Professional Documents
Culture Documents
Pakaian Wayang
Pakaian Wayang
e-ISSN 2615-3289
Abstrak
Wayang merupakan kebudayaan yang akrab dengan
masyarakat. Wayang adalah salah satu segi kebudayaan yang
merangkum berbagai macam bidang seni. Salah satu dari jenis
wayang tersebut diatas, yang timbul saat kebudayaan Islam,
adalah wayang kulit purwo. Wayang kulit purwo pada dasarnya
dibuat dari kulit sapi/lembu”. Wayang kulit purwo menggunakan
boneka berbentuk 2 dimensi. Wayang kulit purwo yang
menceritakan cerita Ramayana maupun cerita Mahabarata,
dinamai wayang purwo karena wayang ini adalah wayang yang
pertama kali menggunakan kulit sebagai media bonekanya.
Wayang terdapat pada budaya Indonesia sejak jaman
Majapahit, namun ceritanya masih berkisar cerita Jawa,
sedangkan cerita Mahabarata populer pada era kerajaan Kediri
KataKunci: pada era raja Jayabaya di mana cerita Mahabarata digubah
wayang, kembali oleh Empu Sedah kemudian dilanjutkan oleh Empu
kebudayaan, Panuluh. tetapi masuknya Islam di Indonesia terjadi kolaborasi
budayaIndonesia, budaya di mana cerita wayang digunakan sebagai siar agama
wayangkulitpurwo oleh para sunan. Maka pada era kasunanan ini, sunan Kalijaga
membuat boneka wayang dengan kulit sapi/lembu yang diberi
nama wayang purwo.
Abstract
Wayang is a form of puppet theatre art found in Indonesia
and other parts of Southeast Asia. It is one cultural art which is
very popular around the world. It is involved all parts of art.
Wayang kulit Purwo or Purwo shadow puppet is popular in
Islamic culture era. Basically it is made from leather. Wayang
kulit purwo uses two dimensial puppets. It tells about Ramayana
and Mahabarata. It is named as wayang purwo because it is the
first shadow puppets used leather as a media.
Keywords:wayang, Wayang was born as one part of Indonesian culture since
culture,Indonesian Majapahit era. But the story was talking about Javanese until
culture,wayang the story of Mahabarata was popular in the era of Kediri
kulitpurwo
kingdom led by a king of Jayabaya. In the past, the story is
about Javanese story. Meanwhile, Mahabarata story was
popular in Kediri Kingdom era, it is Jayabaya Kingdom era in
which Mahabarata was adapted by EmpuSedah, then it was
33
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
wayang beber kalah terkenal. Mulai atau “ngore”, memakai “kain dodot”
zaman Sultan Amangkurat, timbul dan memakai celana.
wayang Krucil. Seperti sejarah 2. Dibuat bermacam-macam senjata
Majapahit. Lakonnya Damarwulan misalnya gada, bindi, alugara dan
dengan gamelan Slendro. Juga timbul sebagainya.
wayang orang, yakni tahun 1910. 3. Pada masa Sultan Agung pula
Dengan uraian di atas, wayang porwo wayang yang dulunya menghadap
juga sudah dikenal sebelum wayang ke depan dengan dua tangan di
krucil ada. Wayang golek pada tahun belakang diubah menjadi bentuk
1584 Masehi atau 1506 (wayang sirna menyamping dengan yang terlihat
gumulunging wisma) Sunan Kudus lebih panjang dari sewajarnya.
membuat wayang golek (Sri Mulyono: Wayang kulit purwo pada dasarnya
37:1978). dibuat dari kulit lembu, yang disebut
Dengan demikian, dalam dengan Wayang kulit purwo
masyarakat tradisional wayang porwo menggunakan boneka berbentuk 2
menempati kedudukan yang sangat dimensi disungging dan diberi tatahan.
penting, serta dapat memadukan hal- Metodologi
hal atau nilai-nilai dari kepercayaan dan Metode penelitian yang
pemujaan terhadap para leluhur. Nilai- digunakan adalah metode kualitatif
nilai Hindu dan Budha terkandung yakni metode yang berdasarkan pada
dalam wayang kulit purwa, nilai-nilai kondisi objek yang alami dimana
Kristen ada pada wayang golek Wahyu peneliti adalah sebagai instrumen kunci
dan nilai-nilai Islam terkandung dalam pengambilan sampel sumber data
wayang golek Menak, hal ini secara silakukan secara porposif dan
keseluruhannya mendapat pengolahan, snowbaal serta teknik penggabungan,
pengadaptasian yang serasi, luwes analisis data bersifat induktif/ kualitatif
disuatu pementasan wayang. dan hasil penelitian kualitatif lebih
Pada mas pemerintahan Sultan menekankan makna dari pada
Agung, bentuk dan pertunjukan wayang generalisasi. Tujuannya adalah untuk
porwo mengalami banyak kemajuan memahami fenomena dalam konteks
antara lain: sosial secara alamiah dan
1. Pakaian wayang disempurnakan mengedepankan proses interaksi
misalnya raja memakai mahkota / komunikasi yang mendalam antara
tropong. Satria memakai “gelung” peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Peneliti kualitatif percaya bahwa benar
36
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
Dalam bahasa Melayu disebut bayang- dilihat berupa bayangan dalam kelir
bayang. Dalam bahasa Aceh : bayeng. (tabir kain putih sebagai gelanggang
Dalam bahasa Bugis : wayang atau permainan wayang).
bayang. Dalam bahasa Bikol dikenal W.J.S. Poerwadarminta (1976)
dengan kata baying artinya “barang”, mengatakan, wayang merupakan
yaitu apa yang dapat dilihat dengan gambar atau tiruan orang dan sebagai-
nyata. Akar kata dari wayang adalah nya yang dibuat dari kayu, kulit dan lain
yang. Akar kata ini bervariasi dengan sebagainya untuk mempertunjukkan
yung, yong, antara lain terdapat dalam suatu lakon.
kata layang – “terbang”, doyong – Berdasarkan uraian di atas, dapat
“miring” tidak stabil, royong – selalu disimpulkan bahwa wayang mengalami
bergerak dari satu tempat ketempat perkembangan baik bahan, bentuk,
lain; “poyang-payingan” berjalan jenis serta cerita yang ada, seperti
sempoyongan, tidak tenang dan pada sekarang ini.
sebagainya. Sesuai dengan fungsinya
Dari pengertian “tidak stabil” pemunculan wayang purwo yang
tersebut di atas dalam bahasa Jawa dipergunakan sebagai sarana
Wayang mengandung pengertian “ penyebaran agama Islam, dan sering
berjalan kian kemari”, tidak tetap, dengan meluas daerah penyebarannya
sayup-sayup (bagi substansi bayang- seperti Cirebon, Sunda, Tegal, Kudus,
bayang). Demikian juga ditegaskan Surakarta, Yogyakarta dan lain
oleh Amir Mertosedono yang sebagainya, maka tidak mengherankan
menyebutkan: kalau bentuk dan penampilan wayang
a. Bahasa Jawa : perkataan wayang porwo mengalami perubahan sesuai
artinya wayangan (layangan). dengan adat dan kebudayaan daerah
b. Bahasa Indonesia : bayang-bayang, masing-masing.
samar-samar, tidak jelas. Proses Produksi Wayang purwo
c. Bahasa Aceh : bayang artinya a. Jenis dan Golongan Wayang
bayangan. Ditinjau dari produksi wayang
d. Bahasa Bugis : wayang atau porwo terdiri dari 4 (empat)
bayang-bayang. golongan dengan cirinya sebagai
Selanjutnya dijelaskan oleh R.T. berikut:
Yosowidagdo bahwa: Kata wayang 1) Golongan Putri : terdiri dari tokoh-
dalam bahasa Jawa berasal dari kata tokoh perempuan, berukuran kecil,
ayang-ayang (bayangan), karena yang rambut terurai, hanya, mata agak
38
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
4) Muka/peraen
3) Mulut
Bentuk mulut pada tokoh wayang
golek ada 12 yaitu:
42
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
11 Betoro
2 Betoro Yomodip
Wisnu ati
3 Betoro 12 Betoro
Asmoro Narodo
4 Betoro
Suryo 5) Driji/ jari wayang porwo terdiri dari
12 jenis yaitu:
a. Driji janmo yaitu driji/jari para
5 Betoro kesatria seperti Gatotkaca ,
Panjarika Abimanyu, Permadi.
n
44
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
tangan yang dipakai untuk para sampai siku, sedangkan dari siku ke
45
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
8. Dewo rojo dipakai oleh dewa yang 26. Satrio sariro digunakan untuk satria
menjadi raja seperti Kumojoyo alusan seperti Arjuna.
9. Satrio birowo dipakai oleh satria 27. Putro sariro digunakan untuk
muda seperti Dorsosono pangeran satria alusan seperti
10. Birowo ulur-ulur digunakan oleh Abimanyu
Birowo yang berambut panjang 28. Ulur ulur sariro digunakan untuk
11. Birowo lugas digunakan untuk satria yang memakai ulur ulur seperti
Ontoseno Nakula
12. Birowo Rojo digunakan para sartria 29. Kalung probo digunakan oleh Ramo
yang menjadi raja seperti Duryudana Wijaya
13. Badan pandito digunakan untuk para 30. Putri rasukan dipakai dewi-dewi
pendita seperti pandita Durna. seperti Kumoratih
14. Detyo prepat digunakan oleh 31. Putri selendang dipakai oleh Dewi
rasaksa yang bukan raja seperti Sinta
Prabu Pancatnyono 32. Putri sariro putri yang tidak memakai
15. Detyo rojo digunakan para raja perhiasan seperti Sembadra
raksaksa seperti Betara Kala 33. Putri kalung dipakai oleh Srikandi
16. Detyo rojo nemneman digunakan 34. Putri ulur-ulur dipakai oleh Banowati.
para pangeran dari krajaan rasaksa
17. Dewo kasepuhan digunakan para No Nama Gambar
Pangabedan
dewa tua seperti Betara Surya
1 Dewo
18. Semar badan khusus buat semar Birowo
19. Badan togok badan khusus buat
togok 2 Wanoro
20. Bagong Badan khusus buat bagong Kalung
21. Badan cantrik dipakai untuk badan
dagelan seperti Gareng
3 Wanoro
22. Badan limbuk digunakan khusus ulur-ulur
tokoh Limbuk
23. Badan cangik digunakan untuk
badan Cangik 4 Wanoro
24. Badan narodo badan khusus untuk slendang
Narada
25. Badan yomo dipati badan khusus
dewa Yamadipati
47
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
5 Wanoro 13 Badan
probo pandito
6 Badan 14 Detyo
wadyo prepat
15 Detyo rojo
7 Badan
bungkuk
16 Detyo rojo
nemneman
8 Dewo rojo
9 Satrio 17 Dewo
birowo kasepuhan
10 Birowo 18 Semar
ulur-ulur
11 Birowo 19 Badan
lugas togok
20 Badan
12 Birowo Rojo
bagong
48
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
21 Badan 29 Kalung
cantrik probo
22 Badan 30 Putri
limbuk rasukan
31 Putri
selendang
23 Badan
cangik
24 Badan
narodo 32 Putri sariro
25 Badan
yomodipati
33 Putri kalung
26 Satrio sariro
34 Putri ulur-
ulur
27 Putro sariro
8) Irah-Irahan/penutup kepala
28 Ulur ulur
Penutup kepala muka wayang
sariro
porwo dibagi menjadi kelompok yaitu :
gelung satrio, gelung putri, makuto
topong, sirah gelung. dan Ketu.
a. Gelung Satrio
49
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
3 Ketu
udeng
5 Bokongan
rapekan
2 Rapakan
bolo
3 Dodot
6 Bokongan putren
dewo
4 Rapekan
pendito
b. Dodot 5 Rapekan
Dodot sendiri terdiri dari 6 jenis
dagelan 1
yaitu:
1) Rapakan
Rapakan bentuk rampakan di
pakai oleh para prajurit rasekso
52
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289
c. Suku
Suku sendiri terdiri dari 6 jenis yaitu: 5 Suku
1) Suku bambang biasanya dipakai denowo
oleh prajurit bambangan ratu
2) Suku putran biasanya dipakai oleh nemneman
anak anak raja semisal raden
wisanggeni
6 Suku
3) Suku kantongan biasanya dipakai
denowo
oleh prajurit kantongan
ratu
4) Suku seno adalah suku yang
dipakai oleh broto seno/ bima.
5) Suku denowo ratu nemneman
biasanya dipakai oleh denowo atau
buto/ rasaksa yang bukan raja KESIMPULAN
semisal kumbokarno,pancatnyono 1. Cerita wayang purwo (Mahabarata
dan lain lain ataupun Ramayana) berasal dari
6) Suku denowo ratu biasanya budaya India tetapi masuknya Islam
dipakai oleh ratu rasaksa raja di Indonesia terjadi kolaborasi
semisal rahwana, betara kala dan budaya di mana cerita yang berasal
lain-lain India tidak sekedar diceritakan
No Nama Gambar Suku diceritakan, namun diceritakan
1 Suku menggunakan boneka sehingga
bambang lebih menarik dan lebih mudah
dipahami ceritanya.
2. Pada cerita Mahabarata ataupun
Ramayana standar etika dalam
cerita itu menggunakan standar
2 Suku etika India (Hindu atau Buda)
putran namun pada wayang porwo yang
digunakan sebagai alat dakwah
umat islam maka setandar etikanya
pun mengikuti budaya islam.
3 Suku 3. Wayang porwo adalah wayang
kantongan yang mengambil babad cerita dari
india namun gaya pakaiaanya
pakaiannya tidak menggunakan
gaya berpakaian India seutuhnya
namun dikolaborasikan dengan
gaya pakean jawa pada masa itu
dan pada pakaian tersebut tetap
53
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315
e-ISSN 2615-3289