You are on page 1of 4

a.

Pengertian perdarahan post partum


Perdarahan pasca persalinana adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer ( perdarahan pasca persalinan dini )
terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder ( perdarahan masa
nifas ). Perdarahan postpartum (ppp) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam (SAMENEL, 2019)
Perdarahan post partum merupakan perdarahan yang terjadi setelah bayi yang
lahir melewati batas fisiologis normal. Secara fisiologis, seorang ibu yang melahirkan
akan mengeluarkan darah sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis.
Jumlah perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ± 500 cc).
Oleh sebab itu, secara konvensional dikatakan bahwa perdarahan lebih dari 500 ml
dikategorikan sebagai perdarahan post partum dan perdarahan mencapai 1000 ml secara
kasat mata harus segera ditangani secara serius (Nurhayati, 2019).

b. Etiologi
Penyebab perdarahan post partum (Dharmadi, 2017)
1. Atonia uteri Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat
berkontraksi. Bila keadaan ini terjadi, maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Beberapa faktor yang terkait dengan
perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri adalah sebagai berikut.
a) Penyebab membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya pada
hidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan) pada kehamilan gemeli
(kembar) dan janin besar misalnya pada ibu dengan diabetes militus.
b) Kala I dan/ atau II memanjang.
c) Persalinan cepat (partus persalinan).
d) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin/ augmentasi.
e) Infeksi intrapartum.
f) Multiparitas tinggi ( grade multipara)
g) Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklamsia.
Pemantauan melekat pada semua ibu pasca persalinan, serta mempersiapkan diri
untuk menatalaksana atonia uteri pada setiap persalinan merupakan tindakan
pencegahan yang sangat penting. Meskipun beberapa faktor-faktor telah diketahui
dapat meningkatkan risiko perdarahan pasca persalinan, dua per tiga dari semua kasus
perdarahan pasca persalinan terjadi pada ibu tanpa faktor risiko yang akan mengalami
atonia uteri dan perdarahan pasca persalinan. Diagnosis atonia uteri ditegakkan
apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan traktil
atau masase 13 fundus uteri.
2. Retensio plasenta Retensio plasenta adalah tertahankannya atau belum lahirnya
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
3. Perlukaan jalan lahir Robekan jalan lahir merupakan penyebab dari perdarahan pasca
persalinan.
4. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
a) Derajat satu Robekan sampai mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b) Derajat dua Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, dan otot
perineum.
c) Derajat tiga Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum , otot
perineum, dan otot sfinger ani eksternal.
d) Derajat empat Robekan sampai mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, sfinger ani eksternal dan mukosa rektum.

c. Manifestasi Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester
keempat kehamilan. (Puteri, 2021)
1) Sistem reproduksi
a) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.
Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c) Tempat plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang
menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada
akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

2) Perubahan fisiologis pada Lochea (Puteri, 2021)


Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna
dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisa- sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke14.
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum.

d. Patofisiologi
Penyebab perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi 4 T yaitu tone (tonus atonia
uteri) tissue (jaringan retensio plasenta dan sisa plasenta), tears ( laserasi perineum, vagina,
serviks dan uterus) dan thrombin (koagulopati gangguan pembekuan darah). Dalam persalinan
pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atonia uteri
dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus-
menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri
juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu ;
misalnya afibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses
pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang
sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan syok hipovolemik (Wardani, 2017)

e. Patway
Dharmadi. (2017). Hubungan Kejadian Perdarahan Postpartum di RS Harapan Kita Bandung. Jurnal
Bimtas, 10-19.

Puteri. (2021). Karakteristik Penyebab Perdarahan Post Partum Primer Pada Ibu Bersalin. Jurnal Kajian
Ilmiah Kesehatan dan Teknologi, 30-36.

SAMENEL, H. M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NnD.W.B DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM
DI RUANGAN FLAMBOYAN RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG. KUPANG: POLTAKKES
KEMENKES KUPANG.

Wardani. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 51-60.

You might also like