You are on page 1of 30
LAPORAN KASUS. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI PMB DEWI ROSMANAH Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Prasekolah Disusun Oleh: Nama: Rita Astriyani NPM: H522170 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2023 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia telah disahkan oleh tim pembimbing pada Hari : Senin, Tanggal ——: 13 Maret 2023 Tempat : Zoom Mengetahui, Pembimbing Akademik Prodi Pendidikan Profesi Bidan Penanggung Jawab Prodi Pendidikan Profesi Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali Bidan Fakultas Kebidanan Institut Keschatan Rajawali (a Emi Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. Lia Kamila, S.$.T., Bd., M.Keb. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya schingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kas yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Di PMB Dewi Rosmanah” dengan lancar dan tepat waktu, Laporan Kasus ini diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Stase Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Prasekolah dan memahami mengenai Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia. Penulis menyadari dalam penyusunan Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis menerima masukan-masukan, kritik serta saran yang membangun untuk penyempurmaan Laporan Kasus i Akhir kata, semoga Laporan Kasus ini dapat bermanfaat, menambah wawasan, dan dapat digunakan sebagai pembelajaran bagi kita semua terutama bagi penulis Bandung, 05 Maret 2023 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL. HALAMAN PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISlesesninentnenennninneneiinnnetinnnieineninneneanetienensssnes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...nnnennninannnnninnnnnnmnenmnnnnnnennennenanese 1 1.2 Rumusan Masala ...nnssnnnnnnnnnnnnnnnnnnninnnninnnnnnnnnsnssnns 2 1.3 Tujuan 2 13.1 Tujuan Umum, 2 1.3.2 Tujuan Khusus.... BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan tentang Bayi Baru Lahi 1, Pengertian Bayi Baru Lahit osc 2. Perawatan, 2.2 Tinjauan tentang ASfKSIA ...onennnmnnnnnnnnsisen 3 1, Pengertian 3 2. Etiologi 4 3. Perubahan Patofisiologi dan Gangguan Klinis 5 4, Klasifikasi Asfiksia. 5 5 Tindakan pada Asfiksia Neonatorum ... 26 6. Prinsip Dasar Resusitasi.... 6 7. Cara Resusitasi.. 26 2.3 Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidaman....0. 8 1, Pengertian Manajemen Kebidanan 8 2. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney (1997) ...nssssnnnan 8 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pelaksanaan ASUNaM...cnnnnennennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnrnnnansne LD 3.2 Manajemen Asuhan Kebidanan 13 1. Pengkajian Data 13 2. Interpretasi Data. 3. Diagnosa Potensial...... 4. 5, Perencanaan ..... akan Segera/Kolaborasi...:snncnisnnsnnnseneinnnnnneinanennensnsn 16 6, Pelaksanaan .o.ccnnesieisnnnnnaninnnnnnaneinnnnnnnnnnnaninaesnnets 1S 0 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian Data ....ncmnnnnnnnnnmnnennennninnannnnnnnennnenennnnns 20 4.2 Interpretasi Data 2 4.3 Diagnosa Potensial 2 4.4 Tindakan Segera/Kolaborasi 22 4.5 Perencanaan no. 22 4.6 Pelaksanaan os snmnnnnnnnnnnnnnnnnnnininninnnnnnnnnnnnnnnsnnasnnn 23 4.7 Evaluasi... BAB V SIMPULAN DAN SARAN 541 SimpulaN .oocnnnnnnne $.2 Saran REFERENSI snes BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan sangatlah berpengaruh dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayinya. Angka kematian bayi lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberi suatu pelayanan kesehatan, (Manuaba, |GB) Di tingkat ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia 35 per 1000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan angka kematian bayi Malaysia, hampir 2 kali lipat dibanding dengan Thailand da 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina. Menurut Survey Demokrafi dan Kesehatan Indonesia (SDK1) 2007 Angka kematian neonatal 19 per kelahiran hidup. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran sangat berperan dalam menurunkan_angka kematian dan kesakitan neonatus, demikian pula kejadian asfiksia neonatus mengalami perubahan yang nyata walaupun demikian perubahan ini tampak masi sangat tinggi dan belum dapat memecahkan permasalahan asfiksia secara tuntas, keadaan asfiksia ini masih, berpengaruh terhadap kualitas bayi_dimasa mendatang. (Manuaba IBG, 1998) Dengan mengunakan proses manajemen asuhan kebidanan diharapkan asfiksia dapat teratasi_ dengan cepat dan tepat, Kenyataan inilah kemudian mendorong penulis untuk mengkaji permasalahan sebagai \wujud perhatian dan tanggung jawab penulis dalam memberikan kontribusi pemikiran pada berbagai pihak yang berkompoten untuk mencari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk membuat Laporan Kasus tentang “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Di PMB Dewi Rosmanah”. 1.2: Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia di PMB Dewi Rosmanah?” 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia dengan menggunakan pola pikir varney dan pendokumentasian melalui vamney. 1.3.2 Tujuan Khusus 1, Mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan asfiksia. 2. Mampu menginterprestasi data untuk menentukan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada bayi baru lahir dengan asf 3. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia 4. Dapat — mengidentifikasi_-kebutuhan akan tindakan—segera— atau kolaborasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia 5. Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia 6. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia 7. Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada bayi baru Iahir dengan asfiksia. BABII TINJAUAN TEORI 2.1. Tinjauan tentang Bayi Baru Lahir 1, Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi Baru Lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang harus ‘menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin, (Buku Saku Bidan, 2002) 2. Perawatan Hal ini ditunjukkan untuk merawat bayi baru lahir pada menit-menit kehidupan: a. Pertahankan kebersihan jalan nafas b. Menjaga bayi tetap hangat . Perlihatkan bayi pada orang tua dan tempatkan pada perut ibu d. Klem dan potong tali pusat e. Catat nilai APGAR pada satu dan lima menit pertama £, Melakukan segera pemeriksaan menyeluruh pada bayi 2.2 Tinjauan tentang Asfiksia 1. Pengertian Asfiksia neonatorum adalah bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan Hipoksia serta sering berakhir dengan asidosis. Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tak dilakukan secara sempuma sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 2005) Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. 2. Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan ©2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998) Etiologi Pengembangan Paru BBL pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian dis ul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat pertukaran gas atau. pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, maka akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Towel (1996) mengajukan Penggolongan Penyebab Kegagalan Pernapasan Pada bayi yang terdiri dari: a, Faktor Ibu. 1) Hipoksia Ibu, hal ini akan menimbulkan hipoksia janin, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dalam 2) Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan_berkurangnya pengaliran O2 ke plasenta dan kejanin, Hal ini sering ditemukan pada kasus- kasus. a) Gangguan Kontrasi uterus, misalnya : Hipertonik, Hipotonik / uterus akibat penyakit atau obat b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan ) Hipertensi pada penyakit cklamsia, b. Faktor Plasenta Solusi plasenta. Perdarahan plasenta, dan lain-lain c. Fator Fetus Tali pusat menumbung lahir. wn tali pusat, kompresi tali pusat antara janin dan jalan d. Faktor Neonatus 1) Pemakaian obat anastesi / analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernapasan janin. 2) Trauma yang terjadi pada persalinan. Misalnya : Perdarahan Intra Cranial 4 3) Kelainan Kongenital. Misalnya : Hernia diafragmatika atresia saluran pernapasan hipoplasia paru dan lain-lain, (Wiknjosastro, 2005) 3. Perubahan Patofisiologi Dan Gangguan Klinis Pemapasan Spontan BBL tergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan, Bila terdapat gangguan Pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat, Keadaan ini akan ‘mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode opnu (Primary Apnoe) disertai dengan penurunan frekuensi diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penerita asfiksia berat, Usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-asam pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya menimbulkan asidosis respiraktonik. Bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an acrobie yang berupa glikolisis gukogen tubub, Sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang, Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardio vaskuler yang disebabakan oleh beberapa keadaan diantarannya : a. Hilangnya Sumber Glukogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung b. Terjadi asidosis metabolis akan menimbulkan kelemahan otot jantung c. Pengisian udara alucolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya Resistensi Pembuluh darah Paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula kesistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998) Untuk menentukan tingkat asfiksia neonatorum digunakan kriteria penilaian yaitu yang disebut dengan skor APGAR. Skor APGAR biasanya dinilai | menit setelah bayi lahir lengkap pada skor APGAR menit 1 ini menunjukan beratnya ASFIKSIA yang diderita dan untuk menentukan pedoman resusitasi dan perlu juga dinilai setelah $ menit bayi lahir karena hal ini mempunyai koralasi yang erat dengan morbiditas dan mertilitas neonatal. 4. Klasifikasi Asfiksia a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) 6. 1 Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali b. Asfiksia Ringan—sedang (nilai APGAR 4-6) Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas normal kembali. ¢. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9) 4d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Mochtar R, 1998). ‘Tindakan Pada Asfiksia Neonatorum Tindakan yang dikerjakan lazim disebut resusitasi BBL, sebelum resusitasi dikerjakan perlu diperhatikan bahwa : a, Faktor waktu sangat penting b. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia / hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia / hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi . Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang fakta penyebab terjadinya depresi pemapasan pada BBL 4. Penilaian BBL perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara adekuat (Prawiroharjo, 2005). Prinsip dasar resusitasi Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah : a, Memberi lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernapasan bebas serta merangsang timbulnya pernapasan b. Memberi bantuan pemapasan secara efektif pada bayi yang menunjukan usaha pernapasan lemah c. Melakukan koraksi terhadap asidosis yang terjadi d. Menjaga agar sirkulasi tetap baik (Wiknjosastro, 2005) Cara Resusitasi a, Letakkan bayi dilingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar ¢. Ganjal bahu dengan kain setinggi | em (sniffing positor) 6 Hisap lendir dengan menghisap lendir dari mulut apabila sudah bersih kemudian Janjutkan kehidung . Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap- usap punggung bayi. Nilai Pernapasan 1) Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan ika merah / siano: 10, denyut jantung > 100 x /menit, Nilai warna kt perifer lakukan observasi. Apabila baru diberikan Oz, denyut jantung < 100 x / menit lakukan ventilasi tekanan positif, 2) Jika pernapasan megap-megap lakukan ventilasi tekanan positif Ventilasi Tekanan Positif /PTV dengan memberikan O2 100% melalui anbubag atau masker, Masker harus menutupi hidung dan mulut tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan nafas mulut kemulut. Kecepatan PPV 40-60 x/menit. . Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik. Hasil kalikan 10 1) 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan 2) 60-100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PTV 3) 60-100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PTV disertai kompresi jantung 4) < 10 x/ menit, lakukan PTV disertai kompresi jantung Kompresi jantung Perbandingan kompresi jangtung dengan ventilasi ada 3:1 ada 2 cara kompresi jantung 1) Kedua ibu jari menekan sternum sedalam 1 em dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi. 2) Jari tengah dan telunjuk menekan stemum dan tangan lain menahan belakang tubuh bay Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi ada. . Denyut jantung 80 x / menit Kompresi jantung dihentikan lakukan PTV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat bernafas spontan, |. Jika denyut jantung 0 atau < 10x / menit, Lakukan pemberian obat epineprin | 10.000 dosis 0,2 - 0,3 ml/ Kg BB IV m, Lakukan penilaian denyut jantung ja jika > 100x/menit hentikan obat rn, Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis tiap 3-5 menit ©. Lakukan penilaian denyut jantung jika denyut jantung tetap / tidak respon terhadap diatas dan tanpa ada hiporolemi beri natrikus dengan dosis 2 MEG / Kg BB secara TV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2005) 2.3. Tinjauan tentang Proses Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian fisik sampai, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada Klien yang mempunyai kebutuhan/masalah di bidang keschatan ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta KB. 2. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney (1997) Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970an, Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga keschatan. Proses manajemen kebidanan menurut Vamey terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut ‘membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinei dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien 1) Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: a) Riwayat kesehatan b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan ©) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya 4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber_ yang berkaitan dengan kondisi Klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan pada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan langkah keenam karena data yang diperlukan diambil dari hasil_pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain. 2) Langkah Il. kdentifikasi Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tethadap diagnosis atau iagnosa / Masalah Aktual masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-cata yang telah dikumputkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh standar nomenklatur diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah: a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi ) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan ©) Memiliki ciri khas kebidanan 4) Didukung oleh Clinical Judgenment dalam praktik kebidanan, ©) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan, 3) Langkah II]. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.langkah ini membutuhkan antisipasi_ bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil 4) 5) 6) mengamati Klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi, Pada angkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman, Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan tim Kesehatan yang lain sestai dengan kondisi klien.langkah keempat mencern inkan kesinambungan dari proses Manajemen kebidanan, Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama dengan bidan terus-menerus, misalnya pada waktu persalinan, Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segara untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari dokter. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah- Jangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi dan diantisipasi., pada langkah ini, informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi Klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah diperlukan penyuluhan atau konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis. Langkah VI. Melaksanakan Perencanaan Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya 10 7 oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi dilakukan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya, Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah- langkah tersebut benar-benar terlaksana, Dalam situasi dimana bidan benar-benar berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung Jawab terhadap terlaksananya rencanaasuhan bersama yang menyeluruh tersebut.manajemen yang efisien akan akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Langkah VII. Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhanyang sudah diberikan meliputi pemenuhan Kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Reneana tersebut dapat dianggap efektif bila memang benar efektif dalam pelaksanaannya, Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif. nu BAB IIL TINJAUAN KASUS, ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA DI PMB DEWI ROSMANAH 3.1 Pelaksanaan Asuhan Hari Tanggal : Minggu / 05 Maret 2023 : 10.30 WIB : PMB Dewi Rosmanah Jam Pengkajian ‘Tempat Pengkajian Nama Pengkaji : Rita Astriyani Identitas Bayi Nama : By. Ny. W Tel. Lahir 205 Maret 2023 Umur 2 O hari Jenis kelamin + Lakiclaki Agama Islam Anak ke 1 (satu) Alamat : Legok Landeuh 11/05 Identitas Ibu Identitas Ayah Nama :Ny “Ww? Nama Umur 227 tahun Umur Agama: Islam Agama Pendidikan: D3 Pendidikan Pekerjaan — : Tidak Bekerja Pekerjaan Alamat — : Legok Landeuh 11/05 Alamat 2 :Tn“K” 225 tahun 2 Islam : SMA : Karyawan Swasta : Legok Landeuh 11/03 3.2. Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengkajian Data A. Data Biologis/Fisiologis Riwayat Kehamilan 1. PI Ao 2. HPHT tanggal : 21-06-2022 3. HTP. tanggal : 26-03-2023 . Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, DM, Hipertensi, 5, TT2x - B. Riwayat Persalinan Sekarang 1. Bayi lahir tanggal 05 Maret 2023 2. Jenis persalinan normal/spontan. 3. Datang ke PMB pukul 06.00 WIB pembukaan 4 cm 4, Pembukaan lengkap pukul 10.00 WIB 5. Bayi lahir pukul 10.30 WIB dengan lilitan tali pusat satu kali dileher 6. Bayi lahir tidak segera menangis CC. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar 1. Nutrisi / Cairan Bayi belum disusui ibunya, 2. Eliminasi a, BAK : bayi sudah bak b. BAB: bayi sudah bab 3. Personal Hygiene a, Popok bayi di ganti tiap kali basah. . Baju bayi di ganti tiap kali kotor cc. Tali pusat masih basah. D. Data Sosial Ekonomi, 1. Biaya perawatan ditanggung oleh Tn."K” sebagai ayah bayi. 2. Tbu dan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya. 1B E. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum : Lemah 2. BB lahir + 3600 gr 3. PB lahir Siem 4. TTV N_ : 110x/mnt P_: 30x/mnt S 1 365% APGAR SCORE Tanda o I 2 v Ss Badan Appearance | Biru/pucat | merah,ekstremitas Sdurh tubuh 1 1 ae emerahan Pulse Takada | <100ximenit | > 100ximenit | 1 2 Grimance | Takada | Sedikit gerakan | Menangis T T Activity | Takada | Fleksilemah | Gerakan aktif | 1 7 Respiration Tdk ada Lemah/Merintih | Tangisan kuat 1 1 Jumlah 5 6 Keterangan: Penilaian 1 menit setelah lahir 5 Penilaian 5 menit setelah lahir 6 5. Kepala Rambut tipis dan hitam, tidak ada pembengkakan, ukuran lingkar kepala: 34 cm 6. Mata Konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada pus 7, Telinga Simetris kiri dan kkanan, tidak ada secret, daun telinga lunak, dan mudah terlipat 14 2. Mulut / Bibir Bibir tampak merah, lembab, refleks hisap lemah, pada palatum Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe, dan vena jungularis. Dada a. Simetris kiri dan kanan », Lingkar dada : 35 em Bahu dan lengan Jumlah jari, tangan dan kaki lengkap, pergerakan baik Perut Bentuk normal, perut bayi lembek pada saat dalam keadaan diam, tali pusat masih basah. Genetalia/anus a. Alat genetalia lengkap b. Anus berlubang . Tungkaivkaki Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap, pergerakan aktif Kulit Warna kulit badan kemerahan dan ekstremitas biru, dan tidak ada tanda bawaan sejak lahir. Interpretasi Data Diagnosa Kebidanan Bayi baru lahir cukup bulan dengan asfiksia ringan, Ds Do Ibu mengatakan HPHT tanggal 21-06-2022 : 1. Bayi lahir tanggel 05 Maret 2023 2. BBL 3600 gr 3. PBL SI cm 4. JK laki-laki 15 Bayi lahir pervaginam dengan lilitan tali pusat Ix, bayi lahir tidak langsung menangis 2 Seluruh tubuh kemerahan, ekstremitas biru Frekuensi jantung masih lemah Analisa dan interpretasi data 1, Partus aterm bila umur kehamilannya diatas 37 minggu dari tanggal 21-06-2022 sampai tanggal 05-03-2023 adalah 37 minggu 1 hari 2. Bayi lahir tidak segera menangis atau asfiksia ringan terjadi karena pertukaran gangguan dalam persediaan Oz dan dalam menghilangkan CO2 (Wiknojosastro Hamifa 2005). 3. Kulit bayi yang berwarna merah, ekstermitas biru dan frekuensi jantung lemah menandakan bahwa bayi mengalami asfiksia ringan,(Wiknojosastro Hami 3. Diagnosa Potensial Masalah potensial : Terjadinya asfiksia sedang Ds re Do : L. Bayi lahir tanggal 05 Maret 2023 2. Bayi lahir tidak segera menangis, pernapasan lemah. 3. Seluruh tubuh berwarna merah, ekstermitas biru. 4, Frekuensi jantung belum teratur / lemah, Analisa dan interpretasi data: Bayi lahir tidak segera menangis terjadi karena pertukaran gas O2 dan dalam menghilangkan CO? dan apabila asfiksia ringan tidak teratasisecara: maka dapat mengakibatkan asfiksia sedang,(Mochtar Rustam 1998). 4, Tindakan Segera/Kolaborasi 1. Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bebaskan jalan napas dengan menggunakan suction atau delee. 16 5. RY :Agar cairan tidak teraspirasi dan membebaskan jalan napas seperti pada hidung dan mulut yang menghambat pernapasan_ sehingga bayi dapat bemafas spontan dan teratur, 2. Lakukan rangsangan taktil. RJ : Dengan rangsangan taktil biasanya bayi dapat segera menangis. 3. Lakukan resusitasi RJ: Untuk menambah suplai oksigen agar bayi dapat bernapas spontan Perencanaan Diagnosa _: Bayi lahir dengan asfiksia ringan Tujuan Asfiksia ringan dapat teratasi Kriteria _: 1, Frekuensi jantung dapat teratasi 2. Bayi menangis 3. Bayi dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan Intervensi tanggal 05 Maret 2023 1. Keringkan dan bungkus badan bayi dengan kain yang kering Ri: Mencegah kehilangan panas schingga tidak terjadi hypotermi Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bebaskan jalan napas dengan menggunakan suction atau delee. Ri: Agar cairan tidak teraspirasi dan membebaskan jalan napas seperti pada hidung dan mulut yang menghambat pernapasan sehingga bayi dapat bemafas spontan dan teratur. 3. Lakukan rangsangan taktil Rv: Rangsangan taktil diperlukan untuk merangsang bayi menangis. 4, Lakukan resusitasi RV: Untuk menambah suplai O2 agar bayi dapat bemapas spontan, 5. Menilai usaha bernapas, wara kulit dan frekuensi denyut jantung RY: Untuk mengetahui kondisi bayi. wv 6. Merawat tali pusat dilakukan setelah asfiksia teratasi Ri: Untuk mencegah terjadi infeksi. 7. Berikan Vit. K 1 ml secara IM setelah kondisi bayi stabil RJ: Untuk mencegah pendarahan otak. 8. Berikan salep mata RJ: Untuk mencegah infeksi pada mata bayi 6. Pelaksanaan 1. Mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain basah dengan kain yang kering, Hasil: Bayi sudah memakai pakaian yang bersih dan kering. 2. Mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bersihkan mulut hingga hidung dengan menggunakan suction atau delee. Hasil: Bayi sudah dapat bernafas megap-megap. 3. Melakukan rangsangan taktil Hasil: Bayi sudah dapat menangis 4. Melakukan resusitasi. Hasil: Bayi sudah dapat bernap: pontan, dan normal. 5. Menilai usaha bemapas, warna kulit dan frekuensi denyut jantung. Hasil: N: 148x/menit P: 5Ox/menit S: 36,5°C Warna seluruh tubuh kemerahan. Tonus otot baik. 6. Merawat tali pusat. Hasil: Tali pusat sudah terawat dan terbungkus kasa steril 7. Menyuntikkan Vit, K secara IM. Hasil: Bayi sudah disuntik Vit. K 8. Memberikan salep mata Chloramphenicol 1%. Hasil: Bayi sudah diberikan salep mata. 18 7. Evaluasi 1. Asfiksia ringan terata 2. Bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan. 3. Bayi dapat menangis dengan dilakukannya rangsangan taktil dan pemberian Oo. 4, Bayi dapat bernapas normal, warna kulit kemerahan, tonus otot baik dan frekuensi jantung normal. 19 BABIV PEMBAHASAN Merumuskan Diagnosa/Masalah pada bab ini penulis akan membandingkan antara tinjauan kasus pada By. Ny. “W” di PMB Dewi Rosmanah dengan teori penanganan asfiksia ringan, Dalam pembahasan ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu: pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosa/masalah aktual, memutuskan diagnosa/masalah potensial, melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi, merencanakan dan melaksanakan tindakan asuhan kebidanan serta ‘mengevaluasi asuhan kebidanan, 4.1 Pengk: Tahap pengkajian diawali dengan pengumpulan data melalui anamnesa yang meliputi identitas bayi da ibu, data biologis/fisiologis riwayat kehamilan, persalinan sekarang dan pemeriksaan fisik yang berpedoman pada format pengkajian yang tersedia, namun tidak menutup kemungkinan untuk menambahkan data-data lain yang ditemukan jika dibutuhkan. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bemnafas secara spontan dan teratur setelah lahit. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif Karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 Adapun klasifikasi asfiksia menurut Mochtar, 1998 yaitu: a, Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali. b. Asfiksia ringan ~ sedang (nilai APGAR 4-6) Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas normal kembali ©. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7-9) 4, Bayi normal dengan nilai APGAR 10. 20 Pada kasus By. Ny. “W” yaitu bayi baru lahir cukup bulan dengan asfiksia ringan kehamilan 37 minggu dengan HPHT 21-06-2022 dimana data yang diperoleh yaitu keadaan ba sat pada leher dan at lahir tidak menangis spontan, terdapat satu lilitan t perolehan APGAR skor 5 pada menit pertama, Jika melihat data yang diperoleh maka tidak terdapat perbedaan antara teori dengan kasus pada By. Ny. “W” di lapangan, Pada tahap pengkajian ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena adanya sikap kooperatif dari keluarga By. Ny."W” dan mau menerima anjuran yang diberikan oleh bidan. 4.2 Interpretasi Data Asfiksia dalam tinjauan pustaka adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bemnafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan 02 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Sedangkan tinjauan pada kasus By. Ny, “W” ditemukan bayi lahir tidak segera menangis spontan dan terdapat , dengan perolehan skor APGAR : Tanda o 1 2 Badan Apperence | Pucat | merah,ekstremitas | Seluruh tubuh 1 1 K kemerahan biru Pulse [Takada =100 5100 F 2 Grimance Tdk ada Sedikit gerakan_ Batuk bersin 1 1 Ekstremitas Activity | Tdkada | dalam sedikit. | Gerakan aktif 1 1 fleksi Respiration ‘Tdk ada Lemah/Tidak Baik/menangis 1 1 Tamla 5 6 Keterangan: Penilaian 1 menit setelah lahir 5 Penilaian 5 menit setelah lahir 6 21 43 44 45 Demikan penerapan tinjauan pustaka dan tinjauan studi kasus pada By. Ny. “W" secara garis besar tampak adanya persamaan dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga diagnosa pada kasus By Ny. “W” adalah bayi baru lahir cukup bulan dengan asfiksia ringan, Diagnosa Potensial Asfiksia Sedang — Berat Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi Pada tinjauan manejemen asuhan kebidanan, tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan pada kasus asfiksia neonatorum adalah melakukan resusitasi. Bidan dapat berkomunikasi/kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangan. Berdasarkan teori dan praktik dilapangan, asuhan yang di berikan pada kasus By. Ny. “W" dengan asfiksia ringan adalah telah di lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara teori dan praktik dilapangan, Mereneanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada kasus By, Ny. “W" dengan asfiksia ringan, penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai berikut; masalah aktual yaitu bayi baru lahir cukup bulan dengan asfiksia ringan, masalah potensial yaitu asfiksia sedang-berat, rencana tindakan berupa: 1. Keringkan dan bungkus badan bayi dengan kain yang kering. 2. Atur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bebaskan jalan napas dengan ‘menggunakan suction atau dele. Lakukan rangsangan taktil Lakukan resusitasi Nilai usaha bernapas, waa kulit dan frekuensi denyut jantung. Merawat tali pusat dilakukan setelah asfiksia teratasi. 2 awe Berikan Vit. K | ml secara IM setelah kondisi bayi stabil 2 4.6 47 8. Berikan salep mata Dalam tinjauan pustaka dikatakan bahwa asfiksia ringan tindakan yang harus segera diberikan adalah mengeringkan tubuh bayi dan menjaga kehangatan bayi, mengatur posisi bayi dan membersihkan mulut hingga hidung. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara teori dan praktik di lapangan, Pelaksanaan Sesuai tinjauan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman bagi Klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan serta bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai daengan tindakan yang direncanakan. Pada kasus By. Ny. “W” dengan asfiksia ringan semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan seluruhnya dengan baik, tanpa hambatan karena kerja sama dan penerimaan yang baik dari keluarga klien dan petugas Kesehatan yang ada dilapangan. Evaluasi Pada tinjauan manajemen asuhan kebidanan, evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan. Mengevaluasi pencapaian dengan kriteria yang didentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau belum. Pada tinjauan pustaka, evaluasi yang telah dilakukan adalah menilai usaha bernafas, frekuensi denyut jantung, dan warna kulit, Berdasarkan studi kasus By. Ny. “W” dengan asfiksia ringan tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dengan hasil evaluasi bayi sudah menangis dan bemafas spontan, frekuensi denyut jantung sudah teratur yaitu 148x /menit dan seluruh tubuh kemeraha sesuai tinjauan pustaka, oleh Karena itu bila dibandingkan dengan teori dan studi kasus By. Ny. “W” secara garis besar tidak ditemukan kesengajaan. 23 BABV SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur setelah lahir, Terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin schingga terjadi gangguan dalam persediaan ©2 dan dalam menghilangkan CO2. Penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia harus segera ditangani dengan tindakan resusitasi itu mengeringkan tubuh bayi, mengganti kain basah dengan kain yang kering, mengatur posisi bayi dengan posisi kepala sedikit ekstensi dan bersihkan jalan nafas mulai dari mulut hingga hidung dengan menggunakan suction atau delee, melakukan rangsangan taktil, pemberian O2, serta menilai usaha bernapas, wama kulit dan frekuensi denyut jantung, Metode pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan asfiksia ringan. 5.2 Saran Berdasarkan dari laporan kasus, maka saran_ yang dapat diajukan dalam kasus ini adalah: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan mampu memberikan asuhan kebidanan pada kkasus asfiksia neonatorum sesuai standar. Bagi Institusi a. PMB Dewi Rosmanah Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan khususnya untuk asuhan kebidanan pada asfiksia neonatorum. b. Institut Kesehatan Rajawali Menambah sumber bacaan bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus asfiksia neonatorum sesuai standar. 24 REFERENSI Manuaba, .B.G, 1998. llmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Jilid I, Jakarta Prawirohardjo Sarwono, 2005. tlmu Kebidanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Varney Helen, 2002. Buku Saku Bidan. Varney’s midwifery Text Book. Third Editing, Jones and Barket, Bandung. Wiknjosastro, 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 25

You might also like