Professional Documents
Culture Documents
Teknologi Benih - Acc Laporan Resmi Praktikum
Teknologi Benih - Acc Laporan Resmi Praktikum
Disusun oleh :
Kelompok IA
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum Teknologi Benih. Laporan Praktikum ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Benih Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Florentina Kusmiyati,
M.Sc selaku Koordinator Praktikum Teknologi Benih dan Ratna Dwi Kartikasari
selaku Asisten Pembimbing Praktikum Teknologi Benih, yang telah membimbing
kami selama praktikum berlangsung sampai penyusunan laporan Praktikum
Teknologi Benih ini selesai.
Kami menyadari laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruksif sangat diharapkan oleh
penulis. Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih atas perhatian dan
koreksi dari berbagai pihak. Harapan kami adalah Laporan Praktikum Teknologi
Benih yang telah disusun dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
iii
iii
iv
RINGKASAN
iv
v
DAFTAR ISI
Halaman
v
vi
vi
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
ix
DAFTAR ILUSTRASI
Halaman
Ilustrasi 1. Gambar Tipe Perkecambahan Benih.... ................................. 34
Ilustrasi 2. Gambar Struktur Benih Jagung (Zea mays L.) .................... 36
Ilustrasi 3. Gambar Struktur Benih Kedelai (Glycine max L.) .............. 38
Ilustrasi 3. Kultur Jaringan Anggrek Bulan .......... .................................. 43
Ilustrasi 5. Media Kultur Jaringan Anggrek ........................................... 44
Ilustrasi 6. Transplantasi Eksplan Anggrek.......................................... .. 45
Ilustrasi 7. Kultur Jaringan Anggrek Bulan hari ke-5 ............................ 46
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air benih merupakan pengurangan air akibat proses pengeringan pada
benih. Kadar air benih adalah kuantitas air yang hilang karena pengeringan yang
diukur dengan metode oven secara tidak langsung dan dinyatakan dalam persen
terhadap berat basah (awal) contoh benih (Pratama, 2014).Benih jagung dan padi
termasuk dalam benih yang dapat dikurangi kadar airnya dan dapat disimpan
lama. Benih jagung dan benih padi termasuk benih jenis ortodoks yaitu benih
yang dapat diturunkan kadar airnya dan dapat disimpan pada suhu rendah
sehingga dapat bertahan lama (Tefa dkk., 2019).Kadar air benih ortodoks yaitu
kurang dari 12%. Benih ortodoks seperti padi dapat disimpan pada kadar air
kurang dari 12% (Febriyanti dan Surahman, 2015). Jagung memiliki kadar air saat
pemipilan berkisar antara 20 – 30% dan mengalami penurunan sebesar 10 – 20%.
Benih jagung yang merupakan benih ortodoks mempunyai kadar air yang berkisar
8,98-10,45% (Landeng dkk., 2017). Kadar benih sangat menentukan mutu benih,
4
Uji vigor adalah keadaan dimana benih mempunyai sifat sehat dan
perkecambahannya akan memberikan kualitas kecambah yang kuat, seragam dan
mudah beradaptasi pada keadaan setiap lingkungan.Vigor diartikan sebagai
8
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis
tanaman berbunga dengan keadaan struktur biji tertutup. Jagung (Zea mays L.)
merupakan tanaman yang termasuk kedalam kelas tanaman monokotil atau
berkeping satu (Melwita dan Kurniadi, 2014). Jagung (Zea mays L.) adalah
tanaman yang tergolong kedalam tanaman yang memiliki bunga atau
spermatophyta dengan keadaan struktur biji tertutup atau termasuk kelas
angiospermae (Prasiddha dkk., 2016). Biji jagung biasanya berwarna kuning
karena di dalamnaya mengandung pigmen karotenoid (Ekafitri, 2010). Benih
jagung memiliki kulit benih yang menyatu dengan kulit buahnya. Kulit buah dan
kulit biji pada butir jagung saling melekat erat (Sastrapradja, 2012).
Stuktur benih jagung terdiri dari kulit benih atau perikarp, embrio yang
meliputi epikotil dan radikula, kotiledon serta endosperm. Kulit luar pada benih
jagung yang berwarna kuning atau jingga saling menyatu ini biasa disebut dengan
perikarp. Jagung mempunyai kulit biji tipis seperti kulit mengandung serat yang
disebut perikarp (Kristiari dkk., 2013). Kulit benih berfungsi untuk melindungi
embrio dan mengatur masuknya air kedalam benih. Kulit benih melindungi
embrio benih agar tidak mengalami kerusakan serta mengatur difusi keluar
masuknya air dan gas (Indriana, 2016).
Struktur utama embrio jagung terdiri atas epikotil dan radikula. Epikotil
merupakan bakal embrio yang akan menjadi batang bagian atas serta daun.
Embrio tanaman memiliki sumbu dengan dua buah kutub, yaitu calon akar atau
radikula dan juga calon batang atau epikotil (Mulyani, 2010). Radikula
merupakan bagian embrio yang akan menjadi akar tanaman sehingga radikula
10
sering disebut sebagai bakal akar.Radikula yang merupakan bagian utama dari
embrio yang menjadi bakal akar tanaman (Walida dkk., 2016).
Benih tanaman jagung memiliki cadangan makanan berupa endosperma dan
jadi bagian terbesar struktur benih jagung. Endosperma merupakan jaringan
triploid yang terdapat pada biji, berasal dari penyatuan dua inti polar gametofit
betina dengan satu inti gamet jantan (Sukamto, 2010). Endosperma merupakan
cadangan makanan bagi benih yang berfungsi untuk menyuplai makanan bagi
benih saat proses perkecambahan (Pratama dkk., 2014). Benih yang mempunyai
cadangan makanan berupa endosperm disebut sebagai benih endospermik. Benih
endospermik merupakan benih mempunyai cadangan makanan berupa
endosperma (Hindaningrum dkk., 2014).
Kedelai merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman
berbunga serta memiliki biji berkeping dua. Kedelai adalah tanaman yang
termasuk ke dalam tanaman berbunga termasuk ke dalam kelas tanaman
berkeping dua atau dikotil (Binardi, 2014). Kulit benih benih kedelai biasanya
terpisah dari kulit buahnya dan mempunyai warna yang beragam bisa berwarna
hitam ataupun kuning teragantung jenis kedelainya. Kulit benih pada kedelai ada
yang berwarna hitam karena memiliki kandungan lignin yang tinggi,
dibandingkan kulit benih yang berwarna kuning (Hasbianto dan Yasin, 2014)
Struktur benih kedelai terdiri atas kulit benih (testa), embrio (meliputi
epikotil, hipokotil), radikula dan kotiledon. Kulit benih kedelai berupa testa
merupakan lapisan yang berasal dari integumen. Kulit benih umumnya disebut
testa yang berkembang dari satu atau dua integumen (Jayasumarta, 2012). Kulit
benih berfungsi untuk melindungi embrio dan mengatur masuknya air kedalam
benih.Kulit benih (testa) merupakan karakter morfologi yang penting untuk benih
kedelai karena menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus dapat menjadi
penutup dan pelindung embrio (Hasbianto dan Yasin, 2014).
Struktur utama embrio kedelai terdiri atas radikula, epikotil dan hipokotil.
Radikula akan berkembang menjadi akar sehingga radikula sering disebut sebagai
bakal akar.Epikotil ialah bakal embrio yang akan berkembang menjadi batang
bagian atas serta daun. Epikotil akan memanjang sehingga plumula keluar
11
menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah (Setyaningsih, 2018).
Hipokotil merupakan bakal embrio yang akan berkembang menjadi batang bagian
bawah kotiledon, sehingga disebut sebagai bakal batang.Hipokotil merupakan
ruas batang yang berkembang dibawah kotiledon (Fadjryani, 2016).
Benih tanaman kedelai memiliki cadangan makanan berupa kotiledon,
karena benih kedelai biasanya tidak mempunyai endosperm sehingga disebut
sebgai benih non-endospemik. Fungsi kotiledon menggantikan fungsi daun yang
mengandung banyak zat amilum sebagai cadangan makanan yang akan dirombak
oleh enzim dan hormon perkecambahan (Haryanti dan Budihastuti, 2015).
Kotiledon merupakan bagian dari embrio menjadi bagian terbesar dari struktur
benih kedelai.Kotiledon memiliki berat sekitar 90% dari bobot benih yang
menjadi cadangan makanan dan akan digunakan oleh embrio untuk tumbuh
danberkembang (Hartawan dkk., 2011).
semi viable apabila sebagian embrio yang berdekatan dengan poros embrio
berwarna merah muda sedangkan benih dikategorikan non-viablebila embrio tidak
terwarnai seluruhnya dan terjadi kerusakan yang menyebabkan benih tidak
berkecambah normal dan termasuk benih mati (Fatmawati dkk., 2018).
Prinsip kerja uji tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari benih
setelah direndam dalam larutan tetrazolium karena adanya pemecahan garam
tetrazolium oleh enzim suksinat reduktase yang intensitasnya dapat mengetahui
mana benih hidup dan benih mati (Romualdo dkk., 2010). Tujuan pengujian
tetrazolium pada viabilitas benih yaitu memperoleh prosedur perlakuan yang
sesuai untuk pengujian tetrazolium benih jagung, mengetahui metode
pengusangan yang sesuai untuk benih jagung serta memperoleh pola pewarnaan
pada embrio sebagai indikasi tidak langsung untuk mendeteksi viabilitas pada
benih jagung (Fatmawati dkk., 2018). Manfaat dari pengujian tetrazolium ini yaitu
membantu perkecambahan untuk benih-benih yang dorman dan lambat untuk
melakukan perkecambahan (Prabowo dan Subantoro, 2013).
satu contoh benih yang cepat mengalami deteriorasi atau penurunan viabilitas dan
vigor terutama jika disimpan pada kondisi ruang penyimpanan yang kurang
optimum (Yulyatin dan Diratmaja, 2015).
Kemurnian benih adalah presentase berat benih yang terdapat dari suatu
sampel benih. Kemurnian benih merupakan indikator seberapa besar campuran
bahan yang terikat selain benih (Sundari dkk., 2017). Benih bermutu yaitu
varietas tertentu yang menunjukkan identitas genetis dari tanaman induknya, mutu
fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang mencakup daya
kecambah dan kekuatan tumbuh benih dan mutu fisik benih yaitu penampilan
benih secara prima dilihat secara fisik seperti ukuran homogen, bernas, bersih dari
campuran, bebas hama dan penyakit, dan kemasan menarik, Benih bermutu
sangaat tinggi jika memiliki daya tumbuh (daya berkecambah) lebih dari
80%(tergantung jenis dan kelas benih) dan nilai kadar air dibawah
13%(tergantung jenis benih) (Darwis, 2016).
Benih murni suatu jenis dan banyaknya kotoran dan benih lain yang
terkandung di dalamnya. Benih murni berarti benih tersebut tidak tercampur
dengan jenis lain baik sesame varietasnya (Sujianto dan Wahyudi, 2015). Ciri
benih murni yaitu benih bersih, benih murni dan benih sehat. Benih bersih dan
terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai, biji- bijian lain, debu dan kerikil,
benih murni tidak tercampur dengan varietas lain, warna benih terang dan tidak
kusam, benih mulus tidak bebercak, kulit tidak terkelupas, benih sehat tidak
keriput, ukurannya normal dan seragam (Megananto dan Dhito, 2018).
Benih sehat yang berdaya tumbuh tinggi, benih yang sehat akan
menghasilkan tanaman yang sehat pula. Tanaman yang sehat mampu
mempertahankan diri dari serangan hama, dengan kemampuan tumbuh kembali
(recovery) yang lebih cepat. Benih sehat tersebut bebas dari bakteri
mikroorganisme,bakteri,cendawan, maupun virus (Saylendra, 2010). Kemurnian
benih adalah tingkat kebersihan benih dari materi non benih atau benih varietas
lain yang diharapkan dan biasanya kemurnian benih dinyatakan dalam presentase
dengan standar kemurnian benih itu sendiri minimal 98,0% (Prasekti, 2015)
14
Seed divider adalah salah satu alat yang dapat membantu dalam pemisahan
dan pemilahan benih yang diciptakan oleh Boerner, sehingga sering disebut
sebagai seed divider tipe Boerner. Alat seed divider Boerner cocok digunakan
untuk membagi benih menjadi dua bagian hampir sama besar (AOSA, 2011).
Seed divider terdiri atas beberapa bagian diantaranya hopper, valve atau katup
serta panci yang terletak di bagian bawahnya untuk menampung benih yang sudah
terpisah (Kozlowski, 2012).
Alat pembagi benih seed divider menggunakan prinsip kerja gravitasi
sehingga benih jatuh ke bawah. Seed divider merupakan alat pemisah serta
pemilah benih dengan menggunakan prinsip kerja berdasarkan gravitasi yaitu
benih yang di tuang pada corong terbalik akan jatuh setelah valve dibuka
kemudian masuk ruang dan meluncur melalui saluran kemudian jatuh pada wadah
dibawahnya (Yuniarti, 2016). Pembagian benih menggunakan seed divider
biasanya kurang tepat atau tidak merata. Ukuran benih yang terlalu kecil atau
tidak seragam akan tersangkut atau tertinggal sehingga pembagiannya kurang
tepat (Marie dkk., 2012).
Tujuan utama dari menggunakan alat pembagi benih seed divider tipe
Boerner yaitu untuk membagi benih tanaman menjadi dua bagian dengan cepat
sehingga memudahkan proses pembagian benih tanaman. Tujuan penggunaan
seed divider adalah untuk membagi benih menjadi dua bagian sama besar dengan
cepat (Shepherd, 2012). Alat pembagi benih seed divider dapat juga digunakan
untuk menghomogenkan sampel sebelum nantinya sampel dikurangi untuk
subsampel (Bahadur dkk., 2012).
plantlet ( Priyadi dan Ema, 2016 ). Manfaat optimal yang didapatkan dari teknik
ini yaitu dengan penguasaan kondisi yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan anggrek secara in vitro ( Tuhuteru dkk., 2012).
Teknik kultur jaringan atau kultur in vitro mempunyai beberapa keunggulan
dibandingkan dengan teknik konvensional. Teknik kultur in vitro dapat
memperbanyak eksplan secara cepat dan mudah memperbanyak tanaman yang
sulit diperbanyak secara konvensional (Zulkarnain, 2009). Sifat kultur in vitro
yang relatif menguntungkan dapat dimanfaatkan untuk perbanyakan tujuan
konversi maupun komersil karena mampu menghasilkan tanaman baru dengan
sifat yang sama dengan induknya (Hendaryono dan Wijayani, 2012).
Keberhasilan dan kegagalan dalam kultur jaringan disebabkan oleh berbagai
faktor. Keberhasilan kultur jaringan disebabkan oleh pemilihan eksplan yang
berkualitas sehingga kalus yang dihasilkan tumbuh dengan baik, media yang
cocok untuk kalus, kandungan gula cukup untuk sumber energi dan keadaan
eksplan dan media yang aseptik (Sutriana dkk., 2012). Kegagalan dalam kultur
jaringan dikarenakan eksplan dan media yang tidak aseptik, tempat penyimpanan
yang lembab serta pembuatan media yang tidak sesuai (Yasmin dkk., 2018).
Kesterilan saat melakukan transplantasi perlu diperhatikan. Sterilisasi yang
kurang sempurna kemungkinan besar terjadi pada saat pemindahan tunas anggrek
dalam botol kultur berikutnya, apabila pemindahan tunas terlalu lama, maka
mikroba yang ada di udara kemungkinan terbawa sehingga peristiwa kontaminasi
tidak dapat dihindarkan (Rio dkk., 2015). Kontaminasi oleh jamur disebabkan
oleh sterilisasi yang kurang baik terhadap alat, bahan dan pelaku kultur itu sendiri
sehingga mikroba-mikroba yang ada di udara berkembangbiak di dalam media
kultur (Yuliarti, 2010).
Sterilisasi kembali alat-alat transplantasi sangat diperlukan. Sterilisasi
kembali alat-alat saat transplantasi membantu mencegah adanya serangan jamur
Phytum sp. yang menyerang pada saat transplantasi (Sukmadijaja dkk., 2017).
Proses aklimatisasi biasanya terjadi penyerapan CO2 ke dalam daun menurun dan
laju fotosintesisnya juga menurun, Keadaan seperti ini yang sering menyebabkan
17
secara compot (community pot) yaitu dalam satu pot ditanami banyak tanaman
anggrek dapat mengurangi resiko kematian tanaman anggrek yang sedang
diaklimatisasi, tetapi kemungkinan akan terjadi persaingan dalam mendapatkan
unsur hara antara tanaman satu dengan yang lainnya (Adi dkk., 2014).
Eksplan kemudian dimasukkan kedalam cawan petri (tempat media) yang
berisi campuran air steril dan betadine. Penanaman dilakukan dengan
membenamkan bagian pangkal dari eksplan 5 mm ke dalam media. Selesai
melakukan penanaman, botol kultur yang telah berisi eksplan ditutup dengan
penutup plastic dan dibalut dengan plastik wrap, dengan tujuan menghindari
masuknya cedawan dan bakteri melalui celah botol dan penutup. Pelabelan
dilakukan dalam kultur jaringan, lalu dilakukan pelabelan yang memuat informasi
waktu penanaman, jenis media dan jenis tanaman (Djajanegara, 2010 ). Faktor
lingkugan dalam kultur in vitro dikontrol sedemikian rupa sehingga ideal bagi
pertumbuhan plantet (Priyadi dan Ema, 2016).
Aklimatisasi adalah proses pemindahan bibit dari botol kultur dan
penyesuaian bibit tanaman dengan lingkungan . Aklimatisasi merupakan tahapan
adaptasi plantet dari kondisi lingkungan terkendali in vitro ke kondisi lingkungan
ex vitro yang tidak terkendali (Priyadi dan Ema, 2016). Aklimatisasi dilakukan
dengan cara eksplan dikeluarkan dari botol kultur tanpa merusak akarnya dan
dibersihkan dari sisa-sisa media dengan air mengalir kemudian selanjutnya
eksplan ditanam di lingkungan ex vitro (Priyadi dan Ema, 2016).
19
BAB III
3.1. Materi
3.2. Metode
Metode yang diterapkan dalam praktikum tentang ini adalah benih kacang
kedelai ditanam dengan metode UKD (Uji Kertas Digulung), 25 butir setiap
gululng dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih, daya perkecambahan
benih dihitung pada hari ke-5. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan
pengukuran bahan kering kecambah normal dengan cara kantong ditimbang
terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal (Ko), kotiledon dibung dengan hati-
hati, kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya dimasukkan kedalam amplop,
amplop berisi kecambah dimasukkan dalam oven 60˚C selama 2 x 24 jam,
selanjutnya ditunggu sampai amplop dingin dan ditimbang (Ka), kantong yang
berisi kecambah dimasukkan kembali dalam oven selama 2 jam, setelah itu
ditunggu sampai dingin, bahan kering kecambah dihitung dengan rumus = bahan
kering kecambah (K1) – bobot awal (Ko).
21
Metode langsung yaitu dengan benih jagung hibrida diambil untuk masing-
masing lot 5 g sebanyak 2 ulangan, kemudian dihancurkan dengan menggunakan
mortar dan alu, kemudian cawan (B1) ditimbang, kemudian benih yang sudah
dihancurkan dimasukkan ke dalam cawan dan menimbang kembali (B2),
selanjutnya memasukkan cawan ersebut ke dalam oven 60℃ selama 1 x 24 jam,
kemudian setelah 1 hari cawan di oven kemudian dikeluarkan dari oven,
selanjutnya ditunggu hingga dingin. Benih ditimbang dengan cawan yang telah di
oven tadi dan mencatat beratnya. Metode tidak langsung yaitu dengan
menggunaan alat Steinlite moisture tester dan melakukan sesuai dengan petunjuk
penggunaan alat untuk masing-masing lot benih padi dan jagung.
Metode yang digunakan dalam praktikum tentang uji vigor dengan NaCl
adalah masing-masing lot benih ditanam sebanyak 25 butir pada kertas tissue yang
sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 1%. Perkecambahan dilakukan dengan
metode UKDdp dan metode kontrol. Metode UKDdp yaitu benih kedelai disusun
pada 5 lembar tisu yang dilapisi plastik dan sudah dibasahi dengan air. Metode
kontrol yaitu tissue dilembabkan dengan aquades. Perkecambahan di simpan pada
tempat pengecambah, di rawat setiap hari sesuai dengan perlakuannya. Setelah 7
hari tanaman dilakukan pengamatan. Parameter yang diamati berupa kecambah
normal, kecambah abnormal, dan kecambah mati. Pertumbuhan kedua perlakuan
dibandingkan. Setiap parameter didokumentasikan.
23
3.2.6.Sruktur Benih
3.2.8.Pembersihan Benih
komponen masing masing seperti sebelum dicampur. Berat benih murni dan berat
serasah dicatat untuk dijadikan sebagai data.
Metode yang digunakan pada praktikum alat pembagi benih dimulai dengan
benih kedelai gepak kuning ditimbang seberat 100 g dengan menggunakan
timbangan analitik sebanyak 3 kali ulangan, kemudian benih yang sudah
ditimbang dimasukkan ke dalam alat pembagi benih atau seed divider, lalu benih
yang ada pada masing-masing pintu ditimbang kembali, terakhir hasil beratnya
dirata-rata dan dibuat perbandingan berat benih pada pintu 1 dengan berat benih
pada pintu 2.
BAB IV
kecambah dena lebih besar dibandingkan bahan kering kecambah gepak kuning
yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tipe benih, ukuran benih, dan lama
penyimpanan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Samuel (2011) yang
menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih
kedelai selama penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan,
kadar air benih,kelembaban ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan,
hama dan penyakitdi tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Bahan kering
kecambah merupakan faktor yang menentukan hasil tanaman dan rata-rata bahan
kering yang rendah menunjukkan bahwa tanaman tersebut mempunyai cadangan
makanan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh dan Fathurrahman (2011)
yang menyatakan bahwa bahan kering merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan menentukan hasil tanaman.bahan kering rendah
menunjukkan rendahnya cadangan makanan benih dan bobot kering menunjukkan
aktivitas benih pada masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
mungubah energi matahari menjadi kimia.
Kadar air kecambah benih kedelai didapatkan stabil, memiliki rata-rata
diatas 80%, dengan rata-rata dena 87% dan rata-rata gepak kuning 81% namun
terdapat benih yang tumbuh jamur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2010)
yang menyatakan bahwa kadar benih yang terlalu tinggi dapat memacu respirasi
dan berbagai cendawan dapat tumbuh. Lama penyimpanan benih yaitu 5 hari yang
merupakan waktu yang tidak terlalu panjang dan menghasilkan kadar air
kecambah yang stabil karena tidak disimpan terlalu lamajadi antara kadar air dan
lama penyimpanan tidak terjadi hubungan interaksi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Samuel dkk (2012) yang menyatakan bahwa kadar air dan lama
penyimpanan akan terjadi hubungan interaksi, apabila benih kedelai disimpan
dalam waktu lama akan mempengaruhi tingkat kemunduran rata-rata daya
kecambah.
27
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kadar air benih jagung
hibrida dengan metode langsung yaitu 5,79% yang tergolong memenuhi standar
kadar air benih ortodoks. Hal ini sesuai dengan pendapat Landeng (2017) yang
menyatakan bahwa kadar air pada jagung yang memenuhi standar berkisar antara
8,98-10,45% dan dapat disimpan pada kadar air dibawah 12%. Metode
pengukuran kadar air benih antara lain metode langsung dan metode tidak
langsung. Kadar air benih pada metode langsung menggunakan cara pemanasan
menggunakan oven suhu konstan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryanto (2013)
yang menyatakan bahwa kadar air benih diukur dengan metode langsung yakni
melalui proses pengovenan dengan suhu 103°C selama 24 jam.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kadar air benih padi dengan
metode tidak langsung diperoleh sebesar 11,4% yangtergolong memenuhi standar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bobihoe dkk. (2015) yang menyatakan bahwa
padi dipanen setelah malai menguning 95% dengan kadar air gabah setelah
pengeringan yaitu 12-14% dan sangat mempengaruhi kualitas. Kadar benih padi
saat panen sebelum tahap pengeringan kurang dari 12%. Hal ini sesuai dengan
28
pendapat Febriyanti dan Surahman (2015) yang menyatakan bahwa benih padi
ortodoks atau gabah saat panen mempunyai kadar air berkisar kurang dari 12%.
Kadar air benih jagung hibrida dengan metode tidak langsung diperoleh
12,5% yang melampaui standar. Hal ini sesuai dengan pendapat Landeng (2017)
yang menyatakan bahwa kadar air pada jagung berkisar antara 12%. Benih jagung
yang merupakan benih ortodosk dapat disimpan pada kadar air yang berkisar 5%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Maemunah (2010) yang menyatakan bahwa benih
ortodoks seperti jagung dan padi dapat disimpan lama pada kadar air sekitar 5%.
Benih jagung dan padi termasuk dalam benih yang dapat dikurangi kadar
airnya dan dapat disimpan lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Tefa dkk. (2019)
yang menyatakan bahwa benih jagung dan benih padi termasuk benih ortodoks
yaitu benih yang dapat disimpan lama, dapat diturunkan kadar airnya dan dapat
disimpan pada suhu rendah. Kadar air benih jagung hibrida dengan metode
langsung berbeda dengan kadar air benih jagung hibrida dengan metode tidak
langsung, karena proses penghalusan benih yang kurang maksimal/kurang halus.
Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Basri (2010) yang menyatakan bahwa
perbedaan kadar air biji disebabkan oleh perbedaan intensitas dan lama
penyinaran matahari yang berlangsung pada saat pengeringan biji.
Perhitungan kadar air benih dengan metode tidak langsung yaitu kadar air
benih diukur tanpa mengeluarkan air dari dalam benih, tetapi dengan
memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan
kadar air. Alat yang digunakan dalam metode tidak langsung ini adalah Steinlite
Moisture Tester. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratama (2014) yang menyatakan
bahwa pada metode tidak langsung pengujian kadar air benih menggunakan alat
moisture tester. Metode tidak langsung disebut juga metode uji cepat. Hal ini
sesuai dengan pendapat Setyono (2010) yang menyatakan bahwa metode tidak
langsung sering disebut uji cepat dan penggunaan metode ini lebih praktis namun
hasil pengujian dengan metode ini kurang tepat jika dibandingkan dengan metode
langsung.
29
Kasi dkk. (2017) yang menyatakan bahwa KNO3 berfungsi untuk mempercepat
penerimaan benih akan oksigen sehingga benih berkecambah dengan baik.
Perlakuan benih dengan air panas juga mematahakan dormansi sehingga
berkecambah dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Oben dkk. (2014) yang
menyatakan bahwa perendaman benih dalam air panas diduga dapat mematahkan
dormansi benih. After rippening biasanya dijumpai pada benih padi yang ditandai
dengan benih yang tidak mau berkecmabah ketika baru panen dan baru
berkecambah setelah penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tefa, (2017)
yang menyatakan bahwa After rippening dalam benih yaitu jenis benih yang tidak
mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah
melampaui periode penyimpanan kering. Benih yang baru dipanen pada umumnya
mengalami dormansi walaupun embrio telah terbentuk sempurna dan kondisi
lingkungan mendukung untuk berkecambah dan dapat dipecah jika benih
mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-rippening dan
biasanya dijumpai pada benih padi.
Perlakuan kimia 70% dengan perendaman pada larutan H2SO4 yang tidak
memenuhi standar. Hal ini sesuai dengan pendapat Octavia dan Devi (2018) yang
menyatakan bahwa daya berkecambah normal pada benih gamal minimal 80%.
Perlakuan mekanik 20% dengan cara menggosok benih menggunakan amplas
hasilnya juga tidak memenuhi standar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Octavia dan Devi (2018) yang menyatakan bahwa daya
berkecambah normal pada benih gamal minimal 80%.
Presentase daya berkecambah pada benih gamal dengan perlakuan kimia
lebih banyak dibanding dengan perlakuan yang lainnya karena pengaruh asam
sulfat sehingga efektif untuk mematahkan dormansi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Latue dkk. (2019) yang menyatakan bahwa asam kuat sangat efektif
untuk mematahkan dormansi pada biji yang memiliki struktur kulit keras dan
asam sulfat sebagai asam kuat dapat melunakan kulit biji yang keras sehingga
dapat dilalui oleh air dengan mudah dan proses perkecambahan menjadi lebih
cepat. Perlakuan mekanik pada benih juga memiliki presentase yang tinggi karena
dapat mematahan dormansi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo, (2010) yang
menyatakan bahwa menggosok benih dengan kertas amplas akan melemahkan
kulit benih yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas dan
penyerapannya lebih optimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pematahan dormansi pada benih
dikatakan berhasil yaitu meliputi faktor internal berupa nutrisi dan faktor eksternal
yang berupa suhu. Hal ini sesuai dengan pendapat Latue dkk. (2019) yang
menyatakan bahwa keberhasilan berkecambah saat dormansi benih meliputi faktor
internal yang mendukung perkecambahan biji tersebut serta faktor eksternal yang
meliputi suhu, kadar air, oksigen, dan cahaya. Faktor yang menyebabkan
dormansi pada benih yaitu tidak sempurnanya embrio pada benih atau belum
masak secara fisiologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Husein dan Tuiyo (2012)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji
adalah tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum
matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis),
32
menunjukkan viabilitas benih yang tinggi. Hal ini sesuai pendapat yang
dikemukakan oleh Suwarno dan Hapsari (2009) bahwa benih tanaman pertanian
mempunyai tingkat viabilitas benih dikategorikan tinggi jika daya berkecambah >
85% dan rendah < 75%.
1 1
2 2
3 3
4
4
5
5
dan radikula). Kulit benih jagung yang berwarna kuning ataupun jingga menyatu
erat dengan kulit buahnya biasa disebut sebagai perikarp. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kristiari dkk. (2013) yang menyatakan bahwa jagung memiliki kulit
benih yang disebut dengan perikarp. Kulit benih berfungsi untuk melindungi
embrio dari kerusakan luar serta mengatur masuknya air dan gas kedalam benih.
Hal ini sesuai dengan pendapat Indriana (2016) yang menyatakan bahwa kulit
benih berfungsi melindungi embrio benih supaya tidak mengalami kerusakan
sekaligus mengatur difusi keluar masuknya air dan gas.
Benih tanaman jagung memiliki endosperma sebagai cadangan makanan.
Endosperma berperan untuk menyuplai makanan selama proses perkecambahan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pratama dkk. (2014) yang menyatakan bahwa
endosperma merupakan cadangan makanan dan berfungsi sebagai penyuplai
makanan bagi benih saat proses perkecambahan. Endosperma menjadi bagian
terbesar dalam struktur benih jagung. Benih yang mempunyai cadangan makanan
berupa endosperm disebut sebagai benih endospermik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hindaningrum dkk. (2014) yang menyatakan bahwa benih endospermik
memiliki endosperm sebagai cadangan makanannya.
Struktur utama embrio pada benih jagung terdiri atas dua buah kutub yaitu
radikula atau calon akar dan epikotil atau calon batang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyani (2010) yang menyatakan bahwa embrio memiliki sumbu
dengan dua buah kutub, yaitu calon akar dan calon batang. Epikotil adalah bakal
embrio yang akan berkembang menjadi batang bagian atas serta daun. Radikula
merupakan bagian embrio yang akan berkembang menjadi akar sehingga disebut
sebagai bakal akar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang Walida dkk. (2016) yang
menyatakan bahwa radikula merupakan bakal akar dari tanaman.
38
1 1
2 2
3 3
4
4
5 5
epikotil memanjang sehingga plumula keluar menembus testa dan muncul di atas
permukaan tanah. Hipokotil merupakan bakal embrio yang selanjutnya akan
berkembang menjadi batang bagian bawah kotiledon sehingga disebut sebagai
bakal batang. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadjryani (2016) yang menyatakan
bahwa hipokotil merupakan ruas batang benih yang berkembang dibawah
kotiledon.
Benih tanaman kedelai mempunyai cadangan makanan berupa kotiledon,
karena benih kedelai biasanya tidak mempunyai endosperm. Hal ini sesuai dengan
pendapat Haryanti dan Budihastuti (2015) yang menyatakan bahwa kotiledon
menggantikan fungsi daun yang mengandung banyak zat amilum sebagai
cadangan makanan kemudian akan dirombak oleh hormon dan enzim
perkecambahan. Kotiledon yaitu bagian dari embrio yang menjadi bagian terbesar
dari struktur benih kedelai. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartawan dkk. ( 2011)
yang menyatakan bahwa kotiledon mempunyai berat sekitar 90% dari bobot benih
berperan sebagai cadangan makanan dan akan digunakan oleh embrio dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan pada perkecambahan
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah benih jagung yang
viabel terdapat 4 pasang karena embrionya terwarnai merah, biji yang semi viabel
terdapat 3 pasang ditandai dengan embrio berwarna merah muda pudar dan non
viabel terdapat 3 pasang merupakan benih yang memiliki sel putih dan tidak
40
berwarna merah sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Fatmawati dkk. (2018)
yang menyatakan bahwa pola pewarnaan benih dikategorikan viable bila
terwarnai merah seluruhnya, benih dikategorikan semi viable embrio berwarna
merah muda tapi tidak terlalu jelas sedangkan benihnon-viableembrionya
berwarna putih. Benih jagung berwarna merah setelah direndam dalam larutan
tetrazolium, menandakan bahwa pada benih jagung memiliki kondisi yang sehat
dan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Prabowo dan Subantoro (2013) yang
menyatakan bahwa pada biji jagung yang masih sehat, kotiledon dan embrionya
berwarna merah, dan biji ini memberikan persentase perkecambahan yang tinggi
dan benih tumbuh dengan baik dan cepat.
Perbedaan warna pada biji benih yang direndam larutan tertrazolium terjadi
karena pemecahan garam pada tetrazolium yang menghasilkan warna merah dan
putih. Hal ini sesuai dengan pendapat Rumualdo dkk. (2010) yang menyatakan
bahwa prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari
benih setelah direndam dalam larutan tetrazolium karena adanya pemecahan
garam tetrazolium oleh enzim suksinat reduktase yang intensitasnya dapat
mengetahui mana benih hidup dan benih mati. Metode pewarnaan yang dihasilkan
pada uji tetrazolium merupakan uji aktivitas enzim dehidrogenase pada jaringan
biji yang dibedakan warna yang dihasilkan pada biji embrio. Hal ini sesuai dengan
pendapat Subantoro dan Prabowo (2013) yang menyatakan bahwa uji tetrazolium
adalah metode pewarnaan yang digunakan untuk menguji viabilitas benih secara
cepat dan merupakan uji aktivitas enzim dehidrogenase pada jaringan biji untuk
mengetahui jaringan tersebut hidup atau mati pada embrio.
41
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa benih kedelai total semua
benih 50 g, yang terdiri dari benih kedelai murni 41 gr, benih padi 4 g, dan benih
kotoran lainnya 5 g, sehingga menghasilkan persentase kemurnian sebesar 82 %.
Pengujian kemurnian benih menghasilkan benih kedelai dengan tingkat
kemurnian dibawah standar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasekti (2015) yang
menyatakan bahwa standar kemurnian untuk kelas benih minimal 98%. Ciri benih
murni yaitu benih bersih, benih murni dan benih sehat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Megananto dan Dhito (2018) yang menyatakan bahwa benih bersih dan
terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai, biji- bijian lain, debu dan kerikil,
benih murni tidak tercampur dengan varietas lain, warna benih terang dan tidak
kusam, benih mulus tidak bebercak, kulit tidak terkelupas, benih sehat tidak
keriput, ukurannya normal dan seragam.
Benih sehat didefinisikan sebagai benih yang secara fisiologis mempunyai
daya tumbuh dan vigor yang tinggi, serta tidak terkontaminasi atau terinfeksi
pathogen. Hal Ini sesuai dengan pendapat Saleh (2018) benih sehat memiliki ciri
antara lain terlihat dari warna kulit biji mengkilat, bernas (tidak keriput), ukuran
biji normal, kulit biji utuh (tidak retak/pecah), tidak terjadi perubahan warna
(discolorisation) atau busuk, dan tidak terdapat organ patogen berupa hifa dan
badan buah jamur.
42
Tabel 11. Hasil Berat Benih Setelah Dimasukkan Alat Seed Devider
Ulangan Berat benih Berat benih Perbandingan berat
Benih pada pintu 1 pada pintu 2 benih pintu 1 : pintu
(g) (g) 2
1. 49,5 50,5 4,95 : 5,05
Kedelai 2. 51,5 48,5 5,15 :4,85
Gepak 3. 49,5 50,5 4,95 : 5,05
Kuning Rata-rata 50,17 49,83 5,017 : 4,983
Sumber: Data Primer Praktikum Teknologi Benih, 2019.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh rata- rata hasil benih pada pintu 1 adalah
50,17 dan rata-rata benih pada pintu 2 adalah 49,83, artinya alat tersebut dapat
memisahkan benih menjadi 2 bagian hampir sama besar. Hal ini sesuai dengan
pendapat AOSA (2011) yang menyatakan bahwa seed divider digunakan untuk
membagi benih jadi dua bagian. Alat pembagi benih seed divider bekerja sesuai
prinsip gravitasi sehingga benih yang di tuang pada corong terbalik akan jatuh
setelah valve dibuka lalu masuk ke ruang dan meluncur melalui saluran kemudian
jatuh pada wadah dibawahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuniarti (2016)
yang menyatakan bahwa seed divider menggunakan prinsip kerja berdasarkan
gravitasi sehingga benih jatuh kebawah.
Alat pembagi benih seed divider terdiri atas beberapa bagian yaitu hopper,
valve atau katup serta panci yang terdapat di bagian bawahnya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kozlowski (2012) yang menyatakan bahwa alat seed devider
bagian-bagiannya terdiri dari hopper, valve, dan panci. Tujuan dari menggunakan
alat seed divider yaitu untuk membagi benih tanaman menjadi dua bagian sama
besar secara cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Shepherd (2012) yang
menyatakan bahwa penggunaan seed divider bertujuan untuk membagi benih
menjadi dua bagian dengan cepat.
43
berkualitas sehingga kalus yang dihasilkan tumbuh tidak tumbuh baik dan media
tanam tidak cocok untuk kalus. Strerilisasi alat dan media juga menunjang
keberhasilan ini sehingga plantet tidak terkontaminasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sukmadijaja dkk. (2017) yang menyatakan bahwa kesterilan alat dapat
mencegah kontaminasi jamur.
Kegagalan dalam kultur jaringan juga dapat terjadi apabila kondisi
lingkungan penyimpanan yang lembab dan komposisi media yang tidak sesuai.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yasmin dkk. (2018) yang menyatakan bahwa
tempat penyimpanan dan pembuatan komposisi media yang tidak sesuai dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam kultur jaringan. Kondisi peralatan,
bahan serta media yang tidak streril juga dapat menyebabkan plantet
terkontaminasi oleh mokroorganisme berupa jamur. Hal ini sesuai dengan
pendapat Yuliarti (2010) yang menyatakan bahwa kontaminasi jamur terjadi
karena sterilisasi alat dan bahan yang kurang baik sehingga mikroba-mikroba
yang terdapat di udara dapat berkembangbiak di media kultur.
Aklimatisasi ialah proses pemindahan bibit dari botol kultur dan
penyesuaian bibit tanaman dengan suhu lingkungan atau iklim pada suatu wilayah
tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyadi dan Ema, (2016) yang
menyatakan bahwa aklimatisasi merupakan tahapan adaptasi plantet dari kondisi
lingkungan in-vitro ke ex-vitro. Aklimatisasi dilakukan dengan cara
mengeluarkan eksplan dari botol kultur dengan tidak merusak akar dan
dibersihkan dari sisa-sisa media menggunakan air mengalir , selanjutnya eksplan
ditanam di lingkungan ex vitro. Hal ini esuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Priyadi dan Ema (2016) bahwa pemindahan eksplan dari lingkungan in-vitro
dan ex-vitro tanpa merusak akar tanaman.
48
BAB V
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dinarto, W. 2010. Pengaruh kadar air dan wadah simpan terhadap viabilitas benih
kacang hijau dan populasi hama kumbang bubuk kacang hijau
callosobruchus chinensis L. J. AgriSains, 1 (1) : 68 – 78.
Djajanegara, I. 2010. Pemanfaatan limbah buah pisang dan air kelapa sebagai
bahan media kultur jaringan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) TIPE
229. J. Teknik Lingkungan, 11 (3) : 373 – 380.
Fitri, N. 2015. Pengaruh skarifikasi dengan perendaman dalam aquades, air panas,
dan asam sulfat terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan awal
lamtoro (Leucaena Leucocephala). (Skripsi). Fakultas Peternakan.
Universitas Hasanuddin, Makasar.
Gunawan. 2011. Untung Besar dari Usaha Pembibitan Kayu. Agro Media
Pustaka, Jakarta.
Hakim, M.A.R., M. R. Suhartanto. 2015. Penentuan masak fisiologi dan
ketahanan benih kenikir (cosmos caudatus kunth) terhadap desikasi. J. Hort.
Indonesia, 6 (2): 84 – 90.
Halimursyadah, S. Imran, dan A. Rahmat. 2018. Model simulasi pengujian vigor
dua varietas kedelai pada kondisi media tumbuh bersalinitas tinggi. J.
Agrotek Lestari, 2 (1): 1 – 10.
51
Priyadi, A dan Ema, H. 2016. Karakte rmorfo-fisiologi daun tiga jenis plantlet
anggrek pada tahapan aklimatisasi. J. Hort, 26 (2) : 143-152.
Ridha, R., M. Syahril., dan B.R.Juanda, 2017. Viabilitas dan vigoritas benih
kedelai (Glycine max (L.) Merrill) akibat perendaman dalam ekstrak telur
keong mas. J. Penelitian, 4 (1) : 84 - 90.
Rio, F., Suwirmen dan Syamsuardi. 2015. Aklimatisasi Planlet Kantong Semar
(Nepenthes gracilis Korth.)pada berbagai Campuran Media Tanam Tanah
Ultisol. J. Biologi Universitas Andalas, 4(2): 96 – 101.
Romoaldo, A., Wuryanti., dan Suprihati. 2010. Uji aktivitas isolat L-
Asparaginase dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
terhadap sel hela. J. Kimia Sains dan Aplikasi, 13 (2) : 41 – 45.
Rori, H. F., H. L. Rampe., dan M. Rumondor. 2018. Uji viabilitas dan vigor biji
sirsak (Annona muricata L.) setelah aplikasi kalium nitrat (KNO3). J.
Ilmiah Sains, 18 (2) : 80 – 84.
Saleh, M. S., dan Fathurrahman. 2011. Pertumbuhan kecambah aren (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr) dari pohon induk berbeda ketinggian dengan
pemberian pupuk organik. J. Agronomi Indonesia, 39 (1) : 68 – 72.
55
Utami, S. 2013. Uji Viabilitas dan Vigoritas Benih Padi Lokal Ramos Adaptif
Deli Serdang dengan Berbagai Tingkat Dosis Irradiasi Sinar Gamma di
Persemaian. J. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian,18 (2) : 158 – 161.
Walida, H., P. Alviani dan J. B. Panjaitan. 2016. Daya kecambah benih sawi
(Brassica juncea) dan cabai (Capsicum frutescens L) dengan aplikasi pupuk
hayati PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). J. Agroplasma
(STIPER) Labuhanbatu, 3 (2) : 1 – 6.
Widiastoety, D. 2014. Pengaruh auksin dan sitokinin terhadap pertumbuhan
planlet anggrek mokara. J. Hortikultura. 24(3) : 230 – 238.
Widiastoety, D., N. 2010. Solviadan M. Soedarjo. Potensi anggrek dendronium
dalam meningkatkan variasi dan kualitas aanggrek bunga potong. J. Litbang
pertanian, 29 (3) : 101 - 106.
57
LAMPIRAN
14
Dena 1 = 25 × 100% = 56 %
18
Dena 2 = × 100% = 72 %
25
17
Dena 3 = × 100% = 28 %
25
8
Gepak Kuning 1 = × 100% = 32 %
25
4
Gepak Kuning 2 = 25 × 100% = 16 %
18
Gepak Kuning 3 = × 100% = 72 %
25
59
Lampiran 1. (Lanjutan)
bahan kering
Rumus =
jumlah berkecambah
0,358
Dena 1 = = 0,025
14
0, 209
Dena 2 = 18 = 0,011
0, 373
Dena 3 = = 0,021
7
0,144
Gepak Kuning 1 = = 0,018
8
0,11
Gepak Kuning 2 = = 0,003
4
0,262
Gepak Kuning 3 = = 0,01
18
60
Lampiran 1. (Lanjutan)
5,141-2,169 - (2,527-2,169)
Dena 1 = x 100% = 0,879 g
5,141 - 2,169
3,461-2,169 - (2,378-2,169)
Dena 2 = x 100% = 0,838 g
2,378 - 2,169
5,424-2,169 - (2,542-2,169)
Dena 3 = x 100% = 0,885 g
5,424 - 2,169
3,253-2,168 - (2,313-2,169)
Gepak Kuning 1 = x 100% = 0,867 g
3,253 - 2,169
2,422-2,169 - (2,180-2,169)
Gepak Kuning 2 = x 100% = 0,956 g
2,422 - 2,169
2,812-2,169 - (2,431-2,169)
Gepak Kuning 3 = x 100% = 0,592 g
2,422 - 2,169
61
28,443-28,174
= x100%
28,443-23,805
0,269
= 4,638 x 100%
= 0,0579x 100%
KA = 5,79 %
Ulangan 2
B2-B3
KA = x 100%
B2-B1
25,970-25,696
= x100%
25,970 -21,370
0,274
= 4,6 x 100%
= 0,0595x 100%
KA = 5,95 %
Rata-rata Kadar Air = 5,87 %
62
Lampiran 3. Kadar Air Benih Jagung dan Benih Padi (Metode Tidak Langsung).
Perhitungan :
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Kontrol= X 100%
Jumlah benih
12
= X 100%
25
= 48%
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan KNO3 = X 100%
Jumlah benih
50
= X 100%
50
= 100%
64
Lampiran 4. (Lanjutan)
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Air = X 100%
Jumlah benih
50
= X 100%
50
= 100%
65
Perhitungan :
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Kontrol = X 100%
Jumlah benih
12
= 25 X 100%
= 48%
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Fisik = X 100%
Jumlah benih
39
= X 100%
50
= 78%
66
Lampiran 5. (Lanjutan)
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Kimia = X 100%
Jumlah benih
35
= X 100%
50
= 70%
Jumlah kecambah
Persentase Perlakuan Mekanik = X 100%
Jumlah benih
10
= X 100%
50
= 20%
67
= 56%
= 12%
Lampiran 7. (Lanjutan)
Karet
Cawan Petri
Tissue
70
Plastik
71
Benih Jagung
Benih Kedelai
Cutter
Pembelahan Benih
72
Lampiran 9. (Lanjutan)
Kerikil
Daun
Benih Kedelai
Timbangan Analitik
Bunsen
Plastik
Alumunium foil
Betadine
77
Plantet Anggrek
Pinset
Botol subkultur
Labu erlenmeyer
78
Media Kultur