You are on page 1of 6

“HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

Oleh :

Riska Arianti, S.IP.,M.H

PROGRAM SARJANAILMU HUKUM

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN

BANTEN
Materi 6. Selasa, 22 Desember 2020

~ INSTRUMEN PEMERINTAHAN ~

1. Pengertian Instrumen Pemerintahan

Instrumen Pemerintahan adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan oleh pemerintah atau
administrasi negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

~ Menurut H.D. van Wijk/Willem Knijnenbelt mengatakan mengenai Struktur Norma Hukum
Administrasi Negara, adalah “Hukum Materil mengatur perbuatan manusia. Peraturan, norma di
dalam hukum administrasi negara memiliki struktur yang berbeda dibandingkan dengan struktur
norma dalam hukum perdata dan pidana. Dalam hukum perdata atau pidana, kita menemukan
secara langsung norma mengenai (apa yang diatur dalam hukum tertulis) dalam undang-undang.
Dalam hukum administrasi negara struktur norma ditemukan pada berbagai tempat dan dalam dua
atau lebih tingkatan, di sana kita harus menemukan norma pada tingkatan-tingkatan peraturan
hukum itu”.

~ Menurut Indroharto, dalam suasana hukum tata usaha negara itu kita menghadapi bertingkat-
tingkatnya norma-norma hukum yang harus kita perhatikan. Artinya, peraturan hukum yang harus
diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-
peraturan dan keputusan-keputusan tata usaha negara yang satu dengan yang lain saling berkaitan.

~ Menurut Philipus M. Hadjon, terdapat empat macam sifat norma hukum, yaitu :
1. Norma umum abstrak, misalnya undang-undang;
2. Norma individual konkret, misalnya keputusan tata usaha negara;
3. Norma umum konkret, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di tempat tertentu
(rambu itu berlaku bagi semua pemakai jalan namun hanya berlaku untuk tempat itu;
4. Norma individual abstrak, misalnya izin gangguan.

2. Peraturan Peundang-undangan

~ Peraturan merupakan hukum yang in abstracto atau general norm yang sifatnya mengikat
umum (berlaku umum) dan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang bersifat umum (general).
Secara teoritis, istilah “Perundang-undangan” (legislation, wetgeving atau gesetzgebung)
mempunyai dua pengertian, yaitu :

1. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-


peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;
2. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan
peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

~ Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Peraturan perundang-undangan bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian


merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas;
2. Peraturan perundang-undangan bersifat universal, ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-
peristiwa yang akan datang yang belum jelas bentuk konkretnya. Oleh karena itu, ia tidak
dapat dirumuskan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja;
3. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya sendiri. Pencantuman
klausul yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan kembali.

~ Berdasarkan penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Peraturan Perundang-undangan adalah semua peraturan yang bersifat mengikat secara
umum yang dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah, baik di tingkat
pusat maupun di tingkat daerah, serta semua keputusan badan atau pejabat tata usaha negara, baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, yang juga mengikat umum.

~ Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, yang dimaksud dengan peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.

~ Ciri-ciri Peraturan Perundang-undangan yang bersifat umum abstrak, antara lain :

1. Waktu (tidak hanya berlaku pada saat tertentu)


2. Tempat (tidak hanya berlaku pada tempat tertentu)
3. Orang (tidak hanya berlaku pada orang tertentu)
4. Fakta hukum (tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk berbagai fakta
hukum yang dapat berulang-ulang, dengan kata lain untuk perbuatan yang berulang-ulang)
Materi 7. Selasa, 12 Januari 2012

~ ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG LAYAK~

Menurut Jazim Hamidi, Pengertian Asas-asas Umum Pemerintahan yang Layak (UUAPL) adalah :

1. AAUPL merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan hukum
administrasi negara;
2. AAUPL berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan
fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai tindakan administrasi
negara (yang berwujud penetapan /beschikking) dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi
pihak penggugat;
3. Sebagian besar dari AAUPL masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis, masih abstrak
dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat;
4. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar dalam berbagai
peraturan hukum positif. Meskipun sebagian dari asas itu berubah menjadi kaidah hukum
tertulis, sifatnya tetap sebagai asas hukum.

~ Kedudukan AAUPL dalam dalam sistem hukum, menurut H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt,
adalah organ-organ pemerintahan yang menerima yang menerima wewenang untuk melakukan
tindakan tertentu, menjalankan tindakannya tidak hanya terikat pada peraturan perundang-undangan
dan hukum tertulis, di samping itu organ-organ pemerintahan harus memerhatikan hukum tidak
tertulis, yaitu asas-asas umum pemerintahan yang layak.

Materi 8. Selasa, 26 Januari 2021

~PERLINDUNGAN HUKUM DALAM HUKUM


ADMINISTRASI NEGARA~
Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar
kepentingan manusia terlindungi, hukum harus di laksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung
secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum.

~ Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep universal, dalam arti dianut dan ditetapkan oleh
setiap negara yang mengedepankan diri sebagai negara hukum.

Menurut Paulus E. Lotulung, bahwa masing-masing negara mempunyai cara dan mekanismenya
sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan hukum tersebut dan juga sampai seberapa jauh
perlindungan hukum itu diberikan.

~ Penguasa dapat dianggap melakukan Perbuatan Melawan Hukum karena melanggar hak subjektif
orang lain, apabila:

1. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hubungan hukum perdata serta
melanggar ketentuan dalam hukum tersebut;
2. Penguasa melakukan perbuatan yang bersumber pada hukum public serta melanggar
ketentuan kaidah hukum tersebut.

Materi 9. Selasa, 9 Februari 2021

~ PENEGAKAN HUKUM DALAM HUKUM ADMINISTRASI


NEGARA ~

Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau
konsep-konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide
tersebut menjadi kenyataan.

Menurut Soerjono Soekanto, mengatakn bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah /pandangan-pandangan nilai yang
mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan (sebagai “social engineering”), memelihara dan mempertahankan (sebagai “social
control”) kedamaian pergaulan hidup.

Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum , yaitu :
1. Faktor hukumnya sendiri;
2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan
hukum;
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
manusia di dalam pergaulan hidup.

Menurut Soerjono Soekanto, mengatakan bahwa agar hukum dapat berfungsi dengan baik
diperlukan keserasian dalam hubungan empat faktor, yakni :

1. Hukum atau Peraturan itu sendiri, kemungkinannya adalah bahwa terjadi


ketidakcocokan dalam peraturan perundang-undangan mengenai bidang kehidupan tertentu;
2. Mentalitas petugas yang menegakan hukum penegak hukum antara lain mencakup
hakim, polisi, jaksa, pembela, pertugas pemasyarakatan dan seterusnya;
3. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum;
4. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum dan perilaku warga masyarakat.

You might also like