You are on page 1of 26

Studi Kasus

Produksi Steril
Kelompok 1
Shift A - PSPA UNPAD
Semester Genap 2021/2022
Anggota Kelompok
Aprilia Husain Firda Riska Rahayu
(260112210501) (260112210531)
Khairunnisa Yahya Raden Alya Prishiella S. (260112210533)
(260112210503) Dina Hawari
Meilita Rahma (260112210535)
(260112210505) Adhitiya Daniyal
Ita Nuritasari (260112210537)
(260112210507) Irawati Nur Hidayah
Lisna Nur Imani (260112210539)
(260112210509) Sagita Dwidara
Avila Garibaldi (260112210541)
(260112210511) Fahrina Nur Fadhilah
Geubrina Dara Alisa (260112210543)
(260112210513) Lika Ginanti Febriana
Merizka Yulisa (260112210545)
(260112210515) Rezsitta Oknine Husein
Desi Arisandi (260112210547)
(260112210517) Firas Adinda Gandhi
Muhammad Fahd Firdaus (260112210549)
Skenario
Selama proses pengisian sediaan injeksi ke dalam ampul
atau vial dilakukan pemantauan cemaran partikel dan
mikroorganisme di atas mesin pengisian.
Laboratorium mikrobiologi bagian Pengawasan Mutu
melaporkan bahwa hasil pemantauan cemaran
mikrobiologi di atas mesin pengisian ampul produk
sterilisasi akhir TMS. Hasil yang TMS tersebut adalah
hasil pemantauan yang dilaksanakan pada tanggal 18,19
Januari 2021. Tindakan apa yang harus dilakukan oleh
Departemen Produksi?
Tindakan apa yang harus
dilakukan oleh Departemen
Produksi
1. Mencatat penyimpangan yang terjadi agar ketidaksesuaian
atau penyimpangan yang terjadi memiliki dokumentasi
sehingga lebih mudah saat evaluasi.
2. Melaporkan penyimpangan ke bagian Pemastian Mutu
3. Mengevaluasi terjadinya penyimpangan, kemudian lakukan
perbaikan.
4. Memperketat pengawasan terhadap kebersihan baik personil
maupun ruang laboratorium agar tidak terdapat cemaran
mikrobiologi maupun kontaminasi silang.
01
Larangan-larangan apakah
yang harus ditaati oleh
karyawan yang bekerja pada
pembuatan produk steril?
Aneks 1 Pembuatan Produk Steril- Personalia
● Tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi
kesehatan yang dapat menimbulkan bahaya kontaminasi
mikrobiologis terhadap produk.
● Tidak boleh memasuki area produk-steril kecuali mematuhi
prosedur masuk yang ketat dan rinci.
● Pakaian rumah dan pakaian kerja reguler tidak boleh
dibawa masuk ke dalam kamar ganti pakaian yang
berhubungan dengan ruang ber-Kelas B dan C.
● Arloji, kosmetika dan perhiasan tidak boleh dipakai di
area bersih.
● Mengganti dan mengenakan pakaian khusus yang juga
mencakup penutup kepala dan kaki serta pakaian tidak
boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan
hendaklah mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh
tubuh.
(CPOB, 2018)
02
Kelas ruangan apakah yang
digunakan untuk penyaringan
dan pengisian ke dalam ampul
sediaan injeksi aseptis?
Ruangan Kelas Produk Steril
Terdapat 4 ruang kelas untuk pengolahan produk steril, yaitu:
1. Kelas A
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona
pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air
flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah
mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 –
0,54 m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang
bersih terbuka.
1. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini
adalah lingkungan latar belakang untuk zona Kelas A
1. Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang
mengandung risiko lebih rendah

(CPOB, 2018; Aneks 1)


Pembuatan secara Aseptis
● Komponen, setelah dicuci, hendaklah ditangani di lingkungan
minimal Kelas D. Penanganan bahan awal dan komponen steril,
kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring
dengan menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
● Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas C; bila tidak dilakukan
filtrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di
lingkungan Kelas A dengan latar belakang Kelas B.
● Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptis
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
Kelas B.

Jadi, Kelas ruangan yang digunakan untuk penyaringan adalah Kelas C.


Sedangkan pengisian ke dalam ampul sediaan injeksi secara aseptis
dilakukan di kelas A dengan latar belakang B

(CPOB, 2018; Aneks 1)


03
Apakah yang dimaksud
dengan air pressure cascade
di ruang produksi steril?
Air Pressure Cascade merupakan sebuah proses dimana udara mengalir dari
satu area, yang dipertahankan pada tekanan yang lebih tinggi, ke area lain pada
tekanan yang lebih rendah.
Cascade airlock memiliki tekanan yang lebih tinggi di satu sisi dan tekanan yang
lebih rendah di sisi lain. Tekanan udara positif mengalir dari zona internal
bertekanan tinggi ke airlock dan dari airlock ke area kelas tekanan yang lebih
rendah. Hal ini mencegah masuknya debu dan kontaminasi dari luar ke airlock
dan dari airlock ke sisi dalam (WHO, 2009.)
● Air pressure cascade bertujuan untuk mencegah adanya kontaminasi seperti debu
dari ruangan penyangga ke ruang produksi steril maupun dari ruangan lain ke
ruang penyangga sehingga tidak terjadi kontaminasi silang.
● Untuk menjaga tekanan udara di setiap ruangan, perlu diterapkan airlock yang
baik.
● Air pressure cascade sangat dipengaruhi oleh supply air fan, return air fan, dan
exhaust air fan / dust extract system fan.
(WHO, 2011)
04
Larutan injeksi harus disaring
terlebih dahulu sebelum diisikan ke
dalam ampul atau vial. Jelaskan
filter yang digunakan!
Apa perlu diperiksa kebocoran filter
tersebut? Jelaskan!
Filter yang digunakan?
Ketentuan Filter:
- Steril
- Ukuran pori 0,22 mikro meter
(dianjurkan dua kali filtrasi dengan (Akers, 2010).
menggunakan dua filter).
- Tidak boleh mengandung asbes. Alasan diperiksa kebocoran filter?
- Tidak mengikat protein/peptida. ● Memastikan filter berfungsi sesuai
- Seminimal mungkin melepaskan serat rancangan.
(bahkan nol). ● Memastikan ketepatan pemasangan filter
- Menggunakan filter yang telah divalidasi pada housing.
(terutama jika penggunaan filter tidak ● Memastikan tidak ada kerusakan pada filter
diubah dalam setiap siklus operasi). akibat proses filtrasi dan sterilisasi.
● Memastikan filtrat yang dihasilkan bebas
(CPOB, 2018; Akers, 2010). cemaran biologis.
● Menghindari kejadian kontaminasi akibat
gagal fungsi alat.
(Baaklini, 2020).
Contoh Prosedur Pengujian Saringan Membran

1. Penguji an dilakukan secara aseptis di dalam ruang steri l


di bawah LAF
2. Basahi filter yang akan diuji dengan WFI (water for
injection) sampai semua bagian filter terbasahii selama 1
jam
3. Hubungkan kabel powe r alat uji integritas (10) dengan
stop kontak
4. Hubungkan selang gas N2 dengan sumber gas N2 (1)
dan sambungkan ujung kone ktor selang gas N2 (2) ke
alat uji (4)
5. Pasang filter yang akan di uji di Filter Housing (di bawah
LAF)
6. Tutup Filter Housing, pasang Triclamp pada Filter
Housing dan kencangkan
7. Pasang External Vent Valve pada Filter Housing (11)
8. Hubungkan selang Filter Housing (7) dengan Inte grity
Tester melalui konektor (3)
9. Buka valve sumber gas N2
10. Aktifkan power switch , dan tunggu mesin melakukan Self
Test sampai selesai.
Bila self test gagal akan tampak tampilan “Service” pada
layar, maka lakukan perbaikan sesuai Protap Pemeliharaan
dan Perbaikan Alat Uji Integritas Saringan
11. Pada Main Menu pilih Metode Testing
12. Pilih Test Program untuk memilih program yang sesuai
(pastikan menu yang dipilih telah se suai dengan Nama
Filter dan Nama Produk yang akan di test)
13. Tekan tombol input, kemudian isi Field kelengkapan produk,
berupa Nama Operator, Nama Prod uk, dan Nomor Bets
Produk yang akan di test, dan tekan tombol OK
14. Tekan tombol Start untuk memulai pengoperasian Filter
Integrity Test
15. Tunggu proses Testing sampai selesai
16. Bila filter memenuhi syarat uji integritas, akan muncul:
“Flow Within Limit” , filter dapat dipakai untuk menyaring,
bila tidak me menuhi syarat akan tampil “Flow Outside
Limit”
17. Cetak hasil integrity test dan lampirkan pada Batch Record.
Metode Filter Integrity Test

Uji Bubble Point

● Untuk menentukan ukuran pori


membran filter.
● Merupakan uji integritas filter
yang paling banyak
digunakan.
● Uji didasarkan pada prinsip
bahwa cairan ditahan dalam
pori-pori filter oleh tegangan
permukaan dan gaya kapiler,
tekanan minimum yang
dibutuhkan untuk mendorong
cairan keluar dari pori-pori
adalah ukuran diameter pori.
Metode Filter Integrity Test

Uji Diffusive Flow

● Prinsip mirip seperti uji Bubble Point. Gas


yang terlarut dalam cairan yang
tertahan di pori-pori filter yang dibasahi
perlahan akan berdifusi keluar dari pori-
pori karena perbedaan tekanan,
besarnya aliran difusi kemudian diukur.
● Uji diffusive flow digunakan untuk
pengujian filter yang tidak dapat
dilakukan menggunakan uji bubble
point.
● Semakin besar aliran difusi, semakin
besar ukuran pori membran.
Metode Filter Integrity Test Uji Pressure Hold /
penahanan tekanan

Merupakan variasi dari diffusive flow


- Housing filter diberi tekanan hingga ke
besaran yang telah ditentukan
- Saluran sumber aliran ditutup
- Membran terbasahi memberikan lapisan
cairan untuk jalur pergerakan gas
secara difusi
- Penurunan tekanan sisi hulu diukur
secara kuantitatif selama periode
Kelebihan
tertentu ● Lebih mampu memperlihatkan adanya
masalah pada penyusunan dan
Fungsi: diterapkan pada cairan kritis karena penyekatan housing dan dudukan filter
tidak mengganggu sterilitas sistem sisi hilir dibandingkan diffusive flow
● Mampu mencegah pengaturan hulu

Kelemahan
● Sangat bergantung suhu
● Memerlukan pengukuran volume
sistem hulu yang akurat
05
Pencucian ampul dan alat-alat produksi
sediaan injeksi dilakukan di ruangan
terpisah dengan ruang penimbangan dan
pencampuran.
Jelaskan ruang yang dimaksud dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh
ruangan tersebut (jelaskan kelas ruangan,
persyaratan cemaran partikel, cemaran
microorganism, jumlah pertukaran udara)
Klasifikasi lingkungan berdasarkan langkah-langkah
proses produksi

(ISPE, 2011).
Persyaratan Jumlah Persyaratan Cemaran
Partikel Mikroba

(BPOM RI, 2018).


Persyaratan Jumlah Pertukaran Udara

(BPOM RI, 2013).


Daftar Pustaka
Akers, M. J. 2010. Sterile Drug Products (Formulation, Packaging, Manufacturing, and
Quality). London: Informa Healthcare.
Baaklini, J. 2020. Understanding the Critical Role of Integrity Testing in Laboratory
Sterility Filtration. Pharmaceutical Technology Volume 44, Issue 11 Pages: 46–49,
BPOM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik 2012. Jakarta: BPOM RI.
BPOM RI. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
ISPE. 2011. ISPE Baseline Guide : Sterile Product Manufacturing Facilities.
WHO.2009.Manufacturing Practice For Pharmaceutical Product Containing Hazardous
Substances. Working Document QAS/08.256.rEV.1
WHO. 2011. WHO good manufacturing practices for sterile pharmaceutical products.
Annex 6. WHO Technical Report Series No. 961
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

You might also like