Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
ABSTRAK
Situasi pandemi membuat perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar sehingga mengancam
keberlanjutan kegiatan usaha perusahaan tersebut. Oleh karena itu, auditor akan memberikan opini going
concern jika auditor menyangsikan keberlanjutan perusahaan yang terdampak pandemi. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan apakah dalam kondisi pandemi perusahaan akan mendapatkan opini going
concern ketika profitabilitas perusahaan tersebut rendah atau ketika leverage perusahaan tersebut tinggi.
Sampel yang digunakan adalah 40 perusahaan terdaftar Bursa Efek Indonesia tahun 2019 dan 2020 yang
terdiri dari sektor pariwisata, hotel, transportasi, produk tersier, properti, dan energi dengan menggunakan
analisis Partial Least Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan pandemi COVID-19 terhadap
pemberian opini going concern tidak berpengaruh langsung, melainkan melalui profitabilitas. Hasil ini sesuai
dengan agency teori dimana pemilik perusahaan membutuhkan pihak ketiga yaitu auditor untuk menilai
kemampuan perusahaannya melalui opini. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada perusahaan
memperhatikan apa yang menjadi penyebab turunnya profitabilitas saat perusahaan tersebut mendapatkan
opini going concern.
ABSTRACT
Pandemic situations causing a firm experiencing subtantial loss and threatening their sustainability
business activities. Therefore, the auditor will give a going concern opinion if they doubt the firm’s sustainability
because of the pandemic effects. This study aims to prove wether a firm's low-rate profitability or high-rate
leverage will make the firm get a going concern opinion. The sample of this study used 40 firms that listed on
Indonesia Stock Exchange for the year 2019 and 2020 on affected sectors consisting of tourism, hotels,
transportation, tertiary product, property, and energy. This study used Partial Least Square analysis. The
results shows that the relationship between COVID-19 pandemic and going concern opinion decision doesn’t
have a direct effect, but through profitability rate. These results are corresponding with agency theory where
the owner of the company needs a third party that is the auditor to assess the company's ability through an
opinion. This research contributes to the firm's concern about what causes the decline in profitability when the
company gets a going concern opinion.
Red Planet ✔
16 PSKT
Indonesia Tbk
Cardig Aero ✔
17 CASS
Services Tbk
12 14
TOTAL Gambar 4.1 Path Coefficient
26
Berikutnya adalah uji t-statistic untuk
menguji kebenaran dari tiap hipotesis. Uji
Dapat dilihat dari tabel 4.4,
hipotesis dilakukan dengan melakukan
perusahaan yang mendapatkan opini going
concern ada 17 perusahaan. Dari 17 kalkulasi bootstrapping dalam aplikasi
SmartPLS. Hasil dari bootstrapping nantinya
perusahaan itu terdiri dari 5 perusahaan
akan terbagi menjadi dua yaitu direct effect
sektor transportasi, 4 perusahaan sektor
dan indirect effect. Hipotesis dapat diterima
pariwisata, 3 perusahaan sektor hotel, 2 sektor
dengan syarat t-statistic > 1,96 dengan p-
properti, dan 2 produk tersier. Terlihat juga
values < 0,05. Berikut adalah hasil uji t-
pada periode sebelum pandemi yakni tahun
statistic:
2019, sebanyak 12 perusahaan sudah
mendapatkan opini going concern. Hal ini
Tabel 4.6 Hasil Uji t-statistic
terjadi karena saat laporan dibuat, pandemi
sudah mulai masuk ke Indonesia dan para Variabel OS T-S P-V Ket
auditor sudah menyangsikan ketidakpastian
tersebut. Sedangkan pada tahun 2020 COVID -> -0,359 5,130 0,000 Diterima
sebanyak 14 perusahaan mendapatkan opini PROF
going concern.
COVID -> 0,071 0,676 0,500 Ditolak
Uji Hipotesis LEVG
Dalam penelitian ini terdapat 6 PROF -> -0,361 2,951 0,003 Diterima
hubungan antar variabel terdiri dari 4 OGC
hubungan langsung dan 2 hubungan tak
langsung. Hubungan langsung merupakan H1 LEVG -> 0,035 0,285 0,768 Ditolak
- H4, sedangkan hubungan tak langsung OGC
merupakan H5 dan H6. Uji hipotesis terbagi
COVID -> -0,078 0,730 0,466 Ditolak
atas PLS Algorithm dan bootstrapping.
Pertama adalah pengujian dilakukan dengan OGC
melakukan kalkulasi PLS Algorithm untuk
mengetahui nilai path coefficient yang Pandemi COVID-19 terhadap Profitabilitas
nantinya akan menentukan hubungan antar
variabel merupakan hubungan positif atau Hubungan pertama yaitu antara
negatif. Berikut adalah path coefficient dari pandemi covid dengan profitabilitas. Dapat
perhitungan PLS Algorithm: disimpulkan dalam H1 bahwa ketika pandemi
COVID-19 terjadi, maka perusahaan akan
mendapatkan tingkat profitabilitas yang
rendah. Dalam perhitungan menggunakan
SmartPLS didapatkan hasil nilai path
coefficient sebesar -0,359 dengan nilai t-
statistic sebesar 5,130. Hal ini menunjukkan sebuah perusahaan. Dugaan peneliti bahwa
bahwa adanya pengaruh negatif signifikan ketika pandemi terjadi, perusahaan akan
antara pandemi covid dengan profitabilitas. memiliki tingkat leverage yang tinggi tidak
Dengan nilai P sebesar 0.000, maka H1 dapat terbukti. Hal ini sejalan dengan penelitian
diterima. Devi et. al. (2020) yang mengatakan bahwa
Hasil tersebut menunjukan bahwa jika tidak ada perbedaan signifikan rasio leverage
perusahaan menghadapi pandemi COVID-19, sebelum dan saat pandemi terjadi.
maka perusahaan akan mengalami penurunan Dalam masa pandemi perusahaan
tingkat profitabilitas. Dalam data penelitian lebih fokus untuk bertahan hidup di tengah
terlihat bahwa mayoritas perusahaan sampel kondisi yang tidak pasti. Terlihat dalam data
mengalami penurunan profitabilitas. Hal ini sampel menunjukan banyak perusahaan rasio
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Devi leverage-nya ada yang naik maupun turun.
et. al. (2020) yang mengatakan adanya Salah satu penyebabnya yaitu ketika profitnya
penurunan tingkat profitabilitas pada saat menurun, maka perusahaan menjual asetnya
pandemi COVID-19. Penurunan penjualan untuk membayar hutang. Contohnya pada
yang diakibatkan oleh pandemi akan laporan keuangan perusahaan PT Sona Topas
berdampak pada penurunan profit jika Tbk, aset total pada tahun 2019 sebesar Rp 1,1
perusahaan tidak mampu menurunkan biaya. triliun dan pada tahun 2020 turun menjadi
Hasil ini juga mendukung teori krisis 853,9 milyar. Penurunan ini diikuti dengan
ekonomi dimana pandemi menyebabkan penurunan kewajiban total yang mana pada
ketidakseimbangan global yang salah satunya tahun 2019 kewajibannya sebesar Rp 277
terjadi karena terjadinya fenomena saving glut miliar dan pada 2020 mengalami penurunan
dimana masyarakat tidak bisa memakai jasa menjadi Rp 150 miliar. Sehingga pada masa
perusahaan yang dapat menimbulkan pandemi, leverage Sona Topas justru menurun
kerumunan seperti transportasi dan dari 25% menjadi 18% yang mana ini
pariwisata, sehingga mereka lebih banyak kebalikan dari apa yang diduga oleh peneliti.
melakukan kegiatan menabung karena motif Contoh lain yaitu PT Kereta Api
masyarakat untuk berjaga-jaga dari Indonesia (Persero) mengalami kenaikan
ketidakpastian pandemi dan mengkonsumsi kewajiban total sebesar Rp 594 miliar diikuti
barang yang berupa kebutuhan primer. dengan kenaikan aset total sebesar Rp 840
Sehingga, perusahaan-perusahaan sulit untuk miliar sehingga antara tahun 2019 dengan
mendapatkan sales karena tidak ada yang 2020 kenaikan leverage sangat kecil yaitu
membeli atau memakai produk dari sebesar 1%. Namun karena net income PT KAI
perusahaan-perusahaan tersebut. turun sebesar Rp 4,6 triliun maka auditor
memberikan opini going concern atas
Pandemi COVID-19 terhadap Leverage penurunan profitabilitasnya dalam masa
pandemi.
Hubungan kedua yaitu antara
pandemi covid dengan leverage. Dapat Profitabilitas dengan Pemberian Opini
disimpulkan dalam H2 bahwa ketika pandemi Going concern
COVID-19 terjadi, maka perusahaan akan
mendapatkan tingkat leverage yang tinggi. Hubungan ketiga yaitu antara
Dalam perhitungan menggunakan SmartPLS profitabilitas dengan pemberian opini going
didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar concern. Dapat disimpulkan dalam H3 bahwa
0.071 dengan nilai t-statistic sebesar 0,676 ketika perusahaan memiliki profitabilitas
dimana kurang dari 1,96. Hal ini menunjukan yang rendah, maka perusahaan cenderung
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan mendapatkan opini going concern. Dalam
antara pandemi COVID dengan leverage. perhitungan menggunakan SmartPLS,
Dengan p-value sebesar 0,500 dimana lebih didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar
besar dari 0,05, maka H2 ditolak. -0,361 dengan nilai t-statistic sebesar 2,951
Hasil tersebut menunjukan bahwa dimana lebih besar dari 1,96. Hal ini
terjadinya pandemi COVID tidak menunjukan adanya pengaruh negatif
mempengaruhi tinggi atau rendahnya leverage signifikan antara profitabilitas dengan
pemberian opini going concern. Dengan p- positif signifikan. Adapun argumentasi
values sebesar 0,003, maka H3 diterima. peneliti yaitu karena penelitian yang
Hasil ini menunjukan bahwa semakin dilakukan Averio (2020) dilakukan pada masa
rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka sebelum terjadi pandemi sehingga penelitian
memungkinkan perusahaan akan sebelumnya kurang relevan dengan yang
mendapatkan opini going concern. Hal ini diteliti.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Salah satu perusahaan yang
Averio (2020) dimana profitabilitas mendapatkan opini going concern pada tahun
berpengaruh negatif terhadap pemberian opini 2020 yaitu PT KAI. Perusahaan ini merupakan
going concern. Profitabilitas yang rendah perusahaan transportasi yang sebagian besar
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kegiatan operasinya untuk angkutan orang,
kinerja yang buruk sehingga meningkatkan sehingga pada tahun 2020 mengalami
keraguan atas kemampuan perusahaan untuk penurunan net income sebesar Rp 4,6 triliun.
bertahan dalam ketidakpastian. Oleh karena Namun dalam statistik deskriptif, leverage PT
itu auditor melakukan tugasnya yaitu dengan KAI pada tahun 2020 sebesar 56% yang mana
memberikan opini going concern. hanya naik 1% dibandingkan dengan tahun
Hasil ini juga mendukung teori agensi 2019 sebesar 55% dimana PT KAI
dimana pengguna laporan keuangan ingin mendapatkan opini non-going concern.
mengetahui kondisi perusahaannya dengan
menugaskan auditor independen untuk Uji Mediasi
memberikan jasa audit laporan keuangan yang
disajikan oleh manajer dan memeriksa kinerja Uji mediasi digunakan untuk
keuangan dalam perusahaan yang dikelola mengetahui apakah ada hubungan mediasi
oleh manajer. Tugas utama auditor yaitu antara pandemi COVID-19 dengan pemberian
memberikan opini atas kewajaran laporan opini going concern.
keuangan dan memberikan pengungkapan
mengenai kelangsungan hidup jika ada Tabel 4.7 Hasil Uji t-statistic Indirect Effects
keraguan atas perusahaan dalam
Var OS T-S P-V Ket
menjalankan kelangsungan hidupnya.
COVID
Leverage dengan Pemberian Opini Going ->
concern PROF 0,129 2,576 0,010 Diterima
->
Hubungan keempat yaitu antara OGC
leverage dengan pemberian opini going
concern. Dapat disimpulkan dalam H4 bahwa COVID
ketika perusahaan mendapatkan leverage ->
yang tinggi, maka perusahaan cenderung LEVG 0,002 0,163 0,871 Ditolak
mendapatkan opini going concern. Dalam ->
perhitungan menggunakan SmartPLS, OGC
didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar
0,035 dengan nilai t-statistic sebesar 0,285
dimana kurang dari 1,96. Hal ini menunjukan Berdasarkan tabel diatas, uji mediasi
bahwa tidak adanya pengaruh signifikan indirect effect menghasilkan hubungan adanya
antara leverage dengan pemberian opini going mediasi melalui variabel profitabilitas.
concern. Dengan p-value sebesar 0.768, maka Sedangkan hubungan mediasi melalui leverage
H4 ditolak. tidak menunjukan adanya mediasi.
Hasil tersebut menunjukan bahwa
semakin tinggi leverage, belum tentu Pandemi COVID-19 dengan Pemberian
perusahaan mendapatkan opini going concern. Opini Going concern melalui
Hal ini berbeda dengan penelitian yang Profitabilitas
dilakukan oleh Averio (2020) yang
mengatakan bahwa leverage berpengaruh Hubungan tidak langsung pertama
yaitu antara pandemi COVID dengan opini
going concern melalui profitabilitas. Dalam H5 hubungan antara pandemi COVID-19 dengan
dapat disimpulkan bahwa ketika pandemi pemberian opini going concern tidak dapat
terjadi, maka perusahaan cenderung terbukti. Dalam masa pandemi, perusahaan
mendapatkan opini going concern dengan lebih fokus berusaha mengelola operasinya
profitabilitas yang rendah. Dalam perhitungan agar mampu bertahan dalam pandemi
menggunakan SmartPLS, didapatkan hasil daripada menambah aset perusahaan.
nilai path coefficient sebesar 0,129 dengan Sehingga, rasio debt to asset tidak relevan
nilai t-statistic sebesar 2,576 dimana lebih digunakan dalam masa pandemi. Berbeda
besar dari 1,96. Hal ini menunjukan adanya dengan rasio profitabilitas yang merupakan
pengaruh positif signifikan antara pandemi indikator fundamental perusahaan yang mana
COVID dengan pemberian opini going concern jika profitabilitas turun, maka perusahaan
melalui profitabilitas. Dengan p-value sebesar harus mengevaluasi kinerjanya agar dapat
0,010 yang dimana lebih kecil dari 0,05, maka menaikan kembali profitabilitasnya. Dengan
H5 diterima. demikian, pemberian opini going concern dapat
Hasil tersebut menunjukan bahwa menggunakan rasio profitabilitas sebagai
dugaan peneliti dimana profitabilitas acuan pada masa pandemi ini.
memediasi hubungan antara pandemi COVID-
19 dengan pemberian opini going concern KESIMPULAN, SARAN, DAN BATASAN
dapat terbukti. Hal ini sejalan dengan PENELITIAN
fenomena krisis ekonomi dimana ketika terjadi
global saving glut, maka dapat menyebabkan Kesimpulan
profitabilitas sebuah perusahaan menurun 1. Pandemi COVID berpengaruh secara
karena tidak ada yang memakai produk atau negatif terhadap tingkat profitabilitas.
jasa saat pandemi sehingga profitabilitas di Ketika pandemi terjadi, perusahaan
banyak perusahaan menurun. Ketika terutama yang bergerak di sektor
profitabilitas menurun, maka auditor akan transportasi penumpang dan
menyangsikan keberlanjutan perusahaan pariwisata akan mengalami
tersebut apakah mampu bertahan hidup penurunan profitabilitas.
ketika profitabilitas perusahaan menurun. 2. Pandemi COVID tidak berpengaruh
Oleh karena itu auditor akan memberikan terhadap tingkat leverage. Ketika
opini going concern. pandemi terjadi, belum tentu
perusahaan mengalami peningkatan
Pandemi COVID-19 dengan Pemberian leverage.
Opini Going concern melalui Leverage 3. Profitabilitas berpengaruh secara
negatif terhadap pemberian opini
Hubungan tidak langsung kedua yaitu antara going concern. Ketika suatu
pandemi COVID dengan opini going concern perusahaan mendapatkan
melalui leverage. Dalam H6 dapat disimpulkan profitabilitas yang rendah, maka
bahwa ketika pandemi terjadi, maka auditor akan memberikan opini going
perusahaan cenderung mendapatkan opini concern.
going concern ketika perusahaan 4. Leverage tidak berpengaruh terhadap
mendapatkan tingkat leverage yang tinggi. pemberian opini going concern. Ketika
Dalam perhitungan SmartPLS, didapatkan perusahaan mendapatkan leverage
nilai path coefficient sebesar 0.002 dengan yang tinggi, belum tentu auditor akan
nilai t-statistic sebesar 0.163 dimana lebih memberikan opini going concern.
rendah dari 1,96. Hal ini menunjukan tidak 5. Profitabilitas memediasi hubungan
adanya pengaruh yang signifikan antara antara pandemi COVID-19 dengan
pandemi COVID dengan opini going concern pemberian opini going concern. Auditor
melalui tingkat leverage. Dengan p-value memberikan opini going concern saat
sebesar 0.871, yang mana lebih besar dari 0.05, pandemi ketika perusahaan
maka H6 ditolak. mendapatkan nilai profitabilitas yang
Hasil tersebut menunjukan bahwa rendah.
dugaan peneliti dimana leverage memediasi 6. Leverage tidak memediasi hubungan
antara pandemi COVID-19 dengan
pemberian opini going concern. DAFTAR REFERENSI
Keputusan auditor memberikan opini
going concern saat pandemi tidak Adams, M. B. (1994). Agency Theory and the
berdasarkan tingkat leverage. Internal Audit. Managerial Auditing
Journal, 9(8), 8–12.
Saran https://doi.org/10.1108/02686909410071
133
Berdasarkan hasil penelitian, saran
yang dapat disampaikan untuk penelitian Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., &
berikutnya adalah sebagai berikut: Hogan, C. E. (2017). Auditing and
1. Penggunaan rasio debt to asset untuk Assurance Services: An Integrated
mengukur leverage perusahaan kurang Approach (16th ed.). Pearson.
relevan untuk masa pandemi karena Averio, T. (2020). The analysis of influencing
perusahaan lebih cenderung fokus factors on the going concern audit
bertahan dalam masa pandemi opinion – a study in manufacturing
daripada usaha menambah aset. firms in Indonesia. Asian Journal of
2. Pengambilan sampel penelitian Accounting Research, 6(2), 152–164.
sebaiknya dilakukan per sektor supaya https://doi.org/10.1108/AJAR-09-2020-
hasil penelitian lebih terperinci karena 0078
ada sektor yang terpuruk hanya pada
awal pandemi seperti produk tersier, Basdekis, C., Christopoulos, A.,
properti, dan energi. Sedangkan sektor Katsampoxakis, I., & Lyras, A. (2020).
pariwisata, transportasi, dan hotel Profitability and optimal debt ratio of
mengalami ketidakpastian selama the automobiles and parts sector in the
pandemi berlangsung karena Euro area. Journal of Capital Markets
gelombang-gelombang kasus covid. Studies, 4(2), 113–127.
3. Menambah variabel mediasi lain yang https://doi.org/10.1108/JCMS-08-2020-
menggambarkan kondisi perusahaan 0031
agar mendapatkan hasil penelitian Cormier, D., Magnan, M., & Morard, B.
yang lebih baik. (1995). The Auditor’s Consideration of
the Going concern Assumption: A
Berdasarkan hasil penelitian, saran Diagnostic Model. Journal of
yang dapat peneliti sampaikan untuk auditor Accounting, Auditing & Finance, 10(2),
dan perusahaan: 201–222.
1. Auditor sebaiknya lebih concern https://doi.org/10.1177/0148558X950100
terhadap profitabilitas perusahaan 0201
karena profitabilitas merupakan
Devi, S., Warasniasih, N. M. S., &
indikator fundamental dalam suatu
Masdiantini, P. R. (2020). The Impact of
laporan keuangan. Begitu juga kepada
COVID-19 Pandemic on the Financial
manajer perusahaan untuk mengelola
Performance of Firms on the Indonesia
perusahaan agar dapat menaikan
Stock Exchange. Journal of Economics,
profitabilitas perusahaannya.
Business, & Accountancy Ventura,
23(2).
5.3 Keterbatasan https://doi.org/10.14414/jebav.v23i2.231
Penelitian ini memiliki keterbatasan 3
antara lain:
1. Jumlah sebaran perusahaan per sektor Draper, N. R., & Smith, H. (1998). Applied
yang tidak seimbang, sehingga akan regression analysis (Vol. 326). John
lebih baik jika penelitian dilakukan Wiley & Sons.
per sektor. Hariyanto, E. (2020). Mewaspadai
Terulangnya Krisis Ekonomi 1998 &
Upaya Pencegahannya. @
jualinbukumu.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2001).
Standar Profesional Akuntan Publik.
Jiang, P., Fan, Y. van, & Klemeš, J. J. (2021).
Impacts of COVID-19 on energy demand
and consumption: Challenges, lessons
and emerging opportunities. Applied
Energy, 285.
https://doi.org/10.1016/j.apenergy.2021.1
16441
Kuruppu, N., Oyelere, P., & Laswad, F.
(2003). The efficacy of liquidation and
bankruptcy prediction models for
assessing going concern. In Managerial
Auditing Journal (Vol. 18, pp. 577–590).
https://doi.org/10.1108/02686900310482
713
O’Reilly, D. M. (2009). Do investors perceive
the going concern opinion as useful for
pricing stocks? Managerial Auditing
Journal, 25(1), 4–16.
https://doi.org/10.1108/02686901011007
270
Scott, W. R. (2015). Financial accounting
theory (Seventh). Canada: Pearson.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research
methods for business: A skill building
approach. John Wiley & Sons.
Sugiyono, D. (2010). Metode penelitian
kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.