You are on page 1of 13

MAKALAH

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA MENURUT BURGELIJK


WETBOEK (BW) DAN ILMU PENGETAHUAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Hukum Perdata

Dosen Pengampu

Ibu Binti Ni’matul Khoiriyah, M. H.

Disusun Oleh Kelompok 2 HTN 4E

1. Siti Faridhah Abdurafli 126103212190


2. Agessa Triana Habsari 126103212191
3. Devi Lihidayati K. 126103212192
4. Ferrel Adam Luhur P. 126103212192

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


seluruh kaunianya sehingga makalah “Sistematika Hukum Perdata Menurut
Burgelijk Wetboek Dan Ilmu Pengetahuan” ini bisa terselesaikan. Sholawat serta
salam semoga selalu abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
umatnya. Sehubungan dengan selesainya makalah ini, maka penulis mengucapkan
terimakasih kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Maftukin, M.Ag, selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi,M.Ag selaku Dekan Fasih UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum
Tata Negara UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Ibu Binti Ni’matul Khoiriyah, M.H. selaku Dosen pengampu mata
kuliah Hukum Perdata.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya penulisan
makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allaah
SWT. Serta tercatat sebagai amal shalih. Hingga akhirnya, makalah ini penulis
suguhkan kepada segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang
bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat serta
mendapat ridho dari Allah SWT.

Tulungagung, 03 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................1

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................1

BAB II.................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia..................................2
B. Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek..........................5
C. Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan..............................6

BAB III........................................................................................................9
PENUTUP...................................................................................................9
A. KESIMPULAN...................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum perdata termasuk dalam lingkup hukum privat. Hukum privat yaitu
hukum yang mengatur hubungan hukum antar orang satu dengan yang lain di
lingkungan masyarakat. Hukum perdata di Indonesia mempunyai sistematika
hukum yang harus kita pahami dari hukum peroranga hingga hukum waris. Isi
sumber hukum perdata terdiri dari peraturan perundang-undangan, hukum adat,
hukum Islam, yurispudensi, doktrin, dan perjanjian. Pembagian hukum perdata
berdasarkan ilmu pengetahuan hukum ada empat bagian yaitu hukum perorangan
atau badan pribadi (personenrecht), hukum keluarga (familierecht), hukum harta
kekayaan(vermogenrecht), dan hukum waris(erfrecht).

Hukum perdata menurut KUH Perdata dibagi menjadi empat buku, yaitu;

1. Buku I yang berjudu Perihal Orang (van Personen).


2. Buku II yang berjudul Perihal Benda (van Zaken).
3. Buku III yang berjudul Perihal Perikatan (van Verbintennissen).
4. Buku IV yang berjudul Perihal Pembuktian dan Kadaluwarsa atau LIwat
Waktu (van Bewijs en Verjaring).
Ada banyak hal yang perlu diketahui dalam memahami apa sebenarnya
hukum perdata itu dan bagaimana sitematikanya. Banyak ahli hukum memberikan
pendapatnya dan pada dasarnya tidak ada yang salah karena pendapat para ahli itu
bisa berbeda karena dari sudut pandang dan para ahli hukum tersebut. Untuk hal
itu, pada makalah ini akan menjelaskan sistematika hukum perdata yang
mencangkup hukum perdata merurut Burgelijk Wetboek (BW) dan hukum perdata
menurut ilmu pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia?
2. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek?
3. Bagaimana Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia
2. Untuk Memahami Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk
Wetboek
3. Untuk Memahami Sistematika Hukum Perdata menurut Ilmu
Pengetahuan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan keadaan Hukum Perdata di Indonesia


Hukum perdata merupakan subsistem dari sistem hukum yang berlaku dalam
sebuah negara. Ketentuan-ketentuannya mengatur tentang hubungan hukum
perorangan dalam usaha memenuhi kebutuhan individunya. 1 Menurut Prof. R.
Subekti, S.H. menyatakan bahwa yang dimaksud hukum perdata adalah segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. 2 Menurut
Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, S.H, menyebut bahwa yang dimaksud
dengan hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan antara warga
negara perseorangan yang satu dengan warga negara perseorangan yang lain. 3
Menurut Komar Andasasmita, dalam Undang-Undang Dasar dan falsafah Negara
telah mencakup pula hukum perdata dalam arti luas, di antaranya apa yang tersurat
dan tersirat dalam ayat (1) pasal 27 UUD 1945 yang berbunyi, “Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. 4

Dalam khazanah ilmu hukum di Indonesia, pernah dikenal adanya istilah dan
pembedaan antara hukum perdata BW (Burgerlijk wetboek) dan hukum perdata
adat. Hukum perdata B.W adalah hukum perdata biasa yang kita kenal sehari-hari,
sedangkan hukum perdata adat adalah istilah untuk menyebut hukum adat yang
masih tetap hidup dalam masyarakat bangsa Indonesia hingga saat ini. Dalam
hubungannya dengan istilah ini banyak pula sarjana hukum yang menamakan
Hukum Perdata B.W dengan “Hukum Perdata Barat”; di lain pihak ada juga yang

1 R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2005), h.228
2 R. Subekti, Pokok-pokok dari hukum perdata, (Intermasa, Jakarta, Cet. XI, 1975), h.9
3Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, Hukum Perdata Hukum Benda,( seksi hukum perdata Fakultas
UGM, Yogyakarta, 1957), h.1
4Komar Andasasmita, Masalah Hukum Perdata Nasional Indonesia, (Bandung, penerbit
alumni,1983), h.10

2
menyebutnya sebagai “Hukum Perdata” saja, tanpa embel-embel, sedangkan
“Hukum Perdata Adat” sendiri dinamakan “Hukum Adat”.5

Hukum perdata sering dinamakan hukum perdata B.W, karena yang


dimaksudkan di sini adalah hukum perdata yang bersumber dari B.W (Burgerlijk
Wetboek), yakni suatu kitab undang-undang hukum perdata, yang dibuat oleh
pemerintah Belanda untuk bangsa Belanda sendiri, yang kemudian berdasarkan
asas Konkordansi serta dengan penyesuaian seperlunya dengan keadaan di Hindia
Belanda, diberlakukan di Hindia Belanda. Pengertian hukum perdata dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Apabila kita lihat dari sudut ruang lingkupnya maka
hukum perdata dapat dibagi dalam dua bagian yaitu 6:

1) Hukum perdata dalam arti luas.


Merupakan bagian dari hukum privat material yang dalam Bahasa Inggris
dinamakan “Private Law”, dalam Bahasa Belanda “Privaat Recht” atau “Burgerlijk
Recht” atau “Civiel Recht”; dalam Bahasa Jerman disebut “Privat Recht”,
sedangkan dalam Bahasa Perancis dinamai “Droit Prive”. Dalam Bahasa Indonesia
“Privaat Recht” dapat diartikan sebagai hukum tentang pribadi atau hukum yang
mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lainnya.
2) Hukum perdata dalam arti sempit.
Sering kali dipergunakan untuk membedakannya dari hukum dagang atau
hukum perniagaan, walaupun keduanya sebenarnya tergolong dalam satu kelompok
hukum yaitu “Hukum Privat Material”. Hal ini terlihat dari pasal 102 UUDS, yang
menghendaki kodifikasi hukum di negara kita, baik terhadap hukum perdata dan
hukum dagang maupun terhadap hukum-hukum lainnya. Istilah hukum perdata
merupakan alih bahasa dari Bahasa Belanda “Burgerlijk”. Terdapat pertama kali
secara resmi dalam pasal 102 UUDS dan dalam Undang-Undang Darurat
No.5/1952 yaitu Undang-Undang tentang Bank Industri Negara yang termuat

5 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.1-2
6
Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia,( Jakarta, Rajawali, 1986), h.2-7

3
dalam lembaran negara tahun 1952 No.21, 20 Februari 1952 dan diundangkan 28
Februari 19527.
Mr. Wirjono Prodjodikoro mengatakan hukum perdata adalah suatu
rangkaian peraturan yang mengatur perhubungan hukum antara orang-orang atau
badan hukum satu sama lain tentang hak-hak dan kewajiban.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), disahkan pada 1838 di
Negeri Belanda. Ini berarti bahwa B.W kita sekarang sudah berusia hampir 350
tahun. Dengan demikian, usianya sudah satu setengah abad lebih tua dari umur
Negara Republik Indonesia sendiri.
Karena B.W bersumber dari Hukum Romawi, dan di Kerajaan Romawi
pada waktu itu belum mengenal perdagangan modern, maka kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (WvK) terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (B.W).
Meskipun banyak isinya yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan Negara
Indonesia yang sudah merdeka, tetapi B.W masih diakui sebagai Undang-Undang
oleh pembuat Undang-Undang kita. Namun demikian, sebagai suatu kodifikasi
hukum sejak 17 Agustus 1945 dianggap sudah tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi. Dalam hal ini, di sinilah letak peran pentingnya tugas seorang hakim, yaitu
untuk menentukan aturan-aturan mana dari B.W masih bisa dipakai dan yang tidak
dapat dipakai lagi. Kekhawatiran para hakim menguji secara material peraturan
Undang-Undang ini, akan hilang bilamana Undang-Undang yang akan datang
mengatur secara tegas mengenai kewenangan hakim ini. 8

7
Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali, 1986), h.8
8 Z. Ansori Ahmad, Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia, (Jakarta, Rajawali,1968) h.57-58

4
B. Sistematika Hukum Perdata Menurut Burgelijk Wetboek
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW) di Indonesia terdiri dari empat
buku, antara lain:

1. Buku Kesatu, berjudul perihal orang (van persoonen), mengatur hukum


perorangan dan hukum kekeluargaan.
2. Buku Kedua, berjudul perihal benda (van zaken), yang mengatur tentang
benda termasuk di dalamnya hukum waris.
3. Buku Ketiga, berjudul ”perihal perikatan” (van verbintennisen) yang
mengatur hukum harta kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban yang berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
4. Buku Keempat, berjudul perihal pembuktian dan kadaluarsa (van bewijs en
verjaring), mengatur perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat
waktu terhadap hubungan-hubungan hukum. 9

Jika dibandingkan Sistematika Hukum Perdata menurut BW dengan


Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan, terdapat perbedaan
sebagai berikut, yaitu: Pertama, BW mengatur hukum keluarga sebagai bagian
dari buku I (hukum badan pribadi) dengan alasan bahwa di dalam hukum
keluarga terdapat hubungan-hubungan yang mempengaruhi kecakapan
bertindak dari subyek hak atau person (seseorang). Kedua, BW mengatur
hukum waris sebagai bagian dari buku II (buku benda) dengan alasan karena
pembentuk Undang-undang memandang hak waris itu sebagai suatu hak
kebendaan atas harta kekayaan dari orang yang meninggal dunia. Pewarisan
dianggap sebagai salah satu cara untuk memperoleh eigendom, sedangkan
eigendom adalah merupakan suatu hak kebendaan. Ketiga, dalam sistematik
ilmu pengetahuan hukum benda dan hukum perikatan tidak diatur tersendiri,
sebab hukum harta kekayaan sebagai aturan yang mengatur hubungan hukum
yang dapat dinilai dengan uang dapat ditimbulkan karena hak-hak kebendaan
yang diatur dalam buku II BW maupun yang ditimbulkan karena perikatan
seperti diatur dalam buku III BW. Keempat, pengaturan alat bukti dan lewat
waktu dalam buku IV BW di pandang kurang tepat karena merupakan soal
hukum acara, sedang BW mengatur tentang hukum perdata pokok.

Dalam konsepsi hukum perdata Indonesia telah diadakan pernyataan


bahwa Hukum Perdata Barat (BW) tidak lagi dianggap sebagai undang-undang
yang mutlak berlaku. Ada beberapa pertimbangan yang melandasi ketentuan
tersebut antara lain:
1) Ada tendensi bahwa BW mengaju pada alam liberalisme, sehingga perlu
ditinggalkan dan menuju alam sosialisme Indonesia.

9
Subekti, Pokok-pokok

5
2) Maklumat Mahkamah Agung tentang tidak berlakunya sementara
ketentuan karena tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman dan bersifat
diskriminatif.
3) Menjadikan jati diri bangsa Indonesia yang pluralitis, sehingga berbeda
jauh dengan kondisi alam barat. Misalnya, dengan keberlakuan hukum
islam dan hukum adat.10

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,


khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku
di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk
Wetboek (BW) yang berlaku di Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan
wilayah jajahan Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang
saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri berasal dari hukum perdata yang berlaku
di Perancis dengan beberapa penyesuaian.
Setelah Indonesia Merdeka berdasarkan aturan Pasal 2 aturan peralihan
UUD 1945, KUHPerdata Hindia Belanda tetap dinyatakan berlaku sebelum
digantikan dengan undang-undang baru berdasarkan Undang-Undang Dasar
ini. BW Hindia Belanda disebut juga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia sebagai induk hukum perdata Indonesia.

Dan Hukum Perdata BW saat ini atau Burgelijk Weetbook Baru Belanda
(BWBB) telah berhasil diubah atau dimodernisasi, sehingga dapat mengikuti
perkembangan jaman, khususnya menunjang berbagai kegiatan kegiatan
ekonomi dalam arti luas. Upaya perubahan dan modernisasi pada tahun 1947
dan baru berhasil akhir tahun 1992 dengan pengundangan Burgelijk Wetboek
Baru Belanda yang dinyatakan berlaku mulai 1 januari 1992. buku 1 (orang dan
keluarga) dan Buku 2 (Badan Hukum) sudah dinyatakan berlaku, yaitu berturut-
turut tentang jual beli dan tukar menukar (koop en huur), pemberian kuasa
(lestgeving), Penitipan (bewaargeving), dan penanggungan (borgtocht). 11

C. Sistematika Hukum Perdata Menurut Ilmu Pengetahuan


Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan adalah sistematika
yang didesain berdasarkan siklus hidup manusia yaitu bahwa pada hekekatnya
kehidupan manusia berputar pada siklus berada (lahir),berkembang dan
berkeluarga, mencari kesejahteraan serta setelah meninggal dunia, meninggalkan
harta warisan kepada generasi berikutnya yang terdiri atas empat bagian, yaitu 12:

10
Dr. Elfrida R Gultom, SH. MH., Hukum Acara Perdata
11
Redaksi, Jurnal hukum Ekonomi, New Burgelijk Wetboek Belanda Edisi III (Pebruari 1996), hlm. 12
12
Ilhami Bisri, system hukum Indonesia, (Jakarta; rajagrafindo,20005), h.52

6
(1) Hukum tentang orang. Yang berisi tentang kedudukan orang dalam
hukum serta hak dan kewajiban serta akibat hukum yang
ditimbulkannya. Hukum perorangan ini memuat mengenai peraturan
peraturan, mengenai manusia sebagai subjek hukum. Di dalamnya
berisi peraturan peraturan tentang kecakapan untuk mempunyai hak,
serta kecakapan dalam bertindak sendiri untuk melaksanakan hal
tersebut, serta hal hal lainnya yang berpengaruh terhadap kecakapan
yang dimaksud.

(2) Hukum kekeluargaan. Yang berisi aturan tentang hubungan suami


istri, orangtua, anak serta hak dan kewajibannya masing-masing.
Hukum keluarga mempunyai hak dan kewajiban, yang pada dasarnya
tidak bisa dinilai dengan uang. Di dalam KUH Perdata, hukum satu
ini disebutkan dalam aturan Buku I yang berjudul tentang orang.
Isinya yaitu mengatur hubungan yang tercipta dari hubungan
kekeluargaan seperti perkawinan, dan juga hukum kekayaan antara
suami istri.

(3) Hukum harta kekayaan. Yang berisi sitem aturan tentang kedudukan
benda dalam hukum serta berbagai hak-hak kebendaan yang bisa
diperoleh oleh orang. Jika hukum keluarga mengatur mengenai
hubungan yang tercipta dari hubungan kekeluargaan, maka hukum
kekayaan ini mengatur antara orang dengan harta kekayaan yang
mereka miliki. Dimana hak dan kewajibannya dapat dinilai dengan
uang. Hak dan kewajiban yang bersifat seperti ini, umumnya bisa
dipindahtangankan kepada orang lain. Hukum harta kekayaan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: hukum harta kekayaan mutlak
dan relatif. Hukum kekayaan mutlak adalah suatu ketentuan yang
mengatur tentang hak-hak kebendaan dan barang-barang tak berwujud

7
(inmaterial). Hukum harta kekayaan relatif adalah ketentuan yang
mengatur tentang utang piutang atau timbul karena adanya perjanjian.

(4) Hukum waris di dalam KUHPerdata, diatur dalam Buku II yang


berjudul tentang kebendaan. Dengan demikian, hukum satu ini
sebenarnya termasuk ke dalam hukum harta benda. Meski demikian,
hukum waris ini juga sangat erat kaitannya dengan hukum keluarga.
Karena untuk bisa mewarisi harta benda yang ada, maka harus
mempunyai hubungan keluarga dengan pewaris.

Secara garis besar, hukum waris mengatur tentang harta benda


seseorang setelah orang tersebut meninggal dunia. Hukum ini
berisikan tentang peralihan hak serta kewajiban pewaris kepada ahli
warisnya, dalam bidang kekayaan. Sehingga sistematika hukum
perdata satu ini juga sangat erat kaitannya dengan hukum kekayaan,
yang mempunyai sifat relatif.

Sistematika dari hukum perdata di atas merupakan sistematika


berdasarkan ilmu pengetahuan hukum. Bila berdasarkan pada
KUHPerdata atau Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Maka
sistematika dari hukum perdata ini terdiri atas Buku I tentang Orang,
Buku II tentang Benda, Buku III tentang Perikatan, dan Buku IV
tentang Pembuktian dan Daluarsa. Hukum warisan.yang berisi tentang
system aturan tentang benda yang ditinggalkan oleh orang yang
meninggal dunia dan bagaimana cara pembagiaannya terhadap harta
yang ditinggalkannya.13

13 Ilhami Bisri, system hukum Indonesia, (Jakarta; rajagrafindo,20005), h.53

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Hukum perdata merupakan subsistem dari sistem hukum yang berlaku


dalam sebuah negara. Beberapa Para ahli juga menyimpulkan pengertian
Hukum Perdata. Dalam khazanah ilmu hukum di Indonesia, pernah dikenal
adanya istilah dan pembedaan antara hukum perdata BW (Burgerlijk
wetboek) dan hukum perdata adat. Hukum perdata sering dinamakan hukum
perdata B.W, karena yang dimaksudkan di sini adalah hukum perdata yang
bersumber dari B.W (Burgerlijk Wetboek), yakni suatu kitab undang-
undang hukum perdata, yang dibuat oleh pemerintah Belanda untuk bangsa
Belanda sendiri, yang kemudian berdasarkan asas Konkordansi serta
dengan penyesuaian seperlunya dengan keadaan di Hindia Belanda,
diberlakukan di Hindia Belanda. Pengertian hukum perdata dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang.
2. Sistematika Hukum Perdata menurut BW yaitu: Pertama, BW mengatur
hukum keluarga sebagai bagian dari buku I (hukum badan pribadi) dengan
alasan bahwa di dalam hukum keluarga terdapat hubungan-hubungan yang
mempengaruhi kecakapan bertindak dari subyek hak atau person
(seseorang). Kedua, BW mengatur hukum waris sebagai bagian dari buku
II (buku benda) dengan alasan karena pembentuk Undang-undang
memandang hak waris itu sebagai suatu hak kebendaan atas harta kekayaan
dari orang yang meninggal dunia. Pewarisan dianggap sebagai salah satu
cara untuk memperoleh eigendom, sedangkan eigendom adalah merupakan
suatu hak kebendaan. Ketiga, dalam sistematik ilmu pengetahuan hukum
benda dan hukum perikatan tidak diatur tersendiri, sebab hukum harta
kekayaan sebagai aturan yang mengatur hubungan hukum yang dapat dinilai
dengan uang dapat ditimbulkan karena hak-hak kebendaan yang diatur
dalam buku II BW maupun yang ditimbulkan karena perikatan seperti diatur
dalam buku III BW. Keempat, pengaturan alat bukti dan lewat waktu dalam
buku IV BW di pandang kurang tepat karena merupakan soal hukum acara,
sedang BW mengatur tentang hukum perdata pokok.
3. Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan adalah sistematika
yang didesain berdasarkan siklus hidup manusia yaitu bahwa pada
hekekatnya kehidupan manusia berputar pada siklus berada
(lahir),berkembang dan berkeluarga, mencari kesejahteraan serta setelah
meninggal dunia, meninggalkan harta warisan kepada generasi berikutnya
yang terdiri atas beberapa bagian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bisri Ilhami. 2004. system hukum Indonesia, Jakarta; rajagrafindo.


Komar Andasasmita.1983. Masalah Hukum Perdata Nasional
Indonesia.Bandung : Penerbit Alumni.
R. Abdoel Djamali.2005.Pengantar Hukum Indonesia.Jakarta :
Rajagrafindo Persada
R. Subekti.1975.Pokok-pokok dari hukum perdata.Jakarta : Intermasa.
Sri Soedewi Masjhoen Sofyan, 1957. Hukum Perdata Hukum
Benda.Yogyakarta : seksi hukum perdata Fakultas UGM.
Z. Ansori Ahmad.1968. Sejarah dan Kedudukan BW di Indonesia.
Jakarta : Rajawali.
Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa, 1980

Dr. Elfrida R Gultom, SH. MH., Hukum Acara Perdata,


Jakarta: Literata, 2010

Redaktur, Jurnal Hukum Ekonomi, Edisi III


(Pebruari, 1996)

10

You might also like