You are on page 1of 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Relasi Referensi

Mey (dalam Rusminto, 2015: 22) seseorang memakai bahasa untuk menyesuaikan
kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. contoh referensi
secara langsung adalah seorang memiliki nama teretntu yang akan menunjukkan
dirinya kepada seseorang. Seseorang dapat mengetahui orang lain dari namanya,
kemudian seseorang dapat mengerti makna ‘pelabuhan penyeberangan’, dan
sebagainya secara langsung dari namanya.

2.2 Relasi Substitusi

Menurut (Kridalaksana, 19994) Substitusi merupakan sebuah proses


penggantian unsur bahasa dengan bahasa lain pada satuan yang lebih besar untuk
mendapatkan unsur-unsur pembeda atau memperjelas suatu struktur tertentu.
Sesungguhnya ada kesamaan antara relasi referensi dengan relasi substitusi.
Kedua relasi ini sama-sama merujuk kepada unsur tertentu didalam wacana.
Bedanya, relasi substitusi terletak pada satuan gramatikal karena penggantian
unsur, sedangkan relasi referensi merupakan hubungan makna. Substitusi terbagi
menjadi tiga bagian yaitu substitusi nominal, substitusi verbal dan substitusi
klausal.

a. Substitusi Nominal
Substitusi nominal merupakan penggantian unsur gramatikal pada
nominal atau frasa nominal. Nomina sering disebut dengan kata benda,
sedangkan frasa nominal adalah frasa yang induknya nomina diikuti oleh
unsur berupa nomina atau kategori kata yang lain.
Contoh: Saya lihat buah pisang ini bagus-bagus. Yang ini sudah masak.
Pada bagian yang ini merupakan substitusi dari buah pisang, bentuk
substitusnya adalah nominal.
b. Substitusi Verbal
Substitusi verbal merupakan penggantian unsur gramatikal pada kategori
verba atau frasa verbal. Verbal dapat diketahui melalui prilaku semantis,
sintaksis daan bentuk morfologi. Pada segi semantik verba mempunyai atau
mengandung makna perbuatan, proses dan keadaan. Sedangkan dari segi
sintaksisnya verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai
intipredikat dalam sebuah kalimat.
Contoh: Anak-anak itu sudah dilarang berkelahi, tetapi mereka melakukan
juga.
Substitusi verbal, yaitu melakukan juga sebagai substitusi dari berkelahi.
c. Substitusi Klausal
Substitusi klausal merupakan penggantian pada unsur klausal. Klausal
merupakan salah satu satuan sintaksis yang disusun oleh kata atau frasa, yang
memiliki satu predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Unsur dari klausa
yakni subjek atau predikat.
Contoh: Hari ini Samirun melahirkan. Saya dengar begitu.
Dari klausa hari ini Samirun melahirkan disubstitusi dengan kata begitu. Jadi,
substitusinya bersifat klausal (pengganti satu klausa dengan unsur lain).

2.3 RELASI ELIPSI

Ellipsis merupakan penghilangan salah satu bagian dari unsur atau satuan
bahasa. Elipsi sebenarnya sejenis dengan substitusi, hal yang membedakannya
bahwa elipsi digantikan oleh sesuatu yang tidak ada. Perhatikan contoh berikut.

1. Dia sedang berpuasa di bulan Ramadhan ini. Kami juga.

2. Umat muslim menahan lapar dan dahaga selama bulan ramadhan. Juga nafsu.

Pada contoh pertama dapat dilihat bahwa sedang berpuasa di bulan ramadhan ini
semuanya dihilangkan. Demikian pula, dalam kedua, sedang menahan
dihilangkan. Oleh karena itu, contoh 1 dan 2 termasuk relasi elipsi.

Agar dapat menemukan perbedaan elipsi dan subtitusi, dapat dengan melihat
apakah ada unsur yang menggantikan. Relasi subtitusi memiliki unsur yang
menggantikannya, sedangkan relasi elipsi tidak memiliki unsur apapun yang
menggantikan. Perhatikan contoh di bawah ini.

1. Saya berharap kamu selamat sampai tujuan


a. Semoga demikian

b. Semoga.

Kata demikian dalam contoh (1a) menunjukan subtitusi dari kelompok kata
selamat sampai tujuan; sedangkan contoh (1b) merupakan elipsi untuk selamat
sampai tujuan. Dengan demikian, substitusi maupun elipsi dapat terjadi dalam
semua kalimat. Lubis, 1984: 38 mengatakan bahwa elipsi dan subtitusi seperti ini
disebut klausa subtitusi dan klausa elipsi.

2.4 RELASI KONJUNGSI

Konjungsi ialah kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan


kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau
paragraf dengan paragraf. Fungsi konjungsi ialah untuk menggabungkan beberapa
proposisi pada wacana supaya perpindahan ide pada wacana terasa lembut (Rani,
dkk. 2013: 130). Contoh konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa,
atau kalimat dengan kalimat ialah dan, agar, untuk, sejak sedangkan, karena,
dengan, sehingga,sebab, bahwa, atau, ketika, sebelum, tetapi, dan jika.
Sedangkan, contoh dari konjungsi yang menyatukan paragraf dengan paragraf
ialah sementara itu, adapun, dan dalam pada itu.

Menurut Alwi, dkk (TBBI, 2003) konjungsi (konjungtor) berdasarkan


perilaku sintaksisnya dalam kalimat dibagi menjadi (a) konjungsi koordinatif, (b)
konjungsi korelatif, (c) konjungsi subordinatif, dan (d) konjungsi antarkalimat
(berfungsi dalam tataran wacana).

(a) Konjungsi koordinatif


Konjungsi koordinatif ialah konjungsi yang berfungsi untuk
menggabungkan klausa dengan klausa yang sederajat atau penghubung
antarkata yang menghasilkan frase. Cermatilah contoh berikut.
1. Adik atau kakak yang akan diantar duluan?
2. Alfath tidak bisa bermain gitar, tetapi ia bisa bernyanyi.
Pada contoh no. 1 terdapat konjungsi atau yang menggabungkan kata
dengan kata, sedangkan pada contoh no. 2 terdapat konjungsi tetapi yang
menggabungkan klausa dengan klausa.

(b) Konjungsi korelatif


Konjungsi korelatif ialah konjungsi yang berfungsi untuk menggabungkan
dua kata, frase, atau klausa yang mempunyai status sintaksis yang sama.
Konjungsi ini mencakup dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frase,
atau klausa yang dihubungkan.
Perhatikan contoh berikut.
1. Fathur tidak hanya bisa berbahasa inggris, tetapi juga bisa berbahasa
prancis.
2. Baju itu dibuat sedemikian rupa agar terlihat mewah, sehingga dapat
membuat banyak orang yang menyukainya.
3. Baik Syerin maupun Lila, keduanya sama- sama menyukai kucing.
4. Arka terlihat bingung, apa ia akan membeli mobil- mobilan atau
robot- robotan.
5. Makin tinggi posisi yang kita dapatkan, kian berat pula tantangan yang
harus dihadapi.
(c) Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif ialah konjungsi yang berfungsi untuk
menggabungkan dua klausa atau lebih, dan klausa tersebut tidak
mempunyai status sintaksis yang sama atau setara. Apabila dilihat dari
perilaku sintaksis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat
dikelompokkan menjadi tiga Kelompok- kelompok konjungsi subordinatif
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Konjungsi subordinatif waktu, contoh: sejak, ketika, sebelum, sesudah,
sampai, sambal, selama;
2. Konjungsi subordinatif syarat, contoh: jika, kalua, bila, manakala,
asalkan;
3. Konjungsi subordinatif pengandaian, contoh: andaikan, seandainya,
seumpamanya, sekiranya;
4. Konjungsi subordinatif tujuan, contoh: agar, supaya, biar;
5. Konjungsi subordinatif konsersif (perbandingan pada kalimat majemuk
bertingkat), contoh: biarpun, meski (pun), walau (pun), kendati (pun),
sungguhpun;
6. Konjungsi subordinatif pembandingan, contoh: seakan-akan, seolah-
olah, seperti, ibarat, alih- alih;
7. Konjungsi subordinatif sebab, contoh: sebab, karena, oleh karena, oleh
sebab;
8. Konjungsi subordinatif hasil, contoh: sehingga, maka (nya);
9. Konjungsi subordinatif alat, contoh: dengan, tanpa;
10. Konjungsi subordinatif cara, contoh: dengan, tanpa;
11. Konjungsi subordinatif komplementasi, contoh: bahwa;
12. Konjungsi subordinatif atributif, contoh: yang;
13. Konjungsi subordinatif perbandingan, contoh: sama… dengan,
lebih…. dari (pada);

Berikut adalah contoh- contoh penggunaan konjungsi subordinative.

1. Sejak jumpa pertama, aku sudah jatuh cinta.


2. Putra mengancam akan pergi jikalau aku menduakannya.
3. Seandainya aku seekor burung, aku pasti akan terbang bebas menari di
udara sepanjang hari.
4. Kita harus belajar agar menjadi orang yang pintar.
5. Kia selalu terlihat bahagia, meskipun hatinya terluka,
(d) Konjungsi antarkalimat
Konjungsi antarkalimat ialah konjungsi yang berfungsi untuk
menggabungkan satu kalimat dengan kalimat lain. Dengan demikian,
konjungsi ini setiap kalimat baru menggunakan huruf pertama yang ditulis
dengan huruf kapital. Contoh konjungsi antarkalimat ialah Biarpun
demikian/ begitu, Sekalipun demikian/ begitu, Walaupun demikian/ begitu,
Meskipun demikian/ begitu, sungguhpun demikian/ begitu, Kemudian,
Sesudah itu, Selanjutnya, Sebaliknya, Namun, Akan tetapi, Dengan
demikian, Oleh karena itu, Bahkan, Tambah pula.
Dibawah ini contoh – contoh penggunaan konjungsi antarkalimat.
1. Pasha pergi ke lapangan basket. Sesudah itu, dia bergabung dengan
teman- temannya bermain basket.
2. Ahmad terkena penyakit batuk. Selain itu, dia juga sempat memiliki
demam tinggi.
3. Cuci piring hingga bersih. Kemudian, simpan di rak piring.
4. Puan ingin membeli sepatu yang diinginkan sejak dahulu. Namun, stok
sepatu itu sudah habis.
5. Kita harus menyelesaikan pekerjaan dari guru terlebih dahulu.
Selanjutnya, kita bisa bebas bermain hingga nanti siang.

2.5 RELASI LEKSIKAL

Menurut (Lubis, 1994: 42-45), relasi leksikal atau kohesi leksikal dalam
Djajasudarma, 1994: 73, bisa terjadi melalui pemilihan kata yang memiliki
hubungan dengan kata yang digunakan sebelumnya. Relasi leksikal juga dapat
diartikan sebagai hubungan semantis antara satuan leksikal (kata atau leksem)
dengan satuan leksikal lainnya dalam membangun sebuah struktur, tetapi secara
teoritis membatasi kosakata yang bisa digunakan dalam struktur tersebut. Allan
(1986:174), membagi relasi leksikal menjadi tiga diantaranya sinonimi, hiponimi,
dan antonimi. Sedangkan dalam pandangan Djajasudarma (1994: 73-74), terdapat
beberapa bentuk relasi atau kohesi leksikal diantaranya pengulangan, sinonimi,
hiponimi, dan kolokasi. Berikut ini uraian bentuk-bentuk relasi leksikal.

1) Pengulangan, yang berarti adanya penggunaan kata atau frasa yang sama.
Contoh:
a. Bunga di kota itu harum semerbak. Bunga yang harum itu tumbuh
di taman-taman kota. Setiap hari, petugas taman merawat bunga-
bunga tersebut sehingga tampak segar dan indah dipandang.
b. Barang-barang itu terlihat lusuh dan tidak terawat.
2) Sinonimi, yang berarti adanya penggunaan diksi yang secara semantis
memiliki makna yang hampir sama dengan kata yang digunakan
sebelumnya.
Contoh:
a. Para wisatawan banyak yang datang melihat keindahan Gunung
Tangkuban Perahu di Lembang Bandung. Turis-turis itu berasal
dari dalam dan luar negeri.
b. Bunyi menakutkan sering terdengar malam hari. Suara itu
mendesis merisaukan pemilik rumah. Tidak ada penampakan
apapun, kecuali suara yang mengiris hati sehingga memilukan dan
menakutkan.
c. Jangan berisik dan berbuat gaduh.
3) Hiponimi, kata hiponimi berasal dari kata Yunani Kuno “unoma” yang
bermakna “nama” dan “hipo” bermakna “di bawah”. Jadi, hiponimi
merupakan kata yang berada di bawah kata lain. Seperti contoh melati,
mawar, anggrek adalah hiponimi dari kata bunga. Kata bunga sendiri
merupakan hipernim. Menurut (Lynos dalam Lubis, 1994:43), hipernim
merupakan nama yang mencakup nama-nama lain.
Contoh:
a. Segala jenis ikan dijual di pasar itu. Bawal, selar, emas, tenggiri,
tongkol, semuanya tersedia dengan harga yang cuup terjangkau.
b. Sebenarnya dia sangat menguasai semua cabang olahraga atletik.
Lari, lompat jauh, lompat tinggi, sampai lempar lembing
dikuasainya, tetapi hanya satu yang ditekuninya, yaitu lari.
c. Di Lembaga kursus tersebut, pelanggan dapat memilih kursus
bahasa inggris, bahasa mandarin, bahasa arab dan bahasa
jerman
4) Kolokasi (sanding kata), kolokasi ialah asosiasi tertentu dalam diksi.
Kolokasi bisa berupa antonim yang bersifat eksklusif dan inklusif (Lubis,
1994: 44-45).
a. Antonim eksklusif, yaitu menyajikan hubungan antarkalimat
dengan mempertentangkan kata-kata.
Contoh: Gadis-gadis ramai bersenda gurau di taman kota. Bujang-
bujang ramai di jalan rayaa beradu cepat kendaaraan bermotor.
b. Antonim inklusif, yaitu menghubungkan kalimat satu dan kalimat
lain dengan menggunakan salah satu bagian diantaranya urutan
hari, bulan, tahun, warna dan sebagainya.

Contoh: Fonologi diajarkan pada semester II. Morfologi pada semester III.
Fonologi dan Morfologi adalah bagian dari linguistik, sedangkan semester II dan
III adalah bagian dari masa perkuliahan.

You might also like