Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ajaran Taswuf Rabi'Ah Al-Adawiyyah: Dosen Pengampu: Ahmad Machfudli, M.PD
Makalah Ajaran Taswuf Rabi'Ah Al-Adawiyyah: Dosen Pengampu: Ahmad Machfudli, M.PD
Disusun Oleh :
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW beserta keluarga, shahabat, dan
pengikutnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan, semoga paper yang sederhana ini dapat menambah wawasan mengenai “AKHLAK
DALAM BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA”, serta bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan, tasawuf
atau sufisme mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat
mungkin dengan Allah1. Tasawuf sangat erat hubungannya dengan keadaan menjauhi
kehidupan duniawi dan kesenangan material atau sering disebut dengan zuhud. Yang dimaksud
dengan zuhud yaitu penolakan terhadap kehidupan duniawi dan kesenangan material serta
meningkatkan ibadah kepada Allah dan keinginan semakin dekat dengan Sang
Pencipta.Adapun salah satu tokoh yang mempunyai peran penting dalam sejarah dunia tasawuf
yaitu Rabi‟ah al-Adawiyah.
Munculnya Rabi‟ah dalam sejarah tasawuf Islam memberikan model lain bagi
perkembangan tasawuf, dimana asketisme Islam sebelumnya ditandai dengan ketakutan dan
harapan yang diungkapkan oleh Hasan al-Bahsri, sehingga ia beralih ke cinta asketisme (al-
hubb atau al-Mahabbah). Selain cinta, Rabi'ah banyak berbicara tentang arti kedukaan,
kezuhudan, ketawadhuan, ketakutan, riya', mengoreksi perbuatan, tidak menyibukkan diri
dengan makhluk, ridho, taubat, dll. Oleh karena itu, Rabi'ah merupakan titik peralihan
asketisme Islam menuju lahirnya tasawuf dan sufi. Beberapa pengkaji tasawuf dari kalangan
orientalis, seperti Nicholson, mengaitkan urgensi Rabi'ah dengan kemampuannya membawa
warna baru kezuhudan Islam yang dulunya identik dengan rasa takut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan di bahas pada
makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui siapa tokoh Rabi'ah al-Adawiyah
4
tersebut, pemikirannya, dan syair-syairnya, selain itu juga bertujuan untuk mempelajari tokoh sufi
perempuan yang sangat penting dalam memperkenalkan dan mengembangkan konsep Mahabbah
dalam dunia tasawuf serta untuk memperkaya khazanah tasawuf.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Rabi‟ah lahir sekitar tahun 99H/717M 4, dengan nama lengkap Rabi‟ah binti Ismail al-
Adawiyah al-Bashriyah al-Qaisiyah di suatu perkampungan dekat kota Basrah (Irak) dan wafat
di kota itu pada tahun 185H/801M5. Selama hidupnya Rabi‟ah tidak pernah menikah, bukan
karena ke-zuhudannya semata-mata terhadap perkawinan itu sendiri, meskipun banyak orang
yang meminangnya namun ia lebih suka menyendiri dan beribadah kepada Tuhan, sampai akhir
hayatnya.9
Al-Mahabbah (cinta murni kepada Tuhan) adalah puncak tasawuf Rabi'ah. Dia banyak
menulis syair-syair sufistik yang berisi ungkapan cinta kepada Tuhan. Bahkan gubahan syairnya
itu, kemudian dalam kehidupan sufi lainnya, seperti Ibnu al-Farij, al-Hallaj, Jalaluddin al-Rumi,
dll, digunakan kembali dalam hidup sufistik mereka14.
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah berarti
mencintai secara mendalam, kecintaan atau cinta yang mendalam. Pemahaman ini merupakan
kelanjutan dari tingkat kehidupan zuhud yang dikembangkan oleh Hasan al-Basri, yaitu takut
dan pengharapan dinaikkan oleh Rabi‟ah menjadi zuhud karena cinta. Cinta yang suci murni itu
lebih tinggi dari pada takut dan pengharapan.10
Mahabbah kepada Allah adalah keajaiban yang harus diwujudkan dalam diri setiap individu,
karena tanpa Mahabbah manusia hanya berada pada tingkatan yang paling dasar, yaitu muallaf.
Menurut al-Saraf sebagaimana yang dikutip oleh Harun Nasution bahwamahabbah itu
mempunyai tiga tingkatan :
6
1. Cinta biasa, yaitu selalu mengingat Tuhan dengan zikir, suka menyebut namanama
Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan senantiasa memuji-
Nya.
2. Cinta orang yang siddiq yaitu orang yang kenal kepada Tuhan, pada kebesaranNya,
pada ilmu-Nya dan lainnya. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan
diri seseorang dari Tuhan, dan dengan demikian dapat melihat rahasia-rahasia yang
ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan
dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat orang sanggup menghilangkan
kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedang hatinya penuh dengan perasaan cinta dan
selalu rindu kepada Tuhan.
3. Cinta orang arif, yaitu orang yang tahu betul kepada Tuhan. Cintanya yang serupa ini
timbul karena telah tahu betul kepada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta
tapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang
dicintai.16
Rabi‟ah tidak meninggalkan ajaran secara tertulis langsung dari tangannya sendiri, melain-
kan ajarannya dikenal melalui para muridnya dan baru ditulis beberapa lama setelah wafatnya15.
Sepanjang hidupnya, Rabi‟ah telah menciptakan banyak karya yang berupa syair yang sangat mel-
egenda. Di antara syairnya yang terkenal yaitu :
“Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke-
hadirat-Mu. Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai
selain Engkau.”17
“Tuhanku, malam telah berlalu dan siang telah siap menampakkan diri. Aku gelisah apakah
amalanku Engkau terima hingga aku merasa bahagia. Ataukah Engkau tolak sehingga aku
merasa sedih. Demi kemahakuasaan-Mu, inilah yang akan kulakukan selama Engkau beri aku
hayat. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cintaku
pada-Mu telah memenuhi hatiku.”20
Cinta Rabi‟ah kepada Tuhan begitu mendalam dan memenuhi seluruh relung hatinya,
sehingga membuatnya hadir bersama Tuhan, seperti yang terungkap dalam syairnya:
“Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu. Tubuhku pun biar berbincang dengan temanku.
Dengan temanku tubuhku bercengkrama selalu. Dalam kalbu terpancang selalu kekasih
cintaku.”18
Itulah beberapa ucapan yang menggambarkan rasa cinta yang memenuhi rasa cinta
Rabi‟ah kepada Tuhan, yaitu cinta yang memenuhi seluruh jiwanya, sehingga ia menolak
lamaran menikah, dengan alasan bahwa dirinya hanya milik Tuhan yang dicintainya, dan
siapapun yang ingin kawin dengannya, harus meminta izin kepada Tuhan.23
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rabi‟ah binti Ismail al-Adawiyah adalah satu di antara sufi besar dalam sejarah Islam. Dia
adalah sosok wanita yang istimewa karena namanya senantiasa tertulis bersama dengan jajaran
nama-nama sufi lainnya dalam setiap karya biografi para wali.Bukan hanya istimewa di mata
penulis, dia juga seorang wanita tangguh. Ia mampu melewati hari-harinya yang penuh dengan
keterbatasan ekonomi keluarga dengan penuh keikhlasan tanpa mengeluh sedikit pun. Meskipun ia
seorang yang serba kekurangan dari segi materi, namun tidak mudah bagi Rabi‟ah untuk menerima
dan meminta bantuan kepada makhluk. Ia yakin dan percaya bahwa Allah yang akan mencukupi
segala kebutuhan sehari-harinya.
Dan satu hal yang membuat penulis kagum akan jati diri Rabi‟ah adalah yakni ia mampu
menjaga hatinya hanya untuk mencintai Allah sampai akhir hayatnya, walaupun banyak laki-laki
yang hendak meminangnya namun semua itu ia tolak lantaran ia tidak mampu untuk membagi
cintanya. Selain itu Rabi‟ah juga sanggup menjaga statusnya sebagai seorang gadis atau perawan
hingga ajal menjemput tanpa ikatan sebuah pernikahan. Tentu saja dalam hal mampu menjaga
hawa nafsunya ini membuat kepribadian Rabi‟ah patut dan layak untuk dicontoh oleh semua orang
terutama bagi kaum hawa.Penulis merasa ingin sekali bahwa nantinya akan ada dan lebih banyak
lagi penulisan tentang penulisan sejarah Rabi‟ah al-Adawiyah.Penulis menghimbau kepada
masyarakat umum, khususnya calon dan ahli sejarah.
B. Saran
Dalam penyampaian makalah ini tentunya masih banyak kesalahan dan kekuangan karena
terbatasnya pengetahuan penulis, dan minimnya referensi yang digunakan penulis untuk menyusun
makalah ini. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat mem-
perbaiki makalah ini dan menjadi pelajaran yang sangat berarti untuk penyusunan makalah-
makalah selanjutnya.
8
Terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya
terlebih bagi penulis.
9
ENDNOTE
1
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),h.
56.
7
Al-Taftazani, Tasawuf Islam, h. 101
4
Margaret Smith, “Rabi‟a al-„Adawiyya al-Kasiyya” dalam The Encyclopaedia Of Islam
New Edition, ed. CE Bosworth vol. viii (Leiden: E.J. Brill, 1995), h. 354-356.
5
Rosihon Anwar dan Mukhtar Solohin, Ilmu Tasawuf (Bandung: CV.Pustaka Setia,2007),
h. 119.
9
Dra. Hj. Ummu Kalsum Yunus, M.Pd.I., Ilmu Tasawuf (Cet. I; Makassar: Alauddin
Press,2011), h. 107.
11
Margaret Smith, Mistisisme Islam Dan Kristen Sejarah Awal dan Pertumbuhannya.
Penerjemah Amroeni Dradjat (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 277.
14
Noer Iskandar Al-Barsany, Tasawuf, Tarekat Dan Para Sufi (Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2001), h. 143.
10
Prof. Dr. Hamka, Op.cit., h. 79.
13
Prof. Dr. Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam (Cet. III; Jakarta:
BulanBintang, 1983), h. 70.
16
Harun Nasution, Falsafat, Op.cit., h.70, lihat juga Abu Nasher Abdullah ibn Ali al-Sarraja
alTusi, al-Lu‟ma fi al-Tasawwuf, (Leiden: t. p, 1914), h.58-59.
17
Nasution, Falsafat dan Mistisisme, h. 74.
20
Anwar dan Solihin, Ilmu Tasawuf, h. 122-123.
18
Anwar dan Solihin, Ilmu Tasawuf, h. 122.
23
Dr. H. Abuddin Nata, MA., Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf (Cet. V; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), h.171.
DAFTAR PUSTAKA
10
Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1992.
Anwar, Rosihon dan Solihin, Mukhtar. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV. Pustaka
Setia, 2007.
Ummu Kalsum Yunus, M.Pd.I., Ilmu Tasawuf. Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2011.
Smith, Margaret. Mistisisme Islam Dan Kristen: Sejarah Awal dan Pertumbuhannya.
Penerjemah Amroeni Dradjat. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Al-Barsany, Noer Iskandar. Tasawuf, Tarekat Dan Para Sufi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001.
11