Professional Documents
Culture Documents
KETAUHIDAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
P17333120406
2020-2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa selalu memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inaya
h-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini setelah mel
alui berbagai rintangan dan hambatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN MAKALAH..........................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Tauhid Rububiyah.................................................................................................3
2.2 Tauhid Uluhiyah...................................................................................................10
2.3 Tauhid Mulkiyah..................................................................................................20
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................24
3.2 SARAN..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................25
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembahasan mengenai tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam agama
Islam, dimana tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-priba
di yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah. Ke
imanan itu merupakan akidah dan pokkok yang di atasnya berdiri syari’at Islam.
Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.
Tauhid ialah mengesakan Allah dan mengakui keberadaannya serta kuat keper
cayaannya bahwa Allah itu hanya satu tidak ada yang lain. Tidak ada sekutu bagin
ya, yang bisa menandinginya bahkan mengalahkannya.
Manusia berdasarkan fitrah dan akal sehat pasti mengakui bahwasanya Allah i
tu Maha esa. Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah ta’ala dan ba
hwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah ta’ala, adapun
kalimat tauhid itu sendiri yang dimaksud ialah La ilaha illah yang berarti tidak ada
yang berhak disembah selain Allah.
Ada tiga macam tauhid dalam islam, yakni : Tauhid Rububiyah, Mulkiyah, Ul
uhiyah. Ketiga tauhid tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. S
ebagai umat muslim kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid t
ersebut, karena ketiga tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dip
isahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah satu diantaranya maka kita tidak b
isa disebut sebagai seorang yang syirik bahkan keluar dari islam.
Jadi tiga jenis Tauhid di atas, wajib diketahui oleh setiap muslim (dan segala u
budiyah kita kepada Allah wajib dengan ketiga tauhid itu semua) karena Tauhid a
dalah pondasi keimanan seseorang kepada Allah ta’ala, sehingga hendaklah kita s
enantiasa menjaga kemurnian tauhid kita di dalam beribadah kepada Allah ta’ala d
ari apa saja yang dapat merusak Tauhid kita.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tauhid Rububiyah
Kata at-tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan. Kata wahh
ada meliputi makna kesendirian sesuatu dengan dzat, sifat atau af’alnya (perbuata
nnya), dan tidak adanya sesuatu yang menyerupainya dan menyertainya dalam hal
kesendiriannya.
3
uh umat, sebab Allah sangat jelas dan sangat nyata sehingga tidak memerlukan dal
il untuk membuktikan wujudnya. Firman Allah SWT:
“Berkata para rasul mereka: ‘Apakah ada keraguan-keraguan terhadap Allah, penc
ipta langit dan bumi…?”. (QS. Ibrahim: 10).
Allah pencipta alam beserta isinya, seperti firman Allah dalam Al-Qur’an:
ذا لكم ا هلل ربكم ال ا له اال هو خا لق كل شيء فعبدوه وهو على كل شيء وكيل
“Yang memiliki sifat-sifat demikian itu ialah Allah tuhan kamu, tidak ada tuhan s
elain dia, pencipta segala sesuatu maka sembahlah dia, dialah pemelihara segala s
esuatu”. (QS. Al-An’am: 102).
1. Pengertian Rabb
4
Al-Qur’an menjelaskan pengertian Rabb ini dalam ayat-ayatNya
Didalam Qs. 96/1-2 dan 2/21 Robb memiliki arti alladzi kholaq, ya
ng menciptakan.
Dan dalam Qs. 106/3 Rob berarti yang memiliki atau pemilik.
5
ya kehidupaan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan T
uahnmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (Qs. 34/21)
6
Tauhid Rubbubiyah adalah keyakinan yang bulat dan utuh bahwa
Rosulullah SAW adalah satu-satunya Rabb. Yaitu satu-satunya Dzat y
ang memiliki kekuasaan Rubbubiyah seperti menciptakan, memberi riz
ki (Qs. 10/31-32), pendiik dan pengasuh, memutuskan perkara dan me
miliki segala sesuatu.
7
tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah:
“Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?”Maka apa
kah kamu tidak memikirkan (nya)? Qs. 6/50
8
engeluarkan aturan yang ditaati dan dilaksanakan olrh bawahan mere
ka kendati bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Rosulullah SAW
dan Rasul-Nya.
9
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Rosulu
llah SAW) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah
kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, pad
ahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicing
kan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Rosulullah SAW Maha Ka
ya lagi Maha Terpuji.” (Qs. 2/267)
Al-Ilah dari segi lughoh adalah pecahan dari “laa ha”, “yalihu”, “yalhan” berart
i berlindung, lindungan. “Alaha”, ya’luhu”, “ilaahatan” berarti menyerahkan atau
menitipkan diri supaya selamat dan terjamin. “Al ilahu” berarti “al-ma’bud” (Qs.
2: 133) yaitu yang disembah.
Sebagaimana telah disebutkan dalam materi Aqidah, bahwa Ilah juga mem
iliki pengertian Al-Mahbuub, Al-Matbu’ dan Al-Marhuub. Pendeknya Ilah adalah
sesuatu yang mendominasi diri manusia baik perasaannya, pikirannya, tingkah lak
unya, dan seluruh aktifitas hidupnya. Iah adalah dasar ‘amaliyah seseorang, amal s
10
eseorang tergantung kepada siapa/apa ia jadikan Ilah. Ilah dengan demikian adala
h sumber otoritas dan legalitas amaliyah seseorang.
Laa ilaha illalloh, secara etimologis berarti tiada yang diibadati kecuali han
ya Allah SWT. Hubungan antara laa nafiyah dengan istisna pada kalimat illalloh
memberikan tekanan arti tidak ada lagi yang layak di’ibadahi, dihormati, disujudi,
dicintai serta ditakuti sama dengan, apalagi lebih, ibadahnya, hormatnya, sujudnya,
cintanya serta takutnya kepada Allah SWT.
Manusia bersujud kepada Allah. Allah tempat meminta, Allah tempat men
gadu nasibnya, manusia wajib mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sem
ua yang bersifat kebaktian kepada Allah tanpa perantara (wasilah). Allah melaran
g kita menyembah selainnya, seperti menyembah batu, menyembah matahari dan l
ain sebagainya. Dan itu semua adalah perbuatan syirik yang sangat besar dosanya
dan sangat dibenci Allah, bahkan Allah tidak akan mengampuni dosa musyrik itu.
11
“Dan tuhanmu adalah tuhan yang maha esa, tidak ada tuhan selain dia, yang maha
pemurah lagi maha penyayang”. (QS. Al-Baqoroh: 163).
12
Ikrimah berkata, “Tidaklah kebanyakan mereka -orang-orang musyrik- ber
iman kepada Allah kecuali dalam keadaan berbuat syirik. Apabila kamu tanyakan
kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Maka mereka akan
menjawab, ‘Allah’. Itulah keimanan mereka, namun di saat yang sama mereka jug
a beribadah kepada selain-Nya.”
13
seorang pun yang meyakini -selamanya- bahwa alam semesta menciptakan dirinya
sendiri. Bahkan, kaum Majusi Tsanuwiyah sekalipun; yang berkeyakinan bahwa a
lam semesta ini memiliki dua pencipta. Meskipun demikian, mereka tetap meyaki
ni bahwa salah satu diantara keduanya lebih sempurna. Mereka meyakini bahwa t
uhan cahaya menciptakan kebaikan, sedangkan tuhan kegelapan menciptakan keb
urukan. Sementara mereka mengatakan bahwa tuhan cahaya adalah tuhan yang ba
ik dan bermanfaat. Adapun tuhan kegelapan adalah tuhan yang buruk intinya, tida
k akan anda temukan selamanya seorang pun yang berkata bahwa alam semesta in
i diciptakan tanpa adanya Sang pencipta, kecuali orang yang sombong. Sedangkan
orang yang sombong semacam ini adalah termasuk golongan orang musyrik. Ada
pun masalah [tauhid] uluhiyah, maka itulah permasalahan yang menjadi sumber p
ertikaian dan pertentangan antara para rasul dengan umat mereka.”
Tatkala para ulama salaf sangat memperhatikan masalah tauhid ibadah, ses
ungguhnya mereka melakukan itu semata-mata untuk mengikuti bagaimana Allah
dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya. Karena tauhid r
ububiyah adalah perkara yang fitrah ada pada manusia, tidak ada yang mengingka
rinya kecuali orang yang telah tercabut fitrah darinya dan terbutakan mata hatinya
… Adapun salafiyun -dengan manhaj mereka ini- berbeda dengan kaum Mutakalli
min dari kalangan Asya’irah dan selainnya yang melalaikan masalah tauhid ini da
n tidak mencurahkan segenap upaya mereka untuk mengokohkan dan mengajarka
n hal itu kepada umat manusia. Bahkan, puncak perjuangan mereka hanyalah berd
alil untuk menetapkan keberadaan al-Khaliq, padahal ini semuanya telah terpatri d
i dalam fitrah manusia yang suci. Sebagaimana sudah kami isyaratkan baru saja.
14
Oleh sebab itu untuk menetapkan hal itu tidaklah memerlukan upaya yang rumit.
Apalagi sampai menjadikan segala upaya hanya untuk mencapai tujuan itu. Yang
demikian itu terjadi kepada mereka disebabkan mereka menganggap bahwa hakik
at ilahiyah adalah kemampuan untuk mencipta. Oleh sebab itu mereka berjuang u
ntuk memberikan penjelasan kepada manusia bahwa Allah sebagai satu-satunya p
encipta. Kelalaian inilah yang pada akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam ber
bagai kotoran bid’ah dalam ibadah dan sebagian praktek kemusyrikan, akibat me
ngesampingkan tauhid ibadah.
Karena tauhid uluhiyah adalah cabang keimanan yang tertinggi maka men
dakwahkannya merupakan dakwah yang paling utama. Syaikh Abdul Malik Rama
dhani hafizhahullah berkata, “Oleh sebab itu para da’i yang menyerukan tauhid ad
alah da’i-da’i yang paling utama dan paling mulia. Sebab dakwah kepada tauhid
merupakan dakwah kepada derajat keimanan yang tertinggi.
Tauhid Uluhiyah adalah mengakui dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satu
nya Ilah, yaitu yang diabdi (al-ma’bud), yang diaharapkanbantuan dan keridhoan-
Nya. Pengingkaran terhadap Tauhid Uluhiyah, yaitu menolak meyakini dan meng
akui bahwa Allah sebagai satu-satunya Ilah disebut Kafir Uluhiyah. Sedangkan m
enganggap bahwa ada pihak lain yang diabdi/ disembah selain Allah disebut musy
rik uluhiyah. Orang Musyrikin adalah orang-orang yang menjadikan pihak selain
Allah sebagai al-ma’bud.
Tauhid Uluhiyah ini merupakan indikator utama bagi Tauhid Rubbubiyah, dala
m arti orang yang syirik didalam rubbubiyahnya sudah pasti syirik pula uluhiyahy
a. Karena tauhid Rubbubiyah sifatnya i’tiqodiyah dan tidak ada yang mengetahui
15
kecuali dirinya dan Allah SWT, baru orang lain akan dapat megetahui manakala k
ekotoran i’tiqodiyahnya sudah diimplementasikan.
I’tiqod, bahwa ada selembar kain yang memiliki kekuatan rubbubiyah, dapat m
enyelamatkan dirinya, atau memberikan jaminan kebahagiaan (musyrik Rubbubiy
ah), maka orang tersebut akan mengekspresikan, menyatakan hormatnya, khudlu’
nya, tawadlu’nya dalam cara memegang, menyimpan, atau membawanya, seperti
hormat, khudlu serta tawadlu orang tersebut kepada Allah SWT, apalagi jika lebih,
itulah perilaku musyrik Uluhiyah yang dapat dibaca orang lain.
Menurut jumhur mufassir Musyrik atau Andad itu lebih luas daripada menyem
bah patung-patung dan berhala, termasuk musyrik manakala seseorang menghorm
ati pimpinan seperti hormatnya (apalagi lebih) kepada Dinul Islam, arru usa alladz
i khoda’alahum hudlu’an diniyan. Yang dimaksud tentu saja segala ketaatan serta
penghormatan kepada siapapun jika berasal bukan dari rujukan Dinul Islam lebih
apalagi bertentangan dengan Dinul Islam maka menjadi musyrik adanya.
Seorang sahabat Rasulullah SWA bertanya, “Ya Rasulullah saya amat sangat
menghormati dikau, tidakkah saya menjadi musyrik karenanya?” Jawab Rasululla
h, “ Jika yang engkau hormati adalah aku Muhammad bin Abdullah, maka engkau
musyrik, tapi jika yang engkau hormati adalah aku Muhammad Nabiyullah maka t
idaklah engkau menjadi musyrik.”
Dari gambaran diatas tadi, jelaslah bagi kita bahwa segala ketaatan serta kepatu
han seseorang terhadap seseorang pimpinan mestilah didasari kenyataan, sepanjan
g sunnah bahwa dipundak orang tersebut terpikul risalah Allah SWT, karen hanya
bercirikan risalah inilah seseorang layak dikatakan Imam – al-imamatu maudlu’at
un likhilafatin nubuwwati fii harosatid diini wasyiaasatid dunya-.
Oleh karena itu manakala pimpinan sudah bergeser, apalagi menyimpang dari r
isalah Nubuwah, maka segala ketaatan, kepatuhan, hormat dan respek, khudlu dan
tawadlu kepada orang tersebut menjadi haram dan musyrik. Seperti halnya tauhid
Rubbubiyah, fungsi uluhiyah pun tidak diwakilkan Allah SWT kepada siapapun, j
16
angankan kepada berhala patung, kuburan atau wali, kepada Nabi pun tidak. Perha
tikan Qs. 3: 79-80.
79. Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjad
i penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan
Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya
80. dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para na
bi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kam
u sudah (menganut agama) Islam?"
Karena itu alasan orang musyrikin bahwa mereka tidak mengabdi kepada patung-
patung lazza atau uzza melainkan hanya sekedar mendekatkan diri, ditolak oleh A
llah SWT Qs. 39: 3.
وا ِمن دُونِ ِٓۦه َأ ۡولِيَٓا َء َما ن َۡعبُ ُدهُمۡ ِإاَّل لِيُقَرِّ بُونَٓا ِإلَى ٱهَّلل ِ ُز ۡلفَ ٰ ٓى ِإ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡح ُك ُم بَ ۡينَهُمۡ فِي ۚ َِأاَل هَّلِل ِ ٱلدِّينُ ۡٱل َخال
ْ صُ َوٱلَّ ِذينَ ٱتَّ َخ ُذ
ٞ َّب َكفٞ ونَ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡه ِدي َم ۡن هُ َو ٰ َك ِذ
٣ ار ۗ َُما هُمۡ فِي ِه يَ ۡختَلِف
3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan oran
g-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyemb
ah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sed
ekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang
apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-
orang yang pendusta dan sangat ingkar
Diantara musyrik uluhiyah ini paling tidak terasa penyimpanganya adalah menjadi
kan hawa nafsu sebagai Ilah. Qs. 45:23.
ص ِرِۦه ِغ ٰ َش َو ٗة فَ َمن يَ ۡه ِدي ِه َ َأفَ َر َء ۡيتَ َم ِن ٱتَّخَ َذ ِإ ٰلَهَهۥُ هَ َو ٰىهُ َوَأ
َ َضلَّهُ ٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ِع ۡل ٖم َو َختَ َم َعلَ ٰى َسمۡ ِع ِهۦ َوقَ ۡلبِ ِهۦ َو َج َع َل َعلَ ٰى ب
٢٣ َِم ۢن بَ ۡع ِد ٱهَّلل ۚ ِ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون
17
23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengu
nci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? M
aka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya ses
at). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran
Qs. 6 : 136 :
وا ٰهَ َذا هَّلِل ِ بِز َۡع ِم ِهمۡ َو ٰهَ َذا لِ ُش َر َكٓاِئن َۖا فَ َما َكانَ لِ ُش َر َكٓاِئ ِهمۡ فَاَل ِ وا هَّلِل ِ ِم َّما َذ َرَأ ِمنَ ۡٱل َح ۡر
ِ َث َوٱَأۡل ۡن ٰ َع ِم ن
ْ ُصيبٗ ا فَقَال ْ َُو َج َعل
١٣٦ َص ُل ِإلَ ٰى ُش َر َكٓاِئ ِهمۡۗ َسٓا َء َما يَ ۡح ُك ُمون ِ َص ُل ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َما َكانَ هَّلِل ِ فَهُ َو ي ِ َي
136. Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan terna
k yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mer
eka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang
diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sa
jian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhal
a mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu Kelak dihari akhir eksistensi tauhi
d uluhiyah dalam qolbu seseorang akan menjadi modal penyelamat seseorang unt
uk mendapatkan syafa’ah dari Allah SWT. Diriwayatkan daripada Jabir bin Abdul
lah r.a katanya: Beliau pernah ditanyakan tentang kebangkitan di akhirat. Maka be
liau berkata: Kita dibangkitkan di hari kiamat begini dan begini. Lihatlah! Artinya:
kedatangan manusia itu mengikuti derajat masing-masing. Lalu dipanggil umat-u
mat dengan berhalanya dan dengan apa yang mereka sembah suatu ketika dahulu,
secara berurutan.
Setelah itu, Tuhan datang kepada kita lalu berfirman: Siapakah yang kamu
tunggu? Maka mereka pun menjawab: Ksmi menunggu Tuhan kami. Allah berfir
man: Akulah Tuhan kamu. Mereka akan berkata: Sehingga kami melihatMU dulu.
18
Terserlah pada mereka Tuhan tertawa. Lalu Dia membawa mereka dan mereka me
ngikutiNya. Setiap orang diantara mereka samada munafik atau mukmin akan dib
eri nur yaitu cahaya.
Mereka pun meminta syafa’at, sehingga mereka dapat mengeluarkan dari Nera
ka sesiapa yang melafazkan: dan dihatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum.
Mereka akan ditempatkan di halaman syurga lalu Ahli Syurga akan memercikkan
mereka dengan air sehinggalah daging mereka tumbuh bagaikan tumbuhnya suatu
tumbuhan selepas banjir dan hilanglah hangusnya. Kemudian dia iaitu orang terak
hir meminta, sehinga diberikan kepadanya dunia dengan sepuluh kali ganda (HR.
Bukhari Muslim)
Realisasi tauhid uluhiyah yaitu dengan mengabdi hanya kepada Allah dengan tj
uan untuk mendapatkan ridho-Nya. Dan hal ini (pengabdian yang benar) hanya bi
sa kita lakukan manakala kita bisa melaksakan seluruh kehendak (iradah) Allah. S
edangkan kehendak Allah hanya kita temukandalam wujud wahyu-Nya, hokum-N
ya dan aturan-Nya.
19
Pengertian apakah seseorang itu tersebut kufur atau syirik uluhiyah adalah den
gan melihat perilakunya. Tetapi yang dimaksud perilaku ini bukan perilaku yang b
erdiri sendiri, tetapi perilaku dalam kaitan penjabaran, penerapan dan pelaksanaan
hukum/ aturan. Aturan/ hukum ini tentu saja dikeluarkan, produk dari adanya stru
ktur pemerintahan Islam yang legitimate.
“(Yaitu)hari (ketika) mereka keluar (dari Kubur); tiada suatupun dari keadaan
merekayag tersembunyi bagi Allah. (Lalu Alllah berfirman): “Kepunyaan siapaka
h kerajaan hari ini?” Kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”
Qs. 40:16
Pengkhususan kerajaan pada hari pembalasan pada ayat diatas tidak menafikan
kekuasaan Allah atas kerajaan yang lain yaitu kerajaan dunia, kaena telah disampa
ikan pada ayat sebelumnya pada Dia adalah Rabbul ‘alamin. Dia adalah Malikuss
amawati wal ardhi.
Al-Maliku adalah nama Allah SWT Qs. 59:23. Ia SWT adalah RAJA, maka bil
a dalam Qs. 114/3 disebutkan bahwa Allah SWT adalah Malikinnas, maka Ia SW
T adalah Raja Manusia. Penyebutan malik (raja) selain kepada-Nya didunia hanya
20
lah secara majaz (kiasan) belaka, tidak pada hakikatnya sebagaimana dikemukaka
n Allah SWT dalam Qs. 2:247.
Yang dimaksud dengan tauhid Mulkiyah adalah mengakui dan meyakini Allah
SWT sebagai satu-satunya Raja. Seseorang diwajibkan, sepanjang syari’at Islam,
memiliki keyakinan bahwa satu-satunya Maharaja beserta seluruh aturan-aturanny
a yang wajib ditaati dlohir bathin, hanyalah Mulkiyah Allah (Malikinnas). Pengin
gkaran terhadap Tauhid Mulkiyah, diaman seseorang mengingkari Allah sebagai s
atu-satunya Raja, maka ia jatuh kedalam Kufur Mulkiyah. Adapun seseorng yang
menganggap bahwa ada pihak lain selain Allah sebagai Raja, maka ia terjatuh dala
m Musyrik Mulkiyah.
Karena itu bila berbicara tentang Tauhid Mulkiyah maka realisasinya berarti ba
hwa selain meyakini dan mengakui Allah sebagai satu-satunya Raja, adalah meng
akui juga adanya aparatur, aturan/ undang-undang, rakyat dan wilayah yang berad
a dalam batasan kekuasaan Allah SWT. Dengan kata lain, bericara Tauhid Mulkiy
21
ah adalah mengakui adanya “kelompok politik” dimana “pemimpin tertingginya”
adalah Allah SWT yang mendelegasikan kepemiminan di bumi kepada aparatur-N
ya, dan rakyat yang tunduk pada aturan atau hukum-hukum Allah. Jelas bahwa be
rbicara Tauhid Mulkiyah aka berbicara tentang Mulkuyatullah (kerajaan Allah), d
engan kata lain akan berbicara tentang kekhalifahan dan negara.
Manakala ada seseorang yang memiliki keyakinan lain, dimana keyakinan itu b
ergeser dan menyimpang dari gambaran Tauhid Mulkiyah diatas, bahwa ada lagi s
elain kerajaan Allah SWT, selain Maharaja Allah SWT, selain hkum-hukum dan a
turan Allah yang bo;eh dita’ati, dipatuhi secara dlohir bathin, hakikat syari’at sepe
nuh hati, maka itu desebut Musyrik Mulkiyah. Adapun orang yang menolak Mulk
iyatullah disebut kafir Mulkiyah.
Didalam Qs. 2:107 dinyatakan bahwa milik Allah SWT kerajaan langit dan ker
ajaan bumi, annalloha mulku-ssamawati wal ardhi.
“tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan
Allah? Dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolon
g.” Qs. 2/107
Demikian halnya didalam Qs. 25:2 lebih jauh dinyatakan disana bahwa tidak p
ernah ada sekutu didalam kerajaann-Nya, walam yakunlahu syarikun fil-mulki.
“Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai
anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menci
ptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapin
ya.” Qs. 25/2
22
Indikasi Tauhid Mulkiyah adalah adanya keyakinan, seyakin-yakinnya bahwa :
Satu-satunya Institusi, Lembaga, negara atau Jama’ah yang haq yaitu Lem
baga Al-Islam, yang dasar hukumnya Al-Qur’an dan Assunnah, bertujuan menzha
hirkannya diatas segala hukum dan aturan lainnya.
Dari beberapa ayat tersebut diatas jelaslah bahwa segala intuisi lembaga, o
rganisasi, negara beserta seluruh produk hukumnya yang tidak mewakili dan buka
n cerminan dari Mulkiyah Allah SWT, adalh batal, salah, keliru, sesat dan menyes
atkan. Jika fungsi Rubbubiyah dan Uluhiyah tidak pernah diwakilkan Allah SWT
kepaa siapapun, termasuk kepada Nabiyullah sekalipun, makalain halnya dengan f
ungsi Mulkiyah yang pelaksaannya diwakilkan kepada manusia, dalam hal ini Ras
ul atau Ulul Amri.
Kelak di hari akhir Allah akan menantang siapa saja yang telah menyekutu
kan-Nya dalam masalah Mulkiyah ini.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Semoga apa yang kami diskusikan dapat menam
bah rasa syukur kita kepada Allah dan menambah pengetahuan kami. Adapun dala
m penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu kami sem
purnakan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan m
akalah ini dan kami ucapan terima kasih.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://jakhinjj.blogspot.com/2016/04/makalah-tauhid-rububiyah-uluhiyah-
asma.html
https://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-tauhid.html
Anggoro Taufan.Macam-macam tauhid dan penjelasannya. https://greatquranhadi
s.wordpress.com/macam-macam-tauhid-dan-penjelasannya/
Tanjung, roni bachtiar. Tahun 2016. Pengertian Tauhid dari Segi Bahasa dan Segi
Istilah Islam. http://kemanadicari.blogspot.co.id/2016/09/pengetian-tauhid-dari-se
gi-bahasa-dan.html. Diakses pada tanggal 24 september 2016.
25