You are on page 1of 10

Nama : Andira Fathiyyah Shafa

NIM : 049460287

Program Studi : Manajemen

TUGAS 2 EKMA4116. 39

MANAJEMEN

Ali Muharam, Mengembangkan Empati dan Memanusiakan Karyawan

Sulit dipungkiri, banyak pengusaha sukses yang lahir dari keterbatasan. Kesulitan dan kepahitan
hidup menempa mereka menjadi lebih struggle, ngotot, dan pantang menyerah. Dan, itulah sikap
yang dibutuhkan untuk meraih keberhasilan.

Kisah Ali Muharam, pengusaha muda yang sukses mengorbitkan Makaroni Ngehe, jajanan ngehits
kaum milenial, adalah contohnya. Sosok Founder dan CEO Makaroni Ngehe yang berhasil
mengembangkan bisnisnya yang didirikan pada Maret 2013 hingga menjadi 32 cabang tersebar di
wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta memiliki sekitar 500 karyawan
ini juga datang dari keluarga sangat sederhana.

Mulanya, Ali tidak lebih dari seorang anak muda lulusan SMA yang tengah mencari jati diri. Tidak
memiliki bekal keterampilan dan bahkan tidak punya modal bisnis, ia hanya ingin mengubah nasib.
Cita-citanya sederhana: keluar dari lingkaran setan, setelah melalui kepahitan demi kepahitan
dalam perjalanan hidupnya.
“Saya pernah mencoba jadi penulis, tapi waktu itu karier saya sebagai penulis sangat anjlok. Hal
ini menjadi mata rantai kesulitan hidup saya terus berulang,” ungkapnya mengenang masa-masa
berat dalam hidupnya.

Ketika di tengah kebimbangan mencari sumber penghasilan, sang ibu menawarkan berjualan
makaroni jenis makanan yang selalu disuguhkan ketika Lebaran dan menjadi ciri khas menu
keluarga di kampungnya (Tasikmalaya). “Ternyata setelah diperkenalkan, banyak orang yang
mengekor ikut berjualan,” ungkap Ali. Tahun 2008, ia pun memutuskan serius menggeluti bisnis
makanan makaroni.

Seperti lazimnya bisnis baru, Ali juga menghadapi masa-masa struggle yang cukup menantang.
Dengan dibantu oleh sang ibu yang tak hentinya memberi semangat, ia antusias memulai bisnis
makanan.

Sayangnya, tak lama kemudian ibunda tercinta kembali kepada Sang Khalik karena sakit.
“Padahal, saat itu posisi saya masih merangkak, jualan dengan gerobak, belum seperti sekarang,”
kata Ali yang mengaku saat itu sedih dan putus asa, kehilangan semangat hidup. Baginya, sang
ibunda adalah sumber inspirasi sekaligus penyemangat hidupnya.

Beruntung, kepedihan itu tidak berlarut-larut. Ketika dalam kepedihan mendalam, Ali bertemu
seseorang yang membutuhkan bantuan. “Saya memberikan uang ke orang tersebut dan orang itu
terlihat sangat berterima kasih dan terus-menerus mendoakan saya. Hati saya membuncah senang.
Dari situ saya berpikir bahwa esensi kebahagiaan yang sebenarnya adalah jika kita bisa membuat
orang lain bahagia, kita akan merasa lebih bahagia,” tuturnya.

Ali sampai pada satu kesimpulan, bahwa untuk merasa bahagia itu bukan berusaha
membahagiakan diri sendiri, melainkan harus membahagiakan orang lain. Pelajaran hidup ini
dibawanya dalam melanjutkan pengembangan bisnis dan dalam mengasah sifat
kepemimpinannya.

“Saya harus memberi contoh sebelum menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan sesuatu,
saya juga harus memahami tugas yang didelegasikan tersebut.”

Ali Muharam, Founder dan CEO Makaroni Ngehe.


Berbekal semangat baru, Ali memutuskan membuka gerai di Jakarta dari modal pinjaman sebesar
Rp 20 juta. Mengapa membuka gerai? Karena, ia ingin mempekerjakan orang lain. Ia ingin
membagi kebahagiaan bersama yang lain.

Namun, karena modal terbatas, banyak hal yang ia kerjakan sendiri, mulai dari belanja di
Tasikmalaya, memanggul barang-barang belanjaan sendiri, memasak, hingga menunggui
dagangan dengan tidur di gerai sendiri. “Tidak mengapa, karena waktunya lama,” ujarnya.

Gerainya pun mulai ramai. “Dari awalnya hanya mendapat keuntungan puluhan ribu rupiah per
hari, kemudian berkembang ratusan ribu per hari, hingga akhirnya mencapai jutaan per hari,”
katanya senang.

Setahun kemudian, ketika membuka cabang ke-6, Ali mulai mengajak teman-temannya untuk
membantu mengelola keuangan, operasional, gudang, belanja, dsb. Meskipun masih relatif
tradisional, ia sudah mulai mencoba membuka kantor dan menyusun struktur organisasi
perusahaan. “Sekarang sih sudah mulai tertata secara profesional,” ungkapnya bangga.

Bagi Ali yang mengandalkan pengalaman di lapangan tanpa mentor khusus yang membimbingnya,
pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu berempati kepada anak buah. “Kebetulan karena
saya pernah berada di posisi sebagai orang yang tidak punya apa-apa, tidak punya pertolongan dari
siapa pun dan tidak punya tempat untuk berlindung, dan saya juga pernah menjadi karyawan, saya
tahu rasanya seperti apa berada di bawah yang membuat saya bisa lebih sensitif dan peka terhadap
emosi karyawan,” tuturnya.

Menurutnya, pemimpin yang baik adalah yang berhasil memanusiakan karyawan. Ibarat sedang
mendidik seorang anak, bisnis ataupun karyawannya harus diberi yang terbaik. Intinya, seorang
pemimpin harus bisa menuntun sebelum menuntut. “Saya harus memberi contoh sebelum
menyuruh. Ketika menyuruh karyawan melakukan sesuatu, saya juga harus memahami tugas yang
didelegasikan tersebut,” katanya.

Menjadi seorang pemimpin perusahaan di usia muda memang jauh lebih menantang. Namun, yang
pasti, masalah kesejahteraan karyawan itu nomor satu, dari hal terkecil misalnya jam kerja, juga
kebahagiaan mereka. “Ketika kami berhasil menyentuh area tersebut, presentase berhasil akan
lebih besar ketimbang hanya memperhatikan berjalannya bisnis tapi miskin perhatian di SDM,” ia
menandaskan.
Ali bersyukur lahir dari keluarga yang serba terbatas sehingga terbiasa bekerja keras. “Waktu kecil
ayah saya pengepul rongsokan, saya sering diajak ke tempat pengepul barang itu,” katanya
mengenang. Sejak kecil sudah melihat kerasnya kehidupan, ia pun punya kecenderungan mencari
uang sendiri. “Saya pernah jualan kresek di pasar untuk bisa mendapatkan uang tambahan, karena
waktu itu keadaan ekonomi sangat sulit sekali,” ungkapnya.

Belajar dari pengalaman dan kepahitan masa lalu itulah, kini ia mengaku sangat hati-hati dalam
mengelola usaha, terutama terkait uang. Misalnya, untuk membuka cabang, ia mengandalkan cash
flow, tidak meminjam bank ataupun pemodal lain

Dalam mengelola gerai, Ali mencoba mendelegasikan ke GM Area. Intinya, ia tidak ingin menjadi
superman, melainkan superteam. Semua harus dikerjakan bersama, saling mengisi dan sling
amelengkapi.

Dengan pendekatan seperti itu, Makaroni Ngehe dapat bertahan meski dihajar pandemi. Dari segi
pendapatan ia mengaku memang ada penurunan. Namun, Ali optimistis, bisnis akan terus melaju
kencang. Ia siap berada di barisan depan.

PERTANYAAN :

1. Apa yang Anda ketahui mengenai kepemimpinan? Kaitkan jawaban Anda dengan Teori.
2. Bagaimana kepemimpinan yang dilakukan Founder dan CEO Makaroni Ngehe?Berikan
analisa Anda.
3. Bagaimana pengelolaan usaha yang dilakukan Ali Muharam? Berikan analisa Anda.
4. Pada kasus ini, bagaimana Sang Founder mengembangkan empati dan memanusiakan
karyawan? Berikan analisa Anda

PENJELASAN :

1. Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk membimbing, memotivasi


dan mengarahkan bawahannya dalam sebuah kelompok atau organisasi. Sikap
kepemimpinan tersebut digunakan oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi yang
bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi. Adapun teori-
teori mengenai kepemimpinan, diantaranya :
A. Teori Bakat

Teori bakat merupakan teori yang menidentifikasikan karakter seorang pemimpin, teori ini tidak
hanya melihat karakter seorang pemimpin namun juga membedakan mana pemimpin yang
efektif dan pemimpin yang tidak efektif. Dalam teori ini terdapat pandangan bahwa seorang
pemimpin memiliki sifat/karakter kepemimpinan yang telah terbawa sejak lahir atau dengan kata
lain bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dipelajari/diajarkan. Sifat –sifat yang terdapat pada
teori ini, yaitu

a. Pemimpin lebih cerdas

b. Pemimpin lebih extrovert (lebih aktif)

c. Pemimpin lebih percaya diri

d. Pemimpin lebih bertanggung jawab

e. Pemimpin lebih jangkung (untuk Amerika Serikat)

Kepemimpinan yang efektif tidak hanya dilihat dari sifat-sifat pemimpin, namun juga
penyesuaian sifat dengan lingkunga. Maka dari itu pemimpin yang efektif tidak dapat dilihat dari
sifatnya namun juga dari cara penyesuaian diri dengan lingkungan kerjanya.

B. Teori Perilaku

Teori Perilaku memfokuskan pada pada perilaku seperti apa yang dimiliki oleh seorang
pemimpin yang bertujuan untuk membedakan seorang pemimpin dengan non pemimpin. Apabila
seorang pemimpin dapat di identifikasi melalui perilakunya maka untuk menjadi seorang
pemimpin dapat dengan cara mempelajari seperti apa perilaku seorang pemimpin yang efektif.
Dalam teori ini terdapat pandangan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin dapat mempelajari
cara-cara menjadi pemimpin yang efektif dan bukan bawaan sejak lahir. Adapun fungsi
kepemimpinan mencakup dua hal, yaitu

1. Fungsi yang berkaitan dengan tugas (task-related functions)


2. Fungsi yang berkaitan dengan kehidupan sosial (social function atau group
maintanance)
Berdasarkan kedua fungsi tersebut, jika seseorang melakukan kedua fungsi tersebut dapat
menjadikan orang tersebut pemimpin yang efektif. Terdapat beberapa teori atau penenlitian yang
dilakukan oleh para ahli, salah satunya yaitu :

Teori Tannenbaum dan Warren H. Schmidt

Teori ini mengemukakan mengenai gaya kepemipinan yang memfokuskan pada


pemimpin dan karyawan dan menghasilkan beberapa faktor, yaitu
- Faktor dari pemimpin
- Faktor dari karyawan
- Faktor dari situasi

Berdasarkan faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa kepentingan organisasi harus


didahulukan dibanding kepentingan individu yang mana pemimpin lebih otoriter kepada
karyawan. Jika karyawan dapat berpartisipasi dan dapat memahami nilai-nilai organisasi
maka pemimpin dapat menerapkan gaya kepimpinan partisipatif.

C. Teori Situasi (contigency)

Penilitian yang dilakukan sebelumnya tidak dapat menemukan karakteristik dan gaya
kepemimpinan yang berlaku dalam teori ini, karena dalam teori ini gaya kepemimpinan
yang berlaku menyesuaikan dengan situasi atau kondisi lingkungan kerja. Dalam teori ini
mencakup beberapa faktor, yaitu :

1. Pekerjaan
2. Pengharapan dan perilaku
3. Sifat dan karakteristik, pengharapan, dan perilaku karyawan
4. Budaya dan kebijaksanaan organisasi

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai teori situasional dan kepemimpinan

1. Teori Kepemimpinan Hersey dan Blanchard

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard(1996) membuat model kepemimpinan yang


mana efektivitas kepemimpinan tergantung dari kesiapan bawahan. Kemampuan tersebut
mencakup kemauan mencapai prestasi, bertanggung jawab, mengerjakan tugas dan
pengalaman. Kemampuan tersbut akan mempengaruhi aktivitas kepemimpinan.
2. Teori Fiedler

Fred E. Fiedler membuat model kepemimpinan yang berdasarkan pada pendapat bahwa
seseorang menjadi pemimpin tidak hanya karena karakternya tetapi juga karena beberapa
faktor situasi dan interaksi antara pemimpin dan karyawan. Tiga teori kepemimpinan
yang di kembangkan oleh Fiedler, yaitu

a. Kekuasaan Posisi (power position)

Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpinan yang mampu membuat bawahan mengikuti
kemauan pemimpin. Pemimpin yang memiliki posisi yang jelas dan besar dapat
memperoleh kepatuhan bawahan yang besar.

b. Struktur Pekerjaan

Sejauh mana pekerjaan dapat dijelaskan dan membuat bawahan bertanggung jawab
terhadap tugasnya. Jika struktur pekerjaan jelas bawahan dapat menjalankan tugas
dengan baik dan berjalan lancar.

c. Hubungan antara pemipin dan bawahan

Hal ini berkaitan dengan kepercayaan antara pemimpin dan bawahan. Apabila bawahan
percaya dan menyukai cara kerja pemipinnya maka bawahan siap menjalankan tugas
yang diberikan oleh pemimpinnya. Teori ini sangatlah penting karena dengan adanya
kepercayaan anatara pemimpin dan bawahan pekerjaan dapar berjalan dengan baik dan
suasana lingkungan kerja pun juga menjadi nyaman.

D. Teori Kepemimpinan Kontemporer


1. Kepemimpinan Transformasi (Karismatik)

Pemimpin yang transformasional atau karismatik biasanya memotivasi bawahan untuk


meningkatkan tanggungjawab terhadap tugas dan membuat bawahan menganggap bahwa
tugas yang sedang dikerjakan merupakan tugas yang memiliki nilai penting.

2. Kepemimpinan Psikoanalisis

Menurut teori ini diperlukan adanya analisa mengenai perilaku seseorang , karena
penampilan luar tidak menjamin orang tersebut dapat bekerja dengan baik dan menurut
teori ini memahami perilaku manusia sangatlah kompleks.
3. Kepemimpinan Romantis

Menurut teori ini pemimpin ada karena pengikutnya. Maksudnya adalah apabila
seseorang bawahan sangat mempercayai pemimpinnya maka bawahan tersebut akan
mengabdi kepada pemimpin nya dan akan membantu untuk mencapai tujuannya namun
bila bawahan sudah tidak memiliki rasa percaya kepada pemimpinnya maka pemimpin
tersebut tidak diperlukan.

Berdasarkan teori-teori diatas kepemimpinan yang saya sampaikan adalah tipe


kepemimpimpinan yang berkaitan dengan Teori Kontemporer, yaitu pada gaya
kepemimpinan transformatif (karismatik) yang mana seorang pemimpin harus bisa
membimbing, memotivasi serta mengarahkan bawahannya agar tujuan yang telah
direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan.

2. Menurut analisa saya kepemimpinan yang dilakukan oleh Founder dan CEO
Makaroni Ngehe adalah gaya kepemimpinan melayani (servant leadership)

Gaya Kepemimpinan Melayani (Servant Leadership), adalah gaya kepemimpinan yang tidak
sungkan melayani. Tipe kepemimpinan ini mempercayai bahwa ketika karyawan merasa
terpenuhi secara pribadi dan profesional maka mereka akan mampu menghasilkan pekerja yang
hebat bagi perusahaan.

Pemimpin dengan gaya ini mengutamakan kepuasan bagi karyawan dengan memenuhi
kesejahteraan karyawannya, sehingga tidak mungkin bila pemimpin tersebut tidak dihormati oleh
karyawannya. Mereka yang menggunakan gaya kepemimpinan ini merupakan pemimpin yang
baik dan terampil dalam membangun moral karyawan serta membuat karyawan senang bekerja
lama di perusahaan tersebut. Umumnya tipe kepemimpinan ini biasa digunakan dalam
perusahaan nirlaba.

3. Menurut analisa saya pengelolaan usaha yang dilakukan Ali Muharam yaitu
menggunakan sistem pengelolaan usaha kepemilikan tunggal dan beralih menjadi kemitraan.
Adapun pengertian dari usaha kepemilikan tunggal dan kemitraan adalah sebagai berikut.

- Kepemilikian Tunggal, merupakan jenis usaha kepemilikan tunggal atau perseorangan


yang hanya melibatkan satu individu untuk menjalankan usaha sekaligus kepemilikan
perusahaan.
Jenis usaha kepemilikan tunggal, aspek pajaknya berasal dari pengeluaran serta penghasilan
bisnis yang disertarakan pada pajak pribadi. Kepemilikan tunggal memiliki kekurangan yang
perlu dipertimbangkan yaitu kita sebagai pemilik usaha memiliki tanggung jawab terhadap
keseluruhan atas usahanya.

- Kemitraan, merupakan usaha yang dimiliki dan dioperasikan oleh beberapa orang seperti
jenis usaha kelompok. Terdapat dua jenis kemitraan umum serta kemitraan terbatas.
a. Kemitraan umum, adalah kemitraan yang mengelola perusahaan dan menanggung
tanggung jawab atas hutang kemitraan serta kewajiban lainnya.
b. Kemitraan terbatas, adalah kemitraan yang memiliki mitra umum namun terbatas, mitra
terbatas ini hanya berfungsi sebagi investor dan tidak memiliki kendali atas perusahaan
serta tidak wajib tunduk terhadap kewajiban yang berlaku seperti mitra umum.

Kelemahan kemitraan hampir sama dengan kepemilikan tunggal. Setiap kemitraan umum dapat
melakukan tindakan atas nama kemitraan dan mengambil pinjaman serta membuat keputusan
yang akan memengaruhi serta mengikat seluruh mitra. Selain itu kemitraan juga membutuhkan
biaya yang cukup mahal unruk didirikan karena membutuhkan banyak layanan hukum serta
akuntansi.

Pengelolaan usaha tunggal yang pertama kali dilakukan oleh Ali Muharam yaitu dengan
melakukan segala kegiatan usaha sendiri, seperti berbelanja, mempromosikan usahanya serta
mengelola keuangan. Setelah ia merasa usahanya mulai berkembang Ali mengajak teman-
temannya untuk membantunya mengelola usaha dan mulai membuka kantor serta menyusun
struktur organisasi.

4. Menurut analisa saya sang Founder mengembangkan empati dan memanusiakan

karyawannya berdasarkan pengalaman pribadinya. Yang mana sebelum memulai usaha


seperti sekarang Ali telah melalui berbagai macam lika – liku kehidupan yang
membuatnya lebih peka terhadap kondisi dan kesulitan yang dihadapi karyawan-
karyawannya. Maka dari itu Ali sangat mengedapankan kesejahteraan karyawannya
karena menurutnya pemimpin yang memiliki empati terhadap karyawannya serta dapat
memahami kondisi dan kesulitan yang dihadapi karyawannya merupakan pemimpin yang
baik yang dapat menghasilkan karyawan-karyawan yang berkualitas bagi usahanya.
Sumber Referensi : Mamduh M. Hanafi. Manajemen. Edisi 3. Modul 8. 2021. Jakarta.
Universitas Terbuka

https://www.ekrut.com/media/tipe-tipe-kepemimpinan

https://www.gramedia.com/literasi/usaha-kelompok/

You might also like