Professional Documents
Culture Documents
Uts - Bangkit Agung Permadi - Geografi Politik Laut China Selatan
Uts - Bangkit Agung Permadi - Geografi Politik Laut China Selatan
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
GEOGRAFI POLITIK LAUT CHINA SELATAN
Sengketa atau konflik Laut China Selatan bermula ketika China pada tahun
1947 memproduksi peta Laut China Selatan dengan sembilan garis putus-putus dan
menyatakan bahwa wilayah yang berada dalam garis putus-putus tersebut seperti
Kepulauan Spartly dan Paracel sebagai wilayah teritorinya. Sembilan garis putus-
putus atau Nine Dash Line sendiri merupakan garis batas yang dibuat sepihak oleh
China yang tentunya sangat bertentangan dengan hukum laut internasional, dalam
hal ini United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) yang sudah
ditandatangani dan disepakati dunia pada tahun 1982 di Jamaika, karena dasar dari
pembuatan Nine Dash Line adalah hanya karena faktor sejarah masa lalu.
Klaim yang dilakukan China atas Laut China Selatan tidak terlepas dari
pengaruh ekonomi, yaitu sebagai daya dukung dalam mengembangkan pendapatan
dan perekonomian negara. Kawasan Laut China Selatan tersebut menyimpan
warisan bawah laut atau Underwater Cultural Heritage yang besar dan China
berencana untuk membangun jalur sutera maritim atau 21 Century Maritime Silk
Road. Proyek jalur sutera maritim nantinya akan disatukan dengan jalur sutera darat
dan dikenal sebagai One Belt, One Road (OBOR) yang merupakan salah satu
kebijakan luar negeri dan ekonomi dari presiden China saat ini yaitu Xi Jinping.
Negara- negara yang terlibat sengketa atau konflik Laut China Selatan
sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu negara claimant state dan non-claimant
state. Claimant state merujuk pada negara yang mengklaim atas wilayah Laut
China Selatan seperti China, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunai
Darusalam. Sedangkan non-claimant state merupakan negara yang tidak
mengklaim wilayah Laut China Selatan dan cenderung hanya mempertahankan
wilayah kedaulatannya, contohnya Indonesia. Meskipun Indonesia bertindak
sebagai non-claimant state, namun posisi Indonesia sebagai salah satu pendiri
ASEAN yang juga memiliki tujuan negara untuk ikut berperan aktif dalam
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
sesuai dengan Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 Alinea ke-4 mengharuskan
Indonesia untuk mengambil peran sebagai penyeimbang, dan pereda penyelesaian
konflik, terutama pada kawasan konflik Laut China Selatan.
Roziqin, Ali. 2020. Studi Geopolitik Laut China Selatan: Data dan Analisis Media
Sosial. Vol. 8. No. 2.
Ari Sulistyani, Yuli. 2021. Respons Indonesia Terhadap Sengketa Laut China
Selatan Semasa Pemerintahan Joko Widodo. Vol. 12. No. 1.