Professional Documents
Culture Documents
Makalah Hukum Perdata Kel 2
Makalah Hukum Perdata Kel 2
Hukum Perdata
Dosen Pengampu
1. Bapak Prof. Dr. Maftukin, M.Ag, selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi,M.Ag selaku Dekan Fasih UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum
Tata Negara UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Ibu Binti Ni’matul Khoiriyah, M.H. selaku Dosen pengampu mata
kuliah Hukum Perdata.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya penulisan
makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allaah
SWT. Serta tercatat sebagai amal shalih. Hingga akhirnya, makalah ini penulis
suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat serta
mendapat ridho dari Allah SWT.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................1
BAB II.................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia..................................2
B. Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek..........................5
C. Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan..............................6
BAB III........................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................9
A. KESIMPULAN...................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum perdata termasuk dalam lingkup hukum privat. Hukum privat yaitu
hukum yang mengatur hubungan hukum antar orang satu dengan yang lain di
lingkungan masyarakat. Hukum perdata di Indonesia mempunyai sistematika
hukum yang harus kita pahami dari hukum peroranga hingga hukum waris. Isi
sumber hukum perdata terdiri dari peraturan perundang-undangan, hukum adat,
hukum Islam, yurispudensi, doktrin, dan perjanjian. Pembagian hukum perdata
berdasarkan ilmu pengetahuan hukum ada empat bagian yaitu hukum perorangan
atau badan pribadi (personenrecht), hukum keluarga (familierecht), hukum harta
kekayaan(vermogenrecht), dan hukum waris(erfrecht).
Hukum perdata menurut KUH Perdata dibagi menjadi empat buku, yaitu;
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia?
2. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek?
3. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia
2. Untuk Memahami Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk
Wetboek
3. Untuk Memahami Sistematika Hukum Perdata menurut Ilmu
Pengetahuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam khazanah ilmu hukum di Indonesia, pernah dikenal adanya istilah dan
pembedaan antara hukum perdata BW (Burgerlijk wetboek) dan hukum perdata
adat. Hukum perdata B.W adalah hukum perdata biasa yang kita kenal sehari-hari,
sedangkan hukum perdata adat adalah istilah untuk menyebut hukum adat yang
masih tetap hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia hingga saat ini. Dalam
hubungannya dengan istilah ini banyak pula sarjana hukum yang menamakan
Hukum Perdata B.W dengan “Hukum Perdata Barat”; di lain pihak ada juga yang
1 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005), h.228
2 R. Subekti, Pokok-pokok dari hukum perdata, (Intermasa, Jakarta, Cet. XI, 1975), h.9
3Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, Hukum Perdata Hukum Benda,( seksi hukum perdata Fakultas
UGM, Yogyakarta, 1957), h.1
4Komar Andasasmita, Masalah Hukum Perdata Nasional Indonesia, (Bandung, penerbit
alumni,1983), h.10
2
menyebutnya sebagai “Hukum Perdata” saja, tanpa embel-embel, sedangkan
“Hukum Perdata Adat” sendiri dinamakan “Hukum Adat”.5
5 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.1-2
6
Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia,( Jakarta, Rajawali, 1986), h.2-7
3
dalam lembaran negara tahun 1952 No.21, 20 Februari 1952 dan diundangkan 28
Februari 19527.
Mr. Wirjono Prodjodikoro mengatakan hukum perdata adalah suatu
rangkaian peraturan yang mengatur perhubungan hukum antara orang-orang atau
badan hukum satu sama lain tentang hak-hak dan kewajiban.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), disahkan pada 1838 di
Negeri Belanda. Ini berarti bahwa B.W kita sekarang sudah berusia hampir 350
tahun. Dengan demikian, usianya sudah satu setengah abad lebih tua dari umur
Negara Republik Indonesia sendiri.
Karena B.W bersumber dari Hukum Romawi, dan di Kerajaan Romawi
pada waktu itu belum mengenal perdagangan modern, maka kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (WvK) terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (B.W).
Meskipun banyak isinya yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan Negara
Indonesia yang sudah merdeka, tetapi B.W masih diakui sebagai Undang-Undang
oleh pembuat Undang-Undang kita. Namun demikian, sebagai suatu kodifikasi
hukum sejak 17 Agustus 1945 dianggap sudah tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi. Dalam hal ini, di sinilah letak peran pentingnya tugas seorang hakim, yaitu
untuk menentukan aturan-aturan mana dari B.W masih bisa dipakai dan yang tidak
dapat dipakai lagi. Kekhawatiran para hakim menguji secara material peraturan
Undang-Undang ini, akan hilang bilamana Undang-Undang yang akan datang
mengatur secara tegas mengenai kewenangan hakim ini. 8
7
Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.8
8 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali,1968) h.57-58
4
B. Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di Indonesia terdiri dari empat
buku, antara lain:
9
Subekti, Pokok-pokok
5
2) Maklumat Mahkamah Agung tentang tidak berlakunya sementara
ketentuan karena tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman dan bersifat
diskriminatif.
3) Menjadikan jati diri bangsa Indonesia yang pluralitis, sehingga berbeda
jauh dengan kondisi alam barat. Misalnya, dengan keberlakuan hukum
islam dan hukum adat.10
Dan Hukum Perdata BW saat ini atau Burgelijk Weetbook Baru Belanda
(BWBB) telah berhasil diubah atau dimodernisasi, sehingga dapat mengikuti
perkembangan jaman, khususnya menunjang berbagai kegiatan kegiatan
ekonomi dalam arti luas. Upaya perubahan dan modernisasi pada tahun 1947
dan baru berhasil akhir tahun 1992 dengan pengundangan Burgelijk Wetboek
Baru Belanda yang dinyatakan berlaku mulai 1 januari 1992. buku 1 (orang dan
keluarga) dan Buku 2 (Badan Hukum) sudah dinyatakan berlaku, yaitu berturut-
turut tentang jual beli dan tukar menukar (koop en huur), pemberian kuasa
(lestgeving), Penitipan (bewaargeving), dan penanggungan (borgtocht). 11
10
Dr. Elfrida R Gultom, SH. MH., Hukum Acara Perdata
11
Redaksi, Jurnal hukum Ekonomi, New Burgelijk Wetboek Belanda Edisi III (Pebruari 1996), hlm. 12
12
Ilhami Bisri, system hukum Indonesia, (Jakarta; rajagrafindo,20005), h.52
6
(1) Hukum tentang orang. Yang berisi tentang kedudukan orang dalam
hukum serta hak dan kewajiban serta akibat hukum yang
ditimbulkannya. Hukum perorangan ini memuat mengenai peraturan
peraturan, mengenai manusia sebagai subjek hukum. Di dalamnya
berisi peraturan peraturan tentang kecakapan untuk mempunyai hak,
serta kecakapan dalam bertindak sendiri untuk melaksanakan hal
tersebut, serta hal hal lainnya yang berpengaruh terhadap kecakapan
yang dimaksud.
(3) Hukum harta kekayaan. Yang berisi sitem aturan tentang kedudukan
benda dalam hukum serta berbagai hak-hak kebendaan yang bisa
diperoleh oleh orang. Jika hukum keluarga mengatur mengenai
hubungan yang tercipta dari hubungan kekeluargaan, maka hukum
kekayaan ini mengatur antara orang dengan harta kekayaan yang
mereka miliki. Dimana hak dan kewajibannya dapat dinilai dengan
uang. Hak dan kewajiban yang bersifat seperti ini, umumnya bisa
dipindahtangankan kepada orang lain. Hukum harta kekayaan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hukum harta kekayaan mutlak
dan relatif. Hukum kekayaan mutlak adalah suatu ketentuan yang
mengatur tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak berwujud
7
(inmaterial). Hukum harta kekayaan relatif adalah ketentuan yang
mengatur tentang utang piutang atau timbul karena adanya perjanjian.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10