You are on page 1of 18
- BAB XIII HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM NASIONAL 1. Pengaturan Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945 Bagaimana pengaturan hak asasi manusia dalam UUD Tahun 1945? Apakah UUD Tahun 1945 mengatur secara rinci mengenai hak asasi manusia?. Apakah UUD Tahun 1945 memuat pengaturan mengenai pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia?, Pengkajian terhadap hal tersebut harus ditinjau dari berbagai aspek kajian, dalam arti tidak bisa ditinjau dari aspek yuridis semata-mata dalam bentuk pengaturan normatif belaka, pengkajian harus dilihat terutama dari aspek filosofis yang menyangkut dengan ideologi tentang bagaimana bangsa Indonesia memandang hak asasi manusia, Selain itu pengkajian secara historis juga perlu dilakukan untuk melihat dan memahami, bagaimana keinginan para pendiri negara memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia dan untuk memahami latar belakang sejarah hak asasi manusia dirumuskan dalam UUD Tahun 1945. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya pengkajian dari aspek politis yang mendorong dan melatarbelakangi dirumuskannya hak asasi manusia ke dalam UUD Tahun 1945. Jadi untuk memahami pengaturan hak asasi manusia dalam UUD Tahun 1945 harus dikaji secara komprehensif termasuk Pengkajian mengenai konstitusi itu sendiri, Hukum dibuat bertujuan untuk membatasi kekuasaan dalam negara. Ciri khas pemerintahan konstitusional ialah adanya gagasan mengenai pemerintahan yang terbatas, dalam arti tidak dibenarkan bertindak secara sewenang-wenang terhadap warga negara. Pembatasan terhadap kekuasaan negara tercantum dalam konstitusi, sehingga lazim disebut pemerintahan berdasarkan konstitusi. Gagasan paham negara konstitusional awalnya dikemukakan oleh John Locke. Gagasan ini merupakan pengembangan dari gagasan hukum kodrat Thomas Aquinas yang menghendaki kekuasaan memerlukan legitimasi. Thomas Aquinas Menggantungkan legitimasi kekuasaan negara pada kesesuaiannya dengan tuntutan-tuntutan normatif. Oleh Karena itu Locke berpendapat bahwa hukum Kodrat harus menjadi dasa’ kekuasaan, bukan sebaliknya kekuasaan ang menjadi dasar hukum (M.C.Burkens, 1990:94), yang menjadi 240 Bab XIII. Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional i sudut pandang pengaturan hak asasi manusia, pada sasi memiliki sifat dasar yang membatasi kekuasaan pemerintahan, namun sebaliknya pada sisi lain pemerintah diberi wewenang untuk membatasi hak-hak dasar sesuai dengan fungsi pengendalian (Sturing). Jadi walaupun hak-hak dasar mengandung sifat membatasi kekuasaan pemerintahan, pembatasan tersebut tidak berarti mematikan kekuasaan pemerintah yang pada dasarnya berisi wewenang untuk mengendalikan kehidupan masyarakat. Bagi bangsa Indonesia, UUD Tahun 1945 telah memberi jaminan terhadap hak-hak asasi. Keterikatan bangsa Indonesia terhadap masalah-masalah hak asasi, dapat dilihat dari pengaturan hak-hak dasar yang dimuat dalam konstitusi. Pengaturan tersebut bukan hanya memuat hak-hak hukum dan pol tapi juga memuat hak asasi dibidang sosial, ekonomi dan budaya. Walaupun pengaturannya tidak selengkap yang dimuat dalam “ The Universal Declaration of Human Rights 1948", namun dari pengaturan tersebut telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menaruh penghormatan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Tentang hal ini, dari literatur ilmu hukum dapat dipahami, bahwa tidak lengkapnya rumusan hak asasi yang dimuat dalam UUD Tahun 1945 dibandingkan dengan rumusan hak- hak asasi yang dimuat dalam 7he Universal Declaration of Human Rights 1948, adalah karena UUD Tahun 1945 lebih dulu dirumuskan dari The Universal Declaration of Human Rights 1948. Jadi ada perbedaan tentang rumusan hak asasi manusia antara konstitusi yang lahir sebelum deklarasi PBB tentang hak-hak asasi manusia dengan konstitusi yang dibuat setelah pernyataan umum_ hak-hak asasi Mmanusia. Konstitusi setelah deklarasi PBB diilhami oleh deklarasi PBB, sedang konstitusi sebelumnya justru mengilhami deklarasi tersebut. Bagi bangsa Indonesia setelah dilakukan amandene? terhadap UUD Tahun 1945 baru kemudian rumusan-rumusan hak asasi dimuat lebih lengkap dalam UUD Tahun 1945 yang dimuat am bab tersendiri. hakchak yang __Bertolak pada pemikiran bahwa belum semua ak-hal tlindungt dalam deklarasi hak-hak asasi manusia sedunia, bt peel atau dapat ditafsirkan menurut ketentuan yang ae PR No. ee Tahun 1945, bangsa Indonesia melalui Kee am Hak TI/MPR/1998 melengkapi kekurangan tersebut dengan neg Asasi Manusia yang kemudian dijabarkan dalam Undang- Dilihat dari satu sisi hak a! 241 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusla ee Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dasar pemikiran dikeluarkannya undang-undang ini adalah: 1. Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya; 2. Pada dasarnya, manusia dianugerahi jiwa, bentuk struktur, ke- mampuan, kemauan serta berbagai kemudahan oleh Penciptanya untuk menjamin kelanjutan hidupnya; 3. Untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia, diperlukan pengakuan dan perlindungan hak asasj manusia, karena tanpa hal tersebut manusia akan kehilangan sifat dan martabatnya, sehingga dapat mendorong manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya (omo homini lupus); 4. Manusia merupakan makhluk sosial maka hak asasi manusia yang satu dibatasi “oleh hak asasi manusia yang lain, sehingga kebebasan atau hak asasi manusia bukanlah tanpa batas; 5. Hak asasi manusia tidak boleh dilenyapkan oleh siapapun dan dalam keadaan apapun dan dalam situasi yang bagaimanapun; 6. Setiap hak asasi manusia mengandung kewajiban untuk meng- hormati hak asasi manusia orang lain sehingga di dalam hak asasi manusia terdapat kewajiban dasar; 7. Hak asasi manusia harus benar-benat dihormati, dilindungi dan ditegakkan dan untuk itu pemerintah, aparatur negara, pejabat publik lainnya mempunyai kewajiban dan tanggung jawab menjamin terselenggaranya penghormatan, perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia. Hal ini sejalan dengan pandangan bangsa Indonesia sebagai Negara anggota PBB, yang melihat “7he Universal Declaration of Human Rights 1948” bukan hanya sebagai “Statement of objective’ semata-mata, akan tetapi ‘meyakininya sebagai “constitutes an obligation for the members of the international community’ ya09 harus dijamin dan ditegakkan. Pengaturan hak asasi dilakukan melalui instrumen hukum dan pengaturan tersebut harus memenuhi asas keabsahan pemerintahan (rechmatigheid vanbestuur). Pemerintahan itu sendiri tunduk dua alat ukur, yaitu hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Dala" praktek ketatanegaraan akhir-akhir ini, perhatian cukup besat diarahkan kepada hukum tidak tertulis berupa asas-asas ont pemerintahan yang baik. Besarnya perhatian terhadap asas-as@5 Mer 242 Bab XII. Hak Asasi Manus: SSS Dalen Him Nasiona! ,danya keterbatasan hukum tertuli . cba oes hukum tidak tertulis im Undang- oi ve enyalahgunakan wewenangnya (detecy - pematttah ve enreiengarenns dan tidak melanggar ketentuan, eee ang-undangan. ' : Perak dari asas legalitas sebagai asas yang membetasi : ara, membawa Konsekuensi bahwa hukum harus aibentuk oleh bentuk undang-undang. Pembentukan undang-undang ini bersujuan lain untuk membatasi kekuasaan pemerintah, juga cimaksudken untuk melindungi hak-hak dasar manusia. Dengan posisi yeng demikian ini, terlihat bahwa undang-undang mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam mengimplementasikan ide negara hukum. Tentang bagaimana undang-undang dapat berfungsi secara optimal sebagai salah satu instrumen negara hukum sangat tergantung pada politik perundang-undangan negara yang bersangkutan. Politik perundang-undangan berupaya mengoptimalken’ peran undang-undang sebagai instrumen negara hukum harus ditunjang oleh asas-asas perundang-undangan yang baik. Dalam kaitannye dengan hal ini, Hamid S, Attamimi (1990:322) dalam disertasinya menulis bahwa di negara Belanda berkembang asas-asas umum perundang-undangan yang baik melalui lima sumber, yaitu Read van State, bahan-bahan tertulis tentang pembahasan rancangan pereturen perundang-undangan dalam sidang-sidang Parlemen, putusan-putusan hakim, petunjuk-petunjuk teknik perundang-undangan dan hasil akhir komisi pengurangan dan penyederhanaan peraturan perundang- undangan, Lebih lanjut dikemukakan bahwa asas-asas umum perundang- undangan yang baik tersebut adalah: |}; Het beginsel van duidelijke doelstelling (asas tujuan yang jelas); Het beginsel van juiste orgaan (asas lembaga yang tepat); he Noodzakeliiheidsbeginsel (asas perlunya pengaturan); a fa beginsel van de uityperbarheid (asas bahwa perundang fen ce dilaksanakan); : insel van de consensus (asas konsensus); : _ ee ae eas i I in terminologi dan sistematik); i 7 undangan muds a de kenbarheid (asas bahwa perundang- awe oan 243 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia Het rechtsgelijk heidsbeginsel (asas persam2an); Het rechtszakerheidsbeginsel (asas kepastian hukum); Seginsel van de individuale rechtsbedeling (asas Peleksanas, hukum sesuai dengan keadaan individual); Het beginsel dot gerechtvaardigde verwachtingen 9ehonoreeg moeten warden (asas harus menghormati harapan yang ¥ r Sehubungan dengan asas legalitas dalam kaitannya den, pengaturan hak asasi manusia. Negara Indonesia yang Menganut sistem pembagian kekuasaan sebagaimana digariskan dalam Uyp Tahun 1945 khususnya pasal 20 ayat 1 UUD Tahun 1945, Mmenempatkan undanc g-undang pada posisi yang sangat strateg Untuk itu pembentukan undang-undang menuntut perhatian yang sungguh-sungguh ke arah terwujudnya asas-asas perundang-undengen yang baik, terlebih-lebih lagi sistem yang dianut oleh UUD Tahun 1945 sebagai hukum dasar mempercayakan berbagai aspek kehidupan bernegara melalui pengaturan undang-undang. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan pemerintah dalam Pengaturan tersebut mendapat legitimasi dari masyarakat, Dilihat dari sudut kepentingan hak & pelaksanaannya bisa terwujud apabila iklim kebebasan memungkinken, untuk itu dapat dikatakan warga negara pada umumnya boleh bertindak menggunakan hak asasinya, sejauh warga negara yang lain bertindak demikian. Artinya hak asasi hanya tercapai kalau setiap orang, menghargai hak asasi orang lain sebesar hak asasinya sendiri. Sebaliknya hak asasi tidak akan terwujud kalau setiap orang hanya Menuntut agar hak asasinya dihargai tanpa kewajiban menghargai hak asasi orang lain. Di dalam praktek kehidupan sehari-hari, tidak tertutup kemungkinan terjadinya perbedaan antara kemauan penguasa (pemerintah) dengan kehendak masyarakat, oleh karena itu harus dipahami bahwa legitimasi kekuasaan berlaku sejauh berjalan dalam batas-batas hukum yang ditetapkan. Pandangan yang demikian ini menggambarkan bahwa asas legalitas dalam pengaturan kebébasan selain berfungsi sebag2! koridor hukum juga sebagai sarana kontrol terhadap kekuasaan. Suatu hak baru berfungsi secara efektif, apabila hak terse! dapat dipertahankan dan dilindungi. Untuk itu, sebagai negare Lise berdasarkan atas hukum (rechtsstaaf), hak asasi harus eS bagian dari Rukum nasional dan harus ada prosedur hukum unt 8. g, 10. i sasi manusia itu sendiri, 244 Bab XILI. Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional melindungi hak asasi tersebut. Oleh karena itu, mempertahankan dan usia harus memenuhi persyaratan- pengimplementasian hak asasi man’ persyaratan sebagai berikut: 1, Hak asasi manusia harus dijadikan sebagai hukum positif; 2, Harus ada prosedur hukum untuk mempertahankan dan melindungi hak asasi manusia tersebut; 3. Harus ada kemandirian pengadilan sebagai pemegang kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka. Dalam kerangka pengaturan hak asasi manusia bagi warga masyarakat, hak asasi dijadikan sebagai pertimbangan moral dan politik, Maksudnya negara atau pemerintah dalam menyelenggarakan fungsinya, tetap menghormati dan melindungi hak asasi manusia sebagai salah satu hak dasar warga negara. Untuk itu dalam pengaturan- nya syarat-syarat yang ditetapkan sebagai pembatasan tidak boleh mengurangi makna hak tersebut dan tidak boleh bersifat diskriminatif. Mukaddimah The Universal Declaration of Human Rights 1948 dimulai dengan kata-kata “...... recognation to the inherent dignity and of equal and inalienable rights of all members of the human family... Penggunaan kata equal’ dalam mukaddimah ini menunjukkan tidak boleh ada diskriminasi dalam _perlindurfgan negara atau jaminan negara terhadap hak-hak asasi. Selanjutnya, secara inci deklarasi tersebut memuat daftar hak asasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi oleh negara. Hak asasi bersifat universal karena melekat pada manusia, oleh sebab itu, tidak boleh ada perbedaan dalam pemberian jaminan dan perlindungannya. Baik 7he Universal Declaration of Human Rights 1948 maupun The International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights 1966 dan The International Covenant on Givil and Political Rights 1966 sangat menekankan pada asas tidak boleh adanya diskriminasi dalam bentuk apapun. Karakteristik inilah yang membedakan hak asasi manusia dari hhak-hak lain yang diberikan oleh hukum. Perlakuan diskriminatif terhadap hak asasi manusia yang terlihat dengan jelas dalam rumusannya hanya ditemukan dalam pasal 2 ayat (3) Konvensi Internasional tentang hak ekonomi, sosial dan kultural dengan menyebutkan ~ Developing Countries... May determine to what extent they would guarantee the economic rights recognized in fakuan diskriminatif the present covenant to non national". Adanya Per! 245 Ne sara Hukum dan Hak Asa: Manusia it bahwa sangat sukar y j ini, didasarkan pada pertimbangan a tu See eranikan semua norma hak a ao a - : a Far : fiologi, kepentingan politik dan [2 Ya, Se ersreal lain tentang pembatasan dalam ketentuan tentang ha, asasi berhubungan dengan keadaan darurat. Dalam hal keadaan darurat diperkenankan untuk sementara waktu membatasi hak-hak dalam keadaan darurat umum sasi, yaitu dalam masa perang atau are yang mengancam keselamatan negara dan keadaan bjektif. Tindakan yang diperlukan dan diterapkan yang mengurangi hak ‘asasi manusia, harus dibatasi sejauh hal itu memang benar-benar diperlukan karena keadaan (to the extent strictly required by the exigencies of the situation), namun demikian ada beberapa hak yang tidak dapat dibatasi atau dikurangi meskipun dalam keadaan darurat perang. Hak-hak asasi yang tidak boleh dilahggar tersebut meliputi: the rights to life, the freedom from torture and other ill treatment, the freedom from slovery servitud, and the imposition of retroactive final laws. Dewasa ini hak-hak tersebut berkembang dengan ditambahnya beberapa hak yang tidak boleh dilanggar dalam keadaan apapun, yaitu hak untuk tidak ditahan sewenang-wenang (arbitrary arres), hak atas peradilan yang bebas dan tidak memihak (fair and impartial trial), hak atas bantuan hukum (/ega/ assistance) hak atas praduga tak bersalah (presumption of innocence) dan beberapa hak lain, Pada dasarnya akar dari hak-hak asasi yang tidak boleh dilanggar ini dapat dilihat terutama pada deklarasi hak-hak asasi manusia dan pada beberapa dokumen lainnya (Todung Mulya Lubis, 1993:79). Dilihat dari sudut pandang ilmu hukum masalah yang menyangkut dengan hak-hak asasi yang tidak boleh dilanggat, sudah merupakan bagian dari hukum positif Indonesia. Meskipun Tahun 1945 tidak mengatur secara lengkap hak-hak asasi manus ia akan tetapi hak untuk hidup, hak persamaan dalam hukum, kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran 00 pendapat telah dijamin dalam konstitusi, disamping itu sebage! anggota PBB, Indonesia terikat dengan deklarasi universal hak 252 manusia. Pada prinsipnya meskipun masih ada konvensi hak (public ini harus dapat diuji secara ©! manusia yang belum diratifikasi oleh suatu negara, tidak bere! negara tersebut boleh melanggar hak-hak asasi tersebut karen Law" dian? konvensi ini telah menjadi “Jnternational Customary 246 ee emua negara mempunyai kewajiban sates ery yi idan moral untuk menghormati dan Menurut Franz Magnis Suseno (1987:217 mengandung makna “character, conduct, jane ah luas sehingga dalam moral termasuk makna “Auman conduct oi Bn laku bermoral tidak saja berkaitan dengan sikap baik mebibeitie merupakan tingkah laku atau sikap yang mengandung makna den 44 adanya kepedulian dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penilaian moral selalu berbobot Karena langsung menyentuh persoalan mendasar yang terkait dengan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Untuk kepentingan pelaksanaan hak asasi pada umumnya, Pasal 29 ayat (2) Deklarasi PBB tentang hak asasi manusia menentukan sebagai berikut; Dalam melaksanakan hak-hak dan kebebasannya, setiap orang hanya tunduk pada pembatasan-pembatasan sebagaimana ditentukan oleh undang-undang demi untuk menjaga pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain, dan demi memenuhi tuntutan kesusilaan yang adil, tata tertib serta kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis. Ketentuan tersebut p kebebasan bertujuan Mengisyaratkan bahwa pembatasan terhadaj I : untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat, menjamin terciptanya ketertiban umum dan meningkatkan kesejahteraan sosial. nea ape Berdasarkan pandangan-pandangan yang telah diuraikan ‘ak disimpulkan bahwa konsep kepentingan umum merupakan ae = berpikir dalam pengaturan hak asasi manusia. Maksudnya f he A meletakkan kepentingan umum sebagai ee bent Pembentuk undang-undang untuk mengatur Ke! di dalamnya terkandung dua sikap dasar. pear ahd, Masyarakat untuk bertindak dibatasi oleh kepentingat kan. kriteria Pembatasan kebebasan masyarakat dengan I ser itu sendiri kepentingan umum, bertujuan untuk melindungi kebe! se tidak dapat dari perbuatan atau tindakan sewenang-wenand 2 Si ntuk tujuan dipertanggungjawabkan. Pengaturan hak-hak asi dilepaskan Menjamin terciptanya ketertiban umum tidak bisa in mengatur prinsip kebebasan yang dimiliki suatu negara. KEN) dalam hak-hak dasar dilakukan dengan cara merurMtindangan Konstitusi dan penerapannya dilakukan (melalui leit peradilan. dan praktek pemerintahan serta penegakannya mei? 247 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia et lu diperhatikan dalam pengaturan Pokok persoalan pertama Te Te Se reubUNGLST aie kat_ adalah: aoa f Se depen hak asasi, baru kemudian gen a yang menjadi mikiran untuk mengatur hak asas! tersebut?. : dasar pe! n dengan hak asasi manusi Titik tolak hubungan antara kebebasal iiss (dana a adalah bahwa hak asasi itu dalam ukuran yang rcosieanib pee tara yang khas, bersangkut paut dalam mengaktualisasikan Kebebasan, Hal ini berarti bahwa kebebasan merupakan sisi yang sangat penting bagi hukum pada umumnya dan bagi hak asasi pada khususnya, Dalam hal-hal tertentu hubungan ini dapat dilihat dalam hak-hak asasi dibidang politik seperti adanya hak pilih_ dan hak atas kebebasan memasuki partai politik. Hak asasi di bidang ekonomi seperti hak untuk bekerja, bebas memilih pekerjaan, hak untuk mendapat penggajian yang sama dalam pekerjaan yang sama, menjadi anggota dan membentuk serikat pekerja. Hak-hak seperti ini hanyalah merupa- kan bagian kecil dari hubungan antara kebebasan dan hak asasi manusia. Selanjutnya untuk menjawab apa yang menjadi dasar pengaturan hak asasi. Pengkajiannya bertolak dari fungsi pokok hak asasi. Disini pengaturan hak asasi diartikan sebagai cara untuk mempositifkan keyakinan-keyakinan prapositif tentang keadilan dan martabat manusia. Jadi tuntutan teori hukum alam agar hukum positif sesuai dengan standar-standar moral prapositif, dipenuhi dengan merumuskan standar-standar itu dalam bentuk hak konkrit yang dapat dimasukkan dalam hukum positif. Hal ini sesuai dengan teori hukum alam berpegang pada tesis bahwa hukum tidak terpisahkan dari moral, Karena itu menolak tesis positivisme hukum yang memisahkan hukum dengan moral. Pengikut-pengikut hukum alam menyatakan, perilaku hukum adalah perilaku yang sesuai dengan moral, sebaliknya perilaku ilegal adalah immoral, Dengan pengertian ini pengaturan hak-hak - Pr asa hukum yan it dengan wc a san pela, Srl ; gal hak asasi, te it harus soon ee teil gan mara man f lapat dirumu: i Setiap hak asasi merupakan hasil Pate esis dari suatu kelompok masyarakat. Dari Pengalaman mereka berhadapa” dengan penguasa atau berhadapan dengan pihak yang kuat, dimana 248 Bn iii ta ssi Manusia Dalam Hokum Nasional martabat mereka diperlakukan secara sewenan timbul kesadaran bagi sebagian masyarakat bi wud ne itu harus dijamin, karena di dalam segi-segi enone amen hak yang harus dilindungi. Hak yang dijamin itu kemudian miendapat pengakuan sebagai hak asasi dalam dokumen-dokumen resmi yan akhirnya memperoleh kedudukan hukum. Maksudnya dengan posh yang demikian, hak asasi mendapat kedudukan hukum, maka penggunaan hak tersebut tidak bisa dilakukan sewenang-wenang, ada aturan-aturan tertentu yang harus dipatuhi supaya tidak mengganggu ketertiban masyarakat, mengganggu kepentingan umum dan merugikan orang lain. Sebagai contoh adanya hak-hak kemerdekaan yang dicetuskan oleh John Locke pada akhir abad ketujuhbelas dimasukkan ke dalam “Bil/ of Rights of Virginia 1776" sebagai hak yang dijamin dan dilindungi (Diane Ravitch, 1991:12). Berbagai konstitusi yang dibentuk langsung di bawah pengaruh ajaran John Locke, seperti: konstitusi Amerika Serikat dan Perancis menunjukkan bahwa hak-hak yang sekarang dikenal sebagai hak-hak dasar atau hak asasi, diartikan sebagai hak-hak subjektif yang telah ada pada setiap individu, pada saat mereka membuat perjanjian sosial untuk membentuk pemerintahan (factum unionis), oleh karena itu hak-hak tadi dianggap dan diperlakukan sebagai hak yang tidak dapat dicabut oleh kekuasaan. Untuk itu hak-hak ee SE ean suatu deklarasi yang terpisah dari dan mendahulukan |} . Deklarasi Teeny Virginia (The Virginia Declaration of Right 1776) mencantumkan kebebasan-kebebasan yang spesifik yang Lie dijamin dan dilindungi dari campur tangan pemerintah pen deklarasi itu hak-hak dasar yang terpenting adalah: ee happiness and safety, free exercise of religion according t° A of conscience, rights to reform, alter, or abolsh any a rairctabh government”, sedangkan tujuan negara menurut deklarasi aie “for the common benefit protection any security of the peor and community’. bagai Begitu pula halnya di Kekaisaran Jepang Oe | pate mana dikemukakan Yozo Yokota (1995) onstitusi Jepang Pemerintahan Tenno Meiji, telah dibentuk a lam konstitusi itu modern pertama dalam tahun 1889, dimen? "9° ai vebebasan dicantumkan sejumlah hak dan kebebasan rs, serta hak untuk bergerak, kebebasan beragama dan kebebasan ree yond adil dan memiliki barang, hak untuk mendapatkan peng: Ig-wenang. Akhirnya 249 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusi a hak untuk mengajukan petisi. Melalul pengaturan dalam konstitus yang seperti ri hak-hak dasar dalam arti modern sudah diterapkan secara umum. Namun demikian pengaturan tersebut masih memiliki kelemahan, antara lain banyak hak dan kebebasan manusia seperti hak untuk memiliki dan kebebasan hati nurani masih belum diatur, Selain itu, penerapannya hanya diperuntukkan bagi orang Jepang sendiri, Jadi orang asing yang tidak Gilindungi oleh konstitusi itu, hak- hak dasarnya kurang diperhatikan. Pasal 2 Deklarasi hak asasi Perancis 26 Agustus 1789 merumuskan hak-hak dasar yang terpenting seperti: La /iberte, fa properie'te’, la surete, et la resistance a Toppresion. Penyusunan deklarasi_ ini dilakukan oleh wakil rakyat Perancis yang tergabung dalam Majelis Nasional dengan pertimbangan bahwa ketidaksamaan, kealpaan atau penghinaan terhadap hak asasi merupakan sumber kemelaratan rakyat. Untuk itu perlu ada suatu rumusan hak-hak asasi yang kodrati dan tidak dapat dicabut. Perkembangan ketatanegaraan dari konstitusi liberal menjadi konstitusi demokrasi modern, berakibat pengakuan dan jaminan terhadap hak-hak asasi yang semula diatur dalam deklarasi yang terpisah dari dan mendahului konstitusi, menjadi bagian dari konstitusi. Secara yuridis hal ini mengandung konsekuensi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat hak-hak asasi tersebut. Apabila pada awalnya hak tadi dipandang sebagai hak subjektif yang tidak dapat dipengaruhi oleh kekuasaan konstitusional, dalam konstitusi modern hak-hak dasar menjadi bagian dari hukum subjektif (konstitusi). Jadi sebagaimana halnya pasal-pasal dari konstitusi, hak-hak dasar berh pe aoe dipengaruhi, diubah atau ditiadakan oleh si, sepanjant arat-s i ul Laney konstitusi spat alpenti fat syerat yang cipeto“2 2 Indonesia adalah negara hukum dan sejak kelahirannya pada tahun 1945 menjunjung tinggi hak asasi manusia, Sikap Indonesia een dapat dilihat dari kenyataan bahwa meskipun dibuat sebelum ies lamasikannya The Universal Declaration of Human Rights 194: Indang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sudam memuat beberapa ketentuan tentai ia al ia ; ntang penghormatan hak asasi manus yang sangat penting. Hak-hak tersebut antara lain adalah hak serve bangsa atas kemerdekaan yang dimuat pada alinea pert Pembukaan; hak atas kewargani pea aan kedudukan semua warga ni yarn _(Pasal 26); persa dan pemerintahan (Pasal 27 egara Indonesia di dalam hukim ayat (1)); hak warga negara Indonesia @ 250 = a Bab XIII. Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional erjaan (Pasal 27 ayat (2); hak setiap wa : atas Kehidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasa eae berserikat dan berkumpul bagi setiap warga negara Cae kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agamanya paired masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya fi (Pasal 29 ayat (2) ); dan hak setiap warga negara Indonesia atas pendidikan dan pengajaran (Pasal 31 ayat (1) ). Sikap Indonesia dalam memajukan dan melindungi hak asasi manusia terus berlanjut meskipun Indonesia mengalami perubahan susunan negara dari negara kesatuan menjadi negara federal (27 Desember 1949 sampai dengan 15 Agustus 1950). Konstitusi yang berlaku pada waktu itu, yaitu Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS), memuat sebagian besar pokok-pokok hak asasi manusia yang tercantum dalam 7he Universal Declaration of Human Rights 1948 dan kewajiban Pemerintah untuk melindunginya (Pasal 7 sampai dengan Pasal 33). Indonesia yang kembali dalam bentuk negara kesatuan sejak 15 Agustus 14950 terus melanjutkan komitmen konstitusionalnya untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (UUDS RI Tahun 1950) yang berlaku sejak 15 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959, sebagaimana Konstitusi RIS, juga memuat sebagian besar pokok-pokok hak asasi manusia yang tercantum dalam The Universal Declaration of Human Rights 1948 dan kewajiban Pemerintah untuk melindunginya (Pasal 7 sampai dengan Pasal 33), dan bahkan sebagian sama bunyinya kata demi kata dengan ketentuan yang bersangkatan yang tercantum dalam Konstitusi RIS. Di samping komitmen nasicr® | pada masa berlakunya UUDS RI Tahun 1950, Indonesia he | menegaskan komitmen _internasionalnya dalam _pemajuen Wek Perlindungan hak asasi_manusia, sebagaimana yang Se eeap dengan keputusan Pemerintah untuk tetap memberlakuan Labour konvensi perburuhan yang dihasilkan oleh Internal Oe aserel Organization (ILO) yaitu. Organisasi Perburutian | Ny yang dibuat sebelum Perang Dunia kedua dan bi ae ecahian untuk Hindia Belanda oleh Pemerintah Beland®, ot F rea yakni sebuah konvensi hak asasi manusia yang iN yen tentang Convention on the Poftcal Rights of Women 195° Q a Nomor 68 Hak-hak Politik Perempuan 1952), melalui Undang-Un' Tahun 1958, 251 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia a Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah meng perubahan Undang-Undang Fae A 1945, Perubahan pertama disahkan dalam Sidang Tal aaa RI Tahun 1999; perubahan kedua disahkan dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2000; perubahan ketiga disahkan dalam Sidang Tahunan mpp RI Tahun 2001; dan perubahan keempat disahkan dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2002. Perubahan kedua Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyempurnakan komitmen Indonesia terhadap upaya pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia dengan mengintegrasikan ketentuan-ketentuan penting dari instrumen- instrumen internasional mengenai hak asasi manusia, sebagaimana tercantum dalam BAB XA tentang Hak Asasi Manusia. Perubahan tersebut dipertahankan sampai dengan perubahan keempat Undang- Undang Dasar Tahun 1945, yang kemudian disebut dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengamanatkan pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta komitmen bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional untuk memajukan dan melindungi hak asasi manusia, Indonesia perlu menjunjung tinggi, melindungi dan menghormati hak asasi manusia, 2. Pengaturan Hak Asasi Manusia Dalam Peraturan Per- undang-undangan Sesungguhnya hak-hak asasi Manusia bi hal u n ukan merupakan ha! yang asing bagi bangsa Indonesia, Perjuangan melepaskan diri dari belenggu Penjajah asing selama beratus-ratus tahun adalah perjuangan mewujudkan hak oes aan patungan tla Komitmen Indonesia io caer tl em pn pt yor oe Deklarasi Universal Hakchak Asasi Meese eum dicanangta nr an ma an pa pemajuan dan perlindungan hak ae bangs Indonesian 252 Bab XIII. ik. n perlindungan hak-hak asasi manusia dj ina caren prinsip-prinsip kesatupaduan, esc aeS akukn ber- atas kondisi nasional. Prinsip kesatupaduan berarti bah een sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya dan hak pembanginan ree satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan een penerapan, pemantauan maupun dalam penilaian pelaksanaai a Prinsip keseimbangan mengandung pengertian bahwa diantara hale hak asasi manusia perorangan dan kolektif serta tanggung jawab perorangan terhadap masyarakat dan bangsa memerlukan keseimbangan dan keselarasan. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial. Keseimbangan dan keselarasan antara kebebasan dan tanggung jawab merupakan faktor penting dalam pemajuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia. Diakui bahwa hak-hak asasi manusia bersifat universal dan masyarakat internasional juga telah mengakui dan menyepakati bahwa pelaksanaannya merupakan wewenang dan tanggung jawab setiap pemerintah negara dengan memperhatikan sepenuhnya keanekaragaman tata nilai, sejarah, kebudayaan, sistem politik, tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi serta faktor-faktor lain yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. ] : Berbicara mengenai pengaturan hak asasi_manusia Sa perundang-undangan, sejarah pengaturannya Oe te latar belakang sejarah semenjak pemerintahan ee . _ a Selama berlangsungnya_pemerintahan Hindia ash sap manusia tidak dapat digunakan dengan balk, pel Saat asasi penghormatan terhadap hak tersebut sebagal a win demikian Manusia tidak terlaksana sebagaimana mestinya. hiak dikenal pada tidak berarti bahwa pengaturan hak asasi manusia i sur diketahul Masa pemerintah Hindia Belanda. Dari berbagai etek akhir abad bahwa pengaturan hak asasi manusia, sudah ada s¢) kesembilanbelas. Pada waktu itu guru-guru Yad © Belanda mendirikan organisasi serikat pore an organisasi ini didirikan oleh orang-orang Belande Maka di dalam sejarah perkembangannya perg ini belum diperhitungkan. sengeturen hak asa‘ a ‘Ntuan “ Verenigings en as 27 jo 561, vata patra tentang pelaksanaan ‘staatsl Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 165 a " itu si_ manusia pada masa stb. 91 Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia (UUD Hindia Belanda). Peraturan ini dianggap ae i ee memberikan perlindungan dengan sungguh-sunggun t ap ; : bab menurut ketentuan ini untuk penggunaan hak asasi manusia, sel izin terlebih dahulu dar mendirikan perkumpulan tidak memerlukan izin oie lari penguasa. Ketentuan pasal 1 mengatakan; untuk mendirikan per- kumpulan tidak dimintakan, disyaratkan izin dari pemerintah, Pembuktian tentang ada tidaknya perkumpulan, dalam praktek biasanya diharuskan untuk mencantumkannya di dalam anggaran dasarnya ketentuan-ketentuan seperti maksud dan tujuan serta usaha-usaha yang dilakukan. : Dalam praktek ketatanegaraan, untuk membuktikan ada tidaknya perkumpulan merupakan persoalan hukum, yaitu apakah serikat-serikat atau perkumpulan itu mempunyai badan hukum (rechtsspersooniljk- heid) atau tidak? Sehubungan dengan itu, Stb. 1870 Nomor 64 yang mengatur badan hukum bagi perkumpulan warga negara yang tunduk pada hukum Eropa menurut ketentuan pasal 8 ayat (1), perkumpulan yang tidak diakui sebagai badan hukum, tidak dapat melakukan tindakan dalam lapangan hukum perdata. Selain itu peraturan tentang perkumpulan di Indonesia (ordonantie op de Indonesische vereninging) Menentukan bahwa pengakuan sebagai badan hukum, dimintakan kepada dan diberikan oleh Pengadilan Negeri di tempat kedudukan perkumpulan yang bersangkutan. Dalam Praktek tidak banyak perkumpulan yang berstatus sebagai badan hukum, antara lain hanya organisasi pengajar bangsa Belanda di Indonesia dan kongres buruh seluruh Indonesia (Yunus Shamad, 1995:80). Lahirnya pergerakan kebangsaan Boedi 1908, membawa konsekuensi terhadap perke: atau perserikatan menurut bidang usaha ™asing-masing. Serikat pekerja yang pertama terbentuk adalah serikat Pekerja kereta api dan trem (Vereniging van Spoor en Tremwy Person ee), disusul kemudian Lele ee ea Butera, serikat pegawai pekerjaan umum dan sebagainya. Pada tahun 1912 dari serikat-seri ji ada, Serikat Islam mendirikan seri rikat pekerja yang’ ada, kat pekerja gabungan dan _inilah gabungan serikat pekerja yang pertama di Indonesia.» Gagasan untuk menggabungkan serikat-serikat pekerja yang ada menjadi satu, muncul pada kongres perserikatan Pegawai penggadaian bumi putera di Bandung pada tahun i919, Gagasan ini pada mulany@ mendapat sambutan balk dari peserta kongres, ‘namun pada tahap perumusannya terdapat Kemacetan karena tidak ada kesatuan pandang- Oetomo pada tahun mbangan perkumpulan 254 Bab XITT. Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Masing-masing serikat pekerja yang ada mer : perjuangannya sesuai dengan pandangan i dea ae ide dipengaruhi oleh gerakan perjuangan kemerdekaan pada waktu itu yang dipelopori oleh tiga aliran politik, yaitu Nasionalisme yan dipelopori oleh Gerakan Boedi Oetomo, Islam yang dimotori ed Serikat Islam dan Marxisme melalui gabungan Serikat Buruh Revolusioner yang didirikan oleh Semaun. Dari perkembangan ini terlihat bahwa pola gerakan pekerja pada waktu itu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh gerakan politik. Hak asasi manusia bagi pekerja yang diimplementasikan dalam bentuk serikat pekerja, mendapat jaminan dan perlindungan secara konstitusional setelah kemerdekaan RI diproklamirkan. Perkembangan serikat pekerja mendapat perhatian yang besar dari pemerintah terutama pada masa berlakunya UUDS 1950. Pekerja diberi kebebasan seluas-luasnya untuk membentuk serikat pekerja. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 90 Tahun 1955 tentang Pendaftaran Serikat Buruh yang sifatnya sangat liberal. Menurut ketentuan itu, untuk mendirikan serikat buruh cukup dengan memiliki anggaran dasar, susunan pengurus dan daftar anggota tanpa menyebut jumlah minimumnya. Adanya kemudahan ini menyebabkan banyak muncul serikat pekerja diberbagai sektor usaha. Pada perkembangan selanjutnya pengaturan hak asasi manusia dalam perundang-undangan mengalami pasang surut, dalam banyak hal hampir tidak ada “jaminan’ secara hukum yang. benar-benar dapat melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kondisi ini berlangsung sangat lama sampai pada akhirnya_perkembangan politik Ketatanegaraan Indonesia mengalami perubahan antara ht dengan dijatuhkannya pemerintahan corde baru yang dianggap cl! up otoriter. 2 akan Dalam sejarah kehidupan bangsa Indonesia, upaya Pea dan perlindungan hak asasi manusia telah mengalami Larcrleh ada Pada suatu masa upaya tersebut berhasil diperjuangkan, t panes masa lain dikalahkan oleh kepentingan kekuasaan. Lett tba ankan bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara yang tidak MET EL, penghormatan, penegakan dan perlindungan hak et i ‘an tidak selalu. menimbulkan_ketidakadilan_ bagi masyarakat ra i memberikan landasan yang sehat bagi Dea kal reformas! politik, sosial dan budaya untuk jangka panjang- Fh membangkitkan yang mencapai puncaknya pada tahun 1998 telal 255 ara Hukum dan Hak Asasi ne kukan koreksi terhadap sistem _ re untuk menegakkan kembalj nusia. semangat bangsa Indonesia unt dan praktik-praktik masa lalu, terul y ian perlindungan hak asasi mal ae See ctte Indonesia mencanangkan Rencana Aksi ial hak ic Tahi asasi manusia melalui Keputusan Presiden ee pean = tentang Rencana ‘Aksi Nasional Hak Asasi Man ce crel Rak bal kemudian dilanjutkan dengan Rencana al Suita os manusia, kedua melalui Keputusan Presiden lomo sear tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asast Manusia n ratifikasi atau pengesahan Convention Against Torture and Other it is 1984 (Konvensi Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment, \ Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia, 1984) pada 28 September 1998 (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998; Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3783). Selain itu melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999, Indonesia juga telah meratifikasi International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination (Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial). Pada tanggal 13 November 1998, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mengambil keputusan yang sangat penting artinya bagi pemajuan, penghormatan dan penegakan hak asasi manusia, yaitu dengan mengesahkan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, yang lampirannya memuat Pandangan dan Sikap Bangsa Indonesia tethadap Hak Asasi Manusia dan Piagam Hak Asasi Manusia. Konsideran Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tersebut me- nyatakan, antara lain, "bahwa Pembukaan Und dang Dasar 1945 telah mengamanatkan pengakt ndang-Undang bagi pelaksanaan hak asset ae, Penghormatan, dan, Kehendek iebioipen bene cast Manusia dalam menyelenygarakan Syarakat, berbangsa dan bernegara" (huruf b) dan bial ae Sebagai bagian masyarakat dunia patut Universal Hak Ase sams yang termaktub dalam Dekiarasi n MPR tersebut menyatakan “bahwa Bangs? mencnekatan Bangsa-Bangsa mempunyal nghormati Deklarasi Universal Hak AS2 256 —————— Bab XI Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Manusia (Universal Declaration of Human Rights) dan berba : . gai instrumen i ional Tainnya mengenai hak asasi manusia", Sebagaimana aieehal bane Universal Declaration of Human Rights 1948, i ional tentang Hak Sipil dan Politik, Protokol Opsional eee a aaa tentang Hak-hak Sipil dan Politik serta ped Enso tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya SEL istrumen-instrumen internasional utama mengenai hak asasi ee 5 dan yang lazim disebut sebagai "International Bill of Human Ronis" ana merupakan instrumen-instrumen internasional mengenai hak asasi manusia.

You might also like