You are on page 1of 3

BAB IV

ANALISIS KASUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan sejak ± 3 hari yang lalu, paien
mengelukan terasa nyeri saat menelan makanan ataupun air ludah, ada rasa seperti
mengganjal di tenggorokan, keluhan yang sama pernah terjadi beberapa bulan yang lalu dan
sempat minum obat namun lupa nama obatnya dan keluhan membaik, saat ini keluhan
kembali muncul, pasien mengatakan awalnya demam, demam hilang timbul, mengigil (-),
mimisan (-), batuk (+) berdahak, pilek (-), mual (-), muntah (-). Setelah dilakukan anamnesis
lebih lengkap dan pemeriksaan fisik pasien ini di diagnosis dengan tonsilitis kronis.
Anamnesis:
± 3 hari yang lalu, paien mengelukan terasa nyeri saat menelan makanan ataupun air
ludah, ada rasa seperti mengganjal di tenggorokan, keluhan yang sama pernah terjadi
beberapa bulan yang lalu dan sempat minum obat namun lupa nama obatnya dan
keluhan membaik, saat ini keluhan kembali muncul, pasien mengatakan awalnya
demam. Berdasarkan teori Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap
sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang berulang.
Gejala klinis tonsilitis yaitu:14
a. Gejala lokal ( rasa tidak enak di tenggorokan, sakit tenggorokan, sulit sampai sakit
menelan)
b. Gejala sistemik (malaise, sakit kepala, panas badan subfebris, sakit pada otot dan
persendian)
c. Tanda klinis (tonsil dengan debris pada kriptenya, tonsil udem (hipertrofi) atau tonsil
fibrotik dan kecil, plika tonsilaris anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe
regional)

Pemeriksaan fisik:
Dari tanda-tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
pembesaran kedua tonsil. Sesuai dengan teori ukuran tonsil pada tonsilitis dapat membesar
(hipertrofi) atau atrofi. Menurut Brodsky diklasifikasikan menggunakan perbandingan lebar
tonsil dengan lebar orofaring sebagai berikut :14
1. Tonsil T0 : paska tonsilektomi
2. Tonsil T1 : kurang dari 25% menempati orofaring
3. Tonsil T2 : 25-50% menempati orofaring
4. Tonsil T3 : 50-75% menempati orofaring
5. Tonsil T4 : lebih dari 75% menempati orofaring
Pada pasien ditemukan ukuran tonsil sudah derajat III dimana besar tonsil sudah lebih
dari >50 % menempati orofaring.
Pemeriksaan penunjang :
Tidak di lakukan pemeriksaan penunjang pada pasien di karenakan keterbatasan alat
pemeriksaan dari puskesmas. Pemeriksaan penunjang pada tonsilitis adalah pemeriksaan
histopatologi , tonsilitiks kronik dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi
dengan ditemukannya infiltrasi limfosit dan pemeriksaan Mikrobiologi ,Penatalaksanaan
tonsilitis sering kali gagal dan mengalami kekambuhan infeksi, hal ini disebabkan oleh
ketidaksesuaian pemberian antibiotika dengan bakteri penyebabnya. Jadi dilakukan uji
resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.

Tatalaksana
Pada pasien ini diberikan terapi berupa Paracetamol 3x1, Dexametason 2x1,
Amoxicillin 3x1, Vit c 1x1. Berdasarkan teori penatalaksanaan tonsilitis kronik adalah :
1. jika penyebabnya bakteri maka berikan antibiotik spektrum lebar seperti
penisilin,eritromisin peroral selama 10 hari, jika kesulitan menelan berikan dalam
bentuk suntikan.16
2. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau obat isap.3
3. Perawatan konservatif terdiri dari perhatian terhadap kesehatan umum, diet,
pengobatan infeksi gigi, hidung dan sinus yang ada.18
4. Tonsilektomi diindikasikan ketika tonsil mengganggu kemampuan bicara, menelan
dan respirasi atau menyebabkan serangan berulang.18
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil.
Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis atau yang lebih
konservatif gagal untuk meringankan gejala-gejala.
BAB V
KESIMPULAN
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut
atau subklinis yang berulang.14 faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah ransangan
yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh
cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Dari anamnesis didapatkan tonsiliti kronik, dimana didapatkan keluhan berupa Gejala
lokal ( rasa tidak enak di tenggorokan, sakit tenggorokan, sulit sampai sakit menelan), Gejala
sistemik (malaise, sakit kepala, panas badan subfebris, sakit pada otot dan persendian), dan
Tanda klinis (tonsil dengan debris pada kriptenya, tonsil udem (hipertrofi) ).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tampak tonsil mengalami hipertrofi dengan
permukaan yang tidak rata, hiperemi, kriptus melebar, pembesaran tonsil melebihi >50%
menempati orofaring yang menandakan tonsilitis derajat III.
Pada pasien ini, dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat di simpulkan dengan
diagnosis tonsilitis kronis.

You might also like