You are on page 1of 14

LECTURE NOTES

ACCT6384 – Accounting for Small


Medium Enterprise

Week 1
The Basics of SME

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


LEARNING OUTCOMES

1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan teori UKM, konsep dan prinsip akuntansi
sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi UKM
(LO1).

OUTLINE MATERI (Sub-Topic):

1. The Definition
2. Criteria of SME
3. Classification and Characteristic of SME
4. SME in Indonesia
5. The Opportunities and Challenges in Indonesia

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


ISI MATERI

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,
UMKM didefinisikan sebagai berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah,
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya
dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang
berkeadilan.

Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


Bentuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdiri dari perusahaan perorangan Firma
persekutuan baik Firma maupun CV maupun perseroan terbatas. Kriteria yang membedakan
usaha mikro kecil dan menengah dapat dilihat dari jumlah aset dan hasil penjualan (omset)

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


tahunan usaha tersebut sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang nomor 20 tahun
2008 tentang UMKM adalah sebagai berikut:
(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:


a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:


a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
milyar rupiah).

Sektor Bisnis UMKM


Terdapat tujuh sektor bisnis UMKM, yaitu:
1. Sektor Perdagangan
Perdagangan adalah kegiatan penjualan kembali (tanpa Perubahan teknis) barang baru
maupun bekas. Perdagangan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Perdagangan umum, yang mencakup jenis perdagangan Sembilan bahan pokok,
klontong/pracangan, perdagangan bahan bangunan, perdagangan peralatan
elektronik/listrik, perdagangan hasil bumi, dll.
b. Bisnis penyalur/distributor, yang melakukan penjualan secara tunai/kredit suatu
produk tertentu secara grosir (dalam jumlah besar).

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


2. Sektor Industri Pengolahan
Industri pengolahan ialah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang nilai lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industry. Contohnya
industri makanan/minuman, pertambangan, pengrajin, konveksi. Berdasarkan jumlah
tenaga kerja, industry pengolahan dikelompokkan menjadi:
a. Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih
b. Industri sedang atau menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20 sampai 99 orang
c. Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang
d. Industri mikro atau rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang.
Selain berdasarkan jumlah tenaga kerja, industry pengolahan dikategorikan menjadi:
a. Industri kimia dasar, seperti industry semen, obat-obatan, kertas dan pupuk
b. Industri mesin dan logam dasar, seperti industry pesawat terbang tekstil serta
kendaraan bermotor
c. Industri kecil, seperti industri pakaian, makanan dan minuman

3. Sektor Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilaksanakan oleh
manusia agar dapat menghasilkan bahan pangan, bahan baku industry atau sumber
energi serta mengelola lingkungan hidupnya. Sektor pertanian mencakup berbagai
subsector seperti tanaman pangan, hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias),
tanaman perkebunan, perikanan serta peternakan.

4. Sektor Perkebunan
Perkebunan ialah kegiatan mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media
tumbuh lain pada ekosistem sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil
tanaman, dengan manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat. menurut komoditasnya, perkebunan terdiri atas 127 jenis
tanaman tahunan dan semusim dari dataran rendah sampai tinggi. Menurut bentuk
usaha, perkebunan meliputi perkebunan besar negara, swasta, dan perkebunan rakyat.

5. Sektor peternakan

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


Peternakan ialah kegiatan mengembangbiakkan dan/atau membudidayakan hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. kegiatan pada
bidang peternakan berdasarkan produk yang dihasilkan terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu produk peternakan besar utama (sapi, kerbau, dan sapi perah) serta produk
peternakan kecil utama (domba, kambing, babi, kelinci, ayam, itik, lebah, dll)

6. Sektor Perikanan
Perikanan adalah Semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau
membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan
menyimpan, mendinginkan, pengeringan atau mengawetkan ikan dengan Tujuan untuk
menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial).

7. Sektor Jasa
Usaha jasa (service business) merupakan suatu usaha yang kegiatannya dilakukan
dengan cara memberikan jasa kepada konsumen dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Sektor jasa mencakup jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi individu
(kuliner, pengiriman barang, perawatan tubuh, transportasi,dll) serta jasa untuk
memenuhi kebutuhan usaha lainnya (keuangan, pelatihan, penyedia outsourcing, jasa
konsultan, jasa advokat, perbengkelan, restoran jasa konstruksi, jasa transportasi, jasa
telekomunikasi, jasa pendidikan, jasa simpan pinjam, dll)

Karakteristik Dasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Karakteristik dasar usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM yang ada di Indonesia
berbeda dengan negara lainnya. Jika di negara lain, UMKM dijadikan sebagai penghubung
yang efisien dan handal bagi perusahaan besar, akan tetapi UMKM di Indonesia memiliki
karakteristik yang berbeda yang menyebabkan UMKM Indonesia masih kalah bersaing
dengan UMKM di negara lain. Adapun karakteristik dasar tersebut antara lain:
1. Terdapat kesulitan dalam hal peminjaman modal, terutama pada saat pengajuan kredit
di lembaga keuangan formal. sebagian besar lembaga keuangan di Indonesia
mengharuskan UMKM agar membuat laporan keuangan sebagai syarat pengajuan
kredit

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


2. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pada usaha mikro kecil dan menengah
di Indonesia
3. Keterbatasan teknologi yang mengakibatkan kualitas produk yang dihasilkan suatu
entitas masih rendah
4. Keterbatasan dalam perolehan dan bahan baku
5. Lemahnya aspek pemasaran sehingga suatu entitas kesulitan dalam memasarkan
produk yang dihasilkan
6. Masih lemahnya hubungan kerjasama dengan perusahaan besar

Karakteristik UMKM adalah sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktivitas usaha
maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan di dalam menjalankan bisnisnya.
Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda di antara pelaku usaha sesuai dengan skala
usaha. Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu usaha
mikro (jumlah karyawan 10 orang), usaha kecil (jumlah karyawan 30 orang), serta usaha
menengah (jumlah karyawan hingga 300 orang).
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, sebuah
perusahaan yang digolongkan Sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan
dikelola olah seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah
Kekayaan dan pendapatan tertentu.

1. Usaha Mikro,
memiliki karakteristik sebagai berikut
a. Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti.
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap; sewaktu-waktu dapat pindah tempat
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun
d. Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha
e. Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai
f. Tingkat Pendidikan rata-rata relatif rendah
g. Umumnya belum mempunyai akses kepada perbankan, tetapi Sebagian besar
sudah mempunyai akses kepada lembaga keuangan non-bank

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


h. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP
i. Misalnya: usaha perdagangan seperti kaki lima dan pedagang di pasar

2. Usaha Kecil
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah
b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah
c. Umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walaupun masih sederhana
d. Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga
e. Sudah membuat rencana usaha
f. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP
g. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha
h. Sebagian besar sudah mempunyai akses kepada perbankan untuk keperluan
modal
i. Sebagian besar belum dapat menjalankan manajmene usaha dengan baik seperti
perencanaan bisnis
j. Misalnya: pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya

3. Usaha Menengah
a. Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik dengan pembagian tugas
yang jelas antara bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
secara teratur sehingga memudahkan untuk melakukan audit dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
c. Telah melakukan aturan atau Pengelolaan dan organisasi perburuhan
d. Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga
e. Sudah memiliki akses kepada sumber pendanaan perbankan
f. Umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik
g. Misalnya, usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan marmer
buatan

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


4. Usaha Besar
Usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah Kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi
usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia

Ciri-ciri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Adapun ciri-ciri dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
1. Jenis produk yang dihasilkan merupakan produk yang dibutuhkan oleh customer
2. Tempat usaha yang didirikan pada umumnya menetap dan tidak berpindah-pindah
3. Memiliki izin usaha atau syarat legalitas lainnya, contohnya Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), NPWP dan lain
sebagainya
4. Memilih sumber daya manusia yang memiliki jiwa entrepreneur sehingga mampu
mengelola usahanya untuk lebih maju
5. Memiliki perencanaan bisnis (business planning) yang baik sehingga perusahaan dapat
merealisasikan tujuan bisnisnya
6. Membuat laporan keuangan suatu usaha setidaknya telah memiliki pembukuan
sederhana, yang memisahkan antara aset kewajiban maupun modal milik usaha dengan
milik pribadi (keluarga)

Peluang dan Kendala Bisnis UMKM di Indonesia


Ada beberapa upaya yang Perlu dilakukan pelaku UMKM untuk memperkuat daya saingnya
dalam menghadapi pasar global.
1. Meningkatkan kualitas dan standar produk.
Agar dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar di Kawasan ASEAN dan di pasar
global, produk yang dihasilkan UMKM harus memenuhi kualitas dan standar sesuai
kesepakatan ASEAN dan negara tujuan.
2. Meningkatkan aspek finansial.
Selama ini belum banyak UMKM yang memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan
perbankan Sebagai upaya penambahan modal bagi pengembangan usahanya. Hasil survei

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


Regional Development Institute (REDI) tahun 2012 menyebutkan bahwa ada tiga gap yang
dihadapi UMKM terkait dengan akses finansial bagi UMKM, yaitu:
a. Aspek formalitas, dimana banyak UMKM yang tidak memiliki status hukum
b. Aspek skala usaha, dimana sering kali skema kredit yang disiapkan perbankan tidak
sejalan dengan skala usaha UMKM
c. Aspek informasi, dimana perbankan tidak tahu UMKM yang seharusnya dibiayai dan
UMKM tidak tahu skema pembiayaan apa yang tersedia di perbankan.
Ketiga gap tersebut harus diatasi secara proaktif oleh UMKM maupun pemerintah di
antaranya dengan peningkatan kemampuan SDM yang dimiliki UMKM, perbankan,
serta Pendamping UMKM.

3. Meningkatkan kualitas SDM dan jiwa Kewirausahaan UMKM


Kualitas SDM pelaku UMKM di Indonesia masih tergolong rendah terlebih aspek jiwa
kewirausahaannya. Agar memperkuat kualitas SDM dan jiwa Kewirausahaan UMKM,
maka UMKM harus aktif mengikuti Pendidikan dan Latihan keterampilan, manajemen
serta diklat teknis lainnya yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.

4. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi guna pengembangan


UMKM inovatif.
Akses dan transfer teknologi untuk UMKM merupakan tantangan. Peran incubator,
Lembaga riset dan kerja sama antara Lembaga riset dan perguruan tinggi, serta dunia
usaha untuk alih teknologi Perlu digalakkan. UMKM harus aktif melakukan kerja sama
atau kemitraan dengan perusahaan besar dari dalam dan luar negri untuk alih teknologi
5. Membangun akses informasi dan promosi di luar negri.
Sebaik apa kualitas produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak
mengetahuinya, maka produk itu akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, akses informasi
dan promosi produk UMKM, khususnya memperkenalkan di pasar ASEAN harus
ditingkatkan melalui dunia maya atau mengikuti kegiatan pameran di luar negri.

Terdapat dua kendala yang sering muncul dalam UMKM, yaitu:


1. Kendala Internal
a. Modal

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


• Sekitar 60-70% UMKM belum mendapat akses atau pembiayaan perbankan
• Sedikit perbankan bisa menjangkau hingga ke daerah pelosok dan terpencil
• Manajemen bisnis UMKM masih dikelola secara manual dan tradisional secara
khusus manajemen keuangan karena pengelola belum mampu memisahkan uang
untuk operasional rumah tangga.
b. Sumber Daya Manusia (SDM):
• Kurangnya pengetahuan mengenai teknologi produksi terbaru beserta cara
melakukan quality control terhadap produk
• Kemampuan membaca kebutuhan pasar masih belum tajam sehingga belum
mampu menangkap secara cermat kebutuhan yang diinginkan oleh pasar
• Pemasaran produk masih menggunakan cara sederhana dan belum menggunakan
jaringan internet atau media sosia Sebagai alat pemasaran
• Belum dapat melibatkan lebih banyak tenaga kerja karena adanya keterbatasan
kemampuan menggaji
• Pemilik UMKM masih sering terlibat dalam persoalan teknis sehingga kurang
memikirkan tujuan atau rencana strategis jangka panjang usahanya
c. Hukum
Pada umumnya pelaku usaha UMKM masih berbadan hukum perorangan
d. Akuntabilitas
Belum mempunyai sistem administrasi keuangan dan manajemen yang baik.
2. Kendala Eksternal
a. Iklim usaha
• Koordinasi di antara stakeholder UMKM masih belum berpadu karena
Lembaga pemerintah, institusi Pendidikan, Lembaga keuangan dan asosiasi
usaha lebih sering berjalan sendiri-sendiri
• Belum tuntasnya penanganan aspek legalitas badan usaha serta kelancaran
prosedur perizinan, pendataan lokasi usaha, biaya transaksi/usaha yang
tinggi, infrastruktur, dan kebijakan aspek pendanaan untuk UMKM.
b. Infrastruktur
• Terbatasnya sarana dan prasarana usaha terutama berkaitan dengan alat
teknologi
• Kebanyakan UMKM menggunakan teknologi yang masih sederhana.

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


c. Akses
• Keterbatasan akses terhadap bahan baku sehingga sering kali UMKM masih
mendapatkan bahan baku yang berkualitas rendah
• Akses terhadap teknologi, terutama jika pasar dikuasai oleh perusahaan/grup
bisnis tertentu.
• Belum mampu mengimbangi selera konsumen yang cepat berubah terutama
bagi UMKM yang telah mampu menembus pasar ekspor, sehingga sering
kali terlibat dengan perusahaan yang bermodal lebih besar.

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


SIMPULAN

1. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha
Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan,
dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
2. Terdapat tujuh sektor bisnis UMKM, yaitu sektor perdagangan, sektor industry
pengolahan, sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor perikanan,
sektor jasa.
3. Kriteria UMKM dan Usaha Besar berdasarkan Aset dan Omzet
Ukuran Usaha Kriteria
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp50 juta Maksimal Rp300 juta
Usaha Kecil > Rp50 juta – Rp500juta > Rp300 juta – Rp2,5 milyar
Usaha Menengah > Rp500juta – Rp10 milyar > Rp 2,5milyar – Rp50milyar
Usaha Besar > Rp 10milyar > Rp50 milyar

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise


DAFTAR PUSTAKA

David Wijaya, S.E., M.M. (2018). Akuntansi UMKM. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.
ISBN: 9786025568299

V. Wiratna Sujarweni. (2020). Akuntansi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Pustaka
Baru Press. Yogyakarta. ISBN 9786023763122

ACCT6384 – Accounting for Small Medium Enterprise

You might also like