You are on page 1of 8

NAMA : RAMDHANI ILYAS

NIM : 043512031

TUGAS 3 SESI 7 PEREKONOMIAN INDONESIA

1. Jelaskan jenis bantuan luar negeri dari yang disusun berdasarkan


tingkat paling mudah/lunak.

Sumber pendanaan dari luar negeri dibagi dapat berupa hibah dan utang.
Hibah diberikan tanpa persyaratan yang mengikat, sedangkan utang
diberikan dengan berbagai persyaratan. Utang luar negeri dibagi atas
utang jangka panjang dan utang jangka pendek. Utang jangka pendek
diberikan kurang dari 10 tahun sedang selebihnya disebut utang jangka
panjang. Berikut berbagai jenis bantuan luar negeri dari yang disusun
berdasarkan tingkat paling mudah/lunak (Hudiyanto, 2001:108):
Hibah (grant) uang senilai $1 juta, tanpa ikatan dalam cara
penggunaannya.
Hibah beras senilai $1 juta suatu negara, yang hasil penjualannya
digunakan untuk membiayai proyek pembangunan tertentu di Negara
penerima hibah.
Pinjaman (loan) sebesar $1 juta yang penggunaannya terbatas untuk
membeli barang dan jasa konsultasi dari perusahaan negara pemberi
pinjaman. Lama pinjaman 20 tahun, masa tenggang (gestation period) 1
tahun dengan bunga 1 persen.
Pinjaman sebesar $1 juta dengan bunga 3 persen untuk membeli barang
dari negara pemberi pinjaman, masa pelunasan (amortisasi)10 tahun.
Pinjaman sebesar $ 1 juta dengan bunga 1 persen di bawah suku bunga
yang berlaku di pasar komersial, lama pinjaman 8 tahun.

Sumber : BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia, Modul 6 halaman


6.5

2. Jelaskan pengaruh utang luar negeri bagi Indonesia sebagai


negara debitor ?

Semenjak krisis ekonomi tahun 1997 Indonesia mengalami krisis


ekonomi akibat utang luar negeri yang diberikan IMF dan Bank Dunia
untuk pembangunan ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Dana Moneter
Internasional (IMF) yang diberikan kepada Negara Indonesia untuk
pembangunan perekonomian Indonesia, oleh karena itu bantuan yang
diberikan oleh IMF bukanlah secara cuma-cuma, atau tanpa syarat.
Sebagai lembaga keuangan dunia yang profesional, mereka dalam
memberikan utang kepada negara lain memiliki beberapa syarat yang
ketat atas bantuan yang diberikan kepada anggota negara yang
membutuhkan dana bantuan untuk mengatasi perekonomian negara
tersebut. 2 Hal inilah ada yang
menyebabkan pro dan kontra akibat dari peminjaman utang luar negeri
dari peminjaman dana dari IMF tersebut. Hal ini dianggap akan membuka
jalan intervensi lembaga internasional untuk menguasai perekonomian
negara indonesia akibat utang yang diajukan oleh pemerintah kepada
IMF atau negera lain yang bertindak sebagai kreditur.
Oleh karena itu tidak semua jenis utang luar negeri menguntungkan
negara debitur karena tidak semua dicairkan dalam bentuk dana yang
bebas digunakan oleh negara debitur. Sebagai misal, utang jenis 3
seperti yang diberikan Bank Dunia kepada Indonesia tidak selalu
menguntungkan Indonesia karena dana utang hanya boleh digunakan
untuk membeli barangbarang sesuai dengan permintaan Bank Dunia. Di
samping itu Indonesia juga belum tentu membutuhkan konsultasi
tersebut. Utang luar negeri yang diberikan Bank Dunia sebenarnya
digunakan sendiri olehnya untuk membiayai barang yang mereka
kehendaki, honor konsultan, dan biaya perjalanan mereka. Padahal
pemerintah Indonesia harus membayar utang tersebut seluruhnya.
Jenis utang juga sebenarnya lebih menguntungkan negara kreditor
karena memungkinkan terjadi pengalihan sumber netto ke negara
mereka. Indonesia sebagai negara debitor akan mengalami
ketergantungan ke negara kreditor karena ketika utang telah lunas
Indonesia masih harus terus menerus mengimpor barang yang sama
untuk keberlangsungan produksi di Indonesia yang sistemnya tidak dapat
diubah dalam waktu singkat. Adanya utang luar negeri menimbulkan
dampak bagi negara Indonesia. Dampak ini dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu
sisi positif dan sisi negatif. Dampak positif dari utang luar negeri yaitu
terhadap pembangunan ekonomi dan peningkatan tabungan domestik.
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah
Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Sedangkan untuk dampak
negatif dari utang luar negeri yaitu timbulnya krisis ekonomi yang makin
lama makin meluas dan mendalam. Pemerintah akan terbebani dengan
pembayaran utang tersebut sehingga hanya sedikit dari APBN yang
digunakan untuk pembangunan. Cicilan bunga yang makin memberatkan
perekonomian Indonesia karena utang luar negeri negara Indonesia
selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya.
Selain itu, dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan
berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya
dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi) dan yang pasti akan
mengakibatkan ketergantungan dari penerima bantuan (dalam negeri)
terhadap pemberi bantuan (luar negeri). Oleh karena itu Pemerintah
diharapkan untuk melakukan pembatasan jumlah utang luar negeri,
dimana dalam jangka panjang dapat memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan ekonomi dalam negeri. Sehingga fenomena ini
memberikan gambaran pengaruh besarnya pertumbuhan ekonomi
terhadap besarnya pertumbuhan utang luar negeri di Indonesia.

Sumber : Zakiyah dan Agus Purnomo, "Pengaruh Utang Luar Negeri


Terhadap Perekonomian Nasional", Volume: IV, Nomor II. Desember
2018, Hal 133-149

3. Jelaskan faktor yang mendorong dan memberi peluang terjadinya


praktek korupsi dalam birokrasi ?

Beberapa faktor yang mendorong dan memberi peluang terjadinya


praktek korupsi dalam birokrasi antara lain;
kekuasaan mutlak birokrasi untuk mengalokasikan sumberdaya atau
pekerjaan pada pelaku ekonomi lainnya. Hal ini terjadi karena
kekuasaaan ini mampu untuk menunjuk langsung pihak yang akan
bekerja sama dengan kita. Sehingga memungkinkan terjadinya
kongkalikong antara pelaku ekonomi dengan lainnya yang sifatnya
menguntungkan kalangan mereka sendiri. Penguasa yang memegang
kewenangan sangat mungkin menggunakan kekuasaannya untuk hal-
hal yang mereka kehendaki dan menguntungkan golongan tertentu

kekuasaan untuk melakukan perizinan. Dalam hal perizinan biasanya


merupakan korupsi ekstortif yaitu masyarakat terpaksa membayar agar
bisa mendapatkan hak dan kebutuhannya di bidang perizinan.

rendahnya gaji pegawai negeri. Rendahnya gaji menimbulkan adanya


ketidakpuasan oknum dalam bekerja. Sehingga mereka menggunakan
cara korupsi untuk menambah pendapatan mereka.
lemahnya pengawasan dan aturan hukum yang ada. Pengawasan dan
aturan dapat mencegah terjadinya korupsi. Ketika proses pengawasan
dan aturan tidak berjalan dengan baik (lemah) maka tindakan korupsi
akan tumbuh subur dan tidak ada penyaringnya.

lemahnya penegakan hokum. Ketidakberdayaan hokum di Indonesia


kepada orang-orang yang kuat menyebabkan penegakan hokum di
Indonesia dinilai lemah. Proses penegakan hokum bagi para pelaku
tindak pidana korupsi dinilai kurang tegas sehinggga tidak ada efek jera
bagi pelaku dan memungkinkan pihak lain untuk melakukan perilaku
koruptif dan mengulanginya kembali.

Oleh karena itu agenda reformasi dalam menghapus korupsi tidak cukup
hanya mengejar atau mengusut pelaku pelaku korupsi yang ada,
melainkan juga membenahi faktor faktor penyebab dan faktor yang
memberi peluang terjadinya korupsi itu sendiri.
Sumber : BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia, Modul 6 halaman
6.28 - 6.29

4. Jelaskan indikator yang sering digunakan untuk mengukur


kemiskinan?

Ada beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur


kemiskinan, yaitu indikator kemiskinan relatif, kemiskinan absolut,
kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural. Seseorang dapat
dikatakan berada dalam kelompok kemiskinan relatif jika pendapatannya
berada di bawah tingkat pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok
masyarakat tersebut ia berada di lapisan paling bawah. Jadi, walau
pendapatannya bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya,
namun karena dibandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat
pendapatannya relative rendah, maka ia tetap masuk kategori miskin.
Indikator kemiskinan relatif ini digunakan di AS. Kemiskinan absolut
dilihat dari kemampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan minimal
untuk kebutuhan pokok (sandang, pangan, pemukiman, pendidikan dan
kesehatan). Jika pendapatan seseorang berada di bawah pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan minimal tersebut, maka secara absolut ia
hidup di bawah garis kemiskinan. Indikator absolut ini digunakan oleh
Indonesia. Kemiskinan kultural dikaitkan dengan budaya masyarakat
yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan
tidak merespon usaha-usaha pihak lain yang membantunya untuk ke luar
dari kemiskinan tersebut. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan tidak
berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah
struktural ekonomi yang makin meminggirkan peranan orang miskin.

Sumber : BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia, Modul 7 halaman


7.3 - 7.4

5. Jelaskan arah kebijakan pada Prioritas jangka menengah


pembangunan ekonomi ditekankan pada program-program untuk
meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan?

Prioritas jangka menengah pembangunan ekonomi ditekankan pada


program- program untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan. Sejalan dengan itu, kebijaksanaan pembangunan
nasional terangkai dalam tiga arah kebijaksanaan yang saling
mendukung. Pertama, kebijaksanaan yang secara tidak langsung
mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar tercapainya suasana
yang mendukung kegiatan sosial ekonomi. Kedua, kebijaksanaan yang
secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi
kelompok sasaran. Ketiga, kebijaksanaan khusus yang mencakup upaya-
upaya khusus pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan yang langsung menjangkau masyarakat miskin
(Sumodiningrat, 2001: 6).

Sumber : BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia, Modul 7 halaman


7.11

6. Untuk mengatasi masalah kemiskinan akibat krisis moneter,


pemerintah mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial
(JPS). Jelaskan definisi JPS dan sebutkan program serta alokasi
dana JPS?

Untuk mengatasi masalah kemiskinan akibat krisis moneter , pemerintah


mengeluarkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS). JPS adalah
program jangka pendek untuk membantu mereka yang hampir tenggelam
karena krisis. Jaring pengaman sosial (JPS) sebagai upaya
penyelamatan ekonomi sebagai landasan bagi pelaksanaan kegiatan
ekonomi normal yang berkelanjutan. JPS merupakan program
pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi krisis dan
memaksimalkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam melaksanakan
pembangunan. Program JPS dibagi dalam 4 kelompok program, yaitu
Program
JPS departemen teknis, Program JPS prioritas, Program JPS
sektorsektor pembangunan, dan Program JPS monitoring.

Pengalokasian dana program JPS menggunakan tiga jalur seperti yang


sudah biasa ditempuh program terdahulu yakni:
kebijakan pembangunan sektoral,
kebijakan pembangunan regional;
kebijakan khusus.

Program-program penanggulangan kemiskinan tersebut dapat dikatakan


baik dalam perencanaan, namun dalam pelaksanaannya ada beberapa
kekurangan yang perlu dibenahi seperti:

Skema kredit yang dikucurkan oleh pemerintah dalam rangka


penanggulangan kemiskinan memiliki berbagai ketentuan yang mengatur
agar penyalurannya tidak salah sasaran. Sebagai contoh ketentuan
tersebut adalah pembatasan nilai pinjaman bagi kelompok/individu,
termasuk bagi kelompok yang sudah maju/berkembang. Ketentuan ini
dinilai baik agar dalam penyaluran tetap sesuai dengan skema dalam
program tersebut (dalam hal ini kasus pada P4K). Namun demikian, bagi
kelompok yang sudah sukses dalam pengembangan usaha dan sudah
tidak memenuhi kriteria skema kredit dalam program ini, kelompok ini
akan mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman modal kerja untuk
pengembangan usaha lebih lanjut, dikarenakan tidak ada jenjang
program lain yang terintegrasi dengan program P4K ini.

Sistem pertanggungjawaban yang saling mengikat antarkelompok


(tanggung renteng) yang diterapkan dalam P4K justru menghambat laju
perkembangan pada kelompok yang potensial dan berkembang dengan
baik. Namun karena ada kelompok lain yang tidak maju, misalnya gagal
dalam pengembalian kredit, maka kelompok yang sudah berkembang
juga akan tertutup akses kredit akibat ketentuan tanggung renteng dalam
pengembalian kredit program. Hal ini justru menciptakan trade off dalam
penanggulangan kemiskinan karena menghambat perkembangan
potensi untuk lebih maju bagi kelompok yang sukses dalam
pengembalian kredit.
Banyak kelompok yang merasakan bahwa terjadi ketidaktepatan
pencairan kredit (timing) di mana pada saat mereka memerlukan modal
kerja dengan segera karena ada peningkatan order usaha. Namun
karena adanya administrasi program dan penyeragaman waktu dalam
penurunan dana kredit sehingga dari sisi usaha banyak kelompok yang
kehilangan potensi (potential loss) untuk meningkatkan produksi.
Sebagai contoh, kelompok kerajinan makanan akan berpotensi
mendapat keuntungan apabila mampu memenuhi pesanan pada musim
libur dan hari raya (Ramadhan dan Idul Fitri), namun karena pada bulan
tersebut pengajuan kredit untuk modal kerja belum terpenuhi sehingga
skala produksi mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan/permintaan
pasar. Dengan
demikian, banyak kelompok yang mengalami kehilangan potensi akibat
administrasi pencairan kredit yang tidak fleksibel.

Kurangnya integrasi program dan koordinasi antar instansi pengelola


program menyebabkan permasalahan ketidaktepatan alokasi
(misalokasi) dana program. Hal ini ditemukan pada beberapa kasus, di
mana satu individu bisa mendapatkan lebih dari dua program
pemberdayaan dan penanggulangan kemiskinan, sementara banyak
komunitas yang tidak mendapatkan. Ini lebih dikarenakan tidak adanya
koordinasi intensif antarinstansi pelaksana program, khususnya dalam
hal proses verifikasi kelompok/individu yang terlibat dalam program.

Sumber : BMP ESPA4314 Perekonomian Indonesia, Modul 7 halaman


7.14 - 7.15

You might also like