Professional Documents
Culture Documents
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RSUD KABUPATEN BUTON TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN MONITORING EFEK SAMPING OBAT
RSUD KABUPATEN BUTON
KEDUA : Memberlakukan Panduan Monitoring Efek Samping Obat
RSUD K a b u p a t e n B u t o n sebagaimana terlampir dalam
peraturan ini.
2
LAMPIRAN SURAT PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KAB.BUTON
9) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicine) yang dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang
terjangkau
- Program pemerintah
a. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar atau
nomor registrasi.
b. Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi
d. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi
Perencanaan
Pengadaan
2
farmasi melakukan permintaan yang bersifat cito (segera) kepada
distributor/rekanan yang ditunjuk oleh panitia pengadaan.
- Pengadaan obat golongan narkotika dan psikotropika mengikuti
Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Narkotika dan
Psikotropika.
- Pengadaan yang terkait dengan Instalasi/unit lain berkoordinasi
dengan unit yang bersangkutan.
- Pengadaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Teknis Pengadaan :
3
c. Kepala Instalasi Farmasi mengajukan usulan kepada Direktur
RSUD Kabupaten Buton
- keabsahan faktur
- keabsahan barang
- keabsahan jumlah satuan dalam tiap kemasan
- kondisi barang: tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi
produk
a. High alert medicine disimpan di pos perawat di dalam troli atau kit yang
selalu dalam kondisi dikunci.
b. Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan
dipisahkan dengan obat-obatan rutin lainnya. Jika high alert medicine
harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan
dengan diberikan label ‘Peringatan : high alert medicine’ pada tutup luar
tempat penyimpanan
c. Infus intravena high alert medicine harus diberikan label yang jelas dengan
menggunakan stiker HAM.
Tatacara penyimpanan perbekalan farmasi :
1. Penyimpanan perbekalan farmasi yang bersifat khusus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku untuk masing-masing,
diantaranya narkotika dan psikotropika, serta B3.
2. Penyusunan letak perbekalan farmasi urut alphabetis dan mengatur
penyimpanan untuk memudahkan pengambilan dengan sistem First In
First Out (FIFO) dan/atau First Expired First Out (FEFO).
5
3. Jika obat yang terlihat mirip atau memiliki nama yg mirip (LASA – Look
alike, Sound alike) letaknya dipisah dan diberi stiker LASA.
4. Untuk high alertmedicinepenyimpanan terlokalisir dan diberi logo
penanda high alert medicine
5. Untuk obat-obat emergensi disimpan dalam emergency trolley atau kit di
setiap unit pelayanan yang membutuhkan dana dilakukan pemantauan
secara berkala
6. Pencatatan dilakukan setiap transaksi (pemasukan dan pengeluaran) pada
kartu stok dan dilakukan juga pada sistem komputer
7. Setiap terjadi mutasi dilakukan pencatatan di kartu stock
8. Peletakkan kartu stock yang masih berlaku di samping barang dan
dilakukan pengarsipan kartu stok yang sudah tidak terpakai.
9. Pelaksanakan stock opname setiap 6 bulan sekali
10. Penyimpanan perbekalan farmasi yang bersifat khusus sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku untuk masing-masing,
diantaranya narkotika dan psikotropika, serta B3.
11. Pemantauan kondisi suhu dan kelembaban penyimpanan dilakukan secara
periodik
5. Distribusi Perbekalan Farmasi.
a. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan dari gudang farmasi ke unit
pelayanan rawat jalan, unit pelayanan rawat inap, satelit IGD, Satelit IBSD,
Depo Radiologi, Depo Hemodialisa, dan unit-unit lain di rumah sakit.
b. Pelayanan resep, dibedakan berdasarkan kartu obat (rawat inap) dan
lembar resep (rawat jalan)
c. Perbekalan farmasi dari unit pelayanan, satelit, dan depo didistribusikan
untuk pelayanan /kebutuhan pasien.
d. Sistem distribusi yang berlaku diantaranya:
- Peresepan individu sesuai kebutuhan kondisi pasien (Individual
prescription)
- One daily dose dispensing (ODDD)
6. Pelayanan Perbekalan Farmasi
a. Pelayanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan kondisi pasien
berdasarkan permintaan dokter yang ditulis dalam lembar resep untuk
pasien rawat jalan dan di tulis pada kartu obat untuk pasien rawat inap
b. Tatacara pelayanan perbekalan farmasi (obat dan alkes bahan habis
pakai) pasien mengacu pada Standar Prosedur Operasional pelayanan
pasien rawat jalan, rawat inap.
6
7. Penghapusan dan Pemusnahan
Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar
yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan
sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan dilaksanakan dengan
cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku. Prosedur pemusnahan obat dibuat yang mencakup pencegahan
pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di
kalangan orang yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan
dimusnahkan disimpan terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan
identitasproduk.
7
kadaluarsa) dengan persetujuan kepala IFRS membuat usulan kepada
direktur rumah sakit untuk dilakukan penghapusan perbekalan farmasi
d. Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas
permintaan produsen atau instruksi instansi Pemerintah yang
berwenang. Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah
diterima permintaan atau instruksi untuk penarikan kembali. Untuk
penarikan kembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar
terhadap kesehatan, dilakukanpenarikan sampai tingkat konsumen.
e. Apabila ditemukan sediaan farmasi tidak memenuhi
persyaratan, maka disimpan terpisah dari sediaan farmasi lain dan
diberi penandaan tidak untuk digunakan untuk menghindari
kekeliruan. Pelaksanaan penarikan kembali didukung dengan sistem
dokumentasi.
10. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Kegiatan :
Administrasi
Farmasetik
Kejelasan Tulisan
Tepat Dosis
Tepat Waktu
Tepat Rute
Duplikasi
Riwayat Alergi
Interaksi Obat
Kontraindikasi
2. Penyerahan Obat
Penyerahan meliputi kegiatan pengecekan kesesuian nomor resep,
nama pasien, umur, alamat serta nama, dosis, jumlah, aturan pakai, bentuk
sediaan farmasi yang akan diserahkan kepada pasien atau keluarga dengan
nomor resep, nama pasien, urmur, alamat serta nama. dosis. jumlah. aturan
pakai. bentuk sediaan farmasi yang tertuiis di lembar resep dan pemberian
konsultasi, informasi dan edukasi (KlE) obat kepada pasien.
Sebelum obat diserahkan harus dipastikan sesuai dengan resep/ pesanan
obat dengan checklist untuk pasien rawat inap, yaitu :
a. Tepat Pasien
b. Tepat Dosis dan jumlah
c. Tepat Cara Pemberian
d. Tepat Waktu Pemberian
e. Tepat Pasien
Untuk pasien rawat jalan dilakukan tahap koreksi akhir yang lebih sederhana
dengan checklist sebagai berikut :
TELAAH Ya Tidak
OBAT
Tepat Obat
Tepat Etiket
11
Tepat Pasien
a. Kegunaan obat
b. Cara pemakaian obat
c. Aturan pemakaian obat
d. Cara penyimpanan obat
e. Efek samping yang mungkin timbul dari pemakaian obat
f. Jangka waktu pengobatan
a. menjawab pertanyaan;
b. menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan
dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d. bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya; dan
f. melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO :
12
a. Sumber daya manusia
b. Tempat
c. Perlengkapan
4. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua
fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter,
keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker.Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD),
dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
1. Kriteria Pasien:
a. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain);
b. pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui);
c. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
d. pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin);
e. pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
f. pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
g. Sarana dan Peralatan:
2. Sarana dan Peralatan:
a. alat bantu konseling (catatan konseling
b. ruangan atau tempat konseling
14
Faktor yang harus :
15
berlangsung sesuai dengan perencanaan terapi dan menjaminkeselamatan
pasien
Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan
diri denganmengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa
terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
Pelaksanaan :
a. Asuhan kefarmasian dilakukan dengan cara
- Memantau kondisi klinis pasien dan memperhatikan keluhan pasien yang
disebabkan obat.
- Menganalisis pengobatan yang diberikan kepada pasien berdasarkan
adanya DRP
- Mencegah terjadinya DRP dengan berbagai cara, berkoordinasi dengan
dokter penulis resep/tenaga medis, paramedis dan pihak lain yang
terkait, bila ada masalah yang disebabkan obat dan mengupayakan
tindakan penanganannya
- Memonitor dan mengevaluasi kondisi pasien berdasarkan pengobatan
yang diterima
- Melakukan koordinasi kepada tenaga kesehatan terkait untuk mencegah
dan mengatasi DRP
b. Kegiatan didokumentasikan (merekapitulasi,
menganalisis, mengevaluasi) dan dilaporkan kepada atasan langsung.
a. Ruangan Khusus
b. Tekhnik aseptic
Ditetapkan di : Pasarwajo
Tanggal : 6 Maret 2019
17
18