Professional Documents
Culture Documents
Laporan Ukk RW 04 Cimincrang
Laporan Ukk RW 04 Cimincrang
LAPORAN AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Komunitas
Disusun Oleh :
NIM Nama
191 FK 04002 Abdhan Firdaus N, S.Kep
191 FK 04005 Aprillia Nurarifah, S.Kep
191 FK 04009 Bobi Akbar, S.Kep
191 FK 04012 Dina Fauziyatin N., S.Kep
191 FK 04022 Gina Nuruliani, S.Kep
191 FK 04024 Imas Nurjanah, S.Kep
191 FK 04024 Intan Junike W., S.Kep
191 FK 04036 Neng Elsa, S.Kep
191 FK 04038 Nurmala Dwi A., S.Kep
191 FK 04041 Resa Anggaresta, S.Kep
191 FK 04043 Riska Tresnawati, S.Kep
191 FK 04044 Roni Apriyana, S.Kep
191 FK 04055 Tita Kartika, S.Kep
191 FK 04062 Wulan Ayu Utami, S.Kep
191 FK 04066 Zulfa Alfareza, S.Kep
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas karunia
dan hidayah-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Unit
Kesehatan Kerja (Ukk) Cv. Berkah Solusi Mandiri (Bsm) Hot Jeletot Di Wilayah
Kerja Puskesmas Cempaka Arum Kelurahan Rancanumpang Kecamatan Gede
Bagetahun 2020”.
Dalam laporan ini, tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan, masukan dan bimbingan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes., selaku Ketua Yayasan Adhi Guna
Kencana Bandung.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung.
4. dr. Vicci Puspa Iriani. Selaku kepala UPT Puskesmas Cempaka Arum yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berpraktik di wilayah kerja
UPT Puskesmas Cempaka Arum
5. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
dan Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana Bandung dan selaku
pembimbing akademik stase Keperawatan Komunitas
6. Imam Abidin, S.Kep., Ners. Selaku pembimbing akademik stase Keperawatan
Komunitas
7. Taufiq Andri Hidayat, S.Kep. Selaku Pembimbing Lapangan (CI) UPT
Puskesmas Cempaka Arum
8. Ujang, selaku kepala cabang CV. Berkah Solusi Mandiri
9. Teman-teman angkatan XIII program studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung khususnya untuk kelompok RW 04
Kelurahan Cimincrang
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat ganda
dari Allah S.W.T kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini dan
semoga bermanfaat bagi semua yang berkepentingan.
Penulis
Kelompok RW 04 Cimincrang
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 3
2.1 Teori dan Model Keperawatan Komunitas ....................................... 4
2.2 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja ...................................................... 4
2.3 Kapasitas, Beban, dan Lingkungan .................................................. 5
2.4 Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................................. 5
2.5 Model Sistem Manajemen ................................................................ 6
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja ...................................................... 7
2.7 Penyakit yang disebabkan oleh K3 ................................................... 8
2.8 Potensial Hazard ............................................................................... 10
2.9 Alat Pelindung Diri ........................................................................... 12
2.10 Penerapan Konsep Pencegahan Penyakit ....................................... 13
2.11 Fungsi dan Tugas Perawat .............................................................. 14
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 15
3.1 Gambaran Lokasi dan Sejarah .......................................................... 15
3.2 Jumlah Tenaga Kerja ........................................................................ 16
3.3 Proses Pembuatan dan Produksi ....................................................... 17
3.4 Kelengkapan Fasilitas Home Industri ............................................... 18
3.5 Kuisioner Karyawan ......................................................................... 19
3.6 Analisa Da5a ..................................................................................... 28
3.7 Masalah Keperawatan ....................................................................... 31
3.8 Planing of Action .............................................................................. 32
3.9 Implementasi..................................................................................... 35
3.10 Evaluasi........................................................................................... 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 41
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 42
4.2 Saran ................................................................................................. 33
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi
berkembang. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut
wirausahawan. Dari sini muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan
(entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada
umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang
sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Home industry adalah bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum
mendapatkan bantuan ekonomi dari pemerintah. sebagai penyedia lapangan
pekerjaan baru dan mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan. Tenaga
kerja dengan berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda membuat
pelaku bisnis harus mempunyai manajerial yang baik dalam mengelola dan
mengolah kegiatan produksi. Karena jumlah penyerapan tenaga kerja dari unit
perusahaan besar dengan usaha kecil lebih tinggi usaha kecil, sehingga
keberadaann home industri perlu diperhitungkan dengan baik dan diperhatikan
oleh pemerintah. Dari penyerapan tenaga kerja dengan seleksi yang baik dan
bermutu akan menimbulkan banyak wirausaha baru yang mempengaruhi pula
perilaku berwirausaha. Home industri adalah industri rumah tangga yang dikelola
sendiri oleh suatu keluarga. Banyaknya home industri saat ini mulai dari home
industri besar, menengah sampai industri kecil. Biasanya home industri ini
bergelut dalam bidang makanan yang seperti tahu, tempe, dll. Dan yang lebih
menarik lagi semua hasil makanan ini adalah tahu jeletot yang artinya hot dan
pedas. Kelompok tertarik mengambil home industry ini karena dalam naungan
Puskesmas Cempaka Arum dan paling dekat dengan wilayah Puskesmas serta
mudah terjangkau dengan pegawai total 17 orang.
2
3. Bagaimana manajemen Unit Kesehatan Kerja di CV. BSM (Berkah Solusi
Mandiri)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya pengetahuan atau gambaran tentang Kesehatan Kerja
dan Home Industri
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian pada ketua dan pegawai karyawan yang
ada di Home Industri.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang Kesehatan Kerja
dan Home Industri
1.4.2 Bagi Home Industri
Dapat memberikan asuhan keperawatan Kesehatan Kerja dan Home
Industri pada ketua dan karyawan
1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan bacaan diperpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada
penanganan kasus keperawatan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.3 Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan
gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja
dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi awal seseorang untuk bekerja
dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dan
lain-lain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan
tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau
penyakit akibat kerja.
2.4 Penyebab kecelakaan kerja
A. Penyebab Dasar
1) Faktor manusia atau pribadi karena kurangnya kemampuan fisik, mental,
dan psikologis karena kurang atau lemahnya pengetahuan dan
keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang tidak cukup.
2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan
kemampuan kepemimpinan dan/atau pengawasan, pembelian atau
pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang
atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta berbagai penyalahgunaan
yang terjadi di lingkungan kerja.
B. Penyebab Langsung
1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar), yaitu tindakan yang
akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman,
pelindung, atau riuntangan yang tidak memadasi atau tidak memenuhi
syarat; bahan dan peralatan yang rusak; terlalu sesak atau sempit;
system-sistem tanda peringatan yang kurang memadai; bahaya-bahaya
kebakaran atau ledakan; kerapian atau tata letak yang buruk; lingkungan
5
berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya); bising;
paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B. Sugeng,
2003).
2) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar), yaitu tingkah laku,
atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya
mengoprasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk member peringatan
dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah; menyebabkan
alat-alat keselamatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat
keselamatan; menggunakan alat yang rusak; menggunakan alat dengan
cara salah; serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan
diri secara benar (B. Sugeng, 2003).
2.5 Model Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Plan (Perencanaan)
Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil sesuai
dengan kebijakan K3 organisasi.
2. Do (Pelaksanaan)
Melaksanakan proses yang sudah dirancang.
3. Check (Pemeriksaan)
Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran,
peraturan perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta melaporkan
hasilnya.
4. Act (Tindakan)
Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.
6
1. Konsep lingkungan total
Sistem lingkungan umum yang mencapai aspek kesehatan dan
keselamatan di tamoilkan oleh lingkaran luar besar atau satu konsep global.
Didalam lingkaran luar tersebut, pengaruh yang memberikan efek global,
yang selanjutnya memberikan efek pada kesehatan, mucul dalam bentuk
faktor ekonomi, politik, sosial, ekologi, dan organisasi.
2. Konsep manusia, kerja, dan kesehatan
Diwakili oleh segitiga manusia, kerja dan kesehatan, dan
berlangsung didalam lingkungan total, aspek- aspek lingkungan total yang
mempunyai efek nyata pada kesehatan ditempat kerja. Sebagai contoh,
kebijakan politik dan sosial akan memperluas atau mempersempit
pengembangan kesehatan kerja. Budaya dan strategi organisasi dapat
dipengaruhi segitiga manusia, pekerja, dan kesehatan secara langsung dan
lebih kuat. 3. Interaksi keperawatan kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja, disajikan di tengah- tengah model tersebut.
Interaksi dipakai untuk menggambarkan bidang- bidang yang dikenal oleh
kelompok- kelompok sebagai peranan perawat kesehatan kerja.
2.6 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
7
4. Menempatlkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya (Efendi, 2009).
8
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.
9
26. Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang
ditimbulkan oleh hubungan kerja dapat berupa :
10
Semua potensi bahaya yang berhubungan dengan listrik (pembebanan lebih,
kebocoran isolasi, dan lain-lain)
4. Mechanical hazard
Bahaya timbul dari konstruksi, alat-alat bergerak, mesin dan instalasi
5. Physiological hazard
Bahaya yang timbul karena waktu kerja yang lama, tekanan atasan, hubungan
yang kurang baik dengan rekan kerja, trauma.
6. Biological hazard
Bahaya dari jazad renik, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga atau hewan
lain ditempat kerja, berbagai macam penyakit yang timbul seperti, infeksi,
alergi dan sengatan atau gigitan binatang yang dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit.
7. Ergonomic
Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan
kerja yang tidak sesuai dan tidak serasi dengan tenaga kerja, ruangan sempit,
mengangkat, mendorong, dsb. sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi
hal-hal ini karena ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara
keseluruhan, namun karena istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur
kerja, beban kerja, MSD dan sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal
seperti ini lebih erat dengan istilah ergonomi.
8. Behavioral hazard Tidak mematuhi peraturan, kurangnya keterampilan kerja.
9. Environmental hazard
Cuaca buruk, api, bekerja di tempat tidak rata.
11
ini umumnya menggunakan dua parameter, yaitu : konsekuensi dari suatu hazard
dan kemungkinan frekuensi kejadian.
12
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet
tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
5. Sarung tangan
6. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan bahan dan bentuk sarung
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
7. Tali pengaman
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
8. Penutup telinga Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat
yang bising.
9. Kacamata pengaman
Berfungsi sebagai peindung mata ketika bekerja.
10. Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk.
11. Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja.
12. Jas hujan
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja
13
sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan
perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan
pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus ( specific protection), misalnya imunisasi, higiene
perorangan,sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja.
3. Diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment ), misalnya diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera
serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), misalnya: memeriksa
dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja
secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di
jabatan-jabatan yang sesuai.
2.11 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
diindustri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998)
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja.
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja.
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan.
c. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja.
d. Melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja.
14
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
kesehatan.
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja.
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja.
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya.
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja.
j. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
A. Identitas Karyawan
17
4. Proses produksi : tahu akan digoreng pada pukul 07.00 – 14.00, tahu digoreng
sesuai orderan yang masuk, orderan biasanya muncul pada sore hari.
18
terang dan waktu kerja hanya dilakukan pada pagi-siang hari sehingga untuk malam
hari tidak perl banyak penerangan. Sementara itu didalam ruangan hanya terdapat
sedikit ventilasi sehingga didalam ruangan terasa pengap karena kurangnya
ventilasi dan ditambah dengan uap penggorengan yang panas. Halaman di sekitar
industry di manfaatkan untuk tempat parkir kendaraan. Pencemaran lingkungan :
air limbah yang dibuang langsung ke sungai menyebabkan air sungai tercemar oleh
air limbah, pencemaran makanan : di samping pabrik terdapat unggas yang
memungkinkan untuk bisa mencemari tahu yang sedang di produksi.
3.5 Kuesioner Karyawan Home Industry
A. Identitas Karyawan
19
1. Usia
No. Usia Jumlah Presentase (%)
1 17 – 20 Tahun 1 7,69
2 20 – 50 Tahun 12 92,31
13 100
2. Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1 Laki-Laki 13 100
2 Perempuan 0 0
13 100
13 100
20
B. Aspek Pertanyaan
1. Gangguan Kesehatan Kerja
No. Gangguan Kesehatan Jumlah Presentase (%)
Kerja
1 Ya 13 100
2 Tidak 0 0
13 100
2 Sesak 1 7,69
3 Batuk 0 0
4 Trauma Fisik 0 0
5 Lecet 5 38,46
13 100
21
No. Upaya Menangani Jumlah Presentase (%)
Kesehatan Kerja
1 Pelayanan Kesehatan 8 61,54
2 Diam 0 0
4 Klinik/dokter 4 30,77
13 100
1 Ya 1 7,69
2 Tidak 12 92,31
13 100
2 Lab 1 100
22
1 100
13 100
1 Duduk 0 0
2 Berdiri 13 100
13 100
1 <3 Jam 0 0
23
2 >3 Jam 13 100
13 100
1 Pegal 7 53,85
3 Kesemutan 1 7,69
4. Lain-Lain 1 7,69
13 100
1 Selalu 4 30,77
2 Sering 0 0
3 Kadang-Kadang 5 38,46
4. Jarang 0 0
24
5. Tidak Pernah 4 30,77
13 100
1 Selalu 1 7,69
2 Sering 1 7,69
3 Kadang-Kadang 4 30,77
4. Jarang 2 15,38
13 100
1 Selalu 0 0
2 Sering 0 0
3 Kadang-Kadang 0 0
25
4. Jarang 0 0
13 100
1 Selalu 4 30,77
2 Sering 1 7,69
3 Kadang-Kadang 0 0
4. Jarang 2 15,38
13 100
1 Selalu 0 0
26
2 Sering 0 0
3 Kadang-Kadang 0 0
4. Jarang 0 0
13 100
1 Selalu 9 69,23
2 Sering 2 15,38
3 Kadang-Kadang 2 15,38
4. Jarang 0 0
5. Tidak Pernah 0 0
13 100
1 Selalu 0 0
2 Sering 0 0
27
3 Kadang-Kadang 0 0
4. Jarang 7 53,85
13 100
No Data Masalah
1. DS: Resiko peningkatan penyakit
- Para karyawan mengatakan “tidak akibat kerja
memakai APD pada saat bekerja”
- “Karyawan mengeluh sesak”
- “Klien mengatakan terkadang terkena
minyak panas saat menggoreng tahu”
DO:
- Terlihat para karyawan tidak
menggunakan APD yang lengkap
- Terlihat kulit karyawan melepuh dan
merah
- Lantai licin
- Toilet tampak kotor
- Hampir rata-rata pekerja merokok
- Tidak terdapat pelayanan kesehatan
yang khusus untuk para karyawan
- Berdasarkan data menunjukan bahwa
sebagian besar pekerja yaitu 7 orang
28
( 53,85 %) memiliki keluhan akibat
posisi bekerja berupa pegal-pegal.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa sebagian
besar pekerja yaitu 7 orang ( 53,85
%) memiliki lebih dari 1 keluhan
kesehatan.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa sebagian
besar pekerja yaitu 7 orang ( 53,85
%) jarang melakukan kesehatan rutin.
- Terlihat para karyawan tidak
menggunakan masker
- Dari hasil kuesioener 7 orang pekerja
mengatakan memiliki lebih dari 1
keluhan termasuk sesak
- Tidak terdapat pelayanan kesehatan
yang khusus untuk para karyawan
2 DS : Resiko peningkatan kecelakaan
- Para karyawan mengatakan “tidak kerja
memakai APD pada saat bekerja”
- “Klien mengatakan terkadang terkena
minyak panas saat menggoreng tahu”
DO:
- Terlihat para karyawan tidak
menggunakan APD yang lengkap
29
- Terlihat kulit karyawan melepuh dan
merah
- Lantai licin
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa
sekluruhnya yaitu 13 orang (100 %)
tidak pernah menggunakan celemek
saat bekerja.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa hampir
setengah pekerja yaitu 5 orang (38,46
%) kadang-kadang memakai APD.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa hampir
setengah pekerja yaitu 4 orang (30,77
%) tidak pernah menggunakan
masker.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa seluruh
pekerja yaitu 13 orang (100 %) tidak
pernah menggunakan sarung tangan
selama bekerja.
- Berdasarkan data yang disebutkan
diatas, menunjukan bahwa hampir
setengah pekerja yaitu 6 orang (46,15
%) Tidak menggunakan penutup
kepala selama bekerja.
30
3.7 Masalah
1. Resiko peningkatan penyakit akibat kerja
2. Resiko peningkatan kecelakaan kerja
31
3.8 POA (Planning Of Action)
32
Sekunder :
1. Anjurkan untuk
mempertahankan
asupan cairan yang
cukup
2. Fasilitasi Penyediaan
Tempat Duduk Untuk
Karyawan Saat
Bekerja
Tersier :
1. Berikan terapi dalam
mengurangi nyeri
punggung (Low Back
Pain) akibat posisi
bekerja (Senam Low
Back Pain)
2 Karyawa Setelah Penyuluhan Primer : Menyesuaikan CV. BSM Mahasisw N. Elsa<
n pabrik tindakan kesehatan pada 1. Berikan pendidikan Cempaka a Profesi Nurmala
di CV. keperawatan pemilik usaha kesehatan tentang Arum Ners
33
BSM selama 3 hari dan karyawan pentingnya Universita Dwi
Cempaka diharapkan C.V BSM penggunaan APD s Bhakti Anggiana
Arum tidak terjadi kepada karyawan Kencana
peningkatan Sekunder : Bandung
angka 1. Anjurkan pemilik
kecelakaan untuk memperbaiki
kerja sistem sanitasi seperti
penambahan fasilitas
WC yang penting
untuk para pekerja
2. Fasilitasi Penyediaan
APD
Tersier :
1. Anjurkan jika terjadi
kecelakaan kerja agar
segera memeriksakan
diri ke pusat
pelayanan terderkat
34
35
3.9 Implementasi
36
Hasil : pihak PT. BSM menerima
inventaris tersebut dan
mengucapkan terimaksih
- Menganjurkan untuk
I
mempertahankan asupan cairan
yang adekuat
Hasil : terdapat gallon isi ulang
khusus yang disediakan untuk
minum, klien mengatakan sering
minum karena udara panas
37
pencegahan agar menghindari
resiko yang terjadi
Hasil : Karyawan mampu
Menyebutkan akibat yang
ditimbulkan dari posisi kerja statis
yang terlalu lama terutama posisi
berdiri, dan pencegahannya
38
- Memberikan inventaris berupa
I
spanduk senam LBP
Hasil : Spanduk senam langsung
ditempel di depan kantor pabrik
tersebut
3.10 Evaluasi
39
A : Masalah teratasi sebagian
P : Anjurkan pihak pabrik untuk
menyarankan kepada
karyawannya menggunakan
APD dengan baik
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi
oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat-zat kimia, dan lain-
lain) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Penggunaan APD sangat penting
dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
CV. Berkah Solusi Mandiri merupakan perusahan yang bergerak di bidang
makanan, dimana produk yang dihasilkan adalah Tahu Jeletot, Cireng Isi dan Baso Isi.
Tempat yang dilakukan pengkajian merupakan tempat untuk memproduksi Tahu
Jeletot, pemilik utama adalah bapak yadi beliau adalah seorang karyawan di Alfamart
namun, beliau memiliki impian untuk merintis usaha mandiri. Awal berdiri CV ini
yaitu di Adipura. Awalnya hanya membuat beberapa dan ternyata banyak yang
menyukainya sehingga, CV ini berkembang dan terus berkembang. CV ini terdiri dari
beberapa cabang, cabang Cempaka Arum hanya bangian penggorengan tahu, setelah
tahu digoreng disini tahu akan di transfer ke Adipura untuk proses penggisian, di
Adipura, tahu yang sudah digoreng diisi oleh bumbu pedas dan sayuran, selanjutnya di
transfer ke outlet yang terdiri dari 19 outlet yang tersebar di Bandung, Cianjur,
Sukabumi, Bogor. Sedangkan cabang Garut ditambah dengan produksi pembuatan
tahu , penggorengan, dan pengisian isi tahu.
41
Asal mula nama dagang “Tahu Jeletot” karena memang rasa dari tahu tersebut
pedas. Berdasarkan penuturan pak Usep koordinator, untuk surat izin berada di pemilik
CV namun, produk yang dihasilkan sudah disetujui oleh LPPOM MUI dan bersetifikasi
“Halal”.
Berdasarkan hasil pengkajian terdapat 2 masalah yang terjadi pada CV ini yaitu
Resiko peningkatan penyakit akibat kerja, Resiko peningkatan kecelakaan kerja karena
hamper mayoritas para pekerja tidak menggunakan APD dengan lengkap untuk itu
kami mahasiswa memberikan beberapa penyuluhan kepada karyawan tersebut guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
4.2 Saran
1. Untuk Pihak Cv smoga dapat lebih memperhatikan kondisi lapangan agar
karyawan dapat nyaman dalam menggunakan APD dan fasilitasi asuransi
kesehatan jika memungkinkan
2. Untuk pihak puskesmas semoga para pekerja dapat difasilitasi untuk
pemeriksaan kesehatan secara rutin
42
Lampiran 1 : Laporan Keuangan
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA UNIT KESEHATAN KERJA
Disusun Oleh
NIM Nama
191 FK 04002 Abdhan Firdaus N, S.Kep
191 FK 04005 Aprillia Nurarifah, S.Kep
191 FK 04009 Bobi Akbar, S.Kep
191 FK 04012 Dina Fauziyatin N., S.Kep
191 FK 04022 Gina Nuruliani, S.Kep
191 FK 04024 Imas Nurjanah, S.Kep
191 FK 04024 Intan Junike W., S.Kep
191 FK 04036 Neng Elsa, S.Kep
191 FK 04038 Nurmala Dwi A., S.Kep
191 FK 04041 Resa Anggaresta, S.Kep
191 FK 04043 Riska Tresnawati, S.Kep
191 FK 04044 Roni Apriyana, S.Kep
191 FK 04055 Tita Kartika, S.Kep
191 FK 04062 Wulan Ayu Utami, S.Kep
191 FK 04066 Zulfa Alfareza, S.Kep
C. Materi
(Terlampir)
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
E. Media
Pamflet
F. Setting Tempat
1 2
4
5
9
Keterangan :
: Para Pekerja
: Tim Penyuluhan
G. Kegiatan
3. 10 menit Evaluasi :
Menjawab
a. Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk pertanyaan yang
bertanya diberikan, dan
b. Memberikan pertanyaan
antusias untuk
berkaitan dengan materi
yang sudah dijelaskan bertanya jika ada
dimengerti.
salam
H. Evaluasi
1. Diharapkan karyawan dapat menjelaskan gangguan kesehatan kerja akibat
paparan udara panas
World Health Organization. Climate and Health Country Profile Indonesia 2015
3. Heat syncope adalah pusing yang terjadi ketika tiba-tiba bergerak dari
duduk ke berdiri, atau dari berdiri lama atau berolahraga tanpa terlebih
dahulu menjadi terbiasa dengan panas.
4. Heat exhaustion terjadi sebagai akibat dari berkurangnya air atau garam
ketika tubuh mengalami lebih banyak panas daripada yang dapat
ditangani, biasanya dalam situasi suhu tinggi dengan kelembapan tinggi.
Gejalanya termasuk haus yang intens, kelemahan, kecemasan, pusing,
pingsan, sakit kepala, dan keringat berlebih. Suhu inti tubuh mungkin atau
mungkin tidak berada di luar kisaran normal, dan fungsi neurologis tidak
terkena dampak serius.
5. Heat stroke adalah keadaan darurat medis yang mengancam jiwa yang
terjadi ketika penumpukan panas menjadi lebih dari yang dapat ditangani
oleh tubuh. Gejalanya meliputi semua hal di atas termasuk kelelahan,
dilatasi pupil, konsentrasi menurun, gangguan penilaian, dan
kebingungan. Suhu inti tubuh jauh di atas normal.
Dampak negatif lain yang tampak secara langsung adalah penuruan
produktivitas kerja. Diketahui bahwa kapasitas kerja dengan intensitas berat
menurun sampai 20%. Jika suhu rata-rata global meningkat 4 derajat, sekitar
23% dari jam kerja harian harian diperkirakan akan hilang pada pekerja yang
melakukan pekerjaan berat (misalnya pertanian, konstruksi dan beberapa
pekerja industri). Risiko terganggunya kesehatan kerja dan menurunnya
produktivitas kerja yang terjadi berhubungan dengan pengeluaran energi
yang lebih besar dan panas di tempat kerja.Dampak lebih jauh adalah
peningkatan morbiditas pekerja pertanian karena penyakit terkait paparan
panas yang telah disebutkan. Peningkatan morbiditas tentunya juga akan
mengurangi waktu produktif kerja dari para pekerja. Penyakit terkait paparan
panas ini pada dasarnya dapat dicegah dan diobati, namun bisa menjadi fatal
jika gejala tidak ditangani tepat waktu, hingga yang paling buruk dapat
menyebabkan kematian.
Selain peningkatan morbiditas, tingkat mortalitas akibat penyakit terkait
paparan panas ini juga cukup mengkhawatirkan. Mortalitas akibat heat
stroke, yang merupakan manifestasi penyakit terkait paparan panas yang
terberat, berjumlah antara 10-20% setiap tahun di Amerika Serikat.
Hal tersebut dapat dicegah dan diobati jika didukung dengan
dijalankannya strategi penanggulangan dan pemahaman yang baik mengenai
penyakit terkait paparan panas pada pekerja, pengusaha dan pembuat
kebijakan kesehatan kerja. Bagi para pekerja, perlu adanya perubahan
perilaku mengenai cara mengkonsumsi cairan di lapangan (hidrasi yang
memadai), penjadwalan pekerjaan sehingga pekerjaan dilakukan mulai pagi
hari, pekerja harus diberikan kesempatan untuk mendinginkan kulit mereka
dengan kain basah dalam cuaca yang sangat panas dan lembab, dan
penggunaan pakaian yang sesuai.
PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENAI BAHAYA MEROKOK DAN
AKIBAT YANG DITIMBULKAN KETIKA POSISI KERJA STATIS
DALAM WAKTU YANG LAMA
Disusun Oleh
NIM Nama
191 FK 04002 Abdhan Firdaus N, S.Kep
191 FK 04005 Aprillia Nurarifah, S.Kep
191 FK 04009 Bobi Akbar, S.Kep
191 FK 04012 Dina Fauziyatin N., S.Kep
191 FK 04022 Gina Nuruliani, S.Kep
191 FK 04024 Imas Nurjanah, S.Kep
191 FK 04024 Intan Junike W., S.Kep
191 FK 04036 Neng Elsa, S.Kep
191 FK 04038 Nurmala Dwi A., S.Kep
191 FK 04041 Resa Anggaresta, S.Kep
191 FK 04043 Riska Tresnawati, S.Kep
191 FK 04044 Roni Apriyana, S.Kep
191 FK 04055 Tita Kartika, S.Kep
191 FK 04062 Wulan Ayu Utami, S.Kep
191 FK 04066 Zulfa Alfareza, S.Kep
mampu memahami Bahaya Merokok & Akibat yang ditimbulkan ketika posisi
kerja statis dalam waktu yang lama dan memilih tindakan yang harus dilakukan
yang lama
- Pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah akibat yang
ditimbulkan
L. Materi
(Terlampir)
M. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
N. Media
Pamflet
O. Setting Tempat
1 2
4
5
9
Keterangan :
: Pekerja
: Tim Penyuluhan
P. Kegiatan
g. Memperkenalkan diri
Merokok
j. Penyamaan Persepsi
(Apersepsi)
2. 30 menit Pelaksanaan : Memperhatikan
dan berurutan
- Posisi Ergonomis
- Akibat yang
ditimbulkan ketika
dilakukan untuk
mencegah akibat
yang ditimbulkan
- Kandungan yang
- Bahaya yang
ditimbulkan dari
Merokok
3. 5 menit Evaluasi :
Menjawab
c. Memberikan kesempatan
pertanyaan yang
kepada peserta untuk
diberikan, dan
bertanya
antusias untuk
d. Memberikan pertanyaan
bertanya jika ada
berkaitan dengan materi
hal yang tidak
yang sudah dijelaskan dimengerti.
Q. Evaluasi
dalam rokok
A. Pengertian Merokok
Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pada
organ tubuh.
Posisi kerja adalah postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh pekerja yang
sebuah pekerjaan
a. Resiko Varises
Bekerja sambil berdiri terlalu lama akan membuat tubuh menjadi jauh lebih
lelah. Selain itu beban berat badan yang terus menerus terjadi pada kaki bawah
ini akan menyebabkan masalah penyakit yang lebih serius seperti jantung.
Aktivitas berdiri terlalu lama bisa menyebabkan sistem kerja motorik halus
dalam tubuh akan berkurang dan menyebabkan kelelahan otot hingga stroke.
Hal ini bisa terjadi karena syaraf dan motorik tidak mendapatkan latihan
beraktivitas yang baik seperti ketika sedang duduk. Gangguan yang paling
postur pergelangan tangan. Masalah ini akan menjadi lebih parah ketika sudah
tua dan kemampuan tulang menurun drastis. Hampir semua orang yang bekerja
sambil berdiri akan mengalami resiko ini dan akibatnya bisa sangat fatal seperti
tidak bisa melakukan beberapa pekerjaan yang sempurna dengan tangan.
d. Penyakit Tungkai
Berdiri terlalu lama tidak hanya menyebabkan tubuh Anda jauh menjadi lebih
lelah. Berdiri otomatis akan membuat semua beban tubuh tertumpu pada
bagian tungkai. Tungkai Anda bekerja lebih kuat dan tekanan menyebabkan
tungkai menjadi lebih lemah. Akibatnya maka adalah penyakit pada tungkai
yang lebih sering terjadi pada usia senja. Keluhan sakit ini akan menyebabkan
tubuh menjadi tidak nyaman dan tidak bisa bekerja dengan baik. Bahkan dalam
Masalah peredaran darah menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi
pada orang yang bekerja atau beraktivitas dengan berdiri. Tekanan yang terjadi
pada semua bagian tubuh, organ tubuh dan sistem peredaran darah bisa memicu
Berdiri dengan postur yang sama secara terus menerus akan menyebabkan
resiko penyakit jantung, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh bahaya duduk
terlalu lama.
Orang yang bekerja atau beraktifitas sambil berdiri memiliki resiko mudah
terkena penyakit. Hal ini disebabkan karena ketika tubuh berdiri lama maka
sistem metabolisme dan peredaran darah tidak berjalan dengan baik. Kedua
gangguan ini akan membuat tubuh menjadi lebih rentan terhadap serangan
Ketika posisi tubuh berdiri terlalu lama maka bisa menyebabkan tekanan yang
kuat secara terus menerus pada bagian sendi. Beberapa sendi yang akan
mengalami masalah biasanya sendi pada bagian lutut dan panggul. Kondisi ini
Gejala yang paling sering terasa seperti nyeri sendi dan nyeri panggul.
a. Menggunakan alas kaki yang nyaman serta tidak mengubah bentuk kaki. Jika
b. Usahakan untuk duduk disela-sela waktu kerja atau setidaknya ketika ada
waktu istirahat
peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan pada kaki, bahu, dan, leher
serta kepala.
2. Jalannya kegiatan:
Mengetahui,
C. Jalannya kegiatan:
b. Pemateri oleh
Mengetahui,
DOKUMENTASI KEGIATAN
Pengkajian Lahan Praktik 23 & 25 Februari 2020
wawancara dengan kordinator karyawan Wawancara dengan karyawan