You are on page 1of 12

PENGARUH PANDEMI COVID-19 TERHADAP PEMBERIAN

OPINI GOING CONCERN DENGAN PROFITABILITAS DAN


LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
Joshua Adiguna Prastowo dan Yulius Jogi Christiawan
Accounting Department, Petra Christian University, Jalan Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236,
Indonesia
Email: yulius@petra.ac.id

ABSTRAK

Situasi pandemi membuat perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar sehingga mengancam
keberlanjutan kegiatan usaha perusahaan tersebut. Oleh karena itu, auditor akan memberikan opini going
concern jika auditor menyangsikan keberlanjutan perusahaan yang terdampak pandemi. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk membuktikan apakah dalam kondisi pandemi perusahaan akan mendapatkan opini going
concern ketika profitabilitas perusahaan tersebut rendah atau ketika leverage perusahaan tersebut tinggi.
Sampel yang digunakan adalah 40 perusahaan terdaftar Bursa Efek Indonesia tahun 2019 dan 2020 yang
terdiri dari sektor pariwisata, hotel, transportasi, produk tersier, properti, dan energi dengan menggunakan
analisis Partial Least Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan pandemi COVID-19 terhadap
pemberian opini going concern tidak berpengaruh langsung, melainkan melalui profitabilitas. Hasil ini sesuai
dengan agency teori dimana pemilik perusahaan membutuhkan pihak ketiga yaitu auditor untuk menilai
kemampuan perusahaannya melalui opini. Penelitian ini memberikan kontribusi kepada perusahaan
memperhatikan apa yang menjadi penyebab turunnya profitabilitas saat perusahaan tersebut mendapatkan
opini going concern.

Keywords: auditor; pandemi COVID-19; profitabilitas; leverage; opini going concern

ABSTRACT

Pandemic situations causing a firm experiencing subtantial loss and threatening their sustainability
business activities. Therefore, the auditor will give a going concern opinion if they doubt the firm’s sustainability
because of the pandemic effects. This study aims to prove wether a firm's low-rate profitability or high-rate
leverage will make the firm get a going concern opinion. The sample of this study used 40 firms that listed on
Indonesia Stock Exchange for the year 2019 and 2020 on affected sectors consisting of tourism, hotels,
transportation, tertiary product, property, and energy. This study used Partial Least Square analysis. The
results shows that the relationship between COVID-19 pandemic and going concern opinion decision doesn’t
have a direct effect, but through profitability rate. These results are corresponding with agency theory where
the owner of the company needs a third party that is the auditor to assess the company's ability through an
opinion. This research contributes to the firm's concern about what causes the decline in profitability when the
company gets a going concern opinion.

Keywords: auditor; COVID-19 pandemic; profitability; leverage; going concern opinion

PENDAHULUAN perusahaan. Pertimbangan yang digunakan


menurut kondisi perusahaan adalah tren
Auditor memiliki tanggung jawab negatif, kemungkinan kesulitan keuangan,
untuk memberikan opini sesuai dengan dan masalah eksternal ataupun internal.
kondisi perusahaan. Salah satu tugasnya yaitu Selain itu rencana manajeman kedepan dalam
memberikan gambaran kondisi perusahaan mengatasi masalah juga menjadi
melalui opini going concern. Opini going pertimbangan auditor (IAPI, 2001).
concern merupakan opini modifikasi yang Beberapa indikator yang menjadi
diberikan karena adanya kesangsian yang pertimbangan salah satunya adalah
besar terhadap kelangsungan hidup profitabilitas. Kondisi keuangan yang
dicerminkan dalam kinerja perusahaan dalam Pandemi COVID-19
menghasilkan laba sangat menentukan
prospek perusahaan kedepan. Selain itu, CoronaVirus Disease 19 atau COVID-19
indikator kondisi keuangan perusahaan adalah penyakit menular melalui manusia dan
adalah leverage yaitu rasio yang mamalia lainnya yang dapat menyerang sistem
mengindikasikan kemampuan perusahaan pernapasan bahkan kematian (Huang et.al., 2020).
untuk memenuhi kewajiban hutang baik Penularannya yang sangat cepat menyebabkan
jangka pendek maupun jangka panjang. kasus meningkat secara signifikan pada awal
Tingkat leverage yang tinggi menunjukan pandemi. Untuk mengurangi penyebarannya,
kondisi keuangan perusahaan didominasi oleh seluruh kegiatan harus dibatasi termasuk
hutang sehingga perusahaan memiliki kegiatan produksi dan jasa. Akibat dari
kewajiban lebih besar untuk mengelola penghentian kegiatan secara serentak pada awal
pembayaran hutang dan bunga yang mana pandemi, kondisi ekonomi Indonesia terguncang.
akan mempengaruhi arus kas dan laba rugi Hal ini disebabkan oleh daya beli masyarakat yang
perusahaan (Averio, 2020). menurun akibat penurunan pendapatan
Kondisi pandemi saat ini menjadi masyarakat karena sektor yang menyerap banyak
faktor eksternal yang mempengaruhi tenaga kerja terpaksa mengurangi jumlah
profitabilitas dan kemampuan perusahaan karyawan bahkan ada yang ditutup (Devi et. al.,
dalam membayar hutang. Penelitian Devi et. 2020). Variabel ini menggunakan skala nominal
al. (2020) memberikan bukti empiris bahwa atau skala yang bersifat kategori. Kondisi sebelum
pandemi COVID-19 berpengaruh negatif pandemi yaitu tahun 2019 diberi angka 0,
terhadap profitabilitas. Selain profitabilitas, sedangkan kondisi pandemi tahun 2020 diberi
pandemi COVID-19 juga berdampak pada angka 1.
kemampuan perusahaan dalam membayar
hutang. Penurunan laba menyebabkan Profitabilitas
penurunan cash flow dari penjualan transaksi
tunai. Hal ini sangat berdampak pada Profitabilitas merupakan indikator
kemampuan perusahaan untuk membayar kemampuan perusahaan menghasilkan return
hutang karena tidak adanya kas untuk dari investasi pada sumber daya yang dimiliki
membayarnya. perusahaan. Rasio profitabilitas juga
mencerminkan bagaimana kinerja manajer
Opini Going concern dalam mengelola perusahaan. Tinggi
rendahnya rasio profitabilitas
Opini Going concern adalah opini dengan menggambarkan apakah perusahaan dalam
paragraf penekanan suatu hal yang diberikan oleh kondisi yang baik atau buruk (Averio, 2020).
auditor atas adanya kesangsian terhadap entitas Dalam penelitian ini, profitabilitas sebagai
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya variabel independen dan intervening.
dalam satu tahun periode sejak laporan keuangan Pengukuran profitabilitas menggunakan rasio
dikeluarkan (IAPI, 2001). Dalam menyusun opini return on asset yang dapat dihitung dengan
going concern manajer diminta untuk rumus:
mengevaluasi rencana dalam satu tahun kedepan
dan menyajikan kepada auditor (Averio, 2020). 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑃𝑅𝑂𝐹 =
Pemberian opini going concern hanya ada dua 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
kemungkinan yaitu going concern atau non-going
concern. Oleh karena itu variabel ini menggunakan Leverage
skala nominal. Untuk perusahaan yang menerima
opini going concern diberi angka 1, dan untuk Leverage merupakan indikator
perusahaan yang menerima opini non-going kemampuan perusahaan untuk memenuhi
concern diberi angka 0. kewajiban keuangan baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan kata lain,
leverage menggambarkan seberapa banyak
perusahaan berhutang. Ketika perusahaan
memiliki nilai rasio leverage yang tinggi, maka
dapat dikatakan bahwa struktur pendanaan
perusahaan didominasi oleh pinjaman, Berdasarkan kajian di atas, hipotesis yang
sehingga perusahaan memiliki kewajiban dapat dibuat adalah:
lebih untuk mengelola pembayaran pokok
pinjaman beserta bunganya. Hal ini akan H2: Pandemi COVID-19 berpengaruh
mempengaruhi arus kas dan laba rugi positif terhadap leverage
perusahaan. Pengukuran leverage
menggunakan debt to equity ratio (DER) yang Hubungan Profitabilitas dengan
membandingkan antara total debt dengan Pemberian Opini Going concern
total equity. Rumus DER yaitu:
Jika profitabilitas perusahaan rendah,
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑏𝑡 maka bisa disimpulkan bahwa memiliki
𝐿𝐸𝑉𝐺 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 kinerja yang tidak memuaskan. Hal ini akan
membuat keraguan tentang kemampuan
Hubungan COVID-19 dengan perusahaan dalam melanjutkan usahanya.
Profitabilitas Hal ini sejalan dalam penelitian sebelumnya
oleh Averio (2020) yang didapatkan hasil yang
Pandemi memaksa perusahaan yang negatif. Namun ROA yang rendah belum tentu
memiliki banyak tenaga kerja harus kinerja perusahaan buruk, kemungkinan ROA
menghentikan operasi berdampak pada yang rendah bisa terjadi karena perusahaan
penurunan pendapatan masyarakat, sehingga melakukan investasi sehingga rasio ROA
berdampak pada daya beli masyarakat turun. menjadi rendah. Oleh sebab itu dapat
Akibat daya beli masyarakat yang turun, disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat
perusahaan akan mengalami penurunan profitabilitas, semakin besar kemungkinan
profitabilitas. Selain daya beli pada sektor industri perusahaan mendapatkan opini going concern.
non-primer menurun, pandemi juga memaksa Berdasarkan kajian di atas, hipotesis dapat
sektor pariwisata berhenti beroperasi untuk dibuat sebagai berikut:
mengurangi penyebaran virus. Hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan H3: Profitabilitas berpengaruh negatif
oleh Devi, et.al. (2020). Oleh karena itu dapat terhadap pemberian opini going concern
disimpulkan bahwa saat pandemi COVID-19
tingkat profitabilitas perusahaan lebih rendah Hubungan Leverage dengan Pemberian
dibanding sebelum pandemi COVID-19, Opini Going concern
sehingga berdasarkan kajian diatas hipotesis
yang dapat dibuat yaitu: Tingkat leverage mengindikasikan jika
perusahaan mengalami rasio hutang yang
H1: Pandemi COVID-19 berpengaruh tinggi akan membuat perusahaan kesulitan
negatif terhadap profitabilitas finansial dan keberlanjutan usaha.
Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi
Hubungan COVID-19 dengan Leverage juga cenderung memiliki risiko kegagalan
keuangan yang tinggi sehingga auditor akan
Penurunan laba perusahaan akibat menyangsikan kemampuan perusahaan dalam
penurunan daya beli masyarakat. Laba yang melanjutkan usahanya. Hal ini disebabkan
menurun mengakibatkan perusahaan sulit hutang yang tinggi akan membuat bunga
membayar hutang. Semakin banyak hutang juga ikut tinggi sehingga
perusahaan berhutang, otomatis leverage akan mempengaruhi cash flow yang digunakan
meningkat (Devi, et. al., 2020). Hasil dari untuk membayar pokok dan bunga hutang
penelitian Devi et.al. (2020) terkait hubungan tersebut. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
pandemi COVID-19 dengan leverage bahwa semakin tinggi tingkat solvabilitas,
mendapatkan hasil yang positif. Oleh karena semakin besar kemungkinan perusahaan
itu dapat disimpulkan bahwa saat pandemi mendapatkan opini going concern.
COVID-19 tingkat leverage perusahaan lebih Berdasarkan kajian di atas hipotesis dapat
tinggi dibanding sebelum pandemi COVID-19. dibuat sebagai berikut:
H4: Leverage berpengaruh positif METODOLOGI PENELITIAN
terhadap pemberian opini going concern
Penelitian ini menggunakan model
Hubungan COVID dengan Pemberian analisis structural equation modeling (SEM)
Opini Going concern melalui untuk mengetahui hubungan Pandemi
Profitabilitas COVID-19 dengan pemberian opini going
concern yang melalui profitabilitas dan
Pandemi COVID-19 membuat leverage.
perusahaan mengalami penurunan laba yang
signifikan. Penurunan laba ini dapat
menurunkan profitabilitas perusahaan,
sehingga memungkinkan perusahaan
mendapatkan opini going concern. Selain itu,
pandemi COVID-19 ini juga masih belum
dapat dipastikan kapan berakhirnya sehingga
perusahaan yang mengalami penurunan laba
secara signifikan saat pandemi diragukan
kemampuannya untuk terus berlanjut
usahanya. Oleh karena itu peneliti menduga
profitabilitas memediasi hubungan antara
pandemic COVID-19 dengan pemberian opini Gambar 3.1 Model Analisis
going concern. Berdasarkan kajian diatas
dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: Data yang diambil merupakan data
sekunder bersumber dari website resmi Bursa
H5: Pandemi COVID-19 berpengaruh Efek Indonesia dalam bentuk laporan
positif terhadap pemberian opini going keuangan. Ada dua komponen yang diambil
concern melalui profitabilitas untuk penelitian ini yaitu Laporan Auditor
Independen dan Laporan Posisi Keuangan
Hubungan antara Pandemi COVID-19 Konsolidasian. Data yang pertama diambil
dengan Pemberian Opini Going concern dalam laporan posisi keuangan konsolidasian
melalui Leverage yaitu total asset, total liability, equity, dan net
income tahun operasi 2018 hingga 2020 yang
Penurunan laba akibat pandemi dihitung dan disajikan dalam bentuk rasio
COVID-19 memungkinkan perusahaan ROA dan DER. Data kedua yang diambil dari
mendapatkan leverage yang tinggi. Hal ini Laporan Auditor Independen yaitu data
disebabkan perusahaan tidak memiliki dana berupa opini perusahaan apakah
untuk membayar hutang-hutangnya. Selain mendapatkan opini going concern atau non-
itu juga bisa disebabkan perusahaan going concern.
berhutang untuk mendanai keberlanjutan Penelitian ini mengambil populasi
usahanya. Semakin besar leverage maka akan perusahaan terdaftar BEI tahun 2018-2020
timbul keraguan atas keberlanjutan yang terdampak pandemi menurut
perusahaan. Oleh karena itu peneliti menduga Hadiwardoyo, 2020 (dalam Dewi et. al., 2020)
leverage memediasi hubungan antara pandemi meliputi:
COVID-19 dengan pemberian opini going 1. Pariwisata, transportasi, dan hotel
concern. Berdasarkan kajian diatas dapat dengan alasan bahwa kegiatan operasi
dibuat hipotesis sebagai berikut: perusahaan tersebut menimbulkan
kerumunan.
2. Produk tersier dan properti dengan alasan
H6: Pandemi COVID-19 berpengaruh
positif terhadap pemberian opini going masyarakat cenderung memiliki motif
concern melalui Leverage berjaga-jaga karena ketidakpastian
pandemi.
3. Energi dengan alasan bahwa saat
pandemi mobilitas masyarakat dibatasi
sehingga penjualan bahan bakar minyak yang merupakan perusahaan penerbangan.
menurun. Sedangkan nilai terbesar variabel PROF yaitu
Pengambilan sampel menggunakan teknik 12,9% yang dimiliki oleh perusahaan PT Astra
purposive sampling dengan kriteria sebagai International Tbk periode tahun 2019.
berikut: Perusahaan ini merupakan perusahaan
1. Perusahaan menyajikan secara konglomerat yang sebagian besar usahanya
lengkap laporan keuangan bergerak di bidang produk tersier berupa
2. Periode pelaporan satu tahun manufaktur transportasi termasuk sparepart-
3. Opini yang diberikan berupa opini nya.
wajar Lalu nilai mean variabel PROF
Penelitian ini menggunakan unit analisis didapatkan sebesar -0,013. Hal ini
berupa organisasi. Organisasi yang dimaksud menunjukan bahwa pada tahun 2019 dan 2020
dalam penelitian ini yaitu perusahaan rata-rata perusahaan mendapatkan
terdaftar BEI yang terdampak pandemi. profitabilitas sebesar -1,3%. Sedangkan
Metode statistik yang digunakan untuk standar deviasi didapatkan nilai sebesar 0,086
menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah yang berarti nilai profitabilitas memiliki
teknik analisis data kuantitatif dengan variasi data yang rendah.
menggunakan analisis statistik partial least Variabel kedua adalah variabel LEVG
square (PLS). Adapun tahap pengujian yaitu rasio leverage. Variabel ini merupakan
hipotesis yaitu analisis statistik deskriptif dan variabel mediasi. Dapat dilihat dari tabel
uji kausal. diatas bahwa nilai terendah leverage yaitu
6,8% yang dimiliki oleh perusahaan PT
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Eastparc Hotel Tbk periode tahun 2020.
Perusahaan ini merupakan perusahaan yang
Hasil Statistik Deskriptif bergerak di bidang perhotelan yang mengelola
Eastparc Hotel Yogyakarta. Pada periode ini,
Data sampel penelitian merupakan total liability yang dimiliki oleh PT Eastparc
perusahaan yang terpengaruh oleh pandemi Hotel sebesar 18 miliar rupiah dengan total
yaitu pariwisata, transportasi, hotel, produk aset sebesar 263 miliar rupiah. Pada periode
tersier, properti, dan energi pada periode 2019 ini juga perusahaan tidak menerima opini
dan 2020 diambil dari Bursa Efek Indonesia. going concern.
Penelitian ini menggunakan metode purposive Sedangkan nilai terbesar untuk
sampling. Berikut adalah hasil statistik variabel LEVG yaitu sebesar 147,9% yang
deskriptif dari seluruh data dalam tiap diperoleh PT Indonesia AirAsia Tbk pada
variabel: periode tahun 2020. Leverage yang tidak wajar
ini disebabkan oleh ekuitas yang negatif pada
laporan posisi keuangan. Dalam laporannya,
Rata- Standar
Var Min Max AirAsia mencatat kewajiban total sebesar 9
rata Deviasi
triliun rupiah dengan total aset yang hanya
sebesar 6 triliun rupiah. Pada periode ini
COVID n/a 0 1 n/a
Indonesia AirAsia mendapatkan opini going
PROF 0,013 -0,453 0,129 0,086 concern akibat ketidakpastian kelangsungan
hidup perusahaan melawan pandemi.
LEVG 0,488 0,068 1,479 0,241 Lalu nilai mean variabel LEVG
didapatkan sebesar 0,488. Hal ini menunjukan
OGC n/a 0 1 n/a bahwa pada tahun 2019 dan 2020 rata-rata
perusahaan mendapatkan leverage sebesar
49%. Sedangkan standar deviasi didapatkan
Variabel pertama adalah variabel nilai sebesar 0,238 yang artinya data leverage
PROF yaitu rasio profitabilitas. Dapat dilihat kurang bervariasi.
dari tabel 4.1 bahwa nilai terendah Berikutnya adalah variabel OGC yaitu
profitabilitas yaitu -45,3%. Perusahaan yang pemberian opini going concern. Variabel ini
mendapatkan rasio profitabilitas ini adalah PT merupakan dummy variable dimana angka 0
Indonesia AirAsia Tbk periode tahun 2020
untuk laporan auditor yang tidak
Opini Going
mendapatkan opini going concern dan angka 1
N Kode Nama concern
untuk periode yang mendapatkan opini going
concern. Berikut ini adalah tabel perusahaan o Emiten Perusahaan
2019 2020
yang mendapatkan opini going concern.

Tabel 4.4 Jumlah Perusahaan yang Panorama ✔ ✔


Mendapatkan dan Tidak Mendapatkan Opini 1 PANO Sentrawisata
Going Concern Tbk
Tahun GC Non GC Persentase
Sona Topas ✔ ✔
2 SONA Tourism
2019 12 28 43%
Industry Tbk
2020 14 26 54%
Hotel Sahid ✔ ✔
3 SHID
Jaya Tbk
Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat
bahwa pada tahun 2019 ada 12 perusahaan Kereta Api ✔
yang mendapatkan opini going concern 4 KAII Indonesia
walaupun pada periode tahun 2019 belum (Persero)
terjadi pandemi. Hal ini dikarenakan pada
saat penandatanganan laporan auditor Pelayaran ✔
independen, yaitu sekitar awal tahun, 5 TAMU Tamarin
pandemi sudah merebak di dunia sehingga Samudra Tbk.
auditor menyangsikan hal ini dengan
memberikan opini going concern atas Wijaya Karya ✔
6 WIKA
ketidakpastian pandemi COVID-19. Lalu pada (Persero) Tbk
tahun 2020 ketika pandemi sudah terjadi, ada
14 perusahaan yang mendapatkan opini going Adhi Karya ✔ ✔
7 ADHI
concern. (Persero) Tbk.

Tabel 4.5 Jumlah Perusahaan yang Bayu Buana ✔ ✔


8 BAYU
Mendapatkan Opini Going Concern Tbk
berdasarkan Sektor
Agung ✔ ✔
Opini Going Concern 9 APLN Podomoro
Sektor
Land Tbk.
2019 2020
Indonesia ✔ ✔
Pariwisata 4 4 10 CMPP
AirAsia Tbk
Hotel 2 3
Eka Sari ✔
Transportasi 3 3 11 LRNA Lorena
Transport Tbk
Produk 1 1
Tersier Goodyear ✔
12 GDYR
Indonesia Tbk
Properti 2 3
Indospring ✔
13 INDS
Energi 0 0 Tbk

Total 12 14 Hotel Fitra ✔ ✔


14 FITT International
Tabel 4.6 Perusahaan yang Mendapatkan Tbk
Opini Going Concern
Destinasi ✔ ✔
Tirta
15 PDES
Nusantara
Tbk

Red Planet ✔
16 PSKT
Indonesia Tbk

Cardig Aero ✔
17 CASS
Services Tbk

12 14
TOTAL Gambar 4.1 Path Coefficient
26
Berikutnya adalah uji t-statistic untuk
menguji kebenaran dari tiap hipotesis. Uji
Dapat dilihat dari tabel 4.4,
hipotesis dilakukan dengan melakukan
perusahaan yang mendapatkan opini going
concern ada 17 perusahaan. Dari 17 kalkulasi bootstrapping dalam aplikasi
SmartPLS. Hasil dari bootstrapping nantinya
perusahaan itu terdiri dari 5 perusahaan
akan terbagi menjadi dua yaitu direct effect
sektor transportasi, 4 perusahaan sektor
dan indirect effect. Hipotesis dapat diterima
pariwisata, 3 perusahaan sektor hotel, 2 sektor
dengan syarat t-statistic > 1,96 dengan p-
properti, dan 2 produk tersier. Terlihat juga
values < 0,05. Berikut adalah hasil uji t-
pada periode sebelum pandemi yakni tahun
statistic:
2019, sebanyak 12 perusahaan sudah
mendapatkan opini going concern. Hal ini
Tabel 4.6 Hasil Uji t-statistic
terjadi karena saat laporan dibuat, pandemi
sudah mulai masuk ke Indonesia dan para Variabel OS T-S P-V Ket
auditor sudah menyangsikan ketidakpastian
tersebut. Sedangkan pada tahun 2020 COVID -> -0,359 5,130 0,000 Diterima
sebanyak 14 perusahaan mendapatkan opini PROF
going concern.
COVID -> 0,071 0,676 0,500 Ditolak
Uji Hipotesis LEVG

Dalam penelitian ini terdapat 6 PROF -> -0,361 2,951 0,003 Diterima
hubungan antar variabel terdiri dari 4 OGC
hubungan langsung dan 2 hubungan tak
langsung. Hubungan langsung merupakan H1 LEVG -> 0,035 0,285 0,768 Ditolak
- H4, sedangkan hubungan tak langsung OGC
merupakan H5 dan H6. Uji hipotesis terbagi
COVID -> -0,078 0,730 0,466 Ditolak
atas PLS Algorithm dan bootstrapping.
Pertama adalah pengujian dilakukan dengan OGC
melakukan kalkulasi PLS Algorithm untuk
mengetahui nilai path coefficient yang Pandemi COVID-19 terhadap Profitabilitas
nantinya akan menentukan hubungan antar
variabel merupakan hubungan positif atau Hubungan pertama yaitu antara
negatif. Berikut adalah path coefficient dari pandemi covid dengan profitabilitas. Dapat
perhitungan PLS Algorithm: disimpulkan dalam H1 bahwa ketika pandemi
COVID-19 terjadi, maka perusahaan akan
mendapatkan tingkat profitabilitas yang
rendah. Dalam perhitungan menggunakan
SmartPLS didapatkan hasil nilai path
coefficient sebesar -0,359 dengan nilai t-
statistic sebesar 5,130. Hal ini menunjukkan sebuah perusahaan. Dugaan peneliti bahwa
bahwa adanya pengaruh negatif signifikan ketika pandemi terjadi, perusahaan akan
antara pandemi covid dengan profitabilitas. memiliki tingkat leverage yang tinggi tidak
Dengan nilai P sebesar 0.000, maka H1 dapat terbukti. Hal ini sejalan dengan penelitian
diterima. Devi et. al. (2020) yang mengatakan bahwa
Hasil tersebut menunjukan bahwa jika tidak ada perbedaan signifikan rasio leverage
perusahaan menghadapi pandemi COVID-19, sebelum dan saat pandemi terjadi.
maka perusahaan akan mengalami penurunan Dalam masa pandemi perusahaan
tingkat profitabilitas. Dalam data penelitian lebih fokus untuk bertahan hidup di tengah
terlihat bahwa mayoritas perusahaan sampel kondisi yang tidak pasti. Terlihat dalam data
mengalami penurunan profitabilitas. Hal ini sampel menunjukan banyak perusahaan rasio
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Devi leverage-nya ada yang naik maupun turun.
et. al. (2020) yang mengatakan adanya Salah satu penyebabnya yaitu ketika profitnya
penurunan tingkat profitabilitas pada saat menurun, maka perusahaan menjual asetnya
pandemi COVID-19. Penurunan penjualan untuk membayar hutang. Contohnya pada
yang diakibatkan oleh pandemi akan laporan keuangan perusahaan PT Sona Topas
berdampak pada penurunan profit jika Tbk, aset total pada tahun 2019 sebesar Rp 1,1
perusahaan tidak mampu menurunkan biaya. triliun dan pada tahun 2020 turun menjadi
Hasil ini juga mendukung teori krisis 853,9 milyar. Penurunan ini diikuti dengan
ekonomi dimana pandemi menyebabkan penurunan kewajiban total yang mana pada
ketidakseimbangan global yang salah satunya tahun 2019 kewajibannya sebesar Rp 277
terjadi karena terjadinya fenomena saving glut miliar dan pada 2020 mengalami penurunan
dimana masyarakat tidak bisa memakai jasa menjadi Rp 150 miliar. Sehingga pada masa
perusahaan yang dapat menimbulkan pandemi, leverage Sona Topas justru menurun
kerumunan seperti transportasi dan dari 25% menjadi 18% yang mana ini
pariwisata, sehingga mereka lebih banyak kebalikan dari apa yang diduga oleh peneliti.
melakukan kegiatan menabung karena motif Contoh lain yaitu PT Kereta Api
masyarakat untuk berjaga-jaga dari Indonesia (Persero) mengalami kenaikan
ketidakpastian pandemi dan mengkonsumsi kewajiban total sebesar Rp 594 miliar diikuti
barang yang berupa kebutuhan primer. dengan kenaikan aset total sebesar Rp 840
Sehingga, perusahaan-perusahaan sulit untuk miliar sehingga antara tahun 2019 dengan
mendapatkan sales karena tidak ada yang 2020 kenaikan leverage sangat kecil yaitu
membeli atau memakai produk dari sebesar 1%. Namun karena net income PT KAI
perusahaan-perusahaan tersebut. turun sebesar Rp 4,6 triliun maka auditor
memberikan opini going concern atas
Pandemi COVID-19 terhadap Leverage penurunan profitabilitasnya dalam masa
pandemi.
Hubungan kedua yaitu antara
pandemi covid dengan leverage. Dapat Profitabilitas dengan Pemberian Opini
disimpulkan dalam H2 bahwa ketika pandemi Going concern
COVID-19 terjadi, maka perusahaan akan
mendapatkan tingkat leverage yang tinggi. Hubungan ketiga yaitu antara
Dalam perhitungan menggunakan SmartPLS profitabilitas dengan pemberian opini going
didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar concern. Dapat disimpulkan dalam H3 bahwa
0.071 dengan nilai t-statistic sebesar 0,676 ketika perusahaan memiliki profitabilitas
dimana kurang dari 1,96. Hal ini menunjukan yang rendah, maka perusahaan cenderung
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan mendapatkan opini going concern. Dalam
antara pandemi COVID dengan leverage. perhitungan menggunakan SmartPLS,
Dengan p-value sebesar 0,500 dimana lebih didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar
besar dari 0,05, maka H2 ditolak. -0,361 dengan nilai t-statistic sebesar 2,951
Hasil tersebut menunjukan bahwa dimana lebih besar dari 1,96. Hal ini
terjadinya pandemi COVID tidak menunjukan adanya pengaruh negatif
mempengaruhi tinggi atau rendahnya leverage signifikan antara profitabilitas dengan
pemberian opini going concern. Dengan p- positif signifikan. Adapun argumentasi
values sebesar 0,003, maka H3 diterima. peneliti yaitu karena penelitian yang
Hasil ini menunjukan bahwa semakin dilakukan Averio (2020) dilakukan pada masa
rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka sebelum terjadi pandemi sehingga penelitian
memungkinkan perusahaan akan sebelumnya kurang relevan dengan yang
mendapatkan opini going concern. Hal ini diteliti.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Salah satu perusahaan yang
Averio (2020) dimana profitabilitas mendapatkan opini going concern pada tahun
berpengaruh negatif terhadap pemberian opini 2020 yaitu PT KAI. Perusahaan ini merupakan
going concern. Profitabilitas yang rendah perusahaan transportasi yang sebagian besar
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kegiatan operasinya untuk angkutan orang,
kinerja yang buruk sehingga meningkatkan sehingga pada tahun 2020 mengalami
keraguan atas kemampuan perusahaan untuk penurunan net income sebesar Rp 4,6 triliun.
bertahan dalam ketidakpastian. Oleh karena Namun dalam statistik deskriptif, leverage PT
itu auditor melakukan tugasnya yaitu dengan KAI pada tahun 2020 sebesar 56% yang mana
memberikan opini going concern. hanya naik 1% dibandingkan dengan tahun
Hasil ini juga mendukung teori agensi 2019 sebesar 55% dimana PT KAI
dimana pengguna laporan keuangan ingin mendapatkan opini non-going concern.
mengetahui kondisi perusahaannya dengan
menugaskan auditor independen untuk Uji Mediasi
memberikan jasa audit laporan keuangan yang
disajikan oleh manajer dan memeriksa kinerja Uji mediasi digunakan untuk
keuangan dalam perusahaan yang dikelola mengetahui apakah ada hubungan mediasi
oleh manajer. Tugas utama auditor yaitu antara pandemi COVID-19 dengan pemberian
memberikan opini atas kewajaran laporan opini going concern.
keuangan dan memberikan pengungkapan
mengenai kelangsungan hidup jika ada Tabel 4.7 Hasil Uji t-statistic Indirect Effects
keraguan atas perusahaan dalam
Var OS T-S P-V Ket
menjalankan kelangsungan hidupnya.
COVID
Leverage dengan Pemberian Opini Going ->
concern PROF 0,129 2,576 0,010 Diterima
->
Hubungan keempat yaitu antara OGC
leverage dengan pemberian opini going
concern. Dapat disimpulkan dalam H4 bahwa COVID
ketika perusahaan mendapatkan leverage ->
yang tinggi, maka perusahaan cenderung LEVG 0,002 0,163 0,871 Ditolak
mendapatkan opini going concern. Dalam ->
perhitungan menggunakan SmartPLS, OGC
didapatkan hasil nilai path coefficient sebesar
0,035 dengan nilai t-statistic sebesar 0,285
dimana kurang dari 1,96. Hal ini menunjukan Berdasarkan tabel diatas, uji mediasi
bahwa tidak adanya pengaruh signifikan indirect effect menghasilkan hubungan adanya
antara leverage dengan pemberian opini going mediasi melalui variabel profitabilitas.
concern. Dengan p-value sebesar 0.768, maka Sedangkan hubungan mediasi melalui leverage
H4 ditolak. tidak menunjukan adanya mediasi.
Hasil tersebut menunjukan bahwa
semakin tinggi leverage, belum tentu Pandemi COVID-19 dengan Pemberian
perusahaan mendapatkan opini going concern. Opini Going concern melalui
Hal ini berbeda dengan penelitian yang Profitabilitas
dilakukan oleh Averio (2020) yang
mengatakan bahwa leverage berpengaruh Hubungan tidak langsung pertama
yaitu antara pandemi COVID dengan opini
going concern melalui profitabilitas. Dalam H5 hubungan antara pandemi COVID-19 dengan
dapat disimpulkan bahwa ketika pandemi pemberian opini going concern tidak dapat
terjadi, maka perusahaan cenderung terbukti. Dalam masa pandemi, perusahaan
mendapatkan opini going concern dengan lebih fokus berusaha mengelola operasinya
profitabilitas yang rendah. Dalam perhitungan agar mampu bertahan dalam pandemi
menggunakan SmartPLS, didapatkan hasil daripada menambah aset perusahaan.
nilai path coefficient sebesar 0,129 dengan Sehingga, rasio debt to asset tidak relevan
nilai t-statistic sebesar 2,576 dimana lebih digunakan dalam masa pandemi. Berbeda
besar dari 1,96. Hal ini menunjukan adanya dengan rasio profitabilitas yang merupakan
pengaruh positif signifikan antara pandemi indikator fundamental perusahaan yang mana
COVID dengan pemberian opini going concern jika profitabilitas turun, maka perusahaan
melalui profitabilitas. Dengan p-value sebesar harus mengevaluasi kinerjanya agar dapat
0,010 yang dimana lebih kecil dari 0,05, maka menaikan kembali profitabilitasnya. Dengan
H5 diterima. demikian, pemberian opini going concern dapat
Hasil tersebut menunjukan bahwa menggunakan rasio profitabilitas sebagai
dugaan peneliti dimana profitabilitas acuan pada masa pandemi ini.
memediasi hubungan antara pandemi COVID-
19 dengan pemberian opini going concern KESIMPULAN, SARAN, DAN BATASAN
dapat terbukti. Hal ini sejalan dengan PENELITIAN
fenomena krisis ekonomi dimana ketika terjadi
global saving glut, maka dapat menyebabkan Kesimpulan
profitabilitas sebuah perusahaan menurun 1. Pandemi COVID berpengaruh secara
karena tidak ada yang memakai produk atau negatif terhadap tingkat profitabilitas.
jasa saat pandemi sehingga profitabilitas di Ketika pandemi terjadi, perusahaan
banyak perusahaan menurun. Ketika terutama yang bergerak di sektor
profitabilitas menurun, maka auditor akan transportasi penumpang dan
menyangsikan keberlanjutan perusahaan pariwisata akan mengalami
tersebut apakah mampu bertahan hidup penurunan profitabilitas.
ketika profitabilitas perusahaan menurun. 2. Pandemi COVID tidak berpengaruh
Oleh karena itu auditor akan memberikan terhadap tingkat leverage. Ketika
opini going concern. pandemi terjadi, belum tentu
perusahaan mengalami peningkatan
Pandemi COVID-19 dengan Pemberian leverage.
Opini Going concern melalui Leverage 3. Profitabilitas berpengaruh secara
negatif terhadap pemberian opini
Hubungan tidak langsung kedua yaitu antara going concern. Ketika suatu
pandemi COVID dengan opini going concern perusahaan mendapatkan
melalui leverage. Dalam H6 dapat disimpulkan profitabilitas yang rendah, maka
bahwa ketika pandemi terjadi, maka auditor akan memberikan opini going
perusahaan cenderung mendapatkan opini concern.
going concern ketika perusahaan 4. Leverage tidak berpengaruh terhadap
mendapatkan tingkat leverage yang tinggi. pemberian opini going concern. Ketika
Dalam perhitungan SmartPLS, didapatkan perusahaan mendapatkan leverage
nilai path coefficient sebesar 0.002 dengan yang tinggi, belum tentu auditor akan
nilai t-statistic sebesar 0.163 dimana lebih memberikan opini going concern.
rendah dari 1,96. Hal ini menunjukan tidak 5. Profitabilitas memediasi hubungan
adanya pengaruh yang signifikan antara antara pandemi COVID-19 dengan
pandemi COVID dengan opini going concern pemberian opini going concern. Auditor
melalui tingkat leverage. Dengan p-value memberikan opini going concern saat
sebesar 0.871, yang mana lebih besar dari 0.05, pandemi ketika perusahaan
maka H6 ditolak. mendapatkan nilai profitabilitas yang
Hasil tersebut menunjukan bahwa rendah.
dugaan peneliti dimana leverage memediasi 6. Leverage tidak memediasi hubungan
antara pandemi COVID-19 dengan
pemberian opini going concern. DAFTAR REFERENSI
Keputusan auditor memberikan opini
going concern saat pandemi tidak Adams, M. B. (1994). Agency Theory and the
berdasarkan tingkat leverage. Internal Audit. Managerial Auditing
Journal, 9(8), 8–12.
Saran https://doi.org/10.1108/02686909410071
133
Berdasarkan hasil penelitian, saran
yang dapat disampaikan untuk penelitian Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., &
berikutnya adalah sebagai berikut: Hogan, C. E. (2017). Auditing and
1. Penggunaan rasio debt to asset untuk Assurance Services: An Integrated
mengukur leverage perusahaan kurang Approach (16th ed.). Pearson.
relevan untuk masa pandemi karena Averio, T. (2020). The analysis of influencing
perusahaan lebih cenderung fokus factors on the going concern audit
bertahan dalam masa pandemi opinion – a study in manufacturing
daripada usaha menambah aset. firms in Indonesia. Asian Journal of
2. Pengambilan sampel penelitian Accounting Research, 6(2), 152–164.
sebaiknya dilakukan per sektor supaya https://doi.org/10.1108/AJAR-09-2020-
hasil penelitian lebih terperinci karena 0078
ada sektor yang terpuruk hanya pada
awal pandemi seperti produk tersier, Basdekis, C., Christopoulos, A.,
properti, dan energi. Sedangkan sektor Katsampoxakis, I., & Lyras, A. (2020).
pariwisata, transportasi, dan hotel Profitability and optimal debt ratio of
mengalami ketidakpastian selama the automobiles and parts sector in the
pandemi berlangsung karena Euro area. Journal of Capital Markets
gelombang-gelombang kasus covid. Studies, 4(2), 113–127.
3. Menambah variabel mediasi lain yang https://doi.org/10.1108/JCMS-08-2020-
menggambarkan kondisi perusahaan 0031
agar mendapatkan hasil penelitian Cormier, D., Magnan, M., & Morard, B.
yang lebih baik. (1995). The Auditor’s Consideration of
the Going concern Assumption: A
Berdasarkan hasil penelitian, saran Diagnostic Model. Journal of
yang dapat peneliti sampaikan untuk auditor Accounting, Auditing & Finance, 10(2),
dan perusahaan: 201–222.
1. Auditor sebaiknya lebih concern https://doi.org/10.1177/0148558X950100
terhadap profitabilitas perusahaan 0201
karena profitabilitas merupakan
Devi, S., Warasniasih, N. M. S., &
indikator fundamental dalam suatu
Masdiantini, P. R. (2020). The Impact of
laporan keuangan. Begitu juga kepada
COVID-19 Pandemic on the Financial
manajer perusahaan untuk mengelola
Performance of Firms on the Indonesia
perusahaan agar dapat menaikan
Stock Exchange. Journal of Economics,
profitabilitas perusahaannya.
Business, & Accountancy Ventura,
23(2).
5.3 Keterbatasan https://doi.org/10.14414/jebav.v23i2.231
Penelitian ini memiliki keterbatasan 3
antara lain:
1. Jumlah sebaran perusahaan per sektor Draper, N. R., & Smith, H. (1998). Applied
yang tidak seimbang, sehingga akan regression analysis (Vol. 326). John
lebih baik jika penelitian dilakukan Wiley & Sons.
per sektor. Hariyanto, E. (2020). Mewaspadai
Terulangnya Krisis Ekonomi 1998 &
Upaya Pencegahannya. @
jualinbukumu.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2001).
Standar Profesional Akuntan Publik.
Jiang, P., Fan, Y. van, & Klemeš, J. J. (2021).
Impacts of COVID-19 on energy demand
and consumption: Challenges, lessons
and emerging opportunities. Applied
Energy, 285.
https://doi.org/10.1016/j.apenergy.2021.1
16441
Kuruppu, N., Oyelere, P., & Laswad, F.
(2003). The efficacy of liquidation and
bankruptcy prediction models for
assessing going concern. In Managerial
Auditing Journal (Vol. 18, pp. 577–590).
https://doi.org/10.1108/02686900310482
713
O’Reilly, D. M. (2009). Do investors perceive
the going concern opinion as useful for
pricing stocks? Managerial Auditing
Journal, 25(1), 4–16.
https://doi.org/10.1108/02686901011007
270
Scott, W. R. (2015). Financial accounting
theory (Seventh). Canada: Pearson.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research
methods for business: A skill building
approach. John Wiley & Sons.
Sugiyono, D. (2010). Metode penelitian
kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

You might also like