You are on page 1of 2

a).

Pemahaman atas Kata / Istilah

Jikalau kita tidak menelaah kata / istilah yang dipakai dalam perikop ini, maka akar teologinya akan
dangkal. Kita akan menekankan aspek praktis dari tindakan memberikan sedekah / persembahan.
Dan, hal inilah yang selalu dilakukan setiap menyampaikan pengajaran terkait Matius 6 : 1 – 4.
Pengajaran seperti ini bertujuan untuk menghimpun kolekte agar menambah pemasukan keuangan
saja. Sementara ia tidak berfungsi untuk menggugah kesadaran (motivasi) memberi berdasarkan
KASIH AKAN ALLAH dan AKAN SESAMA MANUSIA sesuai ajaran Yesus (Mat. 5:23-26; 22:37-40).

Kata / istilah sedekah yang ditransliterasiken ke dalam Bahasa Indonesia memiliki akar teologi yang
kuat dalam Bahasa Ibrani : TZEDEQ (AH).

a.1. Sedekah (tsadoqah) berasal dari kata dasar tzdg (tzedeg) artinya benar, adil.

a.2. Kata tzedeqah dalam Alkitab Bahasa Ibrani diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia :
kebenaran, keadilan. Dalam kasus-kasus kalimat tertentu, kadang juga diterjemahkan: hukum (ada
pula kata Ibrani lain untuk hukum : mishphat / misphatim).

a.3. Penggunaan akhiran AH pada kata tzedeqah mempunyai 2 (dua) makna :

Pertama, menunjuk pada jenis kelamin feminine (betina, perempuan). Dan, kedua, menunjuk pada
kebiasaan Israel menyatukan tindakan itu pada nama TUHAN : Yahweh, Yahua, Yaho. Namun arti yag
kedua ini masih bersifat hipotesis saja. Meskipun saya percaya, bahwa contoh yang benar dan baik
tentang perihal member sedekah itu tampak jelas dala perbuatan TUHAN (Yahua)
mempersembahkan Anak-Domba-Nya di Salib.

b). Makna Kata

b.1. Sesuai dengan arti akar katanya, saya berpendapat, bahwa sedekah, dalam arti pemberian atau
persembahan korban, wajib dipenuhi berdasarkan HUKUM (tzedeqah) yang difirmankan TUHAN
Allah sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Terkait juga dengan kuantitas dan kualitasnya (misalnya :
persepuluhan).

b.2. Tsedeqah (pemberian, persembahan korban) itu pertama-tama dilakukan oleh Allah. Itulah
contoh yang benar, yakni : ketika Ia menghembuskan nafas hidup ke dalam hidung manusia,
sehingga manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej. 2:7), juga berkat material dan jasmaniah
yang diberikan-Nya k atas kehidupan manusia.

Pemberian atau persembahan korban dari Allah itu mencerminkan kebenaran (motivasi yang benar)
Allah yang bersumber pada hati-Nya yang penuh kasih semata-mata. Tidak pamrih dan tidak
menuntut balas jasa.

b.3. Pemberian atau persembahan korban dari Allah itu juga menunjukkan keadilan-Nya ke atas
kehidupan manusia.

b.4. Secara juridis formal, tzedeqah memperlihatkan sikap (tindakan) dan keputusan (pernyataan
hukum) Allah yang memenuhi perjanjian kasih karunia dengan manusia, sejak zaman Abraham
(menurut kesaksian Alkitab) sampai memuncak pada peristiwa penyaliban Yesus.
b.5. Penyaliban Yesus menjadi bukti, bahwa ketika Allah mengadili manusia berdosa, Ia telah
menghukum Diri-Nya sendiri untuk membenarkan ciptaan-Nya. Manusia berdosa dibenarkan dan
dikuduskan (teologi reformasi calvinis tentang SANKTIFIKASI) oleh persembahan (anugerah) Allah.

You might also like