Professional Documents
Culture Documents
Tugas Lanjutan - Survey Kestabilan Lereng Dan Erosi - Kelompok 4
Tugas Lanjutan - Survey Kestabilan Lereng Dan Erosi - Kelompok 4
Geomorfologi mempelajari bentuk lahan dan proses yang mempengaruhi bentuk lahan,
serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses di dalam susunan
keruangan. Proses pelapukan, erosi dan longsoran menjadi sasaran kajian geomorfologi yang
dipandang sebagai proses ekstemal yang berpengaruh pada evolusi bentuk lahan. Proses tersebut
terjadi karena interaksi dari berbagai faktor fisik dan biotik yang secara keruangan bervariasi
meliputi tipe, intensitas dan sebarannya. Oleh sebab itu pendekatan geomorfologi sebagai suatu
ilmu yang mempelajari bentuk lahan diperlukan dalam pendugaan kejadian – kejadian yang
menyebabkan perubahan bentuk lahan seperti kejadian erosi.
Dua penyebab utama erosi adalah erosi karena sebab alamiah dan erosi karena aktivitas
manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan tanah dan proses erosi yang
terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Erosi karena faktor alamiah
umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan
kebanyakan tanaman. Sedang erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh
terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan
kaidah – kaidah kon-servasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan
fisik tanah, antara lain pembuatan jalan di daerah kemiringan lereng besar.
Contoh penerapan geomorfologi dalam bidang survey kestabilan lereng dan erosi meliputi;
1. Membuat terasering
Terasering merupakan salah satu bentuk pencegahan erosi yang paling sering dilakukan
yakni dengan cara membuat teras demi teras (seperti tangga) pada lahan yang miring
sehingga ketika hujan turun air tidak langsung mengalir begitu saja sehingga peluang
terjadinya pengikisan tanah dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan adanya terasering ini
masyarakat di dataran tinggi jadi mempunyai lahan untuk bercocok tanam seperti menanam
padi, sayur – sayuran dan lain sebagainya.
Masyarakat di Indonesia sudah banyak yang membuat terasering terutama diwilayah-
wilayah dataran tinggi. Salah satu contohnya adalah Terasering Panyaweuyan berlokasi di
Sukasari Kidul, Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Terasering ini terus di
kembangkan hingga saat ini dijadikan sebagai salah satu objek wisata alam yang ada di Jawa
Barat yang menawarkan keindahan alam yang memukau semua orang dengan hamparan
persawahan/perkebunan yang nan-hijau yang dapat menyejukkan mata dan sangat cocok
untuk dijadikan tempat foto – foto. Setelah terasering panyaweuyan dijadikan sebagai objek
wisata hal ini membawa dampak positif terhadap masyarakat sekitar dan pihak pengelola
lahan terasering tersebut yaitu dengan adanya pendapatan tambahan dari para pengunjung.
Gambar 1. Potret di Tengah Lahan Terasering Panyaweuyan
Dengan dibuatnya terasering seperti gambar di atas, tanah yang ada menjadi lebih stabil
sehingga erosi akibat air hujan tentunya berkurang, karena air yang mengalir dari lahan yang
lebih tinggi tidak langsung mengalir ke bawah dan langsung menggerus tanah tersebut.
Kebanyakan lahan terasering yang berada di dataran tinggi juga dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian tambahan di wilayah pegunungan yang miring, misalnya untuk perkebunan teh
seperti yang sudah saya kunjungi berlokasi di Pattapang, Tinggimoncong, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan ini juga sudah di kembangkan menjadi tempat wisata oleh pemerintah
setempat yang dikenal dengan nama “Puncak Kebun Teh Malino”.