You are on page 1of 17

MAKALAH PANCASILA

PERAN GENERASI MUDA SEBAGI AGENT OF CHANGE


DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DAN MORALITAS
BERLANDASKAN PANCASILA PADA KEHIDUPAN SEHARI-
HARI

Dosen pengampu: Ridwan Santoso S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Nama : Ressy Salsa Chofifah
Nim : 211030490156
Kelas : 01Farp003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalam’laiakum wr.wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberika kelancaran dalam
menyelsaikan makalah sebagfai tugas akhir pada mata kuliah Pancasila dengan
judul “Peran Generasi Muda Sebagi Agent Of Change Yang Beretika Dengan
Berlandaskan Nilai-Nilai Pancasila pada Kehidupan Sehari-hari”
Dalam rangka memnuhi tugas akhir mata kuliah Pancasila, penulis
menyusun makalah untuk menerangkan peran generasi muda sebagai agent of
change dalam beretika yang berlandaskan Pancasila serta bisa menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Selam prose penyusuna makalah ini penulis
mendapatkan dukungan serta bantuan dari berabagai pihak. Pada kesempatan kali
ini peuulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ridwan Santoso S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila
yang telah memberikan arahan serta dukungannya terkait dalam pembuatan
makalah ini
2. Teman-teman serta pihak terkait yang sudah memberikan motivasi dan
semangat dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dalam
menambah pengetahuan tambahan mengenai peran generasi muda yang unggul.

Tangerang, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Identfikasi Masalah ........................................................................................ 2
C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
D. Tujuan ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Generasi Muda............................................................................. 4
B. Etika ............................................................................................................... 5
C. Norma ............................................................................................................ 7
D. Peran Generasi Muda Dalam Beretika dengan Berlandaskan Pancasila ....... 9
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan ideologi yang dipakai sebagai pedoman bagi
semua bangsa Indonesia, Pancasila digunakan untuk berinteraksi dalam konteks
kebersamaan guna menguatkan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia. Selain itu
pancasila sebagai sistem filsafat bagi bangsa Indonesia yang telah dipilih
berdasarkan perenungan oleh the founding father bangsa Indonesia yaitu, Ir.
Soekarno, Moh. Yamin dan Soepomo oleh karena itu, keyakinan mengenai
pancasila sebagai dasar utama dalam pikiran bangsa adalah akar kebenaran untuk
memahami eksistensi bagi bangsa Indonesia dimanapun, dengan artian kendati
tidak dalam wilayah Indonesia. Namun, dimana dirinya adalah warga bangsa
Indonesia maka Pancasila menjadi filsafat dalam kehidupannya (Hadiwijono,
2016).
Pancasila yang merupakan bagian dari filsafat terkandung nilai-nilai yang
menjadi dasar dengan memberikan landasan untuk manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai-nilai itu dijelaskan dengan berisfat praktis atau kehidupan yang
nyata. Maka yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dengan landasan pancasila
serta nilai-nilai dalam beretika.
Etika menjadi menjadi sebuah problematika yang menjadi perhatian pada cita-
cita di era reformasi guna membangun Indonesia baru. Tujuan dari cita-cita ini
adalah menjadikan masyarakat yang demokratis serta penegakkan hukum yang
suspremasi keadilan, berisnya pemerintahan dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
dapat terwujudnya ketertauran sosial serta rasa aman dalam masyarakat yang
menjamin kelancaran masyarakat dalam menjalan produktrivitas serta kehidupan
ekonomi yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia (Yudhyarta,
2020).
Generasi muda yang menjadi ujung tombak dalam meneruskan tongkat estafet
kepemimpinan di masa yang akan datang menjadi sebuah perhatian lebih guna
tercapainya Indonesia yan sejahtera dan bebas dalam hal apapun yang memberikan
dampak buruk terhadap bangsa dan negara. Generasi muda sebagai agent of change
harus memahami lebih dalam persoalan mengenai etika dengan landasan idoelogi

1
negara yaitu pancasila. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai
nilai-nilai budaya dan agama yang kondusif dan sportif.
Menurut Rusdiyani (2016) menyatakan bahwa masalah yang kerap terjadi pada
generasi muda dengan eksistensi jiwa muda semkain banyak meninggalkan nilai-
nilai pancasila. Pancasila tidak lagi menjadi landasa utama dan akhirnya nilai-nilai
yang ada pelan-pelan mulai menghilang pada generasi muda.
Kasuis yang terjadi pada perilaku dan kepribadian generasi muda yaitu jauh
dari nilai-nilai pancasila yang pada akhirnya pancasila menjadi kehilangan jadi jati
dirinya sebagai suatu individu yang berakar dari nilai para leluhur budaya bangsa
Indonesia. Kondisi yang terjadi pada generasi muda adalah hilangnya identitas
budaya, tawuran para pelajar, narkoba, seks bebas, genk motor kekerasan seksual
dan lain-lain. Hal ini terjadi diakibatkan karena semakin lemahnya norma-norma
lama dan belum terkonsolidasi norma yang baru yang membuat terjadinya
ambivalensi serta disoreintasi pada tata nilai.
Maka dari itu generasi muda sebagai agent of change dalam membawa
perubahan perlu mereposisi perilaku dan perannya terhadap nilai-nilai pancasila di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Saat ini generasi muda
harus segara mereposisi perilaku dan meninggalkan budaya hedonis dan budaya
asing yang tidak relevan dengan nilai pancasila. Pemuda harus memberikan
kontribusi yang lebih untuk membumikan pancasila terutama dalm konteks
kehidupan bermasyarakat terkhusus dalam kehidupan sehar-hari untuk memberikan
pengaruh baik terhadap lingkungan bermasyarakat.
Melihat masalah di atas maka dari itu problematika dalam menyelesaikan
masalah ini haruslah anak muda terhadap kesadaran individunya demi
keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara karena peranan anak muda sangat
berpengrauh terhadap perubahan di Indonesia.

B. Identfikasi Masalah
1. Menghilangnya nilai-nilai pancasila di dalam generasi muda.
2. Penerapan norma-norma yang belum terkonsolidasi.
3. Hilangnya jati diri pancasila sebagai landasan utama dalam berbangsa
dan bernegara.

2
C. Rumusan Masalah
1. Apakah generasi muda bangsa Indonesia sudah mempunyai etika dengan
berlandaskan pancasila?
1. Masalah apa saja yang dihadapi generasi dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pacasila dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana peran pancasila terhadap perubahan etika generasi muda
sebagai agent of change?
D. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui etika dalam pancasila.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Generasi Muda
Pemuda adalah aktor kunci dalam sebagian besar dalam sebagian proses
perubahan ekonomi dan sosial. Seperti contoh yang diambil dari indonesia adalah
dua tema penting dalam kajian-kajian makro perubahan sosial adalah proses
urbanisasi (pergerakan spasi populasi) dan de-agrianisasi (pergeseran sektoral
dalam pekerjaan). Sering dilupakan bahwa kedua pergeseran ini secara umum
dilakukan oleh pemuda (Naafs et al, 2012).
Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, dan generasi yang baik juga
melahirkan negara yang baik. Perkembangan zaman yang semakin progresif ini
akan mempengaruhi kehidupan generasi yang akan datang khususnya di
Indonesia. Berbekal pendidikan yang baik, kaum muda dapat terus menjalani
kehidupan yang baik.
Menurut Naafs et al, (2012) menyatakan bahwa meskipun definisi PBB tentang
"pemuda" mencakup individu yang biasanya berusia 15-24 tahun (tumpang tindih
dengan "anak-anak", termasuk 0-17 tahun), hukum Indonesia (seperti di beberapa
negara lain di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) adalah masalah yang
mengkhawatirkan. usia Batas "pemuda" sebagai. UU Kepemudaan yang baru,
dalam UU atau terlampir “Naskah Akademik”, mendefinisikan pemuda sebagai
“warga negara Indonesia yang memasuki masa pertumbuhan dan perkembangan
yang signifikan antara usia 16-30 tahun” (UU No. 40 Tahun 2009, Pasal 1.1).
Melalui seluruh proses debat legislatif, yang awalnya menetapkan rentang usia 18
sampai 35, seperti dalam RUU (Menpora, no years, hlm. 30, 36). Jelas, ini sejalan
dengan kebijakan pemerintah di banyak negara berkembang lainnya yang
menetapkan batas usia untuk pemuda di bawah 35 atau 40 tahun.
Anak-anak adalah generasi yang mudah dilupakan, dan anak-anak perlu lebih
berhati-hati dari generasi sebelumnya, terutama dari orang tuanya. Untuk
membantu anak dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya, mereka perlu
memiliki proses belajar atau belajar dan keterampilan dalam hidupnya sehingga
mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Sejak era orde baru, Indonesia
mengamanatkan anak usia sekolah. Dengan kata lain, menuntut anak untuk

4
mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun dan nantinya bertujuan untuk
menciptakan negara yang bebas dari kebodohan dan kemiskinan. Diketahui bahwa
banyak anak yang belum mengenyam pendidikan formal atau informal dan tidak
memiliki keterampilan yang diperlukan untuk hidup.
Generasi muda merupakan masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa
muda. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa dan menghadapi konflik tekanan emosional, psikologis dan sosial
karena belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Segala kemungkinan,
kepribadian dan konflik yang ada di sana menjadikan generasi muda sebagai jiwa
yang unik dalam transisi menuju kemanusiaan dewasa. Trend generasi Pemuda
masa kini bersifat sesaat, hedonistik, dan berpelukan dalam pemikiran, perilaku,
dan gaya hidup yang cenderung kehilangan identitas yang mengakar secara budaya
(Rusdiyani, 2016).
Mentalitas yang terjadi pada pemuda, menurut H.A.R. Tilaar, ternyata begitu
dipengaruhi oleh aspek pendidikan .H.A.R. Tilaar mempunyai pandangan bahwa
bukan kajian baru dalam sejarah. Bukti dari masa Yunani Kuno yand dimana
terdapat kasus seorang filsuf, Socrates yang dituduh merusak jiwa pemuda yang
masih rawan sehingga dianggap membhayakan bagi tata hidup masyarakat.
Jika dilihat dari kacamata secara pedagogis dan psikologis ditandai dengan satu
sifat yang spesifik yaitu pemberontakan, berani namun berakal pendek, dinamikl
tapi sering kali melanggar norma dan penuh gairah namun sering kali berbuat yang
aneh. Mentalitas anak muda yang lebih dewasa dari istilah sebelumnya dianggap
sebagai masalah. Kedewasaan ini ditunjukkan melalui upaya untuk memecahkan
masalah yang diangkat dengan cara yang unik dan melalui diskusi dengan rekan
kerja. Ketika anak muda memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah, mereka
memiliki ketenangan pikiran dan menjadi pria muda dengan kepribadian yang
tangguh.

B. Etika
Secara etimologis, etika berasal dari bahasa Yunani spirit. Ini berarti
kepribadian moral dan adat istiadat. Bentuk jamaknya sekarang adalah "etha". Ini
berarti adat. Istilah etika berarti ilmu tentang apa yang dapat dilakukan, atau ilmu

5
tentang moralitas. Istilah ini identik dengan moralitas dan berasal dari bahasa Latin
mos. Ini mewakili kebiasaan jamak dan juga berarti kebiasaan dan cara hidup.
Istilah etika dan moralitas memiliki arti yang sama, tetapi kedua istilah ini
digunakan secara berbeda dalam penggunaan sehari-hari. Moralitas atau moralitas
digunakan untuk perilaku menghakimi, dan etika digunakan untuk mengkaji sistem
nilai yang ada. Dalam bahasa Arab, kata etika adalah akhlak. Ini adalah jamak
khuluk, yang berarti kepribadian, perilaku, atau kebiasaan (Yudhyarta, 2020).
Etika merupakan bagian dari dalm diri manusia yang menjadi dasar dalam
bertindak, dalam hal ini etika menjadi tolak ukur dalam kepribadian baik dalam
lingkungan bermasayarkat, berbangsa dan bernegara, etika menjadi penilai pertama
yang dilakukan oleh orang lain terhadap seseorang karena dari hal yang paling kecil
tersebut dapat menentukan baik buruknya seseorang. Karakteristik seseorang dalam
etika yaitu sebuah pikiran kritis yang mendasar tentang ajarn-ajaran dan pandangan
moral terhadap suatu yan dikaji.
Etika merupakan sebuah ilmu yang mengkaji mengenai bagaimana dan kenapa
kita mengikuti saatu ajaran moral tertentu atau bagaimana cara mengambil sikap
tanggung jawan yang berhadapan dengan berbagai moral. Menurut Hudiarini
(2017) menyatakan secara eksplisit adalah masalah moral yang terkait dengan
proses sosialisasi individu dalam kehidupan sosial. Moralitas juga dapat
digambarkan sebagai nilai mutlak dari kehidupan sosial secara keseluruhan. Saat
ini banyak yang menginginkan lembaga pendidikan tidak hanya membekali siswa
dengan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga memahami dan melatih soft skill
seperti kepribadian, sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga aspek
tersebut pada akhirnya merupakan dasar pembentukan dan evaluasi kemampuan
seseorang sebagai hasil dari proses pendidikan. Istilah etika adalah istilah yang
bermakna: pemahaman tentang apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang
buruk dan apa yang baik. Pernyataan ini harus dipahami sebagai nilai tradisional.
Kelihatannya konservatif karena mengandung unsur kejujuran, integritas, dan
kepentingan terhadap hak dan kebutuhan orang lain, tetapi digunakan sebagai
kriteria dalam menilai dan mempertimbangkan masalah etika akademik yang
intimnya pada dasarnya mendukung kebenaran ilmiah.
Etika dibedakan menjadi dua macam ((Keraf, 1991), yaitu:

6
1. Etika Deskriptif
Etika imi adalah etika yang menelaah dengan kritis serta rasional tentang
sikap dan perilaku manusia Dan bahwa setiap orang berusaha dalam hidup
sebagai sesuatu yang berharga. Artinya, etika deskriptif berbicara tentang fakta
sebagaimana adanya, yaitu nilai-nilai dan perilaku manusia sebagai fakta yang
berkaitan dengan situasi dan realitas yang ditetapkan secara tegas. Dari sini kita
dapat menyimpulkan bahwa realitas yang terkait dengan kondisi tertentu dari
rasa syukur atau tidak berharga dalam masyarakat memungkinkan orang untuk
bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika ini menentukan sikap dan perilaku ideal yang harus dimiliki orang,
atau apa yang harus mereka lakukan, dan perilaku apa yang berharga dalam
hidup. Oleh karena itu, etika normatif adalah norma yang dapat membimbing
manusia untuk berperilaku baik dan menghindari hal-hal yang buruk sesuai
dengan aturan atau norma yang disepakati yang berlaku dalam masyarakat.\
Dari kedua etika tersebut menjadi pembeda antara etika yang dimana etika terb
agi atas macam-macam serta fungsi yang berbeda dengan tujuan yang sama. Bagian
dari perilaku manusia yang menjadi peniulain dari segiti etika baik penampilan
maupun tindakan.

C. Norma
Norma menurut Indrati Ini adalah ukuran yang harus diikuti orang dalam
hubungannya dengan orang lain dan orang-orang di sekitar mereka. Dala hal ini
pemahaman akan undang-undang tidak cukup membaca pasal-pasalnya saja, tetapi
mengetahui latar belakang historis dan filosofinya. Yang pasti di dalam
mengandung norma tertentu (Supriyanto, 2016).
Pekembangan terus maju dan semakin norma-norma pun seiring mengikuti
zaman, ini bisa dilihat pada defini norma yang berdasarkan perkembangannya yaitu
norma diartikan sebagai suatu ukuran patokan bago seorang dalam bertindak atau
berperilaku dalam masyarakat. Inti dari norma adalah aturan-aturan yang harus
dipatuhi. Mertokusumo menyebut bahwa norma aturan, yaitu pedoman, tolak ukur,

7
atau ukuran tingkah laku atau tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda
dengan Asshidiqe, norma merupakan pelembagaan nilai baik dan buruk dalam
bentuk aturan yang meliputi izin, nasehat, atau perintah. Cantumkan aturan positif
atau negatif sehingga baik anjuran maupun perintah mencakup kode etik atau kode
instruksi untuk tidak melakukan apa-apa, dan kode instruksi untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.
Menurut Supriyanto (2016) kategori norma biasanya dibagi menjadi norma
umum (algemeen), dan norma individu (individueel), dan abstrak dan konkret.
Berbagai jenis norma dapat dibedakan berdasarkan sifat umum atau pribadi dan
norma abstrak atau konkret. Kombinasi abstraksi umum, konkrit umum, abstraksi
individual dan konkrit individual. Dari keempat kombinasi norma dengan ciri-ciri
abstrak individual dan abstrak konkret, peraturan perundang-undangan harus
memuat norma hukum yang bersifat abstrak secara umum atau paling tidak bersifat
kongkret secara umum. Norma lain, yaitu individu abstrak dan individu yang lebih
spesifik, lebih dekat dengan keputusan (beschikking) daripada peraturan (regeling).
Pada dasarnya setiap norma mengandung perintah atau mengandung larangan
dalam bentuk untuk dilakukan. Diwujudkan dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis
oleh lembaga yang berwenang untuk membentuknya. Pada sisi masyarakat,
lembaga itu berupa kebiasaan moral, sopan santun dan norma kesusilaan, norma
agama atau kepercayaan lembaga itu adalah tuhan. Dalam hal ini norma hukum,
lembaga tersebut adalah yang berwenang untuk membentuk hukum itu, di indonesia
sendiri ada Dewan Perwakilan Rakyat dan sebagainya tergantung bentuk peraturan
atau hukum tersebut.
Norma menjadi peranan penting dalam berperilaku, norma-norma yanga ada
tentu sangat berkaitan dengan nilai-nilai pancasila, yang dimana nilai-nilai
panacasila memliki makna yang dapat digali lebih dalam lagi mengenai aturan-
aturan dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, anak muda generasi
peneruis bangsa yang menjadi ujung tombak untuk kemajuan bagsa dan negara
tentu harus memahami lebih dalam lagi serta mengkaji hal yang bisa dikembangkan
dalam diri dengan landasan nilai-nilai pancasila yang ada, nantinya akan menjadi
landasan utama dalam mengiplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

8
Pemahaman akan norma-norma serta pengimplementasiannya dapat membatasi
dalam segala hal yang dilarang dalam agama maupun bangsa Indonesia.
Norma dengan etika tidak jauh berbeda masih lingkup dalam kemanusiaan baik
itu perilaku serta kebiasaan yang menjadi landasan serta aturan yang menjadi dasar
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

D. Peran Generasi Muda Dalam Beretika dengan Berlandaskan Pancasila


Generasi muda agent of change yang artinya generasi muda yang akan
membawa perubahan banyak terhadap bangsa dan dan negara, perubahan yang
signifikan terhadap kemajuan untuk Indonesia baik dari segini ekonomi, sosial,
pilitik dan budaya-budaya yang men jadi ikon bagi bangsa Indonesia.
Peran lebih pemuda sangatlah berpengaruh besar sebab dalam diri generasi
muda yang masih haus akan sesuatu yang belum diketahui ataupun dirasakan
olehnya, maka dengan itu pentingnya pemahaman mengenai etika dan moral sebab
menjadi ladang awal untuk melanjutkan dalam mencapai cita-cita atau masa depan
yang lebih baik. Peran tersebut tentu dibawakan oleh generasi muda yang akan
diturunkan kepada generasi dibawahnya.
1. Mewariskan nilai-nilai pancasila kepada regenerasi di bawahnya
Tugas besar dari pemuda itu sendiri adalah mewariskan nilai-nilai idealis
pancasila serta bisa memberikan pengaruh besar yangh baik terhadap
masyakarat di lingkungannmya masingh-masing terkhusus dalam lingkup
keluarga. Nilai-nilai idealis diantaranya adalah, gotong royong, musyawarah
baik di lingkungan keluarga maupaun masyarakat, memiliki jiwa nasionalisme,
demokrasi pancasila, persatuan dan kesatuan, kerjasama, identitas jati diri,
budaya dan sebagainya.
Dalam hal ini para generasi muda harus mempersiapkan serta belajar dari
masyarakat secara langsung terjun ke lapangan untuk mengetahui situasi serta
kondisi dan proses pemahaman pewarisan nilai-nilai tersebut. Maka dengan itu
akan terbentuk komitmen serta kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, yang membentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
dengan nilai-nilai yang dikemabngkan pancasila yang kemudianm

9
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari serta diwariskan kepada
generasi dibawahnya.
Generasi muda perlu dipersiapkan secara khusus sebagai warga negara
yang diharapkan menjadi jembatan untuk menyampaikan nilai-nilai dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan yang diharapkan warga negara
harus mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempersiapkan
generasi penerus bangsa untuk menghadapi tantangan global.
Dengan semakin banyaknya tantangan masuk ke Indonesia menjadi tugas
besar dari para generasi muda untuk menanmnakn sifat serta nilai-nilai pncasila
denga tujuan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan araah karena tidak
memliki landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila
Pendidikan dasar mengenai Pancasila menekankan nilai-nilai untuk
membina warga negara yang baik dan patriotik. Berdasarkan hal tersebut,
generasi muda akan memperkuat identitas dan ketahanan budaya Indonesia
dalam konteks interaksi masyarakat, membentuk ikatan kolektif, identitas
Indonesia dan rasa persatuan yang menciptakan dan menumbuhkan nilai-nilai
tersebut. dalam segala hal yang perlu lebih aktif terlibat, dan diturunkan ke
generasi berikutnya, membentuk ketahanan budaya yang kuat, sebagai pemecah
gelombang yang memperkuat nasionalisme Indonesia secara keseluruhan
meningkat.
Dalam konteks pendidikan yang berlandasakan pancasila perlu dilakukan
kajian-kajian dengan kompetensi generasi muda sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkairan dengan kehidupan bermasyarakat
dan lingkungannya.
b. Mempunyai skill dasar uneuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu yang
besar, inkuiri, memcahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidpan
sosial.
c. Berpegan teguh pada komitmen dan memliki kesadaran terhadap nilai-nilai
soaial dan kemanusiaan.

10
d. Mampu berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di lokal, nasional maupun internasional.
Maka pendidikan dengan basis nilai-nilai leluhur bangsa Indonesia,
sebagaimana yang tertulis dalam pancasila, hendaknya dijadikan komitmen bnagi
bangsa yang mencerminkan identitas nasional.
Menurut Rusdiyani (2016) pendidikan merupakan modal utama dan sangat
penting dalam menamkan nila-nilai pancasila sebagai ideologi negara Indonesia
dan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan terutama dalam mempersiapkan
generasi muda. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran koeksistensi dalam
komunitas yang lebih besar, dan sebagai hasilnya, kesadaran kolektif akan
koeksistensi tumbuh dalam sejarah.
Dengan pendidikan akan terbentuk jiwa nasionalisme dengan mengedepankan
nilai-nilai pancasila, hal itu akan beriringan dengan terbentuk etiuka dan karakter
yang baik generasi muda bangsa indonesia. Yang dimana pendidikan merupakan
dasar dari terbentuknya generasi muda yang unggul dan berkarakter yang tentu akan
menunjang terhadap kemajuan suatu negara. Pada saat ini etika dan moral sangatlah
penting, dengan hilainya nilai-nilai pancasila dalam diri generasi muda maka etika
maka etika dan moral generasi muda pun ikut menghilang hal ini karena pendidikan
dalam berkarakter masih sangatlah kurang dengan itu terjadilah hal-hal yang tidak
pernah diinginkan seperti tawuran, pelecehan seksual, kekerasan, pembunuhan dan
lain sebagainya. Majunya sebuah negara dapat ditentukan oleh etika dan moral bagi
bangsanya sendiri, masyarakat yang ada di Indonesia adalah bagian dari supir untuk
negara yang kemudian hari akan diberikan lagi kepada regenerasi selanjutnya.
Dalam hal ini pendidikan menjadi masalah yang sangat penting yang harus
segera diselesaikan, seperti kita tahu bahwa generasi muda di zaman sekarang
masih banyak yang tidak melanjutkan pendidikan dengan berbagai alasan seperti,
tidak ada-nya biaya, menjadi tulang punggung keluarga dan laain sebagainya. Maka
pemerintah mengambil jalan keluar agara masalah ini segera cepat terselesaikan
seperti digratiskannya sekolah negeri dengan itu anak-anak bisa melanjutkan pen
didikan dengan tidak perlub membayar uang bulanan.

11
Penerapan pancasila dalam beretika bisa dimulai dengan menerapkan dasar
dari nilai-nilai pancasila yang ada, setelah itu bisa diaplikasikanm terhadap
kehidupan sehari-hari sepert
1. Menghormati dan menghargai orang lain
2. Menolong sesama
3. Berbicara sopan
4. Menghargai perbedaan
5. Tidak melakukan diskriminasi
6. Dll...
Peran generasi muda sebagai agent of chane bisa dilakukan dengan membeikan
edukasi serta pemahaman akan baiknya etika dan moral serta dampak yang
dirasakan.

12
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penulisan makalah tentang peran generasi muda sebagi agent
of change dalam pembentukan karakter dan moralitas berlandaskan pancasila pada
kehidupan sehari-hari, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peranan generasi muda sangat penting guna membuat perubahan yang lebih
untuk Indonesia.
2. Etika dan moral suatu generasi dapat dilakukan dengan cara memberikan
pendidikan kepada setiap anak agar dapat dibentuk menjadi manusia yang
bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Masalah hilangnya nilai-nilai pancasila disebabkan karena budaya serta
perkembangan zaman yan semakin canggih sehingga banyak anak muda
yang sudah terkontaminasi.

B. Saran
Saran dari penulis adalah baiknya makalah ini dikaji lebih lanjut untuk dikaji
lebih mendalaam, semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan untuk
pembelajaran untuk semuanya terutama untuk penulisa sendiri

13
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, A. Sonny. 1991. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi
Luhur. Jakarta: Kanisius.
Hadiwijono, August. 2016. Pendidikan Pancasila, Eksistensinya Bagi Mahasiswa.
Jurnal Cakrawala Hukum. Vol.7(1): 82–97.
Yudhyarta, D., Y. 2020. Pemberdayaan Etika Pancasila dalam Konteks Kehidupan
Kampus. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. V, No. 1: 43-63.
Rusdiyani, Efi. 2016. Pembentukan Karakter dan Moralitas Bagi Generasi Muda
Yang Berpedoman pada Nilai – Nilai Pancasila Serta Kearifan Lokal.
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.
Naafs, Suzanne dan White, Ben. 2012. Generasi Antara: Refl eksi tentang Studi
Pemuda Indonesia. Jurnal Studi Pemuda. Vol. 1(2): 89 -106.
Hudiarini, Sri. 2017. Penyertaan Etika Bagi Masyarakat Akademik di Kalangan
Dunia Pendidikan Tinggi. Jurnal Moral Kemasyarakatan. Vol.2(1): 1-13.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat
Pendidikan Menengah. Jakarta: Gramedia Widiasrana Indonesia.
Supriyanto, Eko. 2016. Kedudukan Naskah Akademik Dalam Penafsiran
Ketentuan-Ketentuan Dalam Undang-Undang. Yuridika. Vol.31(3): 384-400.

14

You might also like