You are on page 1of 12

REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No.

2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

ANALISIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MIKRO


PADA SEKRETARIAT JENDERAL MAJELIS PERMUSYAWARATAN
RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Habsul Nurhadi
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
tophabsul@yahoo.com

ABSTRAK. Penelitian ini terinspirasi dari kenyataan masih rendahnya kesiapan reformasi birokrasi
pada Sekretariat Jenderal MPR-RI tahun 2013, maupun rendahnya hasil evaluasi pelaksanaan
reformasi birokrasi tahun 2014, sehingga nyaris tidak mendapatkan tunjangan kinerja (remunerasi).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh Sekretariat Jenderal MPR-RI telah
melaksanakan reformasi birokrasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan dimensi studi kasus, yang disajikan
secara deskriptif, dengan antara lain menggunakan teori Reinventing Government (1992) maupun
teori Banishing Bureaucracy (1997). Paradigma penelitiannya adalah naturalistik, dimana
pengamatan dan pengumpulan datanya dilakukan sebagaimana adanya.
Berdasarkan pengolahan data menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan reformasi birokrasi
pada Sekretariat Jenderal MPR-RI 2010-2014 masih belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan
pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi yang sudah diterbitkan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Kata Kunci: Reformasi Birokrasi, MPR-RI, Sekretariat Jenderal MPR-RI.

Abstract. This research inspired from the fact the low readiness of bureaucratic reform in the
Secretariat General of the MPR-RI in 2013, as well as lack of the evaluation of bureaucratic reform
in 2014, making it nearly did not get the performance benefits (remuneration). The study aims to
find out how far the Secretariat General of the MPR-RI has been carrying out bureaucratic reform.
This study adopted qualitative approaches, to dimension case study, presented in a descriptive, with
between other uses the theory of reinventing government (1992) and the theory of banishing
bureaucracy (1997). This research is naturalistic paradigm, where observation and data collection
done just as there are.
Based on data processing suggests that in generally the bureaucracy reform in the Secretariat
General of the MPR-RI 2010-2014 still not fully way implementation guidelines for the
bureaucratic reforms are already published by the Ministry of Administrative State Apparatus and
Bureaucratic Reform.

Keywords: bureaucratic reform, MPR-RI, the Secretariat General of the MPR-RI.

PENDAHULUAN Reformasi Birokrasi diajukan kepada Komite


Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
2012 Kementerian Pendayagunaan Aparatur (KPRBN), untuk mendapatkan keputusan.
Negara dan Reformasi Birokrasi telah Ternyata performa hasil nilai evaluasi
menerima pengajuan sebanyak 38 usulan pelaksanaan reformasi birokrasi pada
pelaksanaan reformasi birokrasi dari Sekretariat Jenderal MPR-RI termasuk relatif
Kementerian/Lembaga, terdiri 16 rendah. Sewaktu Sekretariat Jenderal MPR-RI
Kementerian/Lembaga pada tahun 2011, dan mengajukan usulan pelaksanaan reformasi
22 Kementerian/Lembaga pada tahun 2012. birokrasi yang pertamakalinya pada tahun
Hasil penilaiannya oleh Kementerian 2012, maka berdasarkan hasil penilaian oleh
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
137
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Negara dan Reformasi Birokrasi tertanggal 21 Teori yang mapan menjadi paradigma dan
Febuari 2013, kesiapan reformasi birokrasi di-mitos-kan, kemudian muncul teori baru
Sekretariat Jenderal MPR-RI hanya untuk mendemistifikasi teori yang mapan
memperoleh nilai 29, atau berada pada level tersebut. Teori Reinventing Government yang
1, sehingga dinyatakan belum lolos passing tergolong pada The New Public Management,
grade dan belum layak mendapatkan misalnya,merupakan demistifikasi atas The
tunjangan kinerja (remunerasi). Old Public Management. Bahkan sekarang
Sedangkan dalam pengajuan yang kedua telah muncul demistifikasi atas The New
kalinya pada tahun 2013, berdasarkan hasil Public Management tersebut dengan
evaluasi tanggal 14 Oktober 2014, munculnya konsep The New Public Service
pelaksanaan reformasi birokrasi Sekretariat (Arisman, tanpa keterangan tahun).
Jenderal MPR-RI mendapatkan hasil 44,18 Menurut Arisman, dinamika konsep
persen, atau nilai C, sehingga sudah administrasi publik dari The Old Public
memenuhi batas minimum lolos passing Management, lalu menjadi The New Public
grade dan mendapatkan remunerasi sebesar Management, dan kemudian menjadi The
40 persen. New Public Service tersebut, beserta ulasan
Penelitian tesis ini bermaksud melakukan detail tentang konsep dan kritik atas
analisis pelaksanaan reformasi birokrasi konsepnya, dapat dilihat dalam buku karya
tingkat mikro, khususnya pada kasus Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt,
pelaksanaan road map reformasi birokrasi yang berjudul The New Public Service:
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Serving, not Steering (2007). Sedangkan
Rakyat Republik Indonesia tahun 2010-2014. khusus untuk gagasan-gagasan The Old
Public Administration dapat dilihat dalam
Reformasi Birokrasi (Bureaucratic Reform) buku karya Jay M. Shafritz dan Albert C.
Pengertian "reformasi" secara harfiah Hyde, yang berjudul Classics of Public
berasal dari kata "reform" atau "reformation", Administration (1997).
yang artinya "membentuk kembali" sesuai Para ilmuwan politik, misalnya, telah
dengan hakikinya. Namun secara fungsional memperdebatkan kemungkinan
pemahamannya adalah membentuk kembali mengembangkan good government dan
ke arah perbaikan, kemajuan, pembaharuan, representative government, sejak awal abad
dan penyempurnaan. Dengan demikian 20an, sebagaimana yang telah diungkapkan
pemahaman mengenai "reformasi birokrasi" oleh John Stuart Mill, dalam buku karyanya
adalah membangun kembali kondisi birokrasi yang berjudul Utilitarianism, On Liberty,
ke arah perbaikan, penyempurnaan dan Consideration on Representative
pembaharuan, sesuai dengan tujuan birokrasi Government, Vermont: Everyman (1993).
pemerintah, yaitu pemberian pelayanan publik Bahkan tidak hanya itu, Woodrow Wilson
yang tertib, teratur, lancar, serta efisien dan pada tahun 1887 dalam The Study of
efektif (Istianto, 2013: 201) Administration telah mengemukakan konsep
Dalam studi administrasi publik, dikotomi politik dan administrasi untuk
perdebatan mengenai optimalisasi pelayanan menciptakan pemerintahan yang efisien.
publik oleh pemerintah sebenarnya telah Selain Wilson, ada Max Weber (1922) dengan
berlangsung cukup lama. Sejak beberapa teori The Ideal Type of Bureucracy, Luther
dekade lalu, polemik sudah terjadi di Gullick (1937) dengan konsep POSDCORB,
kalangan para pakar mengenai cara untuk Frank J. Goodnow (1900) dengan konsepnya
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan yang tertuang dalam makalahnya Politics and
efisien, tanggap, dan akuntabel. Masing- Administration, Frederick W. Taylor (1912)
masing pakar memaparkan teori dan atau dengan konsepnya Scientific Management,
membantah dan memperbaiki teori yang ada Herbert A. Simon (1946) dengan konsepnya
sebelumnya. The Proverbs of Administration, dan masih

138
Habsul, Analisis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat Mikro…

banyak lagi yang ikut memberikan kontribusi meliputi restrukturisasi organisasi, reformasi
konsep dan teori dalam optimalisasi penganggaran, manajemen yang berorientasi
pelayanan publik. pada penerima pelayanan, aparatur
Sedangkan gagasan Reinventing pemerintahan yang profesional,
Government yang dicetuskan oleh David demokratisasi, dan pelibatan partisipasi
Osborne dan Ted Gaebler (1992) adalah masyarakat (Denhardt & Denhardt, 2007,
gagasan mutakhir yang mengkritisi dan dalam Hamdi dan Khairi, 2014: 76).
memperbaiki konsep-konsep dan teori-teori Konsep pemerintahan entrepreneur
klasik tersebut untuk optimalisasi pelayanan Osborn dan Gaebler yang mencoba
publik. Gagasan David Osborne dan Ted menemukan nilai-nilai baru (reinventing) di
Gaebler tersebut tertuang dalam karyanya bidang pemerintahan ternyata mempunyai
yang berjudul Reinventing Government: How kekuatan dan sekaligus kelemahan. Kritik
the Entrepreneurial Spirit is Transforming the terhadap konsep pemerintahan entrepreneur
Public Sector yang dipublikasikan pada tahun adalah karena terlalu bias pada “new
1992 dan buku karya David Osborne dan administrative values” yang lebih banyak
Peter Plastrik yang berjudul Banishing menitik beratkan pada orientasi goal
Bureaucracy: The Five Strategies for governance dengan meminggirkan nilai-nilai
Reinventing Government, yang dipublikasikan administrasi klasik yang sebenarnya masih
pada tahun 1997. potensial yang berbasis pada rule governance
Gagasan yang dikemukakan oleh David (Muskamal, 2014).
Osborne dan Ted Gaebler pada tahun 1992 Gerald E. Caiden, seorang pakar reformasi
tersebut sangat mempengaruhi mulai administrasi dari University of Southern
munculnya gerakan reformasi di dunia. California, dalam buku karyanya yang
Awalnya, gagasan Osborne dan Gaebler berjudul Administrative Reform Comes of Age
tersebut berkaitan dengan solusi atas (1991), mengatakan bahwa reformasi sistem
fenomena birokrasi pemerintahan di Amerika administrasi tidak pernah mencapai inti
Serikat yang dianggap sangat gemuk dan permasalahan, karena seringkali hanya
memberatkan anggaran negara. Ternyata sebatas formalitas semata. Reformasi yang
pemikiran Osborne dan Gaebler tersebut telah dilakukan oleh pemerintah biasanya tidak
mengilhami gerakan reformasi birokrasi di cukup luas dan tidak mendalam. Bahkan,
berbagai negara di dunia (Hamdi dan Khairi, cukup banyak negara yang tidak memiliki
2014: 76). perhatian terhadap reformasi birokrasi
Ide utama dari reformasi Osborne dan (Caiden, 1991, dalam Dwiyanto, 2015: 105).
Gaebler ini adalah mengurangi peran negara Gerald E Caiden (dalam Nugroho, 2013)
terhadap hal-hal yang seharusnya dapat mengungkapkan, bahwa banyak negara
dilakukan oleh swasta serta memaksimalkan berkembang yang hampir selalu gagal
peluang yang ada untuk memperoleh melakukan reformasi birokrasi karena tidak
penerimaan selain pajak. Konsekuensi dari mempunyai faktor-faktor yang dimiliki
pemikiran tersebut melahirkan perampingan negara maju, yang sukses melakukan
birokrasi (Osborne dan Plastrik, 2004, dalam reformasi birokrasi, yakni (1) sistem
Hamdi dan Khairi, 2014: 76). administrasi yang berjalan dengan baik dari
Rangkaian pemikiran tersebut generasi ke generasi, (2) masyarakat dan
menginspirasi timbulnya reformasi birokrasi birokrasi sudah saling menyesuakan diri
baik melalui privatisasi, seperti yang menjadi sebuah relasi produktif, (3) lembaga
dicanangkan Inggris semasa kepemimpinan pemerintahan yang kuat, terutama karena
Perdana Menteri Margaret Thatcher, maupun warganegara menghormati lembaga
melalui penerapan praktik birokrasi pemerintahan, dan (4) mempunyai
pemerintah bergaya bisnis seperti di Amerika sumberdaya yang mencukupi untuk
Serikat. Secara umum, prinsip-prinsip mendukung reformasi birokrasi, termasuk di
pelayanan publik dalam New Public dalamnya manusia, teknologi, dan anggaran
Management (NPM) di era Margaret Thatcher (Nugroho, 2013: 2-3).

139
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Dari sudut tinjauan yang lain, Komarudin luas, mencakup didalamnya penguatan
(2014: 1) mengemukakan bahwa reformasi masyarakat sipil (civil society), supremasi
birokrasi merupakan perubahan signifikan hukum, strategi pembangunan ekonomi dan
secara mindset dan culture set atas elemen- pembangunan politik yang saling terkait dan
elemen birokrasi, yaitu kelembagaan, mempengaruhi. Dengan demikian, reformasi
sumberdaya manusia aparatur, birokrasi juga merupakan bagian tak
ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, terpisahkan dalam upaya konsolidasi
dan pelayanan publik. Sementara Riant demokrasi. Namun, peralihan dari sistem
Nugroho merumuskan, bahwa secara umum otoritarian ke sistem demokratis dewasa ini
reformasi birokrasi merupakan bagian dari merupakan periode yang amat sulit bagi
strategi besar dalam ilmu perilaku organisasi proses reformasi birokrasi. Apalagi, kalau
yang lebih dikenal sebagai manajemen dikaitkan dengan kualitas birokrasi
perubahan, dimana melaksanakan reformasi pemerintahan maupun realisasi otonomi
birokrasi sama dengan melakukan manajemen daerah, serta maraknya penyalahgunaan
perubahan dalam birokrasi (Nugroho, 2013: wewenang pada birokrasi pemerintahan yang
15). diperkirakan semakin sistemik dan bahkan
Manajemen perubahan adalah sebuah merata ke daerah-daerah.
pendekatan proaktif untuk memahami Globalisasi tak hanya menuntut
bagaimana seharusnya perubahan peningkatan peran sektor swasta, tetapi juga
dilaksanakan dalam suatu organisasi. Menurut menuntut sektor publik untuk memperbaiki
Bernis Walmsley, dalam bukunya Managing kinerjanya dalam rangka melayani kebutuhan
Change, manajemen perubahan memahami pasar global. Hal ini telah berlangsung di
bahwa perubahan harus direncanakan, Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina.
diorganisasikan, dipimpin, dan dikendalikan Di Singapura, misalnya, munculnya pasar
(Nugroho, 2013: 4). global ditanggapi pemerintah dengan
Reformasi birokrasi memang dinyatakan meningkatkan kompetensi civil service agar
dalam banyak istilah, yang pada dasarnya mereka mampu menjawab tantangan zaman
berkaitan dengan upaya membangun dan lebih kompetitif di dunia internasional.
pemerintahan agar benar-benar memiliki Birokrasi di Malaysia lebih diorientasikan ke
kemampuan untuk memenuhi tujuannya, bisnis untuk menggantikan peran aktif
yakni mewujudkan kehidupan rakyat yang birokrasi dalam pembangunan dan
sejahtera, adil, dan bermartabat (Hamdi dan meredefinisi perannya sebagai fasilitator
Khairi, 2014: 76). dalam aktivitas sektor swasta. Dalam kasus di
Dengan berbagai istilah tersebut - antara Thailand, munculnya peran birokrasi publik
lain reformasi administratif, reformasi adalah untuk memfasilitasi kebijakan pro-
administrasi publik, dan reformasi sektor pasar seperti privatisasi dan berbagai aktivitas
publik - kebutuhan akan reformasi birokrasi yang berkaitan dengan sektor swasta seperti
secara umum bertujuan untuk mengatasi business licensing, perdagangan internasional,
kelemahan yang dimiliki oleh birokrasi dalam dan pengawasan fiskal (Muskamal, 2014).
penyelenggaraan pemerintahan, seperti Perubahan birokrasi di Thailand
birokrasi yang dipandang lamban, kaku, tidak belakangan ini juga lebih menempatkan
efisien, berbelit-belit, korup, tidak responsif dirinya sebagai katalisator untuk
terhadap tuntutan masyarakat, serta berbagai memfasilitasi aktivitas ekonomi yang civil
patologi birokrasi lainnya. service-nya berperan sebagai pendukung dan
Khusus untuk kondisi Indonesia, menurut bukannya pemimpin. Hal yang sama juga
Muskamal (2014), birokrasi Indonesia perlu dilakukan di Filipina. Hal ini dengan jelas
melakukan reformasi secara menyeluruh. menunjukkan bahwa perubahan birokrasi itu
Reformasi itu sesungguhnya harus dilihat menekankan perlunya keterbukaan struktural
dalam kerangka teoritik dan empirik yang untuk memungkinkan terjadinya pertukaran

140
Habsul, Analisis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat Mikro…

gagasan dan perubahan inovasi. Meski oleh Negara adalah perumusan dan
demikian, tidak semua negara berhasil pelaksanaan kebijaksanaan yang berfungsi
melakukan perubahan birokrasi. Singapura sebagai motivator dan fasilitator guna
dan Malaysia tergolong cukup efektif tercapainya swakarsa dan swadaya
mewujudkan beberapa reformasi administrasi, masyarakat termasuk dunia usaha. Peran lain
antara lain karena stabilitas politik dan kerja yang seharusnya dijalankan oleh birokrasi
sama yang baik antara birokrasi dan adalah sebagai consensus building, yaitu
pemimpin politik. Sementara itu, Indonesia, membangun pemufakatan antara negara,
Thailand, dan Filipina kurang efektif dalam sektor swasta dan masyarakat (Muskamal,
mewujudkan perubahan administrasi karena 2014).
dominannya aparat birokrasi dan adanya Peran ini harus dijalankan oleh birokrasi
konflik atau kolusi antara birokrasi dan elite mengingat fungsinya sebagai agen
politik. pembaharuan dan faslitator. Sebagai agen
Berkenaan dengan orientasi baru birokrasi perubahan, birokrasi harus mengambil
yang lebih melihat ke pasar, kelak diharapkan inisiatif dan memelopori suatu kebijakan atau
keputusan didasarkan pada analisis Iogis dan tindakan. Sedangkan sebagai fasilitator,
melihat secara jeli implikasi dari kebijakan birokrasi harus dapat memfasilitasi
pro-pasar untuk legitimasi birokrasi publik, kepentingan-kepentingan yang muncul dari
moralitas, dan motivasi pegawai negeri, serta masyarakat, sektor swasta maupun
mempertimbangkan manfaat dan kerugiannya kepentingan negara. Selain itu, pemisahan
bagi penduduk. Untuk itu, pembuat kebijakan peran yang melekat pada aparatur pemerintah
perlu mempertimbangkan perbedaan menjadi suatu keharusan.
mendasar antara sektor publik dan sektor Aparatur pemerintah adalah pelayan publik
swasta dalam hal tujuan, struktur, norma- yang harus melayani masyarakat apapun latar
norma, meneliti secara kritis pelaksanaan belakangnya. Perbedaan ideologi maupun
ekonomi, sosial, dan keuntungan serta pilihan politik tidak boleh menghalangi
kerugian administrasi dalam transisi birokrasi, birokrasi dalam mengemban perannya sebagai
mengidentifikasi siapa saja yang diuntungkan pelayan masyarakat. Dalam rangka
dan siapa yang tidak diuntungkan dari optimalisasi peran birokrasi tersebut, maka
perubahan birokrasi. kebijaksanaan debirokratisasi, deregulasi, dan
Pola birokrasi yang cenderung desentralisasi perlu dilanjutkan dan dikawal
sentralisitik, dan kurang peka terhadap pelaksanaannya, serta peningkatan pelayanan
perkembangan ekonomi, sosial dan politik kepada masyarakat harus terus menerus
masyarakat harus ditinggalkan, dan diarahkan ditingkatkan dan diusahakan (Muskamal,
seiring dengan tuntutan masyarakat. Harus 2014). Oleh karenanya, menurut Muskamal,
diciptakan birokrasi yang terbuka, profesional reformasi birokrasi menjadi suatu keharusan,
dan akuntabel, serta dapat memicu mengingat implikasinya yang begitu luas bagi
pemberdayaan masyarakat, dan masyarakat dan negara. Perlu usaha-usaha
mengutamakan pelayanan kepada masyarakat serius agar pembaharuan birokrasi menjadi
tanpa diskriminasi. Birokrasi demikian dapat lancar dan berkelanjutan.
terwujud apabila terbentuk suatu sistem Reformasi birokrasi merupakan pekerjaan
dimana terjadi mekanisme birokrasi yang besar karena menyangkut sistem besar negara
efisien dan efektif, dengan menjaga sinergi yang telah mengalami tradisi buruk selama
yang konstruktif diantara pemerintah, sektor kurun waktu yang cukup lama. Untuk dapat
swasta dan masyarakat (Muskamal, 2014). memutus tradisi lama dan menciptakan
Dengan makin besarnya peran yang tatanan dan tradisi baru, perlu kepemimpinan
dijalankan oleh masyarakat, maka seharusnya yang kuat dan yang patut diteladani.
peran birokrasi lebih cenderung sebagai agen Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya
pembaharuan, pelayanan dan pemberdayaan pemimpin-pemimpin yang berani dan tegas
masyarakat. Oleh karena itu, fungsi dalam membuat keputusan. Sedangkan
pengaturan dan pengendalian yang dilakukan keteladanan adalah keberanian dalam

141
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

memberikan contoh kepada bawahan dan area perubahan, dan strategi implementasi
masyarakat. dari kebijakan reformasi birokrasi tersebut
Reformasi birokrasi diharapkan dapat perlu didiskusikan secara terbuka dengan para
berdampak langsung pada masyarakat, karena pemangku kepentingan.
peran birokrasi yang utama adalah Selama ini kepemilikan publik terhadap
memberikan pelayanan kepada masyarakat. kebijakan reformasi birokrasi sangat rendah,
Pada tataran ini masyarakat dapat dilibatkan karena mereka tidak dilibatkan, dan
untuk mengawasi kinerja birokrasi. Patut kepentingan publik tidak menjadi arus utama
rnenjadi perhatian semua pihak bahwa dalam reformasi birokrasi, berhubung
birokrasi merupakan kekuatan yang besar reformasi birokrasi tampaknya masih terbatas
sekali, dimana kegiatannya menyentuh pada persoalan internal birokrasi, masih
hampir setiap kehidupan warga negara. Maka cenderung sebagai proyek pemerintah, dan
kebijakan yang dibuat oleh birokrasi sangat belum menjadi gerakan sosial (Dwiyanto,
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan 2015: 106).
bermasyarakat dan bernegara, dikarenakan
warga yang hidup dalam suatu negara Metode (Methods)
terpaksa menerima kebijaksanaan yang telah Penelitian ini menggunakan pendekatan
dibuat oleh birokrasi. Selain itu, memang kualitatif dengan dimensi studi kasus dan
birokrasi merupakan garis terdepan yang paradigma naturalistik, dengan antara lain
berhubungan dengan pemberian pelayanan menggunakan teori Reinventing Government
umum kepada masyarakat (Muskamal, 2014). dari Osborne dan Gaebler (1992) maupun
Dengan ungkapan yang lain, reformasi teori Banishing Bureaucracy dari Osborne
birokrasi yang seharusnya dilakukan oleh dan Plastrik (1997). Penelitian dilakukan pada
pemerintah Indonesia adalah reformasi yang bulan Agustus 2015, dengan melakukan
dapat memberikan solusi secara menyeluruh wawancara mendalam, observasi, dan
dan terintegrasi terhadap semua persoalan penggunaan data sekunder, untuk
yang dihadapi birokrasi Indonesia yang mengungkap kasus pelaksanaan road map
cenderung semakin kompleks, seperti praktik reformasi birokrasi di Sekretariat Jenderal
korupsi yang semakin meluas, struktur MPR-RI pada periode 2010-2014.
birokrasi yang rigid, kompleks, dan Informan dari penelitian analisis
terfragmentasi, budaya kekuasaan yang pelaksanaan reformasi birokrasi pada
berlebihan, politisasi birokrasi yang semakin Sekretariat Jenderal MPR-RI ini meliputi (1)
meluas, kualitas aparatur yang buruk, serta kelompok penentu kebijakan reformasi
kualitas pelayanan yang buruk. Sehingga birokrasi, (2) kelompok pelaku reformasi
kebijakan reformasi yang hanya birokrasi, dan (3) kelompok pemangku
mengandalkan pada perbaikan remunerasi, kepentingan (stakeholders) reformasi
pembobotan jabatan, dan penataan organisasi, birokrasi. Dari kelompok penentu kebijakan
tentu tidak memadai untuk menjawab masalah reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal MPR-
birokrasi pemerintah di Indonesia, karena RI meliputi (1) Sekretaris Jenderal/Wakil
Indonesia membutuhkan kebijakan reformasi Sekretaris Jenderal MPR-RI, dan (2) Kepala
birokrasi yang visioner, holistik, dan koheren, Biro Administrasi dan Pengawasan Setjen
dan bukannya kebijakan reformasi birokrasi MPR-RI.
yang tambal sulam, berdurasi pendek, dan Dari kelompok pelaku reformasi birokrasi
tidak partisipatif (Dwiyanto, 2015: 105). terdiri (1) Sekretaris Jenderal/Wakil
Menurut Agus Dwiyanto, apa yang Sekretaris Jenderal MPR-RI, (2) para Kepala
termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Biro dan Kepala Pusat Pengkajian Setjen
Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi MPR-RI, (3) Kepala Bagian dan Kepala Sub
Birokrasi 2010-2025, perlu untuk ditinjau Bagian pada Biro Sekretariat Jenderal MPR-
kembali secara menyeluruh. Visi, sasaran, RI yang mengelola pelaksanaan reformasi

142
Habsul, Analisis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat Mikro…

birokrasi, dan (4) Staf maupun pegawai biasa Kedua, Kedua, Sekretariat Jenderal MPR-RI
Sekretariat Jenderal MPR-RI. dalam pelaksanaan program Penataan
Sedangkan dari kelompok pemangku Peraturan Perundang-undangan masih belum
kepentingan reformasi birokrasi terdiri berhasil melakukan identifikasi berbagai
Pimpinan (Ketua/Wakil Ketua) MPR-RI peraturan yang pernah diterbitkan di
dan/atau Pimpinan Fraksi dan Kelompok lingkungan Sekretariat Jenderal MPR-RI
Anggota MPR-RI, maupun Pimpinan Badan sebagai dasar untuk dilakukannya regulasi
MPR-RI, yang kesemuanya dalam kapasitas dan/atau deregulasi yang diperlukan.
jabatan sebagai pimpinan Alat Kelengkapan Meskipun Meskipun kegiatan pada road
MPR-RI maupun dalam kapasitas sebagai map program penataan peraturan perundang-
Anggota biasa MPR-RI. undangan pada reformasi birokrasi Sekretariat
Jenderal MPR-RI 2010-2014 telah tersusun
Hasil dan Pembahasan (Results and lebih rinci, akan tetapi pada pelaksanaannya
Discussion) ternyata masih belum optimal kinerjanya,
Pertama, Sekretariat Jenderal MPR-RI dikarenakan masih belum terkonsentrasinya
dalam pelaksanaan program Manajemen pelaksana tugas penataan regulasi, belum
Perubahan sudah berhasil membentuk Tim adanya unit pelaksana tugas evaluasi dan
Manajemen Perubahan sebagai bagian dari penyempurna berbagai regulasi, serta masih
Tim Reformasi Birokrasi, namun masih belum selesainya pembuatan Panduan
belum berhasil menyusun Strategi Pembuatan Peraturan.
Manajemen Perubahan dan Strategi Ketiga, Sekretariat Jenderal MPR-RI
Komunikasi. Selain itu, Sekretariat Jenderal dalam pelaksanaan program Penataan dan
MPR-RI juga masih belum berhasil Penguatan Organisasi selama periode tahun
membangun kesamaan persepsi, komitmen, 2010-2014 sudah berhasil melakukan
konsistensi, serta keterlibatan dari seluruh restrukturisasi organisasi Sekretariat Jenderal
tingkatan pegawai dalam pelaksanaan MPR-RI pada tahun 2013 dengan mengikuti
program dan kegiatan reformasi birokrasi. susunan kelembagaan MPR-RI periode tahun
Pada roadmap program manajemen 2009-2014, meskipun kemudian organisasi
perubahan pada reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal MPR-RI terpaksa harus
Sekretariat Jenderal MPR-RI terdapat dilakukan penyesuaian lagi seiring dengan
penambahan butir-butir kegiatan yang tidak berubahnya susunan kelembagaan MPR-RI
terdapat pada road map program manajemen periode tahun 2014-2019, agar dapat lebih
perubahan reformasi birokrasi nasional, yakni tepat fungsi dan lebih tepat ukuran (right
(1) pembuatan Kode Etik Pegawai, (2) sizing) sehingga dapat mendorong percepatan
pelibatan pegawai dalam penyusunan rencana reformasi birokrasi.
strategis, tata kelola dan pelaksanaan berbagai Selain itu, Sekretariat Jenderal MPR-RI
program dan kegiatan, serta (3) pembudayaan juga sudah melakukan upaya penguatan unit
dialog, kerjasama tim dan keterbukaan kerja yang menangani organisasi, tatalaksana,
komunikasi. pelayanan publik, kepegawaian dan diklat,
Adanya penambahan tiga butir program meskipun masih perlu terus disempurnakan
tersebut, diduga, pada awalnya dimaksudkan lagi, agar mampu mendukung tercapainya
sebagai suatu kegiatan unggulan Sekretariat tujuan dan sasaran reformasi birokrasi.
Jenderal MPR-RI dalam program manajemen Sekretariat Jenderal MPR-RI memang
perubahan reformasi birokrasi, guna telah berhasil menyusun dokumen Rencana
meningkatkan kinerja pelaksanaan reformasi Strategis Sekretariat Jenderal MPR-RI 2010-
birokrasinya. Namun pada kenyataannya, 2014 pada akhir tahun 2009, bahkan sudah
dalam pelaksanaannya, ketiga butir kegiatan melakukan upaya revisi pada tahun 2011 dan
tersebut masih belum mampu menghasilkan tahun 2012. Sekretariat Jenderal MPR-RI juga
kinerja yang optimal, misalnya saja Kode Etik telah berhasil menyusun dokumen Rencana
Pegawai ternyata masih belum dapat selesai Operasional setiap unit kerja pada bulan
secara tuntas. Desember 2013. Bahkan pada bulan Maret

143
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

2014 juga sudah menyusun Rencana Strategis ini dengan menggunakan 8 (delapan)
Teknokratik sebagai dasar evaluasi, serta indikator keberhasilan, meliputi (1) indikator
menyusun Rencana Strategis 2015-2019. perencanaan kebutuhan pegawai sesuai
Keempat, Sekretariat Jenderal MPR-RI dengan kebutuhan organisasi, (2) indikator
dalam pelaksanaan program Penataan proses penerimaan pegawai secara transparan,
Tatalaksana telah berhasil menyusun Standar obyektif, akuntabel, dan bebas KKN, (3)
Operasional Prosedur (SOP) penyelenggaraan indikator pengembangan pegawai berbasis
tugas dan fungsi, serta telah mulai berupaya kompetensi, (4) indikator promosi jabatan
membangun e-government, meskipun masih secara terbuka, (5) indikator penetapan
harus terus dikembangkan kemanfaatannya kinerja individu, (6) indikator penegakan
lebih lanjut, agar mampu mendukung aturan disiplin pegawai atau kode etik
tercapainya tujuan dan sasaran reformasi pegawai atau kode perilaku pegawai, (7)
birokrasi. indikator pelaksanaan evaluasi jabatan, dan
Seyogyanya Sekretariat Jenderal MPR-RI (8) indikator sistem informasi kepegawaian.
juga mengikuti panduan pelaksanaan road Keenam, Sekretariat Jenderal MPR-RI
map program penataan tatalaksana pada dalam pelaksanaan program Penguatan
reformasi birokrasi nasional 2010-2014, Pengawasan telah berhasil menerapkan
dimana untuk mengukur pencapaian program Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
penataan tatalaksana ini digunakan indikator- (SPIP) dalam rangka peningkatan ketaatan,
indikator keberhasilan yang mencakup (1) efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas
indikator proses standar operasional prosedur dan fungsi para pegawai, sebagaimana
pelayanan publik, (2) indikator tertuang pada Laporan Pelaksanaan SPIP
pengembangan e-government, dan (3) Sekretariat Jenderal MPR-RI pada bulan
indikator keterbukaan informasi publik. Maret 2013. Selain itu, meskipun Sekretariat
Kelima, Sekretariat Jenderal MPR-RI Jenderal MPR-RI telah berhasil membentuk
dalam pelaksanaan program Penataan Sistem unit kerja Bagian Pengawasan pada tahun
Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur 2013, namun masih belum berhasil
selama periode tahun 2010-2014 telah meningkatkan peran Aparat Pengawas Intern
berhasil melakukan penataan sistem Pemerintah (APIP) dalam rangka quality
rekrutmen pegawai secara terbuka, assurance dan konsultasi, guna meningkatkan
transparan, dan akuntabel. Namun, selain itu, kualitas pertanggungjawaban pengelolaan
Sekretariat Jenderal MPR-RI masih belum keuangan negara.
berhasil menyusun Analisis Jabatan maupun Ketujuh, Sekretariat Jenderal MPR-RI
Evaluasi Jabatan, dan belum berhasil dalam pelaksanaan program Penguatan
melakukan evaluasi kinerja pegawai. Juga Akuntabilitas Kinerja telah menyusun
belum berhasil melakukan pemetaan profil Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2013
kompetensi individu pegawai berdasarkan yang terlihat pada Penetapan Kerja Awal
hasil tes asesmen, serta belum berhasil Tahun 2013 dan tertuang dalam Laporan
menyusun Standar Kompetensi Pegawai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
dalam rangka penyelenggaraan Diklat (LAKIP) Akhir Tahun 2013. Juga telah
Pegawai Berbasis Kompetensi. Sekretariat menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2014
Jenderal MPR-RI juga belum berhasil yang tertuang dalam Rencana Kinerja
mengembangkan sistem database pegawai Tahunan (RKT) Tahun 2014. Selain itu,
yang mutakhir dan akurat, karena selama ini Sekretariat Jenderal MPR-RI pada tahun 2014
baru berhasil melakukan pembaruan data juga telah berhasil menyusun Indikator
pegawai secara manual saja. Kinerja Utama (IKU), serta melakukan
Idealnya, Sekretariat Jenderal MPR-RI pengukuran pencapaian kinerja sesuai dengan
mampu mengukur pencapaian program IKU tersebut.
Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

144
Habsul, Analisis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat Mikro…

Kedelapan, Sekretariat Jenderal MPR-RI rendahnya perolehan nilai evaluasi reformasi


dalam pelaksanaan program Peningkatan birokrasi yang dilakukan oleh Kementerian
Kualitas Pelayanan Publik selama tahun Pendayagunaan Aparatur Negara dan
2010-2014 masih belum berhasil menyusun Reformasi Birokrasi.
dan menetapkan standar pelayanan publik, Sekretariat Jenderal MPR-RI dalam
sehingga akibatnya para pegawai belum melaksanakan langkah-langkah reformasi
memahami standar pelayanan yang harus birokrasinya secara umum terkesan masih
dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas timpang dan berjalan secara sektoral per unit
pelayanan publik yang lebih cepat, lebih kerja, dan belum terkoordinasi secara terpadu
murah, lebih aman, dan lebih mudah dalam pengelolaan dan pengendalian Tim
dijangkau. Selain itu, Sekretariat Jenderal Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal
MPR-RI juga masih belum berhasil MPR-RI, dimana ada unit kerja yang sudah
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melaksanaan amanat reformasi birokrasinya
penyelenggaraan pelayanan publik. dengan tepat waktu, namun ada pula unit
Kesembilan, Sekretariat Jenderal MPR-RI kerja yang masih terkesan melakukan amanat
dalam pelaksanaan program Monitoring, reformasi birokrasinya dengan setengah hati.
Evaluasi, dan Pelaporan telah berhasil Selain itu, banyak dari pegawai Sekretariat
menyusun instrumen penilaian pelaksanaan Jenderal MPR-RI yang terkesan masih kurang
reformasi birokrasi di lingkungan Sekretariat "greget" (atau kurang bersemangat) dalam
Jenderal MPR-RI, dan telah berhasil upaya melaksanakan langkah-langkah
menyusun contoh format laporan pelaksanaan reformasi birokrasi di Sekretariat Jenderal
reformasi birokrasi, serta telah melakukan MPR-RI. Juga terkesan masih belum terwujud
sosialisasi kegiatan monitoring reformasi adanya kesamaan persepsi dan pemahaman di
birokrasi. Selain itu, Sekretariat Jenderal antara para pegawai Sekretariat Jenderal
MPR-RI juga telah berhasil menyusun MPR-RI tentang pentingnya pelaksanaan
laporan evaluasi tahunan pelaksanaan reformasi birokrasi di Sekretariat Jenderal
reformasi birokrasi berdasarkan laporan- MPR-RI. Atau, dengan kata lain, masih
laporan monitoring pelaksanaan reformasi belum meratanya tingkat kepedulian para
birokrasi yang telah terkumpul, dan telah pegawai Sekretariat Jenderal MPR-RI
dibahas dalam rapat evaluasi dengan Tim terhadap kesuksesan program-program
Kelompok Kerja yang terkait. Namun reformasi birokrasi di Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal MPR-RI masih belum MPR-RI.
berhasil menyusun pelaporan menyeluruh Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan
pelaksanaan reformasi birokrasi yang menurut reformasi birokrasi yang benar-benar
jadwal seharusnya dilakukan pada semester berkualitas di lingkungan Sekretariat Jenderal
kedua tahun 2014. MPR-RI, dalam arti mampu memperoleh nilai
evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang
Simpulan dan Saran (Conclusion and relatif tinggi, yang pada giliran selanjutnya
Suggestion mampu pula memberikan tunjangan kinerja
Meskipun Sekretariat Jenderal MPR-RI reformasi birokrasi yang relatif tinggi kepada
telah melaksanakan langkah-langkah para pegawainya, maka Sekretariat Jenderal
reformasi birokrasi, namun dalam MPR-RI hendaknya dapat melakukan
pelaksanaannya masih belum sepenuhnya langkah-langkah berikut ini.
mengimplementasikan acuan-acuan reformasi Pertama, Sekretariat Jenderal MPR-RI
birokrasi yang disarankan dari Kementerian melalui Tim Reformasi Birokrasinya,
Pendayagunaan Aparatur Negara dan hendaknya dapat memilih dan menetapkan
Reformasi Birokrasi, terutama misalnya program quick wins reformasi birokrasi yang
Sekretariat Jenderal MPR-RI masih kurang benar-benar menjadi potensi keunggulan
jeli dalam pemilihan dan penetapan quick secara kelembagaan dari Sekretariat Jenderal
wins program reformasi birokrasinya, MPR-RI. Selanjutnya, manakala program
sehingga antara lain mengakibatkan masih quick wins reformasi birokrasi sudah

145
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

disepakati dan ditetapkan, hendaknya segala Denhardt, Janet V. & Denhardt, Robert B.
daya dan upaya dapat dikonsentrasikan untuk 2007. The New Public Service :
mampu melaksanakan program quick wins Serving, Not Steering (expanded
reformasi birokrasi tersebut secara "all out" edition). Armonk. New York: M.E.
dan sepenuh hati. Untuk itu, maka adanya Sharpe Inc.
tingkat kepedulian yang cukup tinggi dari Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2004.
kalangan Pimpinan Sekretariat Jenderal MPR- Kebijakan Publik : Formulasi,
RI sangat diperlukan, guna memberikan Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:
arahan dan dorongan motivasi bagi segenap PT. Elex Media Komputindo.
pegawai Sekretariat Jenderal MPR-RI, dalam
mewujudkan suksesnya program quick wins Dwiyanto, Agus. 2015. Reformasi Birokrasi
reformasi birokrasi tersebut. Dengan Konteksual : Kembali ke Jalur yang
terlaksananya program quick wins reformasi Benar. Cetakan Pertama. Jakarta:
birokrasi secara berkualitas dan tepat waktu, Kerjasama Lembaga Administrasi
diharapkan akan mampu menjadi momentum Negara (LAN) dan Gadjah Mada
awal kesuksesan pelaksanaan program- University Press.
program reformasi birokrasi lainnya, sehingga Dwiyanto, Agus, dkk. 2012. Reformasi
perolehan nilai evaluasi pelaksanaan Birokrasi Publik di Indonesia. Cetakan
reformasi birokrasi di lingkungan Sekretariat Keempat. Yogyakarta: Gadjah Mada
Jenderal MPR-RI dapat cukup tinggi. University Press.
Kedua, tingkat kepedulian dan tingkat
pemahaman seluruh pegawai Sekretariat Hermanto, Nailuredha. 2013. Reformasi
Jenderal MPR-RI terhadap pelaksanaan Birokrasi dan Birokrasi di Era
reformasi birokrasi hendaknya dapat secara Reformasi. Padang: Universitas Negeri
terus menerus selalu ditingkatkan, baik Padang.
melalui kegiatan kursus ataupun diklat yang Istianto, Bambang. 2013. Demokratisasi
disertai dengan kegiatan simulasi, terutama Birokrasi. Edisi 2. Jakarta: Kerjasama
dalam memahami beberapa panduan/pedoman STIAMI Jakarta dengan Mitra Wacana
pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah Media.
diterbitkan oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Komarudin. 2014. Reformasi Birokrasi dan
Ketiga, perlu dibuat standar operasional Pelayanan Publik. Cetakan Pertama.
prosedur (SOP) tentang pedoman pelaksanaan Bandung: Genesindo.
reformasi birokrasi pada masing-masing Mustafa, Delly. 2014. Birokrasi
program reformasi birokrasi terkait untuk Pemerintahan. Cetakan Kedua, Edisi
dilaksanakan pada masing-masing unit kerja Revisi. Bandung: Alfabeta.
terkait pada Sekretariat Jenderal MPR-RI.
Nugroho, Riant. 2013. Change Management
Adanya standar operasional prosedur (SOP)
Untuk Birokrasi : Strategi Revitalisasi
pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut
Birokrasi. Jakarta: Elex Media
dimaksudkan dan diharapkan dapat
Komputindo.
memberikan kepastian langkah reformasi
birokrasi yang dilakukan oleh masing-masing Osborne, David & Plastrik, Peter. 1997.
unit kerja, sesuai dengan pedoman reformasi Banishing Bureaucracy : the Five
birokrasi yang ada. Strategies for Reinventing Government.
California: Addison-Wesley Publishing
DAFTAR PUSTAKA Company, Inc.
Caiden, Gerald E. 1991. Administrative Osborne, David & Plastrik, Peter. 2004.
Reform Comes of Age. Berlin: Walter Memangkas Birokrasi : Lima Strategi
de Gruyer & Co. Menuju Pemerintahan Wirausaha
146
Habsul, Analisis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tingkat Mikro…

(terjemahan). Jakarta: Pustaka Binaman 2014, Jakarta: Masyarakat Ilmu


Pressindo. Pemerintahan Indonesia.
Osborne, David & Gaebler, Ted. 1996. Muskamal. 2014. Aktualitas Konsep
Mewirausahakan Birokrasi : Birokrasi Dalam Menjawab Tantangan
Mentransformasikan Semangat Reformasi Birokrasi di Indonesia.
Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik PKP2A II. Makassar: Lembaga
(terjemahan). Jakarta: Pustaka Binaman Administrasi Negara.
Pressindo. Dokumen :
Osborne, David & Gaebler, Ted. 1992. Direktorat Evaluasi Kinerja Pembangunan
Reinventing Government : How the Sektoral, Kementerian Perencanaan
Entrepreneurial Spirit is Transforming Pembangunan Nasional/Badan
the Public Sector. New York: Penguin Perencanaan Pembangunan Nasional.
Book Ltd. 2013. Laporan Akhir Evaluasi
Pramusinto, Agus, dan Purwanto, Erwan Kebijakan Reformasi Birokrasi. Jakarta:
Agus. 2009. Reformasi Birokrasi, Kementerian Perencanaan
Kepemimpinan dan Pelayanan Publik. Pembangunan Nasional/Badan
Yogyakarta: Gava Media. Perencanaan Pembangunan Nasional.
Sedarmayanti. 2013. Reformasi Administrasi Jurnal Ilmu Pemerintahan. 2014, Edisi 45.
Publik, Reformasi Birokrasi, dan Reformasi Birokrasi. Jakarta:
Kepemimpinan Masa Depan : Masyarakat Ilmu Pengetahuan
Mewujudkan Pelayanan Prima dan Indonesia.
Kepemerintahan Yang Baik. Cetakan Peraturan Perundang-undangan :
Ketiga. Bandung: Refika Aditama.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Shafritz, Jay M, Russel, E.W., and Borick, Indonesia Tahun 1945.
Christopher P. 2010. Introduction
Public Administration. Pearson Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
International Edition. Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 tentang Pokok-pokok Reformasi
Shafritz, Jay M, and Hyde, Albert C. 1997. Birokrasi Pembangunan Dalam Rangka
Classics of Public Administration. Penyelamatan dan Normalisasi
Cengage Learning US Kehidupan Nasional.
Sinambela, Poltak Lijan. 2010. Reformasi Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Pelayanan Publik : Teori, Kebijakan, Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
dan Implementasi. Jakarta: Bumi 1998 tentang Penyelenggaraan Negara
Aksara.
Yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Thoha, Miftah. 2009. Birokrasi Pemerintahan Kolusi, dan Nepotisme.
Indonesia di Era Reformasi. Jakarta: Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Kencana Prenada Media Group. Republik Indonesa Nomor 7 Tahun
Yin, Robert K. 2014. Studi Kasus : Desain 2001 tentang Visi Indonesia Masa
dan Metode. Cetakan ke-13. Jakarta: Depan.
Raja Grafindo Persada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Artikel : Tahun 2001 tentang Visi Indonesia
Masa Depan.
Hamidi, Muchlis, dan Khairi, Halilul. 2014.
Reformasi Birokrasi : Menuju Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Peningkatan Pelayanan Publik, dalam 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Edisi Perencanaan Pembangungan Nasional.
Reformasi Birokrasi, Edisi 45 Tahun

147
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Keputusan Presiden Republik Indonesia


17 Tahun 2007 tentang Rencana Nomor 49 Tahun 1999 tentang
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Organisasi Sekretariat Jenderal Majelis
Tahun 2005-2025. Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Keputusan Presiden Republik Indonesia
Republik Indonesia. Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
2010 tentang Pembentukan Komite
Publik.
Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional.
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara.
Negara dan Reformasi Birokrasi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
17 Tahun 2014 tentang Majelis 2010 tentang Road Map Reformasi
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Birokrasi 2010-2014.
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Negara dan Reformasi Birokrasi
Daerah.
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2014 tentang Pedoman Evaluasi
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Reformasi Birokrasi Instansi
Administrasi Pemerintahan. Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Elektronik :
42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Arisman. Tanpa Keterangan Tahun.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
Reformasi Birokrasi dan Reinventing
tentang Majelis Permusyawaratan
Government : Upaya Peningkatan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Kualitas Pelayanan Publik. Makalah
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
selaku Fungsional Widyaiswara
Perwakilan Rakyat Daerah.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Peraturan Presiden Republik Indonesia Manusia. Jakarta:
Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand http://www.academia.edu/8757109/Mak
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. alah_Reformasi_Birokrasi

148

You might also like