You are on page 1of 57

LAPORAN RESIDENSI

STRATEGI EDUKASI TENTANG PEMAHAMAN


ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH
UPTD PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI

Disusun Oleh:
Dr. Katmini., S.Kep.,Ners,.M.Kes, NIDN. 0701038704
Sonia Yasmin, NIM. 2051B1024

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA TAHUN
2021
LAPORAN RESIDENSI

STRATEGI EDUKASI TENTANG PEMAHAMAN


ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH
UPTD PUSKESMAS CAMPUREJO KOTA KEDIRI

Disusun Oleh:
Dr. Katmini., S.Kep.,Ners.,M.Kes, NIDN. 0701038704
Sonia Yasmin, NIM. 2051B1024

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA TAHUN
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul Kegiatan : Laporan Residensi Peminatan Promosi Kesehatan Strategi


Edukasi Tentang Pemahaman Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah
UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
2. Bidang Kegiatan : Pengabdian Masyarakat
3. Bidang Ilmu : Magister Kesehatan Masyarakat
4. Ketua Pelaksana :
a. Nama : Dr. Katmini, S.Kep.,NS.,M.Kes
b. NIK : 13.07.19.001
c. NIDN : 0701038704
5. Anggota Pelaksana Kegiatan :
a. Nama : Sonia Yasmin
b. NIM : 2051B1024
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan : UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
7. Waktu pelaksanaan : 15 Nopember – 11 Desember 2021
8. Dana Kegiatan: (min. Rp 3.000.000,-)
Menyetujui
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Ketua Pelaksana
Magister Kesehatan Masyarakat
Ka. Prodi

Dr. Katmini, S.Kep.,NS.,M.Kes


Ratna Wardani, S.Si., MM NIDN. 0701038704
NIDN. 0706127802

Kepala UPTD Puskesmas Campurejo Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


Kota Kediri Program Pascasarjana

dr. Purnanti Kipnandari


NIP.19640821 200212 2001 Bd.Eri Puji Kumalasari, SST.,S.Keb., M.Kes.
NIDN. 0721028903
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Program Pascasarjana
Direktur

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0706077601

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul Kegiatan : Laporan Residensi Peminatan Promosi Kesehatan Strategi


Edukasi Tentang Pemahaman Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah
UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
2. Bidang Kegiatan : Pengabdian Masyarakat
3. Bidang Ilmu : Magister Kesehatan Masyarakat
4. Ketua Pelaksana :
a. Nama : Dr. Katmini, S.Kep.,NS.,M.Kes
b. NIK : 13.07.19.001
c. NIDN : 0701038704
5. Anggota Pelaksana Kegiatan :
a. Nama : Sonia Yasmin
b. NIM : 2051B1024
6. Tempat Pelaksanaan Kegiatan : UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
7. Waktu pelaksanaan : 15 Nopember – 11 Desember 2021
8. Dana Kegiatan: (min. Rp 3.000.000,-)
Menyetujui
Pembimbing Lahan Ketua Pelaksana

Ira Wahyuningtyas.,Amd.Keb Dr. Katmini, S.Kep.,NS.,M.Kes


NIP.19870130 201001 2 009 NIDN. 0701038704

Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Magister Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana
Ka. Prodi

Ratna Wardani, S.Si., MM


Bd.Eri Puji Kumalasari, SST.,S.Keb., M.Kes.
NIDN. 0706127802
NIDN. 0721028903

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat- Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga laporan residensi

ini yang berjudul “Strategi Edukasi Tentang Pemahaman ASI Eksklusif Pada Ibu

Menyusui di Wilayah UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri” dapat

terselesaikan dengan baik. Tujuan laporan residensi ini adalah memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat pada

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat di Institut Ilmu Kesehatan

Strada Indonesia. Dengan dilakukannya residensi ini diharapkan hasil yang

dicapai dengan segala masalah dan hambatannya dapat digunakan untuk

memberikan informasi dan langkah kebijakan yang bisa diambil oleh Puskesmas

Campurejo Kota Kediri dalam meningkatkan pelayanan.

Dalam penyusunannya, penulis banyak mendapatkan bimbingan

dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. dr. Imam Sentot Suprapto, MM, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Strada Indonesia.

2. Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Direktur Pascasarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.

3. Ratna Wardani, S.Si.,MM, selaku Ketua Program Studi Pascasarjana

Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia.

iv
4. Dr. Katmini.,S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku pembimbing residensi Program

Studi Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan

Strada Indonesia.

5. Semua dosen dan staf Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia yang

telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusun laporan residensi

ini.

6. Semua pihak yang membantu penyelesaian laporan residensi ini.

Laporan residensi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan

laporan residensi ini. Harapan penulis semoga laporan residensi ini dapat

memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi pembaca.

Kediri, 15 Desember 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Residensi .................................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep ASI Eksklusif .......................................................................... 7
2.2 Konsep Edukasi Kesehatan .................................................................. 13
2.3 Konsep Penentuan Prioritas Masalah ................................................... 17
BAB III HASIL RESIDENSI
3.1 Kondisi Tempat Residensi ................................................................... 23
3.2 Pengkajian ............................................................................................ 27
3.3 Perumusan Masalah ............................................................................. 30
3.4 Prioritas Masalah .................................................................................. 30
3.5 Rencana Intervensi ............................................................................... 32
3.6 Implementasi ........................................................................................ 33
3.7 Evaluasi ................................................................................................ 42
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 43
4.2 Saran ..................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 45
DOKUMENTASI ......................................................................................................... 49

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi dan tidak

menerima makanan tambahan lainnya selama enam bulan pertama kelahiran

dan dilanjutkan sampai usia dua tahun. ASI eksklusif yang diberikan pada 6

bulan pertama dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada bayi

(Mardhiyah et al., 2018).

ASI eksklusif yaitu air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai

6 bulan tanpa ditambahkan dengan makanan lain seperti susu formula, jeruk,

madu, air teh, air putih, pisang, bubur susu, biskuit, dan lainnya. Bayi yang

diberikan ASI eksklusif dapat terhindar dari berbagai penyakit. Bayi yang

sakit diberikan ASI secara eksklusif dapat mempercepat proses

penyembuhan. ASI juga dapat membantu proses pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan. Bayi yang tidak diberikan ASI secara eksklusif

mempunyai IQ (Intellectual Quotient) yang lebih rendah, dibandingkan

dengan bayi yang diberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dikarenakan

didalam ASI terdapat berbagai macam nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam

pertumbuhan otak yaitu berupa taurin, laktosa, DHA, AA, Omega 3 dan

Omega 6 (Sarina, Amiruddin, Darlian, 2017).

Profil data kesehatan Indonesia pada tahun 2014 menunjukkan

pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% yang berarti hasil tersebut masih

1
2

dibawah target nasional yaitu sebesar 80%. Hasil capaian pemberian ASI

eksklusif masih rendah karena kesadaran masyarakat dalam mendorong

peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah (Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2018). Hasil penelitian menyatakan bahwa kegagalan dalam pemberian ASI

eksklusif karena tingkat pengetahuan ibu yang rendah dan rendahnya

pengetahuan ibu salah satu penyebabnya kurangnya informasi dari petugas

kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif dan ibu yang sudah

mengetahui pentingnya ASI eksklusif tetapi tidak diterapkan sehingga ibu

tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya (Wahyuningsih &

Machmudah, 2013).

Pengetahuan ini berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Ibu

yang mempunyai pengetahuan baik, maka ibu memberian ASI secara

eksklusif kepada bayinya dan sebaliknya pengetahuan ibu yang kurang dapat

dipengaruhi oleh promosi atau iklan produk susu formula yang berpengaruh

kepada ibu sehingga ibu lebih tertarik untuk membeli susu formula

dibandingkan memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya (Nurhasanah,

2019). Selain itu, dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang paling

besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Adanya dukungan

keluarga terutama suami maka akan berdampak pada peningkatan rasa

percaya diri atau motivasi dari ibu dalam menyusui. Motivasi seorang ibu

sangat menentukan dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Muklati

& Rokhaidah, 2020).


3

Penelitian Lestari menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

pengetahuan ibu dengan pemberian ASI secara eksklusif. Ibu dengan

pengetahuan baik mengenai ASI eksklusif, maka akan memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayinya sementara ibu dengan pengetahuan rendah

disebabkan karena dimana ibu telah memahami pentingnya ASI eksklusif

akan tetapi tidak menerapkannya sehingga ibu tidak memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayinya (Winarni, 2014). Penyebab lainnya dari kegagalan

pemberian ASI eksklusif yaitu pekerjaan seorang ibu. Ibu yang harus bekerja

setelah cuti dari melahirkan menyebabkan ibu tidak dapat memberikan ASI

secara eksklusif sehingga menggantinya dengan susu formula (Evi et al.,

2019)

Hubungan yang signifikan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif. Hal ini disebabkan karena ibu yang tidak bekerja akan dapat

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sedangkan ibu yang bekerja tidak

dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya karena keterbatasan

waktu ibu dalam menyusui. Ibu yang bekerja mengkibatkan produksi ASI

akan berkurang dan bayi akan menolak ASI sehingga memilih susu formula

(Ashar et al., 2008). Penelitian Fentahun menunjukkan adanya hubungan

yang signifikan status pekerjaan dengan pemberian ASI secara eksklusif hal

ini terjadi karena keterbatasan waktu cuti sehingga tidak memiliki waktu

dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.

Capaian ASI eksklusif pada 5 Puskesmas di Kota Kediri menunjukkan

capaian di masing-masing puskesmas. Pada tahun 2020 cakupan pemberian


4

ASI eksklusif yaitu Puskesmas Campurejo 40,0%, Puskesmas Tamanan

67,0%, Puskesmas Banjarmlati 61,0%, Puskesmas Bandar Kidul 31,0% dan

Puskesmas Lirboyo 59,0%. Hasil survey pendahuluan di Puskesmas

Campurejo pada bulan Oktober tahun 2021 menunjukkan bahwa pemberian

ASI eksklusif kepada bayi tergolong rendah yaitu 45%, hal ini disebabkan

oleh ibu bekerja sebesar 75%, status ekonomi sebesar 60% tergolong

menengah ke bawah serta pendidikan ibu yang tamatan SD sebesar 25% dan

tamatan SLTP sebesar 50%. Hasil tersebut didapatkan dari 20 responden.

Implementasi pelaksanaan ASI eksklusif diatas tidak akan maksimal

apabila tidak didukung dengan partisipasi ibu, keluarga dan masyarakat,

sehingga diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan pemahaman terkait asi

eksklusif. Oleh karena itu Puskesmas Campurejo perlu mencari solusi untuk

meningkatkan pemahaman terakit ASI eksklusif. Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut diatas, maka tujuan residensi ini adalah untuk mencari

strategi peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif, mengetahui variabel-

variabel yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta

untuk mengetahui strategi yang bisa diambil oleh Puskesmas Campurejo Kota

Kediri Jawa Timur.

1.2 Tujuan Residensi

1.2.1 Tujuan Umum

Secara umum residensi ini dilakukan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang mendukung strategi peningkatan pemahaman terakit ASI


5

eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di

Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa Timur.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung strategi peningkatan

pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat

terlaksana dengan menggunakan analisis Fishbone.

2. Mengidentifikasi mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung

strategi peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga

capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan menggunakan analisis

USG.

3. Mengidentifikasi mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung

strategi peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga

capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan menggunakan analisis

SWOT.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka diajukan

perumusan masalah residensi ini, yaitu: “Bagaimana faktor-faktor yang

mendukung strategi peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga

dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa

Timur?”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif

Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa

pemberian apapun kecuali vitamin, imunisasi, obat selama 6 bulan penuh.

Selanjutnya pemberian ASI ekslusif dapat diberikan dengan pendamping

makanan, pemberian ASI sendiri dapat hingga usia bayi anda berusia 2

tahun (Utami, 2014).

ASI ekslusif adalah intervensi yang efektik untuk mencegah

kematian anak sedangkan menurut survei yang ditemukan kesadaran akan

pemberian ASI semakin berkurang. Bahkan masyarakat masih khawatir

apabila yang diberikan pada bayi tidak mengenyangkan sehingga

pemberian ASI ditambah dengan susu formula ataupun air putih bahkan

pemberian makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan. Jelas saja ini

merupakan kesalahan karena pemberian ASI ekslusif tidak seperti itu

(Cahyani, 2014).

Pemberian ASI ekslusif didukung oleh UNICEF untuk

meningkatkan kesadaran ibu menyusui. Kebutuhan nutrisi yang

terkandung di dalam ASI sangat penting untuk tumbuh kembang bayi.

Dukungan dari pemerintah untuk melarang promosi pengganti ASI di

fasilitas kesehatan akan membantu dalam pemberian ASI ekslusif. Begitu

6
7

pula pada ibu menyusui yang memiliki tanggung jawab sebagai wanita

karir. Anda dapat menggunakan waktu senggang untuk memompa ASI dan

tetap memberikan ASI ekslusif pada bayi (Nadhiroh & Ni‟mah, 2015).

2.1.2 Tujuan ASI Eksklusif

Untuk Bayi antara lain mendapatkan faedah manfaat asi antara lain

adalah sang bayi dapat membantu memulai kehidupannya dengan

baik,mengandung antibodi, asi mengandung komposisi yang tepat,

mengurangi kejadian karies dentis, memberikan rasa aman dan nyaman

pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi , asi

meningkatkan kecerdasan bayi, membantu perkembangan rahang dan

merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap mulut bayi

pada payudara ibu (Heryanto, 2017).

Untuk sang ibu menyusui akan mendapatkan manfaat dan faedahnya

antara lain adalah bisa sebagai kontrasepsi, meningkatkan aspek kesehatan

ibu, membantu dalam hal penurunan berat badan, aspek psikologi yang

akan memberikan dampak positif kepada para ibu menyusui air susu ibu

sendiri.

1. Manfaat ASI

a. ASI memberikan manfaat pada bayi karena mudah dicerna apabila

ketika pencernaannya belum begitu sempurna (dibawah usia 6

bulan).

b. ASI dapat menyempurnakan tumbuh kembang bayi anda.Bahkan

ASI dapat membuat bayi sehat dan juga cerdas


8

c. ASI dapat menjadi antibodi alami tubuh bayi terutama yang

berhubungan dengan penyakit infeksi.

d. ASI akan selalu ada pada suhu yang tepat sehingga tidak perlu

dikhawatirkan akan membuat bayi terlalu panas atau dingin

e. Bahkan komposisi dan volume ASI akan disesuaikan dengan

kebutuhan bayi. Anda tidak perlu khawatir akan berkurang sampai

6 bulan

f. Pada sistem pencernaan bayi sampai dengan 6 bulan. ASI

merupakan makanan dan minuman yang tepat unuk bayi tanpa

harus diberikan makanan atau cairan tambahan.

g. Frekuensi bayi menyusu akan terganggu apabila diberikan

minuman ataupun makanan selain ASI. Sehingga usahakan tetap

memberikan ASI.

h. Sistem kekebalan tubuh bayi lebih kuat. Air susu ibu mengandung

zat antibodi yang bisa membantunya melawan segala bakteri dan

virus. Risiko terserang penyakit seperti diare, infeksi telinga,

infeksi saluran pernapasan, konstipasi, berkembang menjadi

pengidap diabetes tipe 2, atau meningitis lebih rendah ketimbang

bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif. Antibodi dari ibu juga

melindungi bayi dari serangan asma, alergi, dan eksim.

i. Berat badan ideal. Si Kecil lebih mungkin tumbuh dengan bobot

tubuh normal jika diberi ASI eksklusif. Para ahli mengemukakan

bahwa ASI mengandung lebih sedikit insulin ketimbang susu


9

formula, sedangkan insulin dapat memicu pembentukan lemak.

Maka ASI tidak banyak memicu pembentukan lemak pada bayi.

Selain itu, bayi juga akan memiliki leptin (hormon yang memiliki

peranan penting dalam mengatur nafsu makan dan metabolisme

lemak) lebih banyak.

j. Tulang bayi lebih kuat. Bayi yang diberi susu selama tiga bulan

atau lebih memiliki tulang leher dan tulang belakang lebih kuat

dibanding yang diberikan ASI kurang dari tiga bulan atau tidak

sama sekali.

k. Mendapat limpahan kolesterol. Pada orang dewasa, kolesterol

merupakan asupan yang tidak baik. Namun itu tidak berlaku pada

bayi. Kolesterol sangat dibutuhkan bayi guna menunjang tumbuh

kembangnya dan zat ini banyak ditemukan pada ASI.

l. Mengurangi risiko terjadinya sindrom kematian bayi mendadak

saat dia tidur.

m. Hubungan ibu dan anak lebih kuat. Saat menyusui, ibu akan

bersentuhan dengan kulit bayi dan saling bertatap-tatapan. Hal ini

bisa memperkuat hubungan ibu dengan bayinya.

n. Tubuh lebih cepat langsing. Kalori yang terpakai saat menyusui

bisa mencapai 500 kalori per harinya.

o. KB alami. Ovulasi bisa terhambat ketika ibu memberikan ASI

eksklusif. Untuk mendapatkan manfaatnya, ibu disarankan untuk

siap menyusuinya kapanpun ketika dia membutuhkan.


10

p. Stres berkurang. Menyusui bisa merangsang produksi hormon

oksitoksin yang bisa memuat ibu terasa rileks.

q. Mengurangi perdarahan. Hormon oksitoksin yang keluar saat

menyusui juga dapat membantu rahim berkontraksi. Hal ini

mungkin bisa mengurangi perdarahan rahim usai persalinan,

sekaligus kembali ke bentuk rahim sebelum hamil.

r. Risiko terkena kanker menurun. Sebenarnya belum diketahui

dengan pasti mengapa menyusui bisa mengurangi risiko ibu

terkena kanker payudara dan ovarium. Namun menurut sejumlah

penelitian, semakin lama ibu menyusui, semakin ibu terlindungi

dari penyakit ini. Hal ini kemungkinan terjadi karena menyusui

bisa menekan produksi hormon estrogen.

s. Hemat uang. Selama memberikan ASI eksklusif, ibu tidak perlu

mengeluarkan uang untuk membeli susu formula. Hal ini bisa

menghemat pengeluaran bulanan rumah tangga.

2. Jenis ASI

a. ASI Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh

kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Cairan

sifatnya kental dan berwarna kekuningan karena mengandung beta

karoten dan dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Kolostrum berwarna

kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan

sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus


11

bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi

yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini

menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu pertama

sering defekasi dan feces berwarna hitam.

Kandungan tertinggi dalam Kolostrum adalah antibodi yang

siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat

lemah. Kandungan protein dalam Kolostrum lebih tinggi

dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis

protein globulin membuat konsistensi Kolostrum menjadi pekat

ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun

hanya mendapat sedikit kolostrum.

Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah

dibanding ASI matur. Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga

hari pertama masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan

kalori. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml

kolostrum. Mineral terutama natrium, kalium, dan klorida dalam

kolostrum lebih tinggi dibanding susu matur. Vitamin yang larut di

air lebih sedikit. Lemak kolostrum lebih banyak mengandung

kolestrol dan lisotin sehingga bayi sejak dini sudah terlatih

mengolah kolestrol. Kolestrol ini di dalam tubuh bayi membangun

enzim yang mencerna kolestrol. Karena adanya tripsin inhibitor,

hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal

ini sangat menguntungkan karena dapt melindungi bayi. Bila ada


12

protein asing yang masuk akan terhambat sehingga tidak

menimbulkan alergi. Kekebalan bayi bertambah dengan volume

kolostrum yang meningkat, akibat isapan bayi baru lahir secara

terus menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir

diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke payudara, agar bayi

dapat sesering mungkin menyusui.

b. ASI Peralihan

ASI peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari

kesepuluh. Komposisi ASI Peralihan memiliki protein makin

rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, dan

jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan

pemenuhan terhadap aktvitas bayi yang mulai aktif karena bayi

sudah beradaptasi terhadap lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran

ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu. Keluhan nyeri pada

payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu

ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam

makanan ibu.

c. ASI Matur

Air susu matur disekresi dari hari kesepuluh sampai

seterusnya. Air Susu Matur merupakan nutrisi yang terus berubah

disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan.

Air Susu Matur merupakan cairan yang berwarna kekuning-

kuningan yang diakibatkan warna garam dan kalsium caseinat,


13

riboflavin dan karoten. Air Susu Matur ini mengandung antibodi,

enzim, hormon dan memiliki sifat biokimia yang khas yaitu

kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus

2.2 Konsep Edukasi Kesehatan

2.2.1 Pengertian Edukasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) edukasi adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut (Fitriani, 2011), edukasi atau pendidikan merupakan pemberian

pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui pembelajaran, sehingga

seseorang atau kelompok orang yang mendaapat pendidikandapat

melakukan sesuai yang diharapkan pendidik, dari yang tidak tahu menjadi

tahu dan dari yang tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri menjadi

mandiri.

Menurut WHO (2008) Pendidikan kesehatan adalah proses

meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu maupun

masyarakat dengan membuat mereka peduli terhadap pola perilaku dan

pola hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan. Edukasi adalah suatu

proses usaha memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui

peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan, yang dilakukan dari,

oleh, dan masyarakat sesuai dengan faktor budaya setempat (Depkes RI,
14

2012 dalam (Efendi & Makhfudli, 2009)). Suatu konsep praktik

pendidikan dalam bidang kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Edukasi pada

hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan

kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya

pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik

(Notoatmodjo, 2012).

2.2.2 Tujuan Edukasi

Terdapat tiga tujuan utama dalam pemberian edukasi kesehatan agar

seseorang itu mampu untuk:

1. Menetapkan masalah dan kebutuhan yang mereka inginkan.

2. Memahami apa yang mereka bisa lakukan terhadap masalah kesehatan

dan menggunakan sumber daya yang ada.

3. Mengambil keputusan yang paling tepat untuk meningkatkan

kesehatan

2.2.3 Sasaran Edukasi

Menurut ada tiga sasaran yaitu:

1. Edukasi individu yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran

individu.

2. Edukasi pada kelompok yaitu edukasi yang diberikan itu dengan

sasaran kelompok.

3. Edukasi masyarakat yaitu edukasi yang diberikan dengan sasaran

masyarakat.
15

2.2.4 Metode Edukasi

Menurut Notoatmodjo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang

ingin dicapai, penggolongan metode edukasi yaitu:

1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Ada dua bentuk pendekatannya yaitu

bimbingan dan penyuluhan wawancara.

2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluhan berhubungan dengan sasaran secara kelompok.

Dalam penyampaian edukasi dengan metode ini kita perlu

mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal dari sasaran. Berdasarkan metode dan banyaknya

peserta, edukasi kelompok dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok besar dan kelompok kecil.

Kelompok besar yaitu sautu kelompok yang jumlah pesertanya

lebih dari 15 orang. Metode yang baik dalam kelompok ini adalah

ceramah dan seminar. Metode ceramah merupakan metode yang

disampaikan seorang pembicara didepan sebuah forum yang

dilakukan secara lisan sehingga kelompok sasaran dapat memperoleh


16

suatu informasi yang disampaikan. Sedangkan seminar merupakan

suatu kelompok yang dibuat untuk bersama-sama membahas suatu

permasalahan yang ingin diselesaikan yang dipimpin oleh seseorang

yang ahli dibidangnya.

3. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga

sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,

tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan

yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga

dapat ditangkap oleh massa.

a. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Edukasi

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pemberian

edukasi dapat mencapai sasaran yaitu :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin

mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

2) Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.


17

3) Adat istiadat

Masyarakat kita sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

4) Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan

oleh orang-orang yang sudah kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

5) Ketersediaan waktu dimasyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran

masyarakat dalam penyuluhan.

2.3 Konsep Penentuan Prioritas Masalah

2.3.1 Diagram Fishbone (Diagram Tulang Ikan)

Diagram ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua

faktor penyebab yang mempengaruhi masalah tersebut (Dewi, 2012).

Permasalahan yang ingin diketahui penyebabnya terletak pada bagian

kepala ikan, sedangkan faktor-faktor yang mengakibatkan sebuah

permasalahan dituliskan pada bagian tulang ikan (Djuari, 2021).


18

Gambar 3.1 Diagram Fishbone

Setiap faktor memiliki akar permasalahannya masing-masing, melalui

diagram fishbone maka akar-akar permasalahan dapat dengan mudah

untuk diketahui. Manfaat menggunakan diagram fishbone adalah

membantu menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan yang

terstruktur dan mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk

pemecahaan suatu masalah (Kurniasih, 2020). Menurut Mangundjaya

(2020) langkah-langkah untuk membuat diagram fishbone adalah sebagai

berikut:

1. Tulis permasalahan utama pada bagian kepala ikan. Gambar garis

panah dari kiri ke kanan mengarah ke permasalahan.

2. Identifikasi semua faktor atau kategori utama penyebab masalah

sesuai bidang yang tepat. Beberapa contoh faktor atau kategori utama

adalah sebagai berikut:


19

a. Kategori 4M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur

meliputi faktor Machine (Equipment), Method (Process/

Inspection), Material (Raw, Consumables dll.), dan Man power.

b. Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa meliputi

faktor Product (produk/jasa), Price (harga), Place (tempat),

Promotion (promosi atau hiburan), People (orang), Process

(proses), Physical Evidence (bukti fisik), dan Productivity &

Quality (produktivitas dan kualitas).

c. Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa

meliputi faktor Surroundings (lingkungan), Suppliers (pemasok),

Systems (sistem), Skills (keterampilan), dan Safety (keselamatan).

3. Gunakan panah yang lebih kecil untuk menjelaskan akar

permasalahan sehingga menjadi lebih detail.

4. Ulangi langkah (3) berulang-ulang sehingga menemukan akar

permasalahan yang paling mendasar pada setiap faktor/kategori

utama.

2.3.2 Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

Metode USG adalah salah satu metode scoring untuk menyusun

prioritas isu yang harus diselesaikan (Hidayati dan Istiqomah, 2020).

Metode USG terdiri atas tiga faktor meliputi:

1. Urgency

Urgency dilihat dari tersedianya waktu, dan mendesak atau tidak

masalah tersebut diselesaikan.


20

2. Seriousness

Suatu masalah dianggap lebih lebih serius apabila masalah

tersebut dapat menimbulkan masalah lain dari pada suatu masalah

yang berdiri sendiri.

3. Growth

Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat

berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat

pertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya

makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.

Pada metode ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan

dampaknya. Nilai yang tertinggi dianggap sebagai prioritas masalah yang

harus segera diselesaikan. Langkah scoring dengan menggunakan metode

USG dimulai dengan membuat daftar akar masalah, membuat tabel

matriks prioritas masalah dengan bobot scoring 1-5 (Lina, 2021). Adapun

keterangan pemberian skor dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Keterangan Pemberian Skor

Skor Keterangan
5 Sangat Penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak Penting
1 Sangat Tidak Penting
21

2.3.3 Metode SWOT

Pada dasarnya SWOT merupakan akronim dari empat kata yaitu

Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats (Fatimah, 2016).

Analisis SWOT ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

mengevaluasi strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan),

opportunities (peluang), dan threats (ancaman) (Mujiburrahman, 2019).

Pendekatan analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

strengths dan opportunities sekaligus dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats).

Secara sederhana pola pikir Analisis SWOT dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2.2 SWOT Matrix

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yang dijelaskan sebagai

berikut:

1. Strengths (kekuatan)

Strength atau kekuatan adalah berbagai karakteristik yang

menambah nilai kepada sesuatu, dan membuatnya lebih unggul


22

dibandingkan kompetitor, serta kekuatan yang positif, bermanfaat, dan

kreatif.

2. Weaknesses (kelemahan)

Weakness atau kelemahan adalah hal-hal yang tidak dimiliki

sebagai akibat dari keterbatasan, kekurangan sumber daya, dan

kemampuan yang sangat berpengaruh terhadap performa.

3. Opportunities (peluang)

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa

datang yang akan terjadi. Peluang dapat muncul dari pasar,

persaingan, industri/pemerintah dan teknologi. Meningkatnya

permintaan disertai dengan deregulasi merupakan peluang besar.

4. Threat (ancaman)

Ancaman adalah faktor eksternal yang tidak dapat

dikendalikan. Dengan analisis threats, setidaknya dapat dijadikan

sebagai acuan dalam menyusun rencana cadangan terhadap kondisi

yang merugikan.
BAB III

HASIL RESIDENSI

3.1 Kondisi Tempat Residensi

UPTD Puskesmas Campurejo merupakan salah satu Unit Pelaksana

Teknis Daerah dari Dinas Kesehatan yang berlokasi di kecamatan Mojoroto

Kota Kediri, yang beralamatkan di Jl. DR. Sahardjo Kota Kediri Telp. (0354)

772331.

Letak puskesmas yang strategis sehingga memungkinkan dicapai

dengan kendaraan umum. Luas wilayah kerja Puskesmas Campurejo Kota

Kediri adalah 6.565 km2 meliputi 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Lirboyo,

Kelurahan Campurejo, Kelurahan Tamanan, Kelurahan Bandar Kidul dan

Kelurahan Banjarmlati.

Gambar 3.1 Peta Lokasi UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri

23
24

Adapun batas wilayah dari Puskesmas Campurejo Kota Kediri adalah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kelurahan Pojok, Kelurahan Bandar Lor

Sebelah Selatan : Kecamatan Semen

Sebelah Timur : Sungai Brantas

Sebelah Barat : Kecamatan Semen

Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan

masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan, yaitu pelayanan yang bersifat

pribadi (private goods), dengan tujuan utama penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit melalui pelayanan rawat jalan. Sedangkan

pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

4. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

5. Pelayanan Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit

Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


25

1. Perawatan Kesehatan Masyarakat

2. Pelayanan Kesehatan Jiwa

3. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat

4. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

5. Pelayanan Kesehatan Olah Raga

6. Pelayanan Kesehatan Indera

7. Pelayanan Kesehatan Lansia

8. Pelayanan Kesehatan Kerja

9. Pelayanan Kesehatan Matra

10. Pelayanan Kesehatan Lainnya, antara lain :

a. Pelayanan Prolanis

Upaya Kesehatan Perorangan

Upaya pengobatan sebagai bagian dari upaya kesehatan perorangan

dibagi lebih lanjut berdasarkan klasifikasi dan jenis layanan.

1. Upaya pengobatan berdasarkan klasifikasi, terdiri dari:

a. Pelayanan Rawat Jalan

b. Pelayanan Unit Gawat Darurat

2. Upaya pengobatan berdasarkan jenis layanan, terdiri dari:

a. Pelayanan medik, antara lain :

1) Pelayanan medik dasar.

b. Pelayanan penunjang medik, antara lain :

1) Pemeriksaan laboratorium

2) Pelayanan kefarmasian
26

3) Pelayanan ambulan

c. Pelayanan penunjang non medik, antara lain:

1) Pelayanan Pojok Gizi

2) Pelayanan Klinik Sanitasi

3) Pelayanan Pojok Laktasi

D. Pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, antara lain:

1) Pelayanan penyakit kandungan

2) Pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan lainnya

e. Pelayanan gigi dan mulut

f. Pelayanan VCT

g. Pelayanan konsultasi dan rujukan

Data Sumber Daya Kesehatan di UPTD Puskesmas Campurejo Kota

Kediri Tahun 2020

No Jenis Ketenagaan Yang ada Status Kepegawaian


sekarang
1 Kepala UPTD 1 PNS
2 Kasubag Tata Usaha 1 PNS
3 Dokter 2 Tenaga Kontrak
4 Dokter Gigi 1 PNS
5 Perawat Ahli Muda 0 -
6 Perawat Penyelia 5 PNS
7 Perawat Mahir 4 PNS
8 Perawat Pelaksana 3 Kontrak
9 Perawat Gigi Terampil 1 PNS
10 Bidan Penyelia 2 PNS
11 Bidan Pelaksana Mahir 3 PNS
12 Bidan Pelaksana 7 4 PNS ; 3 Kontrak
13 Apoteker Ahli Muda 1 PNS
14 Asisten Apoteker Penyelia 1 PNS
15 Asisten Apoteker Mahir 1 PNS
16 Pranata Lab Kesehatan 2 PNS dan Tenaga Kontrak
17 Penyuluh Kesmas Ahli Muda 0 -
27

No Jenis Ketenagaan Yang ada Status Kepegawaian


sekarang
18 Penyuluh Kesmas Penyelia 0 -
19 Pengadministrasi Rekam Medis 6 4 PNS, 2 kontrak
20 Nutrisionis Pelaksana 1 Tenaga Kontrak
21 Sanitarian Ahli Muda 1 PNS
22 Epidemilog Kesh Penyelia 0 -
23 Entemolog Kesh Penyelia 0 -
24 Pengadministrasian Umum 1 Tenaga kontrak
25 Bendahara 0 -
26 Pengelola Barang Milik Negara 0 -
27 Pengemudi Ambulan 1 Tenaga Kontrak
28 Pramu Kebersihan 1 Tenaga Kontrak
29 Petugas Keamanan 1 Tenaga Kontrak

3.2 Pengkajian

Berdasarkan hasil survey pendahuluan di Puskesmas Campurejo pada

bulan Oktober tahun 2021 menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif

kepada bayi tergolong rendah yaitu 45%, hal ini disebabkan oleh ibu bekerja

sebesar 75%, status ekonomi sebesar 60% tergolong menengah ke bawah

serta pendidikan ibu yang tamatan SD sebesar 25% dan tamatan SLTP

sebesar 50%. Hasil tersebut didapatkan dari 20 responden.

Pengkajian atau identifikasi masalah pada laporan residensi ini

menggunakan diagram Fishbone (diagram tulang ikan). Diagram fishbone

menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab

yang mempengaruhi masalah tersebut. Diagram fishbone membantu

menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan yang terstruktur dan

mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu

masalah.
28

FISHBONE DIAGRAM
(Diagram Tulang Ikan)

Machine Man
Measurement

Pengetahuan tentang ASI yang


Sarana dalam mendukung masih rendah
pelaksanaan ASI eksklusif
Sebagian besar ibu bekerja yang masih perlu
yaitu 75% dioptimalkan Tingkat pendidikan SDM
Penerapan dukungan sebagian besar SMP
Penyuluhan ASI esklusif yang keluarga dan masyarakat
masih kurng dalam masa yang perlu dioptimalkan
pandemi
Kurangnya pemahaman terkait
ASI eksklusif pada ibu menyusui

Pelaksanaan ASI ekslusif Sosialisasi ASI eksklusif


yang belum tercapai yang perlu pengoptimalan
optimal

Keraguan dalam memberikan Materi ASI eksklusif yang


ASI eksklusif dalam masa
perlu disosialisasikan
pandemi

Method Material
29

Pengkajian masalah mengenai keinginan terpenuhinya strategi

peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga capaian ASI

eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota

Kediri Jawa Timur, dikategorikan menggunakan 5M yaitu Man, Method,

Material, Machine, dan Measurement dengan uraian sebagai berikut:

1 Man : - Pengetahuan tentang ASI yang masih rendah

- Tingkat pendidikan SDM sebagian besar SMP

2 Method : - Keraguan dalam memberikan ASI eksklusif

dalam masa pandemic

- Pelaksanaan ASI ekslusif yang belum tercapai

optimal

3 Material : - Sosialisasi ASI eksklusif yang perlu

pengoptimalan

- Materi ASI eksklusif yang perlu disosialisasikan

4 Machine : - Sarana dalam mendukung pelaksanaan ASI

eksklusif yang masih perlu

- Penerapan dukungan keluarga dan masyarakat

yang perlu dioptimalkan

5 Measurement : - Sebagian besar ibu bekerja yaitu 75%

- Penyuluhan ASI esklusif yang masih kurng

dalam masa pandemi


30

3.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan diagram fishbone yang telah dibuat terkait dengan

keinginan terpenuhinya strategi peningkatan pemahaman terakit ASI

eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di

Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa Timur, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan terhadap protocol kesehatan

2. Pengetahuan tentang ASI yang masih rendah

3. Tingkat pendidikan SDM sebagian besar SMP

4. Keraguan dalam memberikan ASI eksklusif dalam masa pandemic

5. Pelaksanaan ASI ekslusif yang belum tercapai optimal

6. Sosialisasi ASI eksklusif yang perlu pengoptimalan

7. Materi ASI eksklusif yang perlu disosialisasikan

8. Sarana dalam mendukung pelaksanaan ASI eksklusif yang masih

perlu

9. Penerapan dukungan keluarga dan masyarakat yang perlu

dioptimalkan

10. Sebagian besar ibu bekerja yaitu 75%

11. Penyuluhan ASI esklusif yang masih kurng dalam masa pandemi

3.4 Prioritas Masalah

Berdasarkan perumusan masalah terkait keinginan terpenuhinya

strategi peningkatan pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga capaian ASI

eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota


31

Kediri Jawa Timur, untuk menentukan prioritas masalah maka digunakan

metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Berikut penentuan prioritas

masalah dengan metode USG:

Tabel 3.2 Penentuan Prioritas Masalah Dengan Metode USG

No Indikator U S G UxSxG Rangking


1 Pengetahuan tentang ASI yang masih 5 5 4 100 1
rendah
2 Tingkat pendidikan SDM sebagian besar 3 3 3 27 9
SMP
3 Keraguan dalam memberikan ASI eksklusif 4 5 4 80 2
dalam masa pandemic
4 Pelaksanaan ASI ekslusif yang belum 4 5 4 80 3
tercapai optimal
5 Sosialisasi ASI eksklusif yang perlu 3 4 3 36 8
pengoptimalan
6 Materi ASI eksklusif yang perlu 4 4 4 64 6
disosialisasikan
7 Sarana dalam mendukung pelaksanaan ASI 4 5 4 80 4
eksklusif yang masih perlu
8 Penerapan dukungan keluarga dan 4 3 4 48 7
masyarakat yang perlu dioptimalkan
9 Sebagian besar ibu bekerja yaitu 75% 3 3 4 27 10
10 Penyuluhan ASI esklusif yang masih 4 5 4 80 5
kurang dalam masa pandemic

Dari tabel tersebut maka prioritas masalah yang diambil adalah

melakukan edukasi tentang pemahaman terkait ASI eksklusif sehingga

capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan optimal.


32

3.5 Rencana Intervensi

Berdasarkan prioritas masalah tersebut, maka rencana intervensi

untuk residensi ini akan dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunitiess, Threats). Berikut analisis penyelesaian masalah

yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT.

3.5.1 Analisis SWOT

Tabel 3.5 Analisis SWOT Strategi Peningkatan Kepatuhan Melalui Edukasi


Tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa Timur

Strengths (S) Weakneses (W)


a. Tersedianya kinerja a. Minimnya pelaksanaan
pelayanan kesehatan penyuluhan kesehatan
yang kompeten dalam masa pandemic
b. Memiliki program b. Terbatasnya media
posyandu yang ada di edukasi kesehatan
setiap kelurahan di terkait pemberian ASI
wilayah kerja Eksklusif
c. Adanya kerjasama c. Keterbatasan dana
dengan pelayanan program
kesehatan lain yaitu
Dinas Kesehatan dan
Kementrian Kesehatan
terkait upaya
Peningkatan ASI

Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO


a. Target pemerintah a. Membuat SOP terkait a. Pembuatan SOP tentang
meningkatkan derajat kebijakan institusi penyuluhan kesehatan
kesehatan pada seluruh b. Memberikan untuk masyarakat
masyarakat pembekalan dan b. Melakukan sinergi,
b. Informasi terkait ASI pelatihan pada SDM koordinasi dan integrasi
eksklusif yang sering yang ada dengan lintas sektor
diumumkan di media c. Membuat strategi terkait mengenai
social edukasi ASI eksklusif pemberian ASI pada Ibu
yang menyusui

Threats (T) Strategi ST Strategi WT


a. Kondisi Ibu bekerja a. Mengoptimalksan peran a. Membuat sarana
b. Adanya masa pandemic SDM dan tenaga edukasi yang inovatif
sehingga menyulitkan kesehatan yang ada di dan menarik dalam
proses penyuluhan puskesmas dalam berbagai bentuk terkait
kesehatan seperti ASI melakukan edukasi pemberian ASI oleh ibu
eksklusif terkait ASI menyusui
c. Adanya pembatasan b. Memberikan layanan b. Meningkatkan upaya
kegiatan masyarakat edukasi kesehatan promosi kesehatan yaitu
33

selama masa pandemi tentang pemberian ASI dengan cara melakukan


yang membatasi saat jadwal pelayanan edukasi kesehatan
partisipasi aktif mereka kesehatan ibu dan anak untuk pemberian ASI
dalam program kesehatan secara rutin,
menyeluruh, dan
memiliki cakupan yang
luas

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan menggunakan analisis

SWOT untuk memprioritaskan strategi yang akan dilaksanakan untuk

mengatasi masalah yang ada maka rencana intervensi residensi ini adalah

melakukan edukasi tentang pemahaman terkait ASI eksklusif sehingga

capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas

Campurejo Kota Kediri.

3.6 Implementasi

Belum optimalnya pelaksanaan ASI ekskluasif pada ibu menyusui di

wilayah UPTD Puskesmas Campurejo ini maka akan di lakukan rencana

implementasi yaitu dengan cara memberikan edukasi terkait ASI Ekskusif

pada Ibu menyusui dengan metode penyuluhan dan menggunakan media

cetak seperti leafleat sebagai sarana untuk mendukung peningkatan kegiatan

edukasi ini.

Penyusunan leafleat pada program implementasi ini dilakukan

dengan mengacu kepada panduan penyusunan leafleat yang dijelaskan oleh

Nurmala et al.(2018). Leafleat yang akan di rancang adalah leafleat yang

berisi informasi dan pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan menyusui pada

Ibu. Terdapat beberapa langkah penyusunan media leafleat, pada saat


34

merancang leafleat perlu di tentukan mengenai sasaran penerima leafleat,

penentuan tujuan yang ingin dicapai terkait informasi yang ada pada leafleat,

penentuan isi atau informasi yang akan di muat pada leaflet, pengumpulan

data terkait materi leafleat, penyusunan desain, gambar dan tata letak pada

leafleat.
35

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Identitas
Pokok Bahasan : Edukasi ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif
Waktu : 30 menit
Tempat : UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
Sasaran : Ibu Menyusui
Hari/tanggal : Kamis, 16 Desember 2021
Penyuluh : Sonia Yasmin
B. Materi
Penerapan ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui
C. Tujuan Instruksional
1. Umum
Setelah mendapatkan edukasi diharapkan ibu menyusui dapat
memberikan ASI eksklusif secara optimal
2. Khusus
Setelah diberikan edukasi tentang pemberian ASI eksklusif
diharapkan:
a) Peserta dapat menjelaskan pengertian ASI eksklusif.
b) Peserta dapat menyebutkan waktu ASI eksklusif.
c) Peserta dapat menjelaskan manfaat ASI eksklusif.
d) Peserta dapat menyebutkan tentang kandungan-kandungan ASI
eksklusif.
e) Peserta dapat mengetahui cara pemberian ASI eksklusif dalam
masa pandemi.

D. Metode dan Media


1. Metode
Ceramah, tanya jawab dan diskusi dengan mengutamakan penerapan
ASI eksklusif.
36

2. Media
Leafleat

E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap/Waktu Kegiatan Pengajar Kegiatan Media & Metode
Peserta Alat
Pendahuluan 1. Memberi salam pembuka dan Menjawab Lisan Ceramah
(5 menit) memperkenalkan diri salam &
memperhatikan
2. Menginformasikan materi yang Memperhatikan Ceramah
akan disampaikan
3. Menjelaskan tujuan yang hendak Memperhatikan Ceramah
di capai pada akhir penyuluhan
4. Apersepsi dengan cara menggali Memperhatikan Ceramah
pengetahuan yang dimiliki & menjawab
peserta pertanyaan
Penyajian Menjelaskan tentang ASI eksklusif Mendengarkan Leafleat Ceramah
Materi dan
(15 menit) memperhatikan
Evaluasi Memberikan pertanyaan kepada Menjawab Lisan Tanya
(5 menit) peserta seputar topik yang telah pertanyaan Jawab
disampaikan
Penutup Menyimpulkan materi Mendengarkan Lisan Ceramah
(5 menit) Menutup pertemuan dan dan menjawab
mengucapkan salam penutup salam

F. Uraian Materi
1. Pengertian ASI eksklusif
Adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai
sekitar usia 6 bulan.Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan
tambahan cairan seperti: susu formula, air jeruk, air teh, madu, air
putih.Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberi makanan
tambahan seperti: pisang, biscuit, bubur susu, bubur nasi,tim dan
sebagainya.
2. Waktu pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif diharapkan dapat diberikan sampai 6 bulan,
tanpa makanan pendamping.Diatas usia 6 bulan bayi memerlukan
37

makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai


ia berumur 2 tahun.
3. Manfaat ASI eksklusif
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Mengandung nutrient (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
2) Mengandung zat protektif
3) Efek psikologis yang mrnguntungkan
4) Mengurangi karies dentis
5) Mengurangi kejadian maloklusi
b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Aspek kesehatan
a) Mengurangi perdarahan
b) Mempercepat involusi uterus
c) Mengurangi Ca mamae
d) Lebih cepat langsing kembali
2) Aspek KB
Metode amenore laktasi
3) Aspek psikologis
Ibu merasa puas telah memberikan ASI pada bayinya
4) Aspek teknis
a) Tidak merepotkan
b) Hemat waktu
c) Praktis
d) Mudah dibawa kemana-mana

c. Manfaat ASI bagi keluarga


1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula, dapat digunakan
untuk keperluan lain.
38

2) Aspek psikologis
Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baek dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dan kelaurga.
3) Aspek kemudahan
Sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan
kapan saja.
d. Manfaat ASI bagi Negara
1) Mengurangi angka kesakitan dan kematian anak
2) Mengurangi subsidi untuk RS
3) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
4. Kandungan-kandungan ASI eksklusif
a. Mengandung lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, sekitar 50
% ASI berasal dari lemak.Kadar kolesterol ASI lebih tinggi
dari pada susu sapi, sehingga bayi yang mendapat ASI
mempunyai kadar kolesterol lebih tinggi.Disamping kolesterol,
ASI mengandung asam lemak esensial : asam linoleat (omega
6) dan asam linoleat (omega 3)
b. Mengandung karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalaah laktosa.Manfaat
laktosa mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan laktosabasilus bifidus.

c. Mengandung protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey.Kadar
protein sebesar 0,9%, whey sebesar 60%.Didalam ASI terdapat
2 asam amino,system untuk pertumbuhan somatic dan taurin
untuk pertumbuhan otak.
39

d. Garam dan mineral


Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air
kemih dengan baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar
garam dan mineral yang rendah.ASI mengandung garam dan
mineral lebih rendah disbanding susu sapi.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang diperlukan: yaitu vitamin
K, E, dan J.Vitamin K berfungsi sebagai katalusator dan
pembekuan darah. Sedangkan vitamin E, terutama terdapat
dikolostrom.

5. Cara pemberian ASI eksklusif dalam masa pandemic


Upaya pemberian ASI pada masa pandemi seperti saat ini dapat
menerapkan prinsip menyusui langsung (3W) antara lain:
a. Wear mask (Memakai masker)
b. Wash hand (Mencuci tangan)
c. Wipe Surfaces (Bersihkan permukaan alat-alat yang
digunakan untuk keperluan menyusui)
40

Adalah perilaku dimana hanya


memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sampai umur 6 (enam) 1. Suatu rasa kebanggaan dari ibu
bulan tanpa makanan dan ataupun 2. Perkembangan psikis dan
minuman lain kecuali sirup obat.
emosional antara ibu dan anak.
3. Rahim ibu kembali keukuran
sebelum hamil
4. Mempercepat berhentinya
Disampaikan Oleh : pendarahan setelah melahirkan
Sonia 5. Menjarangkan kehamilan
6. Mengurangi kemungkinan
kanker payudara.
IIK STRADA INDONESIA
 ASI merupakan makanan alamiah yang
baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki
komposisi, zat gizi yang ideal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan
pencernaan bayi.
 ASI mengandung zat pelindung
(antibodi)
 ASI tidak menyebabkan alergi pada bayi.
 Menjalin hubungan psikologis antara ibu
dan bayi.
41

1. Masukan ASI dalam kantung plastik


polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau
yang bisa dimasukkan dalam
microwave, wadah melamin, gelas, 1. Putting susu datar atau terbenam (pijat
cangkir keramik. dengan ibu jari dan telunjuk pada puting susu
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik Cuci tangan yang bersih dengan menuju ke arah yang berlawanan)
minuman kemasan maupun plastik sabun, perah sedikit ASI dan oleskan 2. Putting susu tidak lentur (lakukan latihan
styrofoam. seperti cara mengatasi putting susu yang
disekitar putting duduk dan berbaring
3. Beri tanggal dan jam pada masing- terbenam).
masing wadah.
dengan santai.
3. Putting susu lecet
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Bayi diletakkan menghadap ke ibu a. kalau lecet tidak terlalu berat, ibu bisa
Simpan sampai batas waktu yang dengan posisi sanggah seluruh tubuh terus menyusui bayi.
diijinkan (+ 2 minggu). bayi, jangan hanya leher dan bahunya putting susu diolesi ASI dan biarkan
5. Jika hendak dibekukan, masukkan saja, kepala dan tubuh bayi lurus, mengering
dulu dalam refrigerator selama b. Menggunakan BH yang tidak terlalu ketat.
hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga c. apabila nyeri hebat, atau luka makin berat,
semalam, baru masukkan ke freezer
hidung bayi berhadapan dengan putting susu yang sakit diistirahatkan
(bagian kulkas untuk membekukan
makanan), puting susu, dekatkan badan bayi ke sampai memungkinkan untuk kembali
badan ibu, menyetuh bibir bayi ke menyusui bayi
6. Gunakan sebelum batas maksimal
puting susunya dan menunggu sampai d. Selama putting susu yang bersangkutan
yang diijinkan. (+3-6 bulan)
diistirahatkan, ASI dikeluarkan oleh ibu
mulut bayi terbuka lebar. dengan tangan.
Segera dekatkan bayi ke payudara 4. Payudara bengkak
sedemikian rupa sehingga bibir bawah a. bayi disusui sampai payudara harus
bayi terletak di bawah puting susu. kosong.
b. gunakan BH yang dapat menopang
dengan nyaman.
c. kompres dingin dapat mengurangi rasa
tidak enak.
d. ASI dapat diperas sedikit dengan tangan,
frekuensi pengeluaran harus lebih sering.
Dalam waktu 1-2 hari keluhan akan reda.

Sekian&Terimakasih
42

3.7 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengungkapkan kesalahan atau

kekurangan dalam pembuatan Satuan Acara Pembelajaran (SAP) tentang

edukasi tentang pemahaman terkait ASI eksklusif sehingga capaian ASI

eksklusif dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota

Kediri Jawa Timur dan kemudian dilakukan revisi sesuai dengan saran dan

masukan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Capaian ASI eksklusif pada 5 Puskesmas di Kota Kediri menunjukkan

capaian di masing-masing puskesmas. Pada tahun 2020 cakupan

pemberian ASI eksklusif yaitu Puskesmas Campurejo 40,0%, Puskesmas

Tamanan 67,0%, Puskesmas Banjarmlati 61,0%, Puskesmas Bandar Kidul

31,0% dan Puskesmas Lirboyo 59,0%. Hasil survey pendahuluan di

Puskesmas Campurejo pada bulan Oktober tahun 2021 menunjukkan

bahwa pemberian ASI eksklusif kepada bayi tergolong rendah yaitu 45%,

hal ini disebabkan oleh ibu bekerja sebesar 75%, status ekonomi sebesar

60% tergolong menengah ke bawah serta pendidikan ibu yang tamatan SD

sebesar 25% dan tamatan SLTP sebesar 50%. Hasil tersebut didapatkan

dari 20 responden.

2. Penilaian yang telah dilakukan menggunakan diagram layang SWOT

untuk memprioritaskan strategi peningkatan pemahaman terakit ASI

eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat terlaksana dengan optimal

di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa Timur.

3. Rencana intervensi pada residensi pelaksanaan kegiatan edukasi tentang

pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat

terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa

Timur.

43
44

4. Implementasi dari kegiatan residensi guna pelaksanaan kegiatan edukasi

tentang pemahaman terakit ASI eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif

dapat terlaksana dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa

Timur bisa berlangsung secara kontinyu dan dilakukan evaluasi

pelaksanaannya secara berkala sehingga dapat dilakukan secara maksimal.

5. Evaluasi dari kegiatan pelaksanaan kegiatan edukasi tentang pemahaman

terkait ASI eksklusif sehingga capaian ASI eksklusif dapat terlaksana

dengan optimal di Puskesmas Campurejo Kota Kediri Jawa Timur bisa

berlangsung secara kontinyu dan dilakukan evaluasi pelaksanaannya

secara berkala sehingga dapat dilakukan secara maksimal.

4.2 Saran

1. Edukasi ASI eksklusif harus disosialisasikan kepada semua pelaksana

yang terlibat sehingga tidak ada kendala yang muncul dan kegiatan bisa

terlaksana.

2. Agar pelaksanaan kegiatan edukasi tentang ASI eksklusif dapat

terlaksana, bisa berlangsung secara kontinyu dan dilakukan evaluasi

pelaksanaannya secara berkala.


DAFTAR PUSTAKA

Ashar, T., Lubis, Z., & Aritonang, E. (2008). Analisis Pola Asuh Makan dan
Status Gizi pada Bayi di Kelurahan PB Selayang Medan. Jurnal Penelitian
Rekayasa, 1, 1–8.

Bart S. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Jakarta: PT. Grasindo; 2004.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. (2018). Riset Kesehatan Dasar Nasional. Kementerian Kesehatan
RI, 126.

Cahyani, N. (2014). Penerapan Analisis Jalur Dalam Analisis Faktor Determinan


Eksklusivitas Pemberian ASI Di Wilayah Kerja Puskesmas Payangan,
Gianyar. Community Health, 2(1).

Covid-19 GT. Infografis COVID-19 (18 Juni 2020). Pusdatinkom BNPB. 2020.

COVID-19 T. Panduan tatalaksana pada pasien yang belum terkonfirmasi


COVID-19, pasien terkonfirmasi COVID-19, pasien terkonfirmasi COVID-
19 dengan komorbid, dan pasien anak-neonatus dapat diakses pada. Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 2019;53(9):1689–99.

Dewi, I.N. (2012). Diagram Fishbone. Retrieved from


https://repository.dinus.ac.id/ docs/ajar/Diagram_Fisbone.pdf

Djuari, L., (2021). Buku Ajar Manajemen Pelayanan Kesehatan. Surabaya:


Airlangga University Press.

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik Dalam Keperawatan. Salemba Medika.

Evi, K. B., I Made, A. G., & Irianton, A. (2019). Intervensi Booklet Peran Suami
dalam Pemberian ASI Terhadap Pengetahuan Tentang ASI pada Suami di
Dusun Jetis Desa Widodomartani. In Hilos Tensados (Issue).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Fatimah, F.N.D. (2016). Teknik Analisis SWOT. Yogyakarta: Anak Hebat


Indonesia

Fitriani. (2011). Promosi Kesehatan. Ed 1. Graha Ilmu.

Green LW, Kreuter MW. Health Promotion Planning: An Educational and


Environmental Approach. Rev. ed. o. Mayfield Publishing Company; 2000.

45
46

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 RI. Data Covid-19 [Internet].


Beranda - covid19.go.id. 2020. p. 1–1. Available from:
https://covid19.go.id/

Heryanto, E. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian


Makanan Pendamping ASI Dini. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan,
2(2), 141–152. https://doi.org/10.30604/jika.v2i2.56

Kementerian PPN/Bappenas. (2021). Proyeksi COVID-19 di Indonesia.


Retrieved from
https://www.bappenas.go.id/files/8316/1476/4650/Proyeksi_Covid-
19_di_Indonesia_BAPPENAS.pdf

Kementerian Kesehatan RI. Penggunaan Alat Pelindungan Wabah COVID-19.


Pengguna Alat Pelindungan Wabah COVID-19. 2020;(April):1–27.

Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian CORONAVIRUS


DISEASE (COVID-19) Revisi ke-5. 2020. 214 p.

LEN. (2020). Buletin LEN Menjaga Detak Ekonomi di Masa Pandemi. Bagian
Komunikasi Korporasi PT Len Industri (Persero), 1–3. Retrieved from
https://www.len.co.id/download/buletin/Bulen31 (Agustus 2020).pdf

Li F, Feng ZC, Shi Y. Proposal for prevention and control of the 2019 novel
coronavirus disease in newborn infants. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed
2020:pii: fetalneonatal-2020-318996 R

Mangundjaya, W. L. H. (2020). Pengembangan Organisasi: Diagnosis dan


Intervensi. Surabaya: Jakad Media Publishing

Mardhiyah, A., Wardani, D. W. S. R., & Angraini, D. I. (2018). Analisis Peran


Keluarga terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-24
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Way Halim Kota Bandar Lampung.
Kedokteran, 7, 106–114.

Muklati, A. H., & Rokhaidah, R. (2020). Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kepatuhan Ibu dalam Pemberian Imunisasi Difteri pada Balita. Jurnal
Kesehatan Holistic, 4(2). https://doi.org/10.33377/jkh.v4i2.76

Nadhiroh, S. R., & Ni‟mah, K. (2015). Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Stunting pada Balita. Media Gizi Indonesia, 1.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka


Cipta.
47

Nurhasanah. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten
Sintang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9).
Rasmussen SA, Smulian JC, Lednicky JA, et al. Coronavirus disease 2019
(COVID-19) and pregnancy: what obstetricians need to know. Am J Obstet
Gynecol2020. doi:10.1016/j.ajog.2020.02.017. [epub ahead of print: 24 Feb
2020].

Riadi, M. (no date) Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Manfaat SOP, 2016.

Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Peta Sebaran COVID-19. 2021.

Sarina, Amiruddin, Darlian, L. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Lama Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi ( 0-6 Bulan ) Di Kota Kendari. J.
a M P I B I, 2(1).

Suhartini L. Relationship Knowledge and The Level of Compliance with The Use
of Masks During the Covid-19 Pandemic at Gatot Soebroto Hospital 2020.
Matern Neonatal Heal J. 2021;2(1):1–5.

Tim Inovasi Kemenristek/BRIN. (2020). Katalog Inovasi Karya Peneliti dan


Perekayasa Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 untuk Mengatasi
Pandemi. Jakarta: Kemenristek/BRIN

Utari, E., Sultan, U. and Tirtayasa, A. (2020) „Analisis Matriks USG (Urgency,
Seriousness and Growth) Banten Mangrove Center Bagi Masyarakat
Kelurahan‟, Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 15(2), pp.
31–42. Available at:
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/biodidaktika/article/
download/8720/5797

Utami, N. (2014). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di


Wilayah Kerja Puskesmas Birobul. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas,
1–11.

Wahyuningsih, D., & Machmudah. (2013). Dukungan suami dalam pemberian asi
eksklusif. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(2), 93–101.

Winarni. (2014). Kepuasan ibu hamil terhadap pelayanan antenatal care (anc)
oleh bidan Di wilayah kerja Puskesmas Ngoresan. Gaster, Vol 11, No(2),
69–76.

WHO. COVID-19 COVID-19. WHO J covid 19, Reg Situational Updat Africa.
2020;12(19 May, 2020):1–11.
48

World Health Organization. Breastfeeding and COVID-19: Scientific brief.


Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2020.
DOKUMENTASI

49
50

KEGIATAN PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

You might also like