You are on page 1of 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Laktasi dan Menyusui


2.1.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan paling sempurna untuk
bayi karena memiliki kandungan berbagai zat dan antibodi yang penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi yang menerima ASI secara
eksklusif telah terbukti lebih cerdas dan sulit terserang penyakit. Seiring
pertumbuhannya, asupan gizi yang dibutuhkan bayi bertambah dan saluran
cerna bayi semakin berkembang maka diperlukan makanan pendamping ASI
(MP – ASI) agar bayi bisa tumbuh dan berkembang secara maksimal
( Pramita dkk (2018) dalam Dewi Sartika dkk (2019)).
Air Susu Ibu adalah makanan ideal bagi bayi, menyediakan nutrisi yang
mereka butuhkan untuk perkembangan yang sehat dan memberikan antibodi
terhadap penyakit anak yang umum seperti diare dan pneumonia – dua
penyebab utama kematian anak di negara indonesia. Air susu ibu eksklusif
adalah pemberian air susu ibu kepada umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan
makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi ( pengobatan
penyakit). ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta
anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.
Keseimbangan zat – zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik
dan air susu memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.
Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari – sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel – sel otak dan perkembangan sistem syaraf
(Ika Tristanti,2018)

5
6

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Payudara


a. Anatomi Payudara

Gambar 2.1
Anatomi Payudara

Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan


subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis
mayor. Ukuran normal 10 - 12 cm dengan berat pada wanita hamil adalah
200 gram, pada wanita hamil aterm 400 – 600 gram dan pada masa
laktasi sekitar 600 – 800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan
bervariasi menurut aktifitas fungsionalnya. Payudara menjadi membesar
saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil stelah menopouse.
Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan
penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, yaitu : Korpus (Badan), Aerola,
Papilla atau Putting. Aerola mamae (kalang payudara) letaknya
7

mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh


penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini
tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang
corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila
kulitnya kehitaman maka warnanya akan lebih gelap.
Putting susu terletak setinggi intercosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan bervariasi
pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun
secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan
subkutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mamae. Corpus mamae
terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur
yang terdiri dari duktus laktiferus (Duktus), Duktulus (Duktuli), Lobus
dan Alveolus.
Ada 15 – 20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi
20 - 40 duktuli. Duktulus bercabang 10 – 100 alveolus dan masing-
masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga
seperti sebuah pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada
putting susu akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus
laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar
membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya
duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,
tapi duktulus yang perlahan selanjutnya disusun pada sekelompok
alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel
kelenjar yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang berfungsi
memeras air susu keluar dari alveoli ( Yayuk & Putu Mastiningsih,2019)

b. Fisiologi Payudara
8

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meingkat tetapi


ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen
yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen
dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan
dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih
dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi yaitu reflek prolaktin dan reflek aliran
timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan bayi.
1). Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent
dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anteriot
untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi
air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi,
intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
2). Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga
memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkonsetraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down
adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.
Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. (Elizabeth dkk, 2015)

2.1.3. Manfaat Air Susu Ibu (ASI)


9

Menurut Yayuk & Putu Mastiningsih (2019) manfaat dari air susu ibu
(ASI), yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Bayi
1). Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik
2). Mengandung Antibodi
3). ASI mengandung komposisi yang tepat
4). Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara
ibu dan bayi
5). Terhindar dari alergi
6). ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
7). Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
b. Bagi Ibu
1). Aspek Kontrasepsi
2). Aspek Kesehatan Ibu
3). Aspek Penurunan Berat Badan
4). Aspek Psikologis
c. Bagi Keluarga
1). Aspek Ekonomi
2). Aspek Psikologi
3). Aspek Kemudahan
d. Bagi Negara
1). Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2). Menghemat devisa negara
3). Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
4). Meningkatkan kualitas generasi penerus

2.1.4. Komposisi Gizi Dalam ASI


Menurut Yayuk & Putu Mastiningsih (2019), Komposisi ASI dibedakan
menjadi 3 macam menurut waktunya, yaitu :
a. Kolostrum
Adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari-hari pertama
kelahiran bayi, kolostrum lebih kental berwarna kekuning-kuningan,
10

karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum


juga mengandung zat-zat gizi yang pas untuk bayi antara lain Protein
8,5%, Lemak 2,5%, sedikit Karbohidrat 3,5%, Garam dan Mineral 0,4%,
Air 85,1%, Antibodi serta kandungan Imunoglobulin lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah
terserang diare.
Sekresi kolostrum hanya berlangsung sekitar 5 hari, diakibatkan oleh
hilangnya estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba
menyebabkan laktogenik prolaktin memegang peranan tiba-tiba dalam
memproduksi air susu.
b. ASI Masa Transisi
ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana
pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini, terjadi
peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya penurunan
komposisi protein Akibat adanya penurunan komposisi protein ini
diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makannanya.
c. ASI Matur
ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar
karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewati masa
transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI relatif
stabil.

2.2 Puting Susu Lecet


2.2.1 Pengertian

Puting susu lecet adalah suatu keadaan atau hal buruk yang dialami oleh
ibu nifas yang sedang dalam proses menyusui dimana puting susu mengalami
suatu kelecetan atau mengalami luka. (Iskandar & Margirahayu, 2015)

Puting susu lecet merupakan keadaan dimana terjadi lecet pada puting
susu yang ditandai dengan nyeri, retak, dan pembentukan celah-celah pada
puting susu. (Risneni, 2015)
11

Putting susu lecet adalah keadaan putting susu yang luka sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan bahkan putting susu lecet akan mengeluarkan

Darah. (Ulfa & Tisnawati, 2016)


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Puting susu lecet adalah
suatu keadaan yang dialami oleh ibu nifas dimana terjadi lecet atau luka pada
puting yang ditandai dengan nyeri, retak, dan pembentukan celah-celah pada
puting susu.

2.2.2 Etiologi
Biasanya karena hisapan bayi tidak benar sehingga mencederai puting.
Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang
disebabkan oleh monila yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular
pada puting susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion,
krim, alkohol, bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue) sehingga sulit
menghisap sampai aerola dan hanya sampai puting dan cara menghentikan
menyusu kurang hati-hati. (Evayanti, 2019)
Menurut Astutik (2014), penyebab puting susu lecet antara lain adalah :
a. Posisi dan kelekatan bayi yang buruk pada payudara
b. Adanya pembengkakan sehingga pelekatan terganggu
c. Penyebab fisiologis, misal bayi dengan lidah pendek atau ankiloglosia
(adanya malformasi yang membatasi pergerakan lidah), palatum tinggi,
atau ketidak sesuaian antara ukuran puting ibu dengan mulut bayi.
d. Menarik bayi dari payudara tanpa melonggarkan kuncian mulut bayi pada
payudara ibu.
e. Penggunaan zat yang dapat memicu reaksi kulit misalnya sabun, produk
mandi yang diberi pengharum, spray antiseptic.
f. Infeksi sariawan.

2.2.3 Manifestasi Klinis


Menurut Astutik (2014), tanda dan gejala puting susu lecet pada ibu post
partum adalah :
a. Kulit merah
12

b. Berkilat
c. Kadang gatal
d. Terasa sakit yang menetap
e. Kulit kering bersisik/retak
f. Terasa nyeri di sekitar puting

2.2.4 Cara Penanganannya


Menurut Astutik (2014), cara penanganan puting susu lecet pada ibu
nifas adalah :
a. Cari penyebab puting lecet (posisi menyusu salah, candidates atau
dermatitis)
b. Ibu dapat terus memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu sakit
c. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain
d. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu kurang
lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar
2x24 jam
e. Selama puting susu di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
f. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit
untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya sembuh

g. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

2.3 Teknik Menyusui Yang Benar


2.3.1. Pengertian

Teknik menyusui yang benar ialah bayi menghisap secara naluriah akan
tetapi pada awalnya mungkin dia mengalami kesulitan menemukan puting
ibunya. Cara menolong yang paling mudah adalah dengan menempelkan
pipinya ke payudara. Kemudian masukkan puting ke mulut bayi. Pastikan
13

bayi menghisap seluruh area gelap dari payudara (areola) dan bukan hanya
putingnya saja (Kristiyannasari (2017) dalam Yusuf (2019))

Cara menyusui yang benar dengan hisapan bayi yang kuat sampai seluruh
bagian besar kalang payudara merangsang puting susu dan ujung syaraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. (Soetijiningsih (2013)
dalam Evayanti (2019)

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi (2004) dalam
Ratih (2019)).

2.3.2. Manfaat teknik menyusui yang benar


a. Mencegah terjadinya masalah pada ibu menyusui
b. Meningkatkan kemampuan ibu dalam memelihara dan meningkatkan
produksi ASI bagi buah hatinya
c. Memberikan kebahagiaan tersendiri bagi ibu
(Juliani (2017) & Evayanti (2019))

2.3.3. Cara Menyusui Yang Benar


Menurut Matiningsih (2019), cara menyusui yang benar adalah sebagai
berikut :
a. Duduk dengan posisi santai, tegak lurus, punggung menyandar, dan kaki
menapak dilantai
b. Sebelum meyusu ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan pada puting
dan areola
c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi
d. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada siku dan
bokong bayi pada lengan
e. Satu lengan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan
f. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
g. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
h. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
14

i. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari serta ibu jari
menekan payudara bagian atas areola
j. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh pipi
bayi dengan puting susu
k. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
kepayudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan kemulut bayi
l. Melepas isapan bayi
Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting dan areola
m. Menyendawakan bayi

2.3.4. Standar Operasional Prosedur Teknik Menyusui Yang Benar

Tabel 2.1
Standar Operasiona Prosedur Teknik Menyusui Yang Benar

Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI


Pengertian kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan
benar

Tujuan Untuk mengatasi lecet pada puting susu ibu post partum

Petugas Perawat & Peneliti

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam

2. Jelaskan tujuan prosedur tindakan yang akan dilakukan


Prosedur
3. Tanyakan keluhan utama dan beri kesempatan klien untuk
bertanya

4. Mencuci tangan

Tahap Kerja
15

5. Memakai handscoon

6. Menjaga privacy

7. Ibu duduk dengan santai dan nyaman, Posisi punggung


bersandar (tegak)sejajar punggung kursi

8. Bayi dipegang dengan satu lengan, Kepala terletak pada


lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.

9. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan


meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu
didepan, Kepala bayi menghadap ke payudara

10. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada


garis lurus

11. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting
susu atau areola

12. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut


bayi sebelum menyusui

13. Setelah mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang


atau disangga lagi.

Tahap Terminasi

12. Evaluasi tindakan

13. Kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya

14. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam

Dokumentasi

You might also like