You are on page 1of 4

Jurnal Bioleuser Vol 5, No 1 (April 2021): 22-26

JURNAL BIOLEUSER
ISSN: 2597-6753
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/bioleuser

Degradasi senyawa nitrogen limbah cair pabrik pupuk dengan


menggunakan eceng gondok (Eicchornia crassipes (Mart.) Solms)
Amalia Amalia*1, Yunita1
1
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk Syeck Abdurrauf No. 7 Darussalam, Banda Aceh 23111

INFO ARTIKEL ABSTRAK


* Penulis koresponden Eceng gondok merupakan gulma air yang memiliki pertumbuhan sangat cepat dan sering
email: amalia_kh@unsyiah.ac.id dimanfaatkan dalam menyerap polutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan penyerapan eceng gondok terhadap kadar senyawa nitrogen yang terdapat di
dalam limbah cair pabrik pupuk. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang
terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan yaitu: tanpa eceng gondok, 2 individu eceng
gondok/bak, 4 individu eceng gondok/bak, 6 individu eceng gondok/bak dan 8 individu eceng
Kata kunci: Keywords: gondok/bak. Parameter yang diamati adalah terdiri dari parameter utama yaitu NH3, NO2-,
Eichhornia crassipes Eichhornia crassipes NO3-, dan parameter lingkungan yang meliputi BOD, COD, TSS dan pH. Hasil analisis ragam
Limbah cair Liquid waste menunjukkan bahwa pemberian eceng gondok berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
Nitrogen Nitrogen NH3, NO2-, BOD, COD, TSS dan pH, dimana kadar NH3 menjadi rendah dan kadar NO2-
menjadi tinggi, kadar BOD meningkat, kadar COD dan TSS menjadi rendah dan pH
mendekati netral. Tetapi pemberian eceng gondok tidak berpengaruh nyata terhadap NO 3-..

ABSTRACT
Water hyacinth is an aquatic weed that grows very fast and often used to absorb pollutans.
This study aims to determined the absorption ability of water hyacinth on the levels of
nitrogen coumpounds contained in the liquid waste of a fertilizer factory. This study used a
completely randomized design consisting of five treatments and four replications, with the
following treatments: without water hyacinth, 2 individuals of water hyacinth/tub, 4
individuals of water hyacinth/tub, 6 individuals of water hyacinth/tub and 8 individuals of
water hyacinth/tub. The parameters observed consisted of the main parameters, namely NH3,
NO2-, NO3-, and environmental parameters which included BOD, COD, TSS and pH. The
results showed that water hyacinth had a very significant effect on the levels of NH3, NO2-,
BOD, COD, TSS and pH, where NH3 levels became low and NO2- levels became high, BOD
levels increased, COD and TSS levels became low and pH close to neutral. However, water
hyacinth had no significant effect on NO3-.

1. PENDAHULUAN kandungan amonium berkisar antara 2–9% berat limbah,


karbondioksida 0,8–6% berat limbah dan urea 0,3–1,5%
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu berat limbah (Ernawati, 2003). Limbah ini berasal dari
proses produksi baik industri maupun domestik(rumah sejumlah unit yang terdapat dalam urea yang dibuang ke
tangga). Secara umum limbah terdiri dari limbah padat, cair, tempat penampungan dan pengolahan limbah. Limbah ini
dan gas. Salah satu limbah yang sering didapat pada membutuhkan pengolahan agar tidak mencemari
lingkungan adalah limbah cair. Limbah cair memiliki lingkungan (Susanti, 2016). Keberadaan urea dalam
kandungan yang berbahaya bagi lingkungan, sehingga perlu konsentrasi tertentu dapat menyebabkan peningkatan
diolah dengan baik. Salah satu jenis limbah cair adalah partumbuhan alga (Hassani dkk., 2012). Selain urea,
limbah yang berasal dari industri pupuk berupa limbah cair kandungan ammonia berlebih dalam limbah dapat
urea. Limbah cair urea adalah limbah buangan dari pabrik menyebabkan kematian organisme air. Oleh karena itu,
pembuatan pupuk urea dalam bentuk cair. Limbah cair diperlukan pengolahan yang tepat untuk mengurangi
pabrik pupuk urea terdiri dari urea dan amonium yang dampak negatif yang disebabkan oleh limbah industri
masing-masing mempunyai konsentrasi berkisar antara khususnya industri pupuk urea.
1500-10000 ppm dan 400-3000 ppm (Darmadi, 2014). Salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam
Limbah cair yang dihasilkan pada suatu perusahaan pengolahan limbah adalah dengan memanfaatkan tumbuhan
penghasil pupuk yang mengandung amonium, air untuk mengurangi jumlah pencemar dengan cara
karbondioksida dan urea. Biasanya di dalam aliran limbah, menyerap, mengumpulkan dan mendegradasi bahan-bahan
pencemar tertentu yang terdapat dalam limbah tersebut. Tabel 1. Data pengamatan awal parameter-parameter dalam
Tumbuhan air yang bisa digunakan untuk tujuan tersebut limbah cair
adalah eceng gondok No. Parameter Nilai (ppm)
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan 1. Amonia (NH3), 57.87
salah satu tumbuhan yang hidup terapung pada air yang 2. Nitrat (NO3-), 120.44
dalam. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan sangat cepat, 3. Nitrit (NO2-), 676.16
baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan 4. BOD, 8
dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam 5. COD, 60.48
waktu 7-10 hari (Gunawan, 2007). Tumbuhan ini 6. TSS 28
mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan- 7. pH 8.42
potongan vegetatifnya yang terbawa arus air dapat terus
berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok Amonia (NH3)
sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya di dalam Hasil analisis varian menunjukkan pengaruh
air kurang mencukupi tetapi mempunyai respon terhadap pemberian eceng gondok berbeda sangat nyata antara
konsentrasi unsur hara yang tinggi (Zaman & Sutrisno, perlakuan terhadap kadar amonia dalam limbah cair
2006). (P<0.01). Hasil uji lanjutan dengan menggunakan uji Beda
Eceng gondok memiliki pertumbuhan yang sangat Nyata Jujur (BNJ) dapat dilihat pada Tabel 2.
cepat sehingga dapat menutupi permukaan air dan
menimbulkan masalah pada lingkungan. Selain merugikan Tabel 2. Rata-rata ammonia pada setiap perlakuan.
karena cepat menutupi permukaan air, eceng gondok No. Perlakuan Kadar Amonia
ternyata juga bermanfaat karena mampu menyerap zat (ppm)
organik, anorganik serta logam berat lain yang merupakan 1. P1 49.28a
bahan pencemar (Ratnani et al., 2011). Penelitian ini 2. P2 44.79ab
bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyerapan eceng 3. P3 43.48bc
gondok terhadap kadar nitrogen yang terdapat dalam limbah 4. P4 42.17bc
cair pabrik pupuk. 5. P5 38.71c

2. METODOLOGI PENELITIAN Nilai amonia tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa


eceng gondok (P1). Pada perlakuan ini kadar amonia juga
Penelitian ini dilakukan di PT. Pupuk Iskandar Muda, mengalami penurunan yaitu 57.77 ppm (data awal) menjadi
Krueng Geukueh, Aceh Utara. Metode yang digunakan 49.28 ppm. Penurunan ini kemungkinan disebabkan karena
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen ammonia menguap ke udara dan bersenyawa dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan oksigen membentuk nitrogen elementer atau gas nitrogen
lima perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang akibat dari panas yang terjadi pada permukaan bumi
diterapkan dalam penelitian ini adalah: limbah cair tanpa (Nyakpa et al. 1988). Kadar amonia terjadi penurunan yang
eceng gondok (P1), limbah cair yang diberikan dua signifikan setelah lima hari dan yang paling rendah
individu/bak (P2), limbah cair yang diberikan empat dijumpai pada perlakuan P5 (8 individu eceng gondok/bak)
individu/bak (P3), limbah cair yang diberikan enam yaitu 38.71 ppm yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
individu/bak (P4) dan limbah cair yang diberikan 8 P4 dan P3. Adanya penurunan kadar amonia yang signifikan
individu/bak (P5). setelah perlakuan dengan eceng gondok menunjukkan
Limbah cair yang digunakan dalam penelitian ini bahwa tumbuhan eceng gondok tersebut mampu
bersumber dari kolam penampungan dan pengolahan limbah menurunkan konsentrasi amonia dalam limbah cair, yaitu
(KPPL). Volume limbah cair yang diisi ke dalam setiap bak melalui penyerapan akar tumbuhan tersebut, dimana eceng
perlakuan adalah 15 liter, dimana total terdapat 20 bak gondok mempunyai kemampuan menyerap unsur hara dari
perlakuan. Pengamatan dilakukan selama lima hari. air limbah dalam jumlah yang besar (Zaman dan Sutrisno,
Pengamatan awal yaitu pengukuran terhadap parameter- 2006).
parameter yang diuji sebelum eceng gondong dimasukkan
ke dalam bak perlakuan. Pengamatan berikutnya dilakukan Nitrat (NO3-)
setelah lima hari perlakuan. Adapun parameter pengamatan Nitrat merupakan senyawa terpenting karena dalam
terdiri dari: Amonia (NH3), Nitrat (NO3-), Nitrit (NO2-), bentuk nitrat lebih mudah diserap oleh tanaman. Hasil
BOD, COD, TSS dan pH. Pengukuran parameter analisis menunjukkan bahwa pemberian eceng gondok
pengamatan merujuk kepada Koswara (1998). Data yang dalam dalam berbagai jumlah tidak berpengaruh nyata
diperoleh dianalisis dengan analisis varian (ANOVA), jika terhadap kadar nitrat (Tabel 3). Rata-rata kadar nitrat
hasil menunjukkan pengaruh perlakuan yang nyata maka hampir sama pada setiap perlakuan atau dengan kata lain
dilanjutkan dengan uji lanjutan. perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar nitrat
dalam limbah cair. Kadar nitrat pada pengukuran awal
3. HASIL DAN PEMBAHASAN adalah 120.44 ppm, namun setelah perlakuan selama 5 hari,
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis kadar nitrat mengalami penurunan drastis pada setiap
laboratorium, besarnya kandungan awal parameter- perlakuan dengan nilai yang relatif sama. Hal ini
parameter pengamatan yang terdapat dalam limbah cair kemungkinan disebabkan karena terjadinya perubahan
sebelum diberi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. nitrat menjadi nitrogen molekuler atau oksida nitrogen
melalui proses mikrobial yang dikenal sebagai denitrifikasi
(Rao,1994).
Tabel 3. Rata-rata nitrat pada setiap perlakuan. oleh bakteri untuk menguraikan bahan organik. BOD atau
No. Perlakuan Kadar Nitrat kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang
(ppm) dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan
1. P1 13.76 untuk memecah, mendegradasi atau mengoksidasi limbah
2. P2 13.41 organik yang terdapat di air. Jika konsumsi oksigen tinggi
3. P3 13.75 yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen
4. P4 13.69 terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang
5. P5 13.05 membutuhkan oksigen tinggi (Sunu, 2001).
Kadar BOD sebelum perlakuan adalah 8 ppm dan setelah
Nitrit (NO2-) diberikan perlakuan nilai BOD mencapai 13.1 ppm. Kadar ini
Nitrit merupakan salah satu bentuk nitrogen yang masih berada dalam standar baku mutu limbah cair untuk
paling tidak stabil. Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan industry pupuk urea sesuai dengan KEPMEN
merupakan senyawa sementara proses oksidasi antara 51/MENLH/1995 yaitu kadar maksimum BOD adalah 100
amonia dan nitrat. Hasil analisis varian menunjukkan ppm.
pemberian eceng gondok sangat berbeda nyata (P< 0.01).
COD
Tabel 4. Rata-rata nitrit pada setiap perlakuan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
No. Perlakuan Kadar Nitrit yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang
(ppm) terkandung dalam air (Boyd, 1990). Kadar COD merupakan
1. P1 813.025b ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organic yang secara
2. P2 2725.321a alamiah dapat dioksidasi melalui proses mikrobiologi dan
3. P3 2863.074a mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air
4. P4 3028.249a (Royani, 2021).
5. P5 2629.039a
Tabel 6. Rata-rata COD pada setiap perlakuan
Tabel 3. memperlihatkan bahwa perlakuan tanpa No. Perlakuan Kadar COD
menggunakan eceng gondok (P1) berbeda sangat nyata (ppm)
dengan semua perlakuan yang diberikan eceng gondok (P2, 1. P1 53.514a
P3, P4 dan P5). Pada perlakuan tanpa eceng gondok (P1) 2. P2 48.997a
didapat kadar nitrit yang sangat rendah (813.023 ppm), hal 3. P3 49.726a
ini diperkirakan karena terjadinya oksidasi amonia dan 4. P4 34.25b
reduksi nitrat serta proses biologi yang terjadi dalam bak 5. P5 25.05c
perlakuan tidak aktif. Sedangkan pada perlakuan P4 (6
individu eceng gondok) diperoleh kadar nitrit tertinggi Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan P4 dan P5
(3028.249 ppm), hal ini menunjukkan kemungkinan adanya memperlihat pengaruh yang sangat nyata, yaitu dengan
perubahan yang berlangsung, yaitu terjadinya oksidasi bertambahnya jumlah individu eceng gondok yang diberikan
ammonia menjadi nitrit yang diperantarai oleh bakteri maka semakin kecil kadar COD yang terdapat di dalam air
Nitrosomonas (Rao, 1994). limbah (Tabel 6). Kadar COD sebelum diberikan perlakuan
adalah 60.48, tetapi setelah diberikan perlakuan kadar COD
BOD menjadi rendah. Dengan semakin rendahnya nilai COD
BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan menandakan semakin bagusnya suatu perairan karena
jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme ketersediaan oksigen terlarut yang cukup di dalam air.
hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan
buangan di dalam air. Hasil analisis menunjukkan bahwa TSS
eceng gondok berpengaruh sangat nyata terhadap BOD TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan
(Tabel 5.). Kadar BOD pada perlakuan tanpa eceng gondok tersuspensi adalah segala macam zat padat dari padatan total
(P1) tidak berbeda nyata dengan P2 (2 individu eceng yang tertahan pada saringan dengan ukuran partikel
gondok), tetapi beda sangat nyata dengan perlakuan P3 (4 maksimum 2,0 μm dan dapat mengendap (Widyaningsih,
individu eceng gondok), P4 (6 individu eceng gondok) dan 2011). Analisis varian menunjukkan perlakuan memberikan
P5 (8 individu eceng gondok). pengaruh nyata terhadap kadar padatan tersuspensi dalam
limbah cair. Rata-rata hasil pengukuran TSS pada setiap
Tabel 5. Rata-rata BOD pada setiap perlakuan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.
No. Perlakuan Kadar BOD
(ppm) Tabel 7. Rata-rata TSS pada setiap perlakuan
1. P1 6.197c Perlakuan Kadar TSS
2. P2 7.015c No. (ppm)
3. P3 10.505b 1. P1 16.25ab
4. P4 13.100a 2. P2 13.50bc
5. P5 11.345ab 3. P3 19.25a
4. P4 15.25ab
Pada perlakuan P4 (6 individu eceng gondok) terjadi 5. P5 12.00c
peningkatan kadar BOD. Tingginya kadar BOD ini berarti
berkurangnya jumlah oksigen terlarut dalam limbah tersebut.
Oksigen terlarut menjadi rendah karena oksigen digunakan
Tabel 7. memperlihatkan bahwa kadar TSS pada P2 dan P3 Boyd, C.E. 1990. Water quality in ponds for aquaculture.
terjadi kecenderungan yang tidak jelas, artinya jumlah Alabama Agricultural Experiment Station, Auburn
individu eceng gondok tidak selamanya memberikan efek University, Alabama. 482 p
penurunan yang sama. Penyebab hal tersebut tidak diketahui Darmadi. 2014. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Pupuk
secara pasti, oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih Urea Menggunakan Advanced Oxidation Processes.
lanjut untuk mengetahui penyebabnya. Sedangkan kadar TSS Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan 10(1), 1-6.
pada perlakuan P4 dan P5 semakin menurun dengan Ernawati, P. 2003. Manfaat Limbah Cair Ampas Tahu
bertambahnya jumlah individu eceng gondok. Hal ini terjadi Sebagai Pupuk Terhadap Pertumbuhan Tanaman
kemungkinan karena adanya absorbs (penyerapan) oleh akar- Kedelai. Jurnal Ilmiah Sains. Universitas Semarang.
akar eceng gondok dan terjadinya proses pengendapan, seperti Gunawan, P. 2007. Pengolahan Eceng Gondok Sebagai
yang dijelaskan oleh Polprasert disitasi oleh Anwar (1997) Bahan Baku Kertas Seni. Balai Litbang Kehutanan
bahwa penurunan kadar padatan dalam limbah cair pada Sumatera. Gondok Padang
umumnya terjadi melalui proses pengendapan yang Koswara, A. 1998. Prosedur Analisa dan kalibrasi PT.
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, proses filtrasi dan absorbsi Pupuk Iskandar, Krueng geukuh, Lhokseumawe.
oleh perakaran tanaman air. Mulia, R. M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Graha
Ilmu. Halaman 67- 73.
pH Nyakpa, Y., Lubis, A.M., Pulung, M. A., dan Amrah, A. G.
Hasil analisis varian menunjukkan pengaruh jumlah individu 1988. Kesuburan tanah. Universitas Lampung.
eceng gondok terhadap pH sangat nyata (P=0.01). Rata-rata Lampung.
kadar pH pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme tanahn dan pertumbuhan
tanaman. Universitas Indonesia Press. Tabel 2. Rata-
Tabel 8. Rata-rata pH pada setiap perlakuan rata ammonia pada setiap perlakuan.
No. Perlakuan pH Ratnani, R.D., Indah, H., Laeli, K., 2011. Pemanfaatan eceng
1. P1 8.25a gondok (Eichhornia crassipes) untuk menurunkan
2. P2 7.93ab kandungan COD (chemical oxygen demand), pH, bau,
3. P3 7.54b dan warna pada limbah cair tahu. Momentum 7(1): 41-
4. P4 7.45b 47.
5. P5 7.38b Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan
ISO 14001. Jakarta: PT. Grasindo. Halaman 12-13, 98-
Tabel 8. Menunjukkan pola kecenderungan nilai pH 99, 118-121, 140-143.
menurun dengan bertambahnya jumlah individu eceng Susanti, G. 2016. Analisis Pengaruh Limbah Cair Urea yang
gondok yang diberikan pada perlakuan. Penurunan nilai pH Diaplikasikan secara Langsung Terhadap Pertumbuhan
ini kemungkinan karena adanya CO2 yang berlebih yang dan Produksi Cabai. Jurnal Galung Tropika. 5(1): 8-13.
berasal dari difusi udara bebas dan hasil perombakan dan Widyaningsih, V.2011. Pengolahan Limbah Cair Kantin
respirasi akar eceng gondok sehingga nilai pH air rendah Yogma Fisip UI. Skripsi. Program Studi Teknik
atau dapat dikatakan akibat adanya dekomposisi bahan Lingkungan UI. Depok
organic yang tinggi akan menghasilkan CO2 yang tinggi pula Yudiarto, A. 1998. Perubahan sifat kimia limbah cair
dan berpengaruh terhadap keseimbangan nilai pH yang peternakan sapi perah dengan penanaman eceng
mengarah ke nilai rendah (asam) (Yudiarto, 1998). gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms) pada
tingkat kepadatan dan lama penyerapan yang berbeda.
4. KESIMPULAN Skripsi. Fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Hasil penelitian membuktikan bahwa jumlah eceng
Zaman B, Endro S. 2006. Kemampuan penyerapan eceng
gondok berpengaruh sangat nyata terhadap senyawa
gondok terhadap amonia dalam limbah rumah sakit
nitrogen yaitu NH3 dan NH2-, dimana kadar ammonia
berdasarkan umur dan lama kontak (studi kasus: RS
menjadi rendah dan kadar nitrit menjadi tinggi, tetapi tidak
Panti Wilasa, Semarang). Jurnal Presipitasi Vol.1(1):
berpengaruh nyata terhadap kadar nitrat. Jumlah eceng
49-54.
gondok juga berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
parameter lingkungan yaitu BOD, COD, TSS dan pH,
dimana kadar BOD meningkat, pH mendekati netral, COD
dan TSS menjadi rendah.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada PT. Pupuk Iskandar Muda yang telah mendanai dan
menyediakan tempat untuk penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 1997. Pengaruh tingkat kepadatan dan waktu
penyerapan eceng gondok (Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms) terhadap perubahan sifat fisik limbah
cair peternakan sapi perah. Skripsi. Fakultas
peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

You might also like