You are on page 1of 48

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
HIDROLISIS PATI

Disusun Oleh :
Boi Lasroha Liberty Nathanael Hutasoit

Group : 6/Senin
Rekan Kerja : 1. Rafi Kurnia Dwi Putra
2. Fatimah Mauludiyah
3. Mutiara Tabitha Kamal

LABORATORIUM PROSES KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTIKUM
LABORATORIUM PROSES KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO

Proposal praktikum yang berjudul Hidrolisa Pati yang disusun oleh:


Group : 6/Senin
Anggota : 1. Boi Lasroha L.N.H. NIM. 21030121140181
2. Rafi Kurnia Dwi Putra NIM. 21030121140134
3. Fatimah Mauludiyah NIM. 21030121120019
4. Mutiara Tabitha Kamal NIM. 21030121140132

Telah disetujui oleh Dosen Pengampu pada:


Hari, tanggal :
Nilai :

Semarang,
Dosen Pengampu Asisten Pengampu

Prof. Dr.nat.tech. Siswo Sumardiono, S. T., M. T. Mhd Shaumi Al Anshar


NIP. 197509152000121001 NIM. 21030119130078

ii
RINGKASAN
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri baik di industri pangan, non pangan,
maupun industri lainnya. Dalam industri pangan, pati banyak digunakan sebagai
pembentuk gel dan encapsulating gel. Dalam industri kertas digunakan sebagai zat
aditive sepertiwet-end untuk surface size dan coating binder, bahan perekat, dan glass
fiber sizing. Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Berbagai macam pati
tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya serta lurus atau bercabang
rantai molekulnya. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4)
unit glukosa yang merupakan rantai linear. Adapun amilopektin merupakan polimer
α-(1,4) unit glukosa dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Hidrolisa merupakan
reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu senyawa Hidrolisis pati terjadi
antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu, karena
reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi
hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari
asam. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan secara langsung dan oleh karena itu
harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk meningkatkan sifat positif dan
mengurangi sifat yang tidak diinginkan.Variabel yang berpengaruh dalam reaksi
hidrolisa yaitu katalisator,suhu dan tekanan,pencampuran (pengadukan),dan
perbandingan zat pereaksi Tujuan praktikum ini adalah mempelajari pengaruh
variabel terhadap reaksi hidrolisa pati, menghitung konstanta kecepatan reaksi, dan
menganalisa pengaruh variabel terhadap konstanta kecepatan reaksi.
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu glukosa anhidrit, tepung
tapioka, NaOH, HCl, indikator MB, fehling A, fehling B, dan aquadest. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas ukur, termometer, erlenmeyer, buret, labu
leher tiga, labu takar, statif, dan klem. Praktikum hidrolisa pati diawali dengan
persiapan awal berupa penghitungan densitas pati, penghitungan densitas HCl, dan
pembuatan glukosa standar. Selanjutnya yaitu penentuan standarisasi larutan fehling,
penentuan kadar pati awal, dan proses hidrolisa pati.

iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah
proposal materi Hidrolisa Pati. Proposal praktikum yang kami susun dengan sistematis
dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Proses
Kimia Tahun Ajaran 2022/2023. Dengan terselesaikannya proposal praktikum ini,
maka tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan proposal praktikum ini, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ing. Suherman, S.T., M.T. selaku Ketua Departemen Teknik Kimia
Universitas Diponegoro.
2. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M.Si. selaku penanggung jawab Laboratorium
Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
3. Dr. nat. tech. Siswo Sumardiono, S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi
Hidrolisa Pati.
4. Ibu Nurfingsih selaku laboran Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
5. Nurhidayat selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia
Undip.
6. Imanuel Davin Setiawan dan Mhd. Shaumi Al Anshar selaku asisten pengampu
materi Hidrolisa Pati.
7. Asisten-asisten Laboratorium Proses Kimia Teknik Kimia Undip.
8. Teman-teman Angkatan 2021 yang saling membantu dalam menyelesaikan
proposal praktikum ini.
Demikian proposal praktikum yang kami buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan praktikum ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan bagi kami selaku praktikan.

Semarang, Februari 2023

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................. iii
PRAKATA .................................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1Pengertian Pati.............................................................................................. 3
2.2Amilosa dan Amilopektin ............................................................................ 3
2.3Hidrolisa Pati ................................................................................................ 4
2.4Modifikasi Pati ............................................................................................. 5
2.5Variabel yang Berpengaruh .......................................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM ............................................................................ 7
3.1Rancangan Percobaan .................................................................................. 7
3.1.1. Rancangan Praktikum .................................................................. 7
3.1.2. Penetapan Variabel ...................................................................... 7
3.2Bahan dan Alat yang Digunakan .................................................................. 7
3.2.1 Bahan ........................................................................................... 7
3.2.2 Alat ............................................................................................... 8
3.3Gambar Rangkaian Alat ............................................................................... 8
3.4Prosedur Praktikum ...................................................................................... 8

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur amilosa………………………………………………………. .. 3


Gambar 2.2 Struktur amilopektin………………………………………………….. ... 4
Gambar 3.1 Skema rangkaian praktikum………………………………………….. ... 7
Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisis…………………………………………….. ... .8

vi
DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR ASISTENSI ............................................................................................. F-1

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan
yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri
nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya. Dalam industri
makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent. Dalam industri kertas
digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan coating
binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing (Chiu & Solarek, 2009).
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan
amilosa, amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang
utama yaitu polimer anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya
diikat dengan ikatan α(1,4)dalam segmen linear, serta ikatan α(1,6) di titik
percabangan. Amilopektin merupakan kandungan utama pati, berkisar 70-80%
dan berpengaruh pada physiochemical serta citarasa pati (Dona et al.,2010).
Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan
katalisator asam seperti HCl (asam klorida). Bahan yang digunakan untuk
proses hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak dijumpai tanaman yang
menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela
pohon, umbi-umbian, aren dan sebagainya (Baskar & Muthukumaran, 2008).
Pati dan produk turunannya banyak digunakan di berbagai jenis industri
baik di industri pangan maupun industri non pangan. Di dalam industri non
pangan, pati banyakdigunakan dalam industri logam, tekstil, kosmetik dan
farmasi, kertas, konstruksi dan pertambangan. Pada industri tekstil, pati
digunakan sebagai bahan perekat. Selain itu, pati juga dapat digunakan sebagai
bahan yang mengurangi kerutan pada pakaian. Pada sektor kimia, pati dan
turunannya banyak diaplikasikan pada pembuatan plastik biodegradable,
surfaktan, poliurethan, resin, senyawa kimia, dan obat-obatan (Yetti et al., 2007).
Pada sektor lainnya, pati dan turunannya dimanfaatkan sebagai bahan
detergent yang bersifat non toksik dan aman bagi kulit, pengikat, pelarut,
biopestisida, pelumas, pewarna dan flavor. Dalam industri pangan, pati banyak
digunakan sebagai pengental, penstabil koloid, pembentuk gel, perekat dan agen
penahan air. Khusus untuk industri makanan, pati sangat penting untuk
pembuatan makanan bayi, kue, pudding, bahan pengental susu, permen jelly, dan
pembuatan dekstrin (Hill, 1997).

1
1.2 Rumusan Masalah
Saat ini pati merupakan bahan yang sangat dimanfaatkan oleh industri baik
industri tekstil, kertas, farmasi, ataupun makanan. Di Indonesia sendiri, produksi pati
sangatlah melimpah, mulai dari jagung, ketela, singkong, maupun sumber pati lainnya.
Melihat pentingnya pati untuk berbagai keperluan tersebut, maka diharapkan lulusan
teknik kimia mampu melakukan modifikasi pati dengan hidrolisa pati dan mengetahui
variabel yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidrolisa pati.

1.3 Tujuan Praktikum

1. Mempelajari pengaruh % suspensi terhadap reaksi hidrolisa pati.


2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dengan menganalisa
pengaruh% suspensi terhadap konstanta kecepatan reaksi.

1.4 Manfaat Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh % suspensi terhadap reaksi
hidrolisa pati.
2. Mahasiswa dapat Menghitung konstanta kecepatan reaksi dengan
menganalisa pengaruh % suspensi terhadap konstanta kecepatan reaksi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pati


Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C- nya
serta lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati mempunyai dua ujungberbeda,
yakni ujung non reduksi dengan gugus OH bebas yang terikat padaatom nomor
4 dan ujung pereduksi dengan gugus OH anomerik. Gugus hidroksil dari polimer
berantai lurus / bagian lurus dari struktur berbentuk cabang yang terletak sejajar
akan berasosiasi melalui ikatan hidrogen yang mendorong pembentukan kristal
pati. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Amilosa
mempunyai struktur lurus dan amilopektin mempunyai rantai cabang (Winarno,
2002).

2.2 Amilosa dan Amilopektin


Pati termasuk dalam polisakarida yang merupakan polimer glukosa,
yang terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer
linier dengan ikatan α-(1,4) unit glukosa yang merupakan rantai linear. Derajat
polimerisasi (DP) amilosa berkisar antara 500-6.000 unit glukosa bergantung
pada sumbernya. Adapun amilopektin merupakan polimer α (1,4) unit glukosa
dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Ikatan α-(1,6) unit glukosa ini
jumlahnya sangat sedikit dalam suatu molekul pati, berkisar antara 4−5%.
Namun, jumlah molekul dengan rantai cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak
dengan DP berkisar antara 105-3x106 unit glukosa dan merupakan komponen
utama yang dapat mempengaruhi physiochemical dan cita rasa dari pati (Dona et
al., 2010).

Gambar 2.1 Struktur amilosa

3
Gambar 2.2 Struktur amilopektin

2.3 Hidrolisa Pati


Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh
suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat
digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis
basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim.
Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi
hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air.
Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga
perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan
menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi
pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut :
(C6H10O5)x + H2O → x C6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi :
−rA = k. Cpati (2.1)
Karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air
selamaperubahan reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’ :
k′ = k. Cair (2.2)
Sehingga persamaan 2.1 dapat ditulis sebagai berikut −rA = k′. Cpati dari
persamaan kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu.
𝑑𝐶𝐴
Jika harga – 𝑟𝐴 = − 𝑑𝑡
maka persamaan 2.2 menjadi:
dCA
− = k ′ CA (2.3)
dt
dCA (2.4)
− = k ′ dt
CA

4
Apabila CA = CA0 (1 – XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas
kondisi t1: CA0 dan t2 : CA akan diperoleh persamaan:
C dCA t1
− ∫C A = k ′ ∫t2 dt (2.5)
A0 CA

CA0
ln = 𝑘 (t2 − t1) (2.6)
CA
1 (2.7)
ln = 𝑘 ′ (𝑡2 − 𝑡1)
(1 − 𝑋𝐴)
Di mana XA = konversi reaksi setelah satu detik.
Persamaan 2.7 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi
1
y = mx + c, dengan Y = ln (1−𝑋Α) dan x = t2.

2.4 Modifikasi Pati


Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan
dalam bentuk ini digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang
terbatas. Modifikasi adalah pati yang gugus hidroksinya telah mengalami
perubahan. Pati memiliki sifat tidak dapat digunakan secara langsung dan oleh
karena itu harus dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk meningkatkan sifat
positif dan mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya digunakan
untuk produk makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga
ditambahkan dalam plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi
secara kimia umumnya meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan
cross-linking (Chiu & Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasi akan
mengalami perubahan sifat yang dapat disesuaikan untuk keperluan- keperluan
tertentu. Akan tetapi sama seperti pati alami, pati termodifikasi bersifat tidak larut
dalam air dingin (Koswara, 2009).

2.5 Variabel yang Berpengaruh


Variabel – variabel yang berpengaruh dalam reaksi hidrolisa pati meliputi:
1. Katalisator
Hampir sama semua reaksi hidrolisa membutuhkan katalisator untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim
atau asam karena kinerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka
jenisnya mulai dari HCl (Agra et al., 1973), H2SO4 sampai HNO3. Yang
mempengaruhi kecepatan reaksi adalah konsentrasi ion H+ bukan jenis
asamnya. Meskipun demikian, didalam industri umumnya dipakai asam
klorida (HCl). Pemilihan ini didasarkan atas sifat garam yang terbentuk
pada penetralan tidak menimbulkan gangguan apa-apa selain rasa asin jika

5
konsentrasinya tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi asam dalam air
penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunakan larutan
asam yang mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi daripada
pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang
jauh lebih pekat.
2. Suhu dan Tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan
Arrhenius, dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.
Untuk mencapai konversi tertentu, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk
menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100°C. Tetapi jika suhunya
dinaikkan hingga 135°C, konversi yang sama dapat dicapai dalam waktu
40 menit (Agra et al., 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan
katalisator H2SO4 memerlukan suhu 160°C. Karena panas reaksi
mendekati nol dan reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan
tidak banyak mempengaruhi keseimbangan.
3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-
baiknya perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat
dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok (Agra et al., 1973).
Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka pecampuran
dilakukan dengan cara mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk
olakan.

4. Perbandingan Zat Perreaksi


Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka
keseimbangan dapat bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu,
suspensi pati yang kadarnya rendah memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan yang kadarnya tinggi. Bila kadar suspensi pati
diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1% maka konversi akan bertambah
dari 80% menjadi 87 atau 99% (Groggins, 1958). Pada permukaan, kadar
suspensi pati yang tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit
bergerak. Untuk menghasilkan glukosa biasanya dipergunakan suspensi
pati sebesar 20%.

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Rancangan Percobaan


3.1.1. Rancangan Praktikum
Rancangan praktikum hidrolisa pati dapat dan melalui skema
rancangan praktikum sebagai berikut.

Menghitung densitas pati, HCl, dan membuat


glukosa standar

Standarisasi larutan fehling untuk


mendapatkan nilai F

Penentuan kadar pati awal untuk


mendapatkan nilai M yang digunakan
sebagai acuan kadar pati awal

Hidrolisa pati untuk mendapatkan nilai M


pada waktu ke t

Pengumpulan dan perhitungan data


percobaan untuk mendapatkan nilai konversi

Gambar 3.1 Skema rancangan praktikum


3.1.1. Penetapan Variabel
1. Variabel Tetap
- Volume basis = 430 ml
- Konsentrasi katalis (HCl) = 0,2 N
- Suhu operasi = 500C
2. Variabel Bebas
- Perbandingan pati : air = 1:13 dan 1:17

3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan
1. Glukosa anhidrit 2 gr
2. Tepung meizena 21,862 gr; 30,8723 gr
3. NaOH secukupnya
4. HCl 0,165 N; 4,90 mL

7
5. Indikator MB 3 tetes
6. Fehling A 5 mL
7. Fehling B 5 mL
8. Aquadest secukupnya
3.2.2 Alat
1. Gelas ukur
2. Termometer
3. Erlenmeyer
4. Statif dan klem
5. Buret
6. Labu leher tiga
7. Labu takar

3.3 Gambar Rangkaian Alat


Keterangan:
1. Magnetic stirrer + heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 3.2 Rangkaian alat hidrolisis

3.4 Prosedur Praktikum


1. Persiapan awal
a. Menghitung densitas pati
Ke dalam gelas ukur, 5 ml aquades dimasukkan 1 gram pati,
Catat perubahan volume.
𝑚 pati
ρ pati = ∆𝑉
(3.1)
b. Menghitung densitas HCl
Timbang berat piknometer kosong (m1), masukkan HCl ke dalam
picnometer yang telah diketahui volumenya (v), timbang beratnya
(m2), hitung densitas HCl
𝑚2 − 𝑚1
ρ HCl = (3.2)
𝑉

8
c. Membuat glukosa standar
Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 1000 ml
aquades.
2. Penentuan kadar pati
a. Standarisasi larutan fehling
5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B + 15 ml glukosa standar, dipanaskan
sampai mendidih. Setelah mendidih ditambahkan 3 tetes MB,
kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standar hingga warna
berubah menjadi merah bata. Catat volume tittran (F) yang
diperlukan, proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih (di atas
kompor).
b. Penentuan kadar pati awal
Sebanyak 21,86 gram pati 8,793 ml katalis HCl dan 407 ml aquadest
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
50°C, selama 1 jam. Setelah itu larutan didinginkan, diencerkan
dengan aquades sampai 500 ml lalu diambil 20 ml dan dinetralkan
dengan NaOH (pH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100
ml, diambil 5 ml. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +
5 ml Fehling A + 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standar, kemudian
dipanaskan sampai mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator
MB. Kemudian larutan dititrasi dengan glukosa standar sehingga
berubah warna menjadi warna merah bata. Catat volume titran yang
dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi dilakukan
dalam keadaan mendidih di atas kompor. Lakukan hal yang sama
untuk variabel dengan berat pati 30,86 gram dan 402,36 aquades.
c. Hidrolisa pati
Sebanyak 21,86 gram pati, 8,793 ml katalis HCl dan 407 ml aquadest
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
50\°C. Lalu setelah 5 menit diambil sampel sebanyak 20 ml.
Kemudian sampel dinetralkan dengan NaOH (pH = 7). Larutan
diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Kedalam
Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +5 ml Fehling A + 5 ml fehling
B + 15 ml glukosa standar, kemudian dipanaskan sampai mendidih.
Lalu ditambahkan 3 tetes indikator MB. Kemudian larutan dititrasi
dengan glukosa standar sehingga berubah warna menjadi warna
merah bata. Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu
diperhatikan, proses titrasi dilakukan dalam keadaan mendidih diatas

9
kompor. Pengambilan sampel dilakukan setiap selang waktu 5 menit
sebanyak 5 kali 25 menit. (t1=menit ke-5, t2=menit ke-10, t3=menit
ke-15, t4=menit ke-20, t5=menit ke-25). Lakukan hal yang sama
untuk variabel dengan berat pati 30,86 gram dan 402,36 ml aquades
Rumus penentuan kadar pati awal =
500 100
(F−M) x N glucose x x x 0,9
X p0 = W
basis vol 5

Di mana:
N = 0,002 g/mL
W = berat pati
Perhitungan kebutuhan reagen:
a) Menghitung kebutuhan HCl
N HCl× MW HCl × V larutan
V HCl = ρHCl × Kadar HCl × 1000 × greq (3.4)

Di mana:
greq HCl =1
greq H2SO4 = 2
b) Menghitung kebutuhan pati
Xp × Wpati
%Suspensi = Wpati + W HCl+ Wair (3.5)

Di mana:
Wpati = ρ pati × Vpati (3.6)

WHCl = ρ HCl × V HCl (3.7)


Wair = ρ air × (V larutan − V pati − V HCl) (3.8)
100
(F−M)×N glukosa × × 0,9
5
Xp = W
(3.9)

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Variabel terhadap Konversi Hidrolisa


Berdasarkan pengujian pengaruh perbandingan reaktan terhadap
konversi hidrolisa pada praktikum hidrolisa pati, diperoleh grafik sebagai
berikut:

1,
,
,
,
)

,6
on ersi (

,5
3 % Suspensi
,4
4 % Suspensi
,3
,2
,1
,
5 1 15 2 25
aktu (menit)

Gambar 4.1 Hubungan jumlah pereaktan terhadap konversi hidrolisa pati


Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat hubungan antara waktu terhadap
konversi hidrolisa pati dengan variabel % suspensi yaitu 3% dan 4%, dimana
proses hidrolisa yang dilakukan selama 25 menit dengan interval waktu 5
menit. Pada % suspensi sebesar 3%didapatkan hasil konversi -0,04; 0,06; 0,17;
0,33; dan 0,47 setiap interval waktu 5 menit, sedangkan pada %suspensi sebesar
4% didapatkan hasil konversi 0,0029; 0,0064; 0,0110; 0,174; dan 0,0253 setiap
interval waktu 5 menit. Dari data yang didapatkan, dapat dilihat bahwa konversi
hidrolisa pati dengan % suspensi sebesar 4% lebih besar daripada konversi
hidrolisa pati dengan % suspensi sebesar 3%.
Proses hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu
dan rasio pereaksi. Secara teori, seiring berjalannya waktu, konversi yang
dihasilkan akan semakin tinggi. Semakin lama waktu akan meningkatkan
jumlah tumbukan antar reaktan sehingga semakin banyak molekul yang
bereaksi dan meningkatkan hasil yang terbentuk (Supranto, 1998 dalam
Kriswiyanti, 2013). Semakin rendah kandungan suspensi pati, semakin baik
hasilnya. Jika kandungan suspensi pati berkurang, konversi akan meningkat.

11
Hal ini dikarenakan dengan kadar suspensi pati yang tinggi maka molekul
reagen akan sulit untuk bergerak sehingga faktor tumbukan yang dihasilkan
lebih sedikit yang menghasilkan konversi yang lebih kecil.
Berdasarkan teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa hasil
percobaan telah sesuai dengan teori yang ada bahwa variabel 2 dengan %
suspensi 4% memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan variabel
1 dengan % suspensi 3%.

4.2 Pengaruh Variabel terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi


Berdasarkan pengujian pengaruh suspensi terhadap konstanta reaksi
pada praktikum hidrolisa pati, diper oleh grafik sebagai berikut.

Gambar 4.2 Hubungan suspensi terhadap konstanta laju reaksi


Berdasarkan data hasil percobaan yang ditunjukkan oleh gambar 4.2.
Nilai konstanta kecepatan reaksi diperoleh dari slope pada persamaan Y=mx+b.
Pada suspensi 3% didapat nilai konstanta kecepatan reaksi sebesar 0,0308.
Sedangkan pada suspensi 4% nilai kecepatan reaksi sebesar 0,0336 sehingga
dapat kita simpulkan bahwa konstanta kecepatan reaksi pada suspensi 4% lebih
besar dibandingkan dengan suspensi 3%.
Pada umumnya, nilai konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh
faktor tumbukan, energi aktivasi, dan juga suhu reaksi yang biasanya
dinyatakan dalam persamaan Arhenius:
𝐸𝑎
−( )
𝐾 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇

Dimana : k = konstanta kecepatan reaksi


A = Frekuensi tumbukan
T = Suhu reaksi (K)
E = tenaga aktivasi (cal/gmol)

12
R = tetapan gas (cal/gmol.K)
Dari persamaan tersebut dapat dinyatakan luas permukaan berhubungan dengan
nilai laju reaksi yang didapat. Sehingga semakin besar tumbukan akan
menyebabkan konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Semakin besar
konstanta kecepatan reaksi maka laju reaksinya akan semakin besar. Namun,
berdasarkan hasil percobaan yang kami dapat, variabel dengan 4% suspensi
mendapatkan konstanta kecepatan reaksi yang lebih tinggi dibandingkan
variabel dengan 3% suspensi. Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan
perbandingan persen suspensi yang berhubungan dengan pergeseran
kesetimbangan reaksi. Apabila salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya
maka kesetimbangan dapat bergeser ke sebelah kanan denagn baik serta
mempertimbangkan suhu hidrolisa pati yang optimum, yaitu sekitar 140oC -
160oC (Risnoyatiningsih, 2011). Pada percobaan ini, suhu yang dipakai tidak
stabil untuk reaksi yang berjalan dalam fase cair dan panas reaksi hampir
mendekati nol. Akhirnya menyebabkan suhu dan tekanan tidak banyak
mempengaruhi kesetimbangan yang menyebabkan kesetimbangan tidak
berjalan dengan baik ke sebelah kanan (Perdani dan Sipayung, 2016).
Dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang didapat tidak sesuai
dengan teori yang ada dimana variabel dengan 4% suspensi memiliki nilai
konstanta kecepatan reaksi yang lebih besar dibandingkan dengan 3% suspensi,
Hal tersebut disebabkan suhu dalam proses hidrolisa tidak optimum dan
kesetimbangan tidak berjalan ke kanan.
4.3 Aplikasi Hidrolisa Pati dalam Industri
Dalam industri, hidrolisa pati digunakan dalam mengubah tapioka (pati
ubi kayu) menjadi dekstrin. Pemanfaatan tapioka di Indonesia masih terbatas
sebagai pemasok sumber karbohidrat dan sebagian besar diekspor dalam bentuk
pellet atau tepung tapioka. Tapioka dapat dimodifikasi menjadi dekstrin yang
multiguna. Formula dekstrin sama dengan pati, tetapi panjang rantai dekstrin
lebih pendek dibanding panjang rantai pati. Berkurangnya panjang
rantaidekstrin mengakibatkan sifat fisik dan sifat kimia dekstrin tidak sama
dengan sifat pati. Perbedaan sifat itulah menjadikan dekstrin lebih banyak
digunakan pada berbagai peruntukan, baik di bidang industri pangan,
kesehatan/farmasi, industri kertas, dan industri tekstil (Santosa dan Handayani,
2014).
Hidrolisis pati digunakan sebagai metode preparasi pati nanopartikel.
Hidrolisis digunakan untuk memecah partikel pati sampai ukuran nanometer
dan mensintesis materi berukuran sangat kecil untuk dirakit menjadi ukuran

13
nanometer yang dikehendaki. Pati nanopartikel digunakan sebagai pengisi
(filler) komposit untuk meningkatkan sifat mekanik dan biodegradabilitas
komposit. Pati nanopartikel digunakan dalam industri kertas sebagai surface
sizing, coating, atau perekat biodegradable. Selain itu, nanopartikel pati juga
dikembangkan dalam industri ban untuk menggantikan bagian karbon hitam
dan silika di ban dalam rangka meningkatkan kualitas ban (Maryam et al.,
2018).
Pati hasil hidrolisis menghasilkan rantai molekul lebih pendek yang
menyebabkan granula pati lebih mudah pecah serta kelarutan dan viskositas
meningkat. Tepung termodifikasi akan memiliki kemampuan pengikatan yang
tinggi, bersifat hidrofobik, dan ampifilik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
penyalut tipis (enkapsulasi) bahan aktif. Proses hidrolisis asam pada pati dapat
menurunkan kadar amilopektin. Pemutusan titik percabangan rantai
amilopektin pada daerah amorf pati mengakibatkan terjadinya peningkatan
kandungan fraksi linear (amilosa) rantai pendek sehingga ukuran molekul
(bobot molekul) pati menjadi lebih rendah dan meningkatkan kecenderungan
membentuk gel pada pasta. Untuk menghasilkan pati yang bersifat porous yang
akan dimanfaatkan sebagai penyalut (coating) bahan aktif dilakukan presipitasi
dengan etanol. Kemampuan pati modifikasi sebagai penstabil dan enkapsulan
ini banyak diaplikasikan sebagai sebagai bahan baku industri kosmetik (Yeni et
al., 2018).

14
BAB V
PENUT UP
5.1 Kesimpulan

1. Semakin kecil kadar suspensi pati maka faktor tumbukan akan semakin besar
sehingga menyebabkan konversi juga semakin besar. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan
karena penambahan air berlebih menyebabkan keseimbangan bergeser ke
kanan sehingga konversi meningkat.

2. Semakin tinggi nilai suspensi pati akan memberikan hasil konversi yang
semakin rendah dan diikuti dengan konstanta laju reaksi yang semakin kecil.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan bahwa tidak sesuai dengan teori di
atas. Hal ini dikarenakan kemungkinan besar disebabkan karena adanya
perubahan kondisi operasi proses hidrolisis.

5.2 Saran
1. Melakukan pengadukan secara konstan agar tidak terjadi penggumpalan.
2. Menghindari penambahan air yang terlalu banyak karena akan
memperpanjang waktu pemurnian pati.
3. Menambahkan variasi reagen selain HCl dan H2SO4 seperti HNO3 atau H3PO4
untuk menambah pengetahuan.
4. Sebaiknya mencoba bahan selain tepung dalam praktikum proses selanjutnya.
5. Proses pemanasan dalam labu leher tiga sebaiknya disertai dengan
pengadukan untuk menjaga pati agar tetap terdispersi secara merata.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agra, I. B., Warnijati, S., & Pujianto, B. (1973). Hidrolisa Pati Ketela Rambat pada Suhu Lebih
dari 100 oC. Forum Teknik, 3, 115-129.
Baskar, G., Muthukumaran, C., & Renganathan, S. (2008). Optimization of Enzymatic
Hydrolysis of Manihot Esculenta Root Starch by Immobilize α- Amylase Using
Response Surface Methodology. International Jurnal of Natural Sciences and
Engineering, 1(3), 156-160.
Chiu, C.-w., & Solarek, D. (2009). Modification of starch. Starch: Chemistry and Technology,
Third Edition. ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. (2010). Digestion of Starch:In Vivo Andin Vitro
Kinetic Models Used to Characterise. Carbohydrate Polymers, 80(2010), 599– 617.
Groggins, P. (1958). Unit processes in organic synthesis (5th ed.). McGraw-Hill. Hill, C.
(1977). An Introduction to Chemical Engineering Kinetics and Reactor Design (1st ed.).
Wiley.
Kriswiyanti, E. (2013). Pengaruh Konsentrasi Katalis Asam Dan Kecepatan Pengadukan Pada
Hidrolisis Selulosa Dari Ampas Batang Sorgum Manis. Ekuilibium, 12(1), 17–22.
https://doi.org/10.20961/ekuilibrium.v12i1.2172
Koswara, S. (2009). Teknologi Modifikasi Pati. Ebookpangan.com.

Maryam, Kasim, A., Novelina, & Emriadi. (2018). Teknologi Preparasi Pati Nanopartikel dan
Aplikasinya dalam Pengembangan Komposit Bioplastik. Majalah Ilmiah Teknologi
Industri (SAINTI), 15(1), 36-56.

Mayang, A. P., Sari, R. P., & Fathoni, R. (2019). Pembuatan Glukosa dari Kulit Pisang Kepok
(Musa Paradisiaca l.) dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Integrasi Proses, 8(1), 39-44.
Mustafa, A. (2015). Analisis proses pembuatan pati ubi kayu (tapioka) berbasis neraca massa.
Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 9(2), 118-124.
Perdani, A.D., & Sipayung, R. (2016). Hidrolisa Limbah Karaginan Menjadi Monosakarida
dengan Katalis Asam Khlorida. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Risnoyatiningsih, Sri. (2011). Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia, 5(2), 417-424.
Rukmini, P., & Santosa, I. (2019). Utilization Of Gembili Starch (Dioscorea esculenta) Into
Glucose By Acid Hydrolysis Method Using HCL Catalyst. Konversi, 8(1), 49–58.

Santosa, H., & Handayani, N. A. (2014). Hidrolisa Enzimatik Pati Tapioka dengan Kombinasi
Pemanas Microwave-Water Bath pada Pembuatan Dekstrin. Momentum, 10(2), 25-29.

Sylvia, N., Meriatna, & Haslina. (2016). Kinetika Hidrolisa Kulit Pisang Kepok Menjadi
Glukosa Menggunakan Katalis Asam Klorida. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 4(2),
51-65.
16
Winarno, F.G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yeni, G., Silfia, S., & Hermianti, W. (2018). Pengembangan Potensi Tepung Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus) sebagai Matriks Enkapsulasi yang Dimodifikasi melalui Proses
Litnerisasi untuk Bahan Baku Kosmetik. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Litbangyasa Industri II, 1(1), 151-161.

Yetti, M., Nazamid, B.S., Roselina, K. & Abdulkarin, S. M. (2007). Improvement of Glucose
Production by Raw Starch Degrading Enzyme Utilizing Acid- Treated Sago Starch as
Substrate. ASEAN Food Journal, 14(2), 83-90.

17
A-1
A-2
A-3
A-4
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

Volume basis = 430 mL


% HCL = 32%
Suhu = 70°C
%suspensi = 3%, 4%
Jenis tepung = Tepung meizena

1. Menentukan densitas pati


Massa pati = 1 gr
∆V = V akhir – V aquadest
∆V = (5,75-5) mL
= 0,75 mL
𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ pati = ∆V = = 1,33 gr/ml
0,75 ml

2. Menentukan densitas HCL


Kalibrasi piknometer
ρ air = 0,996 gr/mL
Massa pikno kosong = 21,40 gr
Massa pikno + air = 45,02 gr
Massa air = 45,02 gr – 21,40 gr
= 23, 62 gr
𝑚 23,62 𝑔𝑟𝑎𝑚
Volume piknometer = = 0,9996 gr/ ml = 23,71 ml
ρ

Densitas HCl
Volume piknometer = 23,71 mL
Massa pikno kosong = 21,40 gr
Massa pikno + HCl = 48,91 gr
M HCl = 27,51 gr
𝑚 27,51 𝑔𝑟𝑎𝑚
ρ HCl == = = 1,1602 gr/mL
V 23,71 mL

3. Volume HCL
NHCL ×BMHCL ×Vlarutan
V HCL =ρ
HCL ×kadarHCL ×1000×grek
gr
0,16 N×36,5 ×430 mL
mol
= gr
1,1602 ×0,32×1000×1
mL

= 6,7639 mL

A-2
4. Penentuan volume aquadest dan pati
a. % Suspensi = 3%
Vbasis = Vaquades + Vpati + V HCL
430 mL = Vaquades + Vpati + 6,76 mL
Vpati = 423,24 mL – Vaquadest
Wpati
%suspensi = W
pati +WHCl +Wair

ρpati ×Vpati
3% = (ρ
pati ×Vpati )+(ρHCl ×VHCl )+(ρair ×Vair )

3%
1,33 gr/mL × (423,24 mL − V aq)
=
gr 𝑔𝑟
(1,33 × (423,24 mL − V aq)) + (1,1602 × 6,76mL) + (0,996 × Vair )
mL 𝑚𝐿
Vaquadest = 413,4809 mL

V pati = 423,24 mL – V aq
= 423,24 mL – 413,4809 mL

= 9,7591 mL
b. % Suspensi = 4%

Vbasis = Vaquades + Vpati + V HCL


430 mL = Vaquades + Vpati + 6,76 mL
Vpati = 423,24 mL – Vaquadest
Wpati
%suspensi = W
pati +WHCl +Wair

ρpati ×Vpati
4% = (ρ
pati ×Vpati )+(ρHCl ×VHCl )+(ρair ×Vair )

4%
1,33 gr/mL × (423,24 mL − V aq)
=
gr 𝑔𝑟
(1,33 × (423,24 mL − V aq)) + (1,1602 × 6,76mL) + (0,996 × Vair )
mL 𝑚𝐿
Vaquades = 410,1949 mL

V pati = 423,24 mL – V aq

= 423,24 mL – 410,1949 mL

= 13,0451 mL

A-3
5. Massa pati
a. Suspensi (3%)
W pati = ( × V)pati
gr
= 1,33 mL × 9,7591mL

= 12,9796 gram
b. Suspensi (4%)
W pati = ( × V)pati
gr
= 1,33 mL × 13,0451mL

= 17,3499 gram

A-4
LEMBAR PERHITUNGAN

Basis volume = 290 mL


1. Penentuan kadar pati awal

F = 20 mL
a. Variabel 1 (Perbandingan pati : air = 1 : 19)

M = 9,5 mL

W = 20,3460 gram
500 100
(𝐹−𝑀)×𝑁 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 × × ×0,9
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
Xp0 =
𝑊

500 100
(20−9,5)𝑚𝐿×0,002 𝑁 × × ×0,9
290 𝑚𝐿 5
= 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,03203
b. Variabel 2 (Perbandingan pati : air = 1 : 20)

M = 10,5 mL

W = 19,3771 gram
500 100
(𝐹−𝑀)×𝑁 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 × × ×0,9
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
Xp0 =
𝑊

500 100
(20−10,5)𝑚𝐿×0,002 𝑁 × × ×0,9
290 𝑚𝐿 5
= 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0,03043

2. Penentuan kadar pati


100
(𝐹−𝑀)×𝑁 𝐺𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎× ×0,9
5
Xp = 𝑊

𝑋𝑝
XA = 𝑋𝑝0

a. Variabel 1 (Perbandingan pati : air = 1 : 19)


1) t = 5 menit
100
(20−12)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0142

0,0142
XA = 0,03203 = 0,4419

2) t = 10 menit
100
(20−9,8)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0180

0,0180
XA = 0,03203 = 0,5635

D-1
3) t = 15 menit
100
(20−10,5)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0168

0,0168
XA = 0,03203 = 0,5248

4) t = 20 menit
100
(20−10,2)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0173

0,0173
XA = 0,03203 = 0,5414

5) t = 25 menit
100
(20−10)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 20,3460 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0177

0,0177
XA = 0,03203 = 0,5524

b. Variabel 2 (Perbandingan pati : air = 1 : 20)


1) t = 5 menit
100
(20−11,5)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0158

0,0158
XA = 0,03043 = 0,5190

2) t = 10 menit
100
(20−10,8)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = = 0,0171
19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚

0,0171
XA = 0,03043 = 0,5617

3) t = 15 menit
100
(20−10,2)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0182

0,0182
XA = 0,03043 = 0,5983

4) t = 20 menit
100
(20−10)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0186

0,0186
XA = 0,03043 = 0,6105

5) t = 25 menit
100
(20−9,9)𝑚𝐿×0,002𝑁× ×0,9
5
Xp = 19,3771 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 0,0188

0,0188
XA = 0,03043 = 0,6166

D-2
3. Penentuan nilai konstanta laju reaksi

Persamaan: -In(1-XA) = kt

y = mx
1. Variabel 1 (Perbandingan pati : air = 1 : 19)

t (x) M (mL) Xp0 Xp XA In[1/(1-XA)](y)

5 12 0,03203 0,0142 0,4419 0,5833


0,03203
10 9,8 0,0180 0,5635 0,8289
0,03203
15 10,5 0,0168 0,5248 0,7440
0,03203
20 10,2 0,0173 0,5414 0,7795
0,03203
25 10 0,0177 0,5524 0,8039

2. Variabel 2 (Perbandingan pati : air = 1 : 20)

t (x) M (mL) Xp0 Xp XA In[1/(1-XA)](y)

5 11,5 0,03043 0,0158 0,5190 0,7318

10 10,8 0,03043 0,0171 0,5617 0,8248

15 10,2 0,03043 0,0182 0,5983 0,9121

20 10 0,03043 0,0186 0,6105 0,9430

25 9,9 0,03043 0,0188 0,6166 0,9588

D-3
REFERENSI

D-4
D-5
D-6
D-7
D-2
D-3
D-4
D-5
D-6
D-7
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN ANALISA RESIKOMATERI : HIDROLISA PATI

IDENTIFIKASI BAHAYA (IB)

A Mekanik D Lingkungan E Bahan kimia G Bahaya lainnya

A1 Penanganan manual D1 Kebisingan E1 Racun √ G1 Gas terkompresi

A2 Bagian yang bergerak D2 Getaran E2 Iritan √ G2 Radiasi pengion

A3 Bagian yang berputar D3 Penerangan E3 Korosif G3 Radiasi UV

A4 Pemotongan D4 Kelembaban E4 Karsinogenik G4 Kelelahan

B Biologi D5 Temperatur √ E5 Mudah terbakar G5 Ruang sempit

B1 Bakteri D6 Bahaya perjalanan E6 Mudah meledak G6 Penuh sesak

B2 Virus D7 Permukaan yang licin √ E7 Cryogenics G7 Termometer

B3 Jamur D8 Limbah padat F Peralatan

C Listrik D9 Kualitas udara F1 Bejana tekan

C1 Voltase tinggi √ D10 Pekerjaan soliter F2 Peralatan panas √

C2 Listrik statis D11 Percikan/tetesan/banjir √ F3 Laser

C3 Kabel √ D12 Tumpahan serbuk √ F4 Pembuluh kaca

E-1
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian untuk
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
1. PREPARASI/TAHAP AWAL
D7, √ Saat melakukan Berhati-hati dalam menggunakan Jika tergelincir, periksa bagian yang
D11 kalibrasi piknometer, aquadest, jika aquadest dialirkan cidera dan obati bagian yang cidera.
dan pembuatan menuju tempat yang rawan terjadi Apabila cideranya besar atau bertambah
reagen-reagen, tumpah, gunakan corong agar dapat parah, bawa korban ke rumah sakit/
terdapat resiko meminimalisir terjadinya resiko klinik terdekat.
aquadest tumpah yang permukaan licin.
menyebabkan
permukaan menjadi
licin.
D12 √ Saat melakukan Hati-hati dalam memindahkan bubuk Bersihkan serbuk pati yang jatuh.
perhitungan densitas pati Apabila terhirup, sebisa mungkin
pati, terdapat resiko keluarkan bubuk pati yang terhirup.
dimana bubuk pati Apabila cidera bertambah parah, bawa
jatuh akan mengotori korban ke rumah sakit/ klinik terdekat
ruangan dan
menyumbat saluran
pernafasan apabila
terhirup.
2. PERCOBAAN UTAMA
C1, √ Adanya kabel yang Lakukan pemeriksaan dan memastikan Cabut sumber listrik untuk
C3 terlupas dan dapat alat secara baik. menghentikan aliran listrik.
mengakibatkan arus
pendek maupun
tersengat listrik.
D5, √ Adanya kontak dengan Hati-hati dengan permukaan panas Hentikan proses pemanasan, dinginkan
F2 kompor listrik atau alat pada saat melakukan proses luka bakar, dan diberikan obat anti nyeri.
yang dipanaskan pemanasan dan meletakkan rangkaian Jika masih berlanjut, dibawa ke klinik
atau rumah sakit terdekat.
diatas kompor listrik. alat ke tempat yang lebih aman agar
tidak terjadi kontak.

E-2
DETAIL RESIKO
Resiko
Tindakan pengendalian untuk
IB (setelah tindakan pengendalian) Identifikasi resiko Tindakan pertolongan pertama
meminimalisir resiko
Tinggi Sedang Rendah Minimal
E1, √ Penggunaan reagen Menggunakan sarung tangan lateks Jika reagen terkena kulit, segera cuci
E2 asam dan basa pada selama praktikum dan mengganti tangan dengan air mengalir hingga
praktikum ini terdapat sarung tangan apabila sobek dan bersih. Jika terkonsumsi, segera minum
air mineral dan cuci mulut agar bahaya
resiko kontak dengan bolong serta berhati-hati dalam
reagen dapat diminimalisir. Apabila
kulit yang memindahkan reagen-reagen asam
bertambah parah, bawa korban ke
menyebabkan iritasi dan basa rumah sakit/ klinik terdekat
dan apabila tidak
sengaja terkonsumsi
dapat mengakibatkan
keracunan.
3. ANALISA/TAHAP AKHIR
D7, √ Saat melakukan titrasi Berhati-hati dalam menggunakan Jika tergelincir, periksa bagian yang
D11 terdapat resiko larutan aquadest, jika aquadest dialirkan cidera dan obati bagian yang cidera.
tumpah yang menuju tempat yang rawan terjadi Apabila cideranya besar atau bertambah
menyebabkan tumpah, gunakan corong agar dapat parah, bawa korban ke rumah sakit/
permukaan menjadi meminimalisir terjadinya resiko klinik terdekat.
licin. permukaan licin.

E-3
LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
1. 12/03/2023 P0 ASISTEN

F-1

You might also like