You are on page 1of 22

MODUL REMOVABLE PROSTHODONTIC

RESUME

JIGSAW SMALL GROUP DISCUSSION

PROBLEM IN DENTURE

Disusun oleh:

Khansa Murtaja Salsabil

G1B020023

Tutor:

Drg. Ryana Budi Purnama, M.DSc

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2023
i
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Syndroma Kelly


Syndrome Kelly atau biasa disebut sebagai combination syndrome ialah
kondisi yang terjadi ketika edentulous maksila berantagonis dengan gigi asli
dari anterior mandibula. Syndrome ini memiliki beberapa fitur, yaitu kehilangan
tulang dari bagian anterior ridge maksila, pertumbuhan berlebih dari
tuberositas, hiperplasi papiler dari mukosa palatum durum, ekstrusi gigi anterior
mandibula, dan hilangnya tinggi tulang alveolar dan ridge di bawah posterior
mandibular basis prostesis (sering disebut juga sindrom hiperfungsi). Syndrome
ini dapat terjadi akibat adanya tekanan negative dalam gigi tiruan maksila yang
menarik tuberositas ke bawah dan ridge anterior didorong ke atas oleh oklusi
anterior sehingga beban fungsional mengarahkan tekanan ke distal mandibula
dan mengakibatkan terjadinya resorbsi tulang pada ridge mandibula posterior.
Kemudian, gerakan tipping dari bagian anterior denture maksila dan gerakan
simultan ke bawah dari bagian posterior, akan menurunkan kekuatan antagonis
gigi anterior mandibular dan menyebabkan supraerupsi. Hal tersebut
menyebabkan adanya perbedaan bidang oklusi pada basis denture sehingga
terjadi perubahan dan inflamasi papillary hyperplasia yang lama kelamaan
berkembang di palatum dan dimensi vertikal pasien pun bekurang.
Syndrome Kelly dibagi menjadi tiga, yaitu Klas I, Klas II, dan Klas III. Klas
I terjadi ketika maksilla full edentulous alveolar ridge, sedangkan mandibulanya
ada M1 dimana sebagain edentulous ridge dengan sisa gigi anterior saja, M2
saat stable fixed full dentition bisa dari gigi asli atau implant crown atau bridge,
dan M3 saat Sebagian edentulous ridge dengan sisa gigi anterior dan satu regio
posterior. Klas II, yaitu saat maksilla edentulous alveolar ridge Sebagian dengan
gigi ada di kedua regio posterior, edentulous dan atrophic anterior region. Untuk
mandibula, sama dengan modifikasi 1 (M1) pada Klas I. Klas III, maksila
edentulous alveolar ridge Sebagian denga nada gigi di salah satu regio posterior

1
saja, edentulous, dan anthropic anterior dengan satu posterior region. Untuk
mandibula, sama dengan modifikasi 1 dan 2 pada Klas I.
A. Laporan Kasus 1
Wanita berusia 63 tahun dengan keluhan retensi inadekuat dari GTL
dan ketidakmampuan mengunyah dengan nyaman, tidak memiliki
Riwayat penyakit sistemik major atau alergi obat. Berdasarkan
pemeriksaan maka maksila edentulous dan gigi anterior mandibula
alami, adanya jaringan flabby pada ridge maksila, overgrowth pada
tuberositas maksila, over-erupting gigi anterior mandibular dengan
spacing antara insisif sentral mandibula. Pasien menolak operasi dan
implant karena masalah finansial dan pasien setuju untuk pembuatan
GTL baru dan GTSL mandibula.
Tatalaksananya ialah

1. Instruksi Oral Hygiene, kontrol karies, terapi periodontal


nonsurgical
2. Preliminary impression untuk lengkung maksila dengan
impression compound dan lengkung mandibula dengan
irreversible hydrocolloid lalu dituang dengan dental stone
3. Custom Tray dibuat untuk lengkung maksilla dan wax 3 lapis
diaplikasikan pada bagian jaringan anterior flabby. Green
modelling compound digunakan untuk mempertahankan
keakurasian posisi denture border & seal
4. Impression akhir dibuat dengan zinc oxide eugonol impression
paste setelah melepas wax spacer dan membuat relief holes
5. Cast mandibular dimodifikasi sebelum membuat custom tray
untuk mempertahankan functional impression.
6. Area edentulous (dimana terdapat gigi) seluruhnya ditutupi oleh
impression plaster & struktur miirp tembok dikonstruksikan
yang mana bebas dari undercut.
7. Custom tray dibuat dengan shellac base plate menutupi seluruh
area

2
8. Border molding hanya dilakukan pada regio edentulous dengan
green modelling compound
9. Escape holes dibuat pada area edentulous dan relief holes pada
regio crest dari area edentulous dari custom tray
10. fungtional impression dibuat dengan irreversivle hydrocolloid
untuk area edentulous dan pasta impressi zinc oxide eugenole
untuk regio edentulous secara simultan
11. Definitive cast dibuat dengan dental stone tipe III dan record
base dibuat dengan master cast dan bite registration dilakukan
12. Setelah relasi rahang, master cast maksila dan mandibula
dimounting pada relasi sentrik di articulator lalu dilakukan
pemilihan gigi artificial
13. Oklusi balanced diindikasikan pada kasus ini untuk memastikan
pembagian rata gaya oklusal dan mencegah interfensi oklusal di
residual ridge
14. Arrangement gigi diperiksa untuk estetik dan kemudian
diserahkan untuk prosesing
15. Setelah Prescrip, kedua cast dipasang kembali, disesuaikan, dan
dipoles
16. Pada pertemuan berikutnya, soft lining material Dntsply
diaplikasikan pada gigi tiruan maksila dan dilakukan
penyesuaian oklusal minimal
17. Permukaan intaglio gigi tiruan mandibula menjadi kasar
menggunakan bur.
18. Serbuk & cairan dicampr dengan lembut diatas glass slab dengan
rasio -2,5 :1 kemudian dioleskan atas permukaan intaglio dan
ditempatkan di mulut pasien dengan gigi tiruan lawan yg sudah
ada dalam mulut
19. Semua gerakan fungsional dilakukan
20. Kelebihan material dihilangkan dengan memeprtahankan
ketebalan material 2-3 mm

3
21. Gigi tiruan dilepas dan disimpan dalam air mendidih selama 10-
15 menit untuk cutting
22. Permukaan dikeringkan & sealer diaplikasikan dan dibiarkan
kering selama 5 menit
23. Denture diberikan ke pasien

Berdasarkan kasus diatas maka Teknik mukostatis dengan relief


pada anterior maxilla dengan jaringan flabby dilakukan untuk merecord
semua functional denture-bearinf area secara adekuat. Ketebalan liner
2-3 mm berguna sebagai efek shock absorption yang adekuat karena
dapat membantu menyerap functional load dari ridge maxillary oleh gigi
natural lawannya

B. Laporan kasus 2
Seorang Wanita berusia 73 tahun ingin mendapatkan protesa baru,
karena protesa lamanya yang rahang atas maupun rahang bawah sudah
sangat longgar. Pemeriksaan IO menunjukan pembesaran tuberositas,
gtsl pada rahang bawah, dengan gigi yang tersisa 32 31 41 42, vitalitas
gigi yang tersisa negative (-), pada pemeriksaan radiografi, terlihat
mukosa yang tebal menutupi tuberositas dan saluran akar gigi yang
tersisa sudah tidak ada.Lalu diputuskan untuk dilakukan perawatan
berupa membuat gigi tiruan lengkap rahang atas yang diperkuat logam
dan overdenture mandibula yang diperkuat logam dengan menggunakan
32, 31, 41, dan 42 sebagai penopang (thimble) panjang.
Tatalaksana yang dilakukan ialah
1. Melihat ruang yang tersedia kemudian melakukan preparasi
pada gigi 32, 31, 41, dan 42 untuk tempat meletallan coping
2. preparasi gigi 42, 41, 31 dan 32 dilakukan untuk menerima metal
coping, memberikan lebih banyak reduksi pada permukaan
labial gigi.
3. Selanjutnya dilakukan pencetakan sekunder preparat dengan
penambahan media silikon body

4
4. Pembuatan overdenture sementara: cetak gigi rahang bawah
menggunakan alginat, kemudian cor menggunakan gips. Buat
overdenture sementara modifikasi dengan cara menambahkan
gigi artifisial akrilik di atas gigi yang tersisa.
5. Koping logam dicobakan pada gigi dan disemen secara
permanen menggunakan semen Poly F
6. fitting surface dari overdenture interim disesuaikan untuk
menghilangkan gangguan pada coping yang disemen
7. Pada tahap insersi, permukaan intaglio dari overdenture
mandibula di sekitar abutmen dilapis ulang menggunakan bahan
hard relining side-chair untuk meningkatkan kontak intim antara
prostesis dan abutmen

Pada kasus diatas, pemberian coping berguna untuk melindungi


struktur gigi yang tersisa dan retensi serta stabilitas protesis mandibula
ditingkatkan. Gigi tiruan lengkap rahang atas dan overdenture
mandibula diperkuat dengan logam untuk meningkatkan kekuatan
protesa dan untuk mengurangi kemungkinan fraktur gigi tiruan,
terutama untuk lengkung rahang atas.

C. Laporan Kasus 3
Seorang Wanita berusia 67 tahun datang dengan keluhan gigi
tiruannya sudah tidak fit sehingga mengganggu mastikasi dan artikulasinya.
Pasien mengalami hipersensitivitas dan dalam masa konsumsi obat.
Beberapa tahun sebelumnya, gigi pasien telah dilakukan ekstraksi karen
karies dan pernah mengalami gangguan periodontal. Berdasarkan
pemeriksaan klinis maka area premaksilla dengan defisiensi tulang yang
berlebih disertai edentulous, anterior processus maksilla tipis, disertai
jaringan hipertropik, terdapat area edentulous gigi 36, 37, 46, 47, dan
ekstruksi moderate sisi anterior gigi mandibula. Tatalaksananya ialah
1. dilakukan pencetakan rongga mulut menggunakan bahan irreversible
hydrocolloid viskositas rendah
2. dilakukan pengecoran dengan GIPS tipe III

5
3. pengaplikasian desain konvensional spacer untuk model maksila
4. pembuatan border moulding menggunakan greenstick impression
material
5. area flabby pada rongga mulut pasien diberikan tanda secara intraoral
menggunakan indelible marker yang nantinya tanda akan tertransfer ke
border moulding spacer wax dihilangkan kecuali area hiperplastik
6. final impression dibuat dengan medium body elastomeric material
7. Area yang telah ditandai dipotong dan dibuat window di custom tray
untuk menampung jaringan flabby
8. aplikasikan light body elastomer ke dalam window yang sudah dibuat
dan dilakukan pencetakan dengan minimal pressure
9. cor dengan gips tipe III
10. dilakukan pembuatan GTSL kennedy kelas 1 dengan frame Co-Cr alloy
11.

1.2. Ectodermal Dysplasia


ED merupakan suatu sindrom dengan beragam kategori kelainan herediter,
tanda dari isndrom ini ialah adanya kelainan pada pertumbuhan jaringan yang
berasal dari ectoderm embrionik. ED terdapat dua jenis, yaitu ED hipohidrotik
dan ED hidrotic. ED dapat diturunkan melalui sex-linked, resesif autosomal,
dan dominan autosomal. Manifestasi klinis dari ED ialah bibi menonjol,
jembatan hidung tertekan, hipotrikosis, frontal bossing, hypodontia atau
anodontia pada gigi desidui atau permanen, mahkota hipoplastik, dan puncak
alveolar yang kurang berkembang dengan dimensi vertikal juga kurang. ED
dapat ditangani dengan single unit crowns, GTSL, GTL, overdenture, GTS
cekar, dan GT yang didukung implant.
A. Laporan Kasus 1
Seorang anak laki-laki usia 6 tahun datang bersama orang tuanya
dengan keluhan utama ketidakmampuan untuk makan makanan dan
penampilan yang tidak estetis disertai riwayat kurang keringat, suhu
tubuh tinggi, dan kulit kering. Berdasarkan pemeriksaan ekstraoral,
rambut tipis, alis tipis, hidung pelana, bibir kering, tebal dan terbalik,
kuku rapuh, tinggi wajah lebih rendah, dan profil wajah cekung.

6
Pemeriksaan intraoral didapatkan, mukosa mulut kering, tidak adanya
air liur, dan tidak ada gigi desidui maksila dan mandibula dan
berdasarkan pemeriksaan radiografi, terlihat tidak ada gigi permanen
maksila dan mandibula. Tatlaksananya ialah
1. Membuat cetakan primer menggunakan bahan cetak hidrokoloid
irreversible
2. Membuat cetakan positif menggunakan dental stone tipe III
3. Membuat custom ys dan border moulding menggunakan green
stick compound
4. Master cast dipasang pada artikulator semi-adjustable dan
dilakukan perekaman relasi maxillo-mandibular
5. Prostesis maksila dan mandibula dibuat dengan resin akrilik heat
cure
6. Protesa ditempatkan di rongga mulut pasien

7. Pasien dan orang tua diajarkan cara memasukkan dan melepas


prostesis dengan benar, serta cara menjaga kebersihan gigi tiruan
yang benar
8. Setelah 24 jam, kontrol dijadwalkan untuk melakukan
modifikasi yang diperlukan
9. Follow up dilakukan setiap 6 bulan untuk meninjau
pertumbuhan tulang dan melakukan relining pada gigi tiruan

Berdasarkan jurnal, maka dilakukan GTL lepasan karena secara


sugestif dapat meningkatkann fungsi pengunyahan dan estetika,
mengurangi komplikasi, dan meningkatkan kepercayaan diri juga
mencegah gangguan psiklogis. Pada penderita ED, mudah terjadi
resorpsi tulang sehingga operator harus memberikan edukasi dan
follow up secara berkala ke pasien karena resoprsi tulang alveolar
dapat mengganggu retensi dan stabilisasi dari GTL.

1.3. Gigi Tiruan Lengkap pada Jaringan Flabby

7
Linggir flabby ialah suatu daerah pada permukaan jaringan lunak yang
merusak linggir alveolar maksila dan mandibula. Linggir flabby ini dapat
berkembang ketika jaringan lunak yang hiperplastik menggantikan tulang
alveolar karena resorpsi, dan merupakan hal yang biasa dijumpai terutama pada
daerah anterior maksila pada penggunaan gigi palsu dalam jangka waktu yang
lama. Berdasarkan beberapa penilitian yang sudah dipublikasikan, jaringan
flabby terjadi pada 24% maxilla edentulous dan 5% dari mandibula edentulous
dan ditemukan lebih sering di daerah anterior. Etiologi dari jaringan flabby dapat
berupa akibat dari mastikasi antara gigi asli yang tersisa dengan area edentulous. Hal
ini dapat menyebabkan trauma terhadap jaringan mukosa di area edentulous, karena
kondisi ill-fitting denture yang menyebabkan trauma konstan. Trauma ini akan
menyebabkan resorpsi tulang alveolar dan menstimulasi pertumbuhan jaringan
mukosa hiperplasia yang mobile.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi daerah flabby ialah
dengan pembedahan untuk menyingkirkan jaringan hiperplastik, gigi tiruan
penuh dukungan implant, dan Conventional Complete Denture (CCD) dengan
Teknik pencetakan modifikasi tanpa pembedahan. Linggir flabby ini dapat
berdampak buruk pada dukungan, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan penuh,
maka dari itu harus dikelola dengan baik.
A. Laporan Kasus 1
a. Seorang pasien wanita berusia 59 tahun datang ke Dental Prosthetic
Clinic untuk rehabilitasi sistem dento-maxillary. Pasien telah
menggunakan GTL selama 10 tahun. Pemeriksaan klinis didapatkan,
Gigi tiruan tidak stabil, infiltrasi, dan tidak higienis, inspeksi bidang
prostetik maksila tampak keseimbangan positif, palpasi maksila terdapat
mukosa flabby di area frontal, mandibula terdapat Kennedy kelas I yang
tidak dirawat.
Tatalaksananya ialah

1. Cetakan awal menggunakan GT lama pasien sebagai tray holder


yang didesinfeksi dan pengurangan lapisan sekitar 1mm dari
permukaan dan tepi mukosa. Bahan cetak yang digunakanadalah
cairan silikon kondensasi (Oranwash-Zhermack, Germany)

8
2. Sendok cetak individual terbuat dari light cured base material, diberi
jendela di seluruh permukaan yang flabby
3. Setelah adaptasi custom tray, cetakan tanpa area flabby didapatkan.
Bahan berlebih dilihangkan menggunakan pisau bedah
4. Cetakan mukosa flabby dilakukan pengolesan pasta zinc oxide
eugenol di permukaan dan resting position
5. Setelah membentuk relasi oklusi dan try in adaptasi oklusal dengan
wax denture, GTL rahang atas dan GTS fleksibel biodentaplast
rahang bawah dipasang di rongga mulut. Perawatan dan
stabilitasnya baik

b. Seorang pasien wanita berusia 75 tahun datang ke Dental Prosthetic


Clinic untuk restorasi morfo-fungsional dari sistem dento-maxillary.
Pasien telah memakai GTL akrilik sekitar 15 tahun. Pasien memiliki
beberapa penyakit kronis sehingga butuh perhatian khusus, pasien telah
menggunakan GT sejak lama, saat ini GT sudah tidak stabil dengan
abrasi dan infiltrasi tinggi dari bahan akrilik sehingga pasien mengubah
oklusi dengan posisi mandibula jadi lebih menonjol, bidang prostetik
RB memiliki ridge flabby di seluruh area frontal, mukosa sulkus frontal
vestibular mengalami hyperplasia, area edentulous ridge lateral
mandibula mengalami atrofi, dan klasifikasi edentulous kelas V.
Tatalaksananya ialah dengan mencetak ulang menggunakan
fenestrasi custom mandibular tray dan Teknik pencetakan yang sama
dengan kasus sebelumnya, yaitu window impression. Pertama,
dilakukan pengolesan pasta zinc oxide eugenol, lalu untuk merekam sisa
bidang prostetik menggunakan silicon kondensasi dengan sifat control
kelembaban yang baik, yaitu dengan speedex-coltene whaledent. Jika
sudah maka gigi tiruan dipasang ke rongga mulut pasien.
Tatalaksana pada pembuatan GTL pada jaringan flabby dapat
difoksukan pada proses pencetakannya. Terdapat beberapa Teknik
pencetakan untuk jaringan flabby, yaitu fenestrated custom trays, a
pressure-controlled impressiontechnique, kombinasi Teknik
mukostatsik dan mukodinamik, dan tunneling method.

9
c. Laporan Kasus 2
Pasien seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke Klinik
Prostodonsia RSGMP FKG USU, dengan keluhan ingin dibuatkan gigi
tiruan yang baru karena gigi tiruan rahang bawah yang lama sudah tidak
pas lagi, longgar, dan tidak nyaman digunakan. Pasien sudah memakai
gigi tiruan penuh rahang atas dan rahang bawah dimana gigi palsu
rahang bawah pada saat digunakan untuk makan dan bicara sering lepas.
Gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah yang lama dibuat 5 tahun yang
lalu. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan edentulous penuh pada
rahang atas dan rahang bawah yang disertai adanya jaringan flabby pada
regio kaninus ke kaninus rahang bawah. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan stabilitas dan retensi dari gigi tiruan penuh rahang bawah
perlu difokuskan pada Teknik pencetakan yang tepat, terutama pada
daerah flabby.
Tatalaksana yang dilakukan untuk kasus ini ialah dengan membuat
gigi tiruan penuh yang baru, dimulai dari pencetakan menggunakan
teknik pencetakan sederhana dengan modifikasi sendok cetak fisiologis.
Pencetakan awal dilakukan pada kedua daerah edentulous mandibula
dan maxilla menggunakan sendok cetak pabrikan dengan bahan cetak
mukostatis (alginate). Lalu membuat cetakan awal dengan dental stone
type III. Model anatomis ini berfungsi sebagai model studi dan model
kerja untuk pembuatan sendok cetak fisiologis. Selanjutnya ialah
pembuatan sendok cetak fisiologis dengan menandai bagian yang flabby
menggunakan pensil penanda.
Selanjutnya, membuat spacer malam yang berfungsi sebagai tunnel
dan puncak daerah flabby dibebaskan menggunakan selembar malam
yang berfungsi sebagai tempat jaringan flabby sesuai dengan tinggi,
lebar, dan panjang dari jaringan flabby yang sebelumnya telah diukur
menggunakan jangka ukur dengan tujuan agar jaringan flabby tidak
bergerak saat dilakukan pencetakan fisiologis. Pembuatan sendok cetak
fisiologis menggunakan akrilik self curing transparan agar dapat melihat
apakah jaringan flabby tertekan atau bergerak pada saat pencetakan dan

10
untuk dapat melihat bahan cetak sudah memenuhi semua batas anatomis
area edentulous. Pencetakan ini dilakukan dengan teknik pencetakan
selective pressure. Pada daerah yang tidak flabby menggunakan bahan
cetak regular body dengan teknik pencetakan mukokompresi sedangkan
pada daerah flabby menggunakan bahan cetak light body yang
diinjeksikan ke sendok cetak melalui dua lubang yang telah dibuat pada
daerah ujung flabby, sehingga didapatkan hasil cetakan yang mencakup
seluruh batas jaringan yang diinginkan tanpa ada tekanan dan distorsi
pada daerah flabby.
Keluhan utama gigi tiruan lengkap yang telah dibuat dengan adanya
jaringan flabby, tanpa perawatan yang tepat untuk menghindari tekanan
pada jaringan flabby, adalah gigi tiruannya longgar. Pembuatan sendok
cetak fisiologis modifikasi ini dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan pada edentulous penuh yang disertai jaringan flabby
selain dari penggunaan materi dan teknik pencetakan yang tepat. Teknik
pencetakan mukokompresi pada umumnya cenderung menghasilkan
gigi tiruan yang tidak retentif dan tidak stabil karena gigi palsu akan
dibuat pada model dengan jaringan yang flabby dalam keadaan
terdistorsi. Teknik mukostatik mungkin tidak memanfaatkan sebaik-
baiknya dukungan jaringan yang tersedia dan pergerakan basis gigi
tiruan yang berhubungan dengan jaringan pendukung mungkin menjadi
masalah. Penggunaan teknik pencetakan selektif mampu membantu
mengatasi beberapa keterbatasan ini. Kemudian, penggunaan sendok
cetak fisiologis modifikasi ini simple, mudah dibuat, mengurangi waktu
kunjungan pasien dan penggunaan bahan cetak silicon mudah
ditemukan pada praktek kedokteran gigi.
1.4. Gigi Tiruan Lengkap dengan Linggir Datar
Linggir datar atau resorpsi residual ridge ialah proses biofisik kompleks dan
umum terjadi secara fisiologis maupun patofisiologis. Tanda klinis dari
fenomena ini ialah foramen mentale mendekati puncal linggir alveolar dan
puncak tulang alveolar yang resopsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir
seperti ujung pisau. Resorbsi linggir yang berlebihan dan berlanjut dapat

11
menjadi masalah karena akan menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap menjadi
tidak optimal dan terjadi ketidakseimbangan oklusi. Mengatasi lingir datar
dapat dilakukan dengan mendalamkan sulkus lingual dan vestibuloplasty.
Prosedur tersebut akan memberikan efek samping pasca operasi, seperti post
operative defiguration, anesthesia dan neuralgia pains. Untuk mendapatkan
suatu gigi tiruan lengkap yang baik dan memuaskan dapat dilakukan suatu
teknik pencetakan khusus dengan memahami dan mencari berbagai
kemungkinan retensi dari letak otot-otot sekitar gigi tiruan.
Salah satu perawatan yang dapat dilakukan pada kasus linggir datar ialah
dengan memerhatika pencetakannya juga, pencetakan awal dilakukan terlebih
dahulu guna membuat sendok cetak individual. Saat mencetak harus tercetak
struktur jaringan pendukung dan membentuk tepi gigi tiruan dengan baik
sehingga didapat retensi, dukungan, dan stabilitas yang baik
Terdapat beberapa metode untuk pencetakan pada linggir datar, yaitu
1. Teknik penetakan mukokompresi
Pencetakan ini menggunakan compound dengan membuat sendok
cetak individual dan oklusal rim atas dan bawah. Kemudian perluasan tepi
cetak dengan menggunakan bahan cetak tissue conditioning. Tepi lingual
dibentuk dalam keadaan mulut pasien tervuka dan pasien diminta untuk
menggerakan lidak ke pipi dan menyapu bibir atas. Pasien diminta untuk
menyebutkan “ooo” dan “eee” saat menggigit bite rim guna membentuk tepi
cetakan secara fisiologis. Mengulangi tahap sebelumnya untuk memperoleh
perluasan yang diinginkan, dengan setiap pengulangan conditioning
diaplikasikan lebih sedikit disbanding conditioning pertama. Lalu, buang
kelebihan dengan pisau panas. Lalu, identifikasi perluasan yang terlalu lebar
dengan melihat daerah yang menyebabkan sendok cetak terlepas selama
mandibula bergerak normal. lakukan pencetakan akhir dengan bahan
polysulfiderubber dengan metode mulut terbuka dan prosedur standar,
terakhir cetakan segera dicor gips untuk menghindari distorsi conditioning
dan polysulfide
2. Teknik Pencetakan Sublinngual/Butterfly

12
Pencetakan ini untuk mendapatkan perluasan horizontal sayap
lingual gigi tiruan rahang bawah ke sublingual sehingga diperoleh retensi
dan stabilitas yang baik, yaitu retensi yang dipengaruhi perluasan landasan
yaitu retensi daya otot. Caranya adalah degan melakukan pencetakan awal
dengan alginate atau compound untuk mendapatkan model studi dan sendok
cetak individual lalu membuat outline bagia bukal, labial, dan
sublingual.selanjutnya buat peredaran lilin setebal 3mm pada daerah
sublingual. Kemudian, buat sendok cetak individual dari base plate atau self
curing acrylic diatas outline dan dilakykan base plate trimming. Pinggiran
dari perluasan sayap lingual harus terletak dalam groove yang bergerak di
antara dasar lingual dan sublingual eminence. Setelah itu, Pada daerah
lingual sendok cetak ditambahkan bahan untuk mencetak batas pinggiran
lalu dilakukan gerakan fungsional. Agar otot genioglosus dan
frenulumdapat bebas maka bahancetak dimasukkan kembali dengan
menjulurkan lidah keluar. pada sendok cetak pribadi dibuat beberapa lubang
pada daerah yang membutuhkan peredaan tekanan, bahan cetak zinc oxide
eugenol yang telah diaduk rata, dioleskan pada sendok cetak dan
dimasukkan ke dalam mulut pasien. Pada posisi ini kemudian dilakukan
gerakan menelan untuk mengaktifkan lingual paraprosthetic muscular
system. Setelah itu hasil cetakan diisi dengan gips untuk membuat model
kerja, kemudian pada model kerja ini dibuat gigi tiruan lengkap.

3. Teknik Pencetakan Neutral Zone


Neutral zone merupakan area dimana tekanan antara pipi, bibri dan
lidah dalam keadaaan seimbang. Di zona inilah gigi artificial seharusnya
disusun dengan inklinasi dan posisi yang benar. Dilakukan dengan membuat
bite rim atas dan bawah, untuk sendok cetak bawah di buat khusus dari
akrilik tanpa pegangan dan kaway diletakkan diatas lengkung dengan tujuan
meningkatkan retensi bahan cetak. Untuk bite rim atas dibuat dengan
catatan normal untuk GTL, setelah itu letakkan sendok cetak dawah ke
dalam mulut. Kemudian, buat dua pilar oklusal dari akrilik self curing atau
compound dengan tingginya disesuaikan dengan freeway space. Fikasasi
cetakan dengan dental plaster. Kemudian viscogel diganti degan malam dan

13
susun gigi artifisial pada daerah neutral zone. Dengan metode ini GT yang
dihasilkan akan lebih nyaman, stabil, dan retentive sebab letaknya tidak
terganggu oleh pergerakan pipi, bibir dan lidah.
A. Laporan Kasus 1
Seorang Wanita berusia 69 tahun datang ke RSGMP Unair klinik
prostodonsia untuk membuat gigi tiruan lengkap baru. Pasien sedang
mencari perbaikan dalam penampilan gigi dan fungsi pengunyahan karena
gigi palsu lamanya tidak dapat digunakan karena pencabutan gigi yang
tersisa. Pasien tidak menderita penyakit sistemik dan terakhir dilakukan
pencabutan sekitar tiga bulan sebelum kedatangan pasien. Pemeriksaan
klinis intraoral mengungkapkan gigi rahang atas dan rahang bawah yang
hilang disertai oleh sisa-sisa akar gigi ke-12. Lingir bisa terlihat ovoid di
maksila dan mandibula anterior, meruncing di posterior kanan mandibula
(Cawood dan Howell klasifikasi rahang edentulous kelas IV) dan rata di
posterior kiri mandibula (Cawood dan klasifikasi Howell rahang edentulous
kelas V). Relasi normal ridge terlihat, tidak ditemukan eksostosis. dan
daerah retro-mylohyoid dalam. Pemeriksaan radiografi Menunjukkan
gambaran radiopak di wilayah gigi tersebut, kesan akar yang tersisa dan
edentulous ridge maksila dan mandibula. Tatalaksananya ialah
1. Pembuatan sendok cetak fisiologis, border moulding, galangan
gigit
2. Penentuan dimensi vertikal dengan bantuan baki sentris. Baki
sentris dapat digunakan untuk mendapatkan VDO awal pada
pasien. Hal ini menjadikan operator dengan referensi ke VDO
pasien, yang menghasilkan penyesuaian minimal yang
diperlukan pada tahap menentukan oklusi.
3. Penentuan hubungan oklusal, dengan bantuan baki sentris juga.
penggunaan baki sentris dapat membantu operator dalam
memasang model studi artikulator dalam relasi sentris, yang
dapat memungkinkan suatu analisis terkait dengan hubungan
oklusi pasien. artikulator semi dapat di digunakan karena
beberapa orientasi bidang dan sudut pada articulator semi-

14
adjustable bisa disesuaikan dengan kondisi anatomi dan fisiologi
pasien. Lalu dilakukan facebow transfer yang merupakan proses
pemindahan hubungan spasial dari lengkung rahang atas ke titik-
titik anatomi pada artikulator menggunakan Instrumen tertentu.
4. Pencetakan pada pasien dan pembuatan model kerja,
menggunakna baki individual dan cetkan tepi guna mendapatkan
daerah perbatasan gigi tiruan yang tepat oada batas gigi tiruan
mukosa bergerak dan tidak bergerak.
1.5.Gigi Tiruan Lengkap pada Pasien Xerostomia
Xerostomia merupakan kondisi kekering pada rongga mulut yang
disebabkan oleh pengurangan atau absennya laju aliran saliva. Xerostomia
dapat disebabkan oleh kondisi seperti diabetes melitus, lesi karies multiple,
fibrosis submukosa, dan oral candidiasis. Sementara itu, saliva sendiri memiliki
peranan khusus dalam penggunaan gigi tiruan, yaitu untuk menciptkana adesi
dan kohesi, tegangan permukaan yang membantu untuk meningkatkan retensi
dan kenyamanan gigi tiruan. Perwatannya bergantung pada etiologinya, dapat
dengan mengubah dosis, jadwal, atau perubahan obat, menstimulasi dengan
permen karet atau permen hisap bebas bula, menggunakan saliva artifisial,
perawatan kombinasi, dan memasukkan reservoir saliva buatan ke dalam gigi
tiruan sebagai solusi yang kontinyu.
A. Laporan Kasus 1

Seorang pria berusia 52 tahun bernama A dengan keadaan umum normal


mengeluhkan kelonggaran pada gigi tiruan rahang atas, fraktur berulang pada
gigi tiruan rahang atas, kesulitan mengunyah, rasa kering pada rongga mulut,
dan sering membutuhkan minum. Pasien diketahui merokok 10 batang per hari
sejak 20 tahun yang lalu, mengidap diabetes dan asma. Pemeriksaan sistemik
menunjukkan adanya mata kering, tingkat kedip rendah, mulut kering, sudut
mulut pecah, sensasi terbakar, dan hilang nafsu makan. Pemeriksaan ekstra oral
menunjukkan adanya menurunnya dimensi vertikal wajah, pipi cekung, bibir
tidak terdukung, tonisitas otot halus, pembukaan mulut inadekuat, dan distorsi
ringan dalam berbicara. Pemeriksaan intra oral menunjukkan residual ridge
edentulous maksila, fixed partial denture rahang bawah gigi 31, 32, 33, 41, 42

15
dan 43, pertumbuhan pseudomembran pada palatum durum, fibrosis submukosa
oral dengan mukosa pucat, lidah pecah kering, dan saliva berbusa minimal pada
dasar mulut. Pemeriksaan gigi tiruan sebelumnya menunjukkan dimensi
vertikal inadekuat, dukungan pipi dan bibir inadekuat, retensi dan stabilitas
compromised. Tatalaksana ialah

Hal pertama ialah, pasien diedukasi untuk menggunakan antifungal topical,


tablet multivitamin, menghindari makanan kering seperti biscuit, makanan
pedas, merokok, serta dianjurkan menggunakan penggantu saliva hingga GT
selesai dibuat. Pasien juga dihimbau untuk control setiap minggu secara rutin
dan diobservasi lesi candida, jika lesi sudah hilang maka dapat direncakanan
membuat GTL rahang atas dengan reservoir palatal dan metal base. Pertama,
dilakukan pencetakan primer, dilakukan pencetakan dengan bahan hidrokoloid
(Zelgan; Dentsply, India) menggunakan tray yang dibuat khusus dan single step
border moulding dilengkapi bahan cetak light body (Aquasil Lv, Dentsply,
India). Master cast dituang dengan die stone. Kedua, mendesain pola malam
dan cast metal bae, etelah duplikasi master cast, refracatory cast dituangkan
dengan metavest (Delta) phosphate bonded investment material. Dilakukan
desai pola malam untuk cast metal base; investing; casting; finishing;
polishing. Dilakukan pengecekat fit intraoral dari cast metal base bersamaan
dengan bite registration. Ketiga, melakukan penyusunan gigi dan perencanaan
ruang reservoir, penyusunan gigi menggunakan articulator dan try in. Saat try
in dilakukan perencanaan ruang reservoir dengan meletakan putty di tengah
palatal untuk menentukan ruang perkiraan reservoir tanpa mengganggu fonetik.

Keempat, melakukan flasking dengan putty yang disesuaikan. Setelah


pelepasan malam, dilakukan teknik lost salt dalam pembuatan ruang reservoir.
Cast metal base palatal diadaptasikan pada master cast dan proses gigi tiruan
dilakukan dengan resin akrilik heat polymerising (DPI-Heat cure : Dental
Products of India Ltd, Mumbai, India). Kelima, melakukan finishing dan
polishing dengab membuat dua lubang berdiameter 1 mm di anterior maksilla
gigi tiruan kemudian garam dikeluarkan dengan air panas lalu pengganti saliva
artifisal nantinya diinjeksikan ke dalam ruang reservoir. Terakhir melakukan

16
DHE, enginstruksikan pasien untuk mengisi reservoir, membersihkan gigi
tiruan, dan perawatan yang sesuai. Lalu, memasangkan gigi tiruan dan melatih
pasien untuk menyedot saliva artifisial dari reservoir dalam gigi tiruan.
Terakhir, menginstruksikan pasien untuk melakukan kontrol setelah 72 jam
untuk penyesuaian, serta penjadwalan kunjungan reguler selanjutnya.

B. Laporan Kasus 2

C. Laporan Kasus 3
1.6. Gigi Tiruan Lengkap yang membutuhkan Relining
Gigi tiruan membutuhkan relining dapat disebabkan karena retensi dan
stabilisasinya telah berkurang, hal tersebut dapat disebbabkan oleh factor
sitemik atau proses pembuatan gigi tiruan yang buruk sehingga pasien
kehilangan dimensu vertikal tulang alveolar akibat resorpsi fisiologis dan
patologis yang kemudian pasien merasa gigi tirannya sering lepas dan terasa
nyeri sehingga perlu dilakukan relining. Relining sendiri merupakan pelapisan
ulang basis gigi tiruan, menabahkan bahan bar uke permukaan gigi tiruan
dengan penyesuaian Kembali jaringan pendukung dan gigi tiruan lawan untuk
mengembalikan adhesi gigi tiruan. Berdasarkan tekniknya relining dibagi
menjadi direct relining dan indirect relining.
A. Laporan Kasus 1
Pasien berusia 70 tahun bekerja sebagai sopir datang ke Klinik
Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti dengan keluhan
gigi tiruan rahang atasnya tidak nyaman. Pasien tersebut telah menggunakan
gigi tiruan kurang lebih selama delapan tahun dan saat ini gigi tiruannya
terasa longgar dan tidak stabil saat mengunyah makanan. Pasien merasa
wajahnya terlihat lebih tua. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus yang
terkontrol. Tatalaksanaya dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama,
yaitu persiapan jaringan dengan memastikan bahwa mukosa mulut terbebas
dari iritasi, gigi tiruan tidak digunakan pada malam hari, dan gigi tiruan
dilepas 24 jam sebelum prosedur pencetakan. Kemudian persiapan gigi
tiruan lengkap dengan membuat dasar dan permukaan oklusal gigi tiruan
bebas dari debris dan stain, memeriksa ketepatan batas dan permukaan

17
cekatan GT dengan pressure indicator paste, pemeriksaan bidang insisal dan
oklusal, pemeriksaan dimensi vertikal oklusal, dan pemeriksaan oklusi
sentrik. Untuk kasus tersebut hasil dari pressure indicator paster pada pasien
menunjukkan bahwa terdapat tekanan yang tidak merata karena ada bagian
yang tidak menyentuh mukosa pasien. Selanjutnya ialah membentuk tiga
kotak vertikal stop di sisi palatal dari permukaan cetak gigi tiruan diikuti
dengan relining chairside di maksila. Kemudian, menyampur bahan relining
dan menempatkan pada permukaan pendukung gigi turuan rahang atas
dengan Teknik direcr relining, melakukan finishing dan polishing, lalu
dilakukan pemeriksaan Kembali GT di dalam mulut.
Teknik direct rlining ini memiliki kelebihan dan
kekurangan,kelebihannya ialah hanya memerluka satu kali kunjungan,
pasien tidak perlu melepas GT lebih dari 24 jam, dan dapat membantu
pasien untuk menghemat pengeluaran karena tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk GT baru. Namun, kekurangannya ialah penggunaan bahan self
curing acrylic yang dapat menimbulkan panas, mudah mengalami porositas,
mudah berubah warna, dan menimbulkan bau tidak sedap. Pembuatan
impresi dengan teknik open-mouth akan menghasilkan fiksasi gigi yang
baik karena pheriperal seal yang tepat, panjang gigi tiruan yang sesuai, dan
mengikuti pergerakan otot saat menutup dan membuka mulut, pergerakan
lidah saat rahang bawah impresi, dan gerak lateral.

18
Daftar Pustaka
Buzayan, M. M., Sivakumar, I., Choudhary, S., Tawfiq, O., Mahdey,
H. M., & Binti Mahmood, W. A. A. (2018). Prosthodontic management of
combination syndrome case with metal reinforced maxillary complete
denture and mandibular teeth supported overdenture. Periodontics and
Prosthodontics, 04(01). https://doi.org/10.21767/2471-3082.100041
Falatehan, N. (2018). RELINING GIGI TIRUAN RAHANG
BAWAH SECARA LANGSUNG DENGAN PENCETAKAN MULUT
TERTUTUP. Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM,
1(14), 27–32.
Haripriya, P., A Saran Babu, K., Rao Pottem, S., Chalapathi Kumar
Voleti, H., & Kumar Tannamala, P. (2019). Management of Xerostomia in
edentulous patient associated with multiple local conditions a case report.
IP Annals of Prosthodontics and Restorative Dentistry, 5(3), 76–79.
https://doi.org/10.18231/j.aprd.2019.018
Mandal, G., Das, S., & Ghosh, S. (2022). Combination Syndrome:
A case report. Journal of Orofacial Rehabilitation Combination, 2, 68.
https://doi.org/10.5281/zenodo.6438061
Muchtar, M., Damayanti Habar, I., & Prostodonsia, P. (n.d.).
Meriyam Muchtar & Ike D. Habar: Functional impression technique for
making complete denture Functional impression technique for making
complete denture in flat-ridge patient Teknik pencetakan fungsional untuk
pembuatan gigi tiruan lengkap pada pasien dengan lingir datar.
Narwal, A., Chugh, A., Rohtak, P., & Swami, R. (2015).
Prosthodontic management of a patient with combination syndrome:A
clinical case report PROSTHODONTIC MANAGEMENT OF A
PATIENT WITH COMBINATION SYNDROME: A CLINICAL CASE
REPORT. International Journal of Current Advanced Research Article in
International Journal of Advanced Research.
https://www.researchgate.net/publication/297733139
Padawe, D., Bansode, K. K., Takate, V., Dighe, K., Rathi, G. V.,
Info, A., Pediatrics, J. ", & Health, C. (2021). Prosthetic Rehabilitation with

19
Complete Denture of a 6-year old Child with Hypohidrotic Ectodermal
Dysplasia and Anodontia: a case report. ADITUM Journal of Pediatrics and
Child Health Issues Open Access Case Report "Prosthetic Rehabilitation
with Complete Denture of a 6-year old Child with Hypohidrotic Ectodermal
Dysplasia and Anodontia: a case report. www.aditum.org
Ştefănescu, C. L., Zaharia, A., Murineanu, R. M., Puşcaşu, C. G.,
Sachelarie, L., & Grigorian, M. (2021). Flabby ridge, a challenge for
making complete dentures. Applied Sciences (Switzerland), 11(16).
https://doi.org/10.3390/app11167386
Suhardi Butarbutar, S., & Nasution, D. (2019). [JDS] JOURNAL
OF SYIAH KUALA DENTISTRY SOCIETY PENATALAKSANAAN
PENCETAKAN LINGGIR DENGAN JARINGAN FLABBY
MENGGUNAKAN SENDOK CETAK FISIOLOGIS MODIFIKASI. In J
Syiah Kuala Dent Soc (Vol. 4, Issue 2).

20

You might also like