan tren dimana wisnus dari Eropa mengambil peran
sebesar 4-10 persen dari kunjungan wisnus ke Pulau Lombok. Sementara itu, kunjungan
wisman dari kawasan Australia dan Asia Tenggara diperkirakan meningkat signifikan
seiring dengan bertambahnya ragam aktivitas dan atraksi wisata di Pulau Lombok.
Peningkatan kunjungan wisnus dan wisman diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan dari pariwisata. Dengan average length of stay (ALOS) untuk wisnus maksimal
4 hari dan pengeluaran harian yang terus meningkat, pendapatan yang diperoleh dari wisnus
diperkirakan mencapai Rp102 triliun pada tahun 2045. Pengeluaran harian wisnus dari
Rp1.600.000 pada tahun 2018 menjadi Rp3.921.730 pada tahun 2045 atau naik 3,4 persen
per tahun. Menggunakan ALOS maksimal yang sama dengan wisnus, namun dengan laju
peningkatan pengeluaran harian yang lebih lambat dari wisnus, kunjungan wisman pada
2045 diperkirakan menghasilkan devisa senilai Rp157,9 triliun. Rata-rata pengeluaran
harian wisman diperkirakan meningkat 5,2 per tahun, yaitu dari USD 123,38 pada tahun
2018 menjadi USD 478,6 pada tahun 2045.

105
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 21. Proyeksi Total Pendapatan Pariwisata Lombok Sampai Tahun 2045

Total Pendapatan 2018 2019 2025 2030 2035 2040 2045


setelah inflasi
Pendapatan 5.666.534 6.419.972 14.927.736 32.006.857 51.640.044 74.828.179 102.049.173
wisnus (Rp juta)
Pendapatan 4.353.669 4.965.711 11.996.308 27.430.225 54.648.954 98.009.242 157.952.538
wisman (Rp juta)
Total Pendapatan 10.020.203 11.385.683 26.924.043 59.437.082 106.288.997 172.837.421 260.001.710
(Proyeksi RIDPP)
(Rp juta)
Total Pendapatan 10.020.203 10.784.296 17.259.840 23.446.343 30.990.116 39.481.442 48.879.950
pertumbuhan
natural (Rp juta)

Sumber : Dokumen RIDPP Lombok Agustus 2020

Pada tahun 2017, Pulau Lombok memiliki sekitar 8.859 kamar. Dengan rerata
ALOS 4 hari dan dengan tersedianya 8.859 kamar di tahun 2018, maka kebutuhan tambahan
kamar di Pulau Lombok diperkirakan sebanyak 4.886 unit pada tahun 2020 dan terus
meningkat hingga mencapai total jumlah kamar sebanyak 93.975 unit pada tahun 2045.
Penambahan kamar ini tersebar di beberapa wilayah, dengan wilayah Mandalika dan
sekitarnya diperkirakan menampung tambahan kamar tertinggi, diikuti oleh wilayah
Sekotong dan sekitarnya, wilayah Gili-Senggigi dan Kota Mataram.

Tabel 22. Proyeksi kebutuhan akomodasi di Lombok Sampai Tahun 2045


Kunjungan Wisatawan 2018 2019 2025 2030 2035 2040 2045
Wisatawan nusantara (Ribu 1.311,7 1.387,3 2.134,4 3.357,5 4.588,3 5.631,6 6.505,4
kunjungan)
ALOS wisnus (hari) 2,7 2,8 3,5 4,0 4,0 4,0 4,0
Wisatawan mancanegara 1.148,3 1.212,9 1.848,9 2.880,1 3.909,3 4.776,5 5.500,0
(Ribu kunjungan)
ALOS wisman (hari) 2,1 2,1 2,5 2,8 3,2 3,7 4,0
Jumlah wisatawan (Ribu 2.459,9 2.600,2 3.983,2 6.237,6 8.497,6 10.408,1 12.005,4
kunjungan)
Jumlah Kamar yang
dibutuhkan (Proyeksi 23.401 42.166 60.533 78.425 93.975
RIDPP) (unit) *
Penambahan kamar yang 14.542 33.307 51.674 69.566 85.116
dibutuhkan (* dikurangi
8.859 unit eksisting) (unit)
Jumlah Kamar yang 8.104 11.659 15.231 18.483 20.754
dibutuhkan (pertumbuhan
natural) (unit)

Sumber : Dokumen RIDPP Lombok Agustus 2020

106
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2.2.6 Trend Investasi di Lombok


Selama periode 2009-2017, Lombok mencatatkan total realisasi investasi sebesar
Rp.18,6 triliun, dimana 28 persen (Rp.5,3 triliun) diantaranya merupakan PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri). Nilai realisasi PMDN di tahun 2017 merupakan yang
tertinggi. Sementara realisasi PMA (Penanaman Modal Asing) terbesar tercatat pada tahun
2015. Pariwisata merupakan sektor yang mendatangkan PMA yang terbesar dan PMDN
yang kedua terbesar di Provinsi NTB. Hal ini menujukan bahwa investasi disektor
pariwisata di provinsi NTB merupakan investasi yang sangat menarik
PMDN terpusat di Kabupaten Lombok Barat (84 persen) dan Kota Mataram (16
persen). Hal ini menunjukkan ketimpangan perferensi investor domestik di Lombok.
Sebagai perbandingkan, PMA di Lombok cenderung lebih tersebar, yaitu 34 persen di
Kabupaten Lombok Barat, dan diikuti oleh Lombok Utara (29 persen), Lombok Tengah (11
persen), Lombok Timur (8 persen), dan Kota Mataram (18 persen). Berdasarkan data Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, pada tahun 2018,
terdapat sekitar 30 negara yang telah berinvestasi di Pulau Lombok, terutama dari Singapura
(58 persen), Perancis (16 persen), Korea Selatan (11 persen), dan Australia (3 persen).
Realisasi tersebut seperti tersaji pada tabel dibawah ini

Tabel 23. Realiasai PMA Berdasarkan sektor pada tahun 2011-2017 (dalam miliar rupiah)
Penanaman Modal Asing (PMA)
No Sektor
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pariwisata 489,82 32,26 146,53 1.656,53 2.152,00 2.109,72 1.434,68
2 Transportasi n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
3 Perdagangan 14,92 47,24 2,85 1,85 20,48 9,04 37,91
4 Pertanian 33,46 17,37 n/a n/a n/a 3,18 n/a
5 Perkebunan 4,00 3,01 55,90 9,45 27,60 n/a n/a
6 Kehutanan n/a n/a n/a n/a n/a n/a n/a
7 Perikanan 24,89 11,04 9,55 0,02 14,56 173,24 63,01
8 Pertambangan 644,44 910,93 3.119,00 1.692,30 5.048,42 6.582,19 146,85
9 Industri 32,71 10,61 6,30 44,92 103,63 3,53 12,85
10 Pelayanan Lainnya 114,77 6,52 34,68 1.431,59 2.284,72 606,35 509,75

Sumber : DPMPTS Provinsi NTB & Hasil Analisis 2020

107
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 24. Realiasai PMND Berdasarkan sektor pada tahun 2011-2017 (dalam miliar
rupiah)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM)
No Sektor
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Pariwisata 158,41 106,07 136,13 347,18 149,70 n/a 284,64
2 Transportasi 11,74 n/a 1,331,07 326,90 35,00 36,00 n/a
3 Perdagangan 3,05 n/a n/a n/a n/a 63,61 161,79
4 Pertanian n/a n/a n/a 30,30 17,95 n/a n/a
5 Perkebunan 35,73 n/a n/a 172,50 103,85 177,18 n/a
6 Kehutanan n/a n/a n/a 4,00 11,00 n/a n/a
7 Perikanan 33,07 n/a 25,39 12,51 2,74 71,63 n/a
8 Pertambangan n/a n/a 22,52 72,05 3,01 50,59 8.258,85
9 Industri 150,60 n/a 1,66 322,96 6,35 11,21 125,29
10 Pelayanan Lainnya 25,44 292,60 20,38 62,15 16,17 1,60 244,65

Sumber : DPMPTS Provinsi NTB & Hasil Analisis 2020

Gambar 69. Kontribusi Realisasi Invstasi berdasarkan Kabupaten/Kota di Lombok


tahun 2018

Sumber : DPMPTS Provinsi NTB & Hasil Analisis 2020

Gambar 70. Invstasi Asing berdasarkan Asal Negara di Lombok tahun 2018

Sumber : DPMPTS Provinsi NTB & Hasil Analisis 2020

108
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2.2.7 Analisa Permintaan


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam dan
budaya yang kaya dan beragam. Kekayaan dan keragaman alam dan budaya tersebut
merupakan modal dasar dalam pembangunan. Dengan keberagaman sumberdaya alam yang
dimiliki Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna dan keindahan alam yang bentuknya
berkepulauan kaya akan adat istiadat, kebudayaan dan bahasa sehingga memiliki daya tarik
untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Daya tarik ini mendorong
pemerintah untuk mendirikan industri sektor pariwisata (Mateka dkk, 2013). Istilah
permintaan (demand) mempunyai arti tertentu, yaitu selalu menunjuk pada suatu bagian
hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang mau dibeli orang dan harga barang
tersebut. Menurut Nopirin (2000) teori permintaan menerangkan tentang hubungan antara
berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin dan dapat dibeli oleh
konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Menurut McEachern
(2000) permintaan pasar suatu sumber daya adalah penjumlahan seluruh permintaan atas
berbagai kombinasi penggunaan sumber daya tersebut (Anasthacia, 2014). Jenis-jenis
pariwisata menurut Spillane (1987) berdasarkan motif tujuan perjalanan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu:
1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini
dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak ingin-tahunya,
mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism) Pariwisata ini dilakukan untuk
pemanfaatan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran
jasmani dan rohaninya, dan menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya.
Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang
menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan,
pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis ini ditandai oleh adanya
rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran
dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat
yang berbeda-beda, mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu,

109
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pusat-pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat
dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism) Pariwisata ini dapat dibagi lagi
menjadi dua kategori: a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga
besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan
lainlain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya. b. Sporting
tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik
kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism) Menurut para ahli
teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan
karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan
kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism) Pariwisata ini banyak
diminati oleh negara-negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau
pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka
waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi yang mencakup pertemuan-
pertemuan ilmiah, pertemuan bisnis, dan bahakan pertemuan politik. Negara
yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang
menunjang diadakannya pariwisata konvensi.

Permintaan pariwisata merupakan jumlah total dari orang yang melakukan


perjalanan untuk menggunakan fasilitas dan pelayanan wisata di tempat yang jauh dari
tempat tinggal dan tempat kerja (Mulyana, 2009). Sedangkan menurut Sinclair dan Stabler
(1997) permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian,
perorangan (individu), Usaha Kecil Menengah, perusahaan swasta, dan sektor pemerintah.
Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang
berbeda bukan saja dalam hal sifat, akan tetapi juga manfaat dan kebutuhannya bagi
wisatawan. Dalam ilmu ekonomi kebutuhan-kebutuhan yang dapat diperoleh dengan mudah
tidak merupakan barang-barang ekonomi karena dapat diperoleh secara bebas seperti udara
segar, pemandangan yang indah atau cuaca yang cerah. Hal itu tidak berlaku dalam industri
pariwisata, justru barang-barang yang termasuk free goods ini dapat meningkatkan

110
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

kepuasan bagi wisatawan. Permintaan dalam industri pariwisata tidak hanya terbatas pada
waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata diperlukan, akan tetapi jauh sebelum
melakukan perjalanan, permintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang daerah
tujuan wisata, hotel tempat untuk menginap, transportasi yang akan digunakan, tempat-
tempat yang akan dikunjungi dan berapa banyak uang yang harus dibawa (Yoeti, 2008).
Permintaan industri pariwisata tidak hanya membutuhkan layanan tetapi
membutuhkan kombinasi dari bermacam-macam pelayanan yang ditawarkan dalam suatu
paket wisata yang dalam ilmu ekonomi pariwisata sebagai A Assortment of Services.
Permintaan tersebut dapat dibagi menjadi enam kelompok yang saling melengkapi menurut
G.A.Schmoll (Yoeti, 2008) sebagai berikut: (1) Travel preparations, sebelum membeli
paket wisata kita terlebih dahulu memerlukan informasi, saran-saran, pemesanan, tiket dan
vouchers, money exchanges, pakaian selama perjalanan dan alat lain yang dibutuhkan; (2)
Movement, dalam perjalanan wisatawan memerlukan transportasi menuju dan dari objek
wisata, sightseeing and tours, safaries, act at the tourist destination; (3) Accommodation
and catering, pada suatu daerah tujuan wisata wisatawan akan memerlukan kamar hotel and
motel, area kemping dan restoran, bar dan cafe; (4) Activities at the destination, didaerah
tujuan wisata wisatawan memerlukan entertaiment, sports sightseeing, berbelanja,
mengunjungi museum; (5) Purchases and personal needs, sebagai kenang-kenang pada
suatu daerah tujuan wisata wisatawan akan membeli bermacam-macam oleh-oleh dalam
bentuk barang-barang pribadi, pakaian, medical care, souvenir dan lain-lain; (6) Recording
an preserving impressions, untuk keperluan dokumen perjalanan wisatawan memerlukan
purchases of film, kamera, photos or studio shooting dan lain-lain.
Berbeda dengan permintaan terhadap barang dan jasa pada umumnya, permintaan
industri pariwisata memiliki karakter sendiri, beberapa ciri atau karakter permintaan
pariwisata menurut Yoeti (2008) sebagai berikut: (1) Sangat dipengaruhi oleh musim; (2)
Terpusat pada tempat-tempat tertentu; (3) Tergantung pada besar kecilnya pendapatan; (4)
Bersaing dengan permintaan akan barang-barang mewah; (5) Tergantung tersedianya waktu
senggang; (6) Tergantung teknologi transportasi; (7) Jumlah orang dalam keluarga; (8)
Aksesibilita. Menurut Yoeti (2008) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan pariwisata antara lain sebagai berikut:
1. General Demand Factors merupakan permintaan terhadap barang dan jasa industri
pariwisata tergantung pada hal-hal sebagai berikut:

111
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

a) Purchasing power memilik arti sebagai kekuatan untuk membeli banyak


ditentukan oleh disposible income yang erat kaitannya dengan tingkat hidup
(standard of living) dan intensitas perjalanan (travel intensity) yang dilakukan.
Semakin besar pendapatan yang bebas digunakan akan semakin besar
kemungkinan perjalanan yang diinginkan;
b) Demographic structure and trends merupakan besarnya jumlah penduduk dan
pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi permintaan terhadap produk industri
pariwisata. Negara yang memiliki penduduk banyak tetapi pendapatan
perkapitanya kecil akan memiliki kesempatan kecil untuk melakukan perjalanan
wisata. Faktor lain adalah struktur usia penduduk yang masih muda dengan
pendapatan rata-rata relatif tinggi akan lebih besar pengaruhnya dibanding denngan
penduduk yang berusia pensiun;
c) Sosial and cultural factors yang merupakan industrialisasi tidak hanya
menghasilkan struktur pendapatan masyarakat relatif tinggi akan tetapi
meningkatkan pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga memungkinkan
memiliki kesempatan melakukan perjalanan wisata untuk menghilangkan
kejenuhan bekerja, menghilangkan stres, sehingga melakukan rekreasi sudah
merupakan keharusan;
d) Travel motivations and attitudes memiliki arti sebagai motivasi untuk melakukan
perjalanan wisata sangat erat hubungan dengan kondisi sosial dan budaya
masyarakatnya. Masih eratnya hubungan kekeluargaaan masyarakat dan sering
melakukan saling berkunjung membuat perjalanan akan sering dilakukan dan
tentunya akan meningkatkan permintaan untuk melakukan perjalanan wisata;
e) Opportunities to travel and tourism marketing intensity menjelaskan adanya
insentif untuk melakukan perjalanan wisata akan meningkatkan perjalanan wisata
ke seluruh dunia seperti meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).
Kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya karena biaya
perjalanan ditanggung perusahaan, akan tetapi memberi kesempatan kepada
keluarga ikut melakukan perjalanan wisata, anak dan istri mendampingi suami
dalam berpartisipasi dalam suatu konferensi tertentu;

112
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2. Factors Determining Specific Demand


Faktor-faktor yang akan mempengaruhi permintaan khusus terhadap daerah tujuan
wisata tertentu yang akan dikunjungi ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
a) Harga Pada kebanyakan industri jasa harga biasanya menjadi masalah kedua
karena yang terpenting adalah kualitas yang harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan keinginan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Dalam kepariwisataan
sudah biasa dilakukan price differentiation secara umum sebagai suatu strategi
dalam pemasaran. Sebagai contoh misalnya sedikitnya dijumpai 15 tarif
perjalanan round trip yang disusun oleh International Air Transportation
Association (IATA) berdasarkan musim, rata-rata lamanya tinggal, umur
penumpang, dan pelayanan ditempat tujuan.
b) Daya tarik wisata Keputusan untuk melakukan perjalanan lebih banyak
menyangkut pemilihan daerah tujuan wisata. Pemilihan ini ditentukan oleh daya
tarik yang terdapat di daerah yang akan dikunjungi.
c) Kemudahan berkunjung Aksesibilitas ke daerah tujuan wisata yang akan
dikunjungi banyak mempengaruhi pilihan wisatawan, wisatawan menginginkan
tersedianya macam-macam transportasi yang dapat digunakan dengan harga yang
bervariasi. Karena biaya transportasi akan mempengaruhi biaya perjalanan secara
keseluruhan. Tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan seperti
bandara yang nyaman dan bersih, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju
obyek wisata, tersedianya tenaga listrik dan air bersih.
d) Informasi dan layanan sebelum kunjungan Wisatawan biasanya memerlukan pre-
travel service didaerah tujuan wisata yang mereka kunjungi dan tersedia tourist
information service yang dapat menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi
wisatawan, kendaraan yang digunakan, waktu perjalanan dan keperluan yang
dibutuhkan.
e) Citra Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi. Citra dari daerah tujuan wisata akan mempengaruhi
permintaan wisata daerah tersebut.

Pemerintah telah menetapkan dan mengelompokkan daerah tujuan wisata ke dalam


wilayah tujuan wisata dengan maksud menyebarkan kunjungan wisatawan dan

113
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pengembangannya di Indonesia. Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu


kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang termasuk dalam wilayah tujuan wisata
yang terdiri dari Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. Pulau Lombok merupakan salah satu
pulau di Indonesia yang menjadi destinasi wisata sehingga banyak dari wisatawan lokal
maupun manca negara berkunjung. Orientasi pasar merupakan sesuatu yang penting bagi
perusahaan sejalan dengan meningkatnya persaingan global dan perubahan dalam
kebutuhan pelanggan dimana perusahaan menyadari bahwa mereka harus selalu dekat
dengan target wisata. Orientasi pasar merupakan budaya bisnis dimana organisasi
mempunyai komitmen untuk terus berkreasi dalam menciptakan nilai unggul bagi
pelanggan. Narver dan Slater (1990) mendefinisikan orientasi pasar sebagai budaya
organisasi yang paling efektif dalam menciptakan perilaku penting untuk penciptaan nilai
unggul bagi pembeli serta kinerja dalam bisnis. Uncles (2000) mengartikan orientasi pasar
sebagai suatu proses dan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan dan pemuasan
pelanggan dengan cara terus menilai kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penerapan
orientasi pasar akan membawa peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut. Narver dan
slater (1990) menyatakan bahwa orientasi pasar terdiri dari tiga komponen yaitu orientasi
pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi interfungsional. Orientasi pelanggan dan
orientasi pesaing termasuk semua aktivitasnya dilibatkan dalam memperoleh informasi
tentang pembeli dan pesaing pada pasar yang dituju dan menyebarkan melalui bisnis,
sedangkan koordinasi interfungsional didasarkan pada informasi pelanggan serta pesaing
dan terdiri dari usaha bisnis yang terkoordinasi.
Daya tarik wisata yang dimiliki merupakan daya tarik wisata alam dan budaya.
Kondisi daya tarik wisata alam terdiri dari panorama alam, hutan lindung dan hutan
kemasyarakatan, gunung dan bukit, sungai, lembah, pantai yang memiliki pasir putih,
persawahan yang hijau, dan keanekaragaman potensi bahari. Pariwisata budaya mengalami
perkembangan yang positif. Keselarasan antara budaya masyarakat sasak dengan budaya
masyarakat Hindu terjalin dengan baik, sehingga menambah daya tarik wisata di Pulau
Lombok dan menarik wisatawan ke Lombok Tengah. Pengembangan pariwisata Lombok
Tengah bersifat tradisional. Konsep pengembangan yang dilakukan tidak melihat pengaruh
dimassa yang akan datang. Banyak hotel & restaurant yang dibangun di kawasan hijau.
Pembangunan daya tarik wisata di Lombok Tengah belum bertumpu pada konsep-konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dan

114
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

penangung jawab pembangunan pariwisata memberikan izin kepada para investor asing
sehingga pariwisata Lombok Tengah dikuasai oleh investor asing.
Kawasan wisata Lombok Tengah yang sudah berkembang yaitu Kawasan Wisata
Kuta, Kawasan Wisata Sade, Kawasan Wisata Selong Belanak, Kawasan 2 Wisata Sukarare,
dan Kawasan Wisata Batu Keliang Utara. Pariwisata di Lombok Tengah memiliki potensi
alam dengan berbagai jenis atraksi wisata yang dikunjungi oleh wisatawan. Perkembangan
destinasi wisata, baik alam maupun budaya merupakan pemicu ekonomi yang memberikan
dampak yang positif bagi perkembangan ekonomi masyarakat. Indonesia juga merupakan
negeri yang kaya akan pariwisatanya, mulai dari wisata alam yang berada di darat maupun
di lautan, wisata budaya, wisata sejarah hingga wisata kulinernya. Kabupaten Lombok
Tengah merupakan daerah yang memiliki keunikan potensi wisata tersendiri yang mampu
menarik minat wisatawan mancanegara dan wisatawan. domestik untuk berkunjung ke
Lombok Tengah, dan salah satu yang menjadi destinasi pariwisata di Lombok yaitu pantai
Kute Lombok, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Daya tarik untuk wisata
terdiri dari daya tarik sosial budaya dan alam maupun buatan. Wisata alam yang ada di
Lombok Tengah cukup beragam dan bervariasi mulai dari ujung utara sampai selatan mulai
dari wisata air terjun (water fall), hingga keindahan pantainya. Daya tarik wisata sosial
budaya maupun wisata buatan yang cukup banyak dan bervariasi mulai dari keunikan
tradisi, sosial budaya masyarakatnya, peninggalan sejarah, kesenian serta kerajinan. Objek
dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang terdapat di Lombok Tengah terdiri dari daya tarik
wisata: bahari, alam, sejarah, religi, tirta, kerajinan dan seni, serta daya tarik wisata adat.
Kepariwisataan di Lombok Tengah tidak kalah dengan daerah lain yang ada di seluruh
Indonesia, di Lombok juga memiliki potensi dan daya tarik wisata yang eksotis, indah dan
beragam, baik itu wisata sosial budaya maupun alam seperti yang telah diuraikan di atas
yang tersebar di seluruh Lombok Tengah.

2.2.8 Tinjauan Keunggulan Kompetitif


Berdasarkan RIPPARNAS dan RIPPARDA, kawasan pariwisata di Pulau Lombok
terdiri dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Rinjani dskt, KSPN Gili
Tramena dskt, KSPN Pantai Selatan Lombok dskt, Kawasan Pengembangan Pariwisata
Nasional (KPPN) Mataram kota dskt, dan KPPN Praya-Sade dskt. Selain itu juga terdapat

115
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

klasifikasi Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) yang membagi kawasan di dalam
KSPN pada beberapa kecamatan.
Daerah yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan adalah Pantai Selatan dan
Senggigi-Tiga Gili, sedangkan Gunung Rinjani memiliki keterbatasan untuk pengembangan
karena merupakan kawasan lindung. Kota Mataram sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dan setiap kota/ibukota kabupaten sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) / Pusat Kegiatan
Wilayah Provinsi (PKWP) berfungsi sebagai pusat kegiatan dan pusat layanan untuk
kegiatan pariwisata. Semua tujuan kegiatan, pusat kegiatan, wilayah, dan semua fasilitas
dihubungkan dan diintegrasikan ke dalam kawasan pariwisata berkelanjutan. Untuk melihat
tinjauan keuangulan kompetitif dilakukan integrasi melalui penetapan Kawasan Inti
Pariwisata (KIP) atau Key Tourism Area (KTA).

Gambar 71. Kawasan Inti Pariwisata di Pulau Lombok

116
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kawasan Inti Pariwisata (KIP) atau Key Tourism Area (KTA) dipilih berdasarkan
Market Analysis and Demand Assessment (MADA) tahun 2017 dan Baseline Analysis
RIDPP Lombok tahun 2019. KIP (atau KTA) yang teridentifikasi dalam MADA telah
dikonfirmasi kembali dalam analisis baseline RIDPP Lombok tahun 2019 yang meliputi
analisis kebijakan dan masukan Pemda, analisis pemetaan kesesuaian atraksi pariwisata,
analisis kesiapan kawasan wisata, dan carrying capacity lingkungan.
Hasil analisis menetapkan 2 (dua) KTA Prioritas (KTA Gili-Senggigi dan KTA
Pantai Selatan), serta 2 (dua) KTA Potensial (KTA Kota Mataram dan KTA Rinjani).
Jangka waktu untuk pengembangan KTA Prioritas (KTA Gili-Senggigi dan KTA Pantai
Selatan) adalah 2020-2024, sedangkan KTA lainnya akan dikembangkan pada periode
berikutnya.
KTA Pantai Selatan meliputi Kecamatan Pujut, Kecamatan Praya Barat,
Kecamatang Sekotong, Kecamatan Jerowaru. Pantai Selatan Lombok menjadi salah satu
kawasan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terlebih telah dibangunnya
Mandalika sebagai pusat pariwisata baru. Kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) dengan pariwisata sebagai sektor unggulan. Sebagai tujuan wisata
utama, Pantai Selatan Lombok memiliki potensi pasar yang cukup besar. Dengan cakupan
wilayah yang luas meliputi tiga kabupaten (Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten
Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur), klaster ini dikembangkan di bawah satu
entitas KTA Pantai Selatan. Karakteristik tujuan wisata di klaster ini adalah wisata bahari,
yang didominasi oleh pantai dan pulau-pulau kecil (gili), wisata bahari, wisata olahraga dan
kegiatan wisata yang dipadukan dengan beberapa desa tradisional di Kabupaten Lombok
Tengah.

117
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 72. Ragam Daya Tarik Wisata di Lombok

Pariwisata Lombok mempunyai ragam daya tarik wisata yang lengkap mulai dari
laut dan bawah laut sampai ke Gunung Rinjani, sebagaimana Gambar … di bawah ini.
Lombok memiliki kemiripan karakteristik dengan Langkawi, Phuket, Borocay, dan Gunung
Kinabalu. Dengan ragam daya tarik wisata yang lengkap dalam satu pulau, Pulau Lombok
memiliki potensi besar untuk menangkap seluruh segmen pasar dan dapat menjadi
diferensiasi dari destinasi lainnya di Indonesia maupun di Asia Tenggara. Selain alam, Pulau
Lombok juga memiliki beberapa potensi wisata lain seperti kawasan warisan budaya dan
seni lokal, serta kuliner. Potensi-potensi wisata ini dapat dinikmati oleh wisatawan dengan
mengunjungi desa dan pasar tradisional di Pulau Lombok dan mengikuti beberapa aktivitas
dan kegiatan yang ditawarkan penduduk lokal.

118
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 73. Ragam daya tarik wisata Pulau Lombok

Untuk Aksesibilitas Wisatawan menuju Lombok menggunakan akses utama


Lombok International Airport (LIA) serta pelabuhan (feri dan kapal cepat), sedangkan
pergerakan wisatawan di Lombok menggunakan jaringan jalan yang menghubungkan
tujuan wisata utama. LIA berlokasi strategis untuk tujuan wisata selatan Pulau Lombok,
yaitu dalam radius 25 km dari pusat-pusat wisata. Jenis pesawat yang dilayani oleh LIA
sebagian besar di kelas yang sama dengan Airbus A330. Pergerakan pengunjung dengan
feri dan kapal cepat dapat melalui beberapa pelabuhan yang tersebar di beberapa titik dan
melayani beberapa rute yang menghubungkan titik-titik wisata di Pulau Lombok.

119
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 74. Pola Transportasi Wisata di Lombok

Untuk akses jalan, Pulau Lombok memiliki total panjang jalan status jalan nasional,
provinsi hingga kabupaten/kota dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 25. Total Panjang Jalan di Pulau Lombok


No. Wewenang Panjang (Km)
1 Nasional 305,9
2 Provinsi 531,1
3 Kabupaten/Kota

4 - Mataram 369,9

5 - Lombok Utara 403,1

6 - Lombok Timur 1.018,8

7 - Lombok Tengah 809,9

8 - Lombok Barat 571,6


TOTAL 4.010,3

Sumber : SK dan Basisdata Jalan Provinsi, 2017-2018

120
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 3. ANALISA PENENTUAN LOKASI

3.1 Lokasi Berdasarkan KSPN


Pengertian pariwisata sebagai sistem memungkinkan kita untuk memahami secara
keseluruhan proses yang berlangsung baik dari sisi permintaan maupun penawaran.
Menurut model Leiper kegiatan pariwisata dapat terjadi karena berlangsungnya suatu proses
timbal balik antara sisi permintaan dan penawaran dimana interaksi ini khususnya terjadi di
tiga elemen kunci (Candela dan Figini, 2012).
Sistem pariwisata ini terdiri dari berbagai elemen dan pihak yang saling berinteraksi
serta atribut yang mendukung pengalaman pariwisata bagi wisatawan. Pihak yang
berpengaruh dalam manajemen pariwisata ini adalah swasta yang bergerak dalam bidang
pariwisata dan pemerintah. Semua elemen harus saling bersinergi agar dapat mencapai
kualitas daya tarik kawasan pariwisata yang lebih baik. Dewasa ini pasar pariwisata semakin
kompetitif karena adanya perubahan permintaan dari wisatawan yang menginginkan
pengalaman pariwisata yang bersifat pribadi dan dengan kemunculannya destinasi
pariwisata-pariwisata yang baru. Ini menyebabkan perlunya menilai performansi dari suatu
destinasi agar dapat meningkatkan posisi daya saing dan daya tarik wisatanya jika
dibandingkan dengan destinasi pariwisata lainnya. Performansi suatu destinasi dapat diukur
melalui persepsi terhadap atribut yang terdapat di destinasi tersebut. Atribut pariwisata
adalah sekumpulan atribut yang mendeskripsikan suatu tempat sebagai destinasi pariwisata
(Heung & Quf dalam Ragavan et al, 2014).
Konsep kawasan pariwisata digunakan untuk memahami kondisi dari lingkupan
wilayah dari suatu destinasi wisata dan daya tarik wisata karena kawasan memiliki batasan-
batasan wilayah yang jelas sehingga memudahkan untuk menganalisis pola pariwisata dan
masalah yang terdapat di dalamnya. Kawasan memiliki karakteristik yang unik dan dapat
berupa wilayah dengan kesamaan karakteristik alam dan/atau budaya yang memiliki ciri
khas tertentu. Karakteristik dari kegiatan pariwisata adalah bahwa kegiatan tersebut sangat
berkaitan dengan ruang dimana ia berada, secara fisik (wilayah) maupun ruang abstrak
(interaksi antar aktor lokal dan sosial) (da Cuncha dan da Chunca, 2005). Kawasan
pariwisata merupakan wilayah yang dikembangkan dan disediakan dengan fasilitas dan
pelayanan penunjang untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pariwisata dan kebutuhan dari
wisatawan itu sendiri. Apabila suatu kawasan pariwisata memiliki ciri khas yang

121
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

mengandalkan nilai budaya, maka penyediaan fasilitas dan infrastruktur diarahkan untuk
menikmati budaya yang ditawarkan di kawasan tersebut.
Pariwisata yang berkelanjutan :
 mempertimbangkan daya dukung lingkungan suatu kawasan pariwisata
 tidak mengganggu organisasi sosial budaya tempat kegiatan pariwisata
berlangsung
 membuka peluang dan memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal dan
masyarakat di wilayah tersebut. (Draper et. al, 2008; da Cunha dan da Cunha,
2005).
Konsep destinasi dan kawasan pariwisata yang berlaku di Indonesia sudah ada dan
tertuang dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan dan PP No. 50
Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(RIPPARNAS). Terdapat beberapa konsep dan pengertian kawasan yang perlu diperhatikan
yaitu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) dan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Perwilayahan Pembangunan
DPN itu sendiri meliputi:
1. DPN (Destinasi Pariwisata Nasional), yang dinyatakan dalam RIPPARNAS,
yaitu terdiri dari 50 (limapuluh) Destinasi; dan
2. KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) yang berjumlah 88 (delapan
puluh delapan) Kawasan; serta
3. KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional) sejumlah 222 Kawasan.

Gambar 75. Gambar Pengembangan Pariwisata Berdasarkan RIPPARNAS

Sumber: Imsspada.kemendikbud.go.id

122
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

DPN adalah destinasi pariwisata yang berskala nasional. Perwilayahan DPN ini
terdiri dari 50 DPN yang tersebar di seluruh Indonesia dan 88 KSPN yang tersebar di 50
DPN tersebut. Penetapan DPN ditentukan berdasarkan kriteria:
a) merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi dan/atau lintas
provinsi yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan pengembangan
pariwisata nasional, yang di antaranya merupakan KSPN;
b) memiliki Daya Tarik Wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas secara
nasional dan internasional, serta membentuk jejaring produk wisata dalam
bentuk pola pemaketan produk dan pola kunjungan wisatawan;
c) memiliki kesesuaian tema Daya Tarik Wisata yang mendukung penguatan daya
saing;
d) memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung
pergerakan wisatawan dan kegiatan Kepariwisataan; dan
e) memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.

Di dalam PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan


Kepariwisataan Nasional menyebutkan adanya KPPN, selain menyebutkan tentang DPN
dan KSPN. KPPN adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu
sebagai suatu kawasan dengan komponen Kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau
tema produk wisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan
kawasan tersebut. KPPN ini di antaranya juga termasuk KSPN dan tersebar di 50 DPN.
KPPN berjumlah 222 kawasan (digolongkan berdasarkan Propinsi) dan tersebar di seluruh
bagian Indonesia. Saat ini pengembangan KPPN dilakukan secara bertahap dengan minimal
34 KPPN dikembangkan di tahun 2015 dan minimal 66 KPPN di tahun 2016.
KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi
untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber
daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Kawasan
strategis ini menurut UU Kepariwisataan merupakan bagian integral dari rencana tata ruang
wilayah nasional sehingga memberikan kekuatan hukum untuk diprioritaskan
pembangunannya oleh pemerintah pusat maupun daerah. Berdasarkan arahan dalam

123
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Ripparnas terdapat 88 (delapan puluh delapan) KSPN yang tersebar di 50 (lima puluh) DPN.
Dengan ketentuan penetapan KSPN atas dasar kriteria berikut ini:
a) memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan pariwisata;
b) memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya Tarik Wisata
unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal secara luas;
c) memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya internasional;
d) memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
e) memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan keutuhan
wilayah;
f) memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
g) memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan
aset budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah dan kepurbakalaan;
h) memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
i) memiliki kekhususan dari wilayah;
j) berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan pasar
wisatawan potensial nasional; dan
k) memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.

Permasalahan dengan definisi dari KSPN berdasarkan Ripparnas adalah tidak


dimasukkan dengan eksplisit mengenai Elemen 3 A: Atraksi + Amenitas + Aksesibilitas dan
tidak terdapat delineasi wilayah yang jelas sehingga terdapat konflik kewenangan
pengelolaan daya elemen pariwisata. Selain itu tidak terdapat bauran produk pariwisata
sehingga tidak menonjolkan keunikan dari KSPN yang dapat dijual ke pasar internasional
KEK adalah Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang
ditetapkan untuk penyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.
KEK Berbasis Pariwisata: “Zona pariwisata” adalah area yang diperuntukkan bagi kegiatan
usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan,
perjalanan insentif dan pameran, serta kegiatan yang terkait (Penjelasan Atas UU 39 Tahun
2009 Pasal 3 Ayat [3] Huruf e). Saat ini terdapat 3 KEK Pariwisata yaitu KEK Morotai,
KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung dan dua lagi yang dalam proses pembentukan

124
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

KEK. Kriteria umum yang harus dipenuhi agar suatu lokasi dapat diusulkan untuk menjadi
KEK:
a) sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
b) tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
c) pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;
d) terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada
wilayah potensi sumber daya unggulan; dan
e) mempunyai batas yang jelas.

Sementara untuk kriteria yang harus dipenuhi agar suatu lokasi dapat diusulkan
untuk menjadi KEK pariwisata adalah selain memenuhi persyaratan KEK umum juga harus
memenuhi kriteria lokasi pariwisata, yaitu:
a) Attractiveness: diutamakan yang berada pada KPPN.
b) Area Coverage: memiliki luas minimal 100 Ha.
c) Accessibilities: memiliki aksesibilitas dan konektivitas dengan dukungan
infrastruktur/infrastructure led.

Berdasarkan peta sebaran KSPN di Indonesia dapat dilihat bahwa kawasan-kawasan


strategis pariwisata sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk memudahkan
pelayanan dukungan sarana dan prasarana transportasi dibutuhkan sistem tourism cluster.
Tourism cluster yang diterapkan di Indonesia didasarkan oleh kebutuhan aksesibilitas dan
konektivitas kawasan-kawasan pariwisata strategis nasional. Ini berbasis pada integrasi
antar aktivitas/kegiatan pariwisata, fasilitas pendukung pariwisata, dan pelayanan kegiatan
pariwisata. Wisatawan yang akan datang ke titik KSPN perlu difasilitasi point of entry yang
memudahkan mereka untuk menjangkau kawasan-kawasan tersebut. Indonesia merupakan
negara archipelago dan sebagai konsekuensi dari itu merupakan negara kepulauan maritime,
yang berarti akses ke berbagai pulau berdasarkan konektivitas laut maupun udara. Maka
dari itu pembentukan cluster didasarkan pada kebutuhan pelayanan infrastruktur udara dan
laut.

125
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 76. Peta Sebaran Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Sumber: Dokumen.tips

3.2 Penentuan Lokasi berdasarkan Identifikasi


Pembangunan Mandalika yang direncanakan akan memiliki 12.000 kamar hotel,
lapangan golf, taman hiburan, kegiatan retail khusus, dan terminal kapal pesiar yang akan
menambah nilai tambah pariwisata Lombok. Rencana pengembangan Mandalika
diharapkan bisa mendatangkan investasi dari merek internasional. RIPT merupakan
masterplan strategis pengembangan pariwisata di Pulau Lombok dengan fokus 5 (lima)
tahun pertama di beberapa kawasan inti pariwisata untuk mendongkrak pengembangan
pariwisata di Pulau Lombok.
Kriteria pemilihan lokasi kawasan wisata inti didasarkan pada 2 (dua) dokumen
yaitu, Market Analysis and Demand Assessment (MADA) tahun 2017 dan Baseline Analysis
RIPT Lombok tahun 2019. Kawasan Wisata Inti (KIP) atau Key Kawasan Wisata (KTA)
yang sudah teridentifikasi MADA akan dikonfirmasikan kembali dalam analisis RIPT
Lombok tahun 2019 yang meliputi analisis kebijakan dan masukan pemerintah daerah,
analisis pemetaan kesesuaian daya tarik pariwisata, analisis kesiapan kawasan wisata, dan
analisis lingkungan. Hasil analisis menentukan KTA Lombok meliputi Gili-Senggigi dan
sekitarnya, Pantai Selatan dan sekitarnya, Kota Mataram dan sekitarnya, serta Rinjani dan
sekitarnya.
Kriteria pemilihan lokasi di Nusa Tenggara Barat mendapatkan 14 titik lokasi
rekomendasi awal Program Management Support yang mendapatkan data tersebut dari

126
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Badan Koordinasi Penanaman Modal. Program/Project Management Support adalah bisnis


kecil dan DBE bersertifikat yang menyediakan layanan dukungan proyek & kontrak kepada
lembaga pemerintah federal, negara bagian dan lokal, kontraktor umum dan sub-kontraktor.
Kami menyediakan berbagai layanan yang diperlukan untuk merencanakan dan berhasil
mengirimkan proyek untuk pemilik publik dan swasta.

Gambar 77. Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB

Untuk mendukung pengembangan KTA tersebut juga perlu dilakukan pemetaan


pengembangan kawasan lain yang dapat menjadi daerah penyangga. Kawasan penyangga
tersebut berada di luar KEK. Berdasarkan rekomendasi dari Program Management Support
terdapat 14 (empat belas) titik lokasi baru. Dalam perkembangannya Pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah mengusulkan tabahan lokasi baru yaitu di kawasan sekitar waduk Batu Jai
di Dusun Karangwaru Desa Sasake Kecamatan Praya Barat. Sehingga terdapat 14 (empat
belas) titik lokasi yang di usulkan seperti dalam tabel dibawah ini.

127
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 26. 14 Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB

Nama Harga Peruntukan


Luas Status Kondisi Informasi
No. Lahan Lokasi Jual sesuai Akses ke Lokasi Keterangan
Lahan Lahan Lahan Sementara
(are) dengan RTR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 11. 12.
1. Depan Jl. Raya Sekotong 2 ha SHM 50 Hotel, Resort Dari pelabuhan Datar Dekat Pantai Lombok
Lombok Barat juta/are lembar 15 km berbukit Pandanan dan
Hotel Barat
kearah selatan, Pantai Elaq
Cocotinus status jalan provinsi, Elaq
kondisi mantap
2. Labuhan Jl. Ampera 10 ha SHM 65 Hotel, Resort, Dari simpang tiga Datar dan Dekta Gili Lombok
Lombok Barat, juta/are dan Fasilitas Pelangan Mekaki berbukit Asahan,
Poh Kores Barat
dusun Labuan Pariwisata kea rah timur sejauh lahannya
Poh, Desa Batu lainnya 2,5 km, status jalan berpantai pasir
Putih, Kec. Kabupaten, kondisi putih dan
Sekotong mantap berupa teluk
Nama Harga Peruntukan
Luas Status Kondisi Informasi
No. Lahan Lokasi Jual sesuai Akses ke Lokasi Keterangan
Lahan Lahan Lahan Sementara
(are) dengan RTR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 11. 12.
3. Blongas Desa Buwun Mas, 4 ha SHM 50 Hotel, resort, Berada di Jalan Datar dan Berada di Lombok
Kec. Sekotong, juta/are dan fasilitas Lingkar selatan berbukit pinggir pantai
Teluk Sepi Barat
Kab. Lombok Pariwisata Lombok, status jalan teluk Sepi, yang
Barat lainnya Provinsi kondisi direncanakan
mantap sebagai
dermaha kapal
layar (yard)
4. Gili Gede Desa Gili Gede 2 ha SHM 50 Hote; dan Dari pelabuhan Datar dan Gili yang Lombok
Indah juta/are Resort Tembowong Berbukit memiliki
Barat
prospektif
menyaingi gili
Tramena di
KLU, juha
dekat dengan
Nusa Penida
Bali
5. Depan BIL Jl. Raya By Pass 17 ha SHM 150 Hotel, Resort, 5 menit dari BIL Datar Dekat dengan Lombok
bundaran pintu juta/are dan fasilitas (tanah BIL dan By
Tengah,
masuk Ke BIL pariwisata persawah Pass BIL-
lainnya, serta an) Mandalika, Lokasi
perumahan hanya 10 mnt
berdekatan
menuju KEK
Mandalika dengan
no.9
6. Bundaran Jl. Raya By Pass 1 ha SHM 160 Hotel 7 menit dari BIL Datar Dekat dengan Lombok
(sebelah kanan juta/are (tanah BIL dan By
Penujak Tengah,
dari Mataran ke persawah Pass BIL-
Kuta) Lombok an) Mandalika, Desa adat,
Tengah hanya 15 menit
muslim,
menuju KEK
Mandalika lahan kecil
7. Depan Jl Raya By Pass 99 are SHM 150 Hotel 7 menit daro BIL Data Detakt dengan Lombok
(sebelah kanan juta/are (tanah BIL dan By Pas
Balai Tengah,
dari Mataran ke persawah BIL-Mandalika
Latihan Kuta) Lombok an) hanya 15 menit Desa adat,
Tengah menuju KEK
Kerja Luar muslim,
Mandalika
Negeri lahan kecil
(BLKLN)
BIL

128
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

8. Dekat Jl Raya 93 are SHM 130 Hotel 7 menit dari BIL Datar Dekat dengan Lombok
Kabupaten juta/are (tanah BIL dan By
Hotel D Tengah,
(sebelah kiri dari persawah Pass BIL-
Praya Penujak ke Kuta) an) Mandalika, Dasa adat,
Lombok Tengah hanya 15 menit
muslim,
menuju KEK
Mandalika lahan kecil
9. Depan Desa Tanak 10 ha SHM 150 Hotel, 7 menit dari BIL Datar BIL dan By Lombok
Awu (sebelah juta/are perumahan (tanah Pass BIL-
BIL Tengah
kanan dari BIL- persawa Mandalika,
Mandalika) han) hanya 15 Lokasi,
jarak dari BIL menit menuju
berdekata
1km KEK
Mandalika n dengan
no.5
10. Bersebela Dusun Ngolang 2,82 SHM 30 Hotel dan 5 menit datri jalan Data Memiliki Lombok
Desa Kuta ha juta/are Resort provinsi dan view yang
han Tengah,
bersebelahan berbukit indah kea rah
dengan dengan KEK pantai Kuta- Kriminalit
Nama Harga Peruntukan
Luas Status Mandalika, jalan Kondisi Mandalika Informasi
No. Lahan
KEK Lokasi Jual sesuai Akses ke Lokasi Keterangan as tinggi
Lahan Lahan tanah dan akan di Lahan Sementara
(are) dengan RTR
1. Mandalika
2. 3. 4. 5. 6. 7. aspal 8. 9. 11. 12.
11. Bersebela Dusun Ngolang 0,75 Spora 25 Hotel dan 5 menit dari jalan Berbukit Memiliki Lombok
Desa Kuta ha dik juta/are Resort provinsi view yang
han Tengah,
(dikel bersebelahan indah kea rah
dengan uarkan dengan KEK- pantai Kuta- Kriminalit
oleh Mandalika, jalan Mandalika
KEK as tinggi
BPN) tanah dan akan di
Mandalika aspal
12. Bersebela Dusun Ngolang 1,4 ha Spora 25 Hotel dan 5 menit dadi jalan Berbukit Memiliki Lombok
Desa Kuta dik juta/are Resort provinsi view yang
han Tengah,
(dikel bersebelahan indah kea rah
dengan uarkan dengan KEK- pantai Kuta- Kriminalit
oleh Mandalika, jalan Mandalika
KEK as tinggi
BPN) tanah dan akan di
Mandalika aspal
13. Bersebela Dusun rangkap 5 ha Spora 15 Hotel dan Akses ja;an tanah Berbukit Memiliki Lombok
Dua Desa Kuta dik juga/are resort dan akan diaspal view yang
han Tengah,
(dikel indah kea rah
dengan uarkan pantai Kuta- Kriminalit
oleh Mandalika
KEK as tinggi
BPN)
Mandalika
14. Pantai Desa 20 ha SHM 35 Hote;, Di pinggir jalan Datar View Lombok
Pandanwangi juta/are Resort, dan provinsi kondiisi mengarah ke
Teluk Timur,
Kec. Jerowaru, perumahan mantap Teluk Awang
Awang Kab, Lombok Kriminalit
Timur
as tinggi
15 Kawasan Dusun 6,5 ha Milik - Dekat Akses jalan Datar View Lombok
Karangwaru Pemda dengan mudah, dekat
Bendunga Mengarah ke Tengah,
Desa Sasake Lomb Runway dengan Waduk
n Batu Jai Kecamatan ok BIL Batu jai dan Waduk Batu
Praya Barat Tenga Runway Bandara
Jai, eks
h BIL
lapangan golf,
tingkat
kebisingan
tinggi,

129
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

berpotensi
menjadi
daerah
perluasana
kawasan
bandara

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

3.3 Tinjauan yuridis terhadap SK Bupati Lombok Tengah Nomor 156 Tahun 2019
Tentang Pembentukan Satuan tugas Pendukung Percepatan Pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kabupaten Lombok
Tengah : 9 lokasiTinjauan yuridis terhadap SK Bupati Lombok Tengah 2019 :
9 lokasi
Pemilihan titik lokasi potensi investasi di Mandalika berpedoman pada Surat
Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 156 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Satuan
Tugas Pendukung Percepatan Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika Kabupaten Lombok Tengah yang berisi:
Kesatu : Membentuk Satuan Tugas Pendukung Percepatan percepatan pengembangan dan
Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mandalika Kabupaten Lombok
Tengah Tahun 2019, dengan susunan personalia sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Tugas Satuan Tugas sebagaimana dimaksud diktum kesatu sebagai berikut:
1. membantu mempersiapkan, mengkoordinasikan serta memfasilitasi
dukungan data dan informasi yang diperlukan bagi kelancaran
pengembangan dan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)/Kawasan Pariwisata Mandalika Lombok (KPML) Kabupaten
Lombok Tengah
2. Membahas dan merumuskan kegiatan dalam tangka penanganan dan/atau
penyelesaian permasalahan yang terjadi atau ditemukan pada setiap tahapan
pembangunan KEK Mandalika mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Keamanan dan ketertiban umum di KEK Mandalika dan sekitarnya;
b. Pemberdayaan sosial, penataan pedagang, kebersihan dan keindahan
kawasan;

130
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

c. Penerbitan penguasaan lahan yang merupahan asset ITDC dan lapak-


lapak pedagang yang tidak berada pada tempat yang ditentukan; dan
d. Pemberdayaan masyarakat local sesuai kompetensi dan keterampilan
yang dimiliki
3. Secara pro aktif membantu, memfasilitasi dan mengkoordiansikan serta
merumuskan solusi penyelesaian permasalahan lahan yang dihadapi oleh
manajemen ITDC dalam rangka pengembangan dan pembangunan di KEK
Mandalika
4. Membangun komunikasi dengan instansi terkait , tokoh agama dan took
masyarakat serta elemen masyarakat lainnya guna terwujudnya
kebersamaan, sinergitas dan dukungan terhadap pengembangan KEK
Mandalika dan sekitarnya;
5. Memberikan saran masukan apabila akan dilakukan langkah-langkah
penegakan hukum dan/atau penertiban terhadap perilaku masyarakat yang
tidak sesuai dengan kepentingan pengembangan KEK Mandalika; dan
6. Melakukan pertemuan dalam rangka koordinasi dan konsultasi secara
priodik dalam rangka pemnahasan progress kegiatan yang dilakukan
danpemecahan permasalahan yang ditemukan.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 156 Tahun 2019
diatas, mengerucutkan 9 titik lokasi potensi investasi yang berada dalam Kabupaten
Lombok Tengah.
Tabel 27. 9 Titik Lokasi Potensi Investasi di NTB

Nama Harga Peruntukan


Luas Status Akses ke Kondisi Informasi
No. Lahan Lokasi Jual sesuai Keterangan
Lahan Lahan Lokasi Lahan Sementara
(are) dengan RTR
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

5. Depan BIL Jl. Raya By 17 ha SHM 150 Hotel, Resort, 5 menit dari Datar Dekat dengan Lombok
Pass juta/are dan fasilitas BIL (tanah BIL dan By
Tengah, Lokasi
bundaran pariwisata persawah Pass BIL-
pintu lainnya, serta an) Mandalika, berdekatan
masuk Ke perumahan hanya 10 mnt
dengan no.9
BIL menuju KEK
Mandalika
6. Bundaran Jl. Raya By 1 ha SHM 160 Hotel 7 menit dari Datar Dekat dengan Lombok
Pass juta/are BIL (tanah BIL dan By
Penujak Tengah, Desa
(sebelah persawah Pass BIL-
kanan dari an) Mandalika, adat, muslim,
Mataran ke hanya 15 menit
lahan kecil
Kuta) menuju KEK
Mandalika

131
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Lombok
Tengah
7. Depan Jl Raya By 99 are SHM 150 Hotel 7 menit daro Data Detakt dengan Lombok
Pass juta/are BIL (tanah BIL dan By Pas
Balai Tengah, Desa
(sebelah persawah BIL-Mandalika
Latihan kanan dari an) hanya 15 menit adat, muslim,
Mataran ke menuju KEK
Kerja Luar lahan kecil
Kuta) Mandalika
Negeri Lombok
Tengah
(BLKLN)
BIL
8. Nama
Dekat Jl Raya 93 are SHM Harga
130 Peruntukan
Hotel 7 menit dari Datar Dekat dengan Lombok
Luas Status Akses ke Kondisi Informasi
No. Lahan Lokasi
Kabupaten Jual
juta/are sesuai BIL (tanah Keterangan
BIL dan By
Hotel D Lahan Lahan Lokasi Lahan Sementara
Tengah, Dasa
(sebelah (are) dengan RTR persawah Pass BIL-
1. Praya2. kiri dari
3. 4. 5. 6. 7. 8. an) 9. Mandalika,
10. adat, muslim,
11.
9. Depan BIL Penujak
Desa ke
Tanak 10 ha SHM 150 Hotel, 7 menit dari Datar hanya
BIL 15By
dan menit Lombok
lahan kecil
Kuta)
Awu juta/are perumahan BIL (tanah menuju KEK
Pass BIL-
Lombok Mandalika Tengah
(sebelah persawah Mandalika,
Tengahdari
kanan an) hanya 15 menit Lokasi,
BIL- menuju KEK
berdekatan
Mandalika) Mandalika
jarak dari dengan no.5
BIL 1km
10. Bersebelah Dusun 2,82 ha SHM 30 Hotel dan 5 menit datri Data dan Memiliki view Lombok
Ngolang juta/are Resort jalan provinsi berbukit yang indah kea
an dengan Tengah,
Desa Kuta bersebelahan rah pantai Kuta-
KEK dengan KEK Mandalika Kriminalitas
Mandalika,
Mandalika tinggi
jalan tanah dan
akan di aspal
11. Bersebela Dusun 0,75 Spora 25 Hotel dan 5 menit dari berbukit Memiliki Lombok
Ngolang ha dik juta/are Resort jalan provinsi view yang
han Tengah,
Desa Kuta (dikel bersebelahan indah kea rah
dengan uarkan dengan KEK- pantai Kuta- Kriminalitas
oleh Mandalika, Mandalika
KEK tinggi
BPN) jalan tanah
Mandalika dan akan di
aspal
12. Bersebela Dusun 1,4 ha Spora 25 Hotel dan 5 menit dadi berbukit Memiliki Lombok
Ngolang dik juta/are Resort jalan provinsi view yang
han Tengah,
Desa Kuta (dikel bersebelahan indah kea rah
dengan uarkan dengan KEK- pantai Kuta- Kriminalitas
oleh Mandalika, Mandalika
KEK tinggi
BPN) jalan tanah
Mandalika dan akan di
aspal
13. Bersebela Dusun 5 ha Spora 15 Hotel dan Akses ja;an berbukit Memiliki Lombok
rangkap dik juga/are resort tanah dan view yang
han Tengah,
Dua Desa (dikel akan diaspal indah kea rah
dengan Kuta uarkan pantai Kuta- Kriminalitas
oleh Mandalika
KEK tinggi
BPN)
Mandalika
14 Kawasan Dusun 6,5 ha Milik - Hotel resort Akses jalan Datar View Lombok
Karangwa Pemda dan mudah, dekat Mengarah ke
Bendunga Tengah
ru Desa Lomb lapangan dengan Waduk Batu
n Batu Jai Sasake ok golf Waduk Batu Jai, eks
Kecamata Tenga jai dan lapangan golf,
n Praya h Runway tingkat
Barat Bandara BIL kebisingan
tinggi.

132
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

3.4 Kelayakan penentuan lokasi berdasarkan luasan


Fasilitas pendukung pariwisata merupakan salah satu unsur penting dalam
pengembangan destinasi pariwisata. Salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan
arus wisatawan terutama macanegara ke suatu daerah adalah tersedianya sarana dan
prasarana akomodasi yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Akomodasi dan
perhotelan sebagai bagian yang paling melekat dengan pariwisata, juga tidak ketinggalan.
Kondisi ini diharapkan akan memberi pengaruh positif bagi peningkatan kunjungan
wisatawan, yang pada gilirannya akan dapat merambat kepada kemajuan sektor lainnya.
Meskipun demikian, upaya perhotelan dan akomodasi yang ada belumlah cukup tanpa
dukungan pihak lain yang dapat menciptakan rasa aman, juga diperlukan dukungan sarana
dan prasarana terkait yang memadai. Keberadaan fasilitas pendukung termasuk akomodasi
di sebuah destinasi pariwisata sangat diperlukan guna menunjang kegiatan kepariwisataan.
Peranan akomodasi di kawasan pariwisata seperti hotel dan jenisnya sebagai
penyedia jasa penginapan merupakan salah satu faktor penentu keamanan dan kenyamanan
yang diberikan kepada wisatawan. Wisatawan biasanya tinggal lebih lama dan
menghabiskan uang lebih banyak ketika tinggal dan menginap di destinasi pariwisata jika
dibandingkan dengan tinggal dan menginap di rumah sendiri. Peningkatan jumlah sarana
akomodasi berupa hotel di Lombok Tengah secara umum dan Mandalika khususnya dari
tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan, terlebih setelah beroperasinya Bandara
Internasional Lombok (BIL). Namun perkembangan jumlah akomodasi tersebut belum
merata. Pembangunan sarana dan prasarana kepariwisataan tersebut masih terfokus pada
wilayah selatan, yaitu di sekitar kawasan pariwisata Kuta dan sekitarnya. Perkembangan
akomodasi yang begitu pesat terkadang menimbulkan wacana yang sulit dalam
mengklasifikasikan sarana akomodasi. Hal lain yang menyebabkan hal tersebut terjadi
adalah faktor yang membedakan dalam pengklasifikasiannya, standar pelayanan yang
diberikan, budaya tuan rumah (host culture) yang berbeda, standar fasilitas, dan manajemen
yang digunakan (Gee, 1994).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel Pasal 7 ayat (2) yang
berbunyi “Kelaikan fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
antara lain meliputi kesesuaian fungsi, persyaratan tata bangunan, keselamatan, kesehatan,

133
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

kenyamanan, dan kemudahan sesuai dengan ijin mendirikan bangunan terkait”


mengerucutkan dari 9 titik lokasi memilih lokasi yang memiliki luasan lebih dari 10 Ha.
Penentuan lokasi yang memiliki luas lahan lebih dari 10 Ha berdasarkan kriteria
yang tertuang dalam Permen Parekaf Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar
Usaha Hotel Pasal 8 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi:
1) Kriteria Mutlak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b mencakup: a.
kriteria mutlak Hotel Bintang; dan b. kriteria mutlak Hotel Nonbintang.
2) Kriteria Mutlak Hotel Bintang sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) huruf a,
terdiri atas:
a. aspek produk meliputi 12 (dua belas) unsur dan 15 (lima belas) sub unsur;
b. aspek pelayanan meliputi 5 (lima) unsur dan 5 (lima) sub unsur; dan
c. aspek pengelolaan meliputi 3 (tiga) unsur dan 5 (lima) sub unsur.
3) Kriteria Mutlak Hotel Nonbintang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. aspek produk meliputi 7 (tujuh) unsur dan 7 (tujuh) sub unsur;
b. aspek pelayanan meliputi 5 (lima) unsur dan 5 (lima) sub unsur; dan
c. aspek pengelolaan meliputi 3 (tiga) unsur dan 4 (empat) sub unsur.

Berdasarkan kriteria diatas, dari 9 titik lokasi potensi yang sudah dikerucutkan
terpilih 2 titik lokasi paling potensial dan memiliki luas lahan lebih dari 10 Ha. Titik lokai
nomor 5 dan nomor 9 dari tabel titik lokasi potensi investasi di sub bab sebelumnya menjadi
titik lokasi terpilih yang akan ditawarkan ke investor dalam rangka melaksanakan
pembangunan Resort Hotel.

134
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 78. Peta Titik Lokasi No. 5 dan No. 9 Potensi Investasi Di
Kabupaten Lombok Tengah

Selain dua titik lokasi yang ditawarkan oleh Program Management Support, Dinas
Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah juga merekomendarikan satu titik lokasi. Titik lokasi
potensi tersebut berada di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat. Jarak dari Bandara
internasional Lombok ke lokasi sejauh 6,7 km; Pelabuhan Gilimas ke lokasi berjarak 35km;
dan lokasi ke Mandalika berjarak 11km. Berikut peta lokasi rekomendasi dari Dinas
Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah:

Gambar 79. Peta Titik Lokasi Potensi Investasi di Desa Batujai Kabupaten Lombok
Tengah

135
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Lokasi potensi di atas adalah bekas lapangan golf yang dahulunya diperuntukkan
untuk wisatawan asing yang berlibur di Bali dan terbang ke Lombok hanya untuk bermain
golf di tempat tersebut. Namun, sekarang tidak digunakan dan direkomendasikan untuk
dilakukan investasi di lahan tersebut. Berikut adalah gambar peta jarak titik lokasi potensi
investasi di desa Batujai dan titik lokasi potensi nomor 5:

Gambar 80. Peta Jarak Titik Lokasi Potensi Investasi Nomor 5 dan Desa Batujai

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan kelemahan dari titik lokasi potensi


investasi di Desa Batujai, dimana batas titik sebelah timur dengan runway bandara sangat
dekat dan berjarak kurang lebih hanya 2km. Apabila terjadi pelebaran runway maka lokasi
tersebut kemungkinan akan terdampak penggusuran. Selain itu, tingkat kebisingan di lahan
tersebut termasuk tinggi

3.5 Reasoning pemilihan lokasi Nomor 5 (Desa Tanak Awu, Kecamatan Pujut)
Pemilihan titik lokasi paling potensial untuk investasi pembangunan hotel dan
convention hall di Lombok Tengah dilakukan grading antara 2 titik lokasi yang telah dipilih
memiliki luas lahan lebih dari 10 Ha. Setelah dilakukan grading, mendapatkan score
tertinggi maka terpilih menjadi lahan potensi yang akan ditawarkan kepada investor, yaitu
Titik Lokasi Nomor 5.

136
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Titik lokasi ini berada di depan Bandara internasional Lombok (BIL), tepatnya
berada di Jalan Raya By Pass bundaran pintu masuk Ke BIL. Memiliki luas 17 Hektar, dan
harga jual Rp 15.000.000,-/are. Kondisi lahan di titik tersebut datar yang digunakan untuk
persawahan saat ini. Kelebihan dari titik nomor 5, dekat dengan BIL dan By Pass BIL-
Mandalika, hanya 10 menit menuju KEK Mandalika, dan dekat dengan infrastruktur lain
yang sudah tersedia di Lombok Tengah. Berikut gambar peta titik lokasi nomor 5:

Gambar 81. Peta Titik Lokasi Nomor 5

Sedangkan Titik lokasi potensi nomor 9 juga berada di Desa Tanak Awu, sebelah
kanan dari BIL-Mandalika, dan jarak dari BIL sejauh 1 kilometer. Memiliki luas 10 Ha
dengan SHM, serta harga jual sebesar Rp 15.000.000,-/are. Tidak jauh beda dari titik
lokasi nomor 5, titik nomor 9 hanya 15 menit menuju KEK Mandalika, dan kondisi
lahan juga datar dan digunakan untuk persawahan. Namun, kekurangan dari titik lokasi
nomo 9 dekat dengan permukiman warga dan terdapat makam umum yang cukup luas.
Berikut peta titik lokasi nomor 9:

137
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 82. Peta Titik Lokasi Nomor 9

Berdasarkan beberapa analisa dan penilaian, akhirnya memilih titik lokasi potensi
investasi nomor 5 sebagai titik lokasi yang akan ditawarkan kepada investor untuk dilakukan
pembangunan hotel dan resort. Pemilihan titik lokasi nomor 5 dengan pertimbangan berikut:
1. Wilayahnya paling luas 17 Hektar
2. Aspek sosial: masyarakat di kawasan nomor 5 sudah lebih welcome
3. Aspek lingkungan: kontur tanahnya datar, sehingga tidak banyak pengeluaran
untuk cut and fill
4. Aspek budaya dan sejarah: tidak ada nilai-nilai budaya yg dilanggar.

3.6 Konektifitas Kawasan


Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019-2023
Pemerintah Provinsi mempunya visi NTB Gemilang. Hal itu dijabarkan dalam enam misi.
Terkait dengan konektivitas kawasan ada dua visi yang terkait yaitu: Visi Pertama, NTB
tangguh dan mantap. Hal ini akan dilakukan melalui penguatan mitigasi bencana dan
pengembangan infrastruktur serta konektivitas wilayah. Kemudian konektivias wilayah juga
di singgung dalam misi keempat dan kelima, dimana dalam misi ke empat yaitu NTB asri
dan lestari. Misi ini akan diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ramah lingkungan. Misi kelima, NTB sejahtera dan mandiri. Misi

138
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

tersebut akan dilakukan melalui penanggulangan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan


pertumbuhan ekonomi inklusif, sehingga dapat dikatakan bahwa Perekonomian ini akan
bertumpu pada sektor pertanian, pariwisata dan industrialisasi.
Kemudian program prioritas pemerintah Provinsi NTB yakni, mitigasi bencana,
pemerataan infrastruktur dan konektivitas wilayah, pembangunan manusia, ketahanan
keluarga dan penanggulangan kemiskinan, menggenjot nilai investasi, nilai tambah
ekonomi dan kesempatan kerja. Pelestarian lingkungan hidup, ketahanan pangan dan energi,
Serta Transformasi birokrasi dan penanganan masalah sosial darurat. Berdasarkan
kebutuhan dan arah pengembangan, prioritas pembangunan di Pulau Lombok dan Sumbawa
berbeda.
Pembangunan dan investasi di lombok tengah sangat menarik karena salah dengan
adanya peluang di depan yaitu perhelatan international Moto GP tahun 2021. Perkembangan
ini juga didukung dengan telah ditetapkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk menjadi KEK Pariwisata.
Dengan luas area sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera Hindia, KEK Mandalika
ke depannya akan dapat mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang sangat potensial. Pengembangan KEK Mandalika ini tentunya juga akan memberikan
peningkatan ruang investasi yang sangat menjanjikan yang terbukti dengan akan
dibangunnya 10 investor hotel dengan nilai investasi lebih dari 2 Triliyun dan diperkirakan
akan menyerap 58 ribu tenaga kerja/karyawan yang ada di kawasan KEK Mandalika.

Gambar 83. Sepuluh Hotel Baru dan Progres Pembangunannya di KEK Mandalika

Sumber : ITDC Desember 2020

139
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Keberadaan hotel bertarap Internasional serta berbagai hotel/penginapan yang telah


ada tentunya akan membutuhkan berbagai macam kebutuhan logistik. Salah satu kebutuhan
logistik yang harus dipenuhi oleh hotel adalah berupa kebutuhan logistik makanan
disamping berbagai macam kebutuhan logistik lainnya seperti kebutuhan logistik interior
dan eksterior, logistik kamar, perawatan, dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan
logistiknya tersebut, tentunya pihak manajemen hotel membutuhkan kerjasama dengan para
supplier yang sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing hotel. Mengingat banyaknya
hotel/penginapan yang membutuhkan logistik di KEK Mandalika ini maka, peluang supplier
untuk bekerjasama akan sangat terbuka.

Gambar 84. Konektivitas Kawasan Lombok Tengah dengan Berbagai Destinasi

Lombok Tengah dengan segala energinya sedang focus kepada pembanguan dengan
untuk mendukung KEK mandalika. Prioritas pembangunan baik sumberdaya Manusia
maupun Finansial sepertti saat sekarang ini melalui Pemerintah Pusat, Lombok Tengah

140
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

sedang membangun infrastruktur jalan dari Bandara Internasional Lombok Menuju Kute
dengan anggaran yang cukup besar yaitu lebih dari 1 triliun. Belum lagi pembangunan sikuit
yang dikebut dan harus bisa beroperasi tahun 2021. Tidak hanya itu, kawasan lingkar KEK
juga focus untuk berbenah, baik SDM maupun bidang yang lainnya.
Diluar itu invesasti dan pembangunan di kawasan penyangga juga tidak kalah
menarik, karena selain akan mendukung KEK Mandalika juga akan berdampak pada
masyarakat sekitar di Lombok Tengah khususnya dan Masyarakat NTB Pada Umumnya.
Lokasi Invesasti di lombok tengah di luar KEK Mandalika selain memiliki fungsi untuk
mendukung KEK juga memiliki konektivitas kawasan yang startegis. Selain dengan
berbagai destinasi lain juga didukung dengan berbagai infrastruktur lain yang eksisting
maupun dalam proses pembangunan.

3.7 Daya Dukung Lingkungan


Lingkungan alam yang masih asli di Pulau Lombok mencakup hutan dan wilayah
laut memainkan peran penting dalam mendukung daya dukung ekosistem pulau tersebut.
Ekosistem yang ada ini sangat rentan terhadap gangguan alam dan kegiatan antropogenik,
termasuk pengembangan pariwisata dan infrastruktur. Penggunaan kawasan hutan dan laut
hanya dapat dilakukan di zona tertentu tanpa mengubah fungsi utama kawasan dan harus
dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai atau perjanjian kerja sama. Pulau Lombok juga
merupakan habitat bagi beberapa spesies langka dan endemik yang membutuhkan
perlindungan dalam rangka mempertahankan keanekaragaman hayati. Taman Nasional
(TN) Gunung Rinjani dan sekitarnya adalah tempat yang signifikan dari beberapa
perspektif, termasuk ekologi, keanekaragaman hayati, dan budaya. Keanekaragaman hayati
lingkungan di Lombok telah diakui secara global, sejak ditetapkannya UNESCO Rinjani-
Lombok Biosphere Reserve dan UNESCO Rinjani-Lombok Global Geopark pada tahun
2018. Faktor-faktor tersebut menjadikan pengembangan pariwisata berkelanjutan perlu
dilaksanakan di semua zona peruntukan yang sudah ditetapkan.
Peta dalam Gambar 68 memperlihatkan bahwa Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Hidup (DDTLH) sebagian besar wilayah Pulau Lombok rendah sampai sedang,
kecuali daerah di sekitar Taman Nasional (TN) Gunung Rinjani. Secara ekoregion, Pulau
Lombok merupakan dataran dengan tanah yang subur. Masyarakat pada wilayah-wilayah
dataran tinggi mengembangkan kegiatan pertanian pangan seperti padi sawah dan palawija,

141
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

sehingga tutupan lahan pada wilayah-wilayah tersebut adalah umumnya sawah beririgasi,
perkebunan campuran, ladang dan perkebunan.

Gambar 85. Kawasan Konservasi di Pulau Lombok

Tutupan lahan yang sedemikian memberikan nilai yang sangat tinggi terhadap
penyediaan pangan. Pada aspek pariwisata, perhitungan daya dukung Pulau Lombok
menunjukkan kapasitas untuk menampung wisatawan dapat ditingkatkan hingga
15.725.430 per tahun. Daya dukung ini hanya dapat dicapai dengan persyaratan bahwa
perbaikan kekurangan daya dukung dapat dipercepat sesuai rencana aksi yang akan
dilaksanakan secara terpadu dalam berbagai dokumen perencanaan yang telah ada.
Sementara itu proyeksi daya dukung wisatawan di Pulau Lombok hingga tahun 2045
termasuk di wilayah Kabupaten Lombok Tengah adalah sebagai berikut

142
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 86. Proyeksi Daya Dukung Wisatawan di Pulau Lombok Hingga Tahun 2045
Key Tourism Area Daya Dukung (Wisatawan/tahun)
Gili-Senggigi 3.015.620
Pantai Selatan 7.699.232
Mataram 2.802.869
Rinjani 1.029.484
Lainnya 1.178.225
Jumlah Wisatawan 15.725.430

Sumber : Dokumen RIDPP Lombok Agustus 2020

3.8 SWOT Analisis Kawasan


Dalam melakukan inventarisasi atau pemetaan investasi Kawasan Pariwisata ini
menggunakan analisa SWOT, analisis ini bertujuan untuk mengetahui dan memetakan
potensi dan permasalahan peluang investasi terkait dengan pengembangannya. Analisa
meliputi faktor-faktor pendukung dan penghambat, baik dari pihak internal maupun
ekternal. Faktor internal yaitu berupa kekuatan (strenghts) dan kelemahan (weakness),
sedang faktor ekternal berupa kesempatan (opportunity) dan ancaman (treaths).
- Strength (S), Strength merupakan analisa untuk melihat kekuatan yang dimiliki
oleh perusahaan, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan kekuatan yang
sudah dimiliki oleh mereka menjadi keunggulan di dalam bersaing dengan
kompteitor.
- Weakness (W), Weakness merupakan bagian SWOT yang melakukan analisa
untuk melihat seberapa besar kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan,
sehingga dengan mengetahui kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Akan
dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang maksimal.
- Opportunities (O), Opportunities merupakan analisa yang dilakukan untuk
melihat peluang-peluang apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan, sehingga
bisa berkembang.
- Treats (T), Treats ini merupakan analisa untuk melihat faktor-faktor apa saja
yang dapat mengancam kelangsungan hidup dari perusahaan.

143
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 87. Matrix SWOT

Langkah-langkah analisis SWOT ini, yaitu:


a. Menentukan aspek yang berpotensi serta variabel-variabelnya.
b. Membuat matrik dengan baris aspek/variabel dan kolom SWOT.
c. Mengidentifikasi masing-masing aspek/variabel ke dalam kekuatan, kelemahan,
kesempatan dan ancaman. Bentuk konseptual matrik tersebut seperti berikut.
d. Penentuan skor pembobotan terhadap masing-masing faktor.
e. Menentukan ploting posisi produk rencana berdasarkan SWOT. (lihat bagan
dibawah ini).
f. Penentuan atau pemilihan strategi peluang investasi.

Berdasarkan analisa SWOT yang telah dijelaskan di atas, titik lokasi potensi
investasi nomor 5 diidentifikasi dengan analisa SWOT menghasilkan faktor internal dan
faktor eksternal sebagai berikut:
- Faktor Internal:
Strength (Kekuatan)
a. Dekat dengan BIL
b. Dekat dengan infrastruktur
c. Penerimaan warga sekitar sangat welcome
d. Lahan yang datar
e. Dekat dengan desa adat

Weakness (Kelemahan)
a. Belum ada investor
b. Kurang promosi
c. Belum ada dana untuk merencanakan pembangunan
d. Jauh dengan wisata pantai (khas Lombok)

144
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

- Faktor Eksternal:
Opportunities (Peluang)
a. Berubahnya orientasi pekerjaan masyarakat sekitar
b. Lokasi usaha
c. Menyerap banyak tenaga kerja
d. Sebagai destinasi wisata
e. Tempat penginapan penumpang BIL
f. Wisata adat

Threats (Ancaman)
a. Resiko kebisingan karena dekat dengan BIL
b. Akan bermunculan competitor
c. Kualitas yang harus selalu terjaga

Dari beberapa analisa yang didapat, selanjutnya analisa SWOT merumuskan


strategi untuk mengatasi faktor internal dan faktor eksternal titik lokasi potensi investasi
nomor 5 dan menghasilkan strategi dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Tabel 28. Tabel Matriks SWOT Pada Titik Lokasi Potensi Investasi Nomor 5
Strength (S) Weakness (W)
a. Dekat dengan BIL a. Belum ada investor
b. Dekat dengan b. Kurang promosi
infrastruktur c. Belum ada dana untuk
c. Penerimaan warga melaksanakan
sekitar sangat welcome pembangunan
d. Lahan yang datar d. Jauh dengan wisata
e. Dekat dengan desa pantai (khas Lombok)
adat

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO


a. Berubahnya orientasi 1. Membangun hotel 1. Meningkatkan
pekerjaan masyarakat resort bintang 5 yang promosi untuk
sekitar menyerap banyak mendapatkan investor
b. Lokasi usaha tenaga kerja dalam rangka
c. Menyerap banyak 2. Menyiapkan akses pembangunan hotel
tenaga kerja wisata adat resort bintang 5
d. Sebagai destinasi 3. Membuat tempat sebagai destinasi
wisata berkumpulnya hasil wisata
e. Tempat penginapan UMKM warga 2. Menyiapkan fasilitas
penumpang BIL setempat kolam renang atau
f. Wisata adat water park

145
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


a. Resiko kebisingan 1. Membangun hotel 1. Meningkatkan
karena dekat dengan resort bintang 5 yang promosi
BIL memiliki kualitas
b. Akan bermunculan terbaik di Lombok
competitor Tengah
c. Kualitas yang harus 2. Menjaga kualitas hotel
selalu terjaga resort
3. Membangun hotel
yang tidak terlalu
tinggi dan menanam
banyak tanaman besar
untuk mengurangi
kebisingan

Dari table matriks di atas, strategi paling menguntungkan ada pada strategi SO
dimana Strenght atau kekuatan dari titik lokasi nomor 5 jika dimaksimalkan dengan baik
akan mendapatkan Opportunities atau peluang investasi dan manfaat yang tinggi. Strategi
yang dapat di lakukan adalah:
1. Membangun hotel resort bintang 5 yang menyerap banyak tenaga kerja
2. Menjaga kualitas hotel resort dengan baik
3. Meningkatkan promosi ke investor
4. Menyiapkan fasilitas yang maksimal
5. Membuka lahan usaha (galeri UMKM) dari hasil UMKM khas Lombok Tengah

146
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 4. ANALISA ASPEK YURIDIS

4.1 Peraturan Perundang-Undangan


Berikut ini beberapa peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan
untuk melaksanakan proyek pariwisata di wilayah yang telah ditentukan, diantaranya:
1. Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 Tentang Pemberian Insentif Dan
Kemudahan Investasi di Daerah;
8. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;
9. Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2018
Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor
Pariwisata;
10. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031;
12. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028;
13. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pariwisata Halal.

147
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

4.1.1 Analisa Peraturan Perundang-Undangan


1) Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca-amandemen terdapat beberapa
Pasal yang mengatur mengenai pemerintahan daerah, yaitu dalam Bab VI Pasal 18,
Pasal 18A, dan Pasal 18B. Sistem otonomi daerah sendiri tertulis secara umum
dalam Pasal 18 untuk diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Selanjutnya Pasal
18 ayat (2) menyebutkan, “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kota, dan kota
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan.” Pasal ini menjadi dasar konstitusional bagi daerah (dalam hal
ini Nusa Tenggara Barat) untuk melaksanakan otonomi daerah, yaitu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri, yang diwujudkan dengan membentuk peraturan
daerah.
Otonomi yang diserahkan kepada pemerintah provinsi adalah sebagaimana
diatur selanjutnya pada Pasal 18 ayat (5), yaitu, “Pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.” Keleluasaan pemerintah provinsi
untuk melaksanakan otonomi daerah yang seluas-luasnya tersebut ditunjang dengan
ketentuan Pasal 18 ayat (6) yang menyatakan, “Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan”. Dengan demikian jelas bahwa secara
konstitusional Pemerintah NTB mempunyai kewenangan untuk melaksanakan
otonomi daerah yang seluas-luasnya dan tugas pembantuan dengan hak untuk
menetapkan peraturan daerah.
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Tujuan pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005–2025
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (UU RPJPN)
adalah untuk mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan
bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk mencapai kemajuan

148
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dan kemakmuran bangsa, maka bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang
berdaya saing tinggi. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap
menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang
yang ada. Arah pembangunan nasional dalam jangka panjang salah satunya adalah
untuk memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah
menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi,
distribusi, dan pelayanan di dalam negeri dan membangun infrastruktur yang maju.
Salah satu strategi penguatan ekonomi nasional dan domestik antara lain
dilakukan melalui investasi. Investasi dalam RPJPN diarahkan untuk mendukung
terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan
berkualitas dengan mewujudkan iklim investasi yang menarik. Selain itu, diperlukan
investasi asing bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai.
Investasi yang dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan demokrasi
ekonomi akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian kemakmuran bagi
rakyat. Pembangunan kepariwisataan menjadi salah satu upaya untuk memperkuat
perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global. Kepariwisataan
dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra
Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan
perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan
keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional sebagai wilayah wisata
bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan
ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa.
3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 ini mengatur mengenai
kepariwisataan sebagaimana pariwisata berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain
itu, kepariwisataan juga bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. Menghapus kemiskinan;

149
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

d. Mengatasi pengangguran;
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. Memajukan kebudayaan;
g. Mengangkat citra bangsa;
h. Memupuk rasa cinta tanah air;
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. Mempererat persahabatan antar bangsa.
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana yang
tertuang dalam Pasal 2, yaitu:
a. Manfaat;
b. Kekeluargaan;
c. Adil dan merata;
d. Keseimbangan;
e. Kemandirian;
f. Kelestarian;
g. Partisipatif;
h. Berkelanjutan;
i. Demokratis;
j. Kesetaraan; dan
k. Kesatuan.
Yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan
kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan
budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Mengenai rencana
pembangunan kepariwisataan yang dimaksud adalah Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan dalam skala Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang di susun
dan ditetapkan oleh pemerintah dalam kewenangannya masing-masing.
Dalam peraturan ini juga mengatur mengenai beberapa usaha pariwisata
yang dapat di lakukan oleh pengusaha pariwisata, diantaranya:
a. Daya tarik wisata;
b. Kawasan pariwisata;
c. Jasa transportasi wisata;
d. Jasa perjalanan wisata;

150
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

e. Jasa makanan dan minuman;


f. Penyediaan akomodasi;
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;
h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan
pameran;
i. Jasa informasi pariwisata;
j. Jasa konsultan pariwisata;
k. Jasa pramuwisata;
l. Wisata tirta; dan
m. Spa.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025
Dalam 2 (dua) dekade terakhir, pariwisata mengambil peran penting dalam
pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia, hal ini terlihat dari
meningkatnya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia yang semakin baik
dan maju. Sejalan dengan perkembangan Industri Pariwisata yang semakin
kompetitif dan kecenderungan pasar dunia yang semakin dinamis, maka
pembangunan kepariwisataan Indonesia harus didorong pengembangannya secara
lebih kuat dan diarahkan secara tepat untuk meningkatkan keunggulan banding dan
keunggulan saing Kepariwisataan Indonesia dalam peta Kepariwisataan regional
maupun internasional.
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS)
merupakan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2025.
RIPPARNAS diperlukan sebagai acuan operasional pembangunan pariwisata bagi
pelaku pariwisata dan pelaku ekonomi, sosial dan budaya, baik di pusat maupun di
daerah, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pembangunan
kepariwisataan nasional. RIPPARNAS menjadi sangat penting, karena:
a. Memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi
Kepariwisataan dari sisi produk, pasar, spasial, sumber daya manusia,
manajemen, dan sebagainya sehingga dapat tumbuh dan berkembang

151
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

secara positif dan berkelanjutan bagi pengembangan wilayah dan


kesejahteraan masyarakat.
b. Mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor, lintas
pelaku, maupun lintas daerah/wilayah agar dapat mendorong
pengembangan pariwisata secara sinergis dan terpadu.
Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional tentu memberikan tujuan
dalam pembangunan kepariwisataan, diantaranya:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;
b. Mengkomunikasikan Destinasi Pariwisata Indonesia dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung
jawab;
c. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional; dan
d. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara
profesional, efektif dan efisien.
Dengan ini, memiliki prospek yang sangat strategis pada sektor pariwisata
tentu menjadi peluang yang sangat berarti bagi Indonesia sebagai suatu negara yang
memiliki kekayaan alam dan budaya yang sangat besar. Sektor pariwisata yang telah
berperan sebagai penyumbang devisa terbesar kedua setelah migas, menjadi industri
atau sektor penting yang dapat diandalkan Pemerintah ke depan untuk menjadi pilar
utama pembangunan ekonomi nasional. Dalam konteks tersebut, maka
pengembangan sektor pariwisata harus digarap secara serius, terarah, dan
profesional agar pengembangan dan pemanfaatan asset-aset pariwisata dapat
memberi kontribusi signifikan dalam mewujudkan peran sektor pariwisata sebagai
sektor andalan dalam pembangunan di masa depan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika
Peraturan ini menjadi dasar hukum dalam pengembangan pariwisata yang
ada di Kawasan Ekonomi Khusus (K.E.K) Mandalika, dimana peraturan ini lebih
mengedepankan aspek spasial mengenai Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika itu

152
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

sendiri seperti luas keseluruhan lokasi dan batas-batasnya. Pemerintah telah


menegaskan dalam peraturan ini mengenai K.E.K Mandalika yang berada di wilayah
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
memiliki luas 1.035,67 ha (seribu tiga puluh lima koma enam puluh tujuh hektar),
sebagaimana telah dijelaskan dalam Pasal 1.
Kawasan ini berjarak 16 km dari Bandara Internasional Lombok, 55 km dari
pelabuhan Lembar, dan 45 km dari kota Mataram yang merupakan Ibukota Provinsi
Nusa Tenggara Barat. K.E.K Mandalika sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2
memiliki batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kuta, Desa Sukadane, dan Desa
Mertak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mertak dan Desa Sengkol,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Kuta, Teluk Serenting, dan
Teluk Aan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah; dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten
Lombok Tengah.
Dengan berbagai potensi dan keunggulan yang dimiliki di wilayah
Mandalika baik secara geoekonomi dan geostrategis memberikan keuntungan
tersendiri dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah
Lombok Tengah serta dapat turut menunjang percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi nasional.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
Dalam upaya pembangunan nasional harus ditingkatkan melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik
agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil guna dan
berdaya guna. Salah satu kebijakan yang dapat di lakukan pemerintah dalam
mencapai tujuan tersebut adalah melalui peningkatan keterpaduan dan keserasian
pembangunan di segala bidang pembangunan yang secara spasial dirumuskan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atau biasa disebut RTWN yang dalam hal

153
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

ini berupa Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
Kebijakan yang diatur dalam peraturan pemerintah ini mengenai pengembangan
Struktur Ruang, sebagaimana tertuang dalam Pasal 5, yaitu:
a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah nasional.
Bersamaan dengan strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan
dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang meliputi:
a. Menjaga dan mewujudkan keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara
Kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan
perkotaan dan wilayah di sekitarnya;
b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan;
c. Mengembangkan pusat pertumbuhan kota maritim yang berkelanjutan;

4.1.2 Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan


Dalam Analisis peraturan perundang-undangan yang telah dijelaskan pada sub-bab
sebelumnya, dapat diidentifikasi beberapa peraturan yang belum secara spesifik mendukung
proses proyek pariwisata yang dilaksanakan pada titik lokasi yang ditentukan. Tentunya
dalam sub-bab penyempurnaan peraturan perundang-undangan ini menjabarkan peraturan
perundang-undangan yang perlu disempurnakan untuk tujuan implementasi proyek yang
ditentukan.
Untuk penyempurnaan peraturan perundang-undangan akan menggunakan ruang
lingkup peraturan yang akan dianalisa agar dapat diketahui poin-poin apa saja yang perlu
disempurnakan demi tujuan terimplementasinya proyek di Kabupaten Lombok Tengah ini.
Tentunya dalam mendukung rencana pelaksanaan pembangunan kawasan pariwisata di
Kabubapten Lombok Tengah, diperlukan beberapa peraturan perundang-undangan terkait

154
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

untuk diundangkan maupun disempurnakan atas peraturan perundang-undangan yang sudah


ada.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah dapat dijadikan landasan
dalam penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
penyelarasan dengan kearifan lokal maupun pengembangan pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Lombok Tengah yang nantinya ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati
Lombok Tengah. Namun, seperti yang kita ketahui dengan adanya Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan terbaru yaitu Surat Keputusan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK. 4945/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2020 Tentang Penenatapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian
Izin Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2020 Periode II seperti yang terlihat
pada gambar dibawah ini:

Gambar 88. Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan
Lahan Gambut Tahun 2020 Periode II

Sumber: Webgis.menlhk.go.id

Dengan gambar diatas juga terlihat jelas bahwa pada area warna hijau merupakan
lahan hutan alam primer pada hutan produksi dan areal penggunaan lain (APL) dan juga
termasuk hutan konservasi dan hutan lindurng, sedangkan untuk area warna merah muda

155
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

merupakan lahan gambut, kedua kawasan ini merupakan kawasan yang terkena
pemberhentian pemberian izin, sehingga harus diperhatikan lagi mengenai titik lokasi yang
digunakan dalam proyek pariwisata Kabupaten Lombok Tengah.
Melalui Surat Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia menjelaskan bahwasanya untuk dengan terbitnya keputusan ini, maka kepada
Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menerbitkan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi
baru wajib berpedoman pada lampiran Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Hutan
Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2020 Periode II. Terhadap instansi pemberi izin
kegiatan yang termasuk dalam pengecualian pada PIPPIB wajib menyampaikan laporan
kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan dan Tata Lingkungan setiap 6 (enam) bulan sekali, guna menjamin informasinya
terupdate dan termonitor.
Dengan ini penyempurnaan peraturan perundang-undangan dapat melihat dari
beberapa peraturan yang sekiranya cukup relevan dalam proyek pariwisata Kabupaten
Lombok Tengah.
4.1.3 Jenis-jenis Perizinan
Dalam proyek yang dilakukan di titik lokasi yang ditentukan terdapat beberapa jenis
perizinan, diantaranya:
a. Izin Usaha
Izin ini diperlukan bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, sebagaimana kita
ketahui dasar hukumnya antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
2. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Terpadu Satu
Pintu
3. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman dan Tata Cara
Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara
Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Kepala BKPM Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013

156
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

b. Izin Mendirikan Bangunan


Berikut ini beberapa dasar hukum yang dapat digunakan untuk mendapatkan izin
mendirikan bangunan dilokasi yang diinginkan dalam proyek ini:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah 5 Tahun 2012 tentang Bangunan
Gedung;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Bangunan Gedung;
c. Izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Izin Lingkungan
Dengan adanya proyek ini akan membutuhkan AMDAL dan wajib memperoleh izin
lingkungan. Berikut ini beberapa dasar hukumnya:
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2012 tentang Kegiatan
Wajib Amdal;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan
Izin Lingkungan;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2013 tentang Tata
Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan;
d. Izin Prinsip
Izin ini diperlukan untuk tujuan memulai kegiatan penanaman modal, izin prinsip
berfungsi sebagai persetujuan bagi perusahaan untuk dapat melaksanakan usaha,
persetujuan atas struktur kepemilikan saham, dan persetujuan atas rencana kegiatan usaha.

157
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Selain itu juga diperlukan jika perusahaan ingin mendapatkan fasilitas investasi dan pajak,
berikut ini beberapa dasar hukumnya diantaranya:
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 tentang Ketentuan
Mengenai Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah 2011-2031.
e. Izin Lokasi
1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1993 tentang
Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak Atas Tanah bagi Penanaman
Modal.
2. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin
Lokasi.
f. Modal
Dalam kaitannya dengan kegiatan usaha pada proyek ini, setiap penanam modal
yang akan melakukan penanaman modal di Indonesia harus terlebih dahulu mendapatkan
izin terkait penanaman modal dalam sektor tertentu, oleh karena itu terdapat beberapa dasar
hukum penanaman modal yang dapat digunakan dalam proyek ini:
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031
5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal.
g. Izin Keramaian
1. KUHP pasal 510 tentang Keramaian Umum. Petunjuk pelaksanaan kapolri No.
Pol : Juklak / 29 / VII / 1991 Tgl 23 juli1991 tentang Pengawasan, Pengendalian
dan Pengamanan bahan Peledak Non Organik ABRI.

158
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

h. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)


1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1993 tentang
Tata Cara Memperoleh Izin Lokasi dan Hak Atas Tanah bagi Perusahaan dalam
rangka Penanaman Modal
2. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Izin Lokasi
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031.
i. Izin Pengelolaan Air Limbah
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
6. Peraturan Pemerintah tentang Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum
(SPAM)
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan
Izin Lingkungan
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 tentang Baku
Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Hotel
10. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode
Analisa Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air pada Sumber Air
12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik

159
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

j. Tanda Daftar Usaha Pariwisata


Dalam menjalankan usaha pariwisata, tanda ini sebagai bukti yang wajib dimilki
oleh berbagai jenis usaha yang berkaitan dengan sektor pariwisata Izin Tetap Usaha
Pariwisata (ITUP), yang mana dilandasi oleh Peraturan Menteri Pariwisata Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pendaftaran Usaha Pariwisata.

4.1.4 Rencana dan Jadwal Pemenuhan Peraturan Perundang-Undangan


Dalam kategori ini, rencana dan jadwal pemenuhan peraturan perundang-undangan
akan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
berupa Kawasan Strategis Pariwisata yang merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan
dan keamanan.
Dilihat dari kondisi kawasan Kabupaten Lombok Tengah ini memiliki potensi yang
sangat strategis dengan keunggulan wisata yang dimiliki. Tentunya sepanjang tidak diatur
secara khusus, segala ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kepariwisataan dan
peraturan pelaksanaannya berlaku pula untuk penyelenggaraan sektor pariwisata.
Berikut ini beberapa peratruran perundang-undangan yang dapat diguanakan sebagai acuan
dalam melaksanakan pengembangan kawasan wisata Kabupaten Lombok Tengah ini antara
lain sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025;
3. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-
2029;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011-2031;
5. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028;
6. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pariwisata Halal.

160
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Untuk memastikan kepatuhan dengan persyaratan-persyaratan yang relevan dalam


implementasi proyek kepariwisataan Kabupaten Lombok Tengah, dapat dilaksanakan
analisa ketentuan peraturan perundang-undangan. Hasil dari identifikai dari analisis
peraturan perundang-undangan yang akan menjadi referensi bagi pihak-pihak terkait dalam
melaksanakan proyek dengan mudah, terutama untuk memastikan bahwa implementasinya
nanti telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak menyalahi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Analisis peraturan perundang-undangan
dibuat terkait dengan beberapa aspek hukum sebagai berikut:
- Peraturan terkait pariwisata dan secara khusus dengan kegiatan yang terkait
dengan kepariwisataan;
- Penanaman Modal;
- Persaingan Usaha;
- Lingkungan Hidup;
- Pengadaan Tanah;
- Penggunaan aset yang dimiliki untuk pelaksanaan Proyek;
- Perizinan;
- Keramaian;
- Lokasi;
- Perpajakan;
- Konstruksi;
- Dukungan Pemerintah;
- Jaminan Pemerintah; dan
- Penugasan Pemerintah.

4.2 Analisa Tata Ruang dan Lahan


4.2.1 Kesesuaian Lokasi Proyek dengan RDTR
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan tahapan yang terpenting di dalam
mengalokasikan berbagai aktivitas perkotaan. Pada dasarnya rencana pola ruang terbagi atas
rencana pola ruang untuk kegiatan lindung dan rencana pola ruang untuk kegiatan budidaya.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) bertujuan untuk memberikan arahan pemanfaatan
ruang, sehingga tercipta lingkungan yang aman, nyaman dan berkelanjutan.
Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
maupun perkotaan yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya. Bentukan kawasan yang memiliki peruntukan ruang fungsi

161
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

lindung adalah kawasan lindung. Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan. Sedangkan bentukan kawasan yang memiliki peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya adalah kawasan budi daya. Kawasan budidaya adalah wilayah
yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Penetapan pola ruang bertujuan untuk memberikan arahan rencana pengembangan
jenis-jenis kegiatan penggunaan lahan yang akan berkembang untuk masa perencanaan 20
(dua puluh) tahun mendatang.Pengelolaan zona lindung ditujukan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup, termasuk didalamnya
melestarikan keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara
optimal. Dalam konteks ini, penempatan ruang dalam rangka pengembangan kota
disesuaikan dengan daya dukungnya. Pemanfaatan kawasan budi daya dilakukan dengan
memperhatikan prinsip serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan agar terwujud
keseimbangan antara kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dengan upaya-upaya untuk
menjaga kelestarian lingkungan. Ketersediaan lahan beserta daya dukungnya diperlukan
dalam mendukung berbagai aktivitas penduduk secara berkelanjutan.

Gambar 89. Rencana Pola tata ruang Lokasi Peluang Investasi Desa Tanak Awu
Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

162
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Berdasarkan RDTR Kawasan Perkotaan Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun


2020-2040, lokasi proyek peluang investasi terdiri atas zona lindung dan zona budidaya.
Zona lindung meliputi sempadan sungai dan taman kota. Sedangkan zona budidaya meliputi
rumah kepadatan sedang, perdagangan dan jasa skala kota, perumahan dan
perdagangan/jasa, serta pertanian tanaman pangan.

Tabel 29. Ketentuan Umum Rencana Pola Ruang Perkotaan Praya


No Zona Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Perencanaan Keterangan
1. Sempadan Peruntukan ruang - Melindungi fungsi - Untuk sungai tidak Mengacu
Sungai yang merupakan sungai agar tidak bertanggul, sempadan pada Permen
bagian dari terganggu oleh sungai ditentukan: PU No.
kawasan lindung aktivitas yang 1. Paling sedikit 28/PRT/M/2
yang mempunyai berkembang di berjarak 10 meter dari 015 tentang
fungsi pokok sekitarnya tepi kiri dan kanan Penetapan
sebagai - Melindungi kegiatan palung sungai Garis
perlindungan, pemanfaatan dan upaya sepanjang alur sungai, Sempadan
penggunaan, dan peningkatan nilai dalam hal kedalaman Sungai dan
pengendalian atas manfaat sumber daya sungai kurang dari Sempadan
sumber daya yang yang ada di sungai agar atau sama dengan 3 Danau
ada pada sungai dapat memberikan meter
dapat dilaksanakan hasil secara optimal 2. Paling sedikit
sesuai dengan sekaligus menjaga berjarak 15 meter dari
tujuannya. kelestarian fungsi tepi kiri dan kanan
sungai palung sungai
- Membatasi daya rusak sepanjang alur sungai.
air sungai terhadap dalam hal kedalaman
lingkungannya sungai lebih dari 3
meter sampai dengan
20 meter.
3. Paling sedikit
berjarak 30 meter dari
tepi kiri dan kanan
palung sungai
sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman
sungai lebih dari 20
meter
- Untuk sungai bertanggul
sempadan sungai
ditentukan paling sedikit
berjarak 3 meter dari
tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
2. Taman Lahan terbuka yang - Menciptakan kawasan - Taman dapat berbentuk Mengacu
Kota yang berfungsi pengendalian air larian RTH pada Permen
sosial yang dengan menyediakan - Luas taman minimal 0,3 PU No.
ditujukan untuk kolam retensi m per kompleks 5/PRT/M/20
melayani penduduk - Menyediakan area olahraga dengan 08 tentang
satu kota atau penciptaan iklim mikro minimal RTH 80%-90% Pedoman
bagian wilayah dengan fasilitas yang Penyediaan

163
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

No Zona Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Perencanaan Keterangan


kota dan estetik dan pereduksi polutan terbuka untuk umum dan
sebagai sarana di kawasan perkotaan penduduk RW, dengan Pemanfaatan
kegiatan rekreatif, - Menyediakan tempat luas minimal 144.000 RTH di
edukasi atau rekreasi dan olahraga m2 Kawasan
kegiatan lain masyarakat skala kota - Dapat dilengkapi Perkotaan
- Menyediakan area dengan fasilitas rekreasi
terbuka sebagai ruang dan olahraga
alternatif - Jenis vegetasi dapat
mitigasi/evakuasi berupa pohon tahunan,
bencana perdu, dan semak yang
- Menciptakan ruang ditanam secara
alternatif sebagai berkelompok atau
landmark kota menyebar berfungsi
- Mendukung sebagai pohon pencipta
pelestarian dan iklim mikro atau sebagai
perlindungan pembatas antar kegiatan
keanekaragaman
hayati
3. Rumah Peruntukan ruang Menyediakan zona untuk - Zona dengan wilayah
Kepadatan yang merupakan pembangunan unit perencanaan yang
Sedang bagian dari huniandengan tingkat memiliki kepadatan
kawasan budi daya kepadatan sedang bangunan 40-100
difungsikan untuk (seratus) rumah/hektar
tempat tinggal atau - Zona peruntukan hunian
hunian dengan dengan luas persil dari
perbandingan yang 150 m2 sampai dengan
hampir seimbang 250 m2
antara jumlah
bangunan rumah
dengan luas lahan
4. Perdagang Peruntukan ruang Menyediakan ruang - Lingkungan dengan
an dan yang merupakan untuk: tingkat kepadatan tinggi,
Jasa Skala bagian dari - Menampung tenaga sedang, dan rendah dan
Kota kawasan budi daya kerja, pertokoan, jasa, akan diatur lebih lanjut
difungsikan untuk rekreasi, dan di dalam peraturan
pengembangan pelayanan masyarakat zonasi
kelompok kegiatan - Menyediakan fasilitas - Lingkungan yang
perdagangan pelayanan diarahkan untuk
dan/atau jasa, perdagangan dan jasa membentuk karakter
tempat bekerja, yang dibutuhkan ruang kota melalui
tempat berusaha, masyarakat dalam pengembangan
tempat hiburan dan skala pelayanan bangunan-bangunan
rekreasi dengan regional dan kota tunggal
skala pelayanan
kota
- Skala pelayanan
perdagangan dan jasa
yang direncanakan
adalah tingkat nasional,
regional, dan kota.
- Jalan akses minimum
adalah jalan kolektor
- Tidak berbatasan
langsung dengan
perumahan penduduk

164
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

No Zona Definisi Tujuan Penetapan Kriteria Perencanaan Keterangan


5. Perumaha Peruntukan lahan - Menyediakan ruang - Memperhatikan
n dan budi daya yang untuk pengembangan kepentingan urban yang
Perdagang terdiri atas daratan fungsi campuran menuntut efisiensi
an/Jasa dengan batas perumahan dan pergerakan pemilihan
tertentu yang perdagangan/jasa lokasi mendekat ke
berfungsi campuran - Meningkatkan fungsi komersial dari
antara perumahan aksesibilitas calon penghuni yaitu
dan masyarakat pada sub lokasi-lokasi di pusat
perdagangan/jasa zona tersebut terhadap kota dimana nilai lahan
fasilitas komersial sudah tinggi
- Mengoptimalkan - Lokasi dengan akses
pemanfaatan ruang yang cukup tinggi
perkotaan diantara bangunan
berupa ketersediaan
jalur pejalan kaki yang
menghubungkan antar
bangunan dan
menghubungkan sub
zona dengan tempat
pemberhentian
kendaraan umum
- Jenis kegiatan komersial
yang dikembangkan
berkaitan dengan
kebutuhan sehari-hari
penghuni
- Penyediaan lahan parker
disesuaikan dengan
standar perparkiran
6. Pertanian Peruntukan ruang - Melestarikan dan - Peruntukan pertanian
Tanaman yang menjaga kawasan berupa: ruang yang
Pangan dikembangkan pertanian secara teknis dapat
untuk menampung - Meningkatkan digunakan untuk lahan
kegiatan yang produksi pertanian agar pertanian basah (irigasi
berhubungan menjadi salah satu maupun non irigasi)
dengan komoditi unggulan ataupun lahan kering
pengusahaan tanaman pangan
mengusahakan
- Melindungi kawasan
pertanian dari alih maupun palawija
tanaman pangan - Ruang yang apabila
fungsi lahan
- Mengembangkan digunakan untuk
proses, distribusi, dan kegiatan pertanian lahan
pemasaran pertanian basah ataupun lahan
kering dapat
memberikan manfaat
baik ekonomi, ekologi
maupun sosial

4.2.2 Status Ketersediaan dan Penggunaan Lahan


Analisis ketersediaan lahan bertujuan untuk mengetahui status lahan yang sesuai
apakah masih tersedia untuk suatu pengembangan komoditas unggulan. Lahan tersedia ini

165
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

merupakan bagian penting dalam arahan pengembangan komoditas karena menyangkut


ketersediaan akan suatu sumberdaya alam.
Lahan yang dikategorikan tidak tersedia untuk pengembangan kawasan pariwisata
adalah lahan yang berada dalam hutan lindung, suaka margasatwa, hutan produksi terbatas
dan hutan produksi tetap serta yang telah diperuntukkan perizinannya untuk pihak swasta
(perusahaan). Lahan yang berada di hutan produksi konversi (HPK) dan areal penggunaan
lain (APL) dikategorikan sebagai lahan tersedia. Lahan yang dikategorikan tidak tersedia
pada peta RTRW adalah lahan yang berada dalam kawasan lindung seperti kawasan hutan
lindung, sempadan pantai, hutan mangrove/bakau dan suaka margasatwa. Lahan tersedia,
lahan yang berada dalam kawasan budidaya seperti kawasan hutan produksi (hutan produksi
konversi), kawasan pertanian, serta kawasan perdagangan dan jasa.
Penggunaan lahan merupakan modifikasi dan campur tangan yang dilakukan oleh
manusia terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Secara garis besar, penggunaan lahan dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penggunaan lahan dalam kaitan dengan potensi alamnya serta
penggunaan lahan dalam kaitan dengan pemanfaatan ruang pembangunan. Penggunaan
lahan pada lokasi peluang investasi berupa sawah, kebun, dan semak belukar. Sawah
merupakan tanah yang digarap dan diairi untuk tenpat menanam padi. Kebun merupakan
sebidang tanah yang ditanamani tanaman musiman. Sedangkan semak belukar merupakan
wilayah yang ditanamni oleh pohon-pohon rendah, berdaun kecil, dan berbatang keras.
Gambar 90. Peta Estimasi Lokasi Peluang Investasi

166
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

4.3 Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pariwisata


Kelembagaan merupakan sistem organisasi dan kontrol masyarakat terhadap
penggunaan sumberdaya. Ada dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan
sebagai aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. Aturan main tersebut terdiri dari
aturan formal dan aturan informal beserta aturan penegakan (enforcement) yang
menfasilitasi atau membentuk perilaku individu atau organisasi di masyarakat. Organisasi
merupakan wujud konkrit kelembagaan yang membungkus aturan main tersebut. Beberapa
pengertian kelembagaan antara lain adalah :
..... suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang
saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara
organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-
faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal
untuk pengendalian prilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai tujuan
bersama (Djogo et al, 2003).
..... organisasi dan/atau antar aktor pembangunan, bisnis dan politik yang saling mengikat
yang diwadahi dalam sebuah organisasi atau jaringan (Kartodihardjo dan Jhamtani, 2006).
Dari berbagai pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa kelembagaan adalah aturan
main (rules of the game) untuk mengatur hubungan antar individu atau kelompok individu
yang diwadahi dalam suatu organisasi dalam mengimplementasikan aturan-aturan tersebut
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agar kelembagaan dapat melaksanakan fungsinya
maka diperlukan adanya enforcement dalam bentuk sanksi atau insentif yang memberikan
gairah kepada partisipan dalam berperilaku sesuai dengan harapan.

4.3.1 Stakeholders Maping


Pemetaan stakeholder merupakan hal penting dalam suatu pengelolaan kawasan
pariwisata guna membagi, serta menunjukkan pembagian tugas dan perannya dalam
mengembangkan pariwisata yang dimaksud. Maryono et al, 2015 menyebutkan bahwa,
terdapat 3 kelompok stakeholders, yaitu :
1. Stakeholder primer: stakeholder yang terkena dampak secara langsung, baik dampak
positif maupun dampak negatif dari suatu rencana serta mempunyai kaitan kepentingan
langsung dengan kegiatan tersebut. Stakeholders yang memiliki pengaruh dan

167
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

kepentingan dikatakan sebagai stakeholder primer dan harus dilibatkan penuh dalam
tahapan-tahapan kegiatan
2. Stakeholder kunci: memiliki kewenangan legal dalam mengambil keputusan.
3. Stakeholder sekunder atau pendukung: stakeholder yang tidak memiliki kepentingan
langsung terhadap suatu rencana tetapi memiliki kepedulian yang besar terhadap proses
pengembangan. Stakeholders pendukung menjadi fasilitator dalam proses
pengembangan suatu kegiatan dan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
stakeholders pendukung meliputi para investor atau pihak swasta, LSM, dan peneliti.
Stakeholder dalam program pembangunan di klasifikasikan berdasar pada perannya
menurut (Nugroho, 2014), yaitu :
1. Policy creator, yaitu stakeholder sebagai pengambil keputusan dan penentuan
suatu kebijakan.
2. Koordinator, yaitu stakeholder yang berperan mengkoordinasikan stakeholder
lain yang terlibat.
3. Fasilitator, yaitu stakeholder sebagai fasilitator yang berperan menfasilitasi dan
mencukupi apa yang dibutuhkan kelompok sasaran.
4. Implementer, yaitu stakeholder pelaksana kebijakan yang di dalamnya termasuk
kelompok sasaran.
5. Akselerator, yaitu stakeholder yang berperan mempercepat dan memberikan
kontribusi agar suatu program dapat berjalan sesuai sasaran atau bahkan lebih
cepat waktu pencapaiannya.

Gambar 91. Model Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Pariwisata (A. Hidayah et
al., 2017)

168
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar diatas merupakan model peran stakeholder. Peran stakeholder sendiri


sangat diperlukan dalam pengembangan pembangunan, termasuk pembangunan pariwisata
di KEK Mandalika. Adapun yang dapat berperan dalam pembangunan pariwisata, yaitu
pemerintah pusat maupun daerah serta pihak swasta. Kendati begitu, pihak pemerintah juga
memiliki keterbatasan. Adapun kelembagaan KEK Mandalika saat ini terdiri atas, yaitu
Dewan Kawasan, Sekretariat Dewan Kawasan, Administrator, dan Badan Usaha
Pembangun dan PT. ITDC (Persero) sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK
Mandalika.
Selain itu juga, berdasarkan amanat PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Induk Kepariwisataan Nasional Tahun 2010- 2025, bahwa pengembangan
pariwisata dilakukan dengan meningkatkan kapasitas sumber daya masyarakat dan
meningkatkan kesadaran serta peran masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat setempat juga
harus diberdayakan agar pembangunan yang dituju dapat mencapai hasil yang diharapkan
(A.Hidayah et al., 2019).

4.3.2 Perangkat Regulasi Kelembagaan


Untuk menyelenggarakan Kawasan Ekonomi Khusus, dibentuk lembaga
penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan
di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk administrator KEK di setiap KEK untuk
melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan
usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

169
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 92. Perangkat Regulasi Kelembagaan Kawasan Ekonomi Khusus

Sumber: https://kek.go.id

Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus dibentuk melalui Keputusan Presiden


Nomor 8 Tahun 2010 untuk menyelenggarakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
di tingkat nasional. Dewan Nasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden dan terdiri atas menteri dan kepala lembaga pemerintah non-kementerian. Dewan
Nasional diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan beranggotakan
Menteri/Pimpinan Lembaga yang sekurang-kurangnya menangani urusan pemerintahan di
bidang pembinaan pemerintahan daerah, keuangan, perindustrian, pekerjaan umum,
perdagangan, perhubungan, tenaga kerja, perencanaan pembangunan nasional, dan
koordinasi penanaman modal. Secara formal Dewan Nasional KEK mempunyai tugas:
1. Menyusun Rencana Induk Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
2. Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk mempercepat
pembentukan dan pengembangan KEK
3. Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK

170
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

4. Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK


5. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
6. Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang
potensinya belum berkembang;
7. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan
pengembangan KEK;
8. Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan
langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan
pencabutan status KEK.
Saat ini kelembagaan KEK Mandalika, meliputi Dewan Kawasan, Sekretariat
Dewan Kawasan, Administrator, dan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK telah
dibentuk. PT ITDC (Persero) sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK
Mandalika. Berikut regulasi kelembagaan KEK Mandalika :
1. Dewan Kawasan : Keputusan Presiden No. 46 tahun 2014.
2. Dewan Kawasan : Surat Keputusan Gubernur Nusa Tengara Barat No. 912 –
825 Tahun 2014.
3. Administrator KEK Mandalika : Surat Keputusan Gubernur No. 972-403 Tahun
2015 dan Surat Keputusan Bupati Lombok Tengah No. 512a Tahun 2014.
4. Badan Usaha Pembangun dan Pengelola : Surat Keputusan Bupati Lombok
Tengah Nomor 513a Tahun 2014.

4.3.3 Kerangka Acuan Pengambil Keputusan


Perencanaan pariwisata adalah proses pembuatan keputusan yang kaitannya dengan
masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata yang merupakan suatu proses
dinamis penentuan tujuan, yang secara sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif
tindakan untuk mencapai tujuan, implementasi terhadap alternatif terpilih dan evaluasi.
Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik)
sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya
(Paturusi, 2008).
Kehadiran kebijakan pemerintah dalam rangka pengembangan destinasi wisata
dapat mempergunakan Triple Helix sebagaimana direkomendasikan oleh Marques et al.
(2006) seperti berikut:

171
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 93. The Tripe Helix of University-Industry-Government Relations

Triple Helix merupakan kolaborasi tiga elemen penting, yaitu, pemerintah dengan
industri/swasta dan perguruan tinggi atau sering diistilahkan ABG (Academic-Business-
Government), dalam rangka pengembangan riset dan inovasi pada sektor industri
pariwisata. Kreativitas menjadi modal paling utama dalam mengembangkan sektor ini.
Adanya integrasi peran antar 3 aktor diatas diperlukan untuk menghasilkan kolaborasi yang
handal (Moelyono, 2010). Oleh sebab itu, industri pariwisata KEK Mandalika yang ideal
dapat tercipta, apabila masing-masing elemen ini yang memiliki peran yang penting serta
saling mendukung satu dengan yang lainnya.

172
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 5. ANALISA ASPEK TEKNIS

5.1 Analisa Pemilihan Lokasi Proyek dengan Infrastruktur Pendukung


Kecamatan Pujut merupakan kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah dengan luas
wilayah paling luas diantara 12 kecamatan yang ada, yaitu sekitar 23.355 hektar atau
menempati sekitar 19,33 persen dari luas wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Secara
geografis Kecamatan Pujut berada dibagian selatan Kabupaten Lombok Tengah dan
berbatasan dengan Samudra Indonesia. Hal tersebut menjadi salah satu alasan munculnya
banyak objek wisata utamanya wisata bahari yang memiliki keindahan pantai dan keunikan
ombak. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Praya Tengah, berbatasan dengan
Kecamatan Praya Timur di bagian timur dan Kecamatan Praya Barat di sebelah barat
(Kecamatan Pujut Pepasan Dalam Angka Tahun 2020). Adapun lokasi peluang investasi
yang dipilih, yaitu lokasi no.5 berada di kecamatan ini. Lokasi no.5 memiliki lokasi
strategis, berada di jalan arteri yang menghubungkan KEK Mandalika dan Kota Mataram
serta berada di akses pintu keluar-masuk Bandara Internasional Lombok.

Gambar 94. Peta Investasi Lokasi Peluang Investasi No. 5

173
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

5.1.1 Kondisi Geografis, Iklim, Cuaca Lokasi


Secara geografis, lokasi peluang investasi no. 5 berada di Desa Tanak Awu
Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Posisi absolut Kecamatan Pujut, yaitu, diantara
116°24'00" dan 116°24'00" Bujur Timur (BT) , 8°56' dan 8°57' Lintang Selatan (LS). Letak
ini mempengaruhi iklim dan cuaca secara umum di kecamatan ini, yaitu beriklim tropis
dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 30oC–35oC, sehingga cuacanya panas dengan
udara yang kering.
Secara administratif, desa lokasi peluang investasi no.5 berbatasan langsung dengan
wilayah-wilayah disekitarnya, yaitu :
 Sebelah Utara : Kabupaten Praya Barat
 Sebelah Timur : Desa Ketara
 Sebelah Barat : Kabupaten Praya Barat
 Selatan Selatan : Desa Pengembur
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari aparatur Desa Tanak Awu, total luas
lahan lokasi peluang investasi no.5, yaitu seluas 17,7 hektar dengan peruntukan lahannya
sebagai lahan kosong. Selain itu, Desa Tanak Awu berada diketinggian 100 mdpl dan
topografi yang landai (Kecamatan Pujut Pepasan Dalam Angka Tahun 2020).

5.1.2 Aksesibilitas Transportasi


Lokasi peluang investasi No. 5 berada tepat di depan akses pintu masuk-keluar
Bandara Internasional Lombok (BIL). Oleh karenanya, aksesibilitas transportasi akan lebih
mudah dijangkau karena keberadaan bandara tersebut. Transportasi di Bandara
Internasional Lombok (BIL) saat ini masih didominasi oleh taksi dan kendaraan “travel”.
Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara lebih senang memilih paket dari biro
perjalanan karena semua akomodasi dan transportasi ditanggung oleh biro perjalanan.
Selain itu, rental mobil juga banyak menjadi pilihan para wisatawan. Transportasi umum
yang tersedia di dalam bandara adalah taksi dan Bus Damri (Hartono dan Listifadah, 2017).
Terdapat empat rute Damri yang dilayani yaitu BIL-Mataram, BIL-Senggigi, BIL-Selong
dan BIL-Ampenan (https://lombok-airport.co.id/) dengan tarif yang cukup terjangkau,
antara Rp25.000-Rp. 35.000.
Pada tahun 2019, berdasarkan Kecamatan Pujut Dalam Angka Tahun 2020, sarana
transportasi umum sudah tersedia, namun tanpa trayek yang tetap. Adapun terminal yang

174
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

terdekat dari lokasi peluang invetasi no.5 dan Bandara Internasional Lombok, yaitu
Terminal Bus Sengkol yang berjarak sekitar 7 km dan dapat ditempuh dalam waktu 11
menit. Selain itu, menurut (Hartono dan Listifadah, 2017) terdapat Terminal Mandalika
yang merupakan salah satu akses yang menghubungkan daerah sekitarnya, namun angkutan
umum di terminal masih kurang efektif dalam pelayanannya, karena banyaknya penumpang
yang membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari dari pasar. Perlu digarisbawahi bahwa
Terminal Mandalika dan Kawasan Mandalika merupakan dua tempat yang berbeda.

Gambar 95. Pola Transportasi Wisata

Terminal Mandalika merupakan terminal bus yang terletak di Kota Mataram,


sedangkan Kawasan Mandalika merupakan Kawasan Ekonomi Eksklusif (KEK) yang
terletak di Kabupaten Lombok Tengah. Secara resmi belum ada trayek yang melayani
hingga ke KEK Mandalika. Terdapat angkutan umum yang melayani rute Praya-Mandalika,
biasanya angkutan umum ini digunakan untuk warga kawasan mandalika untuk memenuhi
kebutuhan. Akan tetapi angkutan ini pun mempunyai demand yang kecil karena kalah
bersaing dengan ojek (Hartono dan Listifadah, 2017). Oleh karena itu, berkaitan dengan

175
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

aksesibilitas transportasi, terdapat beberapa alternatif transportasi yang dapat dipilih, yaitu
angkutan umum, bus damri, taksi, ojek maupun rental kendaraan roda dua maupun roda
empat.
Gambar 96. Peta Aksesibilitas Transportasi

5.1.3 Batas dan Kondisi Lahan


Menurut dokumen Kecamatan Pujut Dalam Angka Tahun 2020, Kecamatan Pujut
yang masuk dalam lingkar Lombok Selatan, yang beberapa tahun yang lalu dikenal sebagai
daerah tandus, namun seiring perjalanan waktu, adanya pembangunan dam (bendungan),
setidaknya dapat membantu masyarakat disekitarnya. Hal tersebut juga dapat ditunjukkan
dari dokumentasi lapangan, yang mana menunjukkan bahwa kondisi lahan di lokasi peluang
investasi no. 5 masih merupakan lahan kosong. Adapun batasnya langsung berbatasan
dengan permukiman penduduk yang agak padat dibagian selatannya, sedangkan dibagian
lain belum banyak ditemui rumah-rumah penduduk.
Bagian barat lokasi peluang investasi no. 5, berbatasan langsung dengan sungai
kecil, sedangkan bagian timurnya berbatasan langsung dengan jalan arteri yang
menghubungkan Mandalika dengan Kota Mataram. Selain itu, lokasi peluang investasi no.

176
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

5 memiliki topografi yang landai dan berada di ketinggian 100 mdpl (Kecamatan Pujut
Pepasan Dalam Angka Tahun 2020).

Gambar 97. Kondisi Lokasi Lahan Peluang Investasi No. 5, Desa Tanak Awuk,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah

5.1.4 Analisa Infrastruktur Dasar/Fasilitas Pendukung


Analisis Kelayakan Transportasi
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan dan lokasi kegiatan
manusia, barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan kehidupan dan kegiatan manusia,
transportasi mempunyai peranan yang signifikan dalam aspek-aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, politik dan pertahanan-keamanan.
Seiring dengan besarnya aktivitas pergerakan manusia, barang dan jasa, maka sistem
transportasi harus mampu melayani peningkatan intensitas kegiatan transportasi dari dan

177
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

menuju lokasi kawasan hotel dan resort. Kabupaten Lombok Tengah ini merupakan suatu
kabupaten yang kaya akan obyek dan daya tarik wisata terutama wisata pantai, sehingga
perlu disusun manajemen transportasi dan aksesibilitas wilayah yang mendukung. Maka
dari itu, pengembangan infrastruktur jalan dan transportasi sangatlah diperlukan untuk daya
tarik wisatawan di Kabupaten Lombok Tengah ini. Sistem transportasi harus
berkesinambungan satu sama lain. Masing-masing komponen sistem transportasi tersebut
mempunyai fungsi dan karakteristik yang berbeda, namun saling terkait satu sama lain. Jika
salah satu komponen sistem tidak ada, maka sistem transportasi tidak akan berjalan. Sistem
kegiatan dipengaruhi oleh karakteristik pengguna jalan, sistem jaringan dipengaruhi oleh
karakteristik jalan dan sistem pergerakan dipengaruhi oleh karakteristik kendaraan.
Sedangkan sistem kelembagaan berfungsi sebagai kontrol terhadap ketiga sistem tersebut.

Gambar 98. Komponen Sistem Transportasi

Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi. Dalam
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 disebutkan bahwa jalan adalah
suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
Jalan mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan perkembangan

178
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

antar daerah yang seimbang dan pemerataan hasil pembangunan serta pemantapan
pertahanan dan keamanan nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional.
Kondisi jalan yang berada di depan lokasi peluang investasi no. 5 sudah bagus dan
jalan tersebut merupakan aspal dengan jalan dua lajur dua arah. Kendati begitu, menurut
(Hartono dan Listifadah, 2017) perlengkapan keselamatan jalan seperti rambu dan Lampu
Penerangan Jalan Umum (LPJU) sudah ada walaupun masih ada beberapa yang kurang.
Lokasi no. 5 juga mudah dalam mengakses fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, rumah
sakit bersalin dan puskesmas.
Gambar 99. Kondisi Jalan Lokasi Lahan Peluang Investasi No. 5, Desa Tanak Awuk,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah

Berdasarkan peranan pelayanan jasa distribusinya, sistem jaringan jalan terdiri atas:
1) Sistem jaringan jalan primer, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan (kota).
2) Sistem jaringan jalan sekunder, yaitu sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kota.
Peranan jalan diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat pelayanan arus lalu lintas
(mobility) dan pelayanan akses jalan tersebut terhadap tata guna lahan disekitarnya (accses).
Berdasarkan fungsinya, jalan dikelompokkan sebagai berikut:

179
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1) Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh, dengan kecepatan
rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan dan
pembagian dengan ciri-ciri merupakan perjalanan jarak dekat, dengan kecepatan
rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dengan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
Pengembangan suatu desa, kota/kabupaten dan negara sangat tergantung pada akses
jaringan jalan. Pengadaan penyelenggaraan jalan dan pemeliharaan harus memenuhi standar
mutu. Gambar di bawah ini merupakan skema yang mengimplementasikan konsep
manajemen mutu pada pemeliharaan dan penilikan jalan sesuai Permen PU No.
13/PRT/M/2011 tentang Pemeliharaan dan Penilikan Jalan. Di dalam Permen tersebut
dikenal beberapa aktivitas yang menjadi komponen kegiatan dalam pemeliharaan jalan,
yang meliputi: perencanaan umum, survei, pemrograman, pembiayaan, perencanaan teknis,
penilikan dan pengawasan. Aktivitas-aktivitas tersebut disebut sebagai Aktivitas Standar
Penanganan Jalan.

Gambar 100. Konsep Manajemen Mutu Penyelenggaraan Jalan

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sasaran
pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan daya tarik wisata baik domestik

180
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

maupun mancanegara. Arah pengembangan jaringan transportasi adalah pelayanan


transportasi antar moda yang mampu memberikan pelayanan yang berkesinambungan
(seamless services), tepat waktu (just in time service), dan dapat memberikan pelayanan dari
pintu ke pintu (door to door service) di dalam operasionalisasinya perlu adanya kesesuaian
(compability) antar sarana dan fasilitas yang ada pada prasarana moda-moda transportasi
yang terlibat, kesetaraan tingkat pelayanan (level of service) sesuai dengan standar yang
dibakukan, sinkronisasi dan keterpaduan jadwal pelayanan, efektifitas dan efisiensi aktivitas
alih moda yang didukung dengan sistem tiketing dan dokumen angkutan serta teknologi
informasi yang memadai.
Prinsip dasar penataan dan pembangunan jaringan transportasi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1) Fungsional, yaitu jaringan yang dikelompokkan dalam berbagai tatanan dengan
karakteristik fungsional yang berbeda.
2) Struktural, yaitu pada masing-masing tatanan dirumuskan susunan yang saling
terkait namun dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitasnya.
3) Keunggulan karakteristik moda dan keterpaduan, yaitu dalam menentukan
peran masing-masing moda pada setiap tataran dilakukan dengan
memanfaatkan secara maksimal keunggulan masing-masing moda, sedangkan
kelemahannya dapat diantisipasi dengan cara pemaduan antar moda.
4) Optimalisasi, yaitu pilihan terhadap suatu tatanan dikaitkan dengan faktor
pembatas sumber daya dalam upaya pemanfaatan maksimal dengan
pengorbanan minimal, serta memberikan kontribusi maksimal dalam upaya
pelestarian lingkungan.

Jaringan Air Bersih


Air bersih merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Air
bersih digunakan untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Kuantitas air yang tersedia
juga harus diimbangi dengan kualitas yang baik agar air dapat dimanfaatkan dengan
optimal. Dalam industri pariwisata, penyediaan air bersih merupakan suatu bentuk
pelayanan terhadap wisatawan. Ketersediaan air bersih juga sangat penting terkait dengan
pengaruhnya terhadap kepariwisataan. Hal ini terkait dengan penyediaan layanan dan

181
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

fasilitas yang ada pada suatu obyek wisata. Apakah suatu obyek wisata mampu untuk
memenuhi kebutuhan air dari wisatawan yang datang berkunjung ke obyek wisata tersebut.
Secara umum, kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Lombok Tengah sebagian
besar dipenuhi sendiri oleh masyarakat. Umumnya sumber air minum masyarakat di
Kecamat Pujut berasal dari beberapa sumber, ada yang bersumber dari sumur, sumur bor
atau pompa, ledeng dengan meteran, hingga memilih air isi. Hal ini dikarenakan tidak ada
sumber mata air yang ditemukan di sekitar wilayahnya.
Dengan adanya fenomena seperti ini, untuk mengembangkan kawasan hotel dan
resort nantinya dapat dibuat sumur pompa dan sumur resapan untuk menangkap air bersih
yang dapat mencukupi kebutuhan air di hotel dan resort. Selain itu, kiriman air PDAM juga
dibutuhkan untuk mengantisipasi kekurangan air kegiatan di dalam hotel dan resort.

Persampahan
Sarana prasarana persampahan memiliki peran yang cukup penting bagi kawasan
hotel dan resort. Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan hotel dan resort juga menghasilkan
sampah dari kegiatan berwisata para wisatawan. Untuk itu, perlu ada sistem dan fasilitas
persampahan yang memadai di lokasi hotel dan resort. Dengan demikian, kebersihan dalam
kawasan hotel dan resort dapat terjamin.
Dalam rencana pembangunan hotel dan resort ini, untuk mengatasi masalah sampah
digunakan incinerator sampah yang berfungsi untuk membakar sampah.

Gambar 101. Insenerator Sampah

182
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Sanitasi dan Pengolahan Air Limbah


Sanitasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah sentuhan langsung
dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya untuk meningkatkan kesehatan.
Sanitasi dapat dilakukan dengan mengalirkan limbah buangan manusia atau terlebih dahulu
mengolahnya sebelum membuangnya ke lingkungan. Bahan buangan atau limbah dapat
terdiri dari zat padat maupun cair. Limbah padat dapat berupa tinja atau kotoran lainnya,
sedangkan limbah cair berupa air sabun, deterjen, air seni dan lain-lain.
Sistem sanitasi pada hotel dan resort perlu diperhatikan dengan seksama. Hal ini
dikarenakan aktivitas resort akan menghasilkan banyal limbah buangan, sedangkan aktivitas
wisata di dalam resort akan terganggu apabila sanitasi tidak berjalan dengan baik. Sanitasi
yang digunakan pada hotel dan resort berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan
pengunjung/ wisatawan, menjauhkan pengunjung terhadap gangguan kesehatan, secara
tidak langsung dapat menjadi media promosi dan sanitasi yang dilakukan di hotel dan resort
dapat meningkatkan nilai peringkat dari resort tesebut.
Sanitasi dapat dilakukan pada berbagai hal, meliputi:
1. Tempat parkir
Lantai tempat parkir harus keras dan sebaiknya diaspal atau dibeton, sehingga
tidak becek pada waktu hujan dan tidak berdebu pada waktu musim kemarau.
Selain itu perlu disediakan gardu parkir lengkap dengan WC dan urinoir.
2. Pertamanan dan pertanaman
Yang dimaksud disini ialah sebidang tanah yang ditanami oleh berbagai macam
tanaman dengan maksud untuk memperindah pemandangan, mencegah
terjadinya erosi, menjaga kesegaran udara.
3. Sanitasi di dalam bangunan
Bangunan/gedung harus kuat/kokoh, tidak memungkinkan sebagai tempat
berkembangbiaknya serangga dan tikus, bagian yang selalu kontak dengan air
dibuat miring ke arah saluran pembuangan air agar tidak membentuk genangan
air, dinding bersih permukaan yang selalu berkontak dengan air harus kedap air.
Atap harus kuat dan tidak bocor serta tidak memungkinkan terjadinya genangan
air.
4. WC/Urinoir dan kamar mandi

183
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Lantai terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak merembeskan air.
Dinding memiliki bahan kedap air. Tipe dari WC atau urinoir merupakan water
seal (closet) dan dilengkapi tempat cuci tangan dan dilengkapi kertas toilet.

Limbah yang berasal dari aktivitas mandi dan mencuci atau yang disebut dengan
grey waste dialirkan melalui saluran drainase. Saluran drainase yang dipakai pada resort
adalah sisitem drainase tertutup. Penggunaan sistem drainase tertutup dilakukan agar limbah
yang dialirkan tidak menganggu kenyamanan wisatawan yang datang berkunjung ke resort.

Gambar 102. Sistem drainase limbah di dalam bangunan

Terdapat dua saluran yang digunakan, yaitu saluran untuk mengalirkan limbah yang
berasal dari aktivitas resort ke tempat pengelolaan limbah yang nantinya akan diolah
sebelum dibuang ke lingkungan dan saluran drainase yang digunakan untuk mengalirkan
limpasan air hujan. Saluran drainase antara limbah buangan dengan saluran untuk limpasan
air hujan dipisah. Hal ini untuk menjaga bahaya yang mungkin akan ditimbulkan oleh
limbah saat proses penyaluran ke tempat pengolahan. Saluran drainase yang menampung
limpasan air hujan dapat langsung diarahkan menuju sungai atau laut, sedangkan saluran
limbah terlebih dahulu mengalami pengolahan agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

184
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 103. Penggunaan dua sistem saluran drainase

Selain untuk menyalurkan limbah yang berasal dari aktivitas resort, saluran drainase
digunakan untuk menampung dan mengalirkan limpasan air hujan. Luasnya tanah yang
terbangun mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air, sehingga sistem drainase
diperlukan untuk menampung limpasan yang tidak dapat terserap kedalam tanah.

Gambar 104. Saluran drainase untuk menampung limpasan air hujan

Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa saluran drainase untuk menampung
limpasan air hujan memiliki lubang-lubang untuk menangkap air limpasan dari air hujan
dan kondisi tanah dibuat agak miring agar air lebih cepat mengalir ke saluran drainase.
Fasilitas pengelolaan limbah termasuk dalam dalam salah satu prasarana penting
dalam pengembangan kegiatan prasarana di kawasan Mandalika. Keberadaan sarana
pengelolaan limbah ini perlu diperhatikan, terutama untuk kawasan permukiman setempat
dan perhotelan yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata. Pengelolaan limbah
memiliki pengaruh besar pada lingkungan kawasan resort, sehingga perlu dibangun instalasi

185
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pengelolaan limbah secara khusus untuk kebutuhan resort. Dengan adanya fasilitas
pengelolan limbah yang memadai, maka kenyamanan dan kesehatan pengunjung dan
masyarakat lokal dapat terjaga dengan baik.
Sistem pembuangan limbah yang direkomendasikan untuk kawasan resort ini adalah
dengan sistem IPAL komunal, yaitu dengan membuat saluran dari beberapa bangunan
(villa/pavilliun) yang ada dan terkumpul dalam satu instalasi pengolahan limbah. Adapun
contoh bangunan IPAL komunal yang disarankan sebagaimana pada gambar berikut.

Gambar 105. Contoh disain bangunan pengelolaan limbah IPAL komunal

Sebagai dapat dilihat bahwa konstruksi IPAL tersebut didisain untuk memisahkan
BOD dan COD dalam unsur limbah. Adapun outlet dari IPAL tersebut dapat berupa resapan
drainner bed dengan material batu gravel yang ditimbun tanah dan ditanami
tanaman/tumbuhan tertentu untuk menguji pengaruh residu limbah yang dikeluarkan.
Tanaman yang dimaksud dapat berupa tanaman hias maupun juga tanaman keras, dengan
ketentuan tanaman yang tidak berbuah.

Telekomunikasi
Sarana dan prasarana telekomunikasi sangat penting untuk kepentingan pariwisata.
Hal ini berkaitan dengan semakin majunya teknologi yang ada. Semakin majunya teknologi
akan membuat semakin tingginya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap telekomunikasi.
Ketersediaan fasilitas komunikasi akan menjadi nilai tambah tersendiri untuk sebuah obyek
wisata yang ada. Semakin banyak fasilitas yang tersedia, maka akan semakin tinggi tingkat
kepuasan wisatawan terhadap pelayanan dan fasilitas dari hotel dan resort tersebut. Sistem
informasi yang dipasang di dalam hotel dan resort ini berupa:

186
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1. Telepon tiga saluran, yaitu lokal, interlokal dan internasional.


2. Telepon dalam/internal, jumlah minimal saluran telepon ini adalah sejumlah
kamar yang ada.
3. PABX, telex, musik pengiring, audio system yang disalurkan ke seluruh ruangan
untuk memberikan informasi.
Kaitannya dengan sarana telekomunikasi ini, Desa Tanak Awu memiliki 4 menara
telepon seluler dan 4 operator layanan telepon seluler yang menjangkau lokasi ini, sehingga
kondisi sinyal telepon seluler di lokasi peluang investasi no.5 sudah kuat.

Jaringan Energi/Listrik
Sumber daya listrik berasal dari gardu PLN dengan mendistribusikan melalui panel
utama dan sub panel. Penempatan sub panel harus mudah dicapai dan sedekat mungkin
dengan panel utama. Perlu adanya generator serta travo (genset) yang digunakan untuk
menyuplai energi listrik pengganti ketika PLN mengalami gangguan. Generator atau travo
diletakkan sejauh mungkin dengan ruang-ruang yang memerlukan tingkat kebisingan
rendah/privasi tinggi seperti ruang unit hotel dalam resort. Rangkaian listrik yang
digunakan di dalam resort ini antara lain:
Gambar 106. Skema sistem jaringan listrik yang digunakan di hotel dan resort

Pendistribusian kabel listrik untuk menyediakan listrik dalam resort ini, melewati
daerah seperti pada dinding dan ruang plafond dan plat lantai. Pada dinding, kabel
diletakkan di dalam saluran kabel (berupa pipa) dengan menggunakan pipa logam.
Penggunaan pipa logam ini difungsikan untuk:

187
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1. Dapat melindungi kabel dari bahaya korosi dan benturan.


2. Meyediakan perlindungan terhadap bahaya api.
3. Dapat menjadi penyokong.
4. Dapat menjadi saluran pengebumian untuk sistem kabel.

Pengkodisian Udara (Air Conditioning)


Pengkodisian udara di hotel dan resort Kawasan Mandalika nantinya akan
menggunakan pengkodisian udara/penghawaan buatan menggunakan Air Conditiner (AC)
menggunakan jenis AC split. Air conditioner ini akan dipasang pada front office, bungalow,
beberapa ruangan di area spa dan relaksasi serta gedung pertemuan.

Pengaman Kebakaran
Pendekatan konsep perlindungan terhadap bahaya kebakaran ini adalah keamanan
dan keselamatan bagi pemakai dan pengelola resort terhadap bahaya kebakaran yang
kemungkinan terjadi. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka konsep perencanaan
perlindungan terhadap kebakaran antara lain:
a) Konsep pencegahan: konsep ini menggunakan alat peringatan dini bagi perokok
menggunakan heat detector.
b) Konsep penanggulangan yang dapat diterapkan dengan menggunakan alat pemadam
fire exthinguisiner untuk permulaan dan hydrant bila api sudah membesar.
c) Konsep penyelamatan dengan membangun tangga darurat yang terbuka ke arah luar,
serta membuat jalur evakuasi menuju titik aman.

5.2 Analisa atas Rencana Induk/Masterplan Kawasan


Struktur Ruang Kabupaten Berdasarkan RTWR
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan
pembangunan/pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan
program pembangunan/ pengembangan beserta pembiayaannya dalam indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

188
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

a. Berdasarkan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan penetapan kawasan
strategis kabupaten;
b. Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
c. Dapat diacu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) kabupaten; Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu perencanaan;
d. Mempertimbangkan keterpaduan antar program pengembangan wilayah
kabupaten dan rencana induk sektor di daerah;
e. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam
jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan;
f. Mempertimbangkan kemampuan pembiayaan, dan kapasitas daerah serta
pertumbuhan investasi;
g. Mempertimbangkan aspirasi Masyarakat; dan
h. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.3 Penyusunan Konsep Pengembangan Kawasan


Konsep pengembangan kawasan Penyangga pariwisata di Mandalika di arahkan
pada konsep pembangunan yang berkelanjutan. Pada gilirannya, pembangunan pariwisata
yang demikian diharapkan akan bermuara pada peningkatan taraf hidup masyarakat, karena
bagaimanapun sumber daya wisata: baik alam, budaya maupun buatan merupakan potensi
yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat dan
bangsa Indonesia.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan berarti pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan keuntungan dari sumber daya pariwisata bagi masyarakat setempat. Sambil
tetap mempertahankan integrasi masyarakat tersebut secara kultural dan ekologis.
Peningkatan perlindungan kawasan dan warisan alam yang sensitif secara ekologis (Neto
dikutip Damanik dan Teguh, 2012). Orientasi pembangunan berkelanjutan menurut (United
Nation dikutip Damanik dan Teguh, 2012) adalah ketersediaan sumber daya dan hasilnya
dalam jangka panjang yang dicapai dengan tindakan tindakan berikut: pertama, manajemen
pemanfaatan, pengembangan dan perlindungan sumberdaya pariwisata sehingga mampu
memberikan hasil yang dapat mempertahankan kesejahteraan ekonomi, budaya, sosial dan
lingkungan fisik komunitas; kedua manajemen seluruh sumberdaya tersebut untuk:

189
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

a. Memenuhi kebutuhan yang dirasakan sekarang dan generasi berikutnya,


b. Melindungi ketersediaan dan kapasitas ekosistem sebagai basis penghidupan,
dan
c. Menghindari bentuk-bentuk tindakan yang mengancam eksistensi sumberdaya.

Kesadaran terhadap pembangunan berkelanjutan diawali dari konferensi PBB


tentang Pembangunan Berkelanjutan pada 2012 di Rio de Janeiro yaitu merupakan
seperangkat tujuan yang dapat diwujudkan secara global dengan memadukan dan
menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan hidup, sosial
dan ekonomi. (UNDP, 2012). Satu bumi dengan batasan geografis yang sebenarnya sangat
tegas namun selalu berusaha untuk dilanggar dengan harapan mendapatkan tambahan ruang
untuk hidup manusia. Keseimbangan bumi menjadi terancam, semakin menguat kesadaran
bahwa upaya rekayasa dengan meminimkan peran alam akan menimbulkan dampak ikutan
yang cenderung negatif dengan tingkat penanganan yang lebih tinggi. Pembangunan
kawasan layak huni yang sehat tergantung pada lingkungan yang sehat, ekonomi yang kuat
dan penciptaan lapangan kerja yang cukup. Kawasan yang berkelanjutan adalah salah satu
yang mampu menyediakan kebutuhan dasar penduduk dengan infrastruktur yang diperlukan
yaitu fasilitas sipil, kesehatan dan perawatan medis, perumahan, pendidikan, transportasi,
pekerjaan dan tata pemerintahan yang baik untuk semua lapisan masyarakat tanpa
diskriminasi. Empat komponen dari Livability yaitu: (A) Kesejahteraan Sosial (B) Vitality

190
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Ekonomi (C) Ketersediaan Infrastruktur (D) Kualitas Lingkungan yang baik. Harus ada
keseimbangan antara 4 komponen tersebut dan harus dipantau secara teratur. Pembangunan
berkelanjutan lebih mengacu pada proses daripada titik akhir. Dimasa depan, perlu adanya
reorientasi paradigma dimana kota merupakan entity kawasan atau wilayah, yang berarti
kota bukan saja sebagai “Engine of National & Regional Growth” tetapi sekaligus “Kota
yang Nyaman/Layak Huni, Berkelanjutan dan Berkeadilan”. Dengan demikian, arah
kebijakan pembangunan kawasan dimasa depan harus memenuhi fungsi entity
kawasan/wilayah tersebut, yang dapat dideskripsikan secara detil menurut (Brundlandt,
2001) sebagai berikut:
1. Nyaman/layak huni (livable) Memenuhi kebutuhan manusia akan kenyamanan
hidup, fisik, sosial budaya, dan lingkungan.
2. Berkelanjutan (sustainable) Antisipasi terhadap perubahan iklim dan bencana
alam serta memenuhi keperluan hidup manusia saat ini dengan tanpa
mengabaikan keperluan hidup manusia masa datang
3. Berkeadilan (just) Menyediakan ruang hidup dan berusaha bagi seluruh
golongan masyarakat perkotaan
4. Pendorong pertumbuhan (engine of growth) Mampu berkompetisi dalam
perkembangan ekonomi global dengan memanfaatkan potensi sosial budaya dan
kreatifitas lokal (ekonomi kreatif);
5. serta mampu menciptakan hierarki pasar ba-gi kota menengah, kecil, dan
perdesaan. Secara definisi, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan
untuk memenuhi keperluan hidup manusia kini dengan tanpa mengabaikan
keperluan hidup manusia masa datang
Bila dikaitkan dengan lingkungan maka pembangunan berkelanjutan dapat juga
didefinisikan sebagai kemajuan yang dihasilkan dari interaksi aspek lingkungan hidup,
dimensi ekonomi dan aspek sosial politik sedemikian rupa, masing-masing terhadap pola
perubahan yang terjadi pada kegiatan manusia dapat menjamin kehidupan manusia yang
hidup pada masa kini dan masa mendatang dan disertai akses pembangunan sosial ekonomi
tanpa melampaui batas ambang lingkungan (WCED, 1987).
Pembangunan Kawasan pariwisataan yang berkelanjutan, adalah pembangunan
yang menjamin bahwa keuntungan yang optimal akan diperoleh secara berkelanjutan, hanya
dapat diwujudkan dengan pendekatan (kebijakan) yang bersifat komprehensip dan

191
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

terintegrasi. Pembangunan kepariwisataan harus menganut prinsip di sini senang, di sana


senang. Artinya, prinsip tersebut harus dapat menyebabkan wisatawan kembali ke rumah
dengan membawa memori yang indah tentang destinasi pariwisata atau daya tarik wisata
karena telah memberikan kesan dan kenangan manis untuk wisatawan dan mengajarkan
sesuatu yang berharga bagi wisatawan (selain memperoleh keuntungan ekonomi).
Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering tidak dilakukan secara optimal dan
cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu harus dihindari salah satunya melalui
pengembangan industri pariwisata dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan
alam dan budaya berbasis pada pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam
dan budaya berbasis pada pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam dan
budaya pada satu kawasan dikembangkan dalam upaya mensinergikan berbagai
kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan keterpaduan pengelolaan
yang memiliki nilai promosi yaitu one stop service, intinya pada suatu tempat dapat
diberikan pelayanan dari berbagai jasa usaha pariwisata dan dapat menikmati berbagai
sajian terpadu untuk tercapainya optimalisasi aset kepariwisataan dan kebudayaan sebagai
langkah pemberdayaan masyarakat, menuju kepada pendekatan penting Comunity Based
Tourism dan Community Based Culture Centered. Hal ini sejalan dengan konsep
pembangunan kawasan yang di tuju oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu
NTB MENUJU SUSTAINABLE TOURISM DESTINATION dimana mensinergikan tiga
pilar utama pariwisata culture nature dan economi.
Konsep pengembangan kawasan pariwisata merupakan suatu proses yang
komperhensif, dinamis, dan berkelanjutan. pengembangan kawasan pariwisata tidak beridiri
sendiri, namun berkaitan erat dengan sistem perencanaan pembangunan antar sektor dan
antar wilayah. Pengembangan kawasan pariwisata didasarkan pada kondisi dan daya
dukung yang bertujuan untuk mencapai interaksi jangka panjang yang dapat
menguntungkan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta berkelanjutan daya dukung
lingkungan di masa depan. Prinsip pengembangan kawasan pariwisata hotel resort adalah
tahap perancangan awal yang memadukan antara fasilitas standar hotel resort dengan
kondisi serta lokasi hotel resort. Prinsip tersebut meliputi:

192
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

a. Tingkat privasi tamu


Privasi tamu adalah hal utama yang mempengaruhi keberlangsungan suatu hotel resort.
Untuk menjaga tingkat privasi tamu pada hotel resort dapat diwujudkan dalam pola tata
ruang luar dari suatu hotel resort yang meliputi:
1. Lokasi, memanfaatkan potensi alam yang ada dan menjadikannya hal yang utama
dari pola penataan ruang luar dari hotel dan resort. Potensi alam yang ada dalam
hotel dan resort merupakan hal yang akan dijual pada tamu atau wisatawan.
2. Pencapaian, pola pencapaian terhadap tapak dapat dengan pola pencapaian
langsung untuk memberikan image tentang keadaan hotel dan resort dan
menghindari zona privat milik tamu sedangkan pencapaian tidak langsung,
bertujuan untuk menegaskan bentuk hotel resort pada tamu.
3. Sirkulasi, pola sirkulasi dirancang agar bersifat rekreatif dan dinamis tanpa
mengganggu privasi tamu yang lain.
4. Tata landscape, landscape sangat mendukung citra hotel dan resort. Hotel dan
resort diusahakan memaksimalkan memanfaatkan elemen di sekitar site dan
berkesan alami. Adanya penataan landscape yang baik dan alami dapat menunjang
atau meningkatkan perasaan privasi tamu.
5. Tata massa bangunan, perlunya menjaga jarak antar bangunan untuk
mempertimbangkan tingkat privasi dan kegiatan masing-masing ruang dalam hotel
dan resort.
6. Teritori, teritori merupakan unit terkecil atau detail yang harus diperhatikan karena
masing-masing ruang berdampak pada tata masa yang selanjutnya akan berdampak
pada tata ruang luar hotel dan resort.
7. Orientasi bangunan, orientasi bangunan hotel resort berpengaruh pada tingkat
kenyamanan dalam hotel dan resort.
b. Kontak dengan alam
Beberapa cara dapat dilakukan pada perancangan hotel resort agar diperoleh kesan hotel
dan resort merespon alam dan melakukan kontak dengan alam di sekitarnya.
Diantaranya adalah:
1. Memasukkan elemen alam ke dalam bangunan.
2. Memasukkan vegetasi ke dalam bangunan dan unsur alam seperti air, tanah dan
lain sebagainya ke dalam bangunan.

193
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

3. Derajat keterbukaan ruang, semakin besar derajat keterbukaan ruang, semakin


banyak bangunan tersebut melakukan kontak dengan alam.
4. Peletakan bukaan ruang yang tepat pada keindahan alam dapat menimbulkan
perasaan dekat dengan alam.
5. Menempatkan bukaan yang lebar yang menghadap langsung ke alam.
c. Menyuguhkan sebuah pengalaman yang menarik bagi tamu
Fasilitas yang disediakan oleh hotel dan resort, suasana serta pelayanan hotel resort
yang diberikan kepada tamu atau wisatawan yang berkunjung ke hotel resort tersebut
diharapkan mampu memberikan pengalaman yang unik kepada tamu atau wisatawan.
d. Image bangunan hotel resort dan kawasan disekitarnya
Image bangunan yang ditampilkan harus mencerminkan apa yang hendak ditawarkan
oleh hotel resort tersebut kepada tamu dan wisatawan yang berkunjung. Keyakinan,
kesan, persepsi, ide dan perasaan yang dimiliki tamu atau wisatawan terhadap hotel
resort adalah indikator penilaian sukses atau tidaknya perancangan dari hotel resort
tersebut.

Standar Ruang dan Kawasan


a. Standar Ruang
1. Hotel Entrances
Pintu utama pada sebuah hotel memiliki nilai yang sangat penting. Desain pintu
utama biasanya dipengaruhi oleh tipe hotel. Area ini sering dijadikan patokan para
pengunjung untuk memilih sebuah hotel, sehingga area ini harus memiliki desain
yang bagus untuk menarik pengunjung.
2. Area Parkir
Area parkir berlokasi di dekat galeri UMKM, convention centre, dan hotel. Area
ini mampu menampung kendaraan tamu sesuai kebutuhan. Para pengunjung yang
datang ke tempat rekreasi pada umumnya menggunakan beberapa macam jenis
kendaraan diantaranya kendaraan umum maupun pribadi.
3. Lobby Hotel Resort
Lobby hotel resort merupakan sebuah area dimana tamu yang datang akan
melakukan registrasi, sebuah area dimana tamu hotel resort satu bertemu dengan
tamu hotel lainya dan dimana tamu melakukan proses keberangkatan (check-out)

194
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dari hotel. Sebuah lobi tidak semata-mata hanya menyediakan jalur keluar-masuk
bagi pengunjung. Di dalam sebuah lobi juga terdapat beberapa fasilitas yang dapat
digunakan oleh pengunjung hotel. Fasilitas tersebut berupa meja untuk menulis,
rest room dan toilet, serta beberapa fasilitas lainnya
4. Kamar Hotel Resort
Kamar hotel resort merupakan fasilitas utama untuk penjualan dan penyewaan
kamar. Berbagai tipe kamar dan berbagai fasilitas yang terdapat di dalamnya. Jenis-
jenis kamar hotel resort meliputi:
- Single room, jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi satu tempat
tidur untuk satu orang tamu.
- Twin room, jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur untuk dua orang tamu.
- Triple room, jenis kamar tamu standar ekonomi yang dilengkapi dua tempat
tidur atau satu tempat tidur double jenis queen dengan satu tempat tidur
tambahan untuk tiga orang tamu.
- Superior room, jenis kamar tamu yang cukup mewah dilengkapi satu double
bed jenis queen atau twin bed. Tempat tidur jenis queen bed digunakan untuk
dua orang tamu.
- Suite room, jenis kamar tamu mewah, yang dilengkapi beberapa kamar tamu,
ruang makan, dapur kecil dan kamar tidur dengan sebuah king bed.
- President Suite Room, kamar hotel resort yang terlengkap fasilitasnya
dengan harga yang mahal.
5. Convention Centre
Convention centre berupa bangunan besar yang dirancang untuk mengadakan
konvensi, dimana individu-individu dan kelompok-kelompok berkumpul untuk
mempromosikan dan berbagi kepentingan bersama. Convention centre memiliki
lantai yang cukup luas untuk menampung beberapa ribu peserta

6. Galeri UMKM
Galeri UMKM menampilkan berbagai produk hasil Usaha Kecil dan Usaha
Menengah unggulan di Kabupaten Lombok Tengah. Hasil UMKM ini dapat berupa
aksesoris, tekstil, maupun furnitur. Pengelolaan galeri ini dapat dilakukan dengan

195
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

inovasi, misalnya acara fashion show, lomba desain, maupun talkshow yang dapat
menarik minat wisatawan.
7. Museum Budaya
Museum ini berupa tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan
pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian
kekayaan budaya Lombok Tengah pada khususnya dan Nusa Tenggara Barat pada
umumnya.
8. Amphyteather
Amphyteather ini merupakan bangunan terbuka yang dilengkapi dengan tempat
duduk pada salah satu sisisnya yang diguakan untuk menjalankan pertunjukan
maupun pagelaran seni.
9. Fasilitas olahraga
Fasilitas olahraga merupakan fasilitas yang ditawarkan kepada tamu berupa
lapangan tennis dan kolam renang. Standar internasional untuk lapangan tennis
yaitu 36 x 18 m. Sedangkan Untuk standar kolam renang terbuka yang bukan
digunakan oleh perenang bidang air 200-500 m² kedalaman air 0,50-1,35 m.

b. Standar Kawasan
1. Jalur Aspal
Jalur aspal pada hotel resort merupakan standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur
untuk transportasi pribadi.
2. Jalur Pedestrian
Kebutuhan ruang jalur pejalan kaki untuk berdiri dan berjalan dihitung berdasarkan
dimensi tubuh manusia. Dimensi tubuh yang lengkap berpakaian adalah 45 cm
untuk tebal tubuh sebagai sisi pendeknya dan 60 cm untuk lebar bahu sebagai sisi
panjangnya. Berdasarkan perhitungan dimensi tubuh manusia, kebutuhan ruang
minimum pejalan kaki:
- Tanpa membawa barang dan keadaan diam yaitu 0,27 m²
- Tanpa membawa barang dan keadaan bergerak yaitu 1,08 m²
- Membawa barang dan keadaan bergerak yaitu antara1,35-1,62m²

196
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kebutuhan ruang gerak minimum sebesar 2 meter dengan memperhatikan kondisi


perilaku pejalan kaki dalam melakukan pergerakan, baik pada saat membawa
barang, maupun berjalan bersama (berombongan) dengan pelaku pejalan kaki
lainnya.
3. Vegetasi atau Tanaman
Tinggi dan lebar tanaman merupakan faktor yang harus diperhitungkan dalam
pemilihan maupun penetapan titik tanam. Perlu pemahaman yang benar mengenai
pertumbuhan maksimal, serta kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman.
Adakalanya suatu jenis tanaman tidak dapat tumbuh maksimal karena kondisi
lingkungan yang tidak sesuai dan kurang mendukung, atau karena gangguan
hama/penyakit. Ukuran tanaman dapat diklasifikasikan menjadi pohon kecil (3-6
m), pohon sedang (9-12 m), pohon besar (>12 m), semak/perdu tinggi (3-4,5 m),
semak sedang dan rendah (0,3-2 m), serta penutup lahan (15-30 cm).

5.4 Rencana Desain dan Pengembangan


Rencana Desain bangunan yang di tawarkan di Desa Tanak Awu Kabupaten Pujut
bertemakan Mandalika Convention Hotel dan Resort. Hal ini didasarkan pada kebutuhan
Hotel dan Convention bersakala International yang akan mendukung pemerataan
pembangunan wilayah dan distribusi ekonomi di Kabupaten Lombok Tengah.
Kawasan Pujut sendiri merupakan kawasan Sub KTA Praya-Mandalika juga di
arahkan pada pengembangan wisata MICE. Selain itu kawasan ini juga menghadapi
beberapa isu seperti pembangunan yang tidak berintergrasi, kurangnya keterlibatan
masyarakat, terhambatnya investasi, akses dan fasilitas. Sehingga dengan kehadiran
Mandalika Convention Hotel dan Resort dapat menjawab berbagai isu-isu tersebut.

197
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar : Site Plan Kawasan

198
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Dalam siteplan kawasan tersebut berada di lahan selusa 17 Ha. Dimana Building
Coverrage hanya 30% dan sisanya untuk kegiatan Ruang Terbuka Hijau, dengan ketinggian
bangunan 2-3 lantai. Dalam site plan di atas ada beberapa bangunan yang di rencanakan,
yaitu; Galeri UMKM, International Convention & Exhibition Hall, Hotel Bintang 5 dengan
150 kamar, Cottahe 23 Unit, Open Theater, Masjid, Taman, dan area parkir.

Gambar: Gerbang Depan dan Galeri UMKM

Gambar: Ilustrsi bentuk Masjid

199
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar: Desain tampak dari Atas

200
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

5.5 Estimasi Kebutuhan CAPEX dan OPEX


Capex dan opex adalah dua istilah yang tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas budgeting pada setiap perusahaan (terutama yang berskala besar). Keduanya
mempunyai karakter yang berbeda meskipun sama-sama termasuk dalam jenis pengeluaran.
Selain itu, capex dan opex juga mendapat perlakuan pajak yang berbeda. Berdasar Sunder
(1980), biaya modal investasi dapat dinyatakan sebagai sejumlah uang yang dikeluarkan
untuk keperluan konstruksi atau akuisisi baik untuk fasilitas perusahaan ataupun untuk
peralatan perusahaan.
Biaya modal investasi ini bukan hanya sekedar faktur sementara saat merger terjadi,
kecuali pada saat tahun terjadinya merger, dengan tujuan mengasumsikan perbandingan
yang optimal dengan indikasi laporan neraca atau bagian dari laporan laba rugi. Li (2004)
menyatakan bahwa capital expenditure atau capital Investment merupakan suatu sinyal
yang digunakan para analisator dalam memperdiksi kinerja dimasa mendatang, terlebih dari
itu variabel ini memiliki peranan yang sentral dalam penelitian seputar corporate finance
(Li, 2004).
Dalam pelaksanaanya biaya modal investasi ini meliputi beberapa kegiatan utama
seperti pengembangan perusahaan, eksplorasi perusahaan dan dimungkinkan pula biaya
produksi prabayar yang direncanakan perusahaan. Sartono (2001) menambahkan contoh
lain seperti, perlengkapan sistem distribusi, bangunan, sarana produksi yang baik, serta
penelitian dan pengembangan produk baru. Dalam konsep penilaian investasi oleh Sartono
(2001) berdasar jangka waktunya capital expenditure biasanya dibagi menjadi investasi
jangka menengah, investasi jangka panjang dan jangka pendek, yang lamanya masing-
masing tipe itu adalah 1-5 tahun, > 5 tahun dan < 1 tahun. Sartono (2001) menambahkan,
secara umum investasi jangka panjang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu :
1. Investasi penggantian aset karena sudah usang atau karena adanya teknologi
baru.
2. Investasi ekspansi berupa penambahan kapasitas produksi karena adanya
kesempatan yang lebih baik.
3. Investasi penambahan produk baru atau diversifikasi produk, dan
4. Investasi lain yang tidak termasuk kedalam hal diatas.
Senada dengan pengelompokkan tipe investasi diatas, Echevarria (1997:5)
menyatakan capital expenditure yang dilakukan perusahaan biasanya dapat berupa

201
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

penggantian aset yang usang, modernisasi atau pembaruan aset, dan adopsi teknologi baru.
Berdasar hubungan antar investasi dikenal juga investasi mutually exclusive dan investasi
independen, yang membedakan antar keduanya adalah berpengaruhnya satu sama lain bila
salah satu dipilih untuk dilakukan. Perlu diingat bahwa keputusan investasi ini mencakup
tidak hanya investasi pada aset riil seperti tanah, bangunan, alat kantor, kendaraan dan aset
lainya, namun juga aset finansiil seperti investasi pada saham dan obligasi.
Secara umum capex adalah bentuk investasi dengan nilai yang cukup besar dan
berisiko. Oleh sebab itu, capex perlu dilakukan setelah melalui pertimbangan yang benar-
benar matang baik dari segi nominal pembelanjaan maupun nilai manfaatnya. Aset
perusahaan yang pada dasarnya merupakan capex juga dapat dikategorikan sebagai opex
pada kondisi tertentu. Adapun kondisi ini adalah ketika perusahaan memilih untuk
melakukan sistem sewa atas barang atau aset tersebut dibandingkan membelinya.
Capex dan opex adalah jenis pengeluaran yang dilakukan oleh setiap perusahaan.
Capex merupakan pengeluaran untuk menambah nilai aset dan tidak selalu ada di
dalam budgeting, sedangkan opex merupakan pengeluaran untuk menjaga keberlangsungan
aset dan bersifat reguler sehingga selalu ada di dalam budgeting.
Dalam rangka menciptakan kemajuan pariwisata di Mandalika demi meningkatkan
pendapatan daerah tidak hanya berdampak positif bagi pemerintah daerah dan masyarakat
sekitar, pihak swasta khususnya investor dapat memanfaatkan potensi tersebut dengan
memberi ijin investasi semaksimal mungkin.
Maka dari itu untuk memberikan pelayanan dan fasilitas yang maksimal, besaran
CAPEX yang dibutuhkan adalah sebesar Rp. 458.297.000.000,-. Selain itu, untuk
menciptakan pelayan yang maksimal, biaya OPEX yang dibutuhkan adalah sebesar Rp.
15.510.876.000,-

202
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 6. ANALISA ASPEK EKONOMI DAN KOMERSIAL

6.1 Struktur Transaksi Proyek


6.1.1 Struktur Kepemilikan Aset
Struktur kepemilikan perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui
kinerja suatu perusahaan (Cornett et al, 2005). Salah satu cara mengukur kinerja perusahaan
yaitu dengan melihat dan mengukur tingkat profitabiitas yang dihasilkan oleh perusahaan.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan tingginya
kemampuan perolehan keuntungan perusahaan tersebut. Struktur kepemilikan juga dapat
digunakan sebagai indikator penentu status perusahaan. Status perusahaan dapat dibagi
menjadi 2 (dua) kategori kepemilikan yaitu, kepemilikan yang didominasi asing dan
kepemilikan yang didominasi domestik.
Struktur kepemilikan merupakan berbagai macam bentuk dari kepemilikan suatu
perusahaan atau presentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemegang saham internal
dan pemegang saham eksternal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Wongso, 2013). Struktur
kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan
pendekatan informasi asimetri. Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan untuk
mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Struktur
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk memengaruhi jalannya perusahaan
yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja serta risiko yang dihadapi perusahaan
contohnya risiko keuangan. Sementara menururt Sudana (2011), struktur kepemilikan
merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan. Pemilik atau
pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal ke dalam perusahaan, sedangkan
manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan
dalam mengelola perusahaan, dangan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan
pemilik”.
Menurut Faisal (dalam Sabrinna 2010), struktur kepemilikan merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajmen dan pemegang saham. Menurut
Sugiarto (2009) struktur kepemilikan dipisahkan menjadi dua fungsi yaitu kepemilikan
institusional dan manajerial. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan struktur
kepemilikan institusional untuk mengukur struktur kepemilikan karena kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan lain yang

203
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

berinvestasi pada suatu perusahaan dan umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor
perusahaan
6.1.2 Struktur Transaksi Pendapatan
Pendapatan merupakan peningkatan manfaat dalam bentuk arus kas masuk atau
peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang menyebabkan peningkatan ekuitas, selain
yang terkait dengan kontribusi dari partisipasi ekuitas (Widiyanti, 2017). Pendapatan diakui
pada perioda diperolehnya atau terhimpunnya pendapatan tersebut. Pendapatan dianggap
direalisasikan apabila barang dan jasa, barang dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas
atau klaim atas kas. Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aktiva yang diterima
dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas atau klaim atas kas
dengan jumlah yang diketahui. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas
bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan untuk
mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu, yakni apabila proses
menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip di atas, yaitu :
1. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya
diinterpretasikan sebagai tanggal penyerahan pada pelanggan.
2. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa diakui ketika jasa-jasa itu
telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan
seperti bunga, sewa dan royalti diakui sesuai dengan berlakunya waktu atau
ketika aktiva itu digunakan.
4. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan.
Pengukuran pendapatan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 tentang pendapatan menyatakan bahwa
pendapatan bersumber dari:
- Penjualan barang;
- Penjualan jasa;
- Penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga,
royalty, dan deviden.

204
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

6.1.3 Struktur Transaksi Biaya


Biaya transaksi adalah biaya selain harga barang/jasa yang dikeluarkan dalam
perdagangan barang/jasa. Biaya transaksi ini terjadi karena adanya informasi yang tidak
sempurna (imperfect information) dan keterbatasan dalam mengolah informasi tersebut.
Biaya transaksi dikategorikan sebagai biaya yang dikeluarkan diluar atau selain dari biaya
produksi. Keberadaan biaya ini akan meningkatkan total biaya yang akan dikeluarkan dalam
sebuah usaha. Tingginya biaya yang akan dikeluarkan pelaku usaha karena adanya biaya
transaksi akan mengakibatkan perbedaan harga yang diterima oleh konsumen dan harga
yang diterima oleh produsen.
Coase dalam Moss (2013) mengatakan bahwa biaya transaksi adalah biaya yang
tidak dapat terhindarkan. Setiap pertukaran yang terjadi baik pertukaran barang/jasa ataupun
pertukaran informasi akan menghasilkan sebuah biaya pertukaran yaitu biaya transaksi.
Keberadaan biaya transaksi akan membuat pengalokasian dana untuk biaya yang harus
dikeluarkan akan semakin bertambah. Namun hal ini dapat berkontribusi dalam perbaikan
usaha itu sendiri sebab dengan teridentifikasinya biaya transaksi maka keuntungan usaha
bisa dikendalikan dengan baik. D’Hondt (2008) mengatakan bahwa biaya transaksi yang
rendah secara otomatis akan meningkatkan keuntungan yang dalam hal ini berarti bahwa
peningkatan biaya transaksi akan menurunkan tingkat keuntungan. Oleh sebab itu, biaya
transaksi pada akhirnya akan mengakibatnya terjadinya inefisiensi keuntungan yang akan
diterima oleh pelaku usaha atau produsen. Pada kegiatan pengadaan input, biaya transaksi
diduga akan mempengaruhi harga input sedangkan pada kegiatan penjualan output, biaya
transaksi diduga akan mempengaruhi harga output.
Semakin tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi, berarti tidak
efisien kelembagaan yang didesain. Alat analisis ekonomi biaya transaksi masih mengalami
beberapa hambatan, pertama, secara teoritis masih belum terungkap secara tepat definisi
biaya transaksi itu sendiri. Kedua, setiap kegiatan ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga
variabel dari biaya transaksi juga selalu berlaku khusus. Tanpa ada definisi yang jelas
tentang biaya transaksi menyebabkan kesulitan untuk merumuskan variabel-variabelnya.
Ketiga, meskipun definisi dan variabel sudah dapat dirumuskan dengan baik dan jelas,
masalah yang muncul adalah bagaimana mengukurnya. Pengukuran ini merupakan isu yang
sangat strategis karena berdampak pada akurasi sebuah analisis kelembagaan, terutama
untuk melihat efisiensinya (Yustika 2006:103).

205
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

6.2 Proyeksi Struktur Pendapatan dan Biaya


6.2.1 Struktur Pendapatan dan Biaya
Pendapatan hotel bersumber dari penjualan kamar, makanan, minuman dan
pendapatan lain (biassa disebut minor operated depatmend sales seperti cucian, kolam
renang dan lain-lain). Adapun biaya-biaya dan harga pokok terjadi untuk biaya bahan habis
pakai di setiap bagian hotel, harga pokok makanan dan minuman, biaya administrasi dan
umum, biaya pemasaran, biaya bunga, biaya depresiasi dan amortisasi, biaya sumber daya
manusia, biaya pemeliharaan sarana fisik hotel, biaya energi dan laba/rugi yang dhasilkan.
Untuk efisiensi dan mempermudah pekerjaan bagian akuntansi, transaksi harian
penjualan produk dan jasa dicatat dalam buku khusus penjualan, di akhir periode akuntansi
baru dibuatkan jurnal khusus penjualan. Usaha hotel mempunyai sumber pendapatan utama
yang berasal dari penjualan kamar (Room Revenue), penjualan makanan dan penjualan
minuman (Food and Beverage Revenue), di mana di satu sisi menjual jasa dan di sisi lainnya
menjual barang. Berbeda dengan usaha-usaha lainnya, penjualan pada usaha hotel
mempunyai keunikan tersendiri, yaitu:
a. Produk yang dijual merupakan kombinasi antara barang dan jasa.
b. Penjualan pada usaha hotel biasanya mempunyai volume yang tinggi dengan
harga individu yang relatif rendah, hampir sama dengan usaha retail.
c. Produk berbentuk barang yang dijual dihasilkan melalui proses produksi seperti
yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.
d. Perusahaan harus mempunyai persediaan kapasitas (capacity stocks) untuk
dapat menjual produk berupa jasa.
e. Penjualan atas produk dan jasa dibebani pajak dan service (tax and service).
Pada siklus penjualan akan melibatkan akun piutang usaha (city ledger, guest ledger,
credit card), akun kas dan setara kas, akun penjualan, akun hutang pajak PHR (Government
Tax), dan memungut uang jasa pelayanan kepada para konsumen atas nama karyawan.
Secara periodik, uang service yang terkumpul dibagikan kepada karyawan, biasanya setelah
dikurangi loss and breakage (kehilangan dan kerusakan).

6.2.2 Analisa Permintaan Pasar


Permintaan pasar merupakan jumlah total suatu barang yang ingin dibeli oleh setiap
konsumen pada setiap tingkat harga, atau dengan kata lain merupakan penjumlahan

206
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

permintaan individual. Permintaan individual adalah jumlah suatu barang yang dibeli oleh
konsumen pada setiap tingkat harga (Suryawati 2005 :15).
Permintaan Pasar = f ( Px,Ii )
= f ( Px, Ia)+Fb ( Px,Ib )
= a fi ( Px,Ii )………………………………………..( 2.2 )
Dimana Px adalah harga barang x, Ia adalah pendapatan konsumen A, Ib adalah
pendapatan konsumen B. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan alasan permintaan
konsumen terhadap suatu barang dapat berubah, yaitu :
1. Harga barang itu berubah sedang faktor yang lain tetap Perubahan ini hanya
menyebabkan pergerakan di sepanjang kurva permintaan.
2. Salah satu atau lebih faktor-faktor lain berubah (tidak ada lagi ceteris paribus).
Perubahan ini menyebabkan terjadi pergeseran seluruh kurva permintaan. Kenaikan
permintaan akan menyebabkan kurva permintaan bergerak naik ke kanan. Sebaliknya jika
permintaan turun makan kurva permintaan akan bergesr turun ke kiri. Adapun faktor-faktor
pembentuk keadaan ceteris paribus adalah :
- Pendapatan : bila pendapatan konsumen naik maka permintaan akan naik dan
sebaliknya, Namun untuk kasus barang inferior peningkatan pendapatan justru
akan mengurangi permintaan suatu barang.
- Jumlah konsumen di pasar : peningkatan konsumen akan meningkatkan
permintaan suatu barang di pasar.
Selera atau preferensi konsumen : bila selera konsumen terhadap suatu barang naik,
maka kurva permintaan akan bergeser ke kanan, yang berarti di setiap tingkat harga
konsumen akan menambah konsumsinya.

6.3 Asumsi Makroekonomi untuk Analisa Kelayakan Keuangan Proyek


6.3.1 Pertumbuhan Ekonomi
Nusa Tenggara Barat (NTB) ini berada pada peringkat 108 dari daftar pulau kecil di
dunia. Mengingat Lombok merupakan pulau kecil, maka segala pembangunan dan
pengembangan termasuk pengembangan kepariwisataannya yang idealnya menitikberatkan
pada aspek keberlanjutannya, baik itu dalam aspek ekonomi, sosial budaya, maupun
lingkungan. Pembangunan ekonomi daerah dengan pembangunan ekonomi wilayah
memiliki hubungan timbal balik sebagaimana pembangunan daerah dengan tujuan untuk

207
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di wilayah. Pembangunan ekonomi


daerah atau wilayah merupakan sebuah proses yang melibatkan pemerintah setempat dan
masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk pola kemitraan
antar pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu daerah/wilayah (Arsyad,
1999). Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah atau wilayah adalah untuk
menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah/wilayah.
Untuk mendukung tercapainya pembangunan daerah/wilayah maka pemerintah
daerah/wilayah harus mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerah atau wilayahnya dengan
memperhatikan kondisi perekonomian masyarakat, potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan infrastruktur. Pembangunan ekonomi dapat diukur berdasarkan besaran nilai
dari produk domestik regional bruto (PDRB)nya. Adanya pertumbuhan dan peningkatan
produk domestik regional bruto (PDRB) dari tahun ke tahun merupakan suatu tolak
ukur/indikator keberhasilan pembangunan daerah.
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui
pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa
yang dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi dimiliki
oleh residen atau non residen. PDRB Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 sebesar Rp.
17,88 triliun rupiah. Angka ini bertambah Rp. 1,17 triliun rupiah dibanding tahun
sebelumnya.
PDRB per kapita dapat mengindikasikan perekonomian masyarakat. Selama lima
tahun terakhir, PDRB per kapita Lombok Tengah selalu di atas Rp. 14 juta rupiah/tahun.
Pada tahun 2019, PDRB per kapita Lombok Tengah mencapai Rp. 18,87 juta rupiah. Ini
menunjukkan secara rata-rata setiap penduduk Lombok Tengah menerima pendapatan
sebesar Rp. 18,87 juta rupiah selama tahun 2019. PDRB per kapita tumbuh 6,07% di tahun
2019. Hal ini menunjukkan perekonomian Lombok Tengah bangkit setelah gempa melanda
Lombok tahun 2018.

208
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 107. Perekonomian Kabupaten Lombok Tengah 2019

Sumber: BPS Lombok Tengah 2020

Struktur perekonomian Lombok Tengah tahun 2019 masih sama seperti tahun
sebelumnya. Lapangan usaha pertanian masih mendominasi perekonomian Lombok Tengah
tahun 2019. Lapangan usaha ini berperan 24,80%. Diikuti Jasa Transportasi dan
Pergudangan, yang menyumbang 17,33% dalam pembentukan ekonomi Lombok Tengah.
Kontribusi lapangan usaha ini menurun dibanding tahun sebelumnya akibat dampak gempa
Lombok tahun 2018. Tiap tahun presentase angkatan kerja yang bekerja di sector pertanian
menurun, sedangkan presentase angkatan kerja yang bekerja di sector industry meningkat.
Konstruksi masih berada di posisi ketiga dalam perekonomian Lombok Tengah,
menyumbang 13,62 persen. Dan lapangan usaha Perdagangan menyumbang 11,84%.
Sedangkan lapangan usaha lain hanya menyumbang dibawah 6%. Dari sisi pertumbuhan,

209
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

perekonomian Lombok Tengah tumbuh 4,07% tahun 2019 karena meningkatnya proyek-
proyek infrastruktur seperti pembangunan gedung kantor pemerintah, kampus politeknik
pariwisata, pengembangan kawasan KEK Mandalika, pembangunan pasar, serta perbaikan
saluran irigasi maupun jalan raya. Konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi diantara 16
sektor lainnya, yakni mencapai 14,91%. Hal ini sejalan dengan menggeliatnya
pembangunan infrastruktur di Kabupaten Lombok Tengah. Penggalian Lainnya memiliki
pertumbuhan tertinggi kedua di tahun 2019 mencapai 12,83%. Kemudian diikuti oleh
Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 9,59% dan Jasa Pendidikan tumbuh 7,26%. Sedangkan
Transportasi mengalami kontraksi 5,6% karena penurunan jumlah penumpang pesawat
yang berangkat dari Bandara ZAM sebagai dampak gempa Lombok, harga tiket mahal dan
bagasi berbayar.
Sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019 didominasi
oleh Konstruksi mencapai 1,95%. Kemudian diikuti oleh Lapangan usaha Perdagangan
peranannya 0,72% dan Penggalian sebesar 0,57 persen dalam pembentukan pertumbuhan
ekonomi Lombok Tengah. Pertanian menyumbang 0,43%, sedangkan lapangan usaha
lainnya hanya menyumbang dibawah 0,4%.
Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 679,01 ribu
orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Lombok Tengah sebesar
71,13% dimana TPAK laki-laki lebih besar dari TPAK 4 perempuan. Lapangan usaha
angkatan kerja Kabupaten Lombok Tengah yang bekerja sekitar 97,56% atau sebanyak
471,16 ribu orang. Jika dilihat berdasarkan lapangan pekerjaan utama, mayoritas penduduk
berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berkecimpung di sektor pertanian, yaitu sekitar
32,4%. Mengalami penurunan beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah
karena penduduk banyak yang beralih dari sektor pertanian ke sektor lain. Selain itu juga,
petani mulai beralih menggunakan mesin untuk mengolah pertaniannya sehingga tenaga
kerja yang terserap berkurang.

210
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 30. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Menurut
Kelompok Umur dan Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019
Pertanian,
Perkebunan, Listrik,
Kelompok Pertambangan
Kehutanan, Industri Gas, dan Konstruksi
Umur dan Penggalian
Perburuan & Air Minum
Perikanan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
15-19 23,58 0,00 21,24 1,98 14,38
20-24 21,39 0,00 22,27 0,00 12.82
25-29 17,31 0,00 26,76 1,09 10.37
30-34 19,00 0,00 21,71 0,00 16,03
35-39 26,04 0,74 23,30 0,58 15.32
40-44 42,01 0,00 23,37 0,38 11,75
45-49 37,83 0,00 17,99 0,66 10,35
50-54 45,51 0,00 17,97 0,00 9,27
55-59 47,28 0,00 15,73 0,00 5.13
60+ 51,27 0,00 16,43 0,00 4.75
Jumlah 32,40 0,09 21,12 0,42 11,34
Sumber: Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019

Tabel 31. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Menurut
Kelompok Umur dan Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2019
Lembaga
Perdagangan, Keuangan,
Transportasi, Jasa
Rumah Real Estate,
Kelompok Pergidangan Kemasyarakatan,
Makan dan Usaha Jumlah
Umur dan Sosial dan
Jasa Persewaan
Komunikasi Prorangan
Akomodasi & Jasa
Perusahaan
(1) (7) (8) (9) (10) (11)
15-19 25,67 3,10 4,26 5,79 100,00
20-24 26,71 2,62 1,70 12,04 100,00

211
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Lembaga
Perdagangan, Keuangan,
Transportasi, Jasa
Rumah Real Estate,
Kelompok Pergidangan Kemasyarakatan,
Makan dan Usaha Jumlah
Umur dan Sosial dan
Jasa Persewaan
Komunikasi Prorangan
Akomodasi & Jasa
Perusahaan
25-29 24,47 1,65 1,09 17,27 100,00
30-34 23,77 1,73 2,49 15,28 100,00
35-39 14,04 7,23 1,02 11,73 100,00
40-44 14.58 0,61 0,00 7,30 100,00
45-49 19,79 2,97 0,00 10,41 100,00
50-54 15,80 0,83 0,00 10,63 100,00
55-59 18,75 2,00 0,00 11,11 100,00
60-64 22,87 2,90 0,00 1,78 100,00
Jumlah 20,25 2,61 0,95 10,83 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2019

Tabel 32. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut yang Bekerja Status
Pekerjaan Utama di Kabupaten Lombok Tengah tahun 2017, 2018, dan 2019
Pekerja Pekerja
Tahun Berusaha Buruh/Karyawan Jumlah
Bebas Keluarga
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2017 41,59 16,23 26,11 16,07 100,00
2018 47,84 19,82 18,68 13,65 100,00
2019 45,36 17,47 23,26 13,90 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2017, 2018 dan 2019
Tahun Formal Informal Jumlah
(1) (2) (3) (4)
2017 17,26 82,74 100,00
2018 21,32 78,68 100,00
2019 19,17 80,83 100,00

212
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

6.3.2 Nilai Tukar


Selama kurun waktu 2015-2019 nilai tukar mata uang Indonesia, rupiah terhadap
beberapa mata asing adalah sebagai berikut:

Tabel 33. NIlai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing Tahun 2015-2019
Tahun
Nama Mata Uang
2015 2016 2017 2018 2019
Dollar Australia 10.064 9.724 10.557 10.211 9.739
Euro 15.070 14.162 16.174 16.560 15.589
Poundsterling Inggris 20.451 16.508 18.218 18.373 18.250
Dollar Hongkong 1.780 1.732 1.733 1.849 1.785
Yen Jepang 115 115 120 131 127,97
Ringgit Malaysia 3.210 2.996 3.335 3.493 3.397
Dollar Singapura 9.751 9.299 10.134 10.603 10.321
Dollar Amerika 13.795 13.436 13.548 14.481 13.901
Sumber: www.bps.go.id

Dari tabel dapat dilihat tren nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Untuk
tahun 2020 saat ini nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah Rp. 14.165,-

6.3.3 Inflasi
Inflasi adalah naiknya harga-harga barang dan jasa di suatu negara dalam jangka
waktu panjang atau berkelanjutan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
ketersediaan barang dan uang. Intinya walaupun masyarakat memiliki uang yang banyak
tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya inflasi. Setelah membahas tentang
pengertian inflasi, selanjutnya akan dibahas mengenai penyebab, dampak,
penghitungannya, dan cara mengatasi inflasi.
Inflasi tidak semata-mata terjadi begitu saja, ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan terjadinya inflasi. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya inflasi.
1. Demand atau Meningkatnya Permintaan
Inflasi yang terjadi akibat meningkatnya permintaan dari masyarakat.
Meningkatnya permintaan barang dan jasa tertentu adalah salah satu hal yang
bisa menyebabkan terjadinya inflasi.

213
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Hal ini terjadi karena kebutuhan-kebutuhan terhadap barang atau jasa


yang diminta tidak tersedia. Sementara permintaan masyarakat terhadapnya
semakin tinggi, dan hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya kelangkaan
barang di pasaran.
Tidak hanya permintaan yang tinggi dari masyarakat dalam negeri,
tetapi meningkatnya permintaan barang untuk diekspor ke luar negeri juga
menjadi salah satu penyebab inflasi. Selain itu meningkatnya permintaan
perbelanjaan untuk pemerintah dan pihak swasta juga menjadi faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya inflasi.
2. Meningkatnya Biaya untuk Produksi
Inflasi yang disebabkan karena meningkatnya biaya untuk produksi.
Disaat permintaan terhadap suatu barang sedang tinggi-tingginya tetapi bahan
baku yang akan digunakan juga menjadi langka karena hal tersebut. Inilah faktor
penyebab inflasi lainnya.
Barang-barang tersebut akan menjadi jauh lebih mahal dibanding
sebelumnya, sementara perusahaan-perusahaan terkait harus tetap
memproduksi barang yang sedang diminta oleh pasaran.
Sehingga produksi yang dilakukan pun menjadi ikut tersendat. Tidak
hanya itu, naiknya harga bahan bakar dan upah para buruh juga menjadi kendala
bagi perusahaan-perusahaan produsen.
Sehingga membuat mereka tidak bisa memenuhi permintaan di pasaran.
Sementara permintaan masyarakat semakin tinggi terhadap barang atau jasa
yang diinginkan. Terjadilah ketidakseimbangan yang menyebabkan terjadinya
inflasi.\
3. Tingginya Peredaran Uang
Inflasi yang satu ini disebabkan oleh tingginya peredaran uang di
masyarakat, sehingga menjadi lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal ini bisa
terjadi ketika jumlah barang di pasaran sedang tetap, tetapi uang yang beredar
di masyarakat mencapai dua kali lipat.
Maka bisa terjadi kenaikan pada harga-harga barang tersebut, bahkan bisa
mencapai kenaikan hingga 100%. Ketidakseimbangan antara arus jumlah

214
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

barang dan uang yang beredar di masyarakat inilah yang menyebabkan


terjadinya inflasi.
Itulah alasan mengapa pemerintah tidak semata-mata mencetak uang yang
banyak untuk melunasi hutang negara dan lain-lain. Karena saat jumlah uang
yang beredar lebih banyak maka dapat menyebabkan terjadinya inflasi di negara
tersebut.
Inflasi tidak selalu memberikan dampak yang negatif bagi perekonomian,
ada beberapa hal positif yang ditimbulkan dari adanya inflasi ini. Berikut ini
adalah dampak-dampak inflasi di setiap bidang baik itu dampak negatif maupun
dampak positif.

Dampak Inflasi Bagi Pendapatan


Disaat inflasi akan ada sebagian orang yang terkena dampak baik dan dampak buruk
dalam hal pendapatannya. Hal positif ini akan dirasakan oleh pengusaha saat terjadinya
inflasi lunak.
Mereka akan memperluas kegiatan produksi sehingga dapat meningkatkan
perekonomiannya. Sementara hal negatif akan dirasakan oleh para pekerja yang
berpenghasilan tetap. Karena nilai uang yang mereka dapatkan tetap, sementara harga
barang atau jasa naik.

Dampak Inflasi di Bidang Ekspor


Dampak yang kurang menguntungkan akan dirasakan oleh para pegiat ekspor.
Karena biaya ekspor akan melambung tinggi saat terjadinya inflasi. Tidak hanya itu barang-
barang ekspor tersebut akan kalah saing dengan barang ekspor dari negara lain. Akibatnya
turunlah pendapatan devisa dari hasil ekspor.

Dampak Inflasi untuk Minat Menabung


Saat terjadinya inflasi minat seseorang untuk menabung menjadi berkurang. Karena
bunga yang didapatkan akan menjadi lebih kecil, sementara mereka harus tetap membayar
uang administrasi tabungannya.

215
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Dampak Inflasi Terhadap Harga Bahan Pokok


Inflasi yang terjadi menyebabkan sulitnya untuk menetapkan harga suatu bahan
pokok. Karena harga yang ditetapkan bisa saja terlalu besar ataupun terlalu kecil. Prediksi
yang dilakukan untuk memprediksi inflasi di masa mendatang seringkali tidak tepat.
Hal inilah yang menjadi penyebab penetapan untuk harga jual dan harga pokok
menjadi tidak tepat. Sehingga membuat produsen menjadi kesulitan dan ekonomi menjadi
kacau.

Penghitungan Inflasi
Laju inflasi dapat dihitung dengan beberapa cara. Berikut ini adalah cara-cara untuk
menghitungnya.
 Menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK): Cara ini merupakan cara yang
paling sering digunakan untuk menghitung laju inflasi. Yaitu dengan cara
menghitung harga rata-rata dari barang yang telah dibeli oleh para konsumen.
 Deflator PDB: Cara ini digunakan dengan cara menghitung besarnya perubahan
yang terjadi pada harga barang-barang tertentu. Seperti harga barang produksi dalam
negeri, harga barang baru, harga barang jadi, dan juga harga jasa.
 Menggunakan Indeks Harga Produsen: Cara ini dilakukan dengan cara
menghitung harga yang dibutuhkan produsen untuk melakukan sebuah produksi.
Misalnya menghitung harga bahan-bahan baku yang akan digunakan dan juga harga
upah para buruh.
 Menggunakan Indeks Harga Komoditas: Cara yang satu ini dilakukan dengan
menghitung harga-harga dari barang tertentu yang sudah ditentukan.
 Menghitung Indeks Biaya Hidup: Cara yang satu ini digunakan dengan cara
menghitung biaya kehidupan masyarakat sehari-harinya.

Cara Mengatasi Inflasi


Inflasi merupakan kejadian alamiah yang pasti terjadi. Tidak ada negara yang dapat
menghindari terjadinya inflasi. Untuk itu berikut adalah cara untuk mengatasi inflasi.
1. Menggunakan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah untuk menangani masalah inflasi dengan cara
mengatur pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Caranya dengan

216
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

menghemat pengeluaran pemerintah, cara yang satu ini sudah terbukti bisa
mengatasi inflasi di suatu negara.
Selain mengurangi pengeluarannya, pemerintah dapat melakukan cara lain
yakni dengan menaikkan tarif pajak rumah tangga maupun perusahaan. Cara
ini dapat menurunkan tingkat konsumsi para konsumen, sehingga harga barang
dapat turun.
2. Menggunakan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter bertujuan untuk menjaga kestabilan moneter, sehingga
kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Cara dari kebijakan moneter
yang pertama adalah dengan membatasi jumlah uang yang beredar. Bank
sentral harus mengambil keputusan dan menentukan ketersediaan uang kas
pada bank-bank lain.

Cara lainnya yakni dengan menaikkan nilai bunga, sehingga banyak orang yang
berminat untuk menabung. Cara selanjutnya adalah dengan menggunakan kebijakan operasi
pasar terbuka yang artinya adalah menjual surat-surat berharga untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar. Berikut merupakan tabel tren inflasi di Indonesia:

Gambar 108. Tren Inflasi di Indonesia Tahun 2015-2019

Sumber: www.bps.go.id

217
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

6.3.4 Suku Bunga


Dalam analisa perhitungan nilai investasi untuk pengembangan lokasi nomor 5,
digunakan nilai suku Bungan sebesar 10%

6.3.5 Perpajakan
Pemerintah memberikan kepastian dan sekaligus memberikan daya tarik bagi
penanam modal melalui penetapan Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas dan Kemudahan
di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan pertimbangan bahwa dalam rangka
peningkatan penanaman modal dan percepatan pelaksanaan berusaha di Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) yang dapat menunjang pengembangan ekonomi nasional dan pengembangan
ekonomi di wilayah tertentu untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi
Khusus. Atas dasar pertimbangan tersebut, pada 20 Februari 2020, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) telah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus.
Menurut PP Nomor 12 Tahun 2020, Kawasan ekonomi Khusus (KEK) adalah
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu. Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan pada bidang usaha
di KEK akan mendapatkan fasilitas dan kemudahan berupa:
a. Perpajakan, kepabeanan, dan cukai;
b. Lalu lintas barang;
c. Ketenagakerjaan;
d. Keimigrasian;
e. Pertanahan dan tata ruang;
f. Perizinan berusaha; dan/atau
g. Fasilitas dan kemudahan lainnya.

Bidang usaha di KEK, sebagaimana dimaksud dalam PP ini, meliputi:


a. Pembangunan dan pengelolaan KEK;
b. Penyediaan infrastruktur KEK;
c. Industri pengolahan hulu sampai hilir komoditi tertentu;

218
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

d. Industri manufaktur produk tertentu;


e. Pengembangan energi;
f. Pusat logistik;
g. Pariwisata;
h. Kesehatan;
i. Pendidikan;
j. Riset dan pengembangan teknologi;
k. Jasa keuangan;
l. Industri kreatif; dan
m. Bidang usaha lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Nasional.

Fasilitas dan kemudahan perpajakan, kepabeanan, dan cukai, sebagaimana dimaksud


dalam PP tersebut adalah berupa:
a. Pajak Penghasilan;
b. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah;
c. Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor; dan/atau
d. Cukai.
Menurut PP ini, Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha yang melakukan Penanaman
Modal pada Kegiatan Utama dapat memperoleh pengurangan Pajak Penghasilan badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Kegiatan Utama yang dilakukan. Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tidak dipungut, menurut PP ini, atas:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu dan/atau Barang Kena Pajak tidak
berwujud di KEK oleh Pengusaha dari TLDDP atau selain TLDDP kepada
Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha;
b. Impor Barang Kena Pajak tertentu oleh Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha;
c. Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu antar Badan Usaha, antar Pelaku Usaha,
atau antar Badan Usaha dengan Pelaku Usaha;
d. Penyerahan Jasa Kena Pajak dan/atau Barang Kena Pajak tidak berwujud
termasuk jasa persewaan tanah dan/atau bangunan untuk jangka waktu paling
singkat 5 (lima) tahun di KEK oleh Pelaku Usaha dan/atau Badan Usaha kepada

219
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pelaku Usaha lainnya dan/atau Badan Usaha di KEK yang sama atau KEK
lainnya;
e. Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu oleh Pengusaha dari TLDDP atau selain
TLDDP kepada Badan Usaha/Pelaku Usaha: dan
f. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam KEK oleh Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha.
Berdasarkan Pasal 20, Fasilitas dan kemudahan Kepabeanan yang diberikan bagi
Badan Usaha di KEK meliputi pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut Pajak Dalam
Rangka Impor atas impor barang modal dalam rangka pembangunan atau pengembangan
KEK. Perpindahan barang antar Pelaku Usaha di KEK, menurut PP ini, diberikan fasilitas
dan kemudahan berupa:
a. Penangguhan atau pembebasan bea masuk;
b. Pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau
bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan
barang kena cukai;
c. Tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor; dan/atau
d. Tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Dalam PP ini, pelaku usaha di KEK Pariwisata diberikan fasilitas kepabeanan
dan/atau cukai atas pemasukan barang modal dan/atau bahan baku usaha bagi kegiatan:
a. Penyediaan akomodasi;
b. Pusat pertemuan dan konferensi;
c. Marina dan/atau dermaga khusus kapal wisata;
d. Bandara khusus wisata;
e. Jasa transportasi wisata;
f. Pengembangan resort dan hunian;
g. Jasa makanan dan minuman;
h. Pusat perbelanjaan;
i. Pusat hiburan dan rekreasi;
j. Pusat edukasi dan/atau pelatihan;
k. Pusat dan sarana olahraga;
l. Pusat kesehatan;

220
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

m. Pusat perawatan lanjut usia (retirement center); dan/atau


n. Kegiatan lain yang mendukung pariwisata yang ditetapkan oleh Dewan
Nasional.
Pemerintah daerah menetapkan pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas
pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
retribusi daerah, yang diberikan paling rendah 50% (lima puluh persen) dan paling tinggi
100% (seratus persen). ‘’Wajib Pajak yang telah mendapatkan fasilitas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, namun tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan/atau Pasal 32 ayat (1) berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Fasilitas Pajak Penghasilan yang telah diberikan dapat dicabut;
b. Fasilitas Pajak Penghasilan yang telah dinikmati yang melekat pada harta yang
digunakan untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas atau dialihkan tersebut
dicabut dan ditambahkan pada penghasilan kena pajak dalam tahun pajak
dilakukannya pengalihan harta;
c. Dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan; dan/atau
d. Tidak dapat lagi diberikan fasilitas Pajak Penghasilan,’’ bunyi Pasal 33.
Pelaku Usaha di KEK, menurut PP ini, bertanggung jawab atas Bea Masuk, Cukai,
dan/atau Pajak Dalam Rangka Impor yang terutang atas barang impor. Dalam PP ini, Pelaku
Usaha di KEK dibebaskan dari tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam
hal barang impor:
a. Musnah tanpa sengaja; atau
b. Dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai.
Badan Usaha dan Pelaku Usaha yang memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 wajib menggunakan barang yang diimpor sesuai
dengan tujuan pemasukannya.

221
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

6.4 Model Finansial


6.4.1 3-Way Financial Model
1) Proyeksi Laba Rugi
Proyeksi laba rugi adalah perkiraan keuangan yang mengambarkan hasil-
hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih
antara pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur
aliran masuk aset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau jasa.
Proyeksi laba rugi menunjukan perkiraan penghasilan dan biaya operasi, bunga,
pajak, dan laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan. Proyeksi laba rugi dirancang
untuk menunjukan kepada pemegang saham dan kreditur, apakah perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan.
Proyeksi laba rugi merupakan perkiraan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau
operasional, dan aktivitas-aktivitas ini perlu diperkirakan dengan semestinya agar
investor memperoleh informasi yang relevan. Beberapa elemen pokok dalam
proyeksi laba-rugi antara lain yaitu pendapatan operasional, beban operasional, dan
untung atau rugi (gain or loss). Pendapatan didefinisikan sebagai aset masuk selama
periode dimana perusahaan mempoduksi dan menyerahkan barang yang merupakan
operasi pokok perusahaan. Beban operasional didefinisikan sebagai aset keluar
selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang. Untung
(gain) didefinisaikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat
insidental. Rugi (loss) didefinisikan sebagai penurunan modal saham dari transaksi
yang bersifat insidental.
2) Proyeksi Neraca
Proyeksi neraca adalah perkiraan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Neraca perusahaan ini
disusun berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva
(asets) sama dengan kewajiban (liabilities) ditambah modal saham (stock equities).
Neraca menunjukan aktiva, utang, dan modal sendiri suatu perusahaan pada hari
terakhir periode akuntansi. Tujuannya adalah untuk menunjukan posisi keuangan
suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-

222
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

buku ditutup dan di entukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun
kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Asset.
Neraca merupakan laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit
usaha pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumberdaya ekonomis (asset),
kewajiban ekonomis (utang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut.
Dengan demikian neraca dapat meringkaskan posisi keuangan suatu perusaahaan
pada tanggal tertentu. Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk
menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional,
dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu.
3) Proyeksi Arus Kas
Proyeksi arus kas digunakan untuk menganalisis dan memberikan informasi
mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Proyeksi aliran kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari
kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.
Tujuan utama dari analisis proyeksi kas adalah untuk menaksir kemampuan
perusahaan menghasilkan kas.
Metode penyusunan proyeksi arus kas dibagi menjadi dua, yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung mengkonversikan pos-pos
laporan laba rugi dari dasar akrual ke dasar kas/tunai yang titik tolak pada
penerimaan kas dari penjualan dan pengeluaran kas untuk pembelian, beban operasi,
pajak, dan lain-lain. Metode tidak langsung menyesuaikan laba rugi bersih dengan
mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, unsur
penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendapatan.

6.4.2 Arus Kas Bersih Ke Perusahaan (FCFF) dan Arus Kas Bersih Ke Ekuitas
(FCFE)
1) Net Present Value (NPV)
Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang
memperhatikan nilai waktu dari uang. Metode ini menggunakan suku bunga
diskonto yang akan mempengaruhi cash inflow atau arus dari uang. Berbeda
dengan metode payback period dan return on investment yang tidak

223
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

memperhatikan nilai waktu dari uang (time value of money) atau time preference
of money. Dalam metode ini satu rupiah nilai uang sekarang lebih berharga dari
satu rupiah nilai uang pada kemudian hari, karena uang tersebut dapat
diinvestasikan atau ditabung atau didepositokan dalam jangka waktu tertentu
dan akan mendapatkan tambahan keuntungan dari bunga.

2) Internal Rate of Return (IRR)


Analisis lain untuk mengetahui apakah proyek yang dilakukan layak
atau tidak adalah IRR atau Internal Rate of Return. IRR merupakan indikator
tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek atau investasi dapat
dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar apabila
dibandingkan dengan laju pengembalian saat sesorang melakukan investasi di
tempat lain. IRR menjadi indikator apakan sebuah proyek dikatakan
menguntungkan atau tidak. Nilai IRR sendiri merupakan jumlah bunga dimana
nilai NPV dari biaya dan keuntungan mencapai titik seimbang. Apabila nilai
IRR lebih besar dibandingkan dengan bunga pengembalian, maka proyek
dianggap menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai IRR lebih kecil
dibandingkan bunga pengembalian, maka proyek tidak menguntungkan pihak
investor.

6.5 Kelayakan Keuangan Proyek


6.5.1 Review Estimasi CAPEX dan OPEX serta Jadwal Konstruksi
Capex dan opex adalah dua istilah yang tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas budgeting pada setiap perusahaan (terutama yang berskala besar). Keduanya
mempunyai karakter yang berbeda meskipun sama-sama termasuk dalam jenis pengeluaran.
Selain itu, capex dan opex juga mendapat perlakuan pajak yang berbeda.
Capex adalah salah satu jenis pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan terutama
yang telah berskala besar. Anggaran capex sebuah perusahaan pun relatif besar sehingga
perlu direncanakan dengan sangat baik melalui berbagai pertimbangan, baik dari segi
nominal maupun fungsionalitas.
Pengertian Capital expenditure (CAPEX) atau yang biasa disingkat capex
adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli, memperbaiki, atau

224
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

merawat aset jangka panjang demi keberlangsungan bisnisnya. Dalam kata lain, capex
dimaksudkan untuk memperkuat perusahaan dalam meningkatkan profit yang dicita-
citakan.
Adapun jenis aset yang dimiliki merupakan aset tetap dan tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali di kemudian hari. Aset tersebut digunakan dalam jangka panjang (lebih dari satu
periode akuntansi) dan dipakai selama perusahaan beroperasi.
Pengeluaran capex biasanya dilakukan di fase awal perusahaan beroperasi. Kendati
demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa sebuah perusahaan juga memiliki capex
ketika sudah berjalan selama beberapa tahun. Kondisi ini biasanya terjadi saat perusahaan
melakukan proyek baru yang mendukung peningkatan profit. Seperti misal, sebuah
perusahaan telekomunikasi harus menganggarkan sejumlah dana capex setiap beberapa
periode untuk melakukan perluasan jaringan sehingga semakin banyak konsumen yang
dapat terjangkau. Dengan semakin banyaknya jumlah dan kepuasan konsumen, maka
potensi meningkatnya laba jadi semakin besar. Oleh karena itu, capex juga dapat disebut
sebagai pengeluaran untuk investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tidak lain
karena aset hasil pembelanjaan tersebut menjadi pendukung kegiatan operasional bisnis
agar berjalan lancar dan baik.
Beberapa jenis capex menurut Saphiro (2005) adalah sebagai berikut:
Equipment Replacement
Pada jenis ini, penggunaan capex adalah untuk melakukan penambahan aset karena
adanya kebutuhan baru maupun sudah tidak berfungsinya (atau usang) aset lama. Seperti
contoh, perusahaan A melakukan pengeluaran untuk belanja komputer dan laptop untuk
mengganti perangkat serupa yang sudah rusak.

Expansion to Meet Growth in Existing Products


Jenis capex ini dilakukan ketika sebuah perusahaan akan melakukan ekspansi untuk
meningkatkan produk yang sudah dimiliki. Ekspansi ini dapat ditinjau dari sisi efisiensi
maupun pengembangan pangsa pasar.

225
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Expansion Generated by New Products


Bila perusahaan berencana untuk mengeluarkan produk baru, maka jenis capex ini
yang digunakan. Seperti contoh adalah sebuah perusahaan membutuhkan pabrik baru, maka
seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan pabrik tersebut dinilai sebagai capex.

Projected Mandated by Law


Jenis capex ini meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan guna menyesuaikan dengan hukum yang berlaku. Adapun model capex ini
banyak diterapkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang tambang.
Seperti contoh adalah adanya aturan negara yang mewajibkan bahwa kawasan setiap pabrik
yang menghasilkan limbah berbahaya wajib menyiapkan tempat pengolahan limbah di
sekitar pabrik tersebut. Pada kasus ini, maka yang termasuk dalam capex adalah seluruh
biaya yang timbul guna penyiapan tempat pengolahan limbah.

Perhitungan Capex
Perhitungan capex akan sangat membantu perusahaan dalam mengetahui seberapa
banyak investasi yang telah dilakukan pada aktiva tetapnya sehingga bisnis dapat berjalan
dengan lancar. Adapun sesuai ilmu akuntansi, capex dapat dikategorikan sebagai aset jika
penggunaannya minimal adalah salah satu tahun. Sementara itu bila penggunaan capex
justru berumur kurang dari satu tahun, maka pencatatannya adalah pada neraca laporan laba
dan rugi sebagai pengeluaran.
Jika sebuah aset dinyatakan sebagai capex, maka pengeluaran aset tersebut akan
disebarkan sebagai biaya tetap sepanjang jangka waktu penggunaannya. Namun jika sebuah
aset dipakai untuk mengembangkan aset yang sudah ada sebelumnya, maka biaya atas aset
tersebut dikurangi secara penuh pada tahun dilakukannya pengeluaran tersebut.
Adapun istilah lainnya terkait pengeluaran dalam budgeting perusahaan adalah operating
expenditures atau yang biasa disebut opex. Jika capex adalah pengeluaran untuk menambah
investasi atau aset, maka opex adalah pengeluaran untuk mendukung keberlangsungan
investasi atau aset tersebut. Seperti contoh adalah pembelian mesin fotokopi yang dicatat
sebagai aset (capex) dan tinta serta kertas (opex) sebagai pendukung bekerjanya mesin
fotokopi tersebut.

226
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pada dasarnya capex adalah alokasi dana yang disiapkan perusahaan untuk
melakukan pembelian atau perbaikan atau penggantian segala sesuatu yang dianggap
sebagai aset. Adapun anggaran capex umumnya berasal dari keuntungan yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut sebelum dibagikan kepada para pemegang saham.
Opex adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan operasional. Dalam kata lain, opex adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk menjaga kelangsungan aset serta menjamin aktivitas perusahaan yang direncanakan
dapat berjalan dengan baik. Opex adalah jenis pengeluaran reguler yang cenderung paling
banyak dialokasikan untuk setiap perusahaan. Hal ini pun kerap membuat pihak manajemen
perusahaan berusaha untuk menekan opex tanpa harus mengorbankan kualitas produk atau
layanan bisnis yang dihasilkan.
Sebagaimana yang telah disebutkan, opex adalah pengeluaran rutin atau bisa juga
dikategorikan sebagai pengeluaran ‘sehari-hari’ perusahaan. Oleh karena itu, biaya opex
tidak meliputi depresiasi, pajak pendapatan, maupun bunga pinjaman atau financing.

Ilustrasi Capex dan Opex


Agar lebih mudah memahami perbedaan capex dan opex, berikut adalah beberapa
ilustrasi implementasi kedua jenis pengeluaran tersebut dalam sebuah perusahaan.
 Perusahaan X membeli aset fisik berupa pesawat telepon dan setiap akhir bulan
harus membayar tagihan telepon akibat aktivitas bisnis yang dilakukan
menggunakan pesawat telepon tersebut. Dengan demikian, pembelian
perangkat telepon tergolong sebagai capex, sedangkan tagihan telepon adalah
opex.
 Perusahaan A membeli mesin printer dan harus mengeluarkan biaya lain untuk
pembelian tinta dan kertas secara berkala. Pada kasus ini maka komponen capex
adalah mesin printer, sedangkan komponen opex adalah tinta kertas.
 Selain contoh di atas, beberapa hal lain yang termasuk dalam opex adalah upah
karyawan, biaya maintenance aset, biaya pengacara, asuransi, pajak properti,
komisi sewa, dan sebagainya.

227
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Bisakah Capex Menjadi Opex?


Secara umum capex adalah bentuk investasi dengan nilai yang cukup besar dan
berisiko. Oleh sebab itu, capex perlu dilakukan setelah melalui pertimbangan yang benar-
benar matang baik dari segi nominal pembelanjaan maupun nilai manfaatnya.
Aset perusahaan yang pada dasarnya merupakan capex juga dapat dikategorikan sebagai
opex pada kondisi tertentu. Adapun kondisi ini adalah ketika perusahaan memilih untuk
melakukan sistem sewa atas barang atau aset tersebut dibandingkan membelinya.
Seperti contoh adalah rencana pembangunan pusat data atau yang lebih dikenal
dengan istilah data center. Pembangunan data center yang sesuai standar memerlukan
biaya yang sama sekali tidak sedikit. Namun dibandingkan harus membangun sendiri,
sebuah perusahaan dapat memanfaatkan fasilitas Data Center Colocation.
Alternatif ini membuat perusahaan hanya perlu membayar biaya sewa kepada pihak
penyedia layanan colocation setiap bulannya sehingga menjadi opex. Dengan demikian,
perusahaan pun dapat mengalokasikan dana untuk keperluan bisnis lainnya.
Capex dan opex adalah jenis pengeluaran yang dilakukan oleh setiap perusahaan.
Capex merupakan pengeluaran untuk menambah nilai aset dan tidak selalu ada di
dalam budgeting, sedangkan opex merupakan pengeluaran untuk menjaga keberlangsungan
aset dan bersifat reguler sehingga selalu ada di dalam budgeting.

Jadwal Konstruksi
1. Persiapan Tapak
Bangunan hotel dan resort ini nantinya terletak di Desa Tanak Awu Kecamatan
Pujut, lokasi tersebut berjarak 1,2 km dari Bandara Internasional Lombok dan
merupakan lokasi yang strategis karena berdekatan dengan fasilitas umum yang sangat
cocok untuk pembangunan hotel dan resort.
Persiapan tapak bangunan hotel dan resort yang dimungkinkan berdasarkan
kondisi ketersediaan dan status lahan, menempati areal tanah kering. Luas lahan secara
keseluruhan seluas 17 Ha. Lokasi perencanaan resort ini dapat dilihat pada gambar
berikut:

228
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 109. Lokasi Rencana Pembangunan Hoteldan Resort (Lokasi No. 5)

2. Kebutuhan Ruang
Hotel dan resort merupakan bangunan yang terdiri dari banyak massa atau
bangunan multi massa dan multi fungsi. Perencanaan penataan massanya harus ditata
dengan pertimbangan yang baik melalui organisasi ruang yang baik agar tidak terjadi
konflik kepentingan antara area yang satu dengan area lainnya. Konsep organisasi ruang
diperoleh melalui analisis pelaku dan kegiatan, analisis kebutuhan ruang, analisis
hubungan ruang dan analisis kedekatan ruang.
Pada tiap-tiap area terdapat ruang-ruang yang membentuk area menjadi satu
kesatuan fungsi. Dalam masing-masing area sudah terbentuk hubungan antar ruang
mikro yang membentuk area makro berdasarkan analisis hubungan ruang mikro,
sehingga jika keseluruhan ruang digabungkan akan menjadi satu organisasi ruang
keseluruhan resort. Secara keseluruhan organisasi ruang pada resort dimulai dari
enterance pada area depan hingga masuk ke dalam ruang-ruang dalam kawasan.
3. Rancang Bangun
Terdapat beberapa pertimbangan utama untuk mendisain bangunan resort.
Pertimbangan ini meliputi:
a) Sinar matahari.
Datangnya sinar matahari memiliki pengaruh besar bagi kegiatan di
resort. Matahari pagi yang memilik sifat menyehatkan diperlukan untuk

229
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

kegiatan olahraga, misalnya lapangan golf. Jadi lokasi sarana olahraga dan
hotel/area hunian sebaiknya diletakkan menghadap ke timur. Sedangkan tapak
yang menghadap ke barat dibangun tapak atau fasilitas yang digunakan sebagai
sarana umum/bersifat untuk kepentingan publik.
b) Arah angin.
Disain bangunan dibuat memiliki masa banyak sehingga terdapat bukaan
pada tatanan ruang luar, yang nantinya menjadikan angin dapat berhembus
melewati bangunan.
c) Kebisingan.
Lokasi resort diusahakan agak jauh dari jalan raya karena resort selalu
identik dengan ketenangan. Pengunjung datang ke resort untuk mendapatkan
kenyamanan. Pada daerah depan tapak akan difungsikan sebagai area taman.
Fungsi taman ini untuk meredam bunyai suara kendaraan dan mengurangi
polusi. Adanya taman ini juga dapat difungsikan untuk menambah nilai estetika
dari resort ini.
Selain adanya pertimbangan pembangunan, diperlukan juga analisis sirkulasi tapak.
Sirkulasi ini dibuat agar wisatawan tidak merasa jenuh ketika berada di lingkungan tapak.
Sirkulasi ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis antara lain:
1. Sirkulasi manusia
Sirkulasi manusia ini berupa jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki.
Jalan yang digunakan diberi tanaman peneduh unuk memberikan kesan lebih
hijau, serta terdapat kolam air yang memberikan kesan kesegaran di siang hari.
Jalan menggunakan material batu alam atau paving blok agar dapat menyerap
air lebih banyak. Diberikan sarana sirkulasi bagi penyandang cacat yaitu
penggunaan ramp sebagai pengganti tangga.
2. Sirkulasi kendaraan
Kendaraan menggunakan jalur khusus kendaraan dengan diberikan
tanaman peneduh untuk mengurangi hawa panas dan polusi, serta menutupi
adanya kendaraan yang lewat. Parkir kendaraan juga menggunakan lapangan
parkir di luar bangunan. Pola yang dapat digunakan untuk parkir adalah sebagai
berikut.

230
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 110. Dimensi Parkir Kendaraan

Pola gambar kiri, jalan dapat dilewati oleh 2 (dua) mobil, sedangkan pada gambar
kanan, jalan hanya bisa dilewati oleh 1 (satu) mobil.

6.5.2 Struktur Pendanaan atau Analisis Debt to Equity Ratio (DER)


Salah satu analisis fundamental saham yang paling sering menjdadi sorotan investor
adalah Debt to Equity Ratio (DER). Sesuai artinya DER adalah perbandingan antara utang
total dengan ekuitas total. Dengan kata lain DER berkaitan dengan struktur modal
perusahaan. Rumus DER dalah sebagai berikut:
DER menunjukkan komposisi penggunaan utang dan ekuitas. Seberapa besar
perbandingan penggunaan utang dibandingkan dengan ekuitas. DER menjadi sangat penting
bagi investor. Hal tersebut dikarenakan modal yang digunakan perusahaan akan sangat
menentukan keberlangsungan hidup perusahaan.
Pada saat melakukan analisis fundamental, anda akan mendapati rasio keuangan
dengan sebutan Debt to Equity Ratio (DER) dalam laporan keuangan perusahaan, yaitu rasio
antara jumlah hutang/kewajiban (liabilitas) terhadap jumlah modal bersih (ekuitas) yang
dimiliki perusahaan. DER tergolong rasio solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk
memenuhi seluruh hutang/kewajibannya dengan menggunakan seluruh aset yang
dimilikinya. DER menggunakan satuan “kali” atau bisa juga dalam satuan “persen”.
Rumus perhitungan untuk mengetahui DER suatu perusahaan dalam satuan “kali”
yaitu sebagai berikut :
DER = Total Liabilitas (hutang/kewajiban) / Total Ekuitas (modal bersih)
Rumus perhitungan untuk mengetahui DER suatu perusahaan dalam satuan “persen”
sebagai berikut :
DER = Total Liabilitas (hutang/kewajiban) / Total Ekuitas (modal bersih) x 100%

231
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Perusahaan yang sehat secara keuangan ditunjukan dengan rasio DER di bawah
angka 1 atau di bawah 100%, semakin rendah rasio DER maka semakin bagus. DER yang
rendah menunjukan bahwa hutang/kewajiban perusahaan lebih kecil daripada seluruh aset
yang dimilikinya, sehingga dalam kondisi yang tidak diinginkan (misalnya bangkrut),
perusahaan masih dapat melunasi seluruh hutang/kewajibannya.
Kondisi sebaliknya, semakin tinggi DER menunjukkan komposisi jumlah
hutang/kewajiban lebih besar dibandingkan dengan jumlah seluruh modal bersih yang
dimilikinya, sehingga mengakibatkan beban perusahaan terhadap pihak luar besar juga.
Meningkatnya beban kewajiban terhadap pihak luar menunjukkan bahwa sumber modal
perusahaan sangat tergantung dari pihak luar. Apabila perusahaan tidak dapat mengelola
hutangnya dengan baik dan optimal, akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan
keuangan perusahaan.
Besarnya beban hutang dapat mengurangi jumlah laba bersih yang bakal diterima
perusahaan, yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan bagi pemegang saham.
Begitu pun rasio pembayaran dividen tunai yang dibagikan (dividen payout ratio) atau DPR
akan menurun, bahkan dalam kondisi tertentu misalnya beban pokok dan bunga
hutang/pinjaman yang mesti dibayar lebih besar dari laba usaha yang didapatkan, hal
tersebut akan mengakibatkan kerugian, sehingga perusahaan tidak dapat membagikan
dividen tunai kepada para pemegang sahamnya.
DER yang ideal yaitu di bawah angka 1 atau di bawah angka 100%, namun demikian
jika menemukan perusahaan dengan DER di atas angka 1 atau di atas 100%, yang artinya
hutang/kewajibannya lebih besar daripada modal bersihnya, anda harus meneliti lebih lanjut
penyebab DER tinggi tersebut pada laporan keuangan perusahaan (balance sheet) yang
bersangkutan.
Apakah hutang/kewajiban tersebut hutang jangka panjang atau hutang jangka
pendek (hutang lancar), apakah hutang tersebut diperoleh dari pinjaman bank atau
penerbitan surat hutang (obligasi) atau hanya hutang usaha kepada pemasok (vendor) atau
hutang akibat dari pendapatan diterima di muka (uang muka kerja).
Jika ternyata hutang jangka panjang lebih besar daripada hutang jangka pendek,
kondisi tersebut kurang sehat. Hutang jangka panjang biasanya diperoleh dari pinjaman
bank atau penerbitan surat hutang (obligasi). Perusahaan akan terus menanggung kewajiban
pembayaran pokok dan bunga pinjaman sampai hutangnya lunas. Kondisi tersebut akan

232
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

menekan laba yang diperoleh perusahaan atau dapat mengganggu likuiditas di masa yang
akan datang.
Jika ternyata hutang tersebut hanya hutang jangka pendek atau hanya hutang usaha
kepada pemasok (vendor) atau hutang akibat dari pendapatan diterima di muka (uang muka
kerja), dapat dikatakan bahwa hutang tersebut tergolong sehat. Mengingat bahwa hutang
tersebut terjadi dalam suatu proses produksi, misalnya hutang kepada pemasok bahan baku,
atau hutang akibat penerimaan uang muka dari pemesan barang, maka hutang tersebut
segera lunas pada saat barang yang diproduksi oleh perusahaan telah habis terjual.

6.5.3 Weight Average Cost of Capital (WACC)


Cost of capital merupakan tingkat diskonto yang digunakan untuk mencapai return
minimum yang diproyeksikan berdasarkan present value pada perhitungan NPV. Pada
perusahaan yang memiliki utang dan ekuitas, metode yang digunakan adalah weighted cost
of capital (WACC).
Perhitungan cost of capital dilakukan untuk tujuan berikut:
1. Mengevaluasi modal dari proposal proyek yang akan dieksekusi.
2. Menentukan target performa minimum yang mesti dicapai manajemen
perusahaan agar dapat sejalan atau lebih baik dari pertumbuhan pasar.
3. Mengukur performa manajerial perusahaan.
Bagi investor, cost of capital adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dapat
diperoleh dari dana yang ditanamkan. Perhitungan cost of capital melibatkan debt (utang)
dan equity (ekuitas). Oleh karena itu, perhitungan cost of capital dari perusahaan dilakukan
menggunakan angka cost of debt dan cost of equity. Rate of return yang diperoleh oleh
perusahaan harus lebih besar daripada cost of capital relatif dari perusahaan secara historis,
atau relatif terhadap industri.
Weighted Average Cost Of Capital (WACC) merupakan perhitungan cost of capital
berdasarkan porsi debt (utang) dan equity (ekuitas) dari perusahaan. Metode ini umumnya
digunakan untuk menguji kelayakan investasi ke perusahaan berdasarkan struktur modal
yang bervariasi, biasanya melibatkan debt (utang) dan equity (ekuitas). Pada perusahaan
yang hanya menggunakan pendanaan ekuitas, maka cost of capital setara cost of equity.
Terdapat beberapa metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung WACC. Secara
umum, rumus perhitungan WACC dijelaskan sebagai berikut:

233
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

N merupakan jumlah sumber pendanaan perusahaan, r merupakan rate of return


yang disyaratkan dari setiap sumber pendanaan, dan MVi adalah nilai pasar dari setiap
pendanaan. Jika perusahaan memperoleh pendanaan dari debt (utang) dan equity (ekuitas),
seperti yang kasus yang biasa terjadi, maka rumus WACC akan menjadi:
D merupakan total debt (utang) perusahaan, sementara E merupakan total equity
(ekuitas) dari pemegang saham. Sementara Kd adalah cost of debt dan Ke adalah cost of
equity. Angka WACC akan menjadi patokan bagi investor untuk mengetahui batas
minimum return yang mesti diperoleh jika menanamkan dana bagi perusahaan atau proyek
tertentu.
Dengan perhitungan yang akurat, cost of capital merupakan bagian penting ketika
perusahaan atau investor ingin memutuskan apakah suatu proyek atau perusahaan
menguntungkan atau tidak. Pada perkembangan lebih lanjut, WACC merupakan bagian dari
prosedur iteratif yang biasa digunakan untuk memperkirakan market value secara adil.

6.5.4 Net Present Value (NPV)


Estimasi biaya awal dari pembangunan hotel dan resort adalah Rp.
702.797.000.000,- Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis net
present value, proyek pembangunan hotel dan resort di lokasi nomor 5 layak untuk
dilakukan. Hasil perolehan nilai NPV dapat dilihat pada tabel berikut: NPV yang bernilai
positif menunjukkan bahwa proyek yang dilakukan memiliki manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang diinvestasikan untuk proyek tersebut. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa proyek yang dilakukan dapat memberikan
keuntungan dari segi finansial.

Tabel 34. Analisis NPV Pengembangan Hotel & Resort di Lokasi Nomor 5
Tahun Kas Bersih (Rp) DF (10%) PV (Rp)
1 70.951.950.000 0,909 64.501.772.727
2 74.499.547.500 0,826 61.569.873.967
3 78.224.524.875 0,751 58.771.243.332
4 82.135.751.119 0,683 56.099.823.181
5 86.242.538.675 0,620 53.549.831.218
6 90.554.665.608 0,564 51.115.747.981

234
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tahun Kas Bersih (Rp) DF (10%) PV (Rp)


7 95.082.398.889 0,513 48.792.304.891
8 99.836.518.833 0.466 46.574.472.850
9 104.828.344.775 0.424 44.457.451.357
10 110.069.762.014 0,385 42.436.658.113
TOTAL (Rp) 527.869.179.617
Biaya investasi (Rp) 458.297.000.000
NPV (Rp) 59.101.303.617
Tingkat bunga kembalian: 10%

6.5.5 Internal Rate of Return (IRR)


Suatu proyek atau investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of
return) lebih besar apabila dibandingkan dengan laju pengembalian saat sesorang
melakukan investasi di tempat lain. IRR menjadi indikator apakan sebuah proyek dikatakan
menguntungkan atau tidak. Nilai IRR sendiri merupakan jumlah bunga nilai NPV dari biaya
dan keuntungan mencapai titik seimbang. Apabila nilai IRR lebih besar dibandingkan
dengan bunga pengembalian, maka proyek dianggap menguntungkan. Sebaliknya, apabila
nilai IRR lebih kecil dibandingkan bunga pengembalian, maka proyek tidak menguntungkan
pihak investor.
Internal Rate of Return didefinisikan sebagai besarnya suku bunga yang
menyamakan nilai sekarang (present value) dari investasi dengan hasil-hasil bersih yang
diharapkan selama usaha berjalan. Patokan yang dipakai sebagai acuan baik tidaknya IRR
biasanya adalah suku bunga pinjaman bank yang sedang berlaku atau suku bunga deposito
jika usaha tersebut dibiayai sendiri.
Perhitungan IRR secara manual cukup kompleks, karena harus menggunakan
beberapa kali simulasi atau melakukan pola try and error. Namun demikian, untuk skenario
2 (dua) nilai NPV yang telah diketahui sebelumnya, IRR dapat dirumuskan sebagai:
NPV1

|
IRR = i1 + (i2 – i1) x --------------------- x 100%
(NPV1 – NPV2)
|
NPV1 harus di atas 0 (NPV1> 0)
NPV2 harus di bawah 0 (NPV2< 0)

235
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 35. Analisis IRR Pembangunan Hotel dan Resort di Lokasi Nomor 5
Bunga 10%
Tahun Kas Bersih (Rp) DF PV (Rp)
1 70.951.950.000 0,909 64.501.772.727
2 74.499.547.500 0,826 61.569.873.967
3 78.224.524.875 0,751 58.771.243.332
4 82.135.751.119 0,683 56.099.823.181
5 86.242.538.675 0,621 53.549.831.218
6 90.554.665.608 0,564 51.115.747.981
7 95.082.398.889 0,513 48.792.304.891
8 99.836.518.833 0,466 46.574.472.850
9 104.828.344.775 0.424 44.457.451.357
10 110.069.762.014 0,385 42.436.658.113
Total PV Kas Bersih (Rp) PV 859.456.194.606,88
Total Investasi 468.767.876.000
NPV (Rp) C 59.101.303.617
IRR 19,71%
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa IRR untuk nilai investasi sebesar Rp.
468.767.876.000,- adalah sebesar 19,71%, dengan Payback Period selama 5,85 tahun.

6.5.6 Equity Internal Rate of Return (EIRR)


Dari angka yang didapat, IRR yang lebih besar dari Cost of Capital maka
menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return yang lebih
besar yang dirancang sebelumnya. Artinya, perusahaan disarankan untuk menerima atau
menjalankan proyek investasi tersebut.
IRR dengan tingkat diskon rate yang menhasilkan NPV sama dengan nol.
Kesimpulannya, bila perhitungan IRR lebih besar ketimbang discount factor, maka dapat
dibulang bahwa investasi yang akan dilakukan dinilai layak.

IRR= rk + (NPV rk / (TPV rk – TPV rb)) x


Keterangan:
 IRR = Internal Rate of Return
 rk = tingkat bunga yang lebih kecil

236
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 rb = tingkat bunga yang lebih besar


 NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga kecil
 NPV rb = Net Present Value pada tingkat bunga besar
 TPV rk = Total Presnt Value pada tingkat bunga kecil
 TPV rb = Total Present Value pada tingkat bunga besar

6.5.7 Debt Service Coverage Ratio (DSCR)


Rasio Cakupan Utang adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar utang lancar. Lebih lanjut lagi, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
melunasi biaya dan pokok utang dan obligasi lancarnya dengan pendapatan operasional
bersih. Dengan kata lain, rasio ini membandingkan uang kas dari aktivitas operasional
perusahaan dengan biaya bunga dan obligasi dana cadangan (Sinking Fund Obligation)
jangka pendek.
Rasio ini secara khusus lebih diperhatikan oleh kreditur daripada investor. Kreditur
tidak hanya ingin mengetahui jumlah dan arus kas suatu perusahaan. Mereka juga ingin
mengetahui berapa banyak utang lancar yang dimiliki perusahaan dan kas yang tersedia
untuk membayar biaya utang tersebut.
Berbeda dengan Rasio Utang, Rasio Cakupan Utang mempertimbangkan semua
biaya yang terkait dengan utang. Hal ini termasuk biaya bunga dan kewajiban lain seperti
kewajiban pensiun dan obligasi dana cadangan. Maka dari itu, rasio ini lebih bisa
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangnya daripada Rasio Utang.
Misalnya, jika jumlah Rasio Cakupan Utang perusahaan menunjukkan angka 1, itu berarti
bahwa laba operasi bersih perusahaan sama dengan kewajiban utangnya. Dengan kata lain,
perusahaan menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar utang lancarnya. Jika
angkanya kurang dari satu, maka perusahaan tidak memiliki laba operasi yang cukup untuk
membayar utang lancarnya dan harus menggunakan sebagian dari tabungannya.
Umumnya, perusahaan dengan Rasio Cakupan Utang yang lebih tinggi cenderung
memiliki lebih banyak uang kas dan lebih mampu membayar kewajiban utang lancarnya
dengan tepat waktu.
Formulasi untuk rasio ini adalah:

Laba Operasional ÷ Total Biaya Utang dan Pokok Utang (Total Debt Service Costs)

237
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Debt Service Coverage Ratio (DSCR) menggambarkan jumlah kas yang tersedia
untuk memenuhi kewajiban bunga dan pokok utang termasuk didalamnya alokasi singking
fund. DSCR mencerminkan rasio yang digunakan oleh petugas pemberi pinjaman dari bank
dalam menentukan kemampuan seseorang untuk membayar utangnya.

6.5.8 Analisa Sensitivitas dan Pengembalian Investasi


Karena nilai-nilai parameter dalam studi ekonomi teknik biasanya diestimasikan
besarnya maka jelas nilai-nilai tersebut tidak akan bisa dilepaskan dari faktor kesalahan.
Artinya, nilai-nilai parameter tersebut mungkin lebih besar atau lebih kecil dari hasil
estimasi yang diperoleh atau berubah pada saat-saat tertentu. Perubahanperubahan yang
terjadi pada nilai-nilai parameter tentunya akan mengakibatkan perubahan-perubahan pula
pada tingkat output atau hasil yang ditunjukkan oleh suatu alternatif investasi. Perubahan-
perubahan tingkat output atau hasil ini memungkinkan keputusan akan berubah dari suatu
alternatif ke alternatif lainnya. Apabila berubahnya faktor-faktor atau parameter-parameter
tadi akan mengakibatkan berubahnya suatu keputusan maka keputusan tersebut dikatakan
sensitif terhadap perubahan nilai parameter-parameter atau faktor-faktor tersebut.
Untuk mengetahui seberapa sensitif suatu keputusan terhadap perubahan faktor-
faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhinya maka setiap pengambilan
keputusan pada ekonomi teknik hendaknya disertai dengan analisa sensitivitas. Analisa ini
akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan akan cukup kuat berhadapan
dengan perubahan faktor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhi.
Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu parameter pada
suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap aksepabilitas suatu
alternatif investasi. Parameter-parameter yang biasanya berubah dan perubahannya bisa
mempengaruhi keputusan-keputusan dalam studi ekonomi teknik adalah ongkos investasi,
aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak dan sebagainya.

6.6 Analisa Manfaat Ekonomi dan Sosial (jika membutuhkan dukungan


Pemerintah)
Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan
negative. Dampak posittif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik
bagi perusahaan itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi

238
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dan sosial dampak positif yang diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada
masyarakat khususnya dan pemerintah umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi
ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan
pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh adalah aspek
ekonomi memberikan pemasukan berupan pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Lebih dari itu yang terpenting adalah ada yang mengelola dan mengatur
sumber daya alam yang belum terjamah. Sebaliknya, dampak negative pun tidak akan
terlepas dari aspek ekonomi, misalnya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi
peluang bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat
secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti
pembangunan jalan, jembatan, listrik dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah
dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan
budaya dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya
perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya. Jadi, dalam aspek
ekonomi dan sosial yang perlu di telaah apakah jika usaha atau proyek dijalankan akan
memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya.
Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang
akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian.
Diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, yanga akan dijalankan akan memberikan
dampak yang positif lebih banyak. Artinya, dengan berdirinya usaha atau proyek secara
ekonomi dan sosial lebih banyak memberikan manfaat di bandingkan kerugiannya.
Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu usaha atau
investasi, misalnya pendirian suatu pabrik, antara lain :
1. Dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga melalui :
a) Peningkatan tingkat pendapatan keluarga. Dengan adanya suatu investasi
akan memberikan peningkatan kepada masyarakat, terutama bagi mereka
yang dapat diterima bekerja di lokasi investasi maupun mereka yang
bekerja di luar lokasi investasi dengan cara berdagang atau lainnya.
b) Perubahan pola nafkah. Di beberapa wilayah dengan adanya destinasi atau
suatu usaha akan mengubah pola hidup masyarakat. Misalnya, semula
masyarakat hidup dari pertanian, dengan kehadiran hotel banyak yang
beralih profesi menjadi karyawan hotel

239
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

c) Adanya pola nafkah ganda. Bagi masyarakat di sekitar lokasi di samping


tetap mempertahankan pekerjaan semula seperti bertani, mereka juga
bekerja sebagai karyawan, sehingga memperoleh penghasilan ganda.
d) Tersedianya jumlah dan ragam produk barang dan jasa di masyarakat,
sehingga masyarakat punya banyak pilihan untuk produk yang diinginkan.
Banyaknya ragam produk dan jasa pada akhirnya akan meningkatkan
kemasan, harga, mutu produk dan jasa, sehingga hal ini juga berpengaruh
terhadap harga jual di pasaran.
e) Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekaligus mengurangi
pengangguran, karena setiap proyek/usaha baru yang didirikan pasti akan
membutuhkan tenaga kerja tambahan dan hal ini tentu saja akan membuka
peluang bagi tenaga kerja yang belum mendapatkan pekerjaan atau masih
menganggur.
f) Tersedianya sarana dan prasarana dengan dibukanya suatu proyek atau
usaha dapat pula memberikan fasilitas bagi masyrakat luas maupun
pemerintah seperti dibangunnya: jalan raya, listrik, telpon, sekolah, rumah
ibadah, pusat perbelanjaan, sarana hiburan dan sebagainya.
2. Menggali, mengatur dan menggunakan ekonomi sumber daya alam melalui:
a) Pemilikan dan penguasaan sumber daya alam yang teratur, artinya
kepemilikan diatur berdasarkan luas lahan, jangan sampai masyrakat
kehilangan kesempatan. Demikian pula dengan penguasaan sumber daya
alam juga diatur sedemikian rupa.
b) Penggunaan lahan yang efesien dan efektif, penggunaan lahan yang benar-
benar memberikan manfaat kepada berbagai pihak.
c) Peningkatan nilai tambah sumber daya alam.
d) Peningkatan sumber daya alam lainnya yang belum terjamah, terutama
untuk wilayah wilayah yang masih terisolasi.

3. Meningkatkan perekonomian pemerintah baik lokal maupun regional melalui :


a) Menambah peluang dan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat.
b) Memberikan nilai tambah proses manufaktur.
c) Menambah jenis dan jumlah aktivitas ekonomi nonformal di masyarakat.

240
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

d) Pemerataan pendistribusian pendapatan.


e) Menimbulkan efek ganda ekonomi.
f) Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
g) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
h) Menambah pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu.
i) Menyediakan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat.
j) Menghemat devisa apabila produk dan jasa yang dihasilkan dapat
mengurangi pemakaian impor dan jasa dari luar negeri.
k) Memperoleh pendapatan berupa pajak dari sumber-sumber yang dikelola
oleh perusahaan, baik dari perndapatan penjualan maupun dari pajak
lainnya. Meningkatkan devisa Negara, jika produk atau jasa yang akan di
produksi di buat untuk diekspor, baik untuk bahan baku maupun bahan
jadi.
4. Pengembangan Daerah
a) Meningkatkan pemerataan pembangunan (dengan prioritas pembangunan
di daerah tertentu). Biasanya untuk proyek-proyek tertentu pemerintah
menetapkan wilayah atau daerah tertentu yang hanya di buka. Dengan
tujuannya adalah untuk pemerataan pembangunan dan pembukaan
wilayah yang selama ini terisolasi di seluruh wilayah Indonesia.
b) Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, di mana setiap adanya
proyek baru biasanya berdatangan tenaga kerja dari berbagai wilayah.
c) Terbuka lingkunagn pergaulan dengan adanya pembukaan suatu wilayah,
tentu akan mengundang pendatang dari daerah lain, sehingga dengan
demikian dapatlah terbina lingkungan pergaulan antar berbagai suku
bangsa yang ada di Indonesia.
d) Membuka isolasi wilayah dan cakrawala bagi penduduk. Daerah yang
tadinya terpencil akan menjadi terbuka, begitu pula penduduk di
sekitarnya menjadi lebih mengenal lingkungan sekitarnya sehingga
membuka cakrawalanya. Sedangkan dampak sosial dengan adanya suatu
proyek atau investasi antara lain meliputi :
i. Adanya perubahan demografi melalui terjadinya :

241
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Perubahan struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis


kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama.
 Perubahan tingkat kepadatan penduduk.
 Pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian
bayi, dan pola migrasi.
 Perubahan komposisi tenaga kerja baik tingkat partisipasi
angkatan kerja maupun tingkat pengangguran.
ii. Perubahan budaya yang meliputi terjadinya :
 Kemungkinan perubahan kebudayaan melalui perubahan adat
istiadat, nilai dan norma budaya setempat.
 Terjadinya proses sosial baik proses asosiatif/kerja sama, proses
di sosiatif konflik sosial, akulturasi, asmilasi dan intergrasi
maupun sosial lainnya.
 Perubahan pranata sosial/kelembagaan masyarakat di bidang
ekonomi seperti (hak ulayat), pendidikan, agama dan keluarga.
 Perubahan pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi,
pekerjaan dan kekuasaan.
 Perubahan kekuasaan dan kewenangan melalui kepemimpinan
formal dan informal, mekanisme pengambilan keputusan di
kalangan individu yang dominan, pergeseran nilai
kepemimpinan.
 Perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan.
 Kemungkinan terjadinya tingkat kriminalitas dan konflik antara
warga asli dengan pendatang.
 Perubahan adaptasi ekologis.
iii. Perubahan kesehatan masyarakat meliputi terjadinya :
 Perubahan parameter lingkungan yang di perkirakan terkena
dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap
kesehatan.
 Perubahan proses dan potensi terjadinya pencemaran.

242
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Perubahan potensi besarnya dampak timbulnya penyakit, seperti


peningkatan angka kesakitan dan angka kematian.
 Perubahan karakteristik spesifik penduduk yang berisiko terjadi
penyakit.
 Perubahan sumber daya kesehatan masyarakat.
 Perubahan kondisi sanitasi lingkungan.
 Perubahan kondisi gizi masyarakat.
 Perubahan kondisi lingkungan yang dapat mempermudah proses
penyebaran penyakitnya.
Dapat disimpulkan bahwa dalam aspek ekonomi komponen yang penting untuk
ditelaah di antaranya :
1. Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan, pola nafkah dan pola nafkah
ganda).
2. Ekonomi sumber daya alam (pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam,
pola penggunaan lahan, nilai tanag sumber daya alam dan sumber daya alam
lainnya).
3. Perekonomian local dan regional (kesempatan kerja dan berusaha, memberikan
nilai tambah dan proses manufaktur, jenis dan jumlah aktivasi ekonomi
nonformal, distribusi pendapatan, efek ganda ekonomi, Produk Domestik
Regional Bruti (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi, fasilitas sosial, aksesibilitas wilayah).
4. Pengembangan wilayah Sedangkan komponen sosial yang penting untuk di
telaah di antaranya meliputi : Komponen Demografi, Komponen Budaya, dan
Kesehatan Masyarakat.

6.7 Analisa Ketenagakerjaan


Perencanaan sumber daya manusia merupakan aktivitas dalam manajemen sumber
daya manusia yang digunakan oleh organisasi untuk memastikan bahwa mereka memiliki
jumlah dan jenis sumber daya manusia yang tepat, sehingga tumbuh kepastian bahwa
mereka melaksanakan pekerjaan pada tempat dan waktu yang tepat demi memenuhi tujuan
bisnis (Ekwoaba, 2012). Pendapat tersebut menyimpulkan bahwa perencanaan sumber daya

243
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

manusia membutuhkan proyeksi kebutuhan organisasi akan sumber daya manusia dan
usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhaan tersebut.
Siagian dalam Faustino Cardoso (2003), Perencanaan Sumber Daya Manusia
merupakan fungsi yang pertama-tama harus dilaksanakan dalam organisasi. Perencanaan
SDM adalah langkah–langkah tertentu yang diambil oleh manajemen guna menjamin
bahwa bagi organisasi tersedia tenaga kerja yang tepat untuk menduduki berbagai
kedudukan, jabatan, dan pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat. Hani Handoko
(2010:53) mengemukakan bahwa Perencanaan Sumberdaya Manusia merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis
dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut.
Sebelum menentukan kebutuhan tenaha kerja perlu dilakukan perhitungan proyeksi
pertumbuhan penduduk di Provinsi NTB. Berdasarkan dokumen RIDPP juga menggunakan
data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 untuk menghitung proyeksi penduduk
dalam skenario pembangunan pariwisata di Lombok. Jumlah penduduk di Pulau Lombok
sampai tahun 2045 mencapai 5,3 juta jiwa. Konsentrasi penduduk pada tahun 2045 sebagian
besar masih di Kabupaten Lombok Timur (27,5 persen), tetapi sudah lebih menyebar ke
wilayah lainnya dibandingkan dengan persebaran penduduk di tahun 2017 dan 2018.
Penduduk di Lombok Utara, Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat diproyeksikan
meningkat sekitar dua kali lipat atau lebih selama periode 25 tahun, sejalan dengan
peningkatan aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata, di kedua wilayah. Pengembangan
Bandar Kayangan di masa mendatang diharapkan dapat menjadi pengungkit pertumbuhan
populasi di Lombok Utara.

Tabel 36. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di NTB sampai dengan tahun 2045
Penduduk 2018 2019 2025 2030 2035 2040 2045
Mataram (ribu jiwa) 453,9 464,2 585,2 707,2 816,6 890,2 940,6
Lombok Barat (ribu jiwa) 654,8 670,1 836,7 975,9 1.111,4 1.231,9 1.308,3
Lombok Utara (ribu jiwa) 207,5 209,9 243,9 277,9 318,2 349,1 369,7
Lombok Tengah (ribu jiwa) 893,1 904,4 1.043,9 1.130,3 1.209,8 1.265,0 1.278,1
Lombok Timur (ribu jiwa) 1.132,2 1.143,5 1.290,9 1.359,2 1.416,7 1.452,8 1.446,6
TOTAL (ribu jiwa) 3.341,5 3.392,1 4.000,7 4.450,5 4.872,9 5.189,0 5.343,3
Total Pertumbuhan Natural 3.341,5 3.392,1 3.681,8 3.904,5 4.100,9 4.280,5 4.434,8
(ribu jiwa)
Sumber : RIDPP 2020

244
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Pengembangan pariwisata di Pulau Lombok diharapkan dapat meningkatkan


pendapatan dan menciptakan lapangan kerja, terutama bagi masyarakat setempat. RIDPP
Lombok melakukan perhitungan proyeksi tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mendukung perkembangan pariwisata di Lombok. Di luar KEK Mandalika, tenaga kerja
pariwisata di Pulau Lombok sampai tahun 2045 diperkirakan mencapai hampir 1,2 juta
orang. Sekitar 47 persen tenaga kerja diperkirakan diserap usaha penyediaan makanan dan
minuman. Sementara sektor akomodasi menyerap sekitar 12,5 persen tenaga kerja, atau
lebih rendah dibandingkan dengan sektor rekreasi dan hiburan (19,7 persen) dan transportasi
(17 persen). Pengembangan KEK Mandalika juga diharapkan dapat menyediakan lapangan
kerja bagi 24.000 orang sampai tahun 2045.

Tabel 37. Proyeksi Tenaga Kerja di NTB Terkait Pariwisata Sampai Dengan Tahun 2045
Perkerjaan 2018 2019 2025 2030 2035 2040 2045
Akomodasi 19.037 20.778 38.612 69.573 99.879 129.401 155.060
Makanan dan Minuman 71.429 77.963 144.882 261.054 374.769 485.542 581.818
Rekreasi dan Hiburan 30.161 32.919 61.176 110.228 158.244 205.017 245.669
Transportasi 25.852 28.216 52.436 94.480 135.636 175.726 210.571
Layanan Perjalanan 5.512 6.016 11.180 20.144 28.919 37.467 44.896
SUB-TOTAL 151.990 165.892 308.285 555.480 797.448 1.033.15 1.238.014
3
Mandalika 204 1.402 7.976 12.427 16.878 21.329 24.000
Bandar Kayangan - - 2.353 5.294 8.235 10.000 10.000
TOTAL (Proyeksi RIDPP) 152.194 167.294 318.615 573.202 822.561 1.064.48 1.272.014
2
Total Pertumbuhan Natural 152.194 161.406 231.442 282.730 334.229 381.525 422,089
Satuan: (Orang)
Sumber : RIDPP 2020

Pekerja di Lombok sebagian besar memiliki keterampilan rendah dan pada posisi
entry level. Sebagian posisi supervisor sudah diisi talenta dari Lombok. Tenaga kerja dengan
tingkat keterampilan yang memadai di Lombok sampai tahun 2045 masih rendah (kurang
dari 7 persen), sehingga pasokan tenaga kerja terampil dari luar wilayah masih dibutuhkan.
Sekitar 5 persen dari tenaga kerja terampil berada di level manajer atau pengelola, dan
sebagian besar lainnya berada di level keterampilan awal.

245
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 38. Pasokan Tenaga Kerja Berdasarkan Level dan Sektor Per Tahap
Pasokan Tenaga Kerja Asumsi
Berdasarkan Level dan Proporsi
Sektor 2025 2030 2035 2040 2045

Manajer/Pengelola 5% 1.296 1.445 1.820 1.730 1.579


Akomodasi 13% 175 195 245 233 213
Makanan dan Minuman 50% 654 730 919 874 797
Rekreasi dan Hiburan 11% 146 163 205 195 178
Transportasi dan 25% 321 358 451 429 391
Pelayanan Perjalanan
Supervisi/Pengawas 10% 2.592 2.890 3.639 3.460 3.157
Akomodasi 13% 349 390 491 466 426
Makanan dan Minuman 50% 1.309 1.460 1.838 1.747 1.594
Rekreasi dan Hiburan 11% 291 325 409 389 355
Transportasi dan 25% 642 716 902 857 782
Pelayanan Perjalanan
Tingkat Awal 85% 22.029 24.568 30.935 29.413 26.837
Akomodasi 13% 2.969 3.312 4.170 1.834 3.617
Makanan dan Minuman 50% 11.124 12.406 15.621 6.869 13.552
Rekreasi dan Hiburan 11% 2.478 2.763 3.479 1.530 3.018
Transportasi dan 25% 5.458 6.088 7.665 3.370 6.650
Pelayanan Perjalanan
Total 25.916 28.904 36.394 56.895 31.573
Satuan: (Orang)
Sumber : RIDPP 2020

Sumber dari pengembangan tenaga kerja terampil di Lombok saat ini bertumpu pada
SMK Pariwisata, Politeknik/Sekolah Tinggi Pariwisata, Universitas Mataram dan Balai
Latihan Kerja (BLK). Sampai tahun 2045, sebagian besar tenaga terampil terutama pada
entry level akan dipasok oleh SMK. Ke depan, berbagai lembaga tersebut diharapkan dapat
meningkatkan proporsi pendidikan dan pelatihan untuk tingkat keterampilan yang lebih
tinggi, hal ini seperti digambarkan pada tabel proyeksi berikut ini

246
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 111. Pasokan Tenaga Kerja Pariwisata berdasarkan Jenis Sekolah Pariwisata

Sumber : RIDP 2020

Untuk dapat menentukan kebutuhan tenaga kerja pada Mandalika Convention


Hotel and Resort terlebih dahulu harus diketahui jenis atau mutu karyawan yang diinginkan
sesuai dengan persyaratan jabatan dan jumlah tenaga kerja yang akan ditarik. Penentuan
mutu atau kualitas serta jumlah atau kuantitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan secara
tepat akan menunjang berjalannya aktivitas perusahaan dengan baik, karena kelebihan atau
kekurangan tenaga kerja dapat berdampak merugikan perusahaan. Oleh karena itu
pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu perusahaan merupakan masalah penting,
terlebih lagi bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan jasa atau memberikan
pelayanan, seperti misalnya hotel dan resort.
Dalam memberikan pelayanan pada tamu, hotel dan resort beroperasi 24 jam (sehari
penuh). Sehingga pembagian tugas dibagi dalam beberapa giliran (shift). Setiap tenaga kerja
bekerja selama 8 jam sehari termasuk satu jam istirahat untuk satu hari kerja. Pembagian
giliran kerja (shift) itu adalah sebagai berikut:
 Shift pagi : pukul 06.00-14.00 WITA
 Shift sore : pukul 14.00-22.00 WITA
 Shift malam : pukul 22.00-06.00 WITA

247
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Tabel 39. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan
Jumlah
No Nama Bangunan Tenaga Kerja
Kebutuhan
(3 x Shift)
1 Hotel 1
a. Front Office
Manager 1
Receptionist 6
Telephone Operator 3
Cashier 3
Security 6
b. Restaurant
Manager 1
Cooker 9
Waiter/Waiteress 9
c. Tata Graha
Manager 1
Room Boy 12
Gardener 6
Engineering 6
Laundry 9
Jumlah 1 72
2 Hotel 2
a. Front Office
Manager 1
Receptionist 3
Telephone Operator 3
Cashier 3
Security 6
b. Restaurant
Manager 1
Cooker 3
Waiter/Waiteress 6
c. Tata Graha
Manager 1
Room Boy 6
Gardener 3
Engineering 3
Laundry 6
Jumlah 2 45
3 Hotel 3
a. Front Office
Manager 1
Receptionist 3
Telephone Operator 3

248
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kebutuhan
Jumlah
No Nama Bangunan Tenaga Kerja
Kebutuhan
(3 x Shift)
Cashier 3
Security 3
b. Restaurant
Manager 1
Cooker 3
Waiter/Waiteress 6
c. Tata Graha
Manager 1
Room Boy 6
Gardener 3
Engineering 3
Laundry 6
Jumlah 3 42
4 Hotel 4
a. Front Office
Manager 1
Receptionist 3
Telephone Operator 3
Cashier 3
Security 3
b. Restaurant
Manager 1
Cooker 3
Waiter/Waiteress 6
c. Tata Graha
Manager 1
Room Boy 6
Gardener 6
Engineering 3
Laundry 6
Jumlah 4 45
5 Hotel 5
a. Front Office
Manager 1
Receptionist 3
Telephone Operator 3
Cashier 3
Security 3
b. Restaurant
Manager 1
Cooker 3
Waiter/Waiteress 6
c. Tata Graha

249
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kebutuhan
Jumlah
No Nama Bangunan Tenaga Kerja
Kebutuhan
(3 x Shift)
Manager 1
Room Boy 6
Gardener 6
Engineering 3
Laundry 6
Jumlah 5 45
6 Area Parkir (Galeri UMKM) 1
7 Area Parkir 1-2-3 (ICC) 3
Area Parkir (Hotel 1) 3
Area Parkir (Hotel 2) 3
Area Parkir (Hotel 3) 3
Area Parkir (Hotel 4 &5) 3
Air Mancur (1 &2) 2
Kolam Renang 1 4
Kolam Renang 2-3-4 3
Bungalow (10 x 15) 1
Bungalow (8 x 10) 3
Bungalow (8 x 5) 3
Amphytheatre 4
Area Bermain 1-2-3 3
Rumah Genset 1-2-3 3
Lapangan Tenis 2
IPAL Komunal 1-2-3 3
Mini Incenerator 1-2-3 3
International Convention Centre 1-2 12
Pos Satpam 6
Jalan Aspal dalam Kawasan 3
Jalan Pedestrian 3
Taman dalam Kawasan 10
Pemeliharaan Air Bersih 6
Pemeliharaan Listrik 6
Galeri UMKM 2
Masjid 5
Jumlah Total Kebutuhan Tenaga Kerja 352

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk
memberikan pelayanan mutu yang terbaik adalah sejumlah 352 tenaga kerja yang berkerja
dalam sistem shift, yaitu 3 kali shift. Guna mencapai kondisi terpaik, perencanaan pegawai
begitu pentingnya dalam rangka penentuan kebutuhan baik secara kualifikasi maupun
jumlah yang dibutuhkan, maka setiap perusahaan baik bergerak dalam bidang produksi

250
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

maupun jasa harus menerapkan perencanaan kebutuhan pegawainya. Karena pegawai yang
sesuai baik jumlah maupun kualifikasinya akan sangat menentukan bagi efektifitas dan
efesiensi pemanfaatan pegawai tersebut dalam menjalankan aktivitasnya guna pencapaian
tujuan perusahaan secara optimal.
Begitu pula halnya dengan usaha jasa perhotelan penyediaan dan pengelolaan
akomodasi hotel membutuhkan tenaga kerja yang terampil dibidang perhotelan. Dengan
menarik tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan, maka tujuan perusahaan akan tercapai.

251
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 7. ANALISA ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI

7.1 Sosial Budaya Masyarakat


Secara religi dan sejarah, kebudayaan masyarakat Sasak banyak dipengaruhi oleh
nilai-nilai Islam, sehingga mayoritas masyarakat Lombok beragama Islam. Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Sasak. Agama kedua yang banyak ditemui adalah Hindu yang
dianut masyarakat etnis Bali sebagai kelompok etnis kedua di Pulau Lombok. Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Bali. Beberapa kelompok etnis kecil juga teridentifikasi sebagai
Masyarakat Adat, baik itu mengacu pada data Provinsi NTB (yang mengacu pada regulasi
pemerintah), data Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yang diakui oleh lembaga
internasional, dan informasi dari Environmental and Social Management Framework
(ESMF) RIDPP Lombok. Masyarakat Adat lainnya yang teridentifikasi di wilayah
pengembangan pariwisata, khususnya di KTA Pantai Selatan diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Masyarakat Adat Kampung Sade di Kecamatan Pujut, teridentifikasi sebagai
Masyarakat Adat dalam ESMF.
2. Masyarakat Adat Kampung Ende di Kecamatan Pujut, teridentifikasi sebagai
Masyarakat Adat dalam ESMF.
3. Masyarakat Adat Jerowaru, di Kecamatan Jerowaru, teridentifikasi sebagai
pranata atau Masyarakat Hukum Adat dalam data Dinas Kebudayaan Propinsi
NTB dan data AMAN
Ketiga Masyarakat Adat di atas merupakan penerima dampak sensitif untuk
pengembangan pariwisata di KTA Pantai Selatan. Pranata Masyarakat Adat (termasuk yang
diakui oleh pemerintah, yang terdata di Dinas Kebudayaan), memiliki sensitifitas medium.
Ini mengacu pada regulasi pemerintah terkait, dimana tidak dinyatakan pembatasan
pembangunan di area pemukiman atau desa adat, akan tetapi pranata adat yan ada perlu
dilindungi dan dilestarikan termasuk tradisi dan praktik budayanya. Sehingga perlu
diperhatikan dalam pengembangan pariwisata.
Pengembangan pariwisata di Pulau Lombok perlu menjamin keberlanjutan nilai-
nilai budaya lokal, termasuk warisan budaya, yang menjadi modalitas untuk pengembangan
pariwisata. Menurut Undang-Undang Cagar Budaya 2010, warisan budaya dapat berupa
benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs warisan budaya,

252
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan karena memiliki
nilai penting untuk sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau budaya melalui
proses penentuan.
Di Pulau Lombok ada lebih dari 60 puluh situs yang yang telah terdaftar di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pelestarian dan pemanfaatan budaya dapat
diarahkan pada setidaknya 11 situs cagar budaya, dan untuk wilayah kabupaten Lombok
tengah terdapat 3 wilayah pengembangan yaitu, Masjid Kuno Pujut yang berada di desa
Sengkol Kecamatan Pujut, kemudian Masjid Rambitan yang berada di Desa Rembitan
Kecamatan Pujut dan Makam Seriwa yang berada di Desa Pejanggik Kecamatan Praya
Tengah.
Gambar 112. Peta Kawasan Warisan Budaya di Pulau Lombok

253
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Berdasarkan peta tersebut untuk wilayah Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut yang
merupakan lokasi yang terpilih untuk pengembangan tidak terdapat situs warisan budaya.
Sehingga tidak ada culture heritage yang akan rusak.

7.2 Analisa Dampak Lingkungan dan Sosial (sesuai dengan The Equator
Principles/Word Bank)
Analisa dampak ini dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
dampak positif maupun negatif akibat diadakannya suatu proyek baik berupa dampak
lingkungan maupun dampak sosial yang terjadi. Dengan adanya proyek pariwisata di
Kawasan Ekonomi Khusus (K.E.K) Mandalika terutama di keempat desa yang menjadi
potensi terkena dampak (Kuta, Mertak, Sengkol dan Sukadana), pada umumnya
masyarakatnya bersikap sangat mendukung dan positif terhadap pengembangan destinasi
pariwisata.
Proyek diharapkan akan menimbulkan serangkaian dampak positif dalam bidang
lingkungan maupun sosial, baik di dalam maupun di luar kawasan Proyek, selama Proyek
dijalankan. Dengan adanya investasi jumlah besar terkait pengelolaan air bersih,
pengelolaan limbah, perbaikan infrastruktur masyarakat, dan penguatan lembaga sosial,
maka diharapkan akan terjadi perbaikan yang mencakup kualitas air permukaan, air tanah
dan air laut, sehingga pada akhirnya meningkatkan kondisi lingkungan hidup bagi warga
dan makhluk hidup di kawasan Proyek dan sekitarnya menjadi jauh lebih baik. Demikian
juga akan timbul manfaat sosio-ekonomi di sepanjang masa operasi Proyek sebagai dampak
langsung dari meningkatnya ketersediaan peluang kerja dan usaha, serta tingkat pendapatan
yang dapat dihasilkan oleh Proyek ini bagi warga lokal. Berbagai keuntungan signifikan
lainnya mencakup peningkatan layanan kesehatan, pendidikan, pelatihan dan dukungan
pada kaum rentan.
Pada faktanya pembangunan pariwisata memiliki dampak positif terhadap berbagai
aspek kehidupan manusia, baik ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pengembangan
pariwisata dapat memfasilitasi kegiatan masuk dan aktivitas bisnis di masyarakat setempat,
yang memberikan kesempatan kerja yang lebih baik, pendapatan lebih tinggi dan standar
kehidupan yang lebih baik bagi penduduk. Tingkat dampak ekonomi dari pariwisata
mungkin bergantung pada berbagai tahap pengembangan pariwisata Literatur
pengembangan pariwisata menunjukkan bahwa manfaat ekonomi dirasakan secara positif

254
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

terkait dengan sikap dan dukungan terhadap pengembangan pariwisata mengungkapkan


bahwa dampak ekonomi pariwisata juga mempengaruhi kesejahteraan material penduduk,
yang selanjutnya memberikan kontribusi terhadap kepuasan hidup.
Pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika sudah memberikan
dampak yang sangat positif bagi pelaku usaha dan masyarakat. Hal tersebut terlihat dari
banyaknya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak pengelola dan pemerintah dalam
menyerap tenaga kerja ahli dibidangnya serta kretatifitas masyarakat dalam menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri. Namun demikian disegala aspek pembangunan tidak akan
pernah luput dengan yang namanya pro-kontra, positif dan negatif. Hal tersebut terjadi
akibat masyarakat yang tidak memiliki kreatifitas serta inovasi untuk pandangan kedepan.
Bagi masyarakat awam pembangunan kawasan tersebut memiliki dampak yang sangat
negatif bagi kesejahteraan hidup mereka antara lain dirasakan oleh para keluarga nelayan
yang akan dipindahkan serta pedagang kaki lima, sayuran dan kios-kios kecil karena
semenjak pembangunan retail modern yang menjadikan mereka rugi secara individu namun
memiliki nilai hasil yang banyak bagi pendapatan Desa untuk mensejahterakan serta
membangun infrastruktur Desa.
Pada dasarnya, pembangunan dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak
langsung kepada pemerintah dan masyarakat. Namun apabila tidak dicermati/diwaspadai
secara baik akan merusak tatanan serta nilai-nilai kesejahteraan kehidupan bermasyarakat,
memiliki dampak positif dan dampak negatif, beberapa dampak positif yang terjadi antara
lain:
a) Mampu meningkatkan penerimaan devisa, memperluas kesempatan berusaha,
dan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
b) Mendorong pembangunan daerah, serta memperkenalkan nilai alam dan budaya
bangsa.
c) Mendorong sektor selain pariwisata untuk tumbuh dan berkembang
d) Meningkatkan jumlah investasi berbagai bidang usaha pembangunan.
e) Mendorong pemeliharaan dan peningkatan mutu nilai budaya seni ataupun
lingkungan hidup tetap terjaga kelestariannya.
Selain itu, berikut ini beberapa dampak negatif yang terjadi:
a) Terjadinya komersialisasi antar pelaku ekonomi;
b) Timbulnya sikap materialistik;

255
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

c) Terjadinya akulturasi budaya dikalangan masyarakat yang tidak sesuai dengan


nilai budaya nusantara;
d) Menjadi jalur peredaran obat-obatan terlarang dan prostitusi;
e) Beralihnya sektor lahan.

7.3 Persetujuan Masyarakat Setempat

Gambar 113. Berita Acara 1

256
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 114. Sosialisasi kepada Tokoh Masyarakat dan Penandatanganan BA Dukungan

Gambar 115. Absensi

257
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Sebelum pelaksanaan proyek pembangunan hotel dan resort pihak pelaksana kajian
sudah melaksanakan tatap muka dengan masyarakat sekitar, guna mensosialisasikan
kegiatan tersebut. Pelaksanaan proyek pembangunan hotel dan resort yang ada di wilayah
Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah (lokasi nomor 5) dapat
diterima dan di setujui oleh masyarakat sekitar lokasi dan pemilik tanah. Hal tersebut di
tuangkan dalam bentuk Berita Acara, yang dittanda tangani oleh 3 (tiga) Kepala Desa; 1
(satu) Sekretaris Desa dan 1 (satu) Tokoh Masyarakat yang merupakan tokoh masyarakat.

258
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 8. ANALISA RISIKO

8.1 Identifikasi Risiko


Risiko merupakan kemungkinan kerugian yang dialami oleh suatu pihak akibat dari
suatu kejadian. Analisis risiko dalam ekonomi meliputi potensi-potensi kerugian secara
finansial terhadap pembangunan dan pengelolaan hotel/resort. Sumber risiko yang dapat
terjadi diantaranya:
1. Sumber Sosial
Sumber risiko yang berasal dari sosial adalah masyarakat, artinya
tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang dapat menyebabkan kerugian.
2. Sumber Fisik
Ada berbagai macam sumber risiko fisik yang mungkin dapat terjadi
yang dapat menyebabkan kerugian. Sumber fisik yang dapat menyebabkan
kerugian diantaranya kebakaran, pengaruh cuaca atau iklim, bencana alam
seperti tanah longsor dan gempa bumi.
3. Sumber Ekonomi
Contoh-contoh sumber risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal dan
ketidakstabilan perusahaan individu dan sebagainya.

8.1.1 Identifikasi Risiko


1) Risiko Permintaan
Risiko Permintaan adalah risiko yang terkait dengan permintaan atas produk
atau jasa perusahaan. Karena penjualan adalah hal yang sangat penting artinya bagi
seluruh bisnis, risiko permintaan adalah salah satu risiko paling signifikan yang
dihadapi perusahaan. Kebutuhan pasar untuk tahun-tahun ke depan harus
diperhatikan.
Resort merupakan tempat orang berwisata dengan menikmati fasilitas serta
keindahan alam yang tersedia. Resort hotel menjalankan usahanya selama 24 jam
sehari atau 365 hari setahun secara terus menerus. Selain pengelolaan kamar, resort
hotel memiliki beberapa outlet atara lain; convention centre, galeri UMKM dan
museum budaya, ruang publik, amphyteather, dan fasilitas lainnya. Penjualan
sebagian besar dilakukan secara kredit. Usaha resort hotel sangat berfluktuatif dan

259
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

tergantung pada lokasi pendirian. Perencanaan pengembangan kawasan resort


berada di kawasan wisata, sehingga pada hari libur tingkat hunian sangat tinggi,
namun pada hari kerja tingkat hunian sangat rendah. Harga penjualan kamar hotel
sangat fluktuatif, manajemen umumnya menerapkan sistem harga diskon untuk
mengantisipasi rendahnya penjualan. Persaingan yang ketat karena banyaknya hotel
baru mengakibatkan jumlah kunjungan yang tidak menentu.
2) Risiko Lahan
Penggunaan lahan eksisting pada lokasi perencanaan pengembangan
kawasan resort berupa sawah dan tegalan. Lahan tersebut bersifat lahan produktif.
Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian akan
berisiko mengurangi jumlah lahan pertanian, sehingga produktivitas pertanian
menurun. Permukaan tanah lokasi perencanaan pengembangan kawasan resort
memiliki ketinggian yang berbeda. Perlu dilakukan pemerataan lahan agar
ketinggian menjadi sama dan stabil. Stabilitas bangunan yang ada di atasnya sangat
bergantung pada stabilitas lahan di bawahnya.
Lokasi perencanaan pengembangan kawasan resort berada pada lahan milik
desa dan perorangan. Pembebasan lahan harus mendapat persetujuan dari pemilik
lahan. Apabila terdapat masyarakat yang tidak setuju dengan pembebasan tersebut
maka akan terjdi konflik yang dapat menganggu proses proyek.
3) Risiko Perizinan
Risiko perizinan bersumber dari pihak yang berwenang. Masalah perizinan
muncul apabila kurang lengkapnya persyaratan administrasi yang diajukan untuk
perizinan perencanaan pengembangan kawasan resort. Setiap Pengusaha Pariwisata
dalam menyelenggarakan usaha pariwisata wajib melakukan pendaftaran usaha
pariwisata untuk memperoleh Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Tanda Daftar
Usaha Pariwisata adalah dokumen resmi yang diberikan kepada Pengusaha
Pariwisata untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata. Setiap Pengusaha
Pariwisata dalam menyelenggarakan usaha pariwisata wajib melakukan pendaftaran
usaha pariwisata. Pengusaha Pariwisata dapat berbentuk perseorangan, badan usaha,
badan usaha berbadan hukum. Perseorangan harus merupakan warga negara
Indonesia. Sedangkan Badan usaha dan badan usaha berbadan hukum merupakan
badan usaha yang berkedudukan di Indonesia.

260
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

4) Risiko Implementasi Infrastruktur Pendukung


Pembangunan kawasan resort harus dibarengi dengan pemenuhan
infrastruktur yang mendukung. Resort dengan banyak kamar memerlukan area
parkir yang luas. Ketersediaan area parkir yang tidak mecukupi akan berimbas ke
jalan raya dan tentunya akan menggangu arus lalu lintas yang ada.
Transportasi memungkin para tamu untuk datang, kemudahan transportasi
dalam menggapai resort adalah sebuah modal besar untuk mempopulerkan resort
ada ke kancah internasional. Resort harus bisa diakses dengan mudah, nyaman dan
aman bagi para pelanggan.
5) Risiko Desain Proyek
Risiko desain proyek meliputi terhambatnya pelaksanaan proyek akibat
perencanaan desain yang tidak sesuai dengan lokasi. Desain proyek harus
disesuaikan dengan lokasi. Setiap lokasi memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga diperlukan desain proyek yang berbeda. Desain proyek menyesuaikan
kondisi fisik dan non-fisik lokasi. Selain itu, desain proyek juga harus
memperhatikan aspek estetika serta lingkungan. Desain proyek mencakup
perencanaan yang kompleks sehingga harus direncanakan dengan matang. Desain
proyek tidak hanya mengutamakan keindahan saja, namun juga nilai kegunannya.
6) Risiko Regulasi dan Politik
Risiko regulasi merupakan risiko yang disebabkan adanya perubahan
dalam regulasi dan hukum misalnya Undang-Undang, Peraturan Presiden, Peraturan
Menteri, dan peraturan otoritas yang relevan yang mempengaruhi suatu industri atau
sektor bisnis tertentu.
Risiko politik merupakan risiko yang bersumber dari kebijaksanaan
pemerintah, pendapat publik, perubahan ideologi, peraturan kekacauan (perang,
terorisme, kerusuhan). Risiko politik meliputi masalah sosial (dari lingkungan
sekitar seperti peraturan desa adat setempat dan tekanan dari masyarakat sekitar,
serta terbentuknya opini/pendapat dari masyarakat yang menganggap bahwa
pengembangan hotel akan mengganggu tatanan masyarakat di sekitarnya.
Resiko politik merupakan resiko yang harus dihadapi oleh perusahaan
multinasional berkaitan aspek politik oleh suatu pemerintahan yang secara
signifikan akan mempengaruhi investasi yang telah ditanamkan (Fahmi, 2006: 94).

261
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Kondisi politik dan regulasi yang mengakomodasi investasi akan memberikan iklim
bisnis yang lebih baik sehingga menarik perusahaan asing untuk berinvestasi di
negaranya.
Hal ini menjadi penting karena ketika sebuah perusahaan sudah berinvestasi
dalam suatu negara, maka segala perubahan yang terjadi dalam negara tersebut
terutama yang berkaitan langsung dengan lingkungan bisnis akan mempengaruhi
keuntungan operasi dan nilai aset yang telah ditanamkan (Petrovic, 2009: 20).
Tingkat uncertainty dalam suatu negara inilah yang sebenarnya digali oleh
perusahaan dalam analisis resiko politik. Semakin tinggi potensi uncertainty bagi
investasi asing di suatu negara maka perhitungan return of investment juga akan
menjadi sulit sehingga negara ini cenderung tidak menarik minat investor.
Secara keseluruhan resiko politik dapat dibagi menjadi 2 kategori utama
(Desebordes &Vicard, 2007). Pertama adalah resiko sistemik yang berkaitan dengan
kerangka institusional domestik sehingga tingkat resiko yang dihadapi oleh semua
investor bersifat setara. Kedua adalah resiko non-sistemik yang berarti hanya akan
membawa dampak pada perusahaan tertentu saja.
Resiko non-sistemik atau yang disebut oleh Rudolph Desbordes sebagai
resiko ideosinkratrik, erat kaitannya dengan faktor hubungan politik antara home dan
host country dari perusahaan multinasional (Desebordes &Vicard, 2007: 5).
Tekanan diplomatik oleh suatu negara sangat menentukan apakah suatu
perusahaan multinasional dapat meraih keuntungan optimal dalam bisnisnya atau
tidak. Hal ini menjadi krusial karena terdapat suatu konsekuensi pengambilalihan
ketika hubungan bilateral antara host country dan home country memburuk. Perlu
dipahami bahwa pengambilalihan tidak selalu berbentuk akuisisi aset melainkan
seluruh aksi dari host country yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
negaranya dengan mengurangi profit perusahaan (Desebordes &Vicard, 2007: 7).
7) Risiko Pembiayaan dan Nilai Tukar Mata Uang
Risiko valas umumnya dikenal sebagai currency risk atau exchange rate
riski. Ini terjadi karena perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan, terutama saat dikonversikan dengan mata uang domestik.
Pada umumnya, risiko investasi jenis ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap mata uang negara lain.

262
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

8) Risiko Konstruksi
Risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau
kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan ancaman
terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Manajemen
risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu dengan
memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
Manajemen risiko sangat penting dilakukan bagi setiap proyek konstruksi
untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek.
Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin
terjadi (respon risiko) dengan cara: menahan risiko (risk retention), mengurangi
risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer), menghindari risiko (risk
avoidance).
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung
risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas
dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang
mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan
sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan
sepenuhnya sesuai rencana. Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak
dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak
lainnya (Kangari, 1995).
Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek
secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu
dan kualitas pekerjaan. Para pelaku dalam industri konstruksi sekarang ini makin
menyadari akan pentingnya memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-
proyek yang ditangani, karena kesalahan dalam memperkirakan dan menangani
risiko akan menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung
pada proyek konstruksi. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan
keterlambatan jadwal penyelesaian proyek.
9) Risiko Operasional
Menurut Fahmi (2010), risiko operasional merupakan risiko yang umumnya
bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan

263
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

oleh lemahnya sistem kontrol manajemen (management control system) yang


dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Menurut Djohanputro (2008), risiko operasional adalah potensi
penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya
suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Risiko operasional bisa terjadi pada
2 tingkatan: teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, risiko operasional bisa terjadi
apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan
pengukuran risiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, resiko
operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan
prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Risiko operasional meliputi lima hal yaitu kegagalan proses internal
perusahaan, kesalahan sumber daya manusia, kegagalan sistem, kerugian yang
disebabkan kejadian dari luar perusahaan, dan kerugian karena pelanggaran
peraturan dan hukum yang berlaku. Kerugian risiko operasional terjadi tidak saja
pada lembaga keuangan bank dan bukan bank saja, tetapi juga terjadi pada
perusahaan industri, perdagangan, pertambangan, dan semua perusahaan dalam
sektor ekonomi lainnya.
Risiko operasional concern pada risiko kebijakan dan organisasi,
risiko sistem, risiko bisnis, risiko manusia, risiko proses, transfer risiko dan
keuangan, dan pemantauan. Sebagaimana yang dikemukakan Chitakornkijsil (2009)
bahwa perusahaan harus menentukan kebijakan manajemen risiko operasional yang
mendefiniskan kebutuhan perusahaan yang diperlukan meliputi :
 Manajemen risiko operasional yang menjamin suatu rancangan
kerangka menyeluruh untuk mengukur dan mengelola risiko
operasional.
 Perencanaan strategis untuk menjamin bahwa risiko perusahaan yang
dipertimbangkan dalam rencana bisnis dan direvisi dalam rencana
akuisisi strategi dan produk baru dan strategi.
 Akuntansi keuangan untuk menjamin akurasi, ketepatan
waktu, kualitas catatan rekening dan profitabilitas perusahaan serta
proyeksi capital.

264
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Pemeriksaan untuk memastikan unit perusahaan berkoordinasi dengan


prosedur dan kebijakan perusahaan.
 Memperoleh jaminan hukum bahwa kegiatan perusahaan mematuhi
semua peraturan dan hukum.
 Teknologi Informasi (TI) menjadi dasar jaminan bahwa rencana
pemulihan perusahaan sudah ada dan teruji, dan adanya perlindungan
informasi keamanan.
 Jaminan keamanan perusahaan sehingga aset perusahaan yang
dilindungi dan dipelihara.
Pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan, risiko operasional diatur
dalam Basel Capital Accord. Dimana pada tahun 2001, BCBS mengeluarkan
proposal yang dikenal sebagai New Basel Capital Accord atau Basel II yang
memuat rekomendasi untuk mengelola risiko kredit, pasar dan operasional dalam
memperhitungkan modal yang harus dialokasikan untuk menjamin bank tetap dapat
beroperasi pada saat terjadi penyimpangan. Peraturan Basel II ini menuntut banyak
perubahan dalam institusi perbankan. Metodologi terdahulu untuk perhitungan
modal hanya menggunakan pendekatan kuantitatif dan mekanis. Sementara
pendekatan yang baru lebih bersifat risk sensitive karena di samping risiko kredit
dan risiko pasar, juga menyertakan pengukuran risiko operasional.
Menurut Basel II Capital Accord, risiko operasional adalah kerugian yang
timbul baik secara langsung maupun tidak langsung karena kegagalan atau ketidak
cukupan proses internal, orang dan sistem, dan karena kejadian eksternal.
Disebutkan pula bahwa risiko operasional mencakup empat kategori utama yaitu
manusia, proses, sistem, dan faktor eksternal. Risiko ini dapat berdampak terhadap
semua orang di semua lini organisasi.
Manajemen risiko operasional merupakan bagian dari salah satu manajemen
risiko. Hal ini menjadi concern banyak perusahaan karena risiko operasional tidak
hanya terjadi pada bank komersil tetapi juga terjadi di semua perusahaan. Banyaknya
perusahaan yang bangkrut atau dilikuidasi karena menderita kerugian operasional
yang besar memberikan pelajaran berharga bahwa risiko operasional menjadi hal
yang sangat penting.
Peraturan baru ini mempunyai implikasi kuat terhadap:

265
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Organisasi, dalam hal evaluasi, manajemen dan pengendalian risiko.


 Sistem Informasi, pengumpulan data lama dan pelaporan risiko
 Citra Bank dalam proses komunikasi eksternal

Frame J. Davidson (2003) membagi sumber risiko operasional pada


umumnya dalam beberapa hal yakni :
 Lemahnya penerapan prosedur, organisasi perlu perhatian pada
kesulitan dalam melakukan proses operasional. Hal ini menuntut
penambahan prosedur yang baru dan memperbarui prosedur serta
menghilangkan prosedur yang tidak berguna.
 Kurangnya pelatihan tenaga kerja, kurangnya pekerja yang terlatih bisa
berakibat fatal. Hal ini berakibat pada konsekuensi yang buruk terhadap
proses operasional. Dengan adanya tenaga kerja yang terlatih dengan
baik akan meningkatkan tingkat produkfititas dan meminimalisir potensi
risiko yang mungkin terjadi.
 Tidak Kompeten, pekerja yang tidak kompeten adalah orang yang secara
teratur tidak mampu mencapai tujuan yang rasional dari bagian-bagian
pekerjaannya. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko yang terkait dengan incompetencies yaitu dengan memastikan
karyawan yang dilatih dan dididik di daerah yang sesuai.
 Perhatian yang lemah, merupakan konttributor besar dalam risiko
operasional. Hilangnya fokus yang muncul ketika pekerja melakukan
kegiatan yang terkait dengan pekerjaannya. Hal ini bisa menimbulkan
kesalahan yang fatal. Sumber dari hal ini yaitu kelelahan, overload,
gangguan dan kebosanan.
 Kurangnya perawatan peralatan dan software, peralatan dan perangkat
lunak yang digunakan dalam operasi dapat menimbulkan risiko
operasional. Dua sumber masalah yang menonjol: (1) peralatan dan
perangkat lunak yang kurang terpelihara, dan (2) out of date.
Pemeliharaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang dilakukan pada
peralatan dan perangkat lunak agar mereka tetap berfungsi dengan baik.
Salah satu jenis pemeliharaan yaitu pemeliharaan preventif. Tipe lain

266
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dari pemeliharaan perbaikan, disebut debugging di arena perangkat


lunak. Bahkan perawatan perlengkapan dapat berfungsi dari waktu ke
waktu. Demikian pula, kode software yang kompleks pasti memiliki bug
yang perlu disinkronkan. Ketika peralatan atau perangkat lunak gagal
beroperasi, maka perlu segera memperbaikinya. Jika dilakukan upaya
untuk memperbaiki masalah secara berkala dan cepat, dapat mengurangi
dampak dari kerusakan secara fatal.

Taksonomi Risiko Operasional


Secara alami risiko operasional bertujuan untuk mengklasifikasikan risiko
operasional secara homogen untuk mengidentifikasi secara spesifik tanggung
jawab dan pengukuran manajemen risiko. Mengacu pada taksonomi risiko dan
secara sistem kategori risiko operasional yang dikemukakan Silvestri, Cagno dan
Trucco (2009) dapat diidentifikasi sebagai berikut :
 Risiko Teknologi (Technology risk)
Kelompok aktifitas dimana sumber risiko berasal dari hasil
implementasi teknologi seperti tingkat performance aset yang rendah,
kegagalan dalam implementasi teknologi.
 Risiko Rantai Suplai (supply chain risk)
Aktifitas yang berhubungan dengan procurement, expediting,
inspection, dan aktifitas logistik.
 Risiko Proyek (project risk)
Aktifitas yang berhubungan dengan waktu, biaya, kualitas yang terkait
dalam proyek.
 Risiko Lingkungan (environmental risk)
Kejadian yang memberi dampak terhadap lingkungan
ketika sistem sedang beroperasi.
 Risiko Occupational
Kejadian yang berdampak pada kesehatan dan keselamatan kerja.
 Risiko Informasi (information risk)
Kejadian yang berhubungan dengan alur informasi yang terdapat dalam
sebuah sistem.

267
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Risiko Organisasi (organisation risk)


Aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan lemahnya koordinasi,
pembagian tugas yang tidak jelas, konflik atau turn over yang tinggi.
 Risiko Manajemen (Management risk)
Aktifitas yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam proses
manajemen dan pengambilan keputusan. Dalam hal ini, risiko
manajemen menjadi kunci yang menggerakkan dalam manajemen
risiko.
 Risiko Aset dan Fasilitas (Assets and Facilities Risk)
Kejadian yang berhubungan denga aset dan fasilitas yang menjadi
sumber risiko.

Klasifikasi Risiko Operasional


Terdapat beberapa jenis risiko operasional (Fahmi, 2010), antara lain:
1. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (Manual Risk)
Risiko dalam bidang pembukuan secara manual sebenarnya terjadi
karena beberapa sebab seperti :
 Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat umumnya di
kertas, sehingga pada saat suatu kantor mengalami kebanjiran,
kebakaran, kesalahan dalam peletakkan tidak bisa atau sulit
untuk mencari penggantinya.
 Jika kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan terjadi maka
penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga harus
dilakukan secara manual sehingga pekerjaan menjadi tidak
efisien dan efektif. Efisien dilihat dari segi biaya dan efektif
dilihat dari segi waktu.
 Setiap pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor pos
atau jasa pengiriman surat. Sementara dengan penggunaan
teknologi sudah dapat dilakukan dengan cara email atau via
internet.
2. Risiko pada Komputer (Computer Risk)

268
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Ada beberapa risiko yang diperkirakan akan timbul dalam bidang


komputer,
yaitu:
 Komputer adalah teknologi yang selalu mengalami perubahan
terutama pada setiap program yang ditawarkan, sehingga
mengharuskan kualitas IT dari para personelnya juga dapat di
update setiap waktunya dengan tujuan berbagai permasalahan
yang akan timbul di kemudian hari dapat dihindari.
 Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang
memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian
perangkat komputer dan biaya tenaga ahlinya selalu saja
membutuhkan biaya yang tinggi. Seperti biaya training,
course, service komputer, dan pembelian program berbagai
komputer. Dan bagi setiap perusahaan program yang harus dibeli
adalah selalu harus yang bersifat original.
 Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor
terserang oleh virus. Kondisi ini sering terjadi karena jaringan
komputer berhubungan dengan internet. Oleh karena itu,
komputer harus selalu memiliki antivirus yang terbaru. Maka
sebaiknya perusahaan harus selalu memiliki tempat khusus yang
aman untuk menyimpan dokumen penting.

3. Pegawai Outsourcing
Pada saat suatu perusahaan menerima pegawai yang
bersifat outsourcing maka ada beberapa risiko yang harus ditanggung oleh
perusahaan, yaitu:
 Pegawai tersebut bukan pegawai tetap, dalam artian pegawai
tersebut tidak bekerja hingga pensiun. Sehingga ia akan bekerja
sebatas masa kontrak kerja saja. Dengan begitu rasa tanggung
jawab psikologis untuk menjaga perusahaan tidak begitu ia
pikirkan karena pegawai tersebut lebih bertanggungjawab
kepada perusahaan penyalur.

269
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Rahasia perusahaan selama ia bekerja memungkinkan sekali


untuk diketahui oleh publik luar ketika ia tidak lagi bekerja
diperusahaan tersebut. Sementara rahasia perusahaan
menyangkut dengan wibawa dan nama baik perusahaan.
4. Kecelakaan Kerja
Beberapa bentuk risiko dalam bidang kecelakaan kerja yang akan
dialami oleh suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:
 Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang
telah diterapkan selama ini karena dianggap tidak efektif,
sehingga untuk menyempurnakan konsep sistem manajemen
kerja yang baik sebuah perusahaan kadangkala harus
mengundang konsultan
 Dalam bidang yang bersangkutan sehingga pengalokasian
anggaran untuk membayar konsultan tersebut harus
dipertimbangkan termasuk masa uji coba sistem tersebut.
 Jika perusahaan tidak menerapkan konsep keselamatan kerja
dengan baik maka pada saat mengajukan pinjaman ke perbankan
akan mengalami kendala.
 Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan mendapat sorotan dari
pihak jurnalistik (pers) maka ini bisa berakibat pada turunnya
reputasi
perusahaan di mata konsumen dan mitra bisnis.
5. Globalisasi dalam Konsep dan Produk
Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis
pada seluruh sektor bisnis, baik financial dan non-financial, sehingga
penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan
globalisasi tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak akan laku
di pasaran secara baik. Karena faktor itu perusahaan dituntut untuk
menerapkan manajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak
langsung mekanisme operasional perusahaan juga harus bersifat global.
6. Kesalahan produksi barang dan tidak ada kesepakatan bahwa barang yang
dibeli tidak dapat ditukar kembali ketika kesepakatan tersebut tidak dibuat,

270
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

maka perusahaan harus menanggung beberapa risiko kerugian, yaitu sebagai


berikut:
 Adanya barang yang sudah diproduksi dengan harapan dapat terjual
namun tidak laku terjual dan tidak ada perjanjian barang tersebut tidak
bisa ditukar sehingga perusahaan mengalami kerugian.
 Pada saat barang sudah diproduksi namun ternyata ada sisa, maka ini
memaksa perusahaan untuk menjualnya dengan harga yang murah
dengan asumsi daripada barang tersebut tidak terjual di pasaran atau
mengalami kadaluarsa.
 Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya karena kontrak
dagang dengan para mitra bisnis bersifat tunai dan tidak
ada konsep servis purna jual.

10) Risiko Force Majeure dan Lingkungan


Pada awal tahun 2020, berbagai penjuru dunia diresahkan oleh kehadiran
virus corona. Virus tersebut mulai mewabah di Wuhan, Tiongkok hingga kini
menyebar ke banyak negara, termasum Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan
ditetapkannya Covid-19 menjadi pandemik oleh WHO. Kondisi demikian
menyebabkan banyak lini kehidupan tidak berjalan dengan optimal. Bisa dibilang,
pandemik ini menjadi "force majeure".
Pada awal tahun 2020, berbagai penjuru dunia diresahkan oleh kehadiran
virus corona. Virus tersebut mulai mewabah di Wuhan, Tiongkok hingga kini
menyebar ke banyak negara, termasum Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan
ditetapkannya Covid-19 menjadi pandemik oleh WHO. Kondisi demikian
menyebabkan banyak lini kehidupan tidak berjalan dengan optimal. Bisa dibilang,
pandemik ini menjadi "force majeure".
Force majeure adalah salah satu istilah asing yang sering ditemukan dalam
bidang hukum. Force Majeure atau Overmacht (bahasa Belanda) sering
diterjemahkan menjadi “keadaan kahar” atau “keadaan memaksa”. Beberapa ahli
memberikan pengertian mengenai istilah tersebut, antara lain:
 Subekti: force majeure adalah suatu alasan untuk dibebaskan dari kewajiban
membayar ganti rugi.

271
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Wirjono Prodjodikoro: keadaan memaksa dalam hukum adalah keadaan yang


menyebabkan bahwa suatu hak atau suatu kewajiban dalam suatu perhubungan
hukum tidak dapat dilaksanakan.
 R. Setiawan: keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang terjadi setelah
dibuatnya persetujuan, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya,
di mana debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung resiko
serta tidak dapat menduga pada waktu persetujuan dibuat.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dimengerti bahwa force majeure
adalah suatu keadaan di mana seseorang (debitur) tidak dapat memenuhi prestasinya
yang disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu yang memaksa dan tak
terhindarkan. Debitur tersebut tidak dapat pula dipersalahkan dan dimintai
pertanggungjawaban atas kewajibannya yang tidak terpenuhi itu.
Dasar hukum keadaan memaksa terdapat pada Pasal 1244 dan 1245
KUHPerdata, yang masing-masing berbunyi:
 Pasal 1244 KUHPerdata: “Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum
mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu,
disebabkan suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan
padanya, kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya”.
 Pasal 1245 KUHPerdata: “Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya,
apalagi lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si
berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau
lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang”.
Keadaan memaksa ini juga dibagi jadi 2 jenis, yaitu absolut dan relatif.
 Keadaan memaksa absolut: keadaan di mana debitur sama sekali tidak bisa
memenuhi prestasinya. Contohya yaitu bencana alam yang terjadi sehingga
menyebabkan objek perikatan musnah.
 Keadaan memaksa relatif: keadaan di mana debitur masih memungkinkan untuk
melakukan prestasinya. Contohnya yaitu nelayan yang melakukan perjanjian
kredit berjanji untuk membayar prestasinya setelah penjualan hasil tangkapan,
namun tidak dapat langsung dilakukan karena cuaca dan gelombang laut yang

272
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

memaksa nelayan tidak melaut. Namun masih memungkinkan kredit dibayarkan


setelah nelayan melaut kembali.
Beberapa peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai force majeure antara
lain bencana alam, kebakaran, wabah penyakit, perang, terorisme, kerusuhan,
embargo, dan yang lainnya. Keadaan memaksa ini dapat terjadi di beberapa bidang
hukum khususnya perjanjian, antara lain tentang perjanjian kredit, ketenagakerjaan,
kontrak, dll.
Dapat disimpulkan, selama tidak memiliki itikad buruk, debitur tidak dapat
dipersalahkan dan/atau bertanggungjawab atas tidak terpenuhinya prestasi yang
diakibatkan force majeure.

Risiko Lingkungan
Lingkungan merupakan subyek yang paling banyak mengalami risiko baik
oleh akibat kondisi alam maupun oleh tindakan manusia seperti adanya pelepasan
zat berbahaya ke lingkungan, penebangan hutan dan lain-lain. Sesuai dengan
definisinya maka risiko lingkungan merupakan perkalian frekuensi kejadian
kecelakaan dengan dampak lingkungannya. Artinya besaran risiko lingkungan
menunjukkan tingkat dampak dari sesuatu tindakan manusia atau alam terhadap
lingkungan, baik terhadap manusia itu sendiri maupun terhadap ekologi.
Berbagai perbuatan manusia yang mungkin menimbulkan risiko atau
kerugian terhadap manusia dan lingkungan antara lain, pembangunan suatu pabrik,
pengoperasian pabrik yang mengeluarkan bahan pencemar, penebangan hutan,
kebakaran hutan dan lain-lain. Untuk melindungi masyarakat dari risiko suatu
pendirian instalasi pabrik atau pembangunan infrastruktur, maka pemilik instalasi
sebelum diberikan ijin pembangunan terlebih dahulu harus dapat membuktikan
bahwa pembangunan tersebut tidak memberi dampak lingkungan terhadap
masyarakat sekitar dan dalam kondisi yang tidak dapat dihindari, yaitu bila terjadi
kecelakaan , maka langkah-langkah penanggulangan risiko harus sudah
dipersiapkan. Usaha pembuktian ini secara formal dilakukan dengan membuat
analisis mengenai dampak lingkungan.

273
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

11) Risiko Sumber Material


Sebuah proyek mempunyai sekumpulan risiko untuk mencapai tujuan. Untuk
proyek konstruksi, risiko adalah hal yang menarik. Permasalahan sering terjadinya
bencana alam banjir, sebagai salah satu analisis risiko manajemen proyek. Untuk itu
dibutuhkan manajemen yang baik pada proyek pembangunan jalan agar proyek tepat
biaya, tepat waktu dan memenuhi kualitas mutu yang diinginkan. Variabel yang
mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kinerja proyek adalah pengendalian
material. Dengan penanganan yang baik pada manajemen material, perusahaan atau
kontraktor akan mendapatkan keuntungan dari penghematan biaya material.
Kegiatan manajemen material meliputi perencanaan dan pengendalian yang
berhubungan dengan material yang dilihat dari segi pengadaan, persediaan,
pembelian, pengiriman, penerimaan, penggudangan dan pendistribusiannya.
(Andani , 2011).

Tabel 40. Identifikasi Risiko yang Merujuk Pada Penelitian Sejenis


No. Variabel Risiko Referensi

A. Perencanaan Material
Data (volume dan spesifikasi) dari owner kurang Neil 1982, Clough 1986, Andani
1
lengkap/jelas 2011
Kesalahan dalam memprediksi (forecasting) kondisi
2 Kerzner 1995, Andani 2011
lapangan, cuaca dan kejadian akan dating
Russel dan Fayek 1994, Krezner
3 Kesalahan perencanaan lingkup pekerjaan
1995
4 Material schedule yang kurang akurat dan teliti Ahuja 1976, Andani 2011
Kesalahan penentuan kapasitas produksi alat angkut
5 Andani 2011
material, seperti tanah galian/urugan
6 Kurang perencanaan material alternatif C.C.Nwachukwu 2009
Kesalahan dalam menetapkan dan mengembangkan metode
7 Russel and Fayek 1994
kerja
Ketidaksesuaian antara volume pekerjaan pada kontrak
8 Mahadipta 2010, Astiti 2014
dengan kondisi lapangan
B. Pembelian

274
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

No. Variabel Risiko Referensi

9 Klausul subkontrak yang kurang jelas Clough 1986, Febrizal 2002


Kesalahan presepsi dalam menafsirkan spesifikasi material Clough 1986, Febrizal 2002,
10
dalam kontrak Andani 2011
C. Pengkoordinasian
Sistem komunikasi/koordinasi antar personil dan/atau antar
11 instansi kurang efektif sehingga terjadi keterlambatan Krezner 1995, Astiti 2014
dalam pengambilan keputusan
Penempatan personil yang kurang kompeten pada
12 Mahadipta 2010, Astiti 2014
tugas/wewenang tertentu
Kesulitan dalam pengadaan material langka dipasaran atau
13 PMBOK 2002, Andani 2011
material impor
Perubahan kebijakan atau aturan perusahaan dalam proses
14 Ahuja 1976
pembelian
Terlambatnya pembayaran oleh kontraktor ke supplier
15 Ahuja 1976, Andani 2011
bahan/material
16 Pemasok yang kurang berkualitas Stukhart 1995
17 Kuantitas material yang datang tidak sesuai pesanan Ahuja 1980
18 Kualitas (mutu) material yang dating tidak sesuai pesanan Stukhart 1995, Andani 2011
Metode pemesanan tradisional (pembelian sekaligus
19 Andani 2011
banyak/bukan konsep just in time)
Penentuan system dan media pembayaran (term of
20 Andani 2011
payment) kurang tepat
D. Mobilisasi dan Pengiriman
Perencanaan dan penerapan traffic management yang tidak
21 Andani 2011
baik
22 Permasalahan/kerusakan pada alat angkut material Andani 2011
23 Material rusak/hilang selama proses pengiriman Mahadipta 2010, Astini 2014
Akses masuk menuju site yang sulit bagi truck pengangkut
24 Mahadipta 2010, Astini 2014
material
E. Penggunaan
Pemanfaatan material yang kurang efisien sehingga
25 Mahadipta 2010, Astini 2014
merugikan kontraktor

275
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

No. Variabel Risiko Referensi

Perpindahan material dari satu section ke section


26 Ahuja 1980
selanjutnya
Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik lokasi
27 Andani 2011
pekerjaan
F. Pergudangan
Keterlambatan penyimpanan hingga memperngaruhi mutu
28 Hamzah 1994
material
Kerusakan material saat penyimpanan (mis: jenis gudang
29 PMBOK 2002, Andani 2011
tidak sesuai atau material tidak dikelompokkan)
G. Pengawasan
Cara pengujian sampel bahan yang tidak sesuai dengan
30 Mahadipta 2010, Astiti 2014
standar mutu yang ditentukan
Penyelenggaraan rapat koordinasi di lapangan kurang
31 Kerzner 1995, Seharto 1995
maksimal
32 Pelaporan/dokumentasi aliran material yang kurang baik Alin 2002, Andani 2011
33 Kontrol persediaan material kurang baik Hamzah 1994
H. Faktor Eksternal
34 Kendala dalam pembebasan lahan yang dilewati trase jalan Mahadipta 2010, Astiti 2014
Hilang/kerusakan material dan peralatan selama Russel and Fayek 1994, Andani
35
pelaksanaan proyek oleh pihak tidak bertanggung jawab 2011
Perubahan struktur/tanggung jawab pada instansi
36 Mahadipta 2010, Astiti 2014
pemerintah saat proyek sedang berjalan
37 Prosedur perijinan yang dipersulit Mahadipta 2010, Astiti 2014
38 Penolakan dari masyarakat/ormas tertentu Mahadipta 2010, Astiti 2014
Terjadi keadaan kahar seperti bencana alam, peperangan Halpin 1998, Rowe 1975, Barnie
39
atau kerusuhan 1993
Keadaan ekonomi yang tidak stabil (mis: inflasi dan
40 Mahadipta 2010, Astiti 2014
kenaikan harga BBM)

Secara spesifik batasan risiko suatu proyek adalah variabilitas pendapatan


sebagai dampak dari variasi Aliran kas masuk dan keluaran selama umur investasi
yang bersangkutan. Strategi manajemen risiko yang sangat penting ditetapkan pada

276
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

awal proyek dan risiko ditujukan pada seluruh daur hidup proyek secara menerus.
Resiko managemen mencakup beberapa kegiatan: memperkirakan risiko,
menganalisis risiko, menangani risiko, belajar dari pengalaman. Tahap penentuan
pada semua bagian adalah untuk mengindikasikan secara aktual risiko proyek.
Manajemen partisipan dan manajemen proyek keseluruhan harus mengutamakan
dengan tujuan menangani risiko dan melakukan pendekatan yang menciptakan:
berbagai pemikiran untuk mencari penyelesaian dampak yang paling minim, kontrak
administrasi yang seimbang, penyelesaian dini pada risiko proyek Resolution).
Untuk pekerjaan konstruksi di Kabupaten Lombok Tengah umumnya untuk
pengadaan material besi beton dan semen. Material besi beton dan semen
didatangkan dari pulau Jawa. Oleh karena itu guna memperlancar pelaksanaan
pekerjaan konstruksi di Kabupaten Lombok Tengah, diharapkan adanya daftar
kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material. Jadwal sangat dibutuhkan
menginngat kedatangan material tersebut membutuhkan waktu karena harus
mendatangkan dari Pulau Jawa.

8.1.2 Mitigasi Risiko


Menurut Peltier (2014:38), “Risk mitigation is a systematic methodology used by
senior management to reduce organizational risk.” Sehingga dapat diartikan, mitigasi risiko
adalah sebuah upaya yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
risiko beserta dengan dampak yang akan ditimbulkan.
Menurut Kizan (2011:6), dijelaskan sebagai berikut “Risk treatments that deal with
negative consequences are sometimes referred to as risk mitigation, risk elimination, risk
prevention and risk reduction.” Sehingga dapat diartikan bahwa perawatan atau pemulihan
risiko berhubungan dengan konsekuensi negatif yang kadang-kadang disebut sebagai
mitigasi risiko, penghapusan risiko, pencegahan risiko dan pengurangan risiko.
Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), “In risk mitigation, the organization
takes concrete actions against risks.” Sehingga dapat diartikan bahwa dalam mitigasi risiko,
organisasi mengambil tindakan nyata terhadap risiko.

Rainer, Prince, & Cegielski (2015:86), menjelaskan bahwa mitigasi risiko memiliki
dua fungsi yaitu:

277
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

1. Menerapkan kontrol untuk mencegah ancaman yang teridentifikasi terjadi.


2. Mengembangkan sarana pemulihan jika ancaman menjadi kenyataan.
Ada beberapa strategi mitigasi risiko yang dapat organisasi lakukan. Terdapat tiga
mitigasi risiko yang paling umum, yaitu:
1. Risk acceptance/penerimaan risiko
Menerima potensi risiko, terus beroperasi tanpa adanya kontrol, dan menyerap
segala kerusakan dan kerugian yang terjadi.
2. Risk limitation/batasan risiko
Membatasi risiko dengan menerapkan kontrol yang meminimalkan dampak dari
ancaman.
3. Risk transference/pemindahan risiko
Memindahkan risiko dengan menggunakan cara lain untuk mengkompensasi
kerugian, seperti asuransi pembelian.

Dari beberapa pengertian mitigasi risiko diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
mitigasi risiko merupakan suatu tindakan atau upaya yang di lakukan oleh perusahaan agar
bisa mengurangi dampak dari suatu kejadian yang berpotensi untuk merugikan atau
membahayakan perusahaan.

8.2 Masalah yang Harus Ditindaklanjuti (Outstanding Issue)


8.2.1 Isu-isu Kritis
Pernyataan isu-isu kritis memberikan gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus
dan prioritas penanganan karena pengaruhnya yang besar, luas, dan signifikan terhadap
perbaikan kondisi masyarakat pada pembangunan masa mendatang. Isu-isu kritis
merupakan isu-isu yang jika diprioritaskan antisipasi dan penanganannya, maka peluang
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan akan lebih besar dan lebih pasti. Namun jika
isu-isu kritis ini tidak ditangani dengan serius, maka hal yang sebaliknya akan terjadi, yakni
tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai. Isu-isu kritis meliputi:
1. Industrialisasi produk unggulan daerah belum optimal, pertumbuhan ekonomi
relatif stagnan, tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional.
2. Penataan ruang, konektivitas dan ketersediaan infrastruktur wilayah belum
optimal.

278
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

3. Mutu dan daya saing keluaran pendidikan belum optimal, derajat kesejahteraan
masyarakat masih relatif rendah, partisipasi perempuan dalam pembangunan
dan ketahanan keluarga belum optimal.
4. Kualitas dan daya dukung lingkungan belum optimal.
5. Belum optimalnya tata kelola pemerintahan yang baik.
6. Kualitas sumber daya manusia.
7. Kesiapan kelembagaan dan regulasi.
8. Keterbatasan pengelolaan sumber daya alam.
8.2.2 Rencana dan Strategi Penyelesaian Isu-isu
1. Peningkatan perekonomian daerah
Dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, diperlukan
optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang ada di tingkat hulu (produksi) sampai dengan proses di tingkat hilir yang
meliputi pengembangan produk olahan, pemasaran (kualitas, kuantitas dan
kontinyuitas) dan peningkatan sumber daya manusia pelaku usaha. Dengan
mengedapankan sektor pariwisata sebagai lokomotif pembangunan maka
kerangka strategis pembangunan diarahkan pada: peningkatan pengelolaan
pariwisata, pengembangan produk unggulan daerah yang berbasis komoditas
pertanian dan perikanan serta industri kerajinan yang memiliki kualitas dan daya
saing pasar yang memadai, sehingga bisa tercapai satu desa satu produk
unggulan, pengembangan atraksi seni budaya, pengembangan desa wisata,
atraksi atau pentas seni secara teratur, peningkatan kapasitas kelembagaan
pelaku usaha lokal, koordinasi dan fasilitasi pemasaran.
Untuk mendorong keberhasilan dalam peningkatan pemerataan dan
penanggulangan kemiskinan, diperlukan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan dengan cara memadukan sistem perencanaan dan penganggaran
yang berpihak pada masyarakat miskin secara sinergis dengan stakeholder
terkait. Selain itu diperlukan upaya memperkuat kedudukan serta kapasitas
kelembagaan yang berfungsi mengkoordinasikan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan.

279
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

2. Pemerataan pembangunan infrastruktur dasar dan konektivitas antar wilayah


Ketersediaan infrastruktur dasar mutlak menjadi perhatian utama
pemerintah daerah karena dengan pemenuhan infrastruktur dasar akan
menimbulkan multiplier effect yang positif dalam pembangunan di daerah.
Kondisi infratruktur jalan perlu mendapat perhatian dari segi kualitas dan
pemeliharaannya karena mengalami peningkatan status jalan yang signifikan.
Kondisi cakupan layanan air bersih juga terus mengalami peningkatan, namun
dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan sumber air yang cenderung
menurun tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah.
Infrastruktur dasar lain yang masih perlu mendapat perhatian adalah kualitas
dan kuantitas sarana dan prasarana sanitasi yang masih belum merata.
3. Peningkatan mutu dan akses pendidikan serta layanan kesehatan
Kesenjangan partisipasi sekolah masih merupakan masalah sentral pada
penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan, hal ini disebabkan
oleh masih rendahnya akses pendidikan dan kualitas layanan pendidikan, baik
pada strata pendidikan anak usia dini maupun pendidikan dasar 9 tahun yang
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pengembangan fasilitas kesehatan dasar dan rujukan yang sesuai standar
merupakan prasyarat mutlak yang didukung oleh upaya promosi kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat, penanggulangan penyakit menular, PHBS,
pengawasan peredaran obat makanan dan pemantapan pelaksanaan jaminan
kesehatan.
4. Tata ruang dan lingkungan hidup yang berkualitas
Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan hidup dan daya dukung
lingkungan sebagai akibat pelaksanaan pembangunan dan dampak perubahan
iklim perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Untuk
itu diperlukan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan yang holistik,
tematik dan integratif dalam ruang spasial dan aspasial menuju pembangunan
tata ruang dan lingkungan hidup yang berkualitas.
5. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan layanan publik

280
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu isu yang


masih perlu diperhatikan dalam pembangunan. Kinerja penyelenggaraan
pemerintahan berujung pada peningkatan kualitas layanan publik di berbagai
sektor. Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan melalui
peningkatan kapabilitas, integritas, akuntabilitas, ketaatan pada hukum,
kredibilitas dan transparansi. Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah diarahkan pada peningkatkan sistem
pengawasan internal dan pengendalian kebijakan Kepala Daerah melalui
evaluasi tingkat maturitas SPIP maupun tingkat leveling kapabilitas APIP,
meningkatkan integritas dan kapabilitas Aparatur Sipil Negara (ASN).
Peningkatan pengendalian dan pengelolaan keuangan dan aset daerah juga
menjadi fokus lain dari pembenahan reformasi dan birokrasi. Peningkatan
reformasi birokrasi termasuk didalamnya adalah peningkatan pelayanan publik
melalui penguatan sistem dan akses pelayanan berbasis teknologi informasi
yang terpadu (smart city); pelayanan yang cepat, mudah, murah, terjangkau,
inklusif dan berkualitas yang didukung oleh kapasitas fiskal daerah yang
memadai.

8.3 Alternatif Pengembangan Model Kesepakatan


Dalam upaya memajukan pariwisata di kawasan KEK Mandalika, penambahan
jumlah hotel/resort di kawasan pendukung masih terbuka lebar. Kondisi tersebut
memberikan peluang kepada pemerintah daerah untuk dapat melakukan kerjasama dengan
pihak ketiga melalui konsep kerjasama kemitraan strategis. Inti dari konsep kerjasama ini
adalah mentransformasi semangat wirausaha ke dalam sektor publik, pemerintah harus
mampu berperan sebagai katalisator yang tidak melaksanakan sendiri pembangunan tapi
cukup mengendalikan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Selain itu pemerintah harus
dapat memberdayakan masyarakat dalam pemberian pelayanan, serta dapat menciptakan
persaingan dalam setiap pelayanan, dengan demikian maka sektor usaha swasta dan
pemerintah dapat bekerja secara lebih profesional dan lebih efisien.
Kemitraan didefinisikan sebagai kerjasama antara pemerintah (daerah) dengan
swasta dan/atau masyarakat dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. Kemitraan
antara pemerintah dengan swasta dimaksudkan untuk melakukan disain, perencanaan,

281
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

pembiayaan, pembangunan dan/atau pengelolaan proyek pada ranah pelayanan publik.


Praktek kemitraan antara pemerintah dan swasta sering juga disebut dengan istilah
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP/P3s)
dilakukan karena beberapa hal, yaitu:
 Keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan publik sementara tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan publik semakin meningkat.
 Upaya meningkatkan partisipasi dunia usaha/swasta serta masyarakat dalam
pembangunan daerah dan pelayanan.
 Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
 Upaya percepatan pembangunan di daerah.
Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dapat mempertimbangkan perlu dilakukan
kemitraan dengan swasta bila satu atau lebih syarat terpenuhi, yaitu:
 Pelayanan atau proyek kegiatan tidak bisa dilakukan sendiri karena keterbatasan
finansial atau pengalaman pemerintah.
 Mitra swasta bisa memberikan manfaat peningkatan kualitas atau level
pelayanan yang lebih baik daripada dilakukan sendiri oleh pemerintah.
 Mitra swasta memungkinkan pelayanan atau proyek kegiatan bisa dilaksanakan
lebih cepat daripada dilakukan sendiri oleh pemerintah.
 Ada dukungan dari pengguna layanan untuk dilibatkannya swasta dalam
kegiatan tersebut.
 Ada peluang kompetisi diantara mitra swasta yang prospektif.
 Tidak ada aturan yang melarang pelibatan swasta dalam program kemitraan
yang akan dilakukan.
 Output layanan dapat diukur dan dinilai dengan mudah.
 Biaya program kemitraan bisa tertutup melalui implementasi biaya pengguna
layanan.
 Proyek kegiatan atau pelayanan memberikan peluang untuk berinovasi.
 Ada track record kemitraan dengan swasta dan ada peluang untuk mendorong
perkembangan ekonomi.

282
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Dalam melaksanakan pola kemitraan ini harus perpedoman pada 3 (tiga) pilar good
governance, yaitu
 Pemerintah memainkan peran menjalankan dan menciptakan lingkungan politik
dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain dalam pemerintahan,
 Dunia usaha swasta berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan pendapatan,
dan
 Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial, ekonomi dan politik.
Bentuk-bentuk kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga/swasta yang ada di
Indonesia dan sudah dilakukan oleh beberapa daerah adalah sebagai berikut:
 BOO (Build Own Operate) – Swasta membangun, memiliki dan
mengoperasikan fasilitas yang dikontrakkan.

Gambar 116. Skema BOO

 BOOT (Build Own Operate Transfer) – Swasta membangun, memiliki,


mengoperasikan dan menyerahkan kepada pemerintah di akhir kontrak.

283
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 117. Skema BOOT

 BOT (Build Operate Transfer) – Swasta membangun, mengoperasikan dan


menyerahkan kepada pemerintah di akhir kontrak.

Gambar 118. Skema BOT

 BTO (Build Transfer Operate) – Swasta membangun, menyerahkan kepada


pemerintah di awal kontrak dan mengoperasikannya.
 DB (Design-Build) – Swasta membuat disain dan membangun sebagai alternatif
model procurement.

284
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 119. Skema DB

 DBFO (Design, Build, Finance, Operate) – Swasta mendisain, membangun,


membiayai dan mengoperasikan.

Gambar 120. Skema DBFO

Dari beberapa bentuk kemitraan tersebut yang memungkinkan untuk diterapkan


dalam pengembangan kawasan pendukung KEK Mandalika dan banyak digunakan di
beberapa daerah adalah bentuk BOT atau BTO. Dalam pelaksanaan pola kemitraan antara
pemerintah dengan pihak ketiga/swasta akan berhubungan dengan pemanfaatan aset daerah
(pemerintah), demikian juga dengan upaya pengembangan kawasan pendukung pariwisata
KEK Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah. Adapun bentuk-bentuk pemanfaatan aset
daerah menurut Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah, dibedakan menjadi:
 Sewa

285
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Pinjam Pakai
 Kerjasama kemanfaatan
 Bangun guna serah & Bangun serah guna
Implementasi pola kemitraan antara pemerintah dengan pihak ketiga/swasta dalam
pengembangan kawasan pendukung pariwisata KEK Mandalika di Kabupaten Lombok
Tengah ini akan memberikan beberapa manfaat bagi daerah (pemerintah), yaitu:
 Teratasinya sebagian kebutuhan sarana prasarana yang belum bisa dipenuhi oleh
pemerintah daerah.
 Sebagai sarana partisipasi dan mengembangkan sektor swasta dalam pembangunan
daerah.
 Sebagai upaya pengembangan perekonomian daerah.
 Membuka peluang penyerapan tenaga kerja.
 Peningkatan pendapatan daerah.
Adapun kendala dalam implementasi kemitraan antara pemerintah dengan pihak
ketiga/swasta dalam pengembangan kawasan pendukung pariwisata KEK Mandalika di
Kabupaten Lombok Tengah yang perlu dipertimbangkan ada beberapa hal, yaitu:
 Masih adanya persepsi atau stigma negatif dari para pelaku usaha terhadap aparat
pemerintah daerah yaitu terjadinya high cost apabila berhubungan dengan
pemerintah.
 Adanya mekanisme tender bagi perusahaan yang akan mengikuti kerjasama
pemanfaatan barang milik daerah minimal 5 (lima) perusahaan (Permendagri
No.17/2007).
 Terbatasnya prasarana/infrastruktur dasar di daerah (seperti jalan, listrik, air bersih,
telekomunikasi, transportasi) menjadikan swasta kurang berminat untuk
berinvestasi.
Bagi Pemerintah Daerah pembiayaan pembangunan infrastruktur dengan
mengandalkan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) juga dirasakan semakin
terbatas jumlahnya, untuk itu dibutuhkan pola-pola baru sebagai alternatif pendanaan yang
tidak jarang mellibatkan pihak swasta (nasional-asing) dalam proyek-proyek Pemerintah
Kerja sama tersebut dimanifestasikan dalam bentuk perjanjian. Adapun bentuk kerja sama
yang ditawarkan antara lain Joint Venture berupa production sharing, manajemen contract,

286
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

technical assistance, franchise, joint enterprise, portofolio investmen, build operate and
transfer (BOT) atau bangun guna serah dan bentuk kerja sama lainnya.
Sebagai salah satu alternatif yang dapat dipilih yaitu perjanjian kerja sama sistem
bangun guna serah atau build operate and transfer (BOT) yang tergolong masih baru. Sistem
perjanjian ini juga banyak digunakan dalam hal perjanjian antara Pemerintah dengan swasta
dalam membangun sarana umum lainnya seperti sarana telekomunikasi, jalan tol, tenaga
listrik, pertambangan, pariwisata dan lain-lain.
Bangun guna serah atau build operate and transfer adalah bentuk perjanjian kerja sama
yang dilakukan antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan bangunan
selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan kepemilikan bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa guna serah berakhir.
Sumber lain mengatakan bahwa, dalam kerja sama dengan sistem build operate and
transfer (BOT) ini, pemilik hak eksklusif (biasanya dimiliki Pemerintah) atau pemilik lahan
(masyarakat/swasta) menyerahkan pembangunan proyeknya kepada pihak investor untuk
membiayai pembangunan dalam jangka waktu tertentu pihak investor ini diberi hak konsesi
untuk mengelola bangunan yang bersangkutan guna diambil manfaat ekonominya (atau
dengan presentasi pembagian keuntungan). Setelah lewat jangka waktu dari yang
diperjanjikan, pengelolaan bangunan yang bersangkutan diserahkan kembali kepada
pemilik lahan secara penuh. Hak eksklusif maksudnya adalah dalam hal hak terhadap tanah
yang hanya dimiliki oleh subjek hukum tertentu saja.
Berdasarkan pengertian sebagaimana dimaksud di atas maka unsur-unsur perjanjian
sistem bangun guna serah (build, operate, and transfer/BOT) atau BOT agreement, adalah :
1. Investor (penyandang dana), 2. Tanah, 3. Bangunan komersial, 4. Jangka waktu
operasional, 5. Penyerahan (transfer).
Menurut United Nations Industrial Development Organizations (UNIDO) 1996,
tentang Guidelines For Infrastructure Development Trought BOT (Viena Publication) 6 .
Ada 3 pihak utama yang berperan dalam proyek BOT yakni :
1. Host Government
Pemerintah setempat yang mempunyai kepentingan dalam pengadaan proyek
tersebut (legislative, regulatory, administratif) yang mendukung project

287
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

company dari awal hingga akhir pengadaan project tersebut. Umumnya


didampingi oleh penasehat hukum, technical, dan financial.
2. Project Company
Konsorsium dari beberapa perusahaan swasta yang membentuk proyek baru.
Perannya adalah membangun dan mengoperasikan proyek tersebut dalam
konsesi kemudian mentransfer proyek tersebut kepada Host Government.
Sebelumnya Project company mengajukan proposal, menyiapkan studi
kelayakan dan menyerahkan penawaran proyek.
3. Sponsor
Yaitu yang berperan dalam hal pembiayaan dalam pengadaan proyek tersebut.
Digambarkan pada skema berikut ini :
Skema kemitraan yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah (daerah) dalam
pengembangan kawasan pendukung pariwisata KEK Mandalika di Kabupaten Lombok
Tengah dengan pola kemitraan adalah seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 121. Skema Kemitraan BOT

288
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Gambar 122. Skema BOT

Berdasarkan beberapa uraian di atas dan pengalaman penerapan pola kemitraan di


beberapa daerah, maka dalam upaya pengembangan kawasan pendukung pariwisata KEK
Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah ini ada beberapa hal yang menjadi perhatian,
yaitu:
 Pemerintah daerah perlu menyusun detail management design program kemitraan
sebagai panduan yang mengatur perencanaan, pengadaan, penganggaran,
pengelolaan, kepemilikan, dsb.
 Perlu disusun standar kualitas pelayanan yang akan dimitrakan.
 Perlu diperjelas hak dan kewajiban masing-masing, termasuk juga profit sharing dan
resiko yang mungkin timbul dalam setiap praktek kemitraan untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya perselisihan.
 Meningkatkan kemitraan yang juga melibatkan usaha kecil menengah agar lebih
berkembang serta masyarakat sekitar kawasan pantai, dsb.

289
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

 Memilih mitra yang tepat, memiliki integritas, pengalaman dan track record yang
baik.
 Menyederhanakan prosedur dan birokrasi daerah untuk mempermudah pelayanan
investasi pelaku usaha.
 Memperbaiki prasarana/infrastruktur dasar di daerah, seperti jalan, jembatan, listrik,
air bersih, telekomunikasi, dsb.
 Daerah perlu meningkatkan sosialisasi dan promosi potensi daerah yang berpeluang
dimitrakan dengan swasta.
Beberapa hal yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan kawasan pendukung
pariwisata KEK Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah ada beberapa hal, yaitu:
 Komitmen yang kuat dari Penanggung Jawab Proyek Kerjasama,
 Layak secara Keuangan (profitable),
 Layak secara Teknis,
 Layak secara Hukum,
 Layak secara Lingkungan, dan
 Layak dibiayai (Bankable).
Adapun peran pemerintah (daerah) dalam pengembangan kawasan pendukung
pariwisata KEK Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah dapat berupa: penyediaan lahan,
dukungan akses dan perijinan serta regulator. Sedangkan peran pihak ketiga/swasta
berperan sebagai investor dan pengelola resort.

290
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

BAB 9. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Kelayakan Pengembangan Resort di Kabupaten Lombok
Tengah dari aspek kebijkan, pembangunan hotel dan resort merupakan salah satu upaya
untuk menunjang kebijakan sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu
mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Analisa teknis keruangan menunjukkan bahwa lokasi hotel dan resort memiliki
keunggulan karena dekat dengan Bandara Internasional Lombok yaitu 1,2 km. Tata guna
lahan berupa sawah irigasi seluas 17,7 Ha. Menurut Rencana Pola Ruang pada RDTR
Perkotaan Praya Tahun 2019 di peruntukkan untuk kawasan perdagangan dan jasa serta
perumahan dengan kepadatan rendah. Nilai tanah kawasan tersebut cenderung rendah
apabila hanya dimanfaatkan untuk penggunaan lahan eksisting yang ada, sehingga alternatif
perubahan pemanfaatan lahan berupa hotel dan resort sebagai kawasan pendukung
pariwisata KEK Mandalika merupakan solusi yang tepat dalam kerangka pertumbuhan
wilayah yang lebih luas.
Analisa lingkungan wilayah menunjukkan bahwa lokasi hotel dan resort berdasarkan
RIPPARDA Kabupaten Lombok Tengah termasuk dalam kawasan pendukung
perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan lokasi sebagai hotel dan resort diharapkan dapat menunjang keberadaan
dan pengembangan KEK Mandalika.
Analisa aspek teknis dan fasilitas menunjukkan bahwa fasilitas hotel dan resort yang
direncanakan cukup lengkap terdiri dari penginapan/bungalow, ruang pertemuan, kolam
renang, restoran, toko cinderamata, lapangan tenis, masjid dan taman bermain anak. Dari
analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan.
Analisis ekonomi maka kondisi optimis tercapai pada IRR yang diperoleh lebih
besar dari suku bunga bank yaitu sebesar 19,07% sehingga payback period dapat dicapai
dalam jangka waktu 6,47 tahun dengan profitability index sebesar 10%. Nilai NPV proyek
ini adalah Rp 401.159.194.606,88,-. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi ekonomi, proyek
ini layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan analisis dari aspek sosial budaya dan kelembagaan menunjukkan bahwa
dengan pengembangan resort diharapkan dapat mengangkat nilai budaya tradisi setempat

291
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

dengan meningkatkan fungsi dan peran lembaga, instansi dan kelompok masyarakat dalam
pengembangan hotel dan resort. Pengembangan hotel dan resort ini dapat dilakukan dengan
model KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta) untuk terlibat dalam pengembangan resort
dan meningkatkan perekonomian wilayah. Gambaran potensi, permasalahan, peluang dan
tantangan dianalisis untuk menentukan rencana dan program pengembangan hotel dan
resort ke depan.

9.2 Rekomendasi
1. Perlu adanya Analisa Dampak Lalu Lintas yang dituangkan dalam bentuk dokumen
Andalalin atau perencanaan pengaturan lalu lintas.
2. Perlu adanya penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) secara
keseluruhan untuk mulai dari tahap pra konsrtruksi, konstruksi hingga pasca konstruksi
dengan pemantauan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) atau Rencana
Pemantauan Lingkngan Hidup (RPL) yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
3. Perlu diadakan sosialisasi dan pendampingan serta keterlibatan masyarakat pada setiap
tahap pengambilan keputusan.
4. Pembentukan lembaga supervisi dari pemerintah daerah yang berupa Perusda atau UPT
tersendiri.

292
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi dan Narbuko, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.


Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010.
Badrudin, R. Ekonomika Otonomi Daerah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2012.
Candela, G. and Figini, P. The Economics of Tourism Destinations. Springer, Berlin
Heidelberg, 2012.
Djogo et al. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroprofesi, Bogor, 2003.
Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat, Jakarta: Penerbit PPM, 2008.
Duffy, G.K. dkk. Psychology for Living. Adjusment, Growth. And Behavior To Day. Sevent
Ed, 2002.
Fahmi, Irham. Manajemen Resiko, Bandung: Alfabeta, 2010.
Handoko, Hani. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi Kediua,
Yogyakarta: BPFE UGM, 2010
Hasan, M. Iqbal. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2002.
Hidayat, Aceng. Memahami Green Economy Secara Kritis. Bogor: IPB University, 2011.
Kartodihardjo, H. dan H. Jhamtani. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia,
Jakarta: Equinox, 2006.
Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 4. Jakarta: Erlangga,
2013.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2007.
Mulyadi. Akuntansi Biaya, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2012.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakaraya,
2009.
Sadono, Sukirno. Makro Ekonomi Modern, Jakarta: Rajawali Press, 2000.
Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE,
2001.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi, Jakatra: Kencana, 2011.
Sinclair, M. Thea dan Stabler, Mike. Economics of Tourism, London: Routledge. 1997.
Sudana, Made. I. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: Erlangga, 2011.

293
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Sugiarto. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan dan


Informasi Asimetri, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Suryawati. Teori Ekonomi Mikro. UPP. AMP YKPN. Yogyakarta: Jarnasy, 2004.
Todaro, Michael P. Pembangunan Ekonomi Buku I, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Yoeti, Oka A. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Paramita, 2008.

Jurnal
Afriyani, Fauzia. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhikontribusi Sektor Pariwisata
Untuk Mendukung Peningkatan Paddi Kota Palembang, Jurnal Profit, Volume 2
Nomor 2, November 2015.
Gunawan, Ikhsan. Hamdi Sari Maryoni. Dinamika Penetapan Kawasan Ekonomi Khusus
Dalam Mempengaruhi Kebijakan Wilayah Desa, Jurnal Sungkai, Volume 5 Nomor
1, Edisi Februari 2017.
Hartono, Hartono. Listifadah Listifadah. Akses Dan Pelayanan Transportasi Menuju
Destinasi Wisata Pantai Mandalika Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jurnal
Penelitian Transportasi Darat, Volume 19 Nomor 4, 2017.
Jensen, M. & Mackeling, W. Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost And
Ownhership Structure, Journal of Financial Economics 3 Pages 305-360. 1976.
Ramdani, Zulfan Asri. M. Sani Roychansyah, Yori Herwangi. Peran Pemerintah Dalam
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Jurnal Planoearth, Volume 5 Nomor 1, Februari 2020.
Soleh, Ahmad. Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia, Ekombis Review:
Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis 2, 2014.
Sunder, Shyam. Stationarity Of Market Risk: Random Coefficients Tests For Individual,
The Journal Of Finance, Volume 35 Issue 4 Pages 883-896, September 1980.
Wongso, Amanda. Pengaruh Kebijakan Dividen, Struktur Kepemilikan, Dan Kebijakan
Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Dalam Perspektif Teori Agensi Dan Teori
Signaling, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Volume 1 Nomor 5, 2012.

Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

294
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Nasional Tahun 2005-2025
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2014 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus Mandalika
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

Sumber Lainnya
Anasthacia, Novrani. Analisis Permintaan Wisatawan Nusantara Objek Wisata Taman
Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara, Skripsi, Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, 2014.
https://adoc.pub/bab-ii-landasan-teori-secara-umum-masyarakat-melihat-bahwa-i.html
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200312/44/1212628/amman-mineral-aman-dari-corona
https://lombok-airport.co.id/
https://media.neliti.com/media/publications/173034-ID-potensi-destinasi-wisata-di-
indonesia-me.pdf
https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-sejak-hari-ini-pembatasan-lalu-lintas-orang-
keluar-masukindonesia
https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-sejak-hari-ini-pembatasan-lalu-lintas-orang-
keluar-masukindonesia
https://nasional.kontan.co.id/news/berlaku-sejak-hari-ini-pembatasan-lalu-lintas-orang-
keluar-masukindonesia
https://ntb.disbudpar.go.id, 2016
https://regional.kompas.com/read/2020/03/07/08253341/transisi-darurat-tinggal-sebulan-
19000-unitrumah-penyintas-gempa-lombok
https://regional.kompas.com/read/2020/03/07/08253341/transisi-darurat-tinggal-sebulan-
19000-unitrumah-penyintas-gempa-lombok

295
PENYUSUNAN PELUANG INVESTASI
PROYEK PRIORITAS STRATEGIS
Sektor Pariwisata Mandalika

https://travel.kompas.com/read/2020/03/16/201233327/cegah-virus-corona-ntb-tutup-
sementarapelayaran-ke-3-gili?page=all
https://travel.kompas.com/read/2020/03/16/201233327/cegah-virus-corona-ntb-tutup-
sementarapelayaran-ke-3-gili?page=all
https://www.getnews.id/2020/03/25/gubernur-ntb-keluarkan-sk-status-siaga-darurat-covid-
19/
https://www.getnews.id/2020/03/25/gubernur-ntb-keluarkan-sk-status-siaga-darurat-covid-
19/
Ruslan, H. (2016a), PLTS Jadi Sumber Energi KEK Mandalika, Republika Online. 2017
Widiyanti, Arista. Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa: Studi
Pada Desa Sumberejo Dan Desa Kandung Di Kecamatan Winongan Kabupaten
Pasuruan. Undergraduate Thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
2017.

296
ANALISA ASPEK YURIDIS WILAYAH MANDALIKA
DESKRIPSI PROYEK
Peraturan Presiden No. 18 Tahun Peraturan Pemerintah No. 50 Surat Menko Maritim & Sumber Arahan Presiden RI “Mandalika Convention Hall, Hotel and Resort”
2020 tentang RPJMN Tahun Tahun 2011 tentang Rencana Daya No S-54/Menko/Mari- (Surat Sekretaris Kabinet No.
2020-2024 Induk Pembangunan Kepariwisa- tim/VI/2016 ditetapkan 5 KSPN R-0047/seskab/DKK/2019 tanggal LOKASI PROYEK
(Lampiran II-Major Project 10 taan Nasional Tahun 2010-2025 Prioritas sampai akhirnya menjadi 15 Juli 2019 Perihal Risalah Ratas Desa Tanak Awu Kec. Pujut Kabupaten Lombok Tengah
Destinasi Pariwisata Prioritas) (Kawasan Pengembangan 3 KSPN Prioritas sampai tahun Pengembangan Destinasi
Pariwisata Nasional (KPPN) 2019. 3 KSPN Prioritas ini ialah Pariwisata Prioritas) TOTAL AREA
Mandalika dan sekitarnya) Danau Toba, Borobudur, dan 17,7 Ha SHM
Mandalika. Tema Pengembangan
ESTIMASI INVESTASI
Rp. 468.767.876.000 “Pengalaman Pariwisata Level
Internasional yang Berintegerasi”
NET PRESENT VALUE
Rp. 59.101.303.617

RENCANA POLA RUANG Kawasan Tanah Awu Kec Pujut IRR


masuk dalam Kawasan Perkotaan
19,71%
Praya yang peruntukanya sebagai
Pusat Perekonomian di Kabupaten
Lombok Tengah.
PROFITABILITY INDEX
N
1,13

PAYBACK PERIOD S
Masuk Daerah 5,85 Tahun
Penyangga KEK
Mandalika

MANDALIKA PRAYA

RTRW Kab. Loteng CONVENTION HALL BANDAR UDARA


INTERNATIONAL LOMBOK

RDTR Perkotaan Praya


Kawasan Tanah Awu Kec Pujut
HOTEL & RESORT
masuk dalam Kawasan Perkotaan
Praya yang peruntukanya sebagai Proyek Investasi
Pusat Perekonomian di Kabupaten
Lombok Tengah.
Pendukung Kawasan Super Prioritas
Pariwisata Mandalika PANTAI SELONG
BELANAK
PANTAI KUTA PANTAI TANJUNG AAN
RENCANA LOMBOK

STRUKTUR PROFIL KAWASAN


RUANG
Praya - Mandalika LOKASI DPP MANDALIKA
Kawasan Praya Mandalika, di mana lokasi proyek ini
berada, merupakan salah satu Sub Key Tourism Area (KTA)
dalam KTA Southern Coast Priority di Pulau Lombok,
sebagaimana tercantum dalam Integrated Tourism Master
Plan. Di sub KTA Praya Mandalika terdapat banyak atraksi
wisata, baik berbasis laut, MICE, budaya maupun event.
Dukungan Kebijakan dari Pemda Pengembangan Sub KTA ini juga sebagai pendukung dari
untuk Percepatan Pembangunan keberadaan The Mandalika yang menjadi pusat pariwisata
baru di Pulau Lombok.
dan juga Dukungan dari Masyarakat
Setempat Sub KTA Praya – Mandalika saat ini menghadapi
INDONESIA INVESTMENT COORDINATING BOARD tantangan agar pembangunan pariwisata berkembang KP
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190 MANDALIKA
lebih terintegrasi, lebih meningkatkan keterlibatan
P.O. Box 3186, Indonesia masyarakat, peningkatan investasi, aksesibilitas, fasilitas
www.bkpm.go.id dan peningkatan layanan air bersih.

BKPMINDONESIA @bkpm @bkpm_id Invest Indonesia indonesia-investment


6 | www.bkpm.go.id 2 | www.bkpm.go.id
PROFIL PROYEK ANALISA PASAR JUMLAH KAMAR DAN TENAGA KERJA PADA HOTEL BINTANG
DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2019
PERKEMBANGAN PARIWISATA DESEMBER 2019
Keterangan: Dikutip dari: Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XXIII, 3 Februari 2020
Information Center No Kota/Kab
Utility Area Perkembangan Kumulatif Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Lokal Asing
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Desember 2019 Menurut Pintu Masuk 7,52% 1 Mataram 29 853 683 0
Resto/Cafe D’Max Hotel Grand Royal
(Juta Kunjungan) (Ribu Kunjungan)
Pasar Seni & Souvenir
1.377,07 2 Lombok Barat 38 2644 2004 6 & Convention BIL Hotel

Amusement Park 3 Lombok Utara 9 487 268 0


Hotel
838,98 1.280,78 4 Lombok Tengah 6 329 445 1
Kampung Nelayan 5 Lombok Timur 3 34 0 0
Villa
388,50 6 Sumbawa Barat 1 92 75 0
D’Prava
7 Sumbawa 7 98 231 0 Aerotel

ABOUT PROJECT
Hotel
16.11 Mandalika
15.81 8 Dompu 0 0 0 0
Mandalika Convention Hall, Hotel and Resort hadir untuk memenuhi kebutuhan
1,88% 149,59 9 Bima 0 0 0 0
pariwisata MICE berskala International yang didesain dengan konsep berkelanjutan Jan-Des 10 Kota Bima 0 0 0 0 HOTEL & RESORT
Jan-Des 2019
DI MANDALIKA
dengan mengedepankan unsur-unsur kebudayaan lokal. Tingginya wisawatan yang
Nov 2019 Des 2019
datang ke NTB dan seringnya event berskala Nasional dan International menjadi 2018 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Total 93 4537 3706 7 Novotel Lombok
Resort & Villas
peluang yang mendukung pengembangan Convention Hotel dan Resort di (Ribu Kunjungan)
Kabupaten Lombok Tengah. Lokasi pengembangan yang berada di kawasan strategis
antara Kota Mataram, Bandara International Lombok (BIL) dan KEK Mandalika Kedatangan Wisatawan Mancanegara
Desember 2019 Menurut Kebangsaan (%) GRAFIK TPK DAN LOS GRAFIK TPK DAN LOS
menjadikan kawasan ini memiliki nilai ekonomis yang menjanjikan. Pariwisata MICE HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI NTB HOTEL NON BERBINTANG DI PROVINSI NTB
yang ada di NTB Masih di dominasi kegiatan meeting dan insentif yaitu di Narmada
Convention Hall, Islamic Center Convention dan Epicentrum Mall di Kota Mataram,
sementara untuk Convention dan Exhibition berlum berkembang. Sehingga untuk
0,36 *)

59,39%
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) 70
TAHUN 2016 - 2019

70
TAHUN 2016 - 2019

mendukung Lombok sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas berskala Hotel Klasifikasi Bintang di Indonesia 58.25
60 57.8
Internasional perlu didukung dengan pengembangan Convention Hall yang
*) year on year 60 53.2
49.2 50.7
representatif
0,01 *)
1,76 Hari
Rata-rata lama menginap tamu asing dan
50

40
42.27 50

40
Indonesia pada Hotel Klasifikasi Bintang di 29.92
Indonesia 30 30 24.52
*) year on year
17,41 15,05 11,20 9,12 7,74 20 20
MALAYSIA SINGAPURA TIONGKOK AUSTRALIA TIMOR LESTE
BUILDING COVERAGE 30 %
Rencana 10 3.25 10
KETINGGIAN BANGUNAN 2 – 3 LANTAI 2.18 2.05 2.11 2.07 1.72 2.64 3.15
70 % RUANG TERBUKA HIJAU / NON HIJAU Rata-rata pertumbuhan kunjungan wisman ke Indonesia dalam lima tahun terakhir
Pola Ruang (2014-2018) mencapai 14% per tahun 0 0
PERKEMBANGAN 2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
Lokasi WISATAWAN INTERNASIONAL, Kenaikan wisatawan secara Nasional paling besar terjadi di Bandara International TPK LOS
NASIONAL, DAN DAERAH Lombok (BIL) NTB yaitu sebesar 116,65% (BPS Nasional: Agustus 2019) TPK LOS
Peluang
Tahun 2019 dari total Wiswan tersebut yang berkunjung ke Indonesia 9,6 %
Investasi berkunjung ke Lombok
Berlokasi di tepi By Pass yang menghubungkan Kota Mataram dan Kawasan Ekonomi
PANTAI/ GUNUNG RINJANI
Khusus (KEK) Mandalika dan 3 km dari Bandara Internasional Lombok. Berdasar RDTR
KUNJUNGAN WISATAWAN PESISIR KOTA & DESA
Perkotaan Praya, Rencana Pola Ruang di lokasi proyek direncanakan sebagai
KE NTB 3 TAHUN TERAKHIR PROYEKSI WISATAWAN LAUT & BAWAH HUTAN ALAM
Kawasan Perdagangan Jasa dan Perumahan Kepadatan Rendah. Tata Guna Lahan
LAUT
eksis berupa Sawah Tadah Hujan. 4000000
3,508,903
3,706,352 700,000 MACAM
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PROYEK 3500000 600,000
WISATA
DESA SADE
15 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas
PANTAI AMPENAN
30 menit dlokasi Investasi
3000000 2,812,379 500,000
YANG
4 1
8
PANTAI KUTA
30 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas
PANTAI LOANG BALOQ
30 menit dari lokasi Investasi
2500000
2,078,654 2,155,561
400,000
DIMINATI
6 7 2000000 300,000
2 5 PANTAI SELONG BELANAK ISLAMIC CENTRE NTB 1,607,823 1,550,791
1,430,249
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 50 menit dari lokasi Investasi 1500000 200,000

ASPEK
1,204,556
FESTIVAL BAU NYALE, PANTAI SEGER KUTA MANDALIKA CARNIVAL, PRAYA 1000000 100,000
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 10 menit dari lokasi Investasi
3
11 13 14

TEKNIS
BUKIT MERESE 500000 -
12 10

2040
2034
2024

2035
2030

2033

2036
2019

2025

2038
2039
2020

2032
2031
2023

2037
2026

2028
2029
2022
2021
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas

2027
PETA LOKASI PELUANG PANTAI TANJUNG AAN
0
2017 2018 2019
INVESTASI PULAU LOMBOK 1 jam dari BIL, 1,5 jam dari Gilimas Wisman Wisnus Wisata Laut Wisata Pantai Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Gunung
Wisman Wisnus Total

3 | www.bkpm.go.id 4 | www.bkpm.go.id 5 | www.bkpm.go.id


MANDALIKA
CONVENTION HALL
HOTEL & RESORT
Proyek Investasi Pendukung
Kawasan Super Prioritas Pariwisata Mandalika
Total Area Estimasi Investasi IRR
17,7 Ha SHM Rp. 468.767.876.000 19,71%

Lokasi Proyek Net Present Value N


Desa Tanak Awu Kec. Pujut Rp. 59.101.303.617
Kabupaten Lombok Tengah
S

Profitability Index Payback Period


1,13 5,85 Tahun

BLOCK PLAN MANDALIKA


CONVENTION HALL
Keterangan:
Information Center
Utility Area
Resto/Cafe
Pasar Seni & Souvenir
Amusement Park PRAYA
Hotel
Kampung Nelayan
Villa

PROFIL KAWASAN
Kawasan Praya Mandalika, di mana lokasi proyek ini berada,
merupakan salah satu Sub Key Tourism Area (KTA) dalam KTA
Southern Coast Priority di Pulau Lombok, sebagaimana
tercantum dalam Integrated Tourism Master Plan. Di sub KTA
Praya Mandalika terdapat banyak atraksi wisata, baik berbasis
laut, MICE, budaya maupun event. Pengembangan Sub KTA ini
juga sebagai pendukung dari keberadaan The Mandalika yang
menjadi pusat pariwisata baru di Pulau Lombok.
LOKASI DPP MANDALIKA

TEMA PENGEMBANGAN
“Pengalaman Pariwisata Level
KP
Internasional yang Berintegerasi”
MANDALIKA

PROFIL PROYEK
ANALISA PEMILIHAN LOKASI PROYEK
DESA SADE PANTAI AMPENAN
15 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 30 menit dlokasi Investasi
PANTAI KUTA PANTAI LOANG BALOQ
30 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 30 menit dari lokasi Investasi
PANTAI SELONG BELANAK ISLAMIC CENTRE NTB
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 50 menit dari lokasi Investasi
FESTIVAL BAU NYALE, PANTAI SEGER KUTA MANDALIKA CARNIVAL, PRAYA
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas 10 menit dari lokasi Investasi
BUKIT MERESE
40 menit dari BIL, 1 jam dari Gilimas
PANTAI TANJUNG AAN
1 jam dari BIL, 1,5 jam dari Gilimas

Building Coverage 30 %
Berlokasi di tepi By Pass yang menghubungkan Kota Mataram dan Ketinggian Bangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan 3 km dari Bandara 2 – 3 lantai
Internasional Lombok. Berdasar RDTR Perkotaan Praya, Rencana Pola 70 % Ruang Terbuka
Ruang di lokasi proyek direncanakan sebagai Kawasan Perdagangan
Jasa dan Perumahan Kepadatan Rendah. Tata Guna Lahan eksis
Hijau / Non hijau
berupa Sawah Tadah Hujan.

ANALISA PASAR
PERKEMBANGAN PARIWISATA DESEMBER 2019
Dikutip dari: Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XXIII, 3 Februari 2020

Perkembangan Kumulatif Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara


Kunjungan Wisatawan Mancanegara Desember 2019 Menurut Pintu Masuk 7,52%
(Juta Kunjungan) (Ribu Kunjungan)
1.377,07
838,98 1.280,78

388,50
16.11
15.81
1,88% 149,59
Jan-Des
Jan-Des 2019 Nov 2019 Des 2019
2018 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
(Ribu Kunjungan)

Kedatangan Wisatawan Mancanegara


Desember 2019 Menurut Kebangsaan (%)
0,36 *)
59,39%
Tingkat Penghunian Kamar (TPK)
Hotel Klasifikasi Bintang di Indonesia
*) year on year

0,01 *)
1,76 Hari
Rata-rata lama menginap tamu asing dan
Indonesia pada Hotel Klasifikasi Bintang di
Indonesia
*) year on year
17,41 15,05 11,20 9,12 7,74
MALAYSIA SINGAPURA TIONGKOK AUSTRALIA TIMOR LESTE

KUNJUNGAN WISATAWAN
KE NTB 3 TAHUN TERAKHIR PROYEKSI WISATAWAN
4000000 700,000
3,706,352
3,508,903
3500000 600,000

3000000 2,812,379 500,000

2500000 400,000
2,078,654 2,155,561
2000000 300,000
1,607,823 1,550,791
1,430,249
1500000 200,000
1,204,556

1000000 100,000

500000 -
2040
2034
2035
2024

2030

2033

2036

2039
2038
2025

2032
2031
2019

2037
2020

2023

2026

2029
2028
2022
2021

2027

0
2017 2018 2019
Wisman Wisnus
Wisman Wisnus Total

MACAM WISATA YANG DIMINATI

PANTAI/ GUNUNG RINJANI


PESISIR KOTA & DESA
LAUT & BAWAH HUTAN ALAM
LAUT

Wisata Laut Wisata Pantai Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Gunung

JUMLAH KAMAR DAN TENAGA KERJA PADA HOTEL BINTANG


DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2019

GRAFIK TPK DAN LOS


HOTEL BERBINTANG DI PROVINSI NTB No Kota/Kab
TAHUN 2016 - 2019 Lokal Asing
70 1 Mataram 29 853 683 0
60
58.25 2 Lombok Barat 38 2644 2004 6
49.2 50.7 3 Lombok Utara 9 487 268 0
50
42.27 4 Lombok Tengah 6 329 445 1
40
5 Lombok Timur 3 34 0 0
30 6 Sumbawa Barat 1 92 75 0
20 7 Sumbawa 7 98 231 0
10 3.25
8 Dompu 0 0 0 0
2.18 2.05 2.11
0
9 Bima 0 0 0 0
2016 2017 2018 2019 10 Kota Bima 0 0 0 0
TPK LOS
Total 93 4537 3706 7

Copyright® BKPM - 2020 | www.bkpm.go.id


PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

0
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR

Laporan Pendahuluan ini merupakan tahap awal dari pelaksanaan kegiatan


Penyusunan Peta Potensi Investasi Mandalika Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Kegiatan ini dilakukan mengingat pentingnya pengembangan potensi pariwisata di
Mandalika khususnya pengembangan pariwisata.
Laporan Pendahuluan ini berisikan maksud-tujuan dan sasaran, dasar-dasar
hukum pelaksanaan kegiatan, dan identifikasi potensi pariwisata di Mandalika.
Kami menydari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih merupakan bentuk awal dari
keseluruhan proses pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Peta Potensi Investasi
Mandalika Kabupaten Lombok Tengah, sehingga kami sangat mengharapkan berbagai
masukan, saran dan kritikan dari pihak-pihak yang terkait.

Terima kasih.

1
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

DAFTAR GAMBAR 3

DAFTAR TABEL 4

BAB I PENDAHULUAN 5

1.1 LATAR BELAKANG 5

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 15

1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN 16

1.4 SISTEMATIKA LAPORAN GIS 17

BAB II METODOLOGI PEMETAAN WILAYAH 18

2.1 PEROLEHAN DATA SPASIAL (SEKUNDER) 18

2.2 PENYUSUNAN BASIS DATA 20

2.3 OVERLAY 23

2.4 LAYOUT PETA 24

BAB III DESKRIPSI PEMETAAN WILAYAH 27

3.1 BATAS ADMINISTRASI 27

3.2 BATAS DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI) 23

3.3 GEOLOGI 28

3.4 JARINGAN JALAN 29

3.5 KAWASAN HUTAN 29

2
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

3.6 KONTUR 30

3.7 LAHAN KRITIS 30

3.8 KEMIRINGAN LERENG 31

3.9 PENUTUP LAHAN 31

3.10 RENCANA POLA RUANG 32

3.11 RENCANA STRUKTUR RUANG 33

3.12 UTILITAS 33

3.13 TRANSPORTASI 33

3.14 ENERGI 34

3.15 CURAH HUJAN 34

BAB IV PENUTUP DAN LAMPIRAN 35

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Gambaran Sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam

menopang pertumbuhan ekonomi 8

Gambar 2. 1. Diagram Alir Penyusunan Basis Data 20

Gambar 2. 2 Struktur Data 21

Gambar 2. 3. Teknik Overlay dalam SIG 23

Gambar 2. 4. Informasi Pada Layout Peta Landscape 25

Gambar 2. 5. Informasi Pada Layout Peta Potrait 26

3
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Pengelompokan Pengelompokan Feature Dataset 22

Tabel 3. 1 DAS 28

Tabel 3. 2 Geologi 29

Tabel 3. 3. Kawasan Hutan 30

Tabel 3. 4 Lahan Kritis 31

Tabel 3. 5 Kemiringan Lereng 32

Tabel 3. 6. Penutupan Lahan 32

Tabel 3. 7 Pola Ruang 33

4
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia saat ini masuk sebagai negara ekonomi terbesar ke-16 di dunia dengan
total PDB mencapai lebih dari USD 1 triliun. PDB per kapita Indonesia bahkan
diproyeksikan akan terus meningkat dari sebesar USD 4.175 pada tahun 2019 menjadi
sebesar USD 6.305 pada tahun 2025 yang memungkinkan Indonesia untuk masuk ke
dalam kategori negara berpenghasilan menengah-atas (upper-middle income
country), suatu capaian yang akan semakin memperkuat posisi strategis Indonesia di
kancah ekonomi dunia. Namun demikian, jalan untuk merealisasikan hal tersebut
bukan tanpa tantangan mengingat risiko ketidakpastian global yang akan terus
membayangi mulai dari perang dagang AS-Tiongkok sampai dengan disrupsi ekonomi
global akibat pandemi Covid-19.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global serta potensi perlambatan ekonomi yang
nyata, investasi diharapkan menjadi salah satu motor penggerak perekonomian
nasional yang memiliki peranan jangka panjang. RPJMN 2020-2024 menggarisbawahi
bahwa ekspansi perekonomian utamanya akan didorong oleh investasi, yang
direpresentasikan oleh komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang
tumbuh 6,88-8,11 persen per tahun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan rata-
rata sepanjang tahun 2015-2019 sebesar 5,6 persen. Lebih lanjut, dalam rangka
mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4-6,0 persen per tahun, dibutuhkan
investasi setidaknya sebesar Rp. 36.595,6-37.447,6 triliun per tahun sepanjang tahun
2020 - 2024 yang akan disumbang oleh pemerintah dan BUMN masing-masing sebesar
11,6 - 13,8 persen dan 7,6 - 7,9 persen, sementara sisanya akan dipenuhi oleh swasta
dan masyarakat. Untuk mencapai sasaran tersebut, target realisasi penanaman
modal tahun 2020-2024 mencapai Rp. 4.983,2 Trilun, jauh lebih besar dibandingkan
realisasi penanaman modal pada tahun 2015-2019 sebesar Rp. 3.382 Triliun.
Kebutuhan untuk peningkatan dan percepatan investasi semakin krusial dalam
rangka pemulihan ekonomi nasional pasca pandemik Covid-19. BPS mencatat

5
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

penurunan laju pertumbuhan ekonomi nasional dari 4,97% triwulan IV tahun 2019
menjadi 2,97% pada triwulan I tahun 2020 dan -5,32% pada triwulan II 2020.
Bappenas dan Kementrian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2020 antara -0,4-2,3%.
Penting untuk dipahami bahwa investasi tidak mampu berperan sentral
sebagai motor penggerak perekonomian tanpa adanya transformasi struktural
sebagai salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dalam 5 (lima) tahun ke depan. Perbaikan transformasi struktural
utamanya didorong oleh revitalisasi industri pengolahan dengan tetap mendorong
perkembangan sektor lain melalui transformasi pertanian, hilirisasi pertambangan,
pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan transformasi sektor jasa.
Sejalan dengan agenda perbaikan transformasi struktural tersebut, Pemerintah
berupaya meningkatkan industrialisasi mengingat industri nasional saat ini belum
secara optimal memanfaatkan sumber daya yang ada dan masih bergantung pada
impor, baik bahan baku dan bahan antara/pendukung industri pengolahan. Dukungan
Pemerintah di antaranya upaya untuk menarik investasi dalam rangka industrialisasi
terintegrasi hulu-hilir dan berbasis hilirisasi sumber daya alam yang dilaksanakan
antara lain melalui pengembangan Kawasan Industri (KI) dan smelter, yang
diharapkan akan dapat meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan
impor. Hal ini sebagai upaya mencapai target pertumbuhan industri pengolahan non
migas yang diharapkan meningkat dari rata-rata 4,2 persen pada tahun 2015-2019
menjadi rata-rata 6,2-6,5% pada tahun 2020-2024. Pertumbuhan industri hilir
pertambangan juga diharapkan meningkat dari rata-rata 0,4% pada tahun 2015-2019
menjadi 1,9-2,0 persen pada tahun 2020-2024.
Di samping itu, dalam salah satu Agenda Pembangunan yang disebutkan pada
RPJMN IV 2020-2024 yakni memperkuat infrastruktur untuk mendukung
pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar. Agenda tersebut bertujuan untuk
mendukung aktivitas perekonomian serta mendorong pemerataan pembangunan
nasional. Seperti yang telah diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
cenderung stagnan pada kisaran 5,0 persen dalam empat tahun terakhir. Untuk

6
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

mengejar ketertinggalan tersebut, salah satu faktor yang perlu ditingkatkan yakni
kualitas infrastruktur terutama konektivitas antar wilayah dan energi berkelanjutan.
Rencana pembangunan infrastruktur juga didasarkan pada kebutuhan dan
keunggulan wilayah sebagai acuan untuk mengetahui kebutuhan infrastruktur
wilayah tersebut agar tepat sasaran.
Investasi tentunya juga diharapkan mampu mengatasi persoalan ketimpangan
wilayah, di mana pertumbuhan ekonomi di 34 provinsi yang ada di Indonesia
diharapkan dapat berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
RPJMN 2020 - 2024 pada dasarnya memungkinkan hal tersebut dengan ditetapkannya
41 Proyek Prioritas Strategis (Major Project) yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia dan mencakup banyak sektor mulai dari sektor industri pengolahan
(hilirisasi) dan manufaktur, energi, infrastruktur, perikanan, pertanian, pariwisata,
lingkungan hidup hingga sector pendidikan. Major Projek merupakan proyek yang
memiliki nilai strategis dan daya ungkit tinggi untuk mencapai sasaran prioritas
pembangunan dan nantinya akan melibatkan tidak hanya pemerintah dalam hal ini
kementerian teknis/lembaga terkait tetapi juga BUMN maupun swasta nasional
dalam merealisasikan proyek investasinya. Proyek tersebut disusun untuk membuat
RPJMN lebih konkrit dalam menyelesaikan isu-isu pembangunan, terukur dan
manfaatnya langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain itu, Major Projek juga
dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga sasaran dan target Pembangunan
dalam RPJMN 2020 - 2024 dapat terus dipantau dan dikendalikan.
Adapun kebijakan di setiap wilayah diharapkan dapat selaras dengan
kebijakan di tingkat nasional, dengan tetap memperhatikan keunggulan kompetitif
dan permasalahan yang unik dengan karakteristik wilayah masing-masing sehingga
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan pertumbuhan ekonomi tidak hanya
terpusat pada Jawa dan Sumatera. Wilayah di luar Jawa dan Sumatera diperkirakan
sudah dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru sebagaimana proyeksi
pertumbuhan ekonomi per pulau di atas, salah satunya adalah sektor pariwisata.
Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat
penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata

7
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

diharapkan menjadi industri atau sektor penting yang dapat diandalkan Pemerintah
ke depan untuk menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Sejak era
otonomi daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk melakukan
perencanaan, pengembangan dan pengelolaan pariwisata di daerah. Proses dan
mekanisme pengambilan keputusan menjadi lebih sederhana dan cepat. Peluang
untuk melibatkan masyarakat lokal dalam proses pengembangan pariwisata juga
menjadi lebih terbuka.
Pariwisata menjadi andalan utama sumber devisa karena Indonesia
merupakan salah satu Negara yang memiliki beraneka ragam jenis pariwisata,
misalnya wisata alam, sosial maupun wisata budaya yang tersebar dari Sabang hingga
Merauke. Selain menyimpan berjuta pesona wisata alam nya begitu indah, Indonesia
juga kaya akan wisata budayanya yang terbukti dengan begitu banyaknya
peninggalan-peninggalan sejarah serta keanekaragaman seni dan adat budaya
masyarakat lokal yang menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara,
sehingga dengan banyaknya potensi yang dimiliki menjadikan Indonesia sebagai salah
satu daerah tujuan wisata.

Gambar 1.1. Gambaran Sektor Pariwisata sebagai sektor unggulan dalam


menopang pertumbuhan ekonomi

8
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang merupakan


penggerak utama sektor kepariwisataan membutuhkan kerjasama seluruh pemangku
kepentingan yang terdiri dari masyarakat dan pemerintah, kerjasama langsung dari
kalangan usaha maupun dari pihak swasta. Sesuai dengan tugas dan kewenangannya,
pemerintah merupakan pihak fasilitator yang memiliki peran dan fungsi nya dalam
pembuatan dan penentu seluruh kebijakan terkait pengembangan Obyek dan Daya
Tarik Wisata. Daya tarik dalam obyek wisata merupakan salah satu modal utama
yang harus dimiliki dalam upaya peningkatan dan pengembangan Obyek dan Daya
Tarik Wisata. Keberadaan Obyek dan Daya Tarik Wisata merupakan mata rantai
terpenting dalam suatu kegiatan wisata, hal ini disebabkan karena faktor utama yang
membuat pengunjung atau wisatawan untuk mengunjungi daerah tujuan wisata
adalah potensi dan daya tarik yang dimiliki obyek wisata tersebut.
Proses pengembangan yang tidak terencana dengan baik akan menyebabkan
daerah wisata mencapai fase stagnasi dalam jangka waktu yang pendek. Beberapa
tempat tujuan wisata dalam hal ini, mencapai fase stagnasi dalam jangka waktu
sekitar 25 tahun, dengan masalah yang sudah demikian kompleks. Sebagai sebuah
sistem, perencanaan dan penyelesaian masalah dalam pariwisata harus diselesaikan
secara komprehensif dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai sektor.
Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam pengembangan pariwisata
telah melakukan berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana. Sarana
sesuai dengan namanya menyediakan kebutuhan pokok yang ikut menentukan
keberhasilan suatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Fasilitas yang tersedia
dapat memberikan pelayanan kepada para wisatawan, baik secara langsung atau
tidak langsung. Sarana pariwisata terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu:
a) Sarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures).
b) Sarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures).
c) Sarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures).

Pembangunan dan pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat


yang besar bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat disekitar

9
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Daerah Tujuan Wisata (DTW) pada khususnya. Pengembangan pariwisata ikut


berperan dalam pergerakan perekonomian dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti semakin terbukanya lapangan pekerjaan, kesempatan berusaha
bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan baik masyarakat itu sendiri maupun
negara khususnya Pemerintah Daerah. Pengembangan yang dimaksudkan tersebut
memanfaatkna potensi-potensi daerah dalam ruang lingkup kajian sosial meliputi
potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik meliputi (letak, jarak, luas lahan,
keadaan tanah, air tanah, sumber air, sumber mineral, topografi, iklim, bentuk
kawasan, flora dan fauna). Potensi-potensi nonfisik meliputi sumber daya manusia
(jumlah penduduk, kepadatan penduduk, mata pencaharian, pendidikan dan
kesehatan), industri, sarana dan prasarana/fasilitas memerlukan pengembangan
ulang agar satu wilayah yang dimekarkan dapat berkembang seperti wilayah yang
lain. Pemanfaatan potensi tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan. Cohen (dalam Hirawan 2008)
menjelaskan bahwa dampak ekonomi pariwisata yang dapat dikelompokkan ke
dalam tujuh kelompok besar yaitu:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakatt
3. Dampak terhadap kesempatan kerjaa
4. Dampak terhadap harga-hargaa
5. Dampak terhadap distribusi manfaat atau keuntungann
6. Dampak terhadap kepemilikan/kontroll
7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya

Sementara, Kartasasmita (1995) mengungkapkan dalam strategi


pengembangan usaha pariwisata yang harus diperhatikan adalah:
1. Peningkatan akses kepada aset produktif,
2. terutama modal
3. Peningkatan akses pada pasar
4. Kewirausahaan

10
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

5. Kelembagaan

Salah satu upaya pengembangan industri pariwisata dapat dilakukan dengan


cara pengembangan objek wisata di suatu kawasan sebagai daya tarik wisata.
Pengembangan objek wisata ini tentunya direncanakan dan dilakukan sesuai dengan
potensi dan kemampuan untuk menyusun rencana dan mengelola secara optimal
sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Suatu objek wisata hendaknya memiliki
beraneka ragam atraksi, baik merupakan atraksi keindahan alam, keagungan
manifestasi kebudayaan yang dalam keseluruhannya merupakan daya tarik kuat bagi
para wisatawan dari segala pelosok. Tidak ada objek wisata yang tidak layak jual.
Layaknya menjual sebuah produk, kepariwisataan perlu strategi pemasaran yang
handal dan tepat sasaran.
Dalam pengembangan destinasi wisata, terdapat beberapa masalah utama
yang harus dihadapi, yaitu perubahan iklim dan bencana alam, ketidaksiapan
masyarakat pada daerah yang menjadi destinasi wisata. Pemberdayaan masyarakat
di daerah destinasi Indonesia belum optimal, ketidaksiapan sarana, prasarana, dan
infrastruktur destinasi/ketersediaan dan konektivitas infrastruktur destinasi
Indonesia, dan rendahnya nilai, jumlah dan pertumbuhan investasi, serta iklim usaha
yang tidak kondusif. Berdasarkan atas permasalahan tersebut, maka destinasi dan
industri pariwisata diberikan mandat untuk mengembangkan kepariwisataan
berkelas dunia, berdaya saing dan berkelanjutan serta mampu mendorong
pembangunan daerah. Dengan dua tujuan utama:
(1) Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan Indonesia;
(2) Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia.
Untuk peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia terdapat 2 (dua)
sasaran pengembangan destinasi pariwisata yaitu:
a. Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia dan
b. Terciptanya diversifikasi destinasi pariwisata.

11
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Meningkatnya citra pariwisata Indonesia dapat dikenali antara lain dengan:


Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang difasilitasi untuk
meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (Destination Management
Organization/DMO). Jumlah lokasi Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang
difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi dihitung melalui lokasi
yang difasilitasi dengan skema peningkatan gerakan kesadaran kolektif stakeholders,
pengembangan manajemen destinasi, pengembangan bisnis, dan penguatan
organisasi pengelolaan destinasi pariwisata. Peningkatan kualitas tata kelola
destinasi (DMO) dilakukan dengan prinsip partisipatif, keterpaduan, kolaboratif, dan
berkelanjutan melalui pendekataan proses, sistematik, dan manajerial. Indikator
lokasi DPN yang difasilitasi menunjukkan upaya Pemerintah untuk mewujudkan
peningkatan aktivitas untuk fasilitasi dan pemberdayaan kepada pemangku
kepentingan sehingga mewujudkan penerapan konsep tata kelola destinasi yang
berkualitas di lokasi DPN.
Pengembangan Destinasi Pariwisata Nasional yang diharapkan adalah:
Terwujudnya destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,
berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan
masyarakat. Diwujudkan dengan pengembangan 6 pilar utama pengembangan
destinasi pariwisata nasional yaitu:
(1) Perwilayah: di 50 DPN (Destinasi Pariwisata Nasional); 88 KSPN (Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional); 222 KPPN (Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional;
(2) Daya tarik wisata: pengembangan Daya Tarik Wisata Alam; Daya Tarik Wisata
Budaya; Daya Tarik Wisata Hasil Buatan Manusia;
(3) Aksesibilitas: prasarana transportasi; sarana transportasi; sistem
transportasi;
(4) Amenitas: Prasarana Umum; Fasilitas Umum dan Fasilitas pariwisata;
(5) Masyarakat: Peningkatan kapasitas sumber daya masyarakat; Peningkatan
kesadaran dan peran masyarakat;
(6) Investasi Insentif investasi; Kemudahan investasi; Promosi investasi.

12
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Produk wisata unggulan atau portofolio produk wisata yang akan


dikembangkan berbasis alam; budaya dan buatan manusia diharapkan akan dapat
mewujudkan tujuan pembangunan destinasi pariwisata yaitu: meningkatkan kualitas
dan kuantitas destinasi pariwisata di Indonesia.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memajukan kepariwisataan di daerah
tujuan wisata. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan
pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis
besarnya adalah menyediakan infrastruktur, memperluas berbagai fasilitas, kegiatan
koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan
promosi. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai Lembaga Pemerintah
yang berperan dalam mengkoordinir kegiatan penanaman modal di Indonesia,
memiliki kepentingan untuk mendorong pengembangan proyek investasi yang
sifatnya strategis (termasuk di dalamnya pariwsata) di berbagai daerah di Indonesia
dalam konteks pemerataan pembangunan yang berdaya saing. Berkaitan dengan hal
tersebut dan sejalan dengan fungsi BKPM dalam pengkajian dan pengusulan
perencanaan penanaman modal nasional dan pembuatan peta penanaman modal di
Indonesia, diperlukan adanya identifikasi terhadap peluang penanaman modal
proyek prioritas strategis yang siap ditawarkan kepada investor di sektor
pengembangan kawasan, industri yang terintegrasi dengan kawasan, dan
infrastruktur penunjang kawasan serta analisis kebijakan dan insentif yang sesuai
sebagai bahan rekomendasi kepada Kementerian/Lembaga yang terkait. Kegiatan
tersebut memiliki peran penting sebagai upaya mengatasi kendala yang dihadapi
dalam mempromosikan peluang investasi selama ini yakni belum tersedianya
gambaran informasi profil proyek yang lengkap sesuai kebutuhan calon investor.
Ketersediaan informasi yang komprehensif mengenai peluang investasi proyek
prioritas strategis di sektor pengembangan kawasan, industri yang terintegrasi
dengan kawasan dan infrastruktur penunjang kawasan yang siap ditawarkan dalam
bentuk pra studi kelayakan, termasuk pengemasan informasi proyek yang dibutuhkan
investor dalam bentuk info memo dan informasi berbasis spasial, sangat diperlukan

13
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

guna membantu calon investor dalam mengambil keputusan berinvestasi di


Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur keberhasilan suatu Negara
dalam menjalankan pemerintahan. Indonesia sebagai Negara kepulauan dan
memiliki keberagaman baik dari masyarakat dan kulturnya juga dituntut memajukan
perekonomian Negara. Perkembangan zaman juga menjadi salah satu faktor utama
Indonesia untuk dapat bersaing dengan Negara lain. Salah satu sektor yang mampu
membantu Negara dalam memajukan perekonomian adalah sektor pariwisata.
Dalam upaya pengembangan sektor pariwisata di Indonesia, pemerintah
membutuhkan aktor-aktor lain yang terkait dengan pengembangan pariwisata.
Investor adalah salah satu aktor penting dalam rangka memenuhi kebutuhan
pembangunan sektor pariwisata. Kegiatan investasi bermanfaat baik untuk
pemerintah, masyarakat, dan investor atau pihak swasta.
Pariwisata adalah salah satu sektor yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi
yang memegang andil dalam perekonomian negara. Survey dari United Nation World
Trade Organization (UNWTO) menyatakan wisatawan internasional akan mencapai
1,8 miliar pada tahun 2030. Pertumbuhan kunjungan wisatawan dunia mencapai 3,3%
per tahun. Hal ini memacu para aktor terkait memperhatikan sektor pariwisata, dan
semakin menarik untuk dijadikan tumpuan ekonomi. Pariwisata juga mampu
menciptakan banyak lapangan pekerjaan, sekaligus mendorong pemerintah untuk
memperkuat infrastruktur.
Salah satu kawasan yang berpotensi memajukan sektor pariwisata berada di
provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika yang
terletak di Kabupaten Lombok Tengah. NTB termasuk pulau kecil yang memiliki
banyak objek wisata lain yang potensial selain di Kawasan Mandalika. Dampak dari
kemajuan pariwisata adalah mampu menggerakkan sektor lain seperti akomodasi,
transportasi, kuliner, industri kerajinan dan sektor lainnya. Upaya pengembangan
pariwisata harus diikuti dengan pelestarian lingkungan dan warisan budaya. Selain
itu setiap kemajuan harus merencanakan pembangunan yang berkelanjutan.

14
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Keberlanjutan menjadi aspek penting, agar produk utama pariwisata akan


semakin terbaharui dan ramah kepada penikmatnya lagi. Selain itu, sektor
pariwisata juga diharap mampu melestarikan kekayaan budaya yang dapat
dinikmati. Setiap aspek dari pariwisata merupakan aspek dari tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Maka dari itu, kegiatan investasi adalah salah satu cara guna mewujudkan
perkembangan pariwisata di NTB khususnya Mandalika. Penanaman modal
dibutuhkan untuk melengkapi alat pembangunan, pemenuhan infrastruktur dan
melancarkan kegiatan pembangunan.
Berkaitan dengan hal tersebut, PT. Sucofindo bekerjasama dengan Badan
Kerjasama dan Penanaman Modal (BKPM) menyusun studi kelayakan (FS) untuk
pengembangan pariwisata di Mandalika.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud kegiatan ini yaitu mendorong realisasi pengembangan Destinasi
Pariwisata Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat, dengan tujuan
antara lain:
1. Memberikan gambaran komprehensif dan mendetail (pra studi kelayakan/pra
Feasibility Study) kepada investor dan stakeholder terkait mengenai
kelayakan suatu proyek.
2. Menganalisis kelayakan investasi suatu proyek di sektor pengembangan
Destinasi Pariwisata Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat yang
akan didorong dan dikembangkan oleh Pemerintah 5 (lima) tahun ke depan,
dengan memperhitungkan keunggulan kompetitif di daerah (provinsi)
pengembangan tersebut.
3. Merumuskan usulan rekomendasi kebijakan dan insentif khusus kepada
Kementerian/Lembaga terkait bagi pengembangan penanaman modal proyek
prioritas strategis sektor pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas
Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat.

15
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan


Adapun ruang lingkup pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas Lombok-
Mandalika di Nusa Tenggara Barat antara lain:
1. Mengidentifikasi dan mengkaji proyek prioritas untuk dikembangkan yang
memiliki urgensi tinggi yang menarik bagi investor pada Destinasi Pariwisata
Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat.
2. Mengobservasi, memetakan lokasi proyek potensial, survei lokasi, serta
mengeksplorasi potensi untuk pengembangan penanaman modal proyek prioritas
yang bersifat strategis yang dikaitkan dengan keunggulan dan karakteristik
daerah.
3. Mengidentifikasi hambatan dan permasalahan yang mungkin terjadi dalam
pengembangan penanaman modal proyek prioritas yang bersifat strategis untuk
mengidentifikasi dan memitigasi resiko.
4. Menganalisis kelayakan investasi dalam pengembangan penanaman modal
proyek prioritas strategis di sektor pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas
Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat, yang mencakup beberapa aspek
dalam pra studi kelayakan suatu proyek sebagai berikut:
i. Aspek Hukum dan Administratif, meliputi analisis peraturan dan kebijakan
pemerintah pusat dan daerah terkait pengembangan pariwisata dan
infrastruktur, perizinan dan non perizinan, dan kesesuaian tata ruang.
ii. Aspek Teknis, terkait kesiapan wilayah/lokasi yang akan dikembangkan
meliputi analisis lokasi, aksesibilitas dan konektivitas wilayah, infrastruktur
pendukung pariwisata, kondisi lingkungan sekitar (termasuk kondisi eksisting
unsur-unsur pendukung pariwisata berupa amenitas, atraksi, dan
akomodasi), ketersediaan tenaga kerja/SDM pariwisata, kondisi lahan
(topografi, daya dukung dan daya tampung lahan), harga lahan, rantai pasok
dan ekosistem pariwisata, serta daya dukung dan daya tampung pariwisata.

16
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

iii. Aspek Pasar dan Pemasaran, meliputi gambaran perekonomian dan


demografi lokasi proyek, permintaan pasar pariwisata, potensial mitra PMDN
dan/atau UMKM dan peluang pasar.
iv. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan, meliputi dampak lingkungan, dampak
sosial dan dampak ekonomi dari pengembangan proyek investasi pariwisata.
v. Aspek Keuangan, meliputi kebutuhan biaya investasi proyek investasi
pariwisata yang akan dibangun, termasuk proyeksi pendapatan, proyeksi
biaya, sumber pendanaan (pola investasi), dan analisis kelayakan proyek.
5. Merumuskan usulan kebijakan dan implikasinya bagi pengembangan penanaman
modal proyek prioritas yang bersifat strategis di sektor pengembangan Destinasi
Pariwisata Prioritas Lombok-Mandalika di Nusa Tenggara Barat di masa
mendatang termasuk strategi dan rencana aksi prioritasnya.
6. Menyiapkan peta peluang dan profil proyek investasi yang siap ditawarkan untuk
masing-masing proyek dalam bentuk dokumen pra studi kelayakan dan info
memo yang memuat informasi penting yang dibutuhkan investor (summary dari
dokumen pra studi kelayakan) yang disajikan secara infografis dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.

1.4. Sistematika Laporan GIS

Adapun sebagai gambaran dalam materi laporan GIS, berikut merupakan sistematika
penulisan pada laporan GIS

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, pembahasan berisi tentang pendahuluan sebagai pengantar


pembahasan di laporan GIS meliputi latar belakang, maksud tujuan, ruang lingkup,
output outcome, dan sistematika laporan GIS

BAB II METODOLOGI PEMETAAN WILAYAH

Pada bab ini, menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam


penyusunan peta.

17
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

BAB III DESKRIPSI PEMETAAN WILAYAH

Pada bab ini, menjelaskan mengenai gambaran kondisi tematik yang terdapat di
suatu wilayah.

BAB IV PENUTUP DAN LAMPIRAN

Pada bab ini, menjelaskan suatu kesimpulan dan menampilkan peta-peta tematik
yang tersedia di suatu wilayah atau kawasan.

BAB II
METODOLOGI PEMETAAN WILAYAH

2.1. Perolehan Data Spasial (Sekunder)

2.1.1. Kebutuhan dan Identifikasi Sumber Data


Berikut merupakan sumber data - data spasial yang digunakan dalam penyusunan
peta tematik :
1. Data Citra Spot Kabupaten Lombok Tengah, NTB
2. Data DEMNAS, sumber data raster diunduh dari website Badan Informasi
Geospasial (http://tides.big.go.id/DEMNAS/).
3. Peta Dasar (Batas Wilayah Administrasi, Hidrologi, Transportasi, Lingkungan
terbangun, dan Utilitas), Sumber peta diunduh dari website Badan Informasi
Geospasial (https://portal.ina-sdi.or.id/downloadaoi/).
4. Peta Bathimetri, Sumber dari Badan Informasi Geospasial
5. Peta Topografi / Kontur, Sumber dari pengolahan data Demnas dengan
interval 25 mdpl) / dari (http://tides.big.go.id/DEMNAS/)
6. Peta Kemiringan Lereng, Sumber dari pengolahan data Demnas dengan
klasifikasi berdasarkan Kementrian Pertanian / dari
(http://tides.big.go.id/DEMNAS/)
7. Peta Daerah Aliran Sungai, Sumber dari Website GIS Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan

18
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

8. Peta Curah Hujan, Sumber dari pengolahan data BMKG yaitu stasiun curah
hujan BMKG
9. Peta Lingkungan Terbangun, selain dari Peta RBI Badan Informasi Geospasial
,terdapat juga sumber peta yang diunduh dari Open Street Map Tahun 2020
10. Peta Penutupan Lahan, Sumber dari Peta Tutupan Lahan Skala 1:50.000,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2018.
11. Peta Tata Guna Hutan / Penunjukan Kawasan Hutan, Sumber dari Peta
Kawasan Hutan Skala 1:50.000, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Tahun 2018.
12. Peta Lahan Kritis, Sumber dari Website GIS Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.
13. Peta Lahan Gambut, Sumber dari Badan Informasi Geospasial Tahun 2016
14. Peta Jenis Tanah, Sumber peta dari Kementerian Pertanian
15. Peta Geologi, Sumber peta dari Peta Geologi Skala 1:100.000 Kementrian
ESDM Tahun 2013
16. Peta Sumber Daya Mineral dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan, Sumber
peta dari One Map Kementrian ESDM
(https://geoportal.esdm.go.id/minerba/)
17. Peta Kebencanaan, Sumber peta dari BNPB Kabupaten Lombok Tengah
18. Peta RTRW Kabupaten, Sumber peta dari Dinas PUPR Kabupaten Lombok
Tengah

2.1.2. Digitasi

Penyempurnaan data spasial hasil digitasi, berupa perlakuan kartografi terhadap


data spasial. Kegiatan ini mengacu kepada Petunjuk Baku Penyusunan Data Digital
yang digunakan oleh Pusat Perpetaan, beserta sistem kodifikasi data digitalnya.
Pembuatan peta dasar/basemap yang terdiri dari informasi dasar sebuah wilayah
akan menggambarkan infrastruktur eksisting (jalan, jembatan, sungai, penggunaan
lahan, dan fasilitas umum serta sosial) yang ada disuatu wilayah. Data peta dasar

19
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

ini akan digunakan untuk melengkapi informasi peta dengan tema-tema


tertentu/Peta tematik.
Peta tematik yang bersifat khusus akan menyajikan informasi yang sangat detail
mengenai tema tertentu seperti peta sebaran potensi sumber daya pertanian,
perkebunan, pertambangan, migas dan potensi lainnya yang menjadi tema unggulan
di sebuah wilayah. Tidak hanya berkisar pada tematik potensi daerah saja, peta
tematik ini juga menyajikan kondisi sosial – ekonomi yang ada di sebuah wilayah,
seperti kepadatan penduduk, GDB, tingkat penghasilan, usia produktif dan data
lainnya yang dapat dijadikan analisa keruangan untuk pengembangan investasi dari
sisi dukungan sosial – ekonomi sebuah wilayah/provinsi.

2.2. Penyusunan Basis Data

Basis data merupakan kumpulan data yang terorganisasi untuk melayani berbagai
aplikasi pada saat bersamaan dengan melakukan penyimpanan dan pengelolaan
data. Gambar X. menunjukkan proses penyusunan basis data.

Gambar 2.1. Diagram Alir Penyusunan Basis Data

20
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Struktur Data untuk Basis Data Spasial Basemap dan Tematik, berisikan struktur
data, penamaan, tema dan tabel penghubung dan feature (unsur) basis data. Data
yang ada di dalam basis data spasial yang dibangun untuk data basemap dan tematik
disusun sesuai dengan feature class yang dikelompokkan dalam dataset (tema) dan
dikemas dalam geodatabase.

Gambar 2.2. Struktur Data

Feature Class (unsur) adalah obyek aktual yang ada di dalam basis data spasial dan
diwakili oleh tipe data yang sama (titik, garis dan area), misalnya sungai kecil
diwakili oleh sumbu sungai (feature garis), bangunan kecil (feature titik), tutupan
lahan (feature area) atau sungai lebar diwakili oleh kedua tepinya (feature area).
Masing-masing feature dapat memiliki satu atau lebih atribut yang ditempelkan pada
feature tersebut, untuk penjelasan lebih rinci. Dengan demikian feature harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• Tipe data yang sama, misalnya titik, garis atau area;


• Karakter utama yang sama, misalnya semua tipe jalan, air, tutupan lahan;
• Field atribut yang sama .

Feature Dataset atau Tema adalah sekumpulan feature dengan karakter atau fungsi
yang sama. Pengelompokan tidak tergantung dari tipe data dari feature dan field
atribut. Tema menggabungkan feature-feature yang secara logis masuk dalam satu
kelompok, misalnya bandara, pelabuhan, jalan dan jalan kereta api dikelompokkan
dalam transportasi.

21
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Dengan demikian data geospasial yang telah dihasilkan dalam proses plotting disusun
sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam penggunaannya, dengan ketentuan
seperti dalam tabel berikut.
DA
No Data Point Line Area Text

1 Batas Wilayah √ √ √

2 Dataset Khusus √

3 Geologi √

4 Hidrologi √ √

5 Hipsografi √ √

6 Toponimi √ √

7 Kebencanaan √

8 Lingkungan Terbangun √

9 Masterplan Kawasan √ √ √

10 RTRW Kabupaten √ √ √

11 Transportasi √ √

12 Utilitas √ √

Sistem penamaan file dalam format data shapefile (SHP) dan geodatabase (GDB)
mengikuti ketentuan SNI dan ketentuan Badan Informasi Geospasial (BIG) sesuai
dengan Katalog Unsur Geografi (KUGI) yang dilakukan sedikit penyesuaian sesuai
dengan kebutuhan penyajian data.

22
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

2.3. Overlay
Overlay merupakan suatu sistem informasi dalam bentuk grafis yang dibentuk dari
penggabungan berbagai peta individu (memiliki informasi/database yang spesifik).
Overlay peta dilakukan minimal dengan 2 jenis peta yang berbeda secara teknis
dikatakan harus ada polygon yang terbentuk dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika
dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentuknya
(Prahasta, Eddy. 2006), contohnya melakukan overlay peta topografi dengan peta
penggunaan lahan, maka di peta barunya akan menghasilkan polygon baru berisi
atribut topografi dan penggunaan lahan. Agregat dari kumpulan peta individu ini,
atau yang biasa disebut peta komposit, mampu memberikan informasi tentang
komponen lingkungan dan sosial. Peta komposit yang terbentuk akan memberikan
gambaran tentang konflik antara proyek dan faktor lingkungan. Metode ini tidak
menjamin akan mengakomodir dampak potensial, tetapi dapat memberikan dampak
potensial pada spasial tertentu (Prahasta, 2005).

Gambar 2.3. Teknik Overlay dalam SIG

2.4. Layout Peta

Penyajian data dalam bentuk peta pada dasarnya dilakukan dengan mengikuti
kaidah-kaidah kartografis. Penyajian data tersebut menekankan pada kejelasan

23
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

informasi tanpa mengabaikan unsur estetika dari peta sebagai sebuah karya seni.
Kaidah-kaidah kartografis yang diperlukan dalam pembuatan suatu peta
diaplikasikan dalam proses visualisasi data spasial dan penyusunan tata letak
(layout) suatu peta. Berikut dibawah ini beberapa kaidah dalam penyajian unsur:
1. Relief. Nilai (angka) kontur diletakkan pada garis kontur, diletakkan
mengarah ke atas yang lebih tinggi sehingga terbaca 24ystem mencari slope.
2. Nama. Nama-nama dan teks dibuat pada ukuran dan model yang sesuai
dengan unsur yang menonjol dan penting. Nama-nama harus dapat
memastikan identifikasi yang tepat. Nama-nama tersebut diletakkan
sedemikian rupa sehingga selalu dapat terbaca dan tidak menghalangi
24ystem peta lainnya.
3. Simbol. Pusat dan orientasi 24ystem pada umumnya harus sesuai dengan posisi
pusat unsur dan orientasinya di atas permukaan tanah. Simbol garis unsur
tunggal atau ganda (jalan, sungai) ditampilkan pada jarak-jarak yang teratur.
Hal ini untuk menghindari 24ystem-simbol yang akan mengganggu garis unsur.
4. Informasi Tepi. Memuat judul peta, skala, diagram lokasi, edisi, pembuat,
legenda, dan keterangan. Informasi tepi tersebut diletakkan di sisi kanan
dan/atau di bawah muka peta.
Layout peta dibuat dalam bentuk landscape atau 24ystem24t sesuai dengan
kebutuhan penyajian. Adapun ketentuan layout peta adalah sebagai berikut.
1. Ukuran kertas untuk peta yang dicetak adalah:
1. Ukuran kertas adalah A3 dengan skala menyesuaikan.
2. Resolusi peta adalah 300 dpi (dots per inch) dengan format PDF.
2. Kelengkapan informasi Peta mencakup:
1. Logo instansi;
2. Judul peta;
3. Nomor peta;
4. Arah mata angin, skala teks, skala batang, 24ystem proyeksi;
5. Indeks peta;
6. Legenda;

24
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

7. Sumber data;
8. Tahun pembuatan peta dan pembuat peta.

Gambar 2.4. Informasi Pada Layout Peta Landscape

25
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Gambar 2.5. Informasi Pada Layout Peta Potrait

26
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

BAB III
DESKRIPSI PEMETAAN WILAYAH

3.1. Batas Administrasi


• Secara geografis Kabupaten Lombok Tengah diapit oleh Kabupaten
Lombok Barat dan Lombok Timur dengan posisi koordinat bumi antara
80 24’ LS 80 57’ LS dan 1160 05’ BT – 1160 24’ BT. Luas wilayah
kabupaten ini mencapai 1.208,39 km2 atau 120.839 Ha.
• Secara administratif, Kabupaten Lombok Tengah memiliki 12
kecamatan dengan luas tiap kecamatan berkisar antara 50 hingga 234
km2 . Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan terluas
dengan luas wilayah mencapai 19,33% dari total luas wilayah
Kabupaten Lombok Tengah. Berikut ini adalah rincian luas, jumlah
kelurahan, dan desa tiap kecamatan di Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2012.
• Adapun batas-batas wilayah kabupaten ini adalah sebagai berikut.
o Sebelah timur : Kabupaten Lombok Timur
o Sebelah barat : Kabupaten Lombok Barat
o Sebelah utara : Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur
o Sebelah selatan : Samudra Indonesia
3.2. Batas DAS
• Data batas Daerah Aliran Sungai didapatkan dari WebGIS Kementerian
Lingkungan Hidup dan Lingkungan
• Seluruh DAS di Kabupaten Aceh Besar berada di bawah wilayah kerja
BPDAS Krueng
Kabupaten Aceh Besar memiliki 25 Daerah Aliran Sungai, yaitu

Tabel 3.1. DAS


NO NAMA DAS LUAS (ha) PRESENTASE (%)
1 Gili Penginang 1,69 0,0007
2 Gili Nusa 5,73 0,0024

27
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

3 Gili Perigi 6,2 0,0026


4 Eat Trawas 400,81 0,1665
5 Pegunungan Tunak 1145,71 0,4760
6 Eat Asin 1288,2 0,5352
7 Eat Rowok 1567,3 0,6512
8 Erat Bengkang 1820,87 0,7566
9 Eat Tongker 2045,96 0,8501
10 Kali Longkang 2126,59 0,8836
11 Eat Ngolang 3112,54 1,2933
12 Kali Balak 3612,44 1,5010
13 Eat Tampak 3834,4 1,5932
14 Kali Penemben 5299,61 2,2020
15 Lokok Sidutan 5805,51 2,4122
16 Kali Paek 7448,59 3,0949
17 Lokok Putih 9335,53 3,8789
18 Kali Palung 12712,14 5,2819
19 Kali Segara 13805,2 5,7360
20 Kelep 17527,29 7,2826
21 Kali Belimbing 19400,14 8,0607
22 Kokok Jangkok 20571,82 8,5476
23 Kali Perempung 21599,15 8,9744
24 Kokok Babak 29948,37 12,4435
25 Kali Mangkung 56253,04 23,3730

• DPP Mandalika terletak hanya pada 10 Daerah Aliran Sungai yaitu DA


Pegunungan Tunak, Gili Pergi, Eat Asin, Kali Balak, Eat Ngolang, Gili
Nusa, EAT Tampak, Kali Mangkung, Kali Paek, Kali Prempung.

3.3. Geologi
• Data geologi didapatkan dari Peta Geologi Skala 1:100.000,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Tahun 2013
• Terdapat 9 formasi geologi yang ada di Kabupaten Lombok Tengah. 10
formasi tersebut

Tabel 3.2. Geologi


Presentase
FORMATION Luas
NO (%)
1 Jonggaran 279,78 0,48
2 Granit Samudra 435,04 0,74
3 Kebo Butak 678,26 1,16

28
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

4 Batuan Terobosan Tersier 1670,31 2,85


5 Aluvial 2291,07 3,91
6 Lava Hitam 3504,54 5,98
7 Beser 4191,31 7,15
8 Quater Vulcanic 15352,26 26,20
9 Pamaluan 30197,60 51,53

• Sementara itu, formasi yang tersebar pada DPP Mandalika ada 9


formasi geologi sama seperti Kabupaten Lombok Tengah

3.4. Jaringan Jalan


• Data jaringan jalan didapatkan dari Peta Rupa Bumi Indonesia Provinsi
Nusa Tenggara Barat Skala 1:50.000, Badan Informasi Geospasial,
Tahun 2016
• Fungsi Jalan di Kabupaten Lombok Tengah terdapat 3 jenis yaitu Jalan
Kolektor, Jalan Arteri dan Jalan Layang.
• Terdapat 2 POI utilitas yang ada di Kabupaten Lombok Tengah yaitu
Bandar Udara dan Terminal Bis yang masing – masing berjumlah 1.
• Pada DPP Mandalika tidak terdapat POI baik itu Bandar Udara maupun
Terminal Bis. Sementara untuk jenis jalan yang ada di Kawasan ini
hanyalah Jalan kolektor

3.5. Kawasan Hutan


• Data kawasan hutan didapatkan dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
• Terdapat 5 fungsi Kawasan hutan yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah yaitu

Tabel 3.3. Kawasan Hutan


PRESENTASE
NO FUNGSI HUTAN LUAS (ha) (%)
1 Hutan Wisata 2599,22 1,88
2 Taman Nasional 3791,50 2,75
3 Hutan Produksi 6092,95 4,41
4 Hutan Lindung 12639,46 9,16

29
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Area Penggunaan
5 112896,44 81,80
Lain

• Pada DPP Mandalika, fungsi Kawasan hutan yang ada hanya 4 yaitu
Hutan Wisata, Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Area Penggunaan
Lain.

3.6. Kontur
• Data kontur didapatkan dari pengolahan data DEMNAS, Badan Informasi
Geospasial dengan interval 50 meter
• Pada Kabupaten Aceh Besar ketinggian permukaannya cukup bervariasi
dari 0 – 2900 mdpl.
• Kabupaten Aceh Besar merupakan daerah dataran rendah yang
didominasi oleh bentuk permukaan Datar (0 – 8%) dengan luas 52.560
ha. Ketinggian yang paling banyak ditemui di Kabupaten Aceh Besar
adalah 0 – 550 mdpl.

3.7. Lahan Kritis


• Data lahan kritis didapatkan dari WebGIS Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
• Merujuk dari data dan peta, lahan kritis diklasifikasikan menjadi 5
status lahan. 5 status tersebut adalah

Tabel 3.4. Lahan Kritis

LUAS
NO
STATUS LAHAN (ha) PRESENTASE (%)
1 Sangat Kritis 6826,58 5,02
2 Tidak Kritis 10783,45 7,93
3 Kritis 27960,75 20,57
4 Potensial Kritis 37215,30 27,37
5 Agak Kritis 53168,96 39,11

• Pada DPP Mandalika juga terdapat 5 status lahan sama seperti pada
Kabupaten Lombok Tengah.

30
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

3.8. Kemiringan Lereng


• Data kemiringan lereng didapatkan dari pengolahan data DEMNAS,
Badan Informasi Geospasial
• Terdapat 5 kelas lereng yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah
yaitu

Tabel 3.5. Kemiringan Lereng


NO KELAS LERENG KETERANGAN LUAS (ha) PRESENTASE (%)
1 >40 % Sangat Curam 7059,2 6,04
2 25-40 % Curam 11187,6 9,58
3 15-25 % Agak Curam 16823,9 14,40
4 8-15 % Landai 29188,5 24,99
5 0-8 % Datar 52560,6 44,99

• Pada DPP Mandalika juga terdapat 5 kelas lereng sama seperti pada
Kabupaten Lombok Tengah

3.9. Penutupan Lahan


• Data penutupan lahan didapatkan dari Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan tahun 2018
• Terdapat 15 jenis tutupan lahan yang ada di Kabupaten Lombok Tengah
yaitu

Tabel 3.6. Penutupan Lahan


NO TUTUPAN LAHAN LUAS (ha) PRESENTASE (%)
1 Hutan Mangrove Sekunder 9,89 0,003439
2 Belukar Rawa 48,62 0,016907
3 Tambang 89,31 0,031057
4 Pelabuhan Udara Laut 171,55 0,059655
5 Transmigrasi 266,19 0,092565
6 Hutan Tanaman Industri 1159,32 0,403143
7 Tubuh Air 1235,81 0,429742
8 Tambak 1249,31 0,434437
9 Tanah Terbuka 2726,48 0,948110
10 Permukiman 11276,08 3,921159
11 Pertanian Lahan Kering 11926,13 4,147208
12 Sawah 18222,81 6,336824
Pertanian Lahan Kering
13 20335,52 7,071500
Semak

31
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Hutan Lahan Kering


14 23974,93 8,337073
Sekunder
15 Savana Padang Rumput 52120,11 18,124315
16 Semak Belukar 65504,31 22,778554
17 Hutan Lahan Kering Primer 77253,73 26,864312

• Pada DPP Mandalika hanya terdapat 12 jenis tutupan lahan yaitu Hutan
Lahan Kering Sekunder, Hutan Mangrove Sekunder, Hutan Tanaman
Industri, Permukiman, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering
Semak, Savana Padang Rumput, Sawah, Semak Belukar, Tambak,
Tanah Terbuka dan Tubuh Air.

3.10. Rencana Pola Ruang


• Data rencana pola ruang kabupaten didapatkan dari lampiran Perda
RTRW Kabupaten Lombok Tengah Nomor 03 Tahun 2010
• Terdapat 9 kawasan rencana pola ruang yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah yaitu

Tabel 3.7. Pola Ruang


KAWASAN RENCANA POLA LUAS
NO RUANG (ha) PRESENTASE (%)
1 Tubuh Air 49,32 0,04
2 Kawasan Hutan Mangrove 211,30 0,18
3 Kawasan Permukiman 1548,57 1,29
4 Waduk/Danau 1568,36 1,31
5 Kawasan Suaka Alam 4435,08 3,71
6 Kawasan Hutan Produksi 6238,31 5,22
7 Kawasan Lindung 11848,40 9,91
8 Kawasan Perkebunan 43147,10 36,07
9 Kawasan Pertanian 50565,20 42,27

• Pada DPP Mandalika, hanya terdapat 8 kawasan rencana pola ruang


yaitu Kawasan Hutan Mangrove, Kawasan Hutan Produksi, Kawasan
Lindung, Kawasan Perkebunan, Kawasan Pertanian, Kawasan Suaka
Alam, Tubuh Air, Waduk / Danau.

32
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

3.11. Rencana Struktur Ruang


• Data rencana pola ruang kabupaten didapatkan dari lampiran Perda
RTRW Kabupaten Lombok Tengah Nomor 03 Tahun 2010
• Pada Kabupaten Lombok Tengah, terdapat 6 komponen RTRW Struktur
Kabupaten Aceh Besar yaitu Bandara, Gardu Listrik, Pusat Kegiatan
Wilayah, Terminal, Jalur Listrik, Badan Air.
• Sementara pada DPP Mandalika hanya terdapat 1 komponen RTRW
Struktur yaitu Gardu Listrik dan tidak ditemukan komponen – komponen
RTRW lain.
3.12. Utilitas

• Data Utilitas kabupaten didapatkan dari lampiran Perda RTRW


Kabupaten Lombok Tengah Nomor 03 Tahun 2010 serta digabungkan
dengan peta RBI dari Badan Informasi Geospasial.
• Pada Kabupaten Lombok Tengah, terdapat 3 komponen Utilitas yaitu
Kantor Pos dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel.
• Sementara pada DPP Mandalika tidak terdapat komponen utilitas
seperti yang disebutkan pada Kabupaten Lombok Tengah.

3.12. Transportasi

• Data Transportasi kabupaten didapatkan dari lampiran Perda RTRW


Kabupaten Lombok Tengah Nomor 03 Tahun 2010 serta digabungkan
dengan peta RBI dari Badan Informasi Geospasial.
• Pada Kabupaten Lombok Tengah, terdapat 2 komponen Transportasi
yaitu Bandar Udara, Terminal
• Sementara pada DPP Mandalika tidak terdapat komponen transportasi
secara langsung seperti yang disebutkan pada Kabupaten Lombok
Tengah.

33
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

3.13. Jaringan Energi

• Data Jaringan Energi kabupaten didapatkan dari lampiran Perda RTRW


Kabupaten Lombok Tengah Nomor 03 Tahun 2010 serta digabungkan
dengan peta RBI dari Badan Informasi Geospasial.
• Pada Kabupaten Aceh Besar, terdapat 2 komponen jaringan energi
yaitu Gardu Induk, Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
• Sementara pada DPP Mandalika hanya terdapat 1 komponen jaringan
energi yaitu Gardu Induk

3.14. Curah Hujan


• Data Curah Hujan didapatkan dari Data Curah Hujan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika
• Pada Kabupaten Lombok Tengah, terdapat 5 kelas Curah Hujan
Tahunan yaitu
1) 1.280,62 mm – 1.371,83 mm
2) 1.371,83 mm - 1.449,68 mm
3) 1.449,68 mm – 1.552,01 mm
4) 1.552,01 mm – 1.683,68 mm
5) 1.683,68 mm – 1.847,87 mm
• Sementara pada DPP Mandalika hanya terdapat12 kelas yaitu Curah
Hujan dengan besaran 1.371,83 mm – 1.449,68 mm.

34
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

BAB IV
PENUTUP DAN LAMPIRAN

Berdasarkan kegiatan penyusunan Peta Peluang Investasi Proyek Prioritas Strategis


DPP Mandalika di Kawasan PariwisataT.A.2020 yang menghasilkan Peta-Peta
Tematik di Kabupaten Lombok Tengah, maka dapat diperoleh beberapa catatan
dari peta-peta yang sudah dihasilkan antara lain:

1. Peta-peta tematik yang diperoleh menjadi alat bantu penentuan lokasi


pabrik smelter di Kawasan Industri Kabupaten Lombok Tengah.

2. Data-data spasial tematik tersebut disusun ke dalam geodatabase sesuai


dengan Katalog Unsur Geografi Indonesia.

3. Peta-peta tematik tersebut akan disajikan dalam bentuk mapservice pada


WebGIS BPKM.

4. Tampilan mapservice pada WebGIS BKPM akan memudahkan calon investor


dalam melihat Peta Peluang Investasi yang sudah disusun

35
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

36
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

37
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

38
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

39
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

40
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

41
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

42
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

43
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

44
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

45
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

46
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

47
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

48
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

49
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

50
PENYUSUNAN PETA PELUANG INVESTASI PROYEK PRIORITAS STRATEGIS YANG SIAP DITAWARKAN DI
SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN, INDUSTRI YANG TERINTEGRASI DENGAN KAWASAN, DAN
INFRASTRUKTUR PENUNJANG KAWASAN T.A 2020

DPP MANDALIKA, LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

51

You might also like