You are on page 1of 25

LAPORAN MINIRISET

MK. FILSAFAT
PENDIDIKAN

Skor Nilai :

OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA PKBM AL - IKHRAM

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Hidir Efendi, M.pd

DISUSUN OLEH :

1M.DADANG SYAHPUTRA(5222422001)

2.PUTRA SABIL(5222422005)

3.IQBAL ANDRI NAUFAL(5223122007)

4.HABIB ERDIKA(5223122023)

5.IHSAN PUTRA PRATAMA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia Nya, sehingga laporan Miniriset ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun Tugas
Miniriset ini berjudul “ OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA PKBM AL -
IKHRAM “ yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat
pendidikan

Dalam penulisan mini riset ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya ilmu pengetahuan mengenai hal-hal yang berkenan. Kami juga menyadari
masih banyak kelemahan yang terdapat dalam laporan Miniriset ini. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk laporan
Miniriset ini. Akhirnya kami ucapkan terima kasih.

Medan , 26 DESEMBER 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................4
Rasionalisasi Permasalahan...............................................................................................................4
Rumusan Masalah.............................................................................................................................4
Tujuan Penulisan...............................................................................................................................5
Manfaat Penulisan............................................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI / KAJIAN TEORI...............................................................................................6
Kerangka Teori...................................................................................................................................6
Kerangka Konsep...............................................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................................11
Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................................................11
Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................................................11
Subjek penelitian.............................................................................................................................11
DTeknik pengumpulan data.............................................................................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................................................................12
Hasil Penelitian................................................................................................................................12
Pembahasan....................................................................................................................................15
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................................20
Kesimpulan......................................................................................................................................20
Saran................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan
Pendidikan adalah ujung tombak kemajuan suatu bangsa karena adanya pendidikan
yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan
bisa dapat darimana saja termasuk pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur
dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan. Pendidikan yang teratur, disengaja, terarah tetapi tidak terlalu
mengikuti peraturan yang tepat. Seperti PKBM termasuk kedalam pendidikan
nonformal.

PKBM adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat untuk masyarakat yang
bergerak dalam bidang pendidikan non formal. PKBM ini masih dibawah pengawasan
dan bimbingan dari dinas pendidikan nasional

Saat ini kita melihat masih banyak pendidikan nonformal terkhusus PKBM yang
dimana layanan pendidikan nya masih kurang salah satunya di PKBM AL – IKHRAM
SURAMAI KEC. MEDAN AREA. Permasalah yang diangkat pada penelitian ini adalah
Pendekatan pembelajaran pada pkbm tersebut, bagaimana interaksi antara guru dan
murid dalam mencapai sutua tujuan, dan permasalahan yang dihadapi murid dan guru.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat kita buat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja aliran pada filsafat pendidikan
2. Aliran apa yang digunakan dalam proses pembelajaran pada PKBM AL- IKHRAM
3. Apa konsep belajar yang digunakan pada PKBM AL-IKHRAM

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mengetahui apa saja itu aliran pada filsafat pendidikan
2. Untuk mengetahui aliran apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
3. Bagaimana konsep dasar belajar pada PKBM AL-IKHRAM

4
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebagai penambahan wawasan bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui layanan
pendidikan terhadap keberhasilan peserta didik di PKBM tersebut.
2. Sebagai acuan untuk mengetahui masalah dalam mini riset yang di hadapi PKBM AL-
IKHRAM

BAB II
LANDASAN TEORI / KAJIAN TEORI

A. LATAR BELAKANG
Filsafat merupakan ilmu dari semua ilmu atau yang sering dikenal dengan sebutan ind
uk atau ibu dari semua ilmu. Hal ini berarti bahwa filsafat merupakan sumber dari segala ilm
u yang ada. Filsafat menjadi penyebab tunggal perkembangan yang ada dalam keseluruhan
aspek yang dialami secara dasar maupun tidak oleh manusia. Selain itu, filsafat juga merupa
kan ilmu yang memusatkan kajian pada keseluruhan alam semesta. Filsafat merupakan pemi
kiran dan dasar perubahan pemikiran manusia. Pendidikan di Indonesia pada masa kini telah
mengalami sebuah perkembangan yang pesat, demi keberhasilan manusia Indonesia pada u
mumnya dan peserta didik khususnya. Proses perkembangan yang dialami tersebut mengha
ntar peserta didik pada kesuksesan hidup sebagai manusia. hal ini nampak dalam tujuan UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fils
afat pendidikan menjadi panduan atau landasan bagi pendidikan Indonesia dalam rangka m
engembangkan amanah undang-undang dasar 1945 tentang pendidikan Indonesia. Karena it
u, filsafat pendidikan perlu dipelajari dalam ranah pendidikan formal. Hal ini dilakukan sebag
ai bentuk belajar terhadap apa yang perlu menjadi standar dalam dunia pendidikan.

Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.
Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yakni pendidikan formal dan pendi
dikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, be
rtingkat dan berkesinambungan, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang
dilakukan secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat. Sebagai penyelengga
ra pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambung
an. Di samping itu, sekolah juga berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi
belajar anak didiknya.

Filsafat adalah ilmu yang mencintai kebenaran. Kebenaran menjadi dasar pertimbanga
n dan pelacakan ilmu-ilmu lain terhadap filsafat. Artinya, ilmu-ilmu lain yang menyandarkan
diri terhadap filsafat memiliki kekuataan atau kekokohan sebagai sebuah ilmu karena penca

5
rian filsafat itu sendiri adalah kebenaran. Karena bermitra dengan filsafat maka kebenaran
menjadi tersebar ke ilmu-ilmu lain. Sehingga, filsafat dikenal sebagai pandangan tentang ke
benaran (vision of truth).

Secara substantifnya filsafat adalah pandangan tentang kebenaran, maka filsafat menja
di payung dari semua ilmu atau yang lebih disebut dengan nama mother of scinece. Disebut
mother of science karena filsafat mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan.
Namun, seturut perkembangan zaman bahwa tidak lagi filsafat menjadi sumber segalanya b
agi ilmu-ilmu lain karena persoalan-persoalan yang dihadapi manusia sudah beragam dan ha
rus ditinjau dari sudat pandang ilmu tertentu.

Pendidikan dipahami sebagai sebuah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh o
rang yang telah dewasa dalam membimbing anak-anak atau peserta didik untuk menjadi ma
nusia yang matang atau dewasa pada masanya. (bdk. Jalaluddin, 2013: 155). Pernyataan ini
didukung gagasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, yang menjela
skan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar d
an proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya unt
uk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhla
k mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pada era sistem, pendidikan merupakan sebuah ilmu yang memiliki relevansi atau kete
rkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Artinya, untuk memperoleh wawasan tentang pendidikan yan
g luas dan komprehensif maka mesti dihubungkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Tujuannya ad
alah untuk memperoleh kekokohan ilmu dan saling memberi manfaat di antara ilmu. Hal ini,
tidak menjelaskan bahwa masing-masing ilmu tidak memiliki otonomitas, tetapi lebih meneli
sik kepada relevansi antar ilmu. Berdasarkan penalaran di atas, peneliti ingin mengupas pert
alian ilmu antara filsafat dan pendidikan

Penyelenggaraan proses pendidikan di Indonesia saat ini, sebagian besar masih


dilaksanakan oleh pemerintah, sedangkan keterlibatan secara langsung oleh masyarakat
masih terbatas. Di sisi lain, kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan terus mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Pemerintah berupaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, dengan mengeluarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003, yang didalamnya mengklasifikasikan pendidikan menjadi tiga jalur yaitu
pendidikan formal, informal, dan nonformal.

6
Adapun keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan proses pendidikan diwujudkan
dengan mendirikan satuan pendidikan nonformal, dan bekerjasama dengan pemerintah
melalui satuan kerja pendidikan nonformal dan informal. Kegiatan yang merupakan bagian
dalam pendidikan nonformal diantaranya adalah kegiatan keaksaraan. Salah satu satuan
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan kegiatan keaksaraan tersebut adalah Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Menurut Sihombing (2010) PKBM merupakan suatu lembaga yang didirikan dan dikelola
oleh masyarakat sendiri dalam rangka peningkatan pengetahuan, keterampilan, keahlian
dan bakatnya, serta mempersiapkan warga masyarakat agar bisa lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam meningkatkan pendapatannya.

PKBM merupakan sebuah lembaga yang berfungsi sebagai wadah pendidikan yang
menyediakan layanan pendidikan nonformal dengan tujuan memperluas kesempatan bagi
warga masyarakat agar mampu: (a) Memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran, (b) Meningkatkan kualitas hidupnya, (c) Pemberdayaan
potensi masyarakat di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya, misal melalui
pendirian Kelompok Belajar Usaha (KBU). PKBM juga menyelenggarakan program
pendidikan dan keterampilan yang terutama diarahkan pada peningkatan kemampuan,
keterampilan, dan kecerdasan warga masyarakat.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, tidak jarang PKBM menghadapi persoalan dan
kendala. Diantaranya dari aspek: rekrutmen peserta didik, pengelolaan administrasi,
pengelolaan pembelajaran, kehadiran peserta didik dalam pembelajaran, pengelolaan
keuangan, pencarian sumber dana, manajemen, tata kelola lembaga, penyusunan rencana
strategis, peningkatan kualitas Sumber Daya

Manusia, pengembangan program, pembentukan jaringan atau kemitraan, penyusunan


profil lembaga, dan sebagainya. Pada pengembangan program, masih banyak PKBM yang
bergantung hanya pada bantuan pemerintah. Selain itu masih terdapat PKBM didirikan atas
dasar untuk menyerap program yang digulirkan oleh pemerintah semata. Sehingga
pengelolaannya menjadi tidak efektif dan efisien.

7
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hanizar dkk (2014) tentang pengelolaan
PKBM, menemukan bahwa pengelolaan lembaga masih belum optimal, program pendidikan
yang dilaksanakan masih terbatas dari sisi kuantitas dan kualitas, serta pengembangan
program masih berorientasi pada bantuan pemerintah.

Penelitian oleh Rachmatulloh (2000), tentang pengaruh pelibatan masyarakat dan lintas
sektoral dalam manajemen pengembangan/pembinaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) terhadap peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah, menghasilkan
bahwa pelibatan masyarakat dan lintas sektoral merupakan faktor substansi yang ada
pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.

Selanjutnya penelitian oleh Fatimah (2008) menyatakan bahwa keberhasilan


pengembangan masyarakat oleh PKBM dengan indikator partisipasi dan kemandirian, belum
terpenuhi. Artinya partisipasi warga belajar masih belum dikembangkan secara total.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sutisna dkk (2012) menghasilkan bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh PKBM mampu untuk menarik dan menumbuhkan
minat baca warga belajar Paket C. Selain itu tutor maupun warga belajar memiliki motivasi
yang baik dalam pencapaian sasaran pembelajaran sehingga menumbuhkan minat baca.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tohani (2008) tentang pemetaan tingkat mutu
pendidikan pada PKBM menyatakan, PKBM dalam pelaksanaan kegiatan yang mencakup
aspek pelaksanaan program pendidikan, pemberian layanan informasi, jaringan kerja sama,
dan pembinaan tenaga kependidikan telah mengacu pada Pedoman Standar Pelayanan
Minimal (SPM), namun belum terselenggara secara optimal.

Untuk mencapai keberhasilan pada sebuah lembaga dibutuhkan manajemen yang baik,
begitupula dalam pengelolaan PKBM. Menurut Robbins dan Coulter (2009), manajemen
adalah proses mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara
efisien dan efektif dengan melalui orang lain. Empat fungsi manajemen yang harus
dijalankan oleh pengelola mencakup: merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan
mengendalikan (Henry Fayol: 1916 dalam Robbins dan Coulter (2009). Sedangkan dalam
penyelenggaraan pendidikan dibutuhkan fungsi manajemen meliputi fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (motivating), pembinaan
(conforming), penilaian (evaluating), dan pengembangan (developing) (Sudjana: 2010).

8
PKBM dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi yang tidak kecil bagi
pembangunan pendidikan masyarakat di Indonesia dan mengalami perkembangan yang
cukup pesat. Berdasarkan data pada Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Ditjen
PAUDNI Kementerian Pendidikan Nasional, sampai dengan tahun 2012 di seluruh Indonesia
telah berdiri 4.281 lembaga PKBM. Lima tahun terakhir telah terjadi peningkatan yang
signifikan. Jumlah PKBM masih akan bertambah seiring dengan meningkatnya minat warga
masyarakat yang mengikuti kegiatan pendidikan nonformal di PKBM.

PKBM merupakan sebuah lembaga pendidikan nonformal yang didirikan, dikembangkan


dan dikelola oleh masyarakat, yang diarahkan untuk pemberdayaan potensi yang dimilikinya
agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya (Kamil: 2009). Sedangkan menurut Sihombing
(2011), PKBM merupakan suatu wadah dimana seluruh kegiatan belajar masyarakat
diarahkan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, hobi,
atau bakatnya, yang dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat.

Jalal dan Supriadi (2008) memberikan definisinya bahwa PKBM adalah lembaga
pendidikan yang berbasis masyarakat yang dirancang oleh masyarakat untuk memperluas
kesempatan belajar pada masyarakat sehingga mereka berdaya, memiliki kekuatan untuk
membangun dirinya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (2010) menyatakan PKBM merupakan tempat


pembelajaran yang memberikan layanan pendidikan berupa berbagai macam keterampilan
dengan memanfaatkan sarana, prasarana, dan potensi yang ada di sekitar lingkungan
masyarakat, yang ditujukan agar masyarakat dapat meningkatkan dan memperbaiki taraf
hidupnya. Sementara Sudjana (2003) menyatakan PKBM didirikan sebagai upaya untuk
memperluas kesempatan masyarakat memperoleh layanan pendidikan.

UNESCO (1998) dalam Sudjana (2003) PKBM adalah sebuah sebuah lembaga pendidikan
yang dikembangkan dan dikelola sendiri oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar
sistem pendidikan formal di wilayah perkotaan ataupun di pedesaan, yang ditujukan untuk
memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat supaya dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya sehingga mampu meningkatkan
kualitas hidupnya.

9
Pengertian mengenai PKBM mengalami penyempurnaan seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, persoalan-persoalan yang muncul dalam dunia
pendidikan, kebutuhan lembaga, sasaran, kondisi wilayah serta model pengelolaan.
Berdasarkan karakteristik pengelolaannya, PKBM dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk
yaitu: 1) PKBM yang berbasis kelembagaan, yaitu PKBM yang inisiatif pendirian dan
pengelolaan dilakukan oleh lembaga pemerintah atau non pemerintah, ciri utamanya semua
sarana dan prasarana termasuk dana disediakan oleh lembaga, 2) PKBM yang berbasis
komprehensif, yaitu PKBM yang inisiatif pendirian dari lembaga namun dalam
pengelolaannya dilakukan secara bersama dengan masyarakat sekitar, dan 3) PKBM
berbasis masyarakat, merupakan PKBM yang inisiatif pendirian, pengelolaan dan
penyelenggaraan dari dan oleh masyarakat, unsur lain lebih berperan sebagai mitra dan
fasilitator.

B. KERANGKA KONSEP

Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan pengaruh b


esar terhadap dunia pendidikan selarna beberapa abad. Sebagai sebuah filsafat, ideaIisme k
urang memberikan pengaruh secara langsung terhadap pendidikan pada abad ke-20 dibandi
ngkan dengan masa-masa sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, secara tidak langsung, gag
asan-gagasan idealisme masih saja merembes ke dalam pemikiran pendidikan barat. Sebelu
m menjadi sebuah aliran filsafat yang berkembang di abad ke- 19 M. sebenarnya gagasan-ga
gasan idealisme telah diperkenalkan oleh Plato jauh sebelum itu. Secara histoiis, idealisme t
elah diformulasi dengan jelas dan diintrodusir oleh Plato pada abad ke-4 sebelum Masehi (S.
M). Dengan gagasan-gagasan dan pemikiran filosofis tersebut, akhirnya Plato dijuluki denga
n bapak idealisme.
Filsafat idealisme berkembang dengan pesat. Idealisme, dengan penekanannya pada
kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat terhadap pernikiran kefilsafatan. G
ereja Kristen tumbuh dan berkembang di dunia, dirembesi oleh neo-platonisme.
Dalam dunia pemikiran moden, idealisme ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh s
eperti Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753)), Immanuel Kant ( 1724- 1
804) dan George Hegel (17701831). Tokoh idealisme yang menerapkan gagasan-gagasan ide
alisme pada pendidikan modern di antaranya adalah J. Donald Butler dan Herman H. Horne.
Sepanjang sejarahnya, idealisme terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama berfok
us pada aspek spritual dan moral.
Bagaimana sebenarnya filsafat idealisme tersebut. Artikel ini membahas apakah filsa
fat idealisme itu, apa pokok-pokok pikiran filsafat idealisme dan bagaimana gagasan idealis
me berimplikasi dalam bidang pendidikan. Untuk menjawab itu, maka akan diuraikan filsafa
t idealisme, pokok-pokok pikiran idealisme dan implikasi idealisme dalam bidang pemikiran
pendidikan.

10
Sebelum menjadi sebuah aliran filsafat yang berkembang di abad ke- 19 M. sebenarnya
gagasan-gagasan idealisme telah diperkenalkan oleh Plato jauh sebelum itu. Secara histoiis,
idealisme telah diformulasi dengan jelas dan diintrodusir oleh Plato pada abad ke-4 sebelum
Masehi (S.M).Dengan gagasan-gagasan dan pemikiran filosofis tersebut, akhirnya Plato
dijuluki dengan bapak idealisme.

Filsafat idealisme berkembang dengan pesat. Idealisme, dengan penekanannya pada


kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat terhadap pernikiran kefilsafatan.
Gereja Kristen tumbuh dan berkembang di dunia, dirembesi oleh neo-platonisme.

Dalam dunia pemikiran moden, idealisme ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh


seperti Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753)), Immanuel Kant ( 1724-
1804) dan George Hegel (17701831). Tokoh idealisme yang menerapkan gagasan-gagasan
idealisme pada pendidikan modern di antaranya adalah J. Donald Butler dan Herman H.
Horne. Sepanjang sejarahnya, idealisme terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama
berfokus pada aspek spritual dan moral.

Bagaimana sebenarnya filsafat idealisme tersebut. Artikel ini membahas apakah filsafat
idealisme itu, apa pokok-pokok pikiran filsafat idealisme dan bagaimana gagasan idealisme
berimplikasi dalam bidang pendidikan. Untuk menjawab itu, maka akan diuraikan filsafat
idealisme, pokok-pokok pikiran idealisme dan implikasi idealisme dalam bidang pemikiran
pendidikan.

Filsafat idealisme berkembang dengan pesat. Idealisme, dengan penekanannya pada


kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat terhadap pernikiran kefilsafatan.
Gereja Kristen tumbuh dan berkembang di dunia, dirembesi oleh neo-platonisme.Dalam
dunia pemikiran moden, idealisme ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh seperti Rene
Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753)), Immanuel Kant ( 1724- 1804) dan
George Hegel (1770-1831). Tokoh idealisme yang menerapkan gagasan-gagasan idealisme
pada pendidikan modern di antaranya adalah J. Donald Butler dan Herman H. Horne.
Sepanjang sejarahnya, idealisme terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama
berfokus pada aspek spritual dan moral.Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam
bidang pendidikan, dapat ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan.

Imam Barnadib14 mengemukakan bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat


dan pendidikan merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental
semata. Lebih lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat
pendidikan, perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan.
Menurutnya, pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang.15 Salah satu
sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun karena adanya
hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah aliran filsafat
dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme dan pendidikan
menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan menjadi filsafat

11
pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan idealisme.
Dalam konteks inilah, idealisme yang menjadi kajian artikel ini menjadi relevan ketika
dihubungkan dengan masalah pendidikan.Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari
tiga cabang filsafat yaitu ontologi sebagai cabang yang merubah atas teori umum

mengenai semua hal, epistemologi yang membahas tentang pengetahuan serta aksiologi
yang membahas tentang nilai.

Herman Horne mengatakan idealisme merupakan pandangan yang menyimpulkan


bahwa alam merupakan ekspresi dari pikiran, juga mengatakan bahwa subtansi dari dunia
ini adalah dari alam pikiran serta berpandangan bahwa hal-hal yang bersifat materi dapat
dijelaskan melalui jiwa. Senada dengan itu, Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa dalam
kajian filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
dapat dipahami dalam ketergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (ruh). lstilah ini
diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat ditinjau dari
modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib mengemukakan bahwa
pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan merupakan hubungan
keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih lanjut Imam Barnadib
mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan, perlu dilihat pendekatan
mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya, pendekatan itu dapat dilihat
melalui beberapa sudut pandang.

Salah satu sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun
karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah
aliran filsafat dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme dan
pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan menjadi
filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan
idealisme. Dalam konteks inilah, idealisme yang menjadi kajian artikel ini menjadi relevan
ketika dihubungkan dengan masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu ontologi
sebagai cabang yang merubah atas teori umum mengenai semua hal, epistemologi yang
membahas tentang pengetahuan serta aksiologi yang membahas tentang nilai.

Ontologi dari filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan


kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh
karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai
makhluk spritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan
demikian pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang
berkepribadian, bermoral serta mencitacitakan segala hal yang serba baik dan bertaraf
tinggi.

12
Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan
spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia.
Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi nengutamakan
yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme menempatkan nilai pada
dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik hendaknya tidak menjadikan
peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau temporer.'

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafati idealisme yang
berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara pandang
ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang bersifat ideal dapat
menentukan pandangan dan pemikiran terhadap berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari
segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik dan hakikat pendidikan secara keseluruhan.

Lebih lanjut George R. Knight menguiaikan bahwa idealisme pada mulanya, adalah
suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal pikir daripada suatu penekanan
pada objek-objek dan daya-daya materi. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal
dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah
sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal pikir.
Menurutnya, ini sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi
adalah nyata ada, sedangkan akal pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.

Dari ketiga pengertian di atas dapat dipahami bahwa idealisme merupakan suatu aliran
filsafat yang mempunyai pandangan bahwa hakekat segala sesuatu ada pada tataran ide.
Realitas yang berwujud sebenarnya lebih dulu ada dalam realitas ide dan pikiran dan bukan
pada hal-hal yang bersifat materi. Meskipun demikian, idealisme tidak mengingkari adanya
materi. Materi merupakan bagian luar dari apa yang disebut hakekat terdalam, yaitu akal
atau ruh, sehingga materi merupakan bungkus luar dari hakekat, pikiran, akal, budi, ruh atau
nilai. Dengan demikian, idealisme sering menggunakan term-term yang meliputi hal-hal
yang abstrak seperti ruh, akal, nilai dan kepribadian. Idealisme percaya bahwa watak
sesuatu objek adalah spritual, non material dan idealistik.

Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (2010) menyatakan bahwa PKBM memiliki dua
fungsi yaitu fungsi utama dan fungsi pendukung. Fungsi utama PKBM adalah sebagai wadah
diselenggarakannya berbagai kegiatan belajar masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan
masyarakat. Sedangkan fungsi pendukungnya adalah: 1) Sebagai pusat informasi bagi
masyarakat sekitar, lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat, 2) Pusat
jaringan informasi dan kerjasama bagi lembaga yang ada di masyarakat (lokal) dan lembaga
di luar masyarakat, 3) Sebagai tempat koordinasi, konsultasi, komunikasi dan
bermusyawarah para pembina teknis, tokoh masyarakat dan para pemuka agama untuk
merencanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, 4) Sebagai tempat
kegiatan penyebarluasan program dan teknologi tepat guna, 5) Proses Manajemen PKBM.

13
Menurut Siagian (2000) menyatakan efektivitas sebagai sumber daya, dana, sarana, dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang dan jasa dengan mutu tertentu tepat pada waktunya.
Sementara Arikunto (2001) mengemukakan bahwa efektivitas organisasi dapat dilihat dari
seberapa jauh dimensi-dimensi yang ada dapat berfungsi sesuai dengan rencana. Sedangkan
George dan Jones (2005) menjelaskan suatu organisasi dinyatakan efektif jika: 1) mampu
mengevaluasi kemampuan organisasi dalam menjamin, mengatur, dan mengawasi
keterampilan dan sumber daya yang bernilai, 2) mampu menjalankan fungsinya dengan
baik, 3) mampu mengkonversi keterampilan dan sumber daya menjadi barang dan jasa
secara efisien. Selanjutnya Robbins & Judge (2011) menyatakan efektivitas organisasi adalah
sebagai suatu yang menunjukkan tingkatan keberhasilan kegiatan manajemen didalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan biasanya diukur dalam
bentuk pencapaian sasaran dan tujuan organisasi.

Sebelum pelaksanaan program berjalan, PKBM biasanya telah menyiapkan sarana


pendukung seperti ruangan yang dilengkapi perangkat pembelajaran. Tahapan selanjutnya
setelah dilakukan perekrutan warga belajar adalah identifikasi program yang disesuaikan
dengan kebutuhan warga belajar. Sedangkan untuk materi pembelajaran disesuaikan
dengan kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan materi yang
bersifat keterampilan disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan warga belajar. Adapun jadwal
kegiatan belajar merupakan musyawarah antara warga belajar dan pengelola PKBM. Pada
penentuan jadwal tidak jarang terjadi kendala karena kesulitan dalam menyesuaikan antara
waktu yang ditawarkan oleh pengelola dengan kesiapan warga belajar meluangkan
waktunya untuk mengikuti proses pembelajaran. Seperti yang disampaikan oleh salah warga
belajar Bapak Yanto:

“Saya setiap hari punya aktivitas jualan di pasar dari pagi hingga petang, jadi untuk ikut
belajar hanya bisa dilakukan pada malam hari” (wawancara: 23 Maret 2017).

Perencanaan program non pendidikan memuat tentang kegiatan keahlian dan keterampilan
yang disesuaikan dengan potensi wilayah, kompetensi pengajar, ketersediaan sarana utama
dan pendukung, dan terutama disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian

14
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki
deskriptif, dan penelitian ini lebih cenderung menggunakan analisis. Dalam penelitian
kualitatif proses dan makna lebih banyak ditonjolkan dengan menggunakan landasan teori
sebagai panduan untuk fokus pada penelitian berdasarkan fakta yang ada di lapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu Ethnography merupakan jenis penelitian
kualitatif, dimana peneliti melakukan studi terhadap pengaruh layanan pendidikan terhadap
keberhasilan belajar siswa melalui observasi dan wawancara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Adapun lokasi penelitian berada di PKBM Al- ikhram, Jl. Sukarami, Kecamatan Medan
Area, Kota Medan. Waktu Penelitian dilakukan Pada hari Senin s/d Selasa ,31 oktober 2022
s/d 01 november 2022

C. Subjek penelitian
Adapun subjek penelitian nya adalah Kepala Sekolah,guru dan peserta didik PKBM Al –
ikhram

D. Teknik pengumpulan data


Dan di dalam metode penelitian kualitatif juga lazimnya data di kumpulkan dengan
beberapa teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu ; 1) wawancara, 2) observasi, 3)
dokumentasi, dan 4) diskusi terfokus (Focus Group Discussion).
Dalam penelitian ini tekni pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
secara langsung atau terjun ke lapangan langsung. dimana memberikan beberapa
pertanyaan kepada subjek penelitian mengenai objek penelitian (masalah) yang akan diteliti
dan menghasilkan dokumentasi sesuai fakta yang ada di lapangan.

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitia

1. Deskripsi Lokasi dan penelitian


Penelitian ini dilakukan di PKBM Al - ikhram, Jl. Sukarami Kecamatan Medan Area, Kota
Medan
2. Deskripsi dan Hasil Peneltian
Penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara terhadap narasumber yaitu kepala
sekolah dan salah satu guru tersebut, dalam wawancara ini penulis mempertanyakan
beberapa pertanyaan. Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui butuh waktu berapa lama biasanya murid dapat memahami
materi yang diberikan ?
Jawaban :
Kembali lagi terhadap muridnya masing – masing yang mana disetiap kemampuan
muridkan berbeda – beda ada yang cepat tanggap, ada juga yang lumayan lama. Jadi
butuh waktu berapa itu tergntung dari kepribadian muridnya sendiri, ada
yangdikasih langsung tanggap ada yang lama. Namun kita sebagai guru terus akan
membimbing mereka semua hingga paham, dan tidak akan dibeda – bedakan,
semua sama rata.
2. Pendekatan apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran ?
Jawaban :
Pendekatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajarannya seperti guru akan
memahami terlebih dahulu karakter siswa nya masing- masing ,dengan cara
pendekatan yang arif dan bijaksana. Setalah mengetahui barulah guru akan
memberikan pendekatan seperti apa yang sesuai dengan mereka.
3. Bagaimana cara guru membuat siswa agar memiliki konsep diri yang positif sehingga
motivasi belajarnya tinggi ?
Jawaban :

16
Cara guru dalam membuat siswa agar memiliki konsep diri yang positif sehingga
motivasi belajarnya tinggi seperti guru akan melakukan evaluasi pembelajaran dan
juga menumbuhkan rasa percaya diri terhapat siswanya. Dan guru juga melatih
bakat dan minat sesuai denga mereka masing – masing, namun ada beberapa siswa
yang belum mengetahui apa bakat dan minat mereka. Dan bagi siswa yang sudah tau
apa bakat dan minat mereka akan dibantu asa bakat atau minat tersebut. dengan
bakat dan minat mereka yang sesuai itu membuat mereka memiliki konsep diri yang
positif sehingga motivasi belajar yang tinggi.

4. Apa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran pkbm tersebut ?


Jawaban :
a) Sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku sebenarnya juga adalah bagian dari karakter yang dimiliki oleh
siswa, tetapi ini lebih di fokuskan lagi karena dari semua karakter yang dimiliki
oleh siswa, sikap dan perilakulah yang paling berpengaruh dan mempengaruhi
budaya siswa di sekolah.
b) Waktu
Waktu termasuk kendala yang dihadapi guru, karena pendidikan nonformal yang
dimana para muridnya banyak yang memiliki kegiatan. Mereka yang sekolah di
nonformal tidak punya waktu yang tetap. Bahkan waktu pembelajaran pun
disesuaikam oleh murid bukan guru. Karena waktu yang tidak tetap tersebut lah
kendala guru untuk pembelajaran.
c) Daya serap siswa
Inilah kendala yang sering dihadapi oleh guru, tingkat daya serap siswa yang
rendah terhadap materi pelajaran akan mengganggu rencana guru, alokasi waktu
belajar, dan lain sebagainya.

d) Siswa terlalu pasif

17
situasi seperti baik ditanya maupun tidak mereka tetap diam. Situasi ini
menyulitkan guru, guru sulit memastikan bahwa mereka telah mengerti dan
paham materi atau belum.
e) Hanya mengikut saja
Banyak siswa hanya memposisikan dirinya berada dibelakang, mereka tidak mau
menjadi yang terdepan. Mudah saja menemukan siswa seperti ini, mereka selalu
berusaha duduk dibelakang, tidak mau duduk didepan
f) Karakter siswa
Harus kita akui bahwa masing-masing orang memiliki karakter sendiri, yang tidak
dapat disamakan dengan orang lain, hukum ini juga berlaku pada siswa. Dua
puluh orang siswa yang anda hadapi, maka anda berhadapan dengan dua puluh
karakter pula. .
g) Kurangnya disiplin siswa
Kedisiplinan merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran, disiplin
terhadap waktu, disiplin terhadap tugas yang diberikan, disiplin terhadap proses
pembelajaran dan lain sebagainya.
h) Minat dan bakat Siswa
yang terpendam bakat dan minatnya pada umumnya menjadi siswa yang agresif,
melawan dan suka melakukan tindakan-tindakan negatif yang melanggar tata
tertib sekolah.
5. Adakah solusi yang guru lakukan untuk mengatasi kendala siswa pkbm tersebut ?
Jawaban :
Pastinya ada solusi yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi kendala siswa
Contohnya seperti siswa sulit menerima pelajaran ,solusi dari guru yaitu memberikan
pengarahan dan pendekatan yang membuat siswa merasa senang dan dengan
perlahan dapat menerima pelajaran tersebut. Biasanya di akhir pembelajaran guru
akan bertanya kepada semua murid apakah sudah paham atau belum tentang materi
tersebut, jika belum guru akan melakukan pendekatan dan pengarahan kepada
siswa.
6. Apa saja pogram yang ada di pkbm tersebut?
Jawaban :

18
Program yang ada di pkbm ialah program yang sesuai dengan minat dan bakat siswa,
sehingga siswa bisa belajar lebih aktif dan kreatif sesuai bakat dan minat mereka
contohnya teknik komputer, menjahit ,yang mana ada menjahit ulos,mukenah,dan
juga ada keterampilan contohnya akrilik. Nah dari setiap hasil mereka akan dibuat
pajangan atau akan dijual lagi, sehingga dapat menghasilkan uang bagi mereka, jadi
pkbm dan guru sebisa mungkin membuat siswa nya aktif dan akan memiliki jiwa
yang percaya diri tinggi, serta mandiri.
7. Apa saja persiapan yang dilakukan guru tersebut dalam mengembangkan pkbm
tersebut ?
Jawaban :
Yang pastinya persiapan guru dalam mengembangkan pkbm tersebut ialah guru
harus mempunyai bekal ilmu yang cukup agar dapat mengalirkannya kepada
muridnya ,dan guru juga mempunyai program ataupun strategi dalam mencapai
proses pembelajaran tersebut. Peran guru sebagai seorang pendidik tidak hanya
tahu tentang materi yang akan diajarkan. Akan tetapi, ia pun harus memiliki
kepribadian yang kuat yang menjadikannya sebagai panutan bagi para siswanya. Hal
ini penting karena sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya mengajarkan siswanya
untuk mengetahui beberapa hal. Guru juga harus melatih keterampilan, sikap dan
mental anak didik. Penanaman keterampilan, sikap dan mental ini tidak bisa sekedar
asal tahu saja, tetapi harus dikuasai dan dipraktikkan siswa dalam kehidupan sehari-
hariny

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakuka Penelitian ini dilakukan di PKBM Al-ikhram,
jalan Sukarami Kecamatn Medan Area, Kota Medan adapun hasil yang kami dapatkan yaitu
sebagai berikut :
Untuk melihat implikasi idealisme lebih lanjut, maka berikut ini akan ditelaah aspek-aspek
pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme, meliputi peserta didik, pendidik, kurikulum,
metode pendidikan, tujuan pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah.

1. Peserta Didik atau anak didik

19
Bagi idealisme, peserta didik dipandang sebagai suatu diri mikrokosmis jagat kecil ya
ng berada dalam proses "becoming" menjadi lebih mirip dengan Diri Absolut. Denga
n kata lain bahwa diri individual, dalam hal ini peserta didik, adalah suatu eksistensi
dari Diri Absolut.1 Oleh karenanya Ia mempunyai sifat-sifat yang sama dalam bentuk
yang belum teraktualkan atau dikembangkan.
Aspek yang paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang merupakan akal
pikir mikrokosmik. Pada dataran akal pikirlah, usaha serius pendidikan harus diarahk
an, karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya melalui akal pikir.
Kalangan idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi u
ntuk tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para idealis cenderung melihat seo
rang anak didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. 2 Oleh karena i
tu, pendidikan berfungsi untuk rnengembangkannya kearah kepribadian yang sempu
rna.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa anak didik harus dipandang sebagai indivi
du yang memiliki potensi akal pikir dan potensi moral. Potensi inteleknya dikembang
kan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi moralnya diaktualkan a
gar ia memiliki kepnibadian yang utama sebagai manusia yang bermoral.

2. Pendidik atau guru.


Guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab gurulah yang melayani murid seba
gai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada pada posisi y
ang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia mernpunyai pen
getahuan lebih tentang dunia. la punya pengetahuan lebih tentang realitas sehingga
mampu bertindak sebagai perantara antar diri anak didik dan diri yang Absolut. Pera
n guru adalah rmenjangkau pengetahuan tentang realitas dan menjadi teladan keluh
uran etis. la adalah pola panutan bagi para murid untuk diikuti baik dalam kehidupan
intelektual maupun sosial.20
Untuk menjalankan fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme,
guru hanus memiliki beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut J. Do
nald Butler, kriteria tersebut adalah guru harus (1) rnewujudkan budaya dan realitas

20
dalam diri anak didik (2) menguasai kepribadian manusia (3) ahli dalam proses pemb
elajaran (4) bergaul secara wajar dengan anak didik (5) membangkitkan hasrat anak
didik untuk belajar (6) sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak p
ada tujuan yang dapat menyempurnakan manusia dan (7) mengupayakan lahirnya la
gi budaya dari setiap generasi.3
Dari uraian di atas jelas bahwa guru sangat menanamkan peran penting dalam pendi
dikan dan pengajaran. Dalam mendidik, guru berperan sebagai tokoh sentral dan mo
del di mana keberadaannya menjadi panutan bagi anak didiknya. Dengannya, anak di
dik menjadi punya pegangan. Sebagai model bagi anak didiknya, guru harus menghar
gai anak didiknya dan membantunya untuk menyadari kepribadian yang mereka mili
ki. Dengan demikian idealisme rupanya menempatkan sosok guru menjadi posisi sen
tral yang selalu mengarahkan anak didiknya.

3. Kurikulum
Materi pembe!ajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang epi
stemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus disusun di s
eputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut langsung dengan id
e dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi penganut idealisme menekankan pandang
an humanitis. Bagi banyak penganut idealisme, kajian tepat tentang "kemanusiaan"
adalah manusia.
Bagi idealisme, kurkulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan
yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menj
elaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut. 4

4. Metodologi Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan metode
yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide dan gagasan dapa
t beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya. Tujuan dan metode ini dapat
dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi guru di ruang kelas ser

21
ing kali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah) dengan pengertian peng
etahuan ditansfer dari guru ke murid. Guru juga menyelenggarakan diskusi kelas sehi
ngga ia dan muridnya dapat menangkap ide-ide dan gagasan dari berhagai bacaan da
n perkuliahan.5
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pengajaran dalam pandangan ideal
isme salah satunya adalah penyampaian melalui uraian kata-kata, sehingga materi ya
ng diberikan ke anak didik terkesan verbal dan abstrak. Atas dasar itu, maka idealism
e rupanya kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang langsung bersent
uhan dengan objek fisik, karena dalam pandangannya kegiatan-kegiatan tersebut ber
kaitan dengan bayang-bayang inderawi daripada realitas puncak.

5. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari k
ebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti bahwa in
dividu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut. Pendidikan ideali
sme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar
dan baik.6
Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan idealisme adalah
membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna bagi mas
yarakatnya.7 la mengutip Brameld bahwa pendidikan adalah self development of min
d as spritual subtance. Pendidikan dalam pandangan ini lebih menekankan pada pen
gkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada anak didik. Lembaga pendidikan
harus membekali pengetahuan, teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus memper
hitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri). Idealisme yakni, kalau anak did
ik itu menguasai berbagai pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan menghada
pi hidup.

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Idelisme adalah suatu aliran filsafat gang berpandangan bahwa dunia ide dan ga
gasan merupakan hakikat dari realitas. Realitas sesungguhnya tidak terdapat pada o
bjek materi, tetapi terdapat dalam alam pikiran ide. Meskipun idealisme mengangga
p bahwa yang hakikat adalah ide. ia tetap mengakui adanya materi. Namun menurut
nya, yang utama adalah dunia ide. karena ide terlebih dulu ada sebelum materi. Alir
an filsafat ini, kemudian berimplikasi dalarn bidang pendidikan. Bangunan filsafat ter
sebut membentuk sebuah pemahaman bahwa pendidikan dikonstruk berdasarkan id
e-ide yang bersifat abstrak yang lebih mengedepankan akal pikiran dan moral. diketa
hui bahwa menurut idealisme, proses untuk mengetahui dapat dilakukan dengan me
ngenal atau mengenang kembali ide-ide tersembunyi yang telah terbentuk dan telah
ada dalam pikiran. Dengan mengenang kembali, pikiran manusia dapat menemukan
ide-ide tentang pikiran makrokosmik dalam pikiran yang dimiliki séseorang. Jadi, pad
a dasarnya mengetahui itu melalui proses mengenal atau mengingat, memanggil da
n memikirkan kembali ide-ide yang tersembunyi atau tersimpan yang sebetulnya tel
ah ada dalam pikiran. Apa yang akan diketahui sudah ada dalam pikiran.Kebenaran it
u berada pada dunia ide dan gagasan. Beberapa penganut idealisme mempostulasik
an adanya Akal Absolut atau Diri Absolut yang secara terus menerus memikirkan ide-
ide itu.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi pembimbing dan kepala sekolah agar dapat bekerja bersama-sama untuk
meningkatkan program yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi siswa yang belum mengikuti bimbingan belajar agar dapat ikut berperan aktif
dalam kegiatan bimbingan belajar agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Rusdi,2013.FILSAFAT IDEALISME(IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN). Tarbiyah STAIN


Samarinda.Vol. 13. No. 2.

Gregorius We’u,2018.Filsafat Dan Pendidikan: Menemukan Pertalian Ilmu. Program Studi


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Flores.Vol. 3.No. 1.

Ani Nurleni,Novi Widiastuti, 2018.PERAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)


DALAMMEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN TATA BOGA.IKIP Siliwangi.
Vol. 1.No 2.

24
25

You might also like