You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak
dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma disekitar areal tanaman budidaya dapat
dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida.
Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk mengendalikan
tumbuhan pengganggu atau gulma. Sedangkan substitusi pengatur tumbuhan adalah
gugusan organik yang bukan nutrisi, dalam jumlah sedikit dapat menghambat atau
memodifikasi proses fisiologis tumbuhan yang mungkin dapat pula berarti
permodifikasian pertumbuhan, herbisida translokasi, dan herbisida sistemik. Dalam
klasifikasi herbisida dapat dibedakan yaitu menurut waktu aplikasi, menurut cara kerja,
dan menurut sifat bahan kimianya. Penggunaan salah satu jenis herbisida secara terus-
menerus dapat menyebabkan gulma menjadi resisten. Untuk menghindari hal tersebut,
maka diusahakan mencampurkan dua jenis herbisida dalam mengendalikan gulma.
Berbagai bahan kimia dipandang mempunyai prospek yang baik untuk mengendalikan
gulma, akan tetapi efektif tidaknya suatu herbisida yang digunakan tergantung pada jenis
dan dosis herbisida yang suatu diberikan serta besar kecilnya pengaruh lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan herbisida ?
2. Apa saja jenis-jenis herbisida ?
3. Apa saja contoh-contoh dari herbisida ?
4. Bagaimana cara menganalisis contoh herbisida ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang herbisida
2. Untuk mengetahui jenis–jenis herbisida
3. Untuk mengetahui contoh-contoh dari herbisida
4. Untuk mengetahui cara menganalisis contoh herbisida

1 Herbisida
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Herbisida


Gulma merupakan jenis tumbuhan yang hidupnya atau keberadaannya tidak
dikehendaki. Munculnya suatu jenis gulma disekitar areal tanaman budidaya dapat
dikendalikan dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan herbisida.
Herbisida adalah bahan atau senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk
mengendalikan tumbuhan penganggu atau gulma. Dalam menggunakan herbisida tidak
boleh sembarangan karena dapat berakibat negatif bagi lingkungan maupun
penggunaannya. Oleh sebab itu sebelum menggunakan dibaca labelnya sehingga tidak
membuat kesalahan dalam pengaplikasiannya di lapangan.

2.2 Klasifikasi Herbisida


Klasifikasi herbisida berdasarkan jenis-jenisnya sebagai berikut:
A. Jenis-jenis herbisida berdasarkan pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman
dengan dua cara, yaitu:
a. Herbisida selektif
Adalah herbisida yang bersifat lebih beracun untuk tumbuhan tertentu daripada
tumbuhan lainnya. Herbisida ini diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi
hanya akan mematikan gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman yang
dibudidayakan. Contoh herbisida jenis ini, yaitu ametrin, diuron, oksifluorfen,
klomazon dan karfentrazon.
b. Herbisida non selektif
Adalah herbisida yang beracun bagi semua spesies tumbuhan yang ada.
Herbisida jenis ini diaplikasikan lewat tanah atau daun yang dapat mematikan
hampir semua jenis tumbuhan. Contoh herbisida jenis ini, yaitu glifosat dan
paraquat.
B. Jenis-jenis herbisida berdasarkan pada media atau jalur aplikasinya, yaitu:
a. Foliar applications atau herbisida yang diaplikasikan ke daun
Herbisida ini diaplikasikan melalui daun atau tajuk gulma. Herbisida yang yang
digunakan adalah herbisida pasca tumbuh. Herbisida ini diaplikasikan pada saat
2 Herbisida
daun-daun gulma yang tentunya sudah tumbuh. Contoh herbisida pasca tumbuh
adalah glifosat, paraquat, glufusinat, dan propanil.
b. Soil applications atau herbisida yang diaplikasikan ke tanah
Herbisida ini diaplikasikan melalui tanah, baik dilakukan dengan cara
menyemprotkan pada permukaan tanah maupun dicampur dengan tanah. Herbisida
yang diaplikasikan melalui tanah diarahkan untuk mengendalikan gulma sebelum
gulma tersebut tumbuh. Contoh herbisida ini yaitu diuron, oksadiazon,
oksifluorfen, ametrin, butaklor, dan metil metsulfuron.
C. Jenis-jenis herbisida berdasarkan cara kerja herbisida dalam tumbuhan, yaitu:
a. Herbisida kontak (tidak ditranslokasikan)
Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma
yang terkena langsung dengan herbisida. Sifat herbisida ini tidak ditranslokasikan
atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Jika banyak organ gulma yang terkena
herbisida, maka semakin baik juga daya kerja herbisida. Contoh herbisida kontak
yang bersifat selektif yaitu oksifluorfen, oksadiazon, dan propanil, serta bagian
lainnya yang tidak selektif seperti paraquat dan glufosinat.
b. Herbisida sistemik (ditranslokasikan)
Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya
kontak pertama dengan herbisida ke bagian lainnya, biasanya akan menuju pada
titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif
berlangsung. Herbisida jenis ini dapat dipalikasikan melalaui tajuk maupun melalui
tanah. Contoh herbisida yang melalui tajuk yaitu herbisida glifosat, sulfosat, dan
ester. Contoh herbisida yang melalui tanah yaitu herbisida ametrin, atrazin,
metribuzin, dan diuron.
D. Jenis – jenis herbisida berdasarkan waktu pengaplikasiannya, yaitu:
a. Herbisida pratumbuh
Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Keunggulan
herbisida pra-tumbuh ini adalah mampu mengendalikan gulma seawal mungkin,
sehingga kerugian akibat gangguan gulma bisa diminimalisir sedini mungkin.
Namun disisi lain herbisida pra-tumbuh memiliki kelemahan diantaranya harganya
yang biasanya lebih mahal dan juga hanya efektif untuk mengendalikan gulma

3 Herbisida
yang berkembang biak dengan biji serta pada saat aplikasi membutuhkan kondisi
lahan yang benar-benar bebas gulma dan dalam kondisi kelembaban tanah yang
cukup.
b. Herbisida purna-tumbuh
Herbisida ini diaplikasikan pada saat gulma sudah tumbuh. Keunggulan
herbisida purna-tumbuh ini sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan gulma.
Dan apabila dilihat dari sisi biaya, memiliki biaya yang cukup rendah
dibandingkan dengan umumnya herbisida pra-tumbuh maupun dengan cara manual
maupun secara mekanis.

2.3 Contoh – Contoh Herbisida


a. Herbisida berbahan aktif oksifluorfen.
Ini termasuk herbisida pra tumbuh .Merk dagangnya antara lain: Goal 2EC, Golma
240 EC, GoL ok 240 EC.

Herbisida diatas bekerja secara kontak


untuk gulma pra tumbuh, lebih jelasnya
untuk mengendalikan bibit rumput liar agar
tidak tumbuh mengganggu tanaman.
Cara penggunaannya: dengan
disemprotkan pada tanaman yang baru
ditanam, misalnya bawang merah, kacang
tanah, tebu, persemaian padi, jagung, dll. Untuk tanaman yang jenis biji (jagung,
kacang tanah, persemaian padi, jagung, dll) harus terpendam dalam tanah, jangan
sampai sampai terkena semprot. Untuk dosisnya 30 cc per 17 liter air per tangki
semprot.

4 Herbisida
b. Herbisida berbahan aktif Isopropilamina glifosat.
Merk dagangnya antara Roundup 480g/l , Glisat 480 g/l , Bionasa 480 g/l , Konup
480 g/l , Basmilang 480 g/l dan Glibas 480 g/l.

Herbisida ini termasuk herbisida sistemik


yang bekerja dan membunuh rumput liar atau
gulma sampai ke akarnya, reaksi terhadap
rumput yang telah disemprot mulai satu minggu
keatas dan lama-kelamaan akan mati.
Cara penggunaannya dengan disemprot
pada hamparan rumput yang sudah tidak ada
tanamannya dengan dosis 200 cc per 17 liter
per tangki semprot.

c. Herbisida berbahan aktif Paraquat diklorida 276 g/l


Merk dagangnya antara lain Gramoxon 276 g/l, Noxon 276 g/l, Bravoxone 276 g/l.

Herbisida ini termasuk herbisida kontak


yang membasmi rumput pada bagian yang
terkena saja, tidak sampai ke akarnya.
Herbisida ini bereaksi langsung beberapa menit
setelah disemprotkan, rumput akan layu dan
mati.
Cara penggunaannya: biasanya
disemprotkan pada tanaman jagung yang mempunyai tinggi lebih dari 60 cm, asalkan
tidak terkena tunas tanaman jagung. Dosisnya 90 cc per 17 liter per tangki semprot.

5 Herbisida
d. Herbisida berbahan aktif Shalatop butyl, Penoksulan, Bispyribac-sodium
Merk dagang Clincher 100EC, Clipper 25OD, Topshot 60OD, Nominee 100OF.

Herbisida ini termasuk herbisida sistemik


yang dikhususkan pada tanaman padi. Cara
aplikasinya: disemprotkan disela tanaman padi
secara merata dan tidak berpengaruh pada
pertumbuhan padi dan disemprotkan 10-25
hari setelah tanam. Dosisnya 30 cc Clincher
100EC + 60 cc Clipper 25OD dicampur
dengan 17 liter air sedangkan untuk Topshot (Shalatop butyl dan penoksulan sudah
menjadi satu dalam botol) maka pemberian dosisnya 75 cc per 17 liter air per tangki
semprot, bila rumputnya sudah tebal dosisnya dapat ditambah. Pada Nominee dosis
pemakaiannya 50 cc per 17 liter per tangki semprot (perlu diperhatikan saat
penyemprotan, tanah harus kering dan tidak ada airnya, tanaman padi tidak dialiri air
selama dua hari). Reaksi obat ini baru kelihatan setelah satu minggu penyemprotan.

e. Herbisida berbahan aktif Tiobenkarb 400 g/l dan 2,4 D IBE 600 g/l
Merk dagangnya Saturn-D 600 g/l

Herbisida ini termasuk herbisida pra dan


purna tumbuh yang dikhususkan pada tanaman
padi. Cara aplikasinya dengan disebar di petak
sawah yang agak becek (air menggenang
selama tiga hari berturut-turut). Dosis
pemakaiannya 15-20 kg per satu hektar.

6 Herbisida
2.4 Herbisida GRAMOXONE 276 SL

Salah satu contoh dari


herbisida adalah GRAMOXONE
276SL merupakan herbisida purna
tumbuh yang bersifat kontak,
berbentuk larutan dalam air berwarna
hijau tua, untuk mengendalikan
anakan sawit liar, gulma berdaun
lebar dan sempit serta teki di lahan
tanpa tanaman, Hutan Tanaman industri, cengkeh, jarak pagar, kakao,
kapas, karet, kelapa hibrida, kelapa sawit.

 Produsen : PT Syngenta Indonesia


 Bahan aktif : Parakuat diklorida 276 g/ l.
 No. Daftar : RI. 010301197436
 Sifat dan Cara Kerja : Kontak non selektif yang bekerja cepat untuk
mengendalikan berbagai jenis gulma pada tanaman perkebunan, pertanian dan sayuran.
 Formulasi Gramoxone mengandung 3 bahan pengaman yaitu Stench (pembau), Emetic
(pemuntah) dan Dye (pewarna).

2.4.1 Contoh sasaran gramoxone 276 SL pada tanaman :

Tanaman Sasaran
Albizia falcata gulma berdaun sempit Digitaria adscendens, gulma
berdaun lebar Ageratum conyzoides
Cengkeh, Kakao gulma berdaun lebar Ageratum conyzoides dll, gulma
Jagung gulma berdaun lebar Cleome asvera, gulma berdaun
sempit Axonopus compressus
Kedelai guma berdaun lebar Richardia brassiliensis, gulma
berdaun sempit Brachiaria mutica
Mangga gulma berdaun lebar Scoparia dulcis, gulma berdaun
sempit Axonopus compressus
Melon gulma berdaun lebar Cleome asvera, gulma berdaun

7 Herbisida
sempit Echinochloa colona
Pisang gulma berdaun sempit Ottochloa nodosa

Cara Pakai:

1. Tuangkan racunnya pada tutup botol


hingga penuh dan tuang di sebuah ember
yang sudah khusus untuk mencampur
racun dengan air. Cairannya warna hijau
lumut pekat.
2. Ditambahkan air kira-kira sampai terisi
penuh dan kemudian aduk.

2.4.2 Bahan Aktif Pada Gramoxone 276 SL

Paraquat diklorida

Tampilan : senyawa ini berwujud padatan berwarna putih bersih dan sangat larut
dalam air

Nama Kimia : 1,1-dimethyl-4,4-bipyridylium dichloride

Bobot molekul : 276 g/mol

Rumus Kimia : [C12H14N2]Cl2

Mekanisme kerja paraquat :

8 Herbisida
Cell membran distruptor, yaitu mengganggu permeabilitas sel (membran)
dengan memproduksi radikal bebas, diaktifkan oleh sinar matahari. Hal ini juga
mempengaruhi aktivitas fotosintesis.

Gambar 1. Paraquat setelah pengaplikasian selama 24 jam pada gulma tanaman


kedelai

Tingginya intensitas aplikasi dan jumlah herbisida yang diaplikasikan


menimbulkan kekhawatiran yang cukup beralasan mengenai bahaya pencemaran yang
berasal dari residu herbisida yang tertinggal dilingkungan, khususnya dalam tanah dan
air. Residu herbisida dalam air dan tanah dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan
kesehatan bagi manusia dan hewan serta dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
budidaya pada musim berikutnya. Penggunaan herbisida paraquat memberikan
manfaat bagi petani, yaitu meningkatkan hasil produksi pertanian dengan mencegah
hama. Disisi lain, herbisida juga memberikan dampak pencemaran lingkungan yang
signifikan bagi ekosistem, hal ini dikarenakan bahan aktif pestisida adalah persisten
organic polutan. Selain itu,penggunaan herbisida dengan sembarangan dapat
mengakibatkan terjadinya keracunan herbisida. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah tingkatpendidikan, lama menyemprot, frekuensi penyemprotan, dan status gizi.
Herbisida Paraquat memberikan efek toksik pada manusia. Efek toksik yang
ditimbulkan berbeda, tergantung bagaimana zat tersebut masuk kedalam tubuh
manusia. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Oral, Merupakan jalan masuknya zat yang paling sering yang didasari adanya
tujuan bunuh diri. Tertelannya paraquat juga dapat terjadi secara kebetulan atau dari
masuknya butiran semprotan kedalam faring, namun biasanya tidak menimbulkan
keracunan secara sistemik.
9 Herbisida
2.Inhalasi, Belum ada kasus keracunan sistemik yang dilaporkan dari paraquat
akibat inhalasi droplet paraquat yang ada di udara.
3.Kulit, Kulit normal yang intak merupakan barier yang baik mencegah absorbsi
dan keracunan sistemik. Namun, jika terjadi kontak yang lama dan lesi kulit yang luas,
keracunan sistemik dapat terjadi dan dapat menyebabkan keracunan yang berat sampai
kematian. Kontak yang lama dan trauma dapat memperburuk kerusakan kulit, namun
ini terbilang jarang.
4.Mata, Konsentrat paraquatyang terpercik dapat menyebabkan iritasi mata yang
jika tidak diobati dapat menyebabkan erosi atau ulkus dari kornea dan epitel
konjungtiva. Inflamasi tersebut berkembang lebih dari 24 jam dan ulserasi yang terjadi
menjadi faktor resiko infeksi sekunder. Jika diberikan pengobtan yang adekuat,
penyembuhan biasanya sempurna walaupun memakan waktu lama.
Dengan bahayanya efek toksik paraquat tersebut, maka di Indonesia telah
ditetapkan peraturan pemerintah bahwa herbisida paraquat tidak boleh beredar bebas
dan hanya orang-orang yang terlatih dan mendapatkan sertifikat yang diizinkan
menggunakannya.

No Jenis pestisida Komoditas BMR (mg/kg)


PARAKUAT
1 Beras 10
2 Beras, Polished 0,5
3 Beras, unhusked 10
4 Biji bunga matahari 2
5 Biji kapas 0,2
6 Daging sapi, babi dan domba 0,05
7 Gandum 0,5
8 Ginjal babi 0,5
9 Ginjal domba 0,5
10 Ginjal sapi 0,5
11 Hops, kering 0,2
12 Jagung 0,1
13 Jeroan sapi, babi dan domba 0,05
14 Kacang kedelai (kering) 0,1
15 Kentang 0,2
16 Minyak biji bunga matahari dapat 0,05
dimakan
17 Minyak biji bunga matahari, mentah 0,05
18 Minyak biji kapas 0,05

10 Herbisida
19 Minyak biji kapas dapat dimakan 0,05
20 Minyal zaitun 1
21 Passion fruit
22 Sayuran (kecuali yang ada dalam 0,2
daftar)
23 Sorgum 0,05
24 Susu 0,01
25 Telur 0,01
Tabel 1. Batas maksimum residu paraquat berdasarkan SNI 7313:2008

2.5 Analisis residu herbisida (parakuat)


Dalam penggunanaan herbisida dapat menimbulkan adanya residu, salah satunya
residu pada tanaman yang terkena herbisida, untuk menganalisisnya salah satu metode
yang dapat dilakukan adalah dengan metode (Deret warna konsentrasi paraquat)
spektrofotometri uv – vis.
A. Persiapan sampel
a. 1 g tanaman diekstraksi dengan 10 ml aquades dengan cara pengocokan selama 5
menit (alat vortex) dan tambahkan 2 tetes EDTA 5%.
b. Kemudian hasil ekstraksi disentrifus dan saring dengan kertas Whatman No.41 dan
ambil filtratnya sebanyak 2 ml,
c. kemudian tambahkan 2 ml glukosa 0,5%,2 ml NaOH 2 M dan terakan dengan
aquades sampai 10 ml dan homogenkan.
d. Setelah homogen dipanaskan pada water bath (70- 100°C) selama 2 menit dan ukur
absobansinya pada panjang gelombang 600 nm dan dilakukan juga metode analisis
seperti di atas untuk larutan standar paraquat.
B. Pembuatan deret warna konsentrasi paraquat dalam sampel tanaman
Dibuat deret intensitas warna
dari konsentrasi: 0; 25; 50; 75 dan
100 ppm paraquat yang sesuai
dengan hasil pengamatan intensitas
warna dari hasil validasi
pengembangan analisis paraquat
dalam sampel tanaman.

11 Herbisida
Contoh data hasil absorbansi :

Konsentrasi Absorbansi Absorbansi


(ppm) 1
0 0,000 f(x) = 0.009176 x − 0.00559999999999999
0.8
R² = 0.99899539232094

Absorbansi
25 0,218 0.6 Absorbansi
0.4 Linear
50 0,442 (Ab-
Perhitungan Konsentrasi sampel : sorbansi)
75 0,700 0.2
y = 0,0092x
0 - 0,0056
100 0,906
0 20 40 60 80 100 120
Sampel 0,220 0,220 = 0,0092x – 0,0056
Konsentrasi (ppm)
X = 2,45 ppm
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai konsentrasi sampel sebesar 2,45 ppm.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12 Herbisida
Herbisida adalah bahan kimia yang dapat mematikan ataupun menghambat
pertumbuhan normal bagi gulma. Salah satu contoh dari herbisida adalah Gramoxone
276SL yang merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak. Bahan aktif yang
terdapat dalam Gramoxone adalah paraquat. Paraquat dapat menyebabkan gejala
keracunan seperti mimisan, iritasi mata, infeksi kulit, iritasi kulit, kuku mudah copot dan
luka daerah perut. Analisis residu paraquat salah satunya dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis.

DAFTAR PUSTAKA

Akobundu, I. O. 1987. Weed Science In The Tropics Principles and Practices. Wiley.
Interscience Publication: New York.

13 Herbisida
Antara News. 2009. Penggunaan Pestisida Dapat Picu Parkinson.
http://www.antaranews.com/berita/1253022138/penggunaan-pestisida-dapat-picu-
parkinson.html. [diakses pada 30 Mei 2016]
Ashton FM, Crafts AS. 1981. Mode of Action of Herbicides. 2 nd ed. JhonWiley And Sons.
Inc. New York. p.166-175.
Cremlyn R. 1978. Pesticides. Preparation and Mode of Action. New York (NY): JohnWiley
andSons, Inc. p.159-162
Dad R. J. Sembodo. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Penerbit Graha Ilmu: Yogyakarta.
Digilib.unila.ac.id.herbisida-paraquat-diklorida [diakses pada 30Mei 2016]
Extoxnet PIP. 2011. Paraquat. http://extoxnet.orst.edu/pips/paraquat.htm [diakses pada 30 Mei
2016]
Gilbert, Steven A. 2004. A small dose of toxicology: the Health Effects of Common
Chemicals. CRC Press.p.78.
Paraquat Data Sheet. 2011. Paraquat.
http://wvlc.uwaterloo.ca/biology447/modules/intro/assignments/grm.htm [diakses pada 30
Mei 2016]
Poisoned, Silenced. 2002. The Study of Pesticides Poisoning in the Plantations. Pesticide
Monitor.Vol.2, No.3/6, July 2002. ISSN: 1394-7400
Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliaannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan
Aceh. PT Gramedia: Jakarta.
Saragih B. 2005. Penggunaan pestisida di perkebunan kelapa sawit. Down to Earth.No.66.
Agustus. http://dte.gn.apc.org/66ipes.htm. [diakses pada 30 Mei 2016]
Simon VA, Taylor A. 1989. High sensitivity HPLC analysis of diquat and paraquat wirh
confirmation. JChromatogr. 479:153-158
Sukman, Y. dan Yakub. 1991. Gulma dan Teknis Pengendaliannya. Rajawali: Jakarta.
Wikipedia. 2011. Paraquat. http://en.wikipedia.org/wiki/Paraquat. [diakses pada 30 Mei
2016]

14 Herbisida

You might also like