You are on page 1of 12

KONVENSI DEN HAAG 1899 dan 1907

The Hague Conventions 1899 and 1907

Kholifansyah Dzaky Wiratmoko


30302100174

Dr. Andi Aina Ilmih, S.H., M.H.


Hukum Internasional
Kelas B
KONVENSI DEN HAAG 1899 dan 1907
The Hague Conventions 1899 and 1907

Kholifansyah Dzaky Wiratmoko

Dr. Andi Aina Ilmih, S.H., M.H.


Email: dzakywiratmoko@gmail.com

ABSTRAK
Beberapa perjanjian internasional yang menjadi sumber bagi Hukum Humaniter diantaranya ialah
Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 yang mengatur mengenai cara dan alat berperang
(The Hague Laws). Suatu cara penyelesaian sengketa yang mula-mula dilahirkan tahun 1899
dalam Konferensi Den Haag I atas inisiatif Kaisar Nicholas I. dalam Konvensi Den Haag II tahun
1907 menegaskan dan menyempurnakan prosedur ketentuan-ketentuan dalam Konvensi Den Haag
1907. Dalam Konvensi Den Haag 1899 dan 1907 negara Jerman pernah melanggar aturan yang
telah ditetapkan mengenai cara dan alat berperang. Mengenai cara berperang, ketentuan yang
terdapat dalam bagian ini merupakan tambahan dan penyempurnaan dari apa yang terdapat dalam
Hague Regulations 1907. Pasal 35 menurut apa yang disebut peraturan dasar. Pasal 37 memuat
larangan perbuatan yang bersifat khianat (perfidy). Mengenai Alat Berperang yaitu pasal yang
mengatur alat berperang, yaitu pasal 36 Konvensi Den Haag 1907 Konvensi tersebut merupakan
hasil dari Konferensi Perdamaian I dan Konferensi Perdamaian II yang diadakan di Den Haag,
Belanda. Konferensi Perdamaian I menghasilkan tiga konvensi dan tiga deklarasi dan Konferensi
Perdamaian II menghasilkan 13 konvensi dan satu deklrasasi.
Kata kunci: Den Haag, Konferensi, Berperang

ABSTRACT
Some of the international treaties that are sources for humanitarian law include the 1899 and
1907 Hague Conventions, which regulate the methods and means of war (the Hague Laws). a
method of dispute resolution that was originally born in 1899 at the First Hague Conference on
the initiative of Emperor Nicholas I. The Hague Convention II of 1907 confirmed and perfected
the procedures for the provisions of the 1907 Hague Convention. In the 1899 and 1907 Hague
Convention countries, Germany never violated the rules that have been set regarding the ways and
means of war. Regarding the method of warfare, the provisions contained in this section are
additions and refinements to what is contained in the Hague Regulations of 1907. Article 35
according to what is called the basic regulations Article 37 contains a prohibition on acts that are
treasonous (perfidy). Concerning Weapons of War, namely the article that regulates the means of
war, namely Article 36 of the 1907 Hague Convention The convention resulted from the First and
Second Peace Conferences, which were both held in The Hague, Netherlands. The First Peace
Conference produced three conventions and three declarations, and the Second Peace Conference
produced 13 conventions and one declaration.

Keywords: The Hague, Conference, War


PENDAHULUAN mengatur “permainan perang”, melainkan
Dalam suatu Hubungan untuk alasan-alasan perikemanusiaan guna
Internasional, konflik atau pertikaian adalah mengurangi atau membatasi penderitaan
hal yang biasa terjadi antara dua negara individu-individu, serta untuk membatasi
atau lebih. Konflik ataupun pertikaian kawasan dimana kebiasaan konflik
merupakan salah satu bentuk interaksi yang bersenjata diijinkan.2
berasal dari hubungan yang dijalin antar Beberapa perjanjian internasional
negara, dimana tidak semua negara akan yang menjadi sumber bagi Hukum
mempunyai pandangan yang sama atau Humaniter diantaranya ialah Konvensi-
suatu prinsip, keadaan, maupun perjanjian- konvensi Den Haag 1899 dan 1907 yang
perjanjian yang ada. Perwujudan dari mengatur mengenai cara dan alat berperang
tingkat tertinggi dalam konflik ataupun (The Hague Laws).3
pertikaian tersebut ditandai dengan adanya Konvensi-konvensi Den Haag tahun
perang. 1899 merupakan hasil konferensi
Dalam studi Hubungan perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18
Internasional, perang secara tradisional Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag
adalah penggunaan kekerasan yang merupakan peraturan hukum tentang para
terorganisasi oleh unit-unit politik dalam pihak yang bertikai dalam melaksanakan
system internasional. Perang akan terjadi operasi militer dan membatasi metode dan
apabila negara-negara dalam situasi konflik cara bertemput yang dapat dipakai untuk
dan saling bertentangan merasa bahwa melakukan penyerangan kepada pihak
tujuan mereka tidak bisa tercapai, kecuali musuh. Peraturan-peraturan tersebut
dengan cara-cara kekerasan. Dalam arti termuat dalam Konvensi Den Haag 1899
yang luas, perang menyangkut konsep- yang direvisi tahun 1907. Sebagaian besar
konsep seperti krisis, ancaman, penggunaan konvensi-konvensi yang disetujui pada
kekerasan, aksi gerilya, penakulkan, Konferensi Perdamaian I telah diganti
pendudukan, bahkan terror.1 Tujuan pokok konvensi-konvensi yang disetujui pada
dari kaidah-kaidah hukum humaniter bukan
2
J. G. Starke, 2003, Pengantar Hukum
untuk menjadi semacam kitab hukum yang Internasional, Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika,
1
Jakarta, hlm 728.
Ambarwati,dkk, Hukum Humaniter Internasional
3
dalam Studi Hubungan Internasional, PT Raja Arlina Permanasari., 1999, Pengantar Hukum
Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm 2. Humaniter, ICRC, Jakarta, hlm 22-24.
Konferensi Perdamian II. Konferensi pada konvensi Den Haag yang terdapat
Perdamaian III sebenarnya telah dalam Hague Regulations 1907. Bukan
direncanakan namun tidak dapat Cuma Jerman tetapi ada beberapa anggota
dilaksanakan karena pecahnya Perang Konvensi Den Haag lainnya yang
Dunia I. melanggar regulasi perang.
Sebagian besar dari konvensi Den Haag
Berdasarkan uraian pendahuluan diatas,
1907 mengatur perang di laut. Hanya ada
maka dapat dirumuskan masalah sebagai
satu Konvensi yang mengatur perang di
berikut,
darat, yaitu Konvensi IV. Konvensi IV
mempunyai annex yang disebut Hague 1. Apa wanprestasi yang pernah

Regulations-1907. Ketentuan-ketentuan dilakukan oleh negara anggota

Hague Regulations inilah yang sampai Konvensi Den Haag 1899 dan

sekarang menjadi pegangan bagi para 1907?

belligerent.4 2. Bagaimanah hasil dari Konferensi

Hukum Den Haag terdiri atas tiga belas dari Konvensi Den Haag 1899 dan

konvensi dan satu deklarasi, yang berisi 1907?

aturan mengenai cara dan alat berperang. KAJIAN PUSTAKA


Sedangkan Hukum Jenewa berisi empat Konvensi-konvensi Den Haag
konvensi dan dua protokol tambahan yang adalah dua perjanjian Internasional sebagai
mengatur perlindungan terhadap mereka hasil perundingan yang dilakukan dalam
yang menjadi korban perang. 5
konferensi-konferensi perdamaian di Den

Dalam Perang Dunia 1, banyak aturan Haag. Konvensi-konvensi ini dihasilkan

dari aturan-aturan yang ditetapkan dalam dalam konferensi perdamaian pertama di

Konvensi-konvensi Den Haag dilanggar, Den Haag pada tahun 1899, yang kemudian

terutama oleh Jerman. Jerman melanggar disempurnakan dalam konferensi kedua

mengenai cara berperang yang telah dibuat pada tahun 1907. Rangkaian konvensi
tersebut dikenal dengan sebutan Hukum
4
Mufroil, Skripsi: Penerapan Konvensi Den Haag Den Haag (Hague Laws). Hukum yang
1907 Dalam Agresi Militer Israel Terhadap
Palestina,(Yogyakarta:UMY,2010), hlm 1-4.
terutama mangatur alat dan cara berperang
5
Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, PT
(means and methode of warfare).
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm 75.
Prinsip atau dalil pertama yang ketentuan dalam Konvensi Den Haag
terdapat dalam hukum tersebut berbunyi 1907.7
sebagai berikut: "the right of belligerents to Konvensi Den Haag 1907 mengatur
adopt means of injuring the enemy is not tata cara berperang yang mana tujuan dari
unlimited'. Ini berarti bahwa ada cara-cara konvensi tersebut adalah untuk mengurangi
tertentu dan alat-alat tertentu yang dilarang jumlah korban yang tidak perlu dalam suatu
untuk dipakai atau digunakan. peperangan. Konvensi ini perumusannya
Prinsip kedua yang penting yang dijiwai oleh prinsip-prinsip kebiasaan
terdapat dalam hukum Den Haag adalah perang (custom of war) diantaranya adalah
apa yang biasa disebut Martens Clause Distinction Principle. Prinsip ini merupakan
yang terdapat dalam preambule Konvensi prinsip yang membedakan dalam
Den Haag Martens Clause tersebut menentukan obyek apa saja yang boleh
berbunyi sebagai berikut: "until a more dilibatkan dalam peperangan termasuk di
complete code of the laws of war has been dalamnya adalah pembedaan obyek sipil
issued, the high contracting parties deem it dan obyek militer, dimana benda budaya
expedient to declare that, in cases not termasuk obyek sipil yang tidak boleh
included in the regulations adopted by diserang. Dengan demikian Konvensi ini
them, the in habitants and the belligerents bisa berlaku sebagai Hukum Kebiasaan
remain under the protection and the rule of Perang.8
the principles of the law of nations, as they
result from the usages established among PEMBAHASAN
civilized people, from the laws of humanity, Wanprestasi yang pernah dilakukan oleh
and the dictates of the public conscience".6 negara anggota Konvensi Den Haag 1899
Suatu cara penyelesaian sengketa dan 1907
yang mula-mula dilahirkan tahun 1899 Dalam Konvensi Den Haag 1899
dalam Konferensi Den Haag I atas inisiatif dan 1907 negara Jerman pernah melanggar
Kaisar Nicholas I. dalam Konvensi Den
Haag II tahun 1907 menegaskan dan 7
Sri Setianingsih Suwardi, 2006, Penyelesaian
sengketa Internasional, Jakarta, Universitas
menyempurnakan prosedur ketentuan- Indonesia (UI-Press), hlm 22.
8
Soekotjo Hardiwinoto, Bahan Mata Kuliah Hukum
Humaniter Internasional, Fakultas Hukum UNDIP,
6
Haryomataram, op.cit., hlm 46 2014. Hlm 4.
aturan yang telah ditetapkan mengenai cara Larangan yang dijelaskan terakhir
dan alat berperang. tersebut merupakan larangan yang baru,
a. Mengenai Cara Berperang akan tetapi, perlu ditambahkan bahwa
Bagian III dari Protokol Tambahan I larangan semacam itu juga terdapat
tahun 1977 mengatur soal cara dan dalam konvensi tentang prohibition of
alat berperang, soal kombatan dan military or any other hostile use of
tawanan perang. Mengenai cara environmental modification techniques
berperang, ketentuan yang terdapat 1977, yang juga dikenal dengan sebutan
dalam bagian ini merupakan Enmod Convention.
tambahan dan penyempurnaan dari Pasal 37 memuat larangan perbuatan
apa yang terdapat dalam Hague yang bersifat khianat (perfidy).
Regulations 1907. Pasal 35 menurut Ditentukan bahwa larangan untuk
apa yang disebut peraturan dasar. Di membunuh, melukai atau menangkap
dalam pasal tersebut dicantumkan secara khianat yaitu acts inviting the
tiga ketentuan, yaitu: confidence of an adversary to lead
1) Dalam setiap konflik bersenjata, hak believe that he is entitled to, or is
dari pihak-pihak dalam konflik obliged to accord, protection under the
untuk memilih atau menentukan rules of international law applicable in
cara atau alat berperang dibatasi conflict, with intent to betray that
(ketentuan ini terdapat juga dalam confidence, shall con, perfidy.
Pasal 22 Hague Relations); Berdasarkan ketentuan tersebut,
2) Dilarang menggunakan senjata perbuatan yang dianggap bersifat
proyektil materil dan metoda khianat jika perbuatan salah satu pihak
berperang yang menimbulkan luka- menimbulkan atau mengundang
luka yang berlebihan dan kepercayaan pada pihak bahwa seolah-
penderitaan yang tidak perlu; olah pihak pertama berhak atas
3) Dilarang menggunakan alat atau perlindungan berdasarkan hukum
cara berperang yang atau dapat humaniter, dengan tujuan untuk
diharapkan akan menyebabkan menghianati atau menipu pihak kedua.
kerusakan luas (hebat) berjangka Perbuatan semacam ini akan
panjang terhadap lingkungan hidup. mengakibatkan timbulnya kesangsian
atau keragu-raguan dikemudian hari 1) Tidak bertentangan dengan hukum
pada pihak kedua akan niat baik pihak internasional yang berlaku dalam
pertama dalam melaksanakan ketentuan pertikaian bersenjata
yang berhubungan dengan asas 2) Tidak bersifat khianat
perlindungan karena pihak pertama b. Mengenai Alat Berperang
ternyata telah menyalahgunakan asas Pasal yang mengatur alat berperang,
tersebut. yaitu pasal 36 Konvensi Den Haag
Di dalam Pasal tersebut diberikan 1907. Jika suatu negara mengadakan
contoh dari beberapa perbuatan yang studi, mengembangkan atau
dianggap perbuatan khianat, yaitu: menyetujui untuk menggunakan
a) Pura-pura menunjukkan maksud suatu senjata baru atau cara
untuk mengadakan perundingan berperang baru, negara tersebut
dengan menggunakan bendera diharuskan menentukan apakah
gencatan senjata; penggunaannya akan dilarang oleh
b) Pura-pura tidak berdaya karena protokol ini atau ketentuan lain dari
luka-luka atau sakit; hukum internasional yang berlaku
c) Pura-pura bestatus orang sipil bagi negara tersebut. Maksud dari
(civilian) atau nonkombatan; pasal ini sudah barang tentu untuk
d) Pura-pura memiliki status dilindungi mencegah jangan sampai negara
dengan menggunakan tanda uniform peserta protokol mengembangkan
PBB atau negara lain yang menjadi senjata yang dilarang oleh protokol
pihak dalam konflik. ini. Manfaat pasal ini dapat
Perbuatan khianat ini harus diragukan melihat bahwa:
dibedakan dari muslihat perang(rules of 1) Yang menentukan apakah
war). Muslihat perang tidak dilarang, senjata itu termasuk senjata
adapun yang dimaksud dengan muslihat terlarang atau tidak adalah
perang ialah tindakan yang dilakukan negara yang memiliki
dengan maksud untuk mengelabui senjata sendiri;
(mislead) lawan atau untuk mendorong 2) Tidak ada sanksi bila negara
lawan agar berbuat kurang berhati-hati yang bersangkutan tidak
(reckless), tetapi itu:
memenuhi ketentuan senjata (disarmament) dalam rangka
tersebut.9 menegakan perdamaian dunia. Konferensi
diakhiri dengan disetujuinya suatu Final
Hasil dari Konferensi dari Konvensi Den Act 1.10
Haag 1899 dan 1907
Gagasan pertama untuk
Salah satu ketentuan hukum yang
mengadakan Konferensi Perdamaian II
sangat penting dalam hukum humaniter
tersebut di atas datang dari Menlu Amerika
adalah hukum yang mengatur tentang alat
Serikat, Hon. John Hay, yang pada 21
(means) dan cara (methods) berperang
Oktober 1904 membuat surat edaran yang
sebagaimana yang diatur di dalam
ditujukan kepada wakil-wakil Amerika
Konvensi Den Haag tahun 1899 dan 1907.
Serikat yang diakreditir di negara-negara
Konvensi tersebut merupakan hasil dari
yang telah meratifikasi Final Act tahun
Konferensi Perdamaian I (First Peace
1899.11 Pada waktu itu Rusia sedang
Conference) yang diselenggarakan selama
berperang melawan Jepang. Namun, Csar
dua bulan (dibuka tanggal 20 Mei 1 899)
Rusia menyatakan keinginannya untuk
dan Konferensi Perdamaian II (Second
menyelenggarakan konferensi tersebut.
Peace Conference) yang diselenggarakan
Setelah mendengar berita itu, Presiden
pada tanggal 15 Juni-18 Oktober 1907.
Amerika Serikat, Theodore Roosevelt,
Kedua konferensi tersebut diadakan di Den
mempersilahkan Csar untuk bertindak
Haag, Belanda.
sebagai penyelenggara.12
Berkaitan dengan Konferensi
Mengenai hasil yang dicapai,
Perdamaian I, pada tahun 1898, Menlu
Konferensi Perdamaian I menghasilkan tiga
Rusia, Count Mouravieff, mengedarkan
konvensi dan tiga deklarasi, yaitu sebagai
surat kepada semua kepala perwakilan
berikut:
negara yang diakreditir di St. Petersburg, 10
GPH. Haryomataram (1), Sekelumit tentang
berisikan ajakan Maharaja Rusia untuk Hukum Humaniter, Surakarta: Sebelas Maret
University Press, 1994, hlm. 16-17.
berusaha mempertahankan perdamaian
11
Pearce Higgins, The Hague Peace Conferences
dunia dan mengurangi persenjataan. and Other International Conferences concerning the
Dengan demikian, maka tujuan konferensi Laws and Usages of War, Texts of Conventions with
Commentaries, London: Cambridge University
tersebut adalah dalam bidang perlucutan Press, 1909, hlm. 41.
9
Haryomataram, op.cit., hlm 172. 12
GPH. Haryomataram (1). op.cit., hlm. 18-19.
1) Konvensi I untuk Penyelesaian cekik dan gas beracun (To prohibit
secara Damai atas Sengketa- the use of projectiles, the object to
sengketa lnternasional (Convention which is the diffusion of
for the Settlement of International asphyxiating or deleterious gases);
Disputes);
3) Melarang penggunaan peluru-peluru
2) Konvensi II mengenai Hukum dan dum-dum, yaitu peluru-peluru yang
Kebiasaan Perang di Darat bungkusnya tidak sempurna
(Convention respecting the Laws menutupi bagian dalam sehingga
and Customs of War on Land); dapat dengan mudah pecah dan
membesar dalam tubuh manusia (To
3) Konvensi Ill mengenai Adaptasi
prohibit the use of bullets which
Prinsip-prinsip Konvensi Jenewa 22
expand or flatten easily in the
Agustus 1864 untuk perang di Laut
human body, such as bullets with a
(Conventions for the Adaptations to
hard envelope, of which the
the Maritime Warfare of the
envelope does not entirely cover the
Principles of the Geneva
core, or is pierced with incisions).
Convention of the 22"d August
1864). Menurut Final Act, dari Konferensi
Perdamaian II ini telah dihasilkan 13
Adapun tiga deklarasi yang
konvensi dan satu deklarasi, yaitu sebagai
dihasilkan mengatur hal-hal sebagai
berikut:
berikut:
1) Konvensi I untuk penyelesaian
1) Melarang peluncuran proyektil-
secara damai atas sengketa-sengketa
proyektil dan bahan-bahan peledak
Internasional (Convention for the
dari balon atau dengan metode baru
Settlement of International
lainnya yang sama (To prohibit the
Disputes);
discharge of projectiles and
explosives from balloons or by other 2) Konvensi II mengenai Pembatasan
similar new methods); Penggunaan Kekerasan untuk
Pengembalian Hutang-piutang yang
2) Melarang penggunaan proyektil-
Timbul dari Kontrak (Convention
proyektil yang menyebabkan gas
respecting the Limitation of the to the Lying of Automatic
Employment of Force for the Submarine Contact Mines);
Recovery of Contract Debts);
9) Konvensi IX mengenai Pengeboman
3) Konvensi Ill mengenai Memulai
oleh Angkatan Laut di Waktu
Permusuhan (Convention relative to
Perang (Convention respecting
the Opening of Hostilities);
Bombardment by Naval Forces in
4) Konvensi IV mengenai Hukum dan
Time of War);
Kebiasaan Perang di Darat
(Convention respecting the Laws 10) Konvensi X mengenai

and Customs of War on Land); pengadaptasian prinsip-prinsip

5) Konvensi V mengenai Hak dan Konvensi Jenewa untuk perang di

Kewajiban Negara dan Orang Netral laut (Convention for the

dalam Perang di Darat (Convention Adaptations of the Principles of the

respecting the Rights and Duties of Geneva Convention to Maritime

Neutral Powers and Persons in Case War);

of War on Land); 11) Konvensi XI mengenai Pembatasan

6) Konvensi VI mengenai status kapal Tertentu tentang Pelaksanaan dari

dagang musuh pada saat terjadinya Hak Orang yang Tertangkap dalam

permusuhan (Convention relative to Perang di Laut (Convention relative

the Status of Enemy Merchant- to Certain Restriction on the

Ships at the Outbreak of Hostilities); Exercise of the Right of capture in


Maritime War);
7) Konvensi VII mengenai Perubahan
12) Konvensi XII mengenai
Kapal Dagang menjadi Kapal
Pembentukan Pengadilan Barang
Perang (Convention relative to the
Rampasan lnternasional
Conversion of Merchant-Ships into
(Convention relative to the
Warships);
Establishment of an International
8) Konvensi VIII mengenai Prize Court);
penempatan Ranjau sentuh kapal 13) Konvensi XIII mengenai Hak dan
selam otomatis (Convention relative Kewajiban Negara Netral dalam
Perang di Laut (Convention
respecting the Rights and Duties of apa yang disebut peraturan dasar.
Neutral Powers in Maritime War); Pasal 37 memuat larangan perbuatan
14) Deklarasi Pelarangan Penggunaan yang bersifat khianat (perfidy).
Proyektil, dll., dari Balon Ditentukan bahwa larangan untuk
(Declaration Prohibiting Discharge membunuh, melukai atau
of Projectiles, etc., from Baloons). menangkap secara khianat.
Perlu diketahui pula bahwa Perbuatan khianat ini harus
Konvensi Den Haag 1907 mulai terbuka dibedakan dari muslihat perang (rules of
untuk ditandatangani oleh negara- war). Muslihat perang tidak dilarang,
negara sejak tanggal 18 Oktober 1907, adapun yang dimaksud dengan muslihat
mulai berlaku tanggal 26 Januari 1910, perang ialah tindakan yang dilakukan
dengan negara penyimpan (depository dengan maksud untuk mengelabui
state) Konvensi yaitu Belanda dan teks (mislead) lawan atau untuk mendorong
asli Konvensi menggunakan bahasa lawan agar berbuat kurang berhati-hati
Prancis (authentic language).13 (reckless).
Mengenai Alat Berperang yaitu
KESIMPULAN
pasal yang mengatur alat berperang,
Berdasarkan hasil pembahasan di
yaitu pasal 36 Konvensi Den Haag
atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1907. Jika suatu negara mengadakan
1. Dalam Konvensi Den Haag 1899
studi, mengembangkan atau menyetujui
dan 1907 negara Jerman pernah
untuk menggunakan suatu senjata baru
melanggar aturan yang telah
atau cara berperang baru, negara
ditetapkan mengenai cara dan alat
tersebut diharuskan menentukan apakah
berperang. Mengenai cara
penggunaannya akan dilarang oleh
berperang, ketentuan yang terdapat
protokol ini atau ketentuan lain dari
dalam bagian ini merupakan
hukum internasional yang berlaku bagi
tambahan dan penyempurnaan dari
negara tersebut. Maksud dari pasal ini
apa yang terdapat dalam Hague
sudah barang tentu untuk mencegah
Regulations 1907. Pasal 35 menurut
jangan sampai negara peserta protokol
13
Adam Roberts dan Richard Guelff, Documents on mengembangkan senjata yang dilarang
the Laws of War, Third Edition, New York: Oxford oleh protokol ini.
University Press, 2000, hlm. 68.
2. Ketentuan hukum yang sangat Internasional Fakultas Hukum
UNDIP. Semarang.
penting dalam hukum humaniter
adalah hukum yang mengatur Haryomataram. (2005). Pengantar Hukum
Humaniter. Jakarta: PT
tentang cara berperang dan alat RajaGrafindo Persada.
berperang yang diatur di dalam
J. G. Starke. (2003). Pengantar Hukum
Konvensi Den Haag tahun 1899 dan Internasional (Vol. 10). Jakarta:
1907. Konvensi tersebut merupakan Sinar Grafika.

hasil dari Konferensi Perdamaian I Mufroil. (2010). Penerapan Konvensi Den


Haag 1907 Dalam Agresi Militer
dan Konferensi Perdamaian II yang Israel Terhadap Palestina.
diadakan di Den Haag, Belanda. Yogyakarta: UMY.
Konferensi Perdamaian I Pearce Higgins. (1909). The Hague Peace
menghasilkan tiga konvensi dan tiga Conferences and Other
International Conferences
deklarasi dan Konferensi concerning the Laws and Usages of
Perdamaian II menghasilkan 13 War, Texts of Conventions with
Commentaries. London: Cambridge
konvensi dan satu deklrasasi.
University Press.
Suwardi, S. S. (2006). Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA sengketa Internasional. Jakarta: UI-
Adam Roberts, Richard Guelff. (2000). Press.
Documents on the Laws of War
(Vol. 3). New York: Oxford
University Press.
Ambarwati,dkk. (2009). Hukum Humaniter
Internasional dalam Studi
Hubungan Internasional. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Arlina Permanasari dkk. (1999). Pengantar
Hukum Humaniter. Jakarta: ICRC.
GPH. Haryomataram. (1994). Sekelumit
tentang Hukum Humaniter.
Surakarta: Universitas Sebelas
Maret .
Hardiwinoto, S. (2014). Bahan Mata
Kuliah Hukum Humaniter

You might also like