You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338739215

ANALISIS HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK


SETARA PADA KARANGAN MAHASISWA (Studi Analisis Hubungan Makna
Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Setara Pada Karangan Mahas...

Article · January 2017

CITATIONS READS

0 1,997

1 author:

Cinde Diningsih
Universitas Suryakancana
5 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PBSI Unsur View project

All content following this page was uploaded by Cinde Diningsih on 22 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MAJEMUK SETARA PADA KARANGAN MAHASISWA
(Studi Analisis Hubungan Makna Antarklausa dalam Kalimat
Majemuk Setara Pada Karangan Mahasiswa Tingkat II Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Suryakancana
Tahun Ajar 2016-2017)

Cinde Adia Diningsih


Universitas Suryakancana Cianjur
Cinde@unsur.ac.id

ABSTRAK
One of the important systems in the language of the sentence is well-
informed about the sentence gave a huge contribution in determining the
effectiveness of communication activities. Sentence in any language can be
divided into several types. One such compound sentences. An understanding of
this compound sentence is important. The fact is many people use compound
sentences in its communications activities but rather communication would be
ineffective because it uses the phrase convoluted. Such conditions would not be
granted. There needs to be an effort to improve the situation, including through
learning activities in schools. Urgenitas efforts to improve students' skills in
preparing sentence was based on the fact at school that many students were not
yet fully understand the preparation of compound sentences correctly.
Keywords : compound sentence similar usage patterns

Pendahuluan
Salah satu karunia yang dilimpahkan oleh Allah SWT, kepada
manusia adalah kemampuan berbahasa. Bahasa menjadi alat bagi
manusia untuk mengutarakan ide atau gagasan yang ada dalam
pikirannya. Bahasa bagi manusia merupakan alat untuk mengekspresikan
perasaannya. Dengan perkataan lain, bahasa merupakan alat untuk
menyatakan sesuatu. Tanpa bahasa manusia tidak bisa berinteraksi sosial
secara sempurna.

1
Kenyataan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan
bahasa dalam kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa
bukan saja menjadi bahasa pengantar tetapi juga menjadi muatan
kurikulum yang harus diajarkan.
Secanggih apapun sarana komunikasi yang diciptakan oleh
manusia jika tanpa adanya alat utama, kegiatan berkomunikasi itu tetap
tidak akan berjalan efektif. Bahasalah yang menjadi alat utama dalam
kegiatan berkomunikasi antar manusia itu. Oleh karena itu, bahasa
memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting bagi kelangsungan
hidup manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan secara
beragam.
Bahkan, ada pula ragam yang berhubungan dengan sistem bahasa
itu sendiri. Salah satu sistem penting dalam bahasa ialah kalimat paham
mengenai kalimat memberi kontribusi yang sangat besar dalam
menentukan efektivitas kegiatan berkomunikasi. Kalimat dalam bahasa
apapun dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis. Salah satu diantaranya
kalimat majemuk. Pemahaman mengenai kalimat majemuk sangatlah
penting. Kenyataan membuktikan banyak orang menggunakan kalimat
majemuk dalam kegiatan komunikasinya tetapi justru komunikasi itu
menjadi tidak efektif karena kalimat yang digunakannya berbelit-belit.
Kondisi semacam ini tentu tidak bisa begitu saja. Perlu ada suatu upaya
untuk memperbaiki keadaan, diantaranya melalui kegiatan pembelajaran
di Perguruan Tinggi. Urgenitas upaya peningkatan kemampuan Mahasiswa
dalam menyusun kalimat itu didasarkan pada fakta di Perguruan Tinggi
bahwa masih banyak Mahasiswa yang belum memahami betul
penyusunan kalimat majemuk secara tepat.
Untuk meningkatkan pemahaman Mahasiswa mengenai kalimat
majemuk, banyak upaya dapat dilakukan di antaranya melalui
penggunaan teknik diskusi kelompok. Itulah hal-hal yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini melalui sebuah kegiatan pembelajaran

2
hubungan makna antarklausa dalam kalimat majemuk setara pada
karangan Mahasiswa.
Agar bahasa berfungsi secara baik dan benar, maka setiap
manusia perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan berbahasa
yang meliputi empat aspek ialah sebagai berikut:
1) Keterampilan menyimak
2) Keterampilan berbicara
3) Keterampilan membaca
4) Keterampilan menulis
Setiap keterampilan erat hubungannya dengan keterampilan
lainnya dengan cara beranekaragam, dan menulis merupakan aspek
keterampilan berbahasa yang keempat setelah menyimak.
Baik lisan maupun bahasa tulis haruslah dinyatakan dalam kalimat-
kalimat yang beraturan. Kalimat beraturan selalu diungkapkan dalam
bentuk kalimat yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang
berlaku, yakni penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang
penggunaannya sesuai dengan konteks dan situasi pada saat
berlangsungnya komunikasi itu. Bahasa yang benar adalah bahasa
Indonesia yang pemakainnya mengacu pada kaidah-kaidah kebahasaan
yang baku. Dengan perkataan lain, dalam komunikasi terlebih pada situasi
resmi, bangsa Indonesia hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan
benar dalam wujud ungkapan-ungkapan kalimat efektif.
Dalam kurikulum pengajaran bahasa Indonesia tahun 2013 telah
dicantumkan pengajaran tentang struktur kalimat. Di antara jenis kalimat
yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang penyusunan dan
penggunaan kalimat majemuk dalam karangan Mahasiswa. Berdasarkan
kenyataan, masih banyak Mahasiswa yang belum mampu menyusun dan
menggunakan kalimat majemuk dalam karangan secara proposional.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah salah satunya dilakukan
melalui kegiatan mengarang fiksi ataupun nonfiksi. Menurut Marijan

3
(2001:28), mengarang fiksi dan nonfiksi merupakan puncak kemampuan
berbahasa. Sesuai dengan pendapat itu, maka kegiatan mengarang perlu
dikembangkan di Perguruan Tinggi karena dapat memberikan
kesempatan yang luas kepada Mahasiswa untuk mengekspresikan
pengetahuan, pengalaman, kreativitas, dan gaya penggunaan bahasa.
Mulyati (1988:45) berpendapat bahwa karangan yang baik berisikan
hal-hal sebagai berikut: yakni (1) tema yang sesuai dengan minat
pembaca, (2) penggunaan diksi yang tepat, (3) alur cerita yang teratur, (4)
penggunaan kalimat yang bervariasi, dan (5) penggunaan gaya bahasa
atau majas. Oleh karena itu, penggunaan gaya bahasa yang kreatif,
penuh bumbu dan ungkapan yang bervariasi dan serba indah menjadikan
karangan memiliki daya tarik tersendiri untuk dinikmati para pembaca.
Namun pada kenyataan di lapangan. Mahasiswa membuat karangan
terkadang jauh dari kesempurnaan. Banyak peserta didik yang tidak
menggunakan kalimat majemuk setara penjumlahan, sehingga dapat
menimbulkan kerancuan pada kalimat tersebut. Apalagi dalam penulisan
karangan yang tidak diminati oleh peserta didik dewasa ini, mereka
terkadang tidak memperhatikan pola penggunaan kalimat majemuk setara
penjumlahan yang tepat.
Dari permasalahan di atas maka peneliti ini mengambil judul
“ANALISIS HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MEJEMUK SETARA PADA KARANGAN MAHASISWA”.
Rumusan Masalah
Pokok masalah yang menjadi objek penelitian “Analisis hubungan
makna antarklausa dalam kalimat majemuk setara pada karangan
Mahasiswa”, sebagai berikut.
1) Bagaimanakah penggunaan hubungan makna penjumlahan
antarklausa dalam kalimat majemuk setara pada karangan deskripsi
Mahasiswa?
2) Bagaimanakah penggunaan pilihan kata (diksi) yang digunakan dalam
kalimat majemuk setara pada karangan deskripsi Mahasiswa?

4
3) Bagaimanakah penggunaan kata penghubung (konjungsi) yang
digunakan dalam kalimat majemuk setara pada karangan deskripsi
Mahasiswa?
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang ditempuh untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dengan menggunakan teknik-teknik tertentu.
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Karena penelitian ini
bertujuan untuk menganalaisis hubungan makna antarklauasa dalam
kalimat majemuk setara pada karangan Mahasiswa. Menurut Sudjana
(2004:52) metode deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada
masa sekarang.
Pembahasan
“ANALISIS HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT
MEJEMUK SETARA PADA KARANGAN MAHASISWA”
Kalimat majemuk setara menggabungkan, yaitu kalimat majemuk yang
dihasilkan dengan merangkaikan dua atau lebih kalimat tunggal dengan
diantara kesenyapan antara, atau dirangkaikan dengan kata dan, lagi,
sesudah itu, dan karena itu;
Contoh:
(1) adik membaca buku, dan kami berlatih musik.
(2) Ayah memanjat pohon mangga, sesudah itu dipetiknya Beberapa buah
Kalimat majemuk setara pertentangan, adalah kalimat majemuk
yang klausa-klausanya berlawanan. Biasanya menggunakan kata tugas
tetapi, melainkan, namun, dan akan tetapi.
Contoh :
(1) Adiknya murid yang rajin, tetapi nilainya kurang memuaskan.
(2) Dia tidak menjaga adiknya, melainkan membiarkannya saja.
(3) Kakak mau melanjutkan studinya ke S2, namun keuangannya
masih kurang.

5
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri atas beberapa
klausa bebas, dan disebut kalimat saja (Tarigan, 1985;14).
Kalimat majemuk adalah kalimat hasil penggabungan dua klausa
atau lebih yang mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur
konstituen, disebut juga kalimat majemuk koordinatif (Nurhadi, 1995:320).
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya
memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat (Chaer,
1994: 243). Menurut Alwi dkk (1998: 386), koordinasi menggabungkan
dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang
setara dalam struktur konstituen kalimat. Hasilnya adalah satuan yang
sama kedudukannya dalam kalimat majemuk setara. Sedangkan menurut
Jamiludin (1994: 62), kalimat majemuk setara adalah kalimat yang terdiri
atas dua klausa yang hubungannya setara. Klausa-klausa dalam kalimat
majemuk setara merupakan klausa utama. Klausa satu dengan lainnya
dihubungkan dengan kata penghubung atau yang disebut koordinator.
Itulah sebabnya kalimat majemuk setara disebut juga kalimat koordinasi
atau gabung.
Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat
(KBBI, 2004: 322).
Menurut Hasan Alwi, dkk. dalam “Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia” klausa adalah deretan kata yang paling tidak mempunyai
subjek dan predikat, tapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu.
Ada beberapa ahli pakar berpendapat tentang pengertian klausa, yaitu
sebagai berikut.
1) Menurut Widyamartaya (1991:12) klausa adalah dua kata atau lebih
yang berkelompok dan membangun suatu pernyataan atau mengandung
suatu pernyataan. Alwi (2000:313) mengemukakan bahwa klausa
merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur prediksi
tatabahasa baku.

6
2) Klausa terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan tanpa objek
pelengkap, dan keterangan. Setiap konstruksi, sintaksis yang terdiri
atas unsur subjek dan predikat (tanpa memperhatikan intonasi atau
tanda baca akhir) adalah klausa.
3) Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O,
dan PEL, atau KET atau pun tidak (Ramlan, 1978:89).
4) TTBBI (1987:102) Klausa sering dipakai untuk mengacu ke kalimat
tunggal biasa, hanya klausa melepaskan diri dari berbagai intonasi
(atau tanda baca).
5) Soekono (1985:327) berpendapat bahwa klausa adalah kalimat
berpredikat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar.
6) Cook (1983:30) klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung satu predikat.
7) Parera (1983:30) mengemukakan bahwa sebuah kalimat yang
memenuhi salah satu pola Dasar Kalimat Inti dengan dua atau lebih
pusat, kami sebut sebuah klausa.
Hubungan penjumlahan yaitu hubungan makna yang bersifat
menjumlahkan, menambahkan, atau menggabungkan. Kata penghubung
yang lazim digunakan ialah dan, lagi, lagi pula, serta, di samping,
tambahan pula, dan tambahan lagi. Misalnya: Tulisan dokter itu lagi tidak
jelas.
Pengertian Diksi Dalam KBBI (2002 : 264) diksi diartikan sebagai
pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata
seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat
yang bersangkutan membuat karangan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat
digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa
makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam

7
kalimat. Lebih dai itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang
berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan
mengharapkan efek agar sesuai.
Ketepatan dan kesesuaian penggunaan diksi pemakaian kata
mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan
memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua,
masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata
tersebut. Menurut keraf (2002 :87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang
tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan
atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan
menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan
kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili
pikirannya. Ketepatan makna kata bergantung pada kemampuan penulis
mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Konjungsi adalah yang menghubungkan satu kalimat dengan
kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi ini selalu memulai satu
kalimat yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.
1) Suparman Natawijaya, mengemukakan tentang batasan mengarang
sebagai berikut.
“Mengarang adalah menyusun buah pikiran dan perasaan atau data-
data informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis,
sehingga tema karangan yang disampaikan mudah dipahami
( Natawijaya, 1979: 9).
2) Iyo Mulyono berpendapat sebagai berikut.
“Mengarang atau menulis dapat kita batasi sebagai kegiatan menyusun
atau mengorganisasi buah pikiran, ide atau gagasan dengan
menggunakan rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa
tulis. Karangan merupakan perwujudan hasil kegiatan mengarang atau

8
menulis. Dengan demikian, pengertian karangan atau tulisan dapat kita
batasi sebagai rangkaian kalimat yang logis, padu, dan sistematis yang
berisi pengalaman, pikiran, atau penulisan tentang sesuatu objek peristiwa
(Mulyono, 1982 : 12)”
Data Hasil Karangan Mahasiswa dan Analisisnya
Pada bab ini disajikan karangan Mahasiswa dalam membuat karangan
dengan tema teknologi. Karangan tersebut kemudian dianalisis dari segi
kalimatnya, yaitu mengenai kalimat majemuk setara. Masalah pokok yang
dianalisis mengenai kalimat majemuk setara meliputi ketepatan
penggunaan hubungan makna antarklausa pada karangan Mahasiswa,
deskripsi ketepatan pilihan kata (diksi), dan deskripsi ketepatan
penggunaan kata penghubung (konjungsi) dalam kalimat majemu Setelah
mengumpulkan data berupa karangan hasil Mahasiswa, kemudian
dianalisis sejumlah kalimat yang termasuk kalimat majemuk setara yang
digunakan pada karangan siswa tersebut. Hal ini untuk mengetahui
apakah Mahasiswa menggunakan hubungan makna antarklausa yang
tepat atau tidaknya dalam menulis karangan.

Berikut ini akan dibahas mengenai hubungan makna antarklausa


dalam kalimat majemuk setara yang terdapat pada karangan Mahasiswa
tingkat II A, untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut.

Tampak pada beberapa kutipan karangan Mahasiswa di bawah ini.

Kartu Analisis

No data Mahasiswa : Tingkat II A

Karangan (1)

Perbedaan zaman sekarang dan zaman dahulu

Analisis data:

Berdasarkan hubungan makna antarklausa dalam kalimat majemuk


setara dikatakan tepat, karena kata penggunaan dan merupakan hubungan
makna antarklausa dan perbedaan zaman sekarang dan zaman dahulu
merupakan kalimat majemuk setara. 9
Adapun deskripsi ketepatan pilihan kata (diksi) dalam kalimat majemuk
setara, untuk lebih jelasnya dapat dilihat berikut ini.

Kartu Analisis
No data Mahasiswa : Tingkat II A :

Karangan (1)

Perbedaan zaman sekarang dan zaman dahulu

Analisis data:

Berdasarkan diksi pada karangan di atas termasuk pilihan kata yang


tepat, karena sesuai dengan isi karangan siswa

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pengolahan data tentang analisis hubungan
makna antarklausa dalam kalimat majemuk setara pada karangan
mahasiswa Tingkat II A Tahun ajar 2016-2017 maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai barikut.
1) Penggunaan hubungan makna antarklausa yang timbul dalam kalimat
majemuk setara yang digunakan Mahasiswa pada karangan terdiri
atas hubungan penjumlahan yang berkategori tepat sebanyak 22 buah
kalimat (95,6 %).
2) Pada umumnya hasil karangan Mahasiswa mempunyai ketepatan
pilihan kata (diksi) dalam kalimat majemuk setara yang berkategori
tepat sebanyak 23 buah kalimat (82,14%) yang dianalisis.
3) Kata penghubung (konjungsi) makna antarklausa yang timbul dalam
majemuk setara yang digunakan siswa pada karangan deskripsi tepat
sebanyak 23 buah kalimat (82,15%).

10
Daftar Pustaka

Alwi,Hasan,dkk. 1988. Analisis kalimat. Jakarta:Balai Pustaka.

Alwi,Hasan,dkk.2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.


Jakarta:BalaiPustaka.

Chaer,Abdul.1994.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.

Cook.1983. Sebuah Pengantar bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

Jamiludin.1994. Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk


Bertingkat. Bandung:Sinar Grafik.
Keraf,Gorys.2002. DIKSI DAN GAYA BAHASA. Jakarta:PT GRAMEDIA
PUSTAKA UTAMA.

Marijan. 2001. Pembelajaran Fiksi. Jakarta:Radar Jaya.

Mulyati.1988. Mengarang dengan Baik. Jakarta:Balai Pustaka.

Mulyono.1982. Kegiatan Mengarang dengan Menulis. Jakarta:Radar jaya.

Natawijaya.1979. Jenis-Jenis Karangan. Jakarta:Perum Balai Pustaka.

Nurhadi.1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.


Jakarta:Rineka Cipta.

Parera.1983.Pisikologi Pendidikan.Publikasi Jurusan PBBI IKIF Bandung.

Ramlan, M.1987. SINTAKSIS. Yogyakarta:CV.KARYONO.

Soekono.1985. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung:Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur.1985. Struktur Kalimat. Bandung:Angkasa.

11
Widiyatama.1991.Analisis Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung:Sinar
Baru Algensindo

12

View publication stats

You might also like