You are on page 1of 10

MAKALAH STRATEGI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DI MASA PANDEMI COVID-

19 DENGAN MENGAJU KEPADA BERBAGAI KEBIJAKAN PEMERINTAH

Oleh : ILHAM APRIANDI

NIM : 018171296

MATA KULIAH KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI ILMU ADM. NEGARA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………...………………………………………..…2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………… 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………………...4

A. Pengertian Krisis……………………………………………………………………..4
B. Pengertian Kepemimpinan Leadership…………………………………..………...5
1. Teori Kepemimpinan Transformasional………………………………...…………….6
2. Teori Kepemimpinan Transaksional……………………………………..……………7

BAB III PEMBAHASAN……………………………………….………………………… 8

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..………………9

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….………………………………10

2
BAB I

PENDAHULUAN

Penyebaran virus corona jenis baru (SARS-Cov-2) di penghujung tahun 2019 yang
kemudian diberi nama Covid -19 sangat menjadi perhatian dan kekhawatiran dunia. Covid-19
pertama kali ditemukan di kota Wuhan China yang kemudian bermigrasi dan mewabah ke
seluruh dunia. Akibat dari penyebarannya yang cukup masiv tersebut pada akhirnya pada
tanggal 11 Maret 2020 organisasi kesehatan dunia World Health Organizatin (WHO)
menetapkan penyebacaran Covid 19 sebagai pandemi. Setelah ditetapkannya pandemi Covid-
19, tentu saja berbagai negara yang belum maupun yang telah terpapar Covid-19 harus
melakukan berbagai upaya untuk menghentikannya. Dilansir dari healthline, direktur jendral
WHO, Tedros Ghebreyesus menetapkan 4 (empat) hal utama yang harus dilakukan oleh suatu
negara dalam menghadapi penularan Covid-19, yaitu; a) mempersiapkan dan bersiap, b)
deteksi, lindungi, dan rawat, c) kurangi penyebaran, d) inovasi dan belajar.

Hingga kini wabah pandemi Covid-19 telah menyerang hampir seluruh sendi
kehidupan manusia, terutama dari segi kesehatan masyarakat dan ekonomi. Dari data dan fakta
tersebut menjadi dapat dipahami ketika dunia dan WHO sepakat bahwa kondisi yang
diakibatkan pandemi Covid-19 ini merupakan kejadian krisis yang dialami oleh hampir seluruh
negara secara global.

Dalam konteks penanggulangan krisis (crisis management) maka faktor


kepemimpinan (leadership) memegang peranan yang sangat krusial. Sebagaimana
disampaikan oleh Gene Klann dalam buku Crisis Leadership, kepemimpinan senior dari suatu
organisasi merupakan kunci pada saat sebelum, ketika, dan setelah krisis. Kualitas dari seorang
pemimpin (leader) dapat menentukan durasi, tingkat keparahan, dan konsekuensi akhir dari
krisis. Para pemimpin mampu mengatur ritme penanggulangan crisis dengan langsung
memberikan teladan serta menunjukkan perilaku yang diharapkan selama situasi krisis.
Dengan memperhatikan komponen-komponen pengaruh (terutama komunikasi, kejelasan visi
dan nilai-nilai, serta kepedulian), para pemimpin dapat memberikan dampak positif yang
signifikan terhadap suasana sangat manusiawi dan bermuatan emosi yang menyertai krisis.
Sehingga pada gilirannya dapat mengurangi dampak negatif dan durasi

3
krisis untuk kepentingan organisasi.

Dengan latar belakang bahwa negara Indonesia sedang mengalami krisis sebagai dampak dari
pandemic Covid-19 sehingga membutuhkan kepemimpinan (leadership) yang efektif dalam
menanggulanginya, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang definisi krisis itu sendiri
untuk mendapatkan konteks permasalahan berikut berbagai model karakteristik kepemimpinan
(leadership), sehingga bisa menjawab pertanyaan apakah model karakteristik crisis leadership
yang dibutuhkan Indonesia dalam menanggulangi kejadian krisis yang diakibatkan pandemi
Covid-19, serta memberikan rekomendasi perbaikan dari penerapan yang sudah dilakukan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Krisis
Menurut (Devlin, 2007) a “crisis” is an unstable time for an organization, with a distinct
possibility for an undesirable outcome. Yang berarti krisis merupakan suatu keadaan tidak
stabil bagi suatu organisasi, dengan adanya kemungkinan untuk hasil yang tidak diinginkan.
Umumnya krisis dilihat sebagai suatu situasi atau kejadian yang lebih banyak punya implikasi
negatif pada organisasi daripada sebaliknya. (Banks, 1996) Fearn-Banks (1996:1)
mendefinisikan krisis sebagai “a major occurrence with a potentially negative outcome
affecting an organization, company or industry, as well as its publics, products, services or
good name”. (Banks, 1996) Sebagai ancaman ia harus ditangani secara cepat agar organisasi
dapat berjalan normal kembali setelah itu. Untuk itu Holsti melihat krisis sebagai “situations
characterized by surprise, high threat to important values, and a short decision time” Dikutip
dalam (Guth, 1995). Krisis membawa keterkejutan dan sekaligus mengancam nilai-nilai
penting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat untuk mengambil keputusan. Krisis juga
merupakan “a disruption that physically affects a system as a whole and threaten its basic
assumptions, its subjective sense of self, its exixtentia core”. Menurut mereka, krisis biasanya
memiliki tiga dampak, yaitu pertama ancaman terhadap legitimasi organisasi, adanya
perlawanan terhadap misi organisasi, dan ketiga, terganggunya cara orang melihat dan menilai
organisasi.
Dari beberapa penjelasan di atas tentu dapat disimpulkan bahwasannya krisis itu
mempunyai beberapa karakteristik. Yang dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan
sebuah krisis dengan sebuh isu. Karakteristik krisis antara lain :
a. Peristiwa yang spesifik (specific event).
4
b. Krisis bersifat tidak diharapkan dan dapat terjadi setiap saat.
c. Krisis menciptakan ketidakpastian informasi.
d. Menimbulkan kepanikan.
e. Menimbulkan dampak bagi operasional organisasi.
f. Berpotensi menimbulkan konflik.

B. Pengertian Kepemimpinan/Leadership

Kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang


lain atau mengarahkan pihak tertentu untuk mencapai tujuan suatu kelompok, organisasi,
maupun perusahaan. Untuk bisa memiliki kemampuan kepemimpinan atau leadership,
Wahjosumidjo (1987:11) menyatakan Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu hal yang
melekat pada seorang pemimpin yang memiliki sifat tertentu, seperti kepribadian, kemampuan,
dan kesanggupan. Kepemimpinan dapat dikategorikan juga sebagai rangkaian kegiatan
pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan setrta gaya atau perilaku pemimpin
itu sendiri. Kepemimpinan memiliki fungsi-fungsi yang bersifat penting dalam terlaksananya
manajemen kantor demi tercapai tujuan bersama yaitu :

1. Fungsi Intruktif

Fungsi instruktif menempatkan pemimpin sebagai pengambil keputusan dan


pemberi tugas kepada anggotanya untuk menjalankan semua instruksi yang telah
diberikan

2. Fungsi Delegasi

Kepemimpinan juga memiliki fungsi delegasi, yakni memiliki arti perwakilan atau
utusan dengan proses penunjukkan secara langsung maupun musyawarah.
Penunjukkan ini bertujuan untuk mengutus seseorang menjadi salah satu
perwakilan suatu kelompok atau lembaga.

3. Fungsi Partisipasi

Fungsi partisipasi ini menempatkan seorang pemimpin yang mampu mendorong


semua anggota atau pengikutnya untuk berpartisipasi dan berinisiatif dalam suatu
proyek bersama.

5
4. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian dalam kepemimpinan ini artinya pemimpin mampu untuk


mengendalikan semua aktivitas atau pekerjaan anggotanya yang dikerjakan secara
efektif guna mencapai tujuan dan tidak keluar dari aturan yang ditetapkan
sebelumnya.

5. Fungsi Konsultatif

Fungsi kepemimpinan konsultatif menempatkan para anggota organisasi atau


bawahan dapat melakukan konsultasi dengan pemimpinnya untuk mencari solusi
terbaik dalam mencapai tujuan bersama.

terdapat dua teori kepemimpinan yang paling menonjol dalam menjelaskan efektifitas seorang
pemimpin untuk menghadapi keadaan yang saat ini terjadi yaitu teori kepemimpinan
Transformasional dan Transaksional.

1. Teori Kepemimpinan Transformasional

Model kepemimpinan transformasional adalah proses yang mengubah dan mentraformasikan


orang. Model kepemimpinan transformasional berkaitan dengan emosi, nilai, etika, standar,
dan tujuan jangka panjang. Termasuk menilai motif pengikut (follower), memuaskan
kebutuhan mereka dan memperlakukan pengikut sebagai manusia penuh. Kepemimpinan
transformasional melibatkan bentuk pengaruh luar biasa yang menggerakkan pengikut untuk
mencapai lebih dari apa yang biasanya diharapkan dari mereka. Menurut Northouse (2016)
mengemukakan bahwa model kepemimpinan karismatik ini adalah proses seringkali
menggabungkan kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan visioner

Warrilow (2012) mengidentifikasi terdapat empat komponen gaya kepemimpinan


transformasional :

a. Karisma atau pengaruh yang diidealkan, sejauh mana pemimpin berperilaku dengan cara
yang mengagumkan dan menunjukkan pendirian dan keberpihakan yang menyebabkan
pengikut mengidentifikasi diri dengan pemimpin yang memiliki seperangkat nilai yang jelas
dan bertindak sebagai panutan bagi para pengikut.

6
b. Motivasi inspirasional, sejauh mana pemimpin mengartikulasikan visi yang menarik dan
menginspirasi para pengikut dengan optimisme tentang tujuan masa depan, dan menawarkan
makna untuk tugas yang sudah ada di tangan.

c. Stimulasi intelektual, sejauh mana pemimpin menantang asumsi, merangsang dan mendorong
kreativitas dalam pengikut, dengan memberikan kerangka kerja bagi pengikut untuk melihat
bagaimana mereka terhubung (dengan pemimpin, organisasi, satu sama lain, dan tujuan) dan
bagaimana mereka secara kreatif mengatasi setiap rintangan yang dihadapi.

d. Perhatian pada pribadi dan individu, sejauh mana pemimpin hadir untuk kebutuhan masing-
masing individu dan bertindak sebagai mentor atau pelatih dan memberikan rasa hormat dan
penghargaan atas kontribusi individu kepada tim. Hal ini memenuhi dan meningkatkan
kebutuhan setiap anggota tim secara individu untuk pemenuhan terhadap diri sendiri maupun
pemenuhan terhadap harga diri, sehingga dapat menginspirasi pengikut untuk pencapaian dan
pertumbuhan lebih lanjut.

2. Teori Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan Transaksional, yang juga dikenal sebagai kepemimpinan manajerial, berfokus


pada peran pengawasan, organisasi, dan kinerja kelompok; kepemimpinan transaksional adalah
gaya kepemimpinan di mana pemimpin mempromosikan kepatuhan pengikutnya melalui
hadiah dan hukuman (reward and consequences). Tidak seperti kepemimpinan
Transformasional, para pemimpin yang menggunakan pendekatan transaksional tidak ingin
mengubah masa depan, mereka hanya ingin menjaga proses bisnis berlangsung tetap sama.
Para pemimpin model ini sangat memperhatikan detail pekerjaan para pengikut sehingga dapat
menemukan kesalahan dan penyimpangan. Pemimpin transaksional lebih mementingkan
proses daripada gagasan yang berpikiran ke depan. Jenis-jenis pemimpin ini berfokus pada
contingent reward (atau juga dikenal sebagai penguatan contingent positive) atau contingent
penalization (juga dikenal sebagai penguatan contingent negative) (Odumeru, 2013).

7
BAB III

PEMBAHASAN

Pada pembahasan sebelumnya sudah disampaikan bahwa seorang Crisis Leader harus
mempunyai karakteristik pragmatis; cepat bereaksi terhadap perubahan (responsive); tegas
dalam menerapkan compliance termasuk untuk jadwal (schedule) melalui skema performance
management (rewards and consequences); dan mempunya artikulasi yang baik dalam
menyampaikan komunikasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemangku
kepentingan baik dari internal maupun eksternal. Dan dari studi komparatif diatas
menunjukkan bahwa model kepemimpinan Transaksional dapat memenuhi semua kriteria yang
dibutuhkan untuk menjadi crisis leader

COVID-19 merupakan wabah gobal yang mempunyai tingkat kompleksitas tinggi bagi
Indonesia dan seluruh wilayah di dalamnya. Sebagai wabah, ia merupakan isu kesehatan.
Namun karena tingkat penularannya yang sangat tinggi di hampir semua negara di dunia, maka
ia bersinggungan dengan aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, transportasi, dan sebagainya.
Sebagai masalah dengan tingkat kompleksitas tinggi, sangat dibutuhkan cara merespon dan
pendekatan yang tepat dalam penyelesaiaannya.

Disinilah dibutuhkan kepemimpinan yang berkualitas di berbagai level, baik tingkat nasional
sampai daerah supaya bisa menghadapi kompleksitas sistem/masalah yang ada. Baik yang
secara langsung berkaitan dengan COVID-19 maupun karena semakin beratnya tantangan
perubahan yang cepat dan tiba-tiba, ke depan.

Seorang pemimpin harus mampu menterjemahkan sebuah visi ke dalam aksi dalam rangka
melakukan perubahan dan perbaikan dalam masyarakatnya. Apalagi menghadapi kompleksitas
sistem dan masalah yang selalu berubah dalam masyarakat. COVID-19 merupakan tantangan
dengan kompleksitas tinggi, sehingga dibutuhkan kepemimpinan yang berkualitas dan mampu
menghadapi kompleksitas tersebut.

Secara personal, kepemimpinan juga harus didukung oleh karakter-karakter personal yang kuat
dan berkualitas. Kemal Surji (2015) memberikan definisi kepemimpinan dengan cara
menterjemahkan kata per kata yang ada dalam kata “leadership”, yang menghasilkan sejumlah
karakter kepemimpinan sebagai berikut:

a. Listen (mendengar)

8
b. Enthusiasm (antusiasme)
c. Aspiring (Ambisi, Cita-cita)
d. Decisive (mampu memutuskan, menyakinkan)
e. Empower and Encourage (memberdayakan dan mendorong/memberi dukungan)
f. Responsible (Bertanggungjawab)
g. Supportive (peduli)
h. Humble (rendah hati)
i. Inspire with integrtity (inspirasi dengan integritas)
j. Plan (Rencana)

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rekomendasi strategi crisis leadership yang harus diambil pemerintah untuk


meningkatkan efektivitas penanganan krisis pandemi Covid-19 sehingga bisa
memastikan ketahanan nasional adalah sebagai berikut:

a. Menunjuk crisis leader dengan karakteristik model kepemimpinan transaksional


Memberikan dukungan, kewenangan, dan otorisasi yang memadai kepada crisis leader
sebagaimana dimaksud pada item 1 (satu) sehingga bisa lebih efektif dalam
mengkoordinasikan berbagai sektor dalam menangani kejadian krisis Covid-19,
terutama sektor kesehatan masyarakat, keamanan, dan perekonomian.
b. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap kinerja Crisis Leader dan Crisis
Management Team dalam memastikan ketahanan nasional pada masa krisis
pandemi Covid-19

9
DAFTAR PUSTAKA

https://formasibisnis.com/artikel/pengertian-kepemimpinan-atau-leadership-menurut-para-
ahli
Klann, Gene; “Crisis Leadership”; Center for Creative Leadership; ISBN 1-882197-75-5
(2003).
NFPA 1600; “Standard on Continuity, Emergency, and Crisis Management; 2019; ISBN:
978-
145592210-9 (PDF)
Odumeru, James A & Ifeanyi George Ogbonna; “Transformational Vs Transactional
Leadership Theories: Evidence in Literature”; International Review on Management and
Business Research, Vol. 2 Issue. 2, June 2013; ISSN: 2306-9007.

10

You might also like