You are on page 1of 2
NASKAH KHUTBAH NIKAH MITSAQAN GHALIZHAN yoy Bile as OF Lgl Pemikahan, secara syari adalah ibadah; dan secara ma'nawi merupakan penya-tuan dua potensi fitrah yang berbeda. Secara pribadi di antara kedua mempelai adalah berbeda, jenis kelamin berbeda. latar belakang kehidupan keluarga ber-beda, perilaku budaya pun berbeda. Namun ‘seperti dikatakan: “Kapal berlabuh lemparkan sauh; para penumpang turun ke darat; dua keluarga tadinya jauk; dengan pemikahan menjadi dekat.” Begitulah, karena keberbedaan yang ada hendak diikat dan dihimpun dalam kebersamaan melalui ikatan ijab-qabul per-nikahan di atas landasan dinul [slam dalam rangka penyempurnaan penghamba-an kepada Allah yang telah menanamkan benih cinta dan kasih kayang dalam setiap diri insan Betapa luar biasa agad nikah ini, sekalipun dengan ucapan yang seder-hana, telah memenuhi sebagai pembeda apakah hubungan sepasang kekasih di antara dua insan itu bemilai haram ataukah halal, ber jaksiyat ataukah ibadat, sekaligus sebagai penentu bagi dibukanya pintu Jaknat ataukah rahmat. Keagungan jjab qabul datam nikah tercermin pada firman Altah: Pemikahan adalah sebuah perjanjian agung nan teguh (mitsaqan gha-lizha). Allah menggunakan kaliman mitsaqan ghalizha hanya tiga kali dalam Al-Quran: yang pertama ketika mengambil ‘sumpah dengan para Nabi yang termasuk dalam ulul azmi; yang ke dua ketika mengikat sumpah dengan kalang-an Bani Israil; dan ke tiga ketika menetapkan kedudukan tali ikatan aqad nikah, ‘Mengingat agungnya tali ikatan ini, maka ketika ia telah terbuhul, tekadkanlah dalam hati berdua, untuk menjaga amanah ini sejak dari awal hingga akhir hayat nanti. Dengan menempatkan niat dan tekad itu, semoga kiranya Allan swt selalu berkenan hadir dalam kehidupan kalian berdua, baik di kala suka maupun duka. Ingatiah, para Nabi yang yang memelihara mitsaqan ghalizha hidup dalam lingkup rahmat Allah, sedangkan Bani israil yang mencederai mitsaqan ghalizha tercampak pada lautan laknat sepanjang masa. Oleh karena itu, diletak-kan di alas pundak setiap ‘mempelai yang menyandang mahkota mitsaqan gha-lizha, hendak dibawa kemana bahtera rumah tangganya, menuju pantai-taman rahmat ataukah pulau laknat? Ingatlah, bahwa fitnah terbesar di akhir zaman yang akan melanda umat ini adalah fitnah lembaga keluarga. Ingat pula, wasiat utama Nabi saw terhadap ummatnya, di samping untuk senantiasa berpegang teguh kepada AL Quran dan sunnah, memelihara dan menyempurnakan shalat, beliau juga mewant-wantikan esan terkait urusan rumah tanga. Di dalam haji wada, di antara khutbahnya, beliau menyatakan: Wahai manusie, takutlah kepada Allah dalam urusan wanita, Sesungguhnya kamu telah mengambil mereka sebagei isteri dengan amanat Allah. Dia halalkan kehormatan mereka dengan kalimat-Nya. Sesungguhnya kamu mempunyai hak atas isterimu, dan isterimu pun berhak atas ‘kamu. (HR. Muslim dan Turmudzi) Oleh karena itu, sebagai nasihat untuk Ananda berdua yang dengan izin Allah hendak melangsung-kan pernikahan pada hari ini, hendaknya kalian sadari, Agama Islam mengatur tanggung jawab dan peran dari pasangan suamiisteri secara seimbang dalam kehidupan berkeluarga. Sempumakan dan tunaikaniah hal tersebut dalam perjalanan kalian membangun rumah tangga. Semoga dengan begitu kalian akan dirahmati dan diberkahi oleh Allah swt. Biyh eh ay DOA AKAD NIKAH Sl BS ph By be fe tet wt was aly analy as wey deg BA aL Ue Os Ges ih

You might also like